Pemanfaatan teknologi wahana pesawat tanpa awak atau yang lebih
dikenal dengan istiah Drone bukanlah sebuah hal yang baru di Indonesia. Banyak sekali berbagai kalangan dan aspek yang memanfaatkan drone untuk kepentingan masing-masing. Salah satu bidang yang memanfaatkan teknologi drone ini adalah Survey dan Pemetaan. Pemetaan menggunakan drone termasuk klasifikasi survey secara fotogrametri. Salah satu wahana yang saat ini sering digunakan untuk pemetaan secara aerial diantaranya adalah Drone dengan tipe Multicopter yang banyak kita jumpai di pasaran. Biaya maintenance yang cukup hemat dan kebutuhan man power serta waktu yang lebih cepat menjadikan pemetaan menggunakan wahana drone multicopter cukup diminati akhir-akhir ini.
Gambar Contoh Drone/ Unmanned Aerial Vehicle (UAV)
Dengan biaya maintenance, man power, serta timing yang lebih sedikit tentu saja hal tersebut merupakan salah satu kelebihan utama mengapa penggunaan drone multipcopter seperti ini sangat cocok digunakan untuk kegiatan survey and mapping. Untuk drone tipe tertentu kita juga bisa membuat flight plan sehingga tidak perlu khawatir jika drone kehilangan kontak dengan remote di bawah. Secara resolusi spasial ketelitian menggunakan wahana ini bisa mencapai 2-4 cm tergantung cakupan area dan tinggi terbangnya. Tentu saja jenis drone multicopter yang digunakan juga berpengaruh terhadap hasilnya. Kita juga bisa mengkombinasikannya dengan pembuatan titik kontrol di tanah atau Ground Control Point (GCP) untuk meningkatkan kualtias hasil pemetaan menggunakan drone ini, baik secara extra terrestrial menggunakan GNSS / GPS Geodetic ataupun secara terrestrial surveying.
Jika dibandingkan dengan photogrammetry surveying lain seperti
penggunaan Fix Wing tentu menggunakan drone jenis multicopter ini memiliki beberapa kelebihan serta kekurangan meski sama sama merupakan tipe pesawat udara tanpa awak atau Unmanned Aerial Vehicle (UAV). Drone Multicopter seperti ini cocok jika digunakan untuk area yang tidak terlalu luas, semisal untuk kisaran 100 sampai 200 hektar. Sedangkan Fix Wing dengan daya jelajah yang luas dan waktu terbang yang lebih lama sangat cocok untuk pemetaan dengan area yang besar. Harga dan tipe drone yang dijual di pasaran pun bervariasi, tergantung pada spek dan kebutuhan yang diperlukan. Untuk daya jelajah terbang, rata satu kali penggunaan baterai bisa terbang selama 20 sampai 25 menit. Dengan ketinggian normal (berkisar 100 sampai 150 m) sekali flight menggunakan satu baterai bisa mencakup area seluas kurang lebih 10 hektar dengan overlap dan sidelap yang disarankan adalah minimal 75-80%.
Gambar Contoh Penggunaan Drone dalam Survei Lapangan
Hasil yang didapatkan dari penggunaan drone untuk pemetaan ini juga sudah cukup bagus. Dengan resolusi spasial bisa setara dengan peta skala 1:500 dan terbebasnya halangan awan atau cloud free jika dibandingkan dengan penggunaan citra satelit tentu juga merupakan beberapa kelebihan penggunaan drone untuk pemetaan suatu lahan dan kawasan.
Untuk pengolahan datanya pun bisa menggunakan beberapa perangkat
lunak (software) yang juga banyak kita jumpai di pasaran. Output dari pemetaan menggunakan drone ini sama seperti aerial mapping lain diantaranya: 1. Orthophoto Mozaik 2. Peta Garis 2D 3. Peta Kontur 4. Digital Surface Model (DSM) 5. Digital Terrain Model (DTM)
Berikut ini adalah contoh hasil fotogrametri yang dihasilkan oleh Drone :
Gambar Contoh Hasil Foto Tegak Lurus dari Pengamatan Drone (UAV)