Anda di halaman 1dari 3

5.

1 GAGASAN BARU (PENGGUNAAN DRONE MULTICOPTER)

Pemanfaatan teknologi wahana pesawat tanpa awak atau yang lebih


dikenal dengan istiah Drone bukanlah sebuah hal yang baru di Indonesia. Banyak
sekali berbagai kalangan dan aspek yang memanfaatkan drone untuk kepentingan
masing-masing. Salah satu bidang yang memanfaatkan teknologi drone ini adalah
Survey dan Pemetaan. Pemetaan menggunakan drone termasuk klasifikasi survey
secara fotogrametri. Salah satu wahana yang saat ini sering digunakan untuk
pemetaan secara aerial diantaranya adalah Drone dengan tipe Multicopter yang
banyak kita jumpai di pasaran. Biaya maintenance  yang cukup hemat dan
kebutuhan man power  serta waktu yang lebih cepat menjadikan pemetaan
menggunakan wahana drone multicopter cukup diminati akhir-akhir ini.

Gambar Contoh Drone/ Unmanned Aerial Vehicle (UAV)


Dengan biaya maintenance, man power,  serta timing yang lebih sedikit
tentu saja hal tersebut merupakan salah satu kelebihan utama mengapa
penggunaan drone multipcopter seperti ini sangat cocok digunakan untuk
kegiatan survey and mapping. Untuk drone tipe tertentu kita juga bisa
membuat flight plan sehingga tidak perlu khawatir jika drone kehilangan kontak
dengan remote di bawah.
Secara resolusi spasial ketelitian menggunakan wahana ini bisa mencapai
2-4 cm tergantung cakupan area dan tinggi terbangnya. Tentu saja jenis drone
multicopter yang digunakan juga berpengaruh terhadap hasilnya. Kita juga bisa
mengkombinasikannya dengan pembuatan titik kontrol di tanah atau Ground
Control Point  (GCP) untuk meningkatkan kualtias hasil pemetaan menggunakan
drone ini, baik secara extra terrestrial  menggunakan GNSS / GPS Geodetic
ataupun secara terrestrial surveying.

Jika dibandingkan dengan photogrammetry surveying  lain seperti


penggunaan Fix Wing tentu menggunakan drone jenis multicopter ini memiliki
beberapa kelebihan serta kekurangan meski sama sama merupakan tipe pesawat
udara tanpa awak atau Unmanned Aerial Vehicle  (UAV). Drone Multicopter seperti
ini cocok jika digunakan untuk area yang tidak terlalu luas, semisal untuk kisaran
100 sampai 200 hektar. Sedangkan Fix Wing dengan daya jelajah yang luas dan
waktu terbang yang lebih lama sangat cocok untuk pemetaan dengan area yang
besar. Harga dan tipe drone yang dijual di pasaran pun bervariasi, tergantung
pada spek dan kebutuhan yang diperlukan. Untuk daya jelajah terbang, rata satu
kali penggunaan baterai bisa terbang selama 20 sampai 25 menit. Dengan
ketinggian normal (berkisar 100 sampai 150 m) sekali flight menggunakan satu
baterai bisa mencakup area seluas kurang lebih 10 hektar
dengan overlap dan sidelap yang disarankan adalah minimal 75-80%.

Gambar Contoh Penggunaan Drone dalam Survei Lapangan


Hasil yang didapatkan dari penggunaan drone untuk pemetaan ini juga
sudah cukup bagus. Dengan resolusi spasial bisa setara dengan peta skala 1:500
dan terbebasnya halangan awan atau cloud free jika dibandingkan dengan
penggunaan citra satelit tentu juga merupakan beberapa kelebihan penggunaan
drone untuk pemetaan suatu lahan dan kawasan.

Untuk pengolahan datanya pun bisa menggunakan beberapa perangkat


lunak (software) yang juga banyak kita jumpai di pasaran. Output dari pemetaan
menggunakan drone ini sama seperti aerial mapping lain diantaranya:
1. Orthophoto Mozaik
2. Peta Garis 2D
3. Peta Kontur
4. Digital Surface Model (DSM)
5. Digital Terrain Model (DTM)

Berikut ini adalah contoh hasil fotogrametri yang dihasilkan oleh Drone :

Gambar Contoh Hasil Foto Tegak Lurus dari Pengamatan Drone (UAV)

Anda mungkin juga menyukai