Anda di halaman 1dari 18

Putusan Nomor : PUT-101636.25/2011/PP/M.

XIIIA Tahun 2018

Jenis Pajak : PPh Pasal 4 Ayat (2) Final

Tahun Pajak : 2011

Pokok Sengketa : bahwa nilai sengketa terbukti dalam sengketa banding ini adalah Koreksi
Positif Dasar Pengenaan Pajak Masa Pajak Februari 2011 sebesar
Rp8.392.624.907,00, yang tidak disetujui oleh Pemohon Banding;

Menurut Terbanding:

Uraian Hasil Pemeriksaan

bahwa berdasarkan Kertas Kerja Pemeriksaan (KKP) dan Laporan Pemeriksaan Pajak (LPP) Nomor
LAP-127/WPJ.31/KP.0405/2014 tanggal 30 September 2014:

K
a. bahwa Joint Operation (JO) atau Kerjasama Operasi (KSO) antara PT PI dengan Shandong
Machinery & Equipment I/E Group Corporation dibentuk berdasarkan Joint Operation Agreement
tanggal 14 September 2007 untuk melaksanakan proyek PLTU 2 Kupang NTT, Coal Fired Steam

JA
Power Plant Project PLTU 2 Nusa Tenggara Timur (2x16,5 MW) dengan pemilik proyek PT PLN
(Persero). J/O bersifat koordinasi;
b. bahwa penyelesaian pekerjaan (penyerahan BKP dan/atau JKP) dilakukan secara langsung oleh
PA
anggota JO sesuai dengan bidang pekerjaan (scope of works) masing-masing anggota JO. Sesuai
Contract Agreement Nomor 442.PJ/041/DIR/2008 tanggal 11 Juni 2008, PT PI (selaku anggota JO)
bertanggungjawab sepenuhnya atas pengadaan sebagian besar komponen lokal untuk pekerjaan
sipil, mekanikal dan elektrikal, sedangkan Shandong Machinery & Equipment I/E Group Corporation
(selaku anggota JO) bertanggung jawab pada pengadaan komponen utama seperti Boiler, Steam
N
Turbine, Kondensor dan komponen import lainnya;
c. bahwa data dan dokumen yang diperoleh selama proses pemeriksaan terbatas pada data yang
berasal dari PT PI sesuai dengan scope of work yang dikerjakan oleh anggota JO ini, sedangkan data
LA

yang berasal dari Shandong Machinery & Equipment I/E Group Corporation tidak diperoleh sama
sekali;
d. bahwa dalam pelaksanaannya, PT PI (selaku anggota JO) meng-sub-kontrakan pekerjaan kepada
beberapa perusahaan diantaranya PT HK (Persero), PT WKIP, PT HI, dan PT DP;
DI

e. bahwa selama Masa Pajak Februari 2011 terdapat pencairan atau pembayaran atas pekerjaan
konstruksi kepada sub-kontraktor dengan nilai pembayaran sebesar Rp8.392.624.907,00;
bahwa atas pembayaran kepada sub-kontraktor tersebut telah dilakukan pemotongan/pemungutan
A

dan penyetoran PPh Pasal 4 (2) atas jasa konstruksi oleh dan atas nama PT PI, bukan atas nama
Pemohon Banding sebesar Rp251.778.747,00;
NG

f. bahwa menurut pemeriksa, kewajiban untuk memotong/memungut dan menyetorkan PPh Final Pasal
4 (2) atas jasa konstruksi tersebut seharusnya dilakukan oleh Pemohon Banding (JO) bukan oleh PT
PI (anggota JO);
Tidak ada pembayaran maupun Bukti Pemindahbukuan pembayaran PPh Final Pasal 4 (2) atas Jasa
konstruksi sebesar Rp251.778.747,,00 yang dilakukan dan atas nama Pemohon Banding (JO)
PE

sehingga oleh Pemeriksa diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar PPh Final pasal 4 (2);

Pendapat Tim Peneliti Kebaratan

a. bahwa PP Nomor 51 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan Atas Penghasilan Dari Usaha Jasa
Konstruksi sebagaimana telah diubah dengan PP Nomor 40 Tahun 2009 diantaranya mengatur:
- Pasal 2; Atas penghasilan dari usaha Jasa Konstruksi dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat
final
- Pasal 5 ayat (1) huruf a; Pajak Penghasilan yang bersifat final sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 dipotong oleh Pengguna Jasa pada saat pembayaran, dalam hal Pengguna Jasa
merupakan pemotong pajak;
b. bahwa Pemohon Banding melaksanakan proyek PLTU 2 NTT Kupang yang berlokasi di Desa Bolok,
Kupang, NTT dimana lokasi tersebut merupakan wilayah kerja KPP Pratama Kupang. Pemohon
Banding telah terdaftar di KPP Pratama Kupang dengan NPWP -;
bahwa atas pekerjaan konstruksi dalam rangka menyelesaikan proyek PLTU 2 NTT Kupang tersebut,
PT PI telah meng-sub-kontrakan pekerjaan konstruksi kepada beberapa perusahaan diantaranya PT
HK (Persero), PT WKIP, PT HI, dan PT DP;
c. bahwa atas pembayaran penyelesaian pekerjaan konstruksi kepada sub kontraktor tersebut
seharusnya dipotong PPh Final Pasal 4 ayat (2) atas usaha dari jasa konstruksi oleh Pemohon
Banding karena secara nyata pekerjaan tersebut untuk menyelesaikan pekerjaan atau proyek PLTU 2
NTT Kupang dimana berdasarkan Contract Agreement Nomor 442.PJ/041/DIR/2008 diketahui bahwa
kontrak tersebut antara PT PLN Persero dengan Pemohon Banding, akan tetapi atas pembayaran
penyelesaian pekerjaan konstruksi kepada sub kontraktor tersebut dilakukan
pemotongan/pemungutan PPh Final Pasal 4 ayat (2) atas usaha dari jasa konstruksi oleh PT PI
(NPWP -) selaku anggota JO;
d. bahwa berdasarkan data yang ada berupa Surat Pernyataan dari Pemohon Banding tanggal 20
Agustus 2014 diketahui bahwa Pemohon Banding menyatakan akan melakukan/mengajukan
pemindahbukuan (Pbk.) atas setoran PPh Pasal 4 ayat (2) Masa Pajak Januari-Desember 2011
sebesar Rp1.013.528.508,00. Hal ini menunjukan bahwa sebenarnya tidak ada sengketa antara
menurut Pemeriksa dengan Pemohon Banding;
bahwa sampai dengan batas waktu yang ditentukan Pemohon Banding tidak melakukan
pemindahbukuan (Pbk.) atas setoran tersebut di atas, sehingga oleh Pemeriksa diterbitkan Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak Penghasilan Final Pasal 4 ayat (2);
e. bahwa atas hal di atas maka Tim Peneliti Keberatan mempertahankan koreksi PPh Pasal 4 ayat (2)
Final yang terutang dengan perincian sebagai berikut:

Uraian menurut SPT Koreksi Menurut

K
Pemohon Surat Keberatan Pemeriksa Tim Peneliti
Banding Pemohon Banding (Rp) Keberatan 

JA
(Rp)  (Rp) (Rp)
1 2 3 4 5
- Penghasilan Kena Pajak/ -  -  8.392.624.907  8.392.624.907 
Dasar Pengenaan Pajak
- PPh Pasal 4 (2) Final yang
terutang

PA -  251.778.747  251.778.747

Tanggapan Pemohon Banding atas Hasil Penelitian Tim Peneliti Keberatan


N
bahwa Tim Peneliti Keberatan mengirimkan Surat Pemberitahuan Untuk Hadir. Pemohon Banding tidak
hadir sebagaimana telah dijadwalkan yaitu pada Hari Rabu, 16 Desember 2015, namun Pemohon
Banding memberikan keterangan tertulis sebagaimana dalam surat tanpa nomor tanggal 16 Desember
LA

2015;

Pendapat Akhir Tim Peneliti Keberatan


DI

a. bahwa dalam surat (keterangan tertulis) Pemohon Banding menyampaikan menolak/tidak setuju atas
hasil penelitian (Tim Peneliti Kebaratan) karena Pemohon Banding hanya merupakan JO yang
sifatnya koordinasi dan semua kewajiban perpajakan merupakan tanggung jawab dari masing-masing
A

peresta JO. Secara fakta hukum pihak PT PI adalah pihak yang langsung terkait melakukan
pemungutan PPh Pasal 4 ayat (2), dan Masa Januari 2011 total Dasar Pengenaan Pajak sebesar
NG

Rp8.392.624.907,00 dan PPh Final Pasal 4 ayat (2) telah dipungut dan disetorkan sejumlah
Rp251.778.747,00
bahwa dasar hukum yang disampaikan oleh Pemohon Banding dalam surat keterangannya adalah:
- UU Nomor 28 Tahun 2007 tentang KUP, Pasal 1 angka 3
- UU Nomor 36 Tahun 2008 tentang PPh, Pasal 2 angka 1 huruf b dan Pasal 4 ayat (2)
PE

- Surat DJP Nomor S-752/PJ.52/1990


b. bahwa atas keterangan Pemohon Banding di atas, Tim Peneliti Keberatan tetap berpendapat bahwa
atas pembayaran penyelesaian pekerjaan konstruksi kepada sub kontraktor tersebut seharusnya
dipotong PPh Final Pasal 4 ayat (2) atas usaha dari jasa konstruksi oleh Pemohon Banding,
karena secara nyata pekerjaan tersebut untuk menyelesaikan pekerjaan atau proyek PLTU 2 NTT
Kupang, dimana berdasarkan Contract Agreement Nomor 442.PJ/041/DIR/2008 diketahui bahwa
kontrak tersebut antara PT PLN (Persero) dengan Joint Operation Pemohon Banding, dan atas Joint
Operation (JO) tersebut sudah terdaftar sebagai Wajib Pajak di KPP Pratama Kupang dengan NPWP
- (Pemohon Banding);
c. bahwa atas surat Direktur Jenderal Pajak Nomor S-752/PJ.52/1990 tentang Penjelasan Mengenai
PPN Atas Jasa Drilling, tidak bisa dijadikan sebagai dasar hukum;
d. bahwa koreksi Pemeriksa sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku sehingga menolak
keberatan Pemohon Banding dan mempertahankan jumlah pajak yang masih harus dibayar dalam
SKPKB Pajak Penghasilan Final Pasal 4 (2) Nomor 00002/240/11/922/14 tanggal 03 Oktober 2014
dengan rekapitulasi jumlah pajak yang harus dibayar sebagai berikut:

Penjelasan Terbanding dalam persidangan:


bahwa dalam lampiran halaman 2 ada perjanjian antara KSO Poeser Shandong dengan PLN yang mana
oleh KSO tersebut yang anggotanya Poeser mensubkontrakkan ke salah satunya HK. Ketika HK selesai
melaksanakan disinilah masalahnya siapa yang seharusnya memotong PPh Pasal 4 ayat (2) jadi yang
menjadi sengketa antara Pemohon Banding dengan HK. Perjanjian antara Poeser (anggota JO) dengan
subkon HK;
bahwa Pemohon Banding sudah diberikan himbauan berkali-kali untuk membuat NPWP dan PKP
karena penelitian dilapangan sudah secara objektif dan subyektif dipenuhi Pemohon Banding, lalu terbit
PKP secara jabatan. NPWP dan PKP a.n. KSO dan anggota sudah ada sendiri-sendiri. Karena anggota
JO mensubkonkan dengan pihak lain harusnya yang melakukan pemotongan adalah Poeser seharusnya
KSO;

bahwa saat pemeriksaan Pemohon Banding sudah menyampaikan sudah melakukan pembayaran,
Pemeriksa wajib untuk melakukan klarifikasi apakah SSP tersebut terkait dengan PT PI atau terkait
dengan KSO;

bahwa SSP tersebut sudah diketahui sejak pemeriksaan, dan Terbanding menegaskan itu milik
PT PI karena sudah ada di SPT Masa PPh Pasal 4 ayat (2) a.n. PT PI, apabila PT PI ingin melakukan
pemindahbukuan maka PT PI harus melakukan pembetulan dulu terhadap SPT baru kemudian

K
mengajukan pemindahbukuan;

JA
bahwa SSP yang diajukan untuk pemindahbukuan sudah dilaporkan oleh PT PI dalam i SPT Masa PPh
Pasal 4 ayat (2) nya;

bahwa Pemohon Banding sudah setuju melakukan pemindahbukuan itu artinya Pemohon Banding
PA
setuju dengan pendapat Terbanding bahwa yang melakukan pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2)
seharusnya adalah KSO, Pemohon Banding menanyakan bagaimana bila PT PI sudah terlanjur
melakkan penyetoran, Terbanding menyampaikan bahwa apabila Pemohon Banding yakin bahwa
transaksinya sama dengan SSP tersebut, Pemohon Banding dapat melakukan PBK ke transaksi ini
karena yang seharusnya terutang adalah KSO;
N

bahwa Terbanding yakin objeknya tidak sama walupun angkanya sama karena SSP yang dilaporkan
masih dilaporkan di SPT PT PI kecuali apabila PT PI tidak pernah melaporkannya;
LA

bahwa mengenai objek yang sama atau tidak yang paling mengetahuinya adalah Pemohon Banding,
Terbanding menyarankan kalau objeknya sama Pemohon Banding dapat mengajukan Pemindahbukuan;
DI

bahwa laporan keuangan Pemohon Banding tidak ada, kalau ada perjanjiannya maka wajar KSO itu ada
laporan keuangannya. Terbanding mempertanyakan mengapa laporan auditnya atas nama PT PI bukan
atas nama KSO;
A

Tanggapan akhir Terbanding Nomor S-908/PJ.07/2017 tanggal 16 Februari 2017 dan Tanggapan
NG

akhir kedua Nomor S-1425/PJ.07/2017 tanggal 7 Maret 2017, dengan penjelasan sebagai berikut:

A. Dasar Hukum
PE

1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 (selanjutnya disebut UU
KUP)

Pasal 2 ayat (1)


Setiap Wajib Pajak yang telah Memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan wajib mendaftarkan diri pada kantor Direktorat Jenderal
Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak dan
kepadanya diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak.

Pasal 2 ayat (2)


Setiap Wajib Pajak sebagai Pengusaha yang dikenai pajak berdesarkan Undang-Undang Pajak
Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya, wajib melaporkan usahanya pada kantor Direktorat
Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan Pengusaha,
dan tempat kegiatan usaha dilakukan untuk dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak.

Pasal 2 ayat (4)


Direktur Jenderal Pajak menerbitkan Nomor Pokok Wajib Pajak dan/atau Mengukuhkan Pengusaha
Kena Pajak secara jabatan apabila Wajib Pajak atau Pengusaha Kena Pajak tidak melaksanakan
kewajibannya sebagaimaha dimaksud pada ayat (1) dan/atau ayat (2).
Pasal 2 ayat (4a)
Kewajiban perpajakan bagi Wajib Pajak yang diterbitkan Nomor Pokok Wajib Pajak dan/atau yang
dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak secara jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
dimulai sejak saat Wajib Pajak memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan, paling lama 5 (lima) tahun sebelum diterbitkannya
Nomor Pokok Wajib Pajak dan/atau dikukuhkannya sebagai Pengusaha Kena Pajak.

2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 (selanjutnya disebut UU PPh)

Pasal 4 ayat (2) huruf d


Penghasilan di bawah ini dapat dikenai pajak bersifat final:
d. penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan, Usaha jasa
konstruksi, usaha real estate, dan persewaan tanah dan/atau bangunan; dan
yang, diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah.

3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan atas

K
Penghasilan dari Usaha Jasa Konstruksi sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pernerintah
Republik Indonesia Nomor 40 tahun 2009 (PP 51)

JA
Pasal 2
Atas Penghasilan dari usaha jasa konstruksi dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final

Pasal 5 ayat (1) huruf a PA


Pajak Penghasilan yang bersifat final sebagalinana dimaksud dalam Pasal 2 dipotong oleh pengguna
jasa pada saat pembayaran, dalam hal pengguna jasa merupakan pemotong pajak.

4. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 73/PMK.03/2012 tentang Jangka Waktu
N
Pendaftaran dan Pelaporan Kegiatan Usaha, Tata Cara Pendaftaran Pemberian, dan Penghapusan
Nomor Pokok Wajib Pajak, serta Pengukuhan dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak
LA

(PMK 73)

Pasal 10
Ketentuan, lebih lanjut mengenai tata cara, pendaftaran dan pelaporan kegiatan usaha, tata cara
DI

pendaftaran, pemberian, dan penghapusan nomor pokok Wajib pajak, serta pengukuhan dan
Pencabutan Pengukuhan PKP serta kegiatan ekstensifikasi, diatur dengan Peraturan Direktur
Jenderal pajak.
A

5. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-20/PJ/2013 tentang Tata Cara Pendaftaran dan
NG

Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak, Pelaporan Usaha dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak,
Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak,
Serta Perubahan Data dan Pemindahan Wajib Pajak (PER-20)

Pasal 2 ayat (1)


PE

Wajib Pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan, wajib mendaftarkan diri pada KPP yang
wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan, dan tempat kegiatan usaha Wajib
Pajak, den kepada Wajib Pajak diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak.

Pasal 2 ayat (3) huruf d


Wajib Pajak yang wajib terdaftarkan diri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
d. Wajib Pajak badan yang hanya memiliki kewajiban perpajakan sebagai pemotong dan/atau
pemungut pajak sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, termasuk bentuk
kerja sama operasi (Joint Operation); dan

6. Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-214/PJ.12001 tentang Keterangan dan atau
Dokumen Lain yang harus Dilampirkan dalam Surat Pemberitahuan
Pasal 5 angka 3
Keterangan dan atau dokumen lain yang harus dilampirkan pada Surat Pemberitahuan Tahunan
Pajak Penghasilan Pasal 21 adalah:
Laporan Keuangan alas kegiatan kerjasama operasi bagi Wajib Pajak Kerjasama Operasi (Joint
Operation).
B. Data dan Fakta

bahwa berdasarkan dokumen, data, dan keterangan, yang disampaikan Pemohon Banding dalam surat
banding Nomor 02/DIR/KSO/BDG/III/2016 tanggal 21 Maret 2016, dapat diketahui hal-hal sebagai
berikut:

1. Sistem Informasi DJP


Berdasarkan data tersebut, diketahui bahwa Pemohon Banding terdaftar sebagai Wajib Pajak dan
berstatus sebagai Pengusaha Kena Pajak sejak tanggal 01 Desember 2011.
2. Contract Agreement Nomor 442.PJ/04.1/DIR/2008
Berdasarkan kontrak tersebut, diketahui bahwa terdapat kerjasama antara PT PLN (Persero) dengan
Pemohon Banding pada proyek PLTU 2 Kupang NTT, Coal Fired Steam Power Plant Project PLTU 2
Nusa Tenggara Timur (2x16;5 MW).
3. Joint Operation Agreement tanggal 14 September 2007
Berdasarkan perjanjian tersebut, Joint Operation (JO) atau Kerjasama Operasi (KSO) antara PT PI
dengan Shandong Machinery & Equipment I/E Group Corporation dibentuk untuk melaksanakan
proyek PLTU 2 Kupang NTT, Coal Fired Steam Power Plant Project PLTU 2 Nusa Tenggara Timur
(25(16,5 MW) dengan Pemilik proyek PT PLN (Persero).

K
4. Surat Pemohon Banding Nomor 420/PI-PD/LOI/VI/2009 tanggal 11 Juni 2009
Berdasarkan surat tersebut, diketahui bahwa dalam pelaksanaan pernbangunan proyek PLTU

JA
dimaksud, PT PI (selaku anggota JO) mengsubkontrak-kan pekerjaan kepada beberapa perusahaan
diantaranya PT HK (Persero).
Selain kepada PT HK (Persero), PT PI (selaku anggota JO) juga meng-subkontrak-kan pekerjaan
dimaksud kepada PT WKIP, PT HI, dan. PT DP.
PA
5. Surat Pernyataan Pemohon Banding tanggal 20 Agustus 2014
Berdasarkan Surat Pernyataan tersebut diketahui bahwa Pemohon Banding menyatakan akan
melakukan/mengajukan pemindahbukuan (Pbk,) atas setoran PPh Pasal 4 ayat (2) Masa Pajak
Januari s.d. Desember 2011 sebesar Rp1.013.528.508,00.
6. SPT Masa PPh Final Pasal 4 ayat (2) Masa Pajak Februari 2011 (Lampiran 6 –SPT Masa PPh Final)
N
Berdasarkan SPT dimaksud, diketahui bahwa pada bulan Februari 2011, PT PI (selaku anggota JO)
melaporkan SPT Masa PPh Final Pasal 4 ayat (2) Masa Pajak Februari 2011 pada tanggal 18 Maret
LA

2011 dengan nilai PPh yang Dipotong sebesar Rp601.983.899,00 dan telah disetor ke Kas Negara
pada tanggal 10 Maret 2011 dengan menggunakan Surat Setoran Pajak.
Berdasarkan Daftar Bukti Pemotongan/Pemungutan PPh Final Pasal 4 ayat (2) Masa Pajak Februari
2011 yang dilampirkan pada SPT dimaksud, diketahui bahwa terdapat beberapa Wajib Pajak yang
DI

dilakukan pemotongan PPh Final Pasal 4 ayat (2) oleh PT PI (selaku anggota JO) sebagai berikut:

No. PPh yang


A

Nama Wajib Pajak Dipotong/Dipungut


1. PT HK (Persero) Rp147.021.672,00
NG

2. PT DP Rp 8.938.396,00
3. PT HI Rp 41.920.875,00
4. PT WKIP Rp 68.911.200,00
5. PT WME Rp181.876.660,00
6. PT TJE Rp 74.812.527,00
PE

7. PT Amarta Karya (Persero) Rp 62.362.881,00


8. PT PB Rp 17.727.273,00
TOTAL Rp603.571.484,00
SSP Rp601.983.899,00
Selisih Kurang Disetor Rp 1.587.585,00

7. Bukti Potong PPh Final Pasal 4 ayat (2) Masa Pajak Februari 2011 (Lampiran 7 –Bukti Potong PPh
Final)
Berdasarkan dokumen tersebut, diketahui bahwa PT PI (selaku anggota JO) membuat bukti potong
atas PPh Pasal 4 ayat (2) yang telah dilakukan pemotongan.
8. Surat permohonan pemindahbukuan (Lampiran 8 – Permohonan Pbk)
Berdasarkan dokumen tersebut, diketahui bahwa PT PI (selaku anggota JO) mengajukan
permohonan pemindahbukuan dari setoran atas nama PT PI ke pembayaran surat ketetapan pajak
Pemohon Banding.
9. Surat penolakan permohonan pemindahbukuan (Lampiran 9 – Penolakan Pbk)
Berdasarkan dokumen tersebut, diketahui bahwa permohonan pemindahbukuan yang diajukan oleh
PT PI tidak dapat diproses lebih lanjut karena PT PI (selaku anggota JO) telah memperhitungkan
setoran dimaksud pada pelaporan SPT Masa PPh Pasal 4 ayat (2) atas nama PT PI sendiri dan Asli
SSP Lembar 1 tidak dilampirkan.
10. Surat Himbauan Pendaftaran NPWP dan PKP (Lampiran 10 – Dokumen Himbauan)
Berdasarkan surat nomor S-73/WPJ.31/KP.04/2012 tanggal 09 Mei 2012 tentang Himbauan
Pemenuhan Kewajiban PPN, diketahui bahwa Kepala KPP Pratama Kupang memberikan himbauan
kepada Pemohon Banding untuk melaksanakan kewajiban penyetoran dan pelaporan PPN.
Berdasarkan surat nomor S-74/WPJ.31/KP.04/2012 tanggal 09 Mei 2012 tentang Himbauan
Pemenuhan Kewajiban PPh Pasal 21, diketahui bahwa Kepala KPP Pratama Kupang memberikan
himbauan kepada Pemohon Banding untuk melaksanakan kewajiban penyetoran dan pelaporan PPh
Pasal 21.
Berdasarkan surat nomor S-96/WPJ.31/KP.04/2012 tanggal 21 Mei 2012 tentang Himbauan 11,
diketahui bahwa Kepala KPP Pratama Kupang mengingat kembali kepada Pemohon Banding untuk
melaksanakan kewajiban penyetoran dan pelaporan PPN dan PPh Pasal 21 karena Pemohon
Banding tidak menanggapi surat nomor S-73/WPJ.31/KP.04/2012 tanggal 09 Mei 2012 dan surat
nomor S-74/WPJ.31/KP.04/2012 tanggal 09 Mei 2012.
Berdasarkan surat nomor S-520/WPJ.31/KP.0406/2011 tanggal 21 Juni 2011 tentang Himbauan
Untuk Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan Dikukuhkan Sebagai Pengusaha Kena Pajak
(PKP), diketahui bahwa Kepala KPP Pratama Kupang meminta Pemohon Banding untuk melaporkan
kegiatan usahanya di KPP Pratama Kupang agar memperoleh NPWP dan mendaftarkan diri untuk
dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak.

K
Berdasarkan surat nomor 1013.ADM/DIR/IX/2011 tanggal 19 September 2011 tentang Tanggapan
Himbauan Untuk Memiliki NPWP dan Dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak, diketahui bahwa

JA
Direktur Utama PT PI (selaku anggota JO) meminta agar dapat melaksanakan kewajiban
perpajakannya secara terpusat atas transaksi Joint Operation yang sifatnya dari awal adalah untuk
koordinasi dan negosiasi.
Berdasarkan surat nomor S-839/WPJ.31/KP.0405/2011 tanggal 01 Desember 2011 tentang
PA
Pemberian NPWP dan/atau Pengukuhan sebagai Pengusaha Kena Pajak, diketahui bahwa Kepala
KPP Pratama Kupang memberikan NPWP dan Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak kepada
Pemohon Banding berdasarkan Laporan Pemeriksaan Pajak Dalam Rangka Pemberian NPWP
dan/atau Pengukuhan Sebagai Pengusaha Kena Pajak Nomor LAP-281/WPJ.31/KP.0405/2011
tanggal 01 Desember 2011.
N
11. Surat Keterangan Terdaftar (Lampiran 11 – SKT)
Berdasarkan dokumen dimaksud, diketahui Pemohon Banding Shandong Machinery and Equipment
LA

l/E G telah terdaftar di KPP Pratama Kupang tanggal 01 Desember 2011, NPWP -, dengan
kewajiban pajak berupa:
a. PPh Pasal 4 ayat (2)
b. PPh Pasal 15
DI

c. PPh Pasal 19
d. PPh Pasal 21
e. PPh Pasal 22
A

f. PPh Pasal 26
g. PPN
NG

Catatan :
Tanggal penerbitan Surat Keterangan Terdaftar selaiu berubah sesuai dengan saat Surat Keterangan
Terdaftar tersebut dibutuhkan untuk dicetak kembali.
12. Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (Lampiran 12 – SPPKP)
Berdasarkan dokumen dimaksud, diketahui Pemohon Banding Shandong Machinery and Equipment
PE

I/E G telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak di KPP Pratama Kupang tanggal 01
Desember 2011, NPWP -.
Catatan :
Tanggal penerbitan Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak selalu berubah sesuai dengan saat
Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak tersebut dibutuhkan untuk dicetak kembali.
13. Kronologi penerbitan NPWP dan Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak adalah sebagai berikut:
a. KPP Pratama Kupang memperoleh data Contract Agreement no. 442/PJ./041/DIR/2008 tanggal
11 Juni 2008, yaitu kontrak proyek pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) 2 Nusa
Tenggara Timur antara PT PLN (Persero) selaku project owner dengan JO Pemohon Banding
(SDMECO) selaku pelaksana proyek.
b. Proyek tersebut Iebih dikenal sebagai PLTU Bolok 2 dan berlokasi di Desa Bolok, Kota Kupang,
yang merupakan wilayah kerja KPP Pratama Kupang.
c. KPP Pratama Kupang menindaklanjuti data tersebut dengan mengirimkan surat himbauan nomor
S-520/WPJ.31/KP.0406/2011 tanggal 21 Juni 2011 perihal Surat Himbauan untuk memiliki
NPWP dan dikukuhkan sebagai PKP karena pelaksana proyek tersebut belum memiliki NPWP di
KPP Pratama Kupang.
d. PT PI (selaku anggota JO) memberikan tanggapan atas surat himbauan tersebut dengan surat
nomor 1013ADM/DIR/IX/2011 tanggal 19 September 2011 perihal tanggapan himbauan untuk
memiliki NPWP dan dikukuhkan sebagai PKP.
e. Oleh karena dalam Surat Tanggapan tersebut, PT PI (selaku anggota JO) menolak untuk
memiliki NPWP dan dikukuhkan sebagai PKP di KPP Pratama Kupang, hal tersebut
ditindakianjuti dengan dikeluarkannya Surat Perintah Pemeriksaan nomor PRINT-
328/WPJ.31/KP.0405/2011 tanggal 18 November 2011 dalam rangka Pemberian NPWP
dan/atau Pengukuhan sebagai Pengusaha Kena Pajak.
f. Sesuai dengan hasil pemeriksaan yang tertuang dalam Laporan Hasil Pemeriksaan Nomor LAP-
281/WPJ.31/KP.0405/2011 tanggal 01 Desember 2011 dengan kriteria pemeriksaan pemberian
NPWP dan/atau Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, Pemohon Banding diberikan NPWP dan
dikukuhkan PKP secara jabatan oleh KPP Pratama Kupang.
Pertimbangan yang dipergunakan untuk memberikan NPWP dan Surat Pengukuhan Pengusaha
Kena Pajak adalah sebagai berikut:
1) Pemohon Banding belum terdaftar sebagai Wajib Pajak pada KPP Pratama Kupang.
2) Alamat Proyek Pemohon Banding berada di Desa Bolok, Kec. Kupang Barat, Kota Kupang
yang merupakan wilayah kerja KPP Pratama Kupang.
3) Pemohon Banding sedang melakukan pengerjaan proyek pembangunan Pembangkit Listrik
Tenaga Uap (PLTU) 2 Nusa Tenggara Timur dengan PT PLN (Persero) selaku project owner.
4) Bentuk usaha Pemohon Banding adalah Joint Operation (JO) antar PT PI (selaku anggota
JO), NPWP -, dan Shandong Machinery & Equipment l/E G, NPWP 02.072.309.4053.000.

K
5) Sesual dengan Contract Agreement Nomor 442/PJ./041/DIR/2008 tanggal 11 Juni 2008,
proyek pembangunan tersebut merupakan proyek antara PT PLN (Persero) dengan Joint

JA
Operation (JO) dan bukan proyek sendiri-sendiri dengan masing-masing anggota Joint
Operation (JO). Dengan demikian, JO telah melakukan transaksi dan penyerahan BKP/JKP
kepada PT PLN (Persero) selaku Project Owner/
6) Dasar hokum yang digunakan adalah Pasal 1 poin 2,3,4,5 dan Pasal 2 ayat (4) UU KUP serta
Pasal 1 poin 13, 14, 15 UU PPN. PA
g. Hasil pemeriksaan tersebut telah disampaikan kepada Pemohon Banding dengan surat nomor S-
839/WPJ.31/KP.0405/2011 tanggal 01 Desember 2011 kepada Pemohon Banding perihal
pemberian NPWP dan/atau Pengukuhan sebagai Pengusaha Kena Pajak.
h. Pemberian NPWP dan Pengukuhan PKP secara jabatan oleh KPP Pratama Kupang tersebut
N
juga diberitahukan kepada PT PLN (Persero) selaku project owner dengan surat nomor S-
141/WPJ.31/KP.0405/2011 tanggal 06 Desember 2011 kepada Direktur PT PLN (Persero) perihal
LA

Pemberitahuan Pemberian NPWP dan Pengukuhan sebagai Pengusaha Kena Pajak secara
jabatan atas JO PT. PI dan SDMECO.

C. Penjelasan Terbanding
DI

1. Merujuk pada Surat Uraian Banding Terbanding halaman 6 angka 5b Nomor


SUB-07/WPJ.31/BD.06/2016 tanggal 02 Mei 2016, dijelaskan bahwa atas pembayaran penyelesaian
A

pekerjaan konstruksi kepada subkontraktor seharusnya dipotong PPh Final Pasal 4 ayat (2) atas
usaha dari jasa konstruksi oleh Pemohon Banding (Pemohon Banding) karena secara nyata
NG

pekerjaan tersebut untuk menyelesaikan pekerjaan atau proyek PLTU 2 NTT Kupang sesuai
Contract Agreement Nomor 442.PJ/041/DIR/2008.
2. Merujuk pada Surat Tanggapan Akhir Terbanding halaman 5 angka 3 nomor S-908/PJ.07/2017
tanggal 16 Februari 2017, dijelaskan bahwa pembayaran penyelesaian pekerjaan konstruksi kepada
subkontraktor wajib dipotong PPh Final Pasal 4 ayat (2) oleh Pemohon Banding (Pemohon Banding)
PE

atas usaha dari jasa konstruksi dimaksud.


3. Joint Operation (JO) tersebut sudah terdaftar sebagai Wajib Pajak Badan di KPP Pratama Kupang
dengan nama Pemohon Banding dan NPWP - sehingga memiliki kewajiban sebagai pemotong
dan/atau pemungut pajak sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Hal ini
terlihat pada surat-surat penegasan yang pernah diterbitkan oleh Terbanding seperti misalnya pada
Surat Direktur Jenderal Pajak Nomor S-956/PJ.53/2005 tanggal 10 November 2005.
Selanjutnya, diberikan penegasan lagi sesuai Pasal 10 PMK 73 serta Pasal 2 ayat (1) dan Pasal 2
ayat (3) huruf d PER 20 bahwa Wajib Pajak yang wajib mendaftarkan diri meliputi Wajib Pajak badan
yang hanya memiliki kewajiban perpajakan sebagai pemotong dan/atau pemungut pajak sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, termasuk bentuk kerja sama operasi (Joint
Operation).
Oleh sebab itu, Pemohon Banding tidak seharusnya lagi mempermasalahkan pelaksana kegiatan
yang sebenarnya dari Joint Operation dimaksud sebagaimana penggunaan S-323/PJ.42/1989 dan
S-349/PJ.321/1990 sebagai pendukung alasan bandingnya.
Antara Pemohon Banding (Pemohon Banding) dengan PT PI adalah dua entitas yang berbeda yang
masing-masing memiliki kewajiban perpajakan sebagai pemotong dan/atau pemungut pajak sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
4. Sesuai dengan dokumen Pemohon Banding berupa kontrak, perjanjian, dan surat konfirmasi
subkontrak, diketahul bahwa Pemohon Bandingroup melaksanakan proyek PLTU 2 NTT Kupang
yang berlokasi di Desa Bolok, Kupang, NTT. Lokasi tersebut merupakan wilayah kerja KPP Pratama
Kupang. Pemohon Bandingroup telah terdaftar di KPP Pratama Kupang dengan NPWP -.
Atas pekerjaan konstruksi dalam rangka menyelesaikan proyek PLTU 2 NTT Kupang tersebut, PT PI
(selaku anggota JO) telah meng-subkontrak-kan pekerjaan konstruksi dimaksud kepada beberapa
perusahaan diantaranya PT HK (Persero), PT Wijaya Karya lnsan Pertiwi, PT HI, dan PT DP.
Atas pembayaran penyelesaian pekerjaan konstruksi kepada subkontraktor tersebut seharusnya
dipotong PPh Final Pasal 4 ayat (2) atas usaha dari jasa konstruksi oleh Pemohon Banding
(Pemohon Banding).
5. Pada saat pemeriksaan dan keberatan, Pemohon Banding menjelaskan bahwa atas pembayaran
penyelesaian pekerjaan konstruksi kepada subkontraktor dimaksud telah dilakukan
pemotongan/pemungutan PPh Final Pasal 4 ayat (2) oleh PT PI (NPWP -) selaku anggota JO,
padahal PT PI (selaku anggota JO), NPWP -, telah mengakuinya sebagai setorannya sendiri dengan
melaporkan pemotongan PPh Final dimaksud pada SPT Masa PPh Final Pasal 4 ayat (2) PT PI,
NPWP -.
6. Pemohon Banding tidak dapat mengakui pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) yang dilakukan oleh PT
PI (selaku anggota JO) merupakan pemenuhan kewajiban pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) yang
harus dilakukan Pemohon Banding sendiri karena secara nyata, pekerjaan subkontrak tersebut untuk
menyelesaikan pekerjaan atau proyek PLTU 2 NTT Kupang sesuai Contract Agreement Nomor

K
442.PJ/041/DIR/2008 antara PT PLN Persero dengan Pemohon Banding (Pemohon Banding) dan
pihak pengguna jasa dari kegiatan subkontrak tersebut adalah Pemohon Banding (Pemohon

JA
Banding). Hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 4 ayat (2) huruf d UU PPh serta Pasal 2 dan Pasal
5 ayat (1) huruf a PP 51.
7. Berdasarkan Surat Pernyataan Pemohon Banding tanggal 20 Agustus 2014 diketahui bahwa
Pemohon Banding menyatakan akan melakukan/mengajukan pemindahbukuan (Pbk.) atas setoran
PA
PPh Pasal 4 ayat (2) Masa Pajak Januari s.d. Desember 2011 sebesar Rp1.013.528.508,00.
Hal ini menunjukan bahwa sebenarnya Pemohon Banding telah sependapat dengan Terbanding.
Meskipun, sampai dengan batas waktu yang ditentukan, Pemohon Banding tidak kunjung melakukan
pemindahbukuan atas setoran tersebut dimaksud.
8. PT PI (selaku anggota JO) telah mengajukan permohonan pemindahbukuan atas setoran PPh Final
N
Pasal 4 ayat (2) ke setoran PPh Final Pasal 4 ayat (2) atas nama Pemohon Banding, tetapi tidak
melakukan pembetulan atas setoran dimaksud yang sudah dilaporkannya di SPT Masa PPh Final
LA

Pasal 4 ayat (2) PT PI (selaku anggota JO) dan tidak melampirkan SSP Lembar 1 sehingga
Terbanding menolak permohonan dimaksud.
Hal ini telah menunjukkan bahwa setoran PPh Final Pasal 4 ayat (2) dimaksud adalah tetap sebagai
setoran PPh Final Pasal 4 ayat (2) untuk memenuhi kewajiban pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2)
DI

atas nama PT PI (selaku anggota JO), bukan atas nama Pemohon Banding.
9. Pemindahbukuan yang dilakukan oleh PT PI sebagai salah satu anggota Joint Operation tidak lantas
menunjukkan bahwa sengketa ini hanyalah masalah administrasi semata, melainkan bahwa dengan
A

melakukan pemindahbukuan dimaksud, PT PI sebagai salah satu anggota Joint Operation


menyadari bahwa kewajiban pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) dalam sengketa ini adalah kewajiban
NG

dari Pemohon Banding selaku Pemohon Banding. Apabila Pemohon Banding tidak bersedia
melunasi PPh Pasal 4 ayat (2) terutang dimaksud, tentu akan ada kerugian negara yang disebabkan
oleh keengganan Pemohon Banding untuk melunasinya.
10. NPWP Pemohon Banding dan Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajaknya baru diterbitkan secara
jabatan pada tanggal 01 Desember 2011 karena Pemohon Banding belum mendaftarkan did
PE

meskipun persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan telah terpenuhi. Hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 2 ayat (1), ayat (2) dan
ayat (4) UU KUP.
Sesuai dengan dokumen surat himbauan sebagaimana telah disebutkan pada pain B angka 10,
Terbanding telah berusaha memberikan pembinaan dan pengarahan kepada Pemohon Banding
sesuai dengan ketentuan perundang-undangan perpajakan yang berlaku, tetapi tidak mendapatkan
tanggapan yang positif dari Pemohon Banding sehingga Terbanding menebitkan NPWP dan Surat
Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak secara jabatan sebagaimana telah disebutkan pada poin B
angka 11 dan angka 12 di atas.
11. Pada saat persidangan, Pemohon Banding telah mengakui tidak membuat Laporan Keuangan,
padahal Laporan Keuangan atas kegiatan kerjasama operasi sebagaimana yang dilakukan oleh
Pemohon Banding harus dilampirkan pada saat penyampaian SPT PPh Pasal 21 sehingga Pemohon
Banding telah melanggar ketentuan Pasal 5 angka 3 KEP-214.
12. Dengan demikian, sesuai dengan ketentuan Pasal 2 ayat (4a) UU KUP, kewajiban perpajakan
Pemohon Banding dimulai sejak saat Pemohon Banding memenuhi persyaratan subjektif dan objektif
sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan perpajakan, paling lama 5 (lima) tahun
sebelum diterbitkannya Nomor Pokok Wajib Pajak danlatau dikukuhkannya sebagai Pengusaha
Kena Pajak sehingga Terbanding berwenang untuk menerbitkan SKPKB PPh Pasal 4 ayat (2) untuk
Masa Pajak Februari 2011 dimaksud.
Kesimpulan dan Usul

1. Pemohon Banding merupakan Joint Operation (JO) yang sudah terdaftar sebagai Wajib Pajak Badan
di KPP Pratama Kupang sehingga memiliki kewajiban sebagai pemotong dan/atau pemungut pajak
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
2. Terbanding telah berusaha memberikan pembinaan dan pengarahan terkait kewajiban perpajakan
kepada Pemohon Banding sesuai dengan ketentuan perundang-undangan perpajakan yang berlaku,
tetapi tidak mendapatkan tanggapan yang positif dari Pemohon Banding.
3. NPWP dan Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak Pemohon Banding diterbitkan secara jabatan
pada tanggal 01 Desember 2011 karena Pemohon Banding belum mendaftarkan diri meskipun
persyaratan subjektif dan objektif telah terpenuhi.
4. Terdapat kerjasama antara PT PLN (Persero) dengan Pemohon Banding pada proyek PLTU 2
Kupang NTT, Coal Fired Steam Power Plant Project PLTU 2 Nusa Tenggara Timur (2x16,5 MW).
5. Dalam rangka menyelesaikan proyek PLTU 2 Kupang NTT, PT PI (selaku anggota JO) meng-
subkontrak-kan pekerjaan kepada beberapa perusahaan diantaranya PT HK (Persero).
6. Atas pembayaran jasa konstruksi dalam kegiatan peng-subkontrak-kan proyek PLTU 2 Kupang NTT,

K
terutang PPh Pasal 4 ayat (2) yang harus dipotong oleh Pemohon Banding selaku Pemohon
Banding.

JA
7. Pemohon Banding selaku Pemohon Banding belum melakukan pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2).
8. Antara Pemohon Banding (Pemohon Banding) dengan PT PI adalah dua entitas yang berbeda yang
masing-masing memiliki kewajiban perpajakan sebagai pemotong danlatau pemungut pajak sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
PA
9. Koreksi Positif DPP PPh Pasal 4 ayat (2) – Jasa Konstruksi sebesar Rp8.392.624.907,00 telah
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.
10. Penerbitan surat keputusan keberatan telah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan yang berlaku.
N
bahwa berdasarkan uraian tersebut di atas, Terbanding berpendapat Keputusan Terbanding Nomor
KEP-2005/WPJ.31/2015 tanggal 23 Desember 2015 tentang Keberatan atas SKPKB PPh Pasal 4 ayat
LA

(2) Nomor 00002/240/11/922/14 tanggal 03 Oktober 2014 Masa Pajak Februari 2011 telah sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku sehingga Terbanding mengusulkan agar Majelis
Hakim yang mulia menolak permohonan banding Pemohon Banding;
DI

Menurut Pemohon Banding:

Koreksi positif terhadap peredaran usaha sebesar Rp8.392.624.907


A

bahwa Pemohon Banding tidak setuju dengan koreksi positif yang dilakukan oleh Pemeriksa atas
NG

penghasilan kena pajak yang dikenakan PPh pajak Final PPh pasal 4 (2) terhadap Pemohon Banding,
yang mana sebenarnya Penghasilan Kena Pajak tersebut telah dikenakan/dibayar oleh PT PI.
Sementara Pemohon Banding sama sekali tidak memiliki aktivitas maupun legalitas penuh, KSO ini
semata-mata ditujukan untuk kepentingan marketing untuk memperoleh projek. Sesuai Surat Direktur
Jenderal Pajak Nomor S-323/PJ.42/1989 butir
PE

4. Dalam rangka menentukan dan memperhitungkan besarnya PPh yang terhutang untuk Badanbadan
tersebut, pembukuan yang terpisah dari masing-masing Badan yang bergabung dalam joint operation
dapat dilakukan;
Ketentuan ini juga mencakup dan berlaku bagi penghasilan yang diterima dari proyek bantuan luar
negeri;

bahwa Surat Direktur Jenderal Pajak Nomor S-349/PJ.321/1990 tertanggal 25 October 1990, juga
secara jelas mengatur bahwa:
1.2. Apabila seluruh transaksinya dengan pihak lain secara nyata dilakukan atas nama masing-masing
anggota Joint Operation, sedangkan Joint Operation hanya untuk koordinasi dan secara nyata
tidak melakukan transaksi penyerahan BKP/JKP kepada pihak lain, maka yang wajib dikukuhkan
menjadi PKP hanya para anggota Joint Operation saja;

bahwa hal lain yang mendukung, PP Nomor 51 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan atas penghasilan
dari usaha jasa konstruksi sebagaimana telah dirubah dengan PP Nomor 40 Tahun 2009 diantaranya
mengatur
- Pasal 2 Atas penghasilan dari usaha jasa konstruksi dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final
- Pasal 5 ayat (1) huruf a; Pajak Penghasilan yang bersifat final sebagaimana dimaksud dalam pasal 2
dipotong oleh Pengguna jasa pada saat pembayaran, dalam hal pengguna Jasa merupakan
pemotong pajak;

bahwa pengguna jasa dalam hal ini PT PI, dimana semua kontrak antara subkontraktor dilakukan secara
Iangsung oleh PT PI dengan subkontraktor, sehingga Pemohon Banding, sama sekali tidak terlibat
terhadap semua kontraktor yang ada. Dengan demikian secara jelas Pemohon Banding, merupakan
KSO yang dibentuk dalam rangka pemenang tender;

bahwa permintaan untuk pemindahanbukuan telah diupayakan, walaupun tidak sesuai dengan
pemahaman yang dimiliki oleh PT PI, namun akhirnya tetap mendapat penolakan dari KPP Wajib Pajak
Besar PT PI melalui suratnya tertanggal 8 Januari 2016 Nomor S.86/WPJ.04/KP.11/2016 dengan
didasarkan ketentuan PMK Nomor 242/PMK.03/2014 tentang tata cara Pembayaran dan Penyetoran
Paja, diatur antara lain ... pemohonan pemindahbukuan dalam hal pembayaran tersebut belum
diperhitungkan dengan pajak yang terutang, dalam hal ini menurut KPP Wajib Pajak Besar PT PI telah
diperhitungkan pada pelaporan SPT PPh pasal 4 ayat (2) Masa Pajak Februari 2011;

bahwa berdasarkan uraian di atas, maka Pemohon Banding memohon kepada Majelis untuk
mengabulkan permohonan banding yang Pemohon Banding ajukan dan membatalkan Surat Ketetapan
Pajak yang telah diterbitkan oleh Terbanding. Mengingat semua kewajiban perpajakan telah dilakukan

K
pembayaran serta pelaporan sebagaiaman harusnya;

JA
Penjelasan Pemohon Banding dalam persidangan:

bahwa berdasarkan Perjanjian Kontrak Nomor 442.PJ/041/DIR/2008, kegiatan operasional dilaksanakan


oleh masing-masing anggota. Pada halam 11 perjanjian disebutkan PT PI dalam KSO berkedudukan
sebagai anggota dan leader KSO; PA
bahwa Perjanjian tersebut multi years berakhir tahun 2013 dan diperpanjang sampai dengan tahun
2014;
N
bahwa secara formal KSO tidak ada bentuknya, tidak ada kegiatan apa-apa, aset KSO tidak ada,
anggaran tidak ada, rapat pemilik saham tidak ada, Pemohon Banding tidak membuat laporan
LA

keuangan, yang ada adalah laporan keuangan PT PI;

Closing Statement Pemohon Banding tanpa nomor tanggal 07 Maret 2017, dengan penjelasan
sebagai berikut:
DI

bahwa Pemohon Banding adalah konsorsium atau Joint Operasi yang dibentuk dalam rangka untuk
pemenangan tender, dengan demikian dari awal KSO ini memang bukan merupakan bentuk badan
A

usaha, tidak pernah menyerahakan barang/jasa kena pajak, dan tidak mendaftarkan diri untuk
memperoleh nomor NPWP maupun PKP (non administrasi JO).
NG

Dasar Hukum

 KSO ini telah selaras dengan kontrak PLN Nomor 442.PJ/041/DIR/2008



PE

Perjanjian KSO antara PT PI dengan Shandong Machinery & Equipment I/EG (JO)
 Surat DJP NO. S-752/PJ.52/1990 tertanggal 9 Juni 1990
 Surat Direktur Jenderal Pajak Nomor S-349/P1.321/1990 tertanggal 25 Oktober 1990

Penjelasan

KSO ini telah selaras dengan kontrak PLN Nomor 442.PJ/041/DIR/2008 yang dibuat tanggal 11 Juni
2008 yang mana masing masing peserta KSO adalah bertanggungjawab terhadap penyerahaan barang
sampai dengan penagihannya. Tanggungjawab masing-masing peserta KSO diperjelas dalam kontrak
Nomor 422.PJ/041/DIR/2008 pada buku 1 sub 6 yaitu Ringkasan harga kontrak sebagaimana dalam
jadwal 1.1. yang mana scope masing-masing peserta diperjelas. Begitu juga penjelasan dalam bagian 3
Syarat khusus kontrak dimana masing-masing perserta diwajibkan dalam kontrak untuk menerbitkan
bank garansi atas masing masing peserta KSO kepada PLN;

bahwa dalam Perjanjian KSO antara PT PI dengan Shandong Machinery & Equipment I/EG (JO) secara
jelas menjelaskan:
Butir 5. Kewajiban

5.0 Setiap Anggota bertanggungjawab atas Lingkup Pekerjaan


6.2 Faktur supply dan jasa yang ditunjukan kepada Pemilik harus dibuat dan dikeluarkan oleh
masing-masing anggota.

bahwa dari transaksi diatas dapat dilihat bahwa "substances over form" bahwa KSO ini merupakan Non
Administrasi JO, Hal ini diatur dalam surat Direktur Jenderal Pajak Nomor S-349/PJ.321/1990 tertanggal
25 Oktober 1990, secara jelas mengatur:

1.2 Apabila seluruh transaksinya dengan pihak lain secara nyata dilakukan atas nama masing-masing
anggota Joint Operation, Sedangkan Joing Operasi hanya untuk koordinasi dan secara nyata
tidak melakukan transaksi penyerahaan BKP/JKP kepada pihak lain, maka wajib pajak
dikukuhkan menjadi PKP hanya para anggota joint operation saja.

bahwa dalam Surat Direktur Jenderal Pajak Nomor S-752/PJ.52/1990 tertanggal 9 Juni 1990, sebagai
berikut:

1.2. Apabila dua badan atau lebih dalam rangka menyelesaikan suatu proyek mendirikan suatu
jaringan usaha berbentuk Joint Operation, untuk tujuan pengenaan PPN dapat dilaksanakan
sebagai berikut :
1.2.2. Sebaliknya apabila masing-masing anggota Joint Operation terpisah sama sekali satu dengan

K
lainnya dan setiap anggota bebas berbuat dan bertanggungjawab, maka masing-masing anggota
adalah Pengusaha Kena Pajak, dan Joint Operation bukan Pengusaha Kena Pajak.

JA
bahwa sampai saat ini Pemohon Banding tidak pernah setuju, untuk melakukan pemindahbukuan
sebagaimana diminta oleh Pihak Terbanding, mengingat KSO yang ada adalah benar "Non Administrasi
JO";
PA
bahwa namun akhirnya upaya untuk pemindahbukuan oleh Pemohon Banding tetap dilakukan walaupun
dengan berat hati melalui Surat Nomor 813/PI/DIR/PB/PPH/X11/2015 tertanggal 15 Desember 2015.
Sampai akhirnya mendapat penolakan dari KPP Madya Gambir dengan alasan sebagai berikut:
N
a. Permohonan pemindahbukuan yang Saudara ajukan adalah pemindahbukukan setoran PPh Pasal 4
ayat 2 Masa Pajak Februari 2011 ke Ketetapan Pajak Nomor 00002/240/11/922/14 sebesar
LA

Rp251.778.747,00. Berdasarkan data administrasi kami, atas SSP PPh Pasal 4 ayat 2 sebesar
Rp251.778.747,00 tersebut telah Saudara perhitungkan pada pelaporan SPT PPh Pasal 4 ayat 2
Masa Pajak Januari, Asli SSP Lembar 1 atau dokumen lain yang kedudukannya disamakan dengan
SSP.
DI

bahwa selain alasan yang diberikan oleh KPP Madya Gambir, khususnya untuk butir a. diatas dalam
pelaksanaannya juga sangat sulit untuk meminta kepada Vendor misalnya dalam kasus ini merubah
A

kontrak yang sudah terjadi jauh sebelum adanya transaksi pertukaran barang/jasa ditahun 2011. Yang
artinya akan membawa akibat tuntutan hukum yang mungkin timbul dengan adanya keinginan merubah
NG

kontrak sebelum tahun 2011 dari PT PI ke PT PI & KSO Shandong Machinery & Equipment l/E G (JO),
Hal utama lainnya adalah faktur pajak masukan juga yang mulanya adalah pajak masukan juga telah
dikompensasikan oleh PT PI dengan Pajak Keluaran. Dan Khususnya untuk bulan September 2011
sampai dengan Desember juga telah dilakukan restitusi;
PE

bahwa sementara dari sisi Pihak Terbanding sama sekali tidak mempertimbangkan teknis lapangan dan
tuntutan hukum yang mungkin timbul diakibatkan merubah semua struktur kontrak yang ada. Sisi lainnya
baik pihak terbanding maupun pemohon banding telah setuju bahwa semua kewajiban perpajakan telah
terbayarkan;

Kesimpulan

bahwa berdasarkan uraian diatas dapat dijelaskan bahwa transksi KSO yang ada adalah "Non
Administrasi JO" KSO secara nyata-nyata tidak menyerahkan penyerahaan barang, Baik dalam kontrak
dengan PLN juga secara jelas deskripsi tanggungjawab dan scope pekerjaan adalah dilakukan oleh
Masing-masing JO sampai dengan Penagihan dan pembayaran, termasuk penyerahaan bank garansi
juga atas masing-masing KSO;

bahwa perbaikan perhitungkan pada pelaporan SPT PPh Pasal 4 ayat 2 Masa Pajak Februari 2011 akan
membawa implikasi perubahan kontrak 2011 yang sulit untuk dilakukan perbaikan pada saat masa kini.
Sebagai mana dibayangkan bertapa rumitnya dan kompleksnya proses pemindahbukuan yang
seharusnya tidak lagi menjadi beban perusahaan yang selama ini telah memenuhi semua kewajiban
perpajakan yang ada baik terbanding dan pemohon banding setuju bahwa negara tidak dirugikan;
Usul

bahwa berdasarkan bantahan uraian banding dari Pemohon Banding tersebut diatas, maka Pemohon
Banding mengusulkan dan memohon kepada Pengadilan Pajak agar Permohonan Banding dari
Pemohon Banding atas keputusan penolakan keberatan Pemohon Banding dapat dikabulkan;

Menurut Majelis:

bahwa berdasarkan pemeriksaan Majelis terhadap berkas banding, diketahui Terbanding melakukan
koreksi positif atas Dasar Pengenaan Pajak sebesar Rp8.392.624.907,00 karena selama Masa Pajak
Februari 2011 terdapat pencairan atau pembayaran atas pekerjaan konstruksi kepada sub-kontraktor
dengan nilai pembayaran sebesar Rp8.392.624.907,00;

bahwa sesuai dengan dokumen Pemohon Banding berupa kontrak, perjanjian, dan surat konfirmasi
subkontrak, diketahui bahwa Pemohon Bandingroup melaksanakan proyek PLTU 2 NTT Kupang yang

K
berlokasi di Desa Bolok Kupang, NTT. Lokasi tersebut merupakan wilayah kerja KPP Pratama Kupang
dan Pemohon Banding Shandong Mechinery Equipment 1/E Group telah terdaftar di KPP Pratama.

JA
Kupang dengan NPWP 03.149.565.9-922.000.

bahwa menurut Terbanding, kepada Pemohon Banding sudah diberikan himbauan berkali-kali untuk
membuat NPWP dan PKP karena penelitian dilapangan sudah secara objektif dan subyektif dipenuhi
PA
Pemohon Banding, sehingga NPWP Pemohon Banding dan Surat Pengukuhan Pengusaha Kena
Pajaknya baru diterbitkan secara jabatan pada tanggal 01 Desember 2011 karena Pemohon Banding
belum mendaftarkan diri meskipun persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan telah terpenuhi. Hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 2 ayat (1),
ayat. (2) dan ayat (4) Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
N
Perpajakan s.t.d.t.d Undang-undang Nomor 16 Tahun 2009 ( UU KUP ). Dengan demikian NPWP dan
PKP KSO dan anggota KSO sudah ada sendiri-sendiri;
LA

bahwa atas pekerjaan konstruksi dalam rangka menyelesaikan proyek PLTU 2 NTT Kupang tersebut, PT
PI telah meng-subkontrak-kan pekerjaan konstruksi dimaksud kepada beberapa perusahaan,
diantaranya PT HK (Persero), PT WKIP, PT HI, dan PT DP. Atas pembayaran penyelesaian pekerjaan
DI

konstruksi kepada subkontraktor tersebut seharusnya dipotong PPh Final Pasal 4 ayat (2) atas usaha
dari jasa konstruksi oleh Pemohon Banding (Pemohon Banding).
A

bahwa pada saat pemeriksaan dan keberatan, Pemohon Banding menjelaskan bahwa atas pembayaran
penyelesaian, pekerjaan konstruksi kepada subkontraktor dimaksud telah dilakukan pemotongan/
NG

pemungutan PPh Final Pasal 4 ayat (2) oleh PT PI (NPWP -) selaku anggota JO.;

bahwa Pemohon Banding tidak setuju dengan koreksi positif yang dilakukan oleh Terbanding atas
penghasilan kena pajak yang dikenakan PPh Pajak Final Pasal 4 (2) terhadap Pemohon Banding, yang
mana sebenarnya penghasilan kena pajak tersebut telah dikenakan/dibayar oleh PT. PI. Sementara
PE

Pemohon Banding sama sekali tidak memiliki aktivitas maupun legalitas penuh, KSO ini semata mata
ditujukan untuk kepentingan marketing untuk memperoleh projek.

bahwa ketidaksetujuan Pemohon Banding berdasarkan pada ketentuan yang dibuat oleh Terbanding
antara lain sebagai berikut :

1. Peraturan Pemerintah Nomor 51 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan Atas Penghasilan Dari
Usaha Jasa Konstruksi sebagaimana telah diubah dengan PP nomor 40 Tahun 2009 diantaranya
mengatur:
 Pasal 2 :
Atas penghasilan dari usaha jasa konstruksi dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final;
 Pasal 5 ayat (1) huruf a :
Pajak Penghasilan yang bersifat final sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 dipotong oleh
pengguna jasa pada saat pembayaran, dalam hal pengguna jasa merupakan pemotong pajak;

2. Butir 4 Surat Direktur Jendral Pajak nomor S-323/PJ.42/1989 :


Dalam rangka menentukan dan memperhitungkan besarnya PPh yang terutang untuk badan-badan
tersebut, pembukuan yang terpisah dan masing-masing badan yang bergabung dalam joint operation
dapat dilakukan.
Ketentuan ini juga mencakup dan berlaku bagi penghasilan yang diterima dari proyek bantuan luar
negeri.

3. Butir 1.2 Surat Direktur Jenderal Pajak Nomor S-349/PJ.321/1990 tertanggal 25 Oktober 1990, juga
secara jelas mengatur bahwa:
Apabila seluruh transaksinya dengan pihak lain secara nyata dilakukan atas nama masing-masing
anggota Joint Operation, sedangkan Joint Operation hanya untuk koordinasi dan secara nyata tidak
melakukan transaksi penyerahan BKP/JKP kepada pihak lain, maka wajib pajak dikukuhkan menjadi
PKP hanya para anggota Joint Operation saja.

bahwa tanggapan Terbanding, atas pendapat Pemohon Banding dalam surat banding Nomor
02/DIR/KSO/BDG/III/2016 tanggal 21 Maret 2015 adalah sebagai berikut:

1. Merujuk pada Surat Uraian Banding Terbanding halaman 6 angka 5b Nomor


SUB-07/WPJ.31/BD.06/2016 tanggal 02 Mei 2016, dijelaskan bahwa atas pembayaran penyelesaian
pekerjaan konstruksi kepada subkontraktor seharusnya dipotong PPh Final Pasal 4 ayat (2) atas
usaha dari jasa konstruksi oleh Pemohon Banding (Pemohon Banding) karena secara nyata
pekerjaan tersebut untuk menyelesaikan pekerjaan atau proyek PLTU 2 NTT Kupang sesuai Contract

K
Agreement No 442.Pj/041/DIR/2005.

JA
2. Joint Operation (JO) tersebut sudah terdaftar di KPP Pratama Kupang dengan nama Pemohon
Banding Shandong Madhinery &. Equipment I/E G dan NPWP 03.1149.555.9-922.000 sehingga
memiliki kewajiban sebagai pemotong dan/atau pemungut pajak sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan. Hal ini terlihat pada surat-surat penegasan yang pernah diterbitkan
PA
oleh Terbanding seperti misalnya pada Surat Direktur Jenderal Pajak Nomor S-956/PJ.53/2005
tanggal 10 November 2005.
Selanjutnya, diberikan penegasan lagi sesuai Pasal 10 PMK 73 serta Pasal 2 ayat (1) dan Pasal ayat
(3) huruf d PER 20 bahwa Wajib Pajak yang wajib mendaftarkan diri meliputi Wajib Pajak. Badan
yang hanya memiliki kewajiban perpajakan sebagai pemotong dan/atau pemungut pajak sesuai
N
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, termasuk bentuk kerja sama operasi (Joint
Operation).
LA

Oleh sebab itu, Pemohon Banding tidak seharusnya lagi mempermasalahkan pelaksana kegiatan
yang sebenarnya dan Joint Operation dimaksud sebagaimana penggunaan S-323/PJ.42/1989 dan S-
349/PJ.321/1990 sebagai pendukung alasan bandingnya.
Antara Pemohon Banding (PT Passer Indonesia KSO Shandong Machinery Equipment I/E G) dengan
DI

PT PI adalah dua entitas yang berbeda yang masing-masing memiliki kewajiban perpajakan sebagai
pemotong dan/atau pemungut pajak sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
A

3. Sesuai dengan dokumen Pemohon Banding berupa kontrak, perjanjian, dan surat konfirmasi
subkontrak, diketahui bahwa Pemohon Bandingroup melaksanakan proyek PLTU 2 NTT Kupang
NG

yang berlokasi di Desa Bolok Kupang, NTT Lokasi tersebut merupakan wilayah kerja KPP Pratama
Kupang Pemohon Banding Shandong Mechinery Equipment 1/E Group telah terdaftar di KPP
Pratama. Kupang dengan NPWP 03.149.565.9-922.000,
Atas pekerjaan konstruksi dalam rangka menyelesaikan proyek PLTU 2 NTT Kupang tersebut, PT PI
telah meng-subkontrak-kan pekerjaan konstruksi dimaksud kepada beberapa perusahaan,
PE

diantaranya PT HK (Persero), PT WKIP, PT HI, dan PT DP.


Atas pembayaran penyelesaian pekerjaan konstruksi kepada subkontraktor tersebut seharusnya
dipotong PPh Final Pasal 4 ayat (2) atas usaha dari jasa konstruksi oleh Pemohon Banding
(Pemohon Banding).

4. Pada saat pemeriksaan dan keberatan, Pemohon Banding menjelaskan bahwa atas pembayaran
penyelesaian, pekerjaan konstruksi kepada subkontraktor dimaksud telah dilakukan
pemotongan/pemungutan PPh Final Pasal 4 ayat (2) Oleh PT PI (NPWP -) selaku anggota JO.

5. Pemohon Banding tidak dapat mengakui pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) yang dilakukan oleh PT
PI merupakan pemenuhan kewajiban pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) yang harus dilakukan
Pemohon Banding sendiri karena secara nyata, pekerjaan subkontrak tersebut untuk menyelesaikan
pekerjaan atau proyek PLTU 2 NTT Kupang sesuai Contract Agreement No. 442.PJ/041/DIR/2008
antara PT PLN Persero dengan Pemohon Banding (Pemohon Banding) dan pihak penggunaa jasa
dari kegiatan subkontrak tersebut adalah Pemohon Banding (Pemohon Banding). Hal ini sesuai
dengan ketentuan Pasal 4 ayat (2) huruf d UU PPh serta Pasal 2 dan Pasal 5 ayat (1) huruf a PP 51.

6. Berdasarkan Surat Pernyataan Pemohon Banding tanggal 20 Agustus 2014 diketahui bahwa
Pemohon Banding menyatakan akan melakukan/mengajukan pemindahbukuan (Pbk) atas setoran
PPh Pasal 4 ayat (2) Masa Pajak Januari s.d. Desember 2011 sebesar Rp1.018.528:508,00.
Hal ini menunjukan bahwa sebenarnya Pemohon Banding telah sependapat dengan Terbanding.
Meskipun, sampai dengan batas waktu yang ditentukan, Pemohon Banding tidak kunjung melakukan
pemindahbukuan atas setoran tersebut dimaksud.

7. Pemindahbukuan yang akan dilakukan oleh PT PI sebagai salah satu anggota Joint Operation tidak
lantas menunjukkan bahwa sengketa ini hanyalah masalah administrasi semata, melainkan bahwa
dengan melakukan pemindahbukuan dimaksud, PT PI sebagai salah satu anggota Joint Operation
menyadari bahwa kewajiban pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) dalam sengketa adalah kewajiban
dari Pemohon Banding selaku Pemohon Banding. Apabila Pemohon Banding tidak bersedia melunasi
PPh Pasal 4 ayat (2) terutang dimaksud, tentu akan ada kerugian negara yang disebabkan oleh
keengganan Pemohon Banding untuk melunasinya;

8. NPWP Pemohon Banding dan Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajaknya baru diterbitkan secara
jabatan pada tanggal 01 Desember 2011 karena Pemohon Banding belum mendaftarkan diri
meskipun persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan telah terpenuhi. Hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 2 ayat (1), ayat. (2) dan ayat (4)
UU KUP.

K
9. Dengan demikian, sesuai dengan ketentuan Pasal 2 ayat (4a) UU KUP, kewajiban perpajakan

JA
Pemohon Banding dimulai selaku saat Pemohon Banding memenuhi persyaratan subjektif dan
objektif sesual dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, paling lama (lima)
tahun sebelum diterbitkannya Nomor Pokok Wajib Pajak dan/atau dikukuhkannya sebagai
Pengusaha Kena Pajak sehingga Terbanding berwenang untuk menerbitkan SKPKB PPh Pasal 4
ayat (2) untuk Masa Pajak Februari 2011 dimaksud. PA
bahwa berdasarkan pemeriksaan Majelis terhadap data dan fakta yang disampaikan oleh Terbanding
dan Pemohon Banding di persidangan dapat diketahui beberapa hal antara lain sebagai berikut :
N
1. Joint Operation Agreement tanggal 14 September 2007
ILA

bahwa berdasarkan Joint Operation Agreement tanggal 14 September 2007 dapat diketahui bahwa Joint
Operation (JO) atau Kerjasama Operasi (KSO) antara PT PI dengan Shandong Machinery & Equipment
I/E Group Corporation dibentuk untuk melaksanakan proyek PLTU 2 Kupang NTT, Coal Fired Steam
Power Plant Project PLTU 2 Nusa Tenggara Timur (2 x 16,5 MW) dengan Pemilik Proyek yaitu PT PLN
(Persero);
AD

Ketentuan terkait dengan bentuk kerjasama operasi (Joint Operation) diatur dalam Pasal 3 Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia No. 1 Tahun 2012 tentang pelaksanaan Undang-undang Nomor 8 Tahun
1983 menyatakan :
NG

(1) Bentuk kerja sama operasi merupakan bagian dari bentuk badan lainnya sebagaimana dimaksud
dalam pengertian Badan dalam Pasal 1 angka 13 Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai.
(2) Bentuk kerja sama operasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib melaporkan usahanya untuk
dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak dalam hal melakukan penyerahan Barang Kena Pajak
dan/atau Jasa Kena Pajak atas nama bentuk kerja sama operasi.
PE

Adapun Penjelasan ayat (2) tersebut di atas menyatakan :

Contoh bentuk kerja sama operasi (joint operation) yang wajib untuk dikukuhkan sebagai
Pengusaha Kena Pajak:

PT ABC dan PT DEF membuat perjanjian kerja dengan pelanggan (pemilik proyek).
Untuk melaksanakan proyek tersebut, PT ABC dan PT DEF membentuk joint operation.
Dalam perjanjian kerja dengan pelanggan (pemilik proyek) diatur bahwa semua transaksi penyerahan
barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak kepada pelanggan (pemilik proyek) dilakukan atas nama
joint operation.
Berdasarkan hal di atas:
a. joint operation wajib dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak;
b. atas penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak kepada pelanggan (pemilik proyek),
joint operation wajib menerbitkan Faktur Pajak;
c. apabila dalam rangka joint operation tersebut, PT ABC atau PT DEF atas nama joint operation
melakukan penyerahan langsung kepada pelanggan (pemilik proyek), maka penyerahan tersebut
dianggap sebagai penyerahan dari PT ABC atau PT DEF kepada joint operation, sehingga PT ABC
atau PT DEF harus membuat Faktur Pajak kepada joint operation dan joint operation membuat
Faktur Pajak kepada pelanggan (pemilik proyek).
Contoh bentuk kerja sama operasi (joint operation) yang tidak wajib untuk dikukuhkan sebagai
Pengusaha Kena Pajak:

PT X dan PT Y membuat perjanjian kerja sama dengan pelanggan (pemilik proyek). Untuk
melaksanakan proyek tersebut, PT X dan PT Y membentuk joint operation;

Namun demikian, dalam pelaksanaannya semua transaksi dan dokumentasi terkait dengan perjanjian
kerja sama dengan pelanggan (pemilik proyek) tersebut secara nyata hanya dilakukan atas nama PT X.
Karena joint operation secara nyata tidak melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa
Kena Pajak kepada pihak lain, maka dalam hal ini joint operation tidak wajib dikukuhkan sebagai
Pengusaha Kena Pajak;

bahwa Perjanjian Kerjasama Operasi (Joint Operation Agreement) tanggal 14 September 2007 antara

K
PT PI dengan Shandong Machinery & Equipment I/E Group Corporation sebagaimana tersebut di atas
antara lain dapat diketahui beberapa hal antara lain sebagai berikut :

JA
1. Kerjasama Operasi dibentuk untuk tujuan tuggal dan eksklusif dari kemenangan pelelangan proyek,
dan untuk melaksanakan kontrak;
PT PI ditunjuk sebagai Pimpinan Kerjasama Operasi (KSO);
2. Lingkup pekerjaan secara umum : PA
a. PT PI harus mempersiapkan Dokumen Administrasi dan Harga di Proposal Penawaran, dan atas
kemenangan lelang sebagai kontraktor utama berkewajiban untuk mengadakan komponen lokal
dan pekerjaan instalasi/ereksi untuk semua komponen baik mekanik dan listrik, rincian teknik
sipil, pengadaan material dan pekerjaan sipil, serta sistem air kimiawi;
N
b. Shandong Machinery & Equipment I/E Group Corporation harus mempersiapkan Dokumen
Administrasi dan harga di Proposal Penawaran, dan atas kemenangan lelang sebagai kontraktor
utama berkewajiban untuk keseluruhan teknis PLTU, P & ID, Proses Flow Diagram, Pengadaan
LA

boiler, turbin, generator, C & I, BOP, Ash Handling, Sistem Penanganan Batubara, dan Sistem
Sirkulasi Air;
3. Setiap Anggota bertanggung jawabab atas Lingkup pekerjaan yang diatur dalam Pasal 4 dan
Lampiran I, seperti cara yang telah dibuat masing-masing atau disimpulkan secara terpisah dari
DI

Kontrak dan Perjanjian;


a. Anggota yang akanbertanggung jawab atas setiap sistem teknis dan juga bertanggung jawab
atas setiap suplai dari peralatan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan sistem tersebut tetapi
A

tidak termasuk dalam cakupan suplai yang dipertanggung jawabkan oleh Anggota itu, dan jika
Pemilik tidak menerima biaya tambahan atau suplai dan jasa tersebut, maka biaya itu akan
NG

ditanggung oleh anggota yang bertanggung jawab atas sistem teknis yang disebutkan di atas;
b. Setiap Anggota hanya mengkalklasikan setiap resiko komersial atas lingkup pekerjaan
khususnya, resiko finansial atas ketiadaan kwitansi atau keterlambatan kwitansi atas
pembayaran yang disetujui dengan Pemilik, serta resiko kehilangan;
c. Setiap Anggota juga hanya mengkalkulasikan seluruh resiko teknis atas lingkup pekerjaannya
PE

khususnya, dan bertanggung jawab atas jaminan terkait dan kewajiban memenuhi garansi yang
tertera dalam kontrak dan/atau perjanjian ini;

bahwa berdasarkan beberapa hal sebagaimana tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
Pemohon Banding berfungsi untuk pemenangan proyek dan sebagai Koordinator karena penyelesaian
pekerjaan (penyerahan BKP dan/atau JKP) dilakukan secara langsung oleh anggota JO sesuai dengan
bidang pekerjaan (scope of works) masing-masing anggota JO, tidak melakukan penyerahan Barang
Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak kepada pihak lain;

2. Contract Agreement No. 442.PJ/04.1/DIR/2008 tanggal 11 Juni 2008

bahwa berdasarkan Contract Agreement No. 442.PJ/04.1/DIR/2008 tanggal 11 Juni 2008, diketahui
bahwa terdapat kerjasama antara PT PLN (Persero) dengan Pemohon Banding pada proyek PLTU 2
Kupang NTT, Coal Fired Steam Power Plant Project PLTU 2 Nusa Tenggara Timur (2x16;5 MW);

bahwa sesuai Contract Agreement Nomor 442.PJ/041/DIR/2008 tanggal 11 Juni 2008, penyelesaian
pekerjaan (penyerahan BKP dan/atau JKP) dilakukan secara langsung oleh anggota JO sesuai dengan
bidang pekerjaan (scope of works) masing-masing anggota JO. PT PI (selaku anggota JO)
bertanggungjawab sepenuhnya atas pengadaan sebagian besar komponen lokal untuk pekerjaan sipil,
mekanikal dan elektrikal, sedangkan Shandong Machinery & Equipment I/E Group Corporation (selaku
anggota JO) bertanggung jawab pada pengadaan komponen utama seperti Boiler, Steam Turbine,
Kondensor dan komponen import lainnya;

bahwa dalam pelaksanaannya, PT PI (selaku anggota JO) meng-sub-kontrakan pekerjaan kepada


beberapa perusahaan diantaranya PT HK (Persero), PT WKIP, PT HI, dan PT DP;

bahwa dengan demikian secara skematis Joint Operation (JO) atau Kerjasama Operasi (KSO) antara PT
PI dengan Shandong Machinery & Equipment I/E Group Corporation dapat digambarkan sebagai
berikut:

PT PLN Persero

PT PI KSO Shandong Machinery &


Equipment 1/E G
koordinasi dan marketing untuk
memperoleh projek

K
JA
PT PI
pengadaan sebagian besar Shandong Machinery &
komponen lokal untuk pekerjaan Equipment 1/E G
sipil, mekanikal dan elektrikal PA pengadaan komponen
seperti Boiler,
utama
Steam Turbine,
PT HK (Persero) Kondensor dan komponen import
lainnya
N
PT WKIP
ILA

PT HI

PT DP
AD

bahwa berdasarkan Kertas Kerja Pemeriksaan (KKP) dan Laporan Pemeriksaan Pajak (LPP) Nomor
LAP-127/WPJ.31/KP.0405/2014 tanggal 30 September 2014 dapat diketahui beberapa hal sebagai
berikut :
NG

a. bahwa Joint Operation (JO) atau Kerjasama Operasi (KSO) antara PT PI dengan Shandong
Machinery & Equipment I/E Group Corporation dibentuk berdasarkan Joint Operation Agreement
tanggal 14 September 2007 untuk melaksanakan proyek PLTU 2 Kupang NTT, Coal Fired Steam
Power Plant Project PLTU 2 Nusa Tenggara Timur (2x16,5 MW) dengan pemilik proyek PT PLN
PE

(Persero). J/O bersifat koordinasi;


b. Sesuai Contract Agreement Nomor 442.PJ/041/DIR/2008 tanggal 11 Juni 2008, PT PI (selaku
anggota JO) bertanggungjawab sepenuhnya atas pengadaan sebagian besar komponen lokal untuk
pekerjaan sipil, mekanikal dan elektrikal, sedangkan Shandong Machinery & Equipment I/E Group
Corporation (selaku anggota JO) bertanggung jawab pada pengadaan komponen utama seperti
Boiler, Steam Turbine, Kondensor dan komponen import lainnya. Dengan demikiann penyelesaian
pekerjaan (penyerahan BKP dan/atau JKP) dilakukan secara langsung oleh anggota JO sesuai
dengan bidang pekerjaan (scope of works) masing-masing anggota JO.;
c. bahwa data dan dokumen yang diperoleh selama proses pemeriksaan terbatas pada data yang
berasal dari PT PI sesuai dengan scope of work yang dikerjakan oleh anggota JO ini, sedangkan
data yang berasal dari Shandong Machinery & Equipment I/E Group Corporation tidak diperoleh
sama sekali;
d. bahwa dalam pelaksanaannya, PT PI (selaku anggota JO) meng-sub-kontrakan pekerjaan kepada
beberapa perusahaan diantaranya PT HK (Persero), PT WKIP, PT HI, dan PT DP;
e. bahwa selama Masa Pajak Februari 2011 terdapat pencairan atau pembayaran atas pekerjaan
konstruksi kepada sub-kontraktor dengan nilai pembayaran sebesar Rp8.392.624.907,00;

bahwa berdasarkan penjelasan Terbanding dan Pemohon Banding sebagaimana tersebut di atas dapat
disimpulkan beberapa hal antara lain sebagai berikut :
1. Bahwa berdasarkan Joint Operation Agreement tanggal 14 September 2007 dapat diketahui bahwa
Joint Operation (JO) atau Kerjasama Operasi (KSO) antara PT PI dengan Shandong Machinery &
Equipment I/E Group Corporation dibentuk untuk melaksanakan proyek PLTU 2 Kupang NTT, Coal
Fired Steam Power Plant Project PLTU 2 Nusa Tenggara Timur (2 x 16,5 MW) dengan Pemilik
Proyek yaitu PT PLN (Persero);

2. Bahwa sesuai dengan Joint Operation Agreement tanggal 14 September 2007 dan Contract
Agreement Nomor 442.PJ/041/DIR/2008 tanggal 11 Juni 2008, penyelesaian pekerjaan (penyerahan
BKP dan/atau JKP) dilakukan secara langsung oleh anggota JO sesuai dengan bidang pekerjaan
(scope of works) masing-masing anggota JO. PT PI (selaku anggota JO) bertanggungjawab
sepenuhnya atas pengadaan sebagian besar komponen lokal untuk pekerjaan sipil, mekanikal dan
elektrikal, sedangkan Shandong Machinery & Equipment I/E Group Corporation (selaku anggota JO)
bertanggung jawab pada pengadaan komponen utama seperti Boiler, Steam Turbine, Kondensor
dan komponen import lainnya;

3. Bahwa dalam pelaksanaannya, PT PI (selaku anggota JO) meng-sub-kontrakan pekerjaan kepada


beberapa perusahaan diantaranya PT HK (Persero), PT WKIP, PT HI, dan PT DP;

K
4. Pada saat pemeriksaan dan keberatan, Pemohon Banding menjelaskan bahwa atas pembayaran
penyelesaian, pekerjaan konstruksi kepada subkontraktor dimaksud telah dilakukan

JA
pemotongan/pemungutan PPh Final Pasal 4 ayat (2) oleh PT PI (NPWP -) selaku anggota JO.

5. Bahwa berdasarkan Surat Pernyataan Pemohon Banding tanggal 20 Agustus 2014 diketahui bahwa
Pemohon Banding menyatakan akan melakukan/mengajukan pemindahbukuan (Pbk) atas setoran
PA
PPh Pasal 4 ayat (2) Masa Pajak Januari s.d. Desember 2011 sebesar Rp1.013.528.508,00. Namun
sampai dengan batas waktu yang ditentukan, Pemohon Banding tidak kunjung melakukan
pemindahbukuan atas setoran tersebut dimaksud. Dengan demikian Tergugat menerbitkann Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak Penghasilan Final Pasal 4 ayat (2) Nomor
00002/240/11/922/14 tanggal 03 Oktober 2014 Masa Pajak Februari 2011;
N

bahwa berdasarkan data dan fakta sebagaimana tersebut di atas, menurut Majelis penerbitan Surat
LA

Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak Penghasilan Final Pasal 4 ayat (2) Nomor 00002/240/11/922/14
tanggal 03 Oktober 2014 Masa Pajak Februari 2011 oleh Terbanding yang didasarkan karena sampai
dengan batas waktu yang ditentukan Pemohon Banding tidak kunjung melakukan pemindahbukuan atas
setoran PPh Final Pasal 4 ayat (2) yang telah dilakukan pemotongan/pemungutan oleh PT PI (NPWP -)
DI

selaku anggota JO adalah tidak tepat, hal ini sesuai dengan Joint Operation Agreement tanggal 14
September 2007 dan Contract Agreement Nomor 442.PJ/041/DIR/2008 tanggal 11 Juni 2008 Pemohon
Banding berfungsi untuk pemenangan proyek dan sebagai Koordinator karena penyelesaian pekerjaan
A

(penyerahan BKP dan/atau JKP) dilakukan secara langsung oleh anggota JO sesuai dengan bidang
pekerjaan (scope of works) masing-masing anggota JO, serta pendapat Direktur Jenderal Pajak yang
NG

disampaikan dalam Butir 1.2 Surat Direktur Jenderal Pajak Nomor S-349/PJ.321/1990 tertanggal 25
Oktober 1990 yang menyatakan bahwa:

Apabila seluruh transaksinya dengan pihak lain secara nyata dilakukan atas nama masing-masing
anggota Joint Operation, sedangkan Joint Operation hanya untuk koordinasi dan secara nyata tidak
PE

melakukan transaksi penyerahan BKP/JKP kepada pihak lain, maka wajib pajak dikukuhkan menjadi
PKP hanya para anggota Joint Operation saja.

bahwa berdasarkan uraian tersebut di atas, Majelis berkesimpulan koreksi positif Dasar Pengenaan
Pajak Pajak Masa Pajak Februari 2011 sebesar Rp8.392.624.907,00 tidak dapat dipertahankan;

Menimbang:

bahwa dalam sengketa banding ini tidak terdapat sengketa mengenai Kredit Pajak;

Menimbang:

bahwa dalam sengketa banding ini tidak terdapat sengketa mengenai Sanksi Administrasi;

Menimbang:

bahwa atas hasil pemeriksaan dalam persidangan, Majelis berkesimpulan Keputusan Terbanding Nomor
KEP-2005/WPJ.31/2015 tanggal 23 Desember 2015 tidak dapat dipertahankan, sehingga Dasar
Pengenaan Pajak Masa Pajak Februari 2011 dihitung kembali menjadi sebagai berikut:
Dasar Pengenaan Pajak menurut Terbanding ............................................. Rp 8.392.624.907,00
Koreksi yang tidak dapat dipertahankan ....................................................... Rp 8.392.624.907,00
Dasar Pengenaan Pajak menurut Majelis ..................................................... Rp 0,00

Mengingat:

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak dan ketentuan peraturan perundang-
undangan lainnya yang berkaitan dengan sengketa ini;

Memutuskan:

Mengabulkan seluruhnya banding Pemohon Banding terhadap Keputusan Direktur Jenderal Pajak
Nomor KEP-2005/WPJ.31/2015 tanggal 23 Desember 2015, tentang Keberatan Wajib Pajak atas Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak Penghasilan Final Pasal 4 ayat (2) Nomor 00002/240/11/922/14
tanggal 03 Oktober 2014 Masa Pajak Februari 2011, atas nama: Pemohon Banding, dengan

K
perhitungan menjadi sebagai berikut:

Penghasilan Kena Pajak/Dasar Pengenaan Pajak ......................................... Rp 0,00

JA
PPh Pasal 4 (2) Final yang terutang ............................................................... Rp 0,00
Kredit Pajak ..................................................................................................... Rp 0,00
Pajak yang tidak/kurang bayar ........................................................................ Rp 0,00
PA
Demikian diputus di Surabaya berdasarkan musyawarah Hakim Majelis XIIIA Pengadilan Pajak setelah
pemeriksaan dalam persidangan dicukupkan pada hari Jumat tanggal 10 Maret 2017, dengan susunan
Majelis sebagai berikut:
N
1. Djoko Sutrisno, S.H., M.M. ... sebagai Hakim Ketua,
2. Drs. Adi Wijono, S.H., M.PKN. sebagai Hakim Anggota,
LA

3. Joni Surbakti, Ak. sebagai Hakim Anggota,

yang dibantu oleh:


Ferdy Alfonsus Sihotang sebagai Panitera Pengganti,
DI

Putusan diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum oleh Hakim Ketua pada hari Rabu tanggal
31 Oktober 2018 dengan dihadiri oleh para Hakim Anggota, Panitera Pengganti, dihadiri oleh Terbanding
A

dan dihadiri oleh Pemohon Banding.


NG
PE

Anda mungkin juga menyukai