Anda di halaman 1dari 12

Tupa Andri Armando dan Haula Rosdiana/ JIAP Vol. 5 No.

3 (2019) 399-410

JIAP Vol 5, No 3, pp 399-410, 2019


© 2019 FIA UB. All right reserved
ISSN 2302-2698
e-ISSN 2503-2887
Jurnal Ilmiah Administrasi Publik (JIAP)
URL: https://jiap.ub.ac.id/index.php/jiap

Analisis Putusan Pengadilan Pajak atas Penyerahan Casing & Tubing High Grade
Ditinjau dari Compliance Cost & Kebijakan Perpajakan di Free Trade Zone Batam

Tupa Andri Armando a , Haula Rosdiana b


ab
Universitas Indonesia ‘Salemba, Jakarta, Indonesia

I N F O R M A S I A R T IK E L ABSTRACT

Article history: This research aims to analyze Tax Court Decision is not in accordance with
Dikirim tanggal: 24 Mei 2019 evidences and provisions of tax law and regulation. This research aims also explains
Revisi pertama tanggal: 13 Juni 2019 standing of Branch Offices and Head Office. In legal provisions, Branch Office is
Diterima tanggal: 10 Desember 2019
part of Head Office. For simplicity of administration, Head Office and Branch
Tersedia online tanggal: 30 Desember 2019
Office are separate entities in fulfilling Tax Obligations referred to Article 12
paragraph (1) of VAT Law, including for purposes of tax invoices. Conclusion from
this research is Agreement signed by Head Office with PT Pertamina EP in Jakarta,
and also Invoice issued from Head Office to PT Pertamina EP could not be assessed
that the person who make submission was Head Office. We need see substance of
goods carried out from Batam, Evidence of news event handover of goods show that
transfer of rights of taxable goods by Branch Office to PT Pertamina in Batam, and
customs documents indicating that PT Pertamina as the owner of goods from since
Batam.
Keywords: decision, dispute, lawsuit, tax
court, tax policy INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Putusan Pengadilan Pajak dan
menjelaskan kekeliruan pendapat Majelis Hakim dalam memutus sengketa a quo
yang tidak sesuai dengan fakta, bukti, dan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan. Penelitian ini juga bertujuan menjelaskan kedudukan kantor cabang
sesuai ketentuan Pasal 12 ayat (1) UU PPN adalah tempat kegiatan usaha yang harus
memenuhi kewajiban PPN yang berdiri sendiri terpisah dari kantor pusatnya,
termasuk kewajiban untuk menerbitkan faktur pajak. Adapun simpulan dari
penelitian ini adalah adanya kontrak perjanjian antara kantor pusat dan
PT Pertamina EP dan juga penerbitan invoice dari kantor pusat kepada PT Pertamina
EP tidak dapat dipandang bahwa yang melakukan penyerahan barang haruslah
kantor pusat, tetapi harus melihat substansi dari kontrak perjanjian yang disepakati
bahwa penyerahan barang dilakukan di Batam, bukti Berita Acara Serah Terima
Barang menunjukkan bahwa penyerahan hak atas barang kena pajak dilakukan oleh
kantor cabang kepada PT Pertamina EP di Batam, dan dokumen pabean
menunjukkan bahwa PT Pertamina EP sebagai pemilik barang sejak dari Pulau
Batam.

2019 FIA UB. All rights reserved.

———
 Corresponding author. Tel.: +62-812-8891-5024; e-mail: tupa.andri@gmail.com
399
Tupa Andri Armando dan Haula Rosdiana/ JIAP Vol. 5 No. 3 (2019) 399-410

1. Pendahuluan Berdasarkan ketentuan Pasal 4 ayat (2) Peraturan


Pemerintah Nomor 10 Tahun 2012, atas Penyerahan BKP
Sengketa pajak diselesaikan melalui Pengadilan yang dilakukan oleh pengusaha didalam Kawasan Bebas
Pajak. Pengadilan Pajak dibentuk melalui Undang- Pulau Batam dibebaskan dari pengenaan PPN dan
Undang Nomor 12 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak penerbitan faktur pajak. Oleh karena penerbitan STP
yang ditunjuk melaksanakan kekuasanaan kehakiman tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
bagi Wajib Pajak (WP) atau Penanggung Pajak yang undang perpajakan, wajib pajak mengajukan gugatan
mencari Keadilan. Pengadilan Pajak mempunyai tugas terhadap keputusan yang berkaitan dengan pelaksanaan
dan wewenang memeriksa dan memutus sengketa pajak keputusan perpajakan ke pengadilan pajak. Adapun hasil
yaitu sengketa yang timbul dalam bidang perpajakan putusan pengadilan pajak tersebut berupa: “Menolak
antara Wajib Pajak dengan Pejabat yang berwenang gugatan Penggugat….” untuk lima masa pajak, yaitu
(Fiskus). Dalam Pasal 31 UU Pengadilan Pajak Masa Pajak Juli, Agustus, September, Oktober, dan
menyatkaan: “Pengadilan Pajak dalam hal Banding Desember 2014 (terdapat Dissenting Opinion Majelis
hanya memeriksa dan memutus sengketa atas Keputusan Hakim Pengadilan Pajak).
Keberatan”. Sedangkan dalam hal Gugatan, Pengadilan Adapun atas kasus sengketa pajak Tahun pajak 2014
Pajak memeriksa dan memutus sengketa terhadap atas 5 Masa PPN ini bukan pertama kali dialami oleh
Keputusan yang berkaitan dengan pelaksanaan keputusan wajib pajak. Faktanya atas kasus yang serupa pada Tahun
perpajakan selain keputusan keberatan sebagaimana pajak 2012 dan 2013 telah diputuskan di Pengadilan
ditentukan dalam UU KUP. Pajak lainnya, yaitu mengabulkan seluruhnya gugatan
Kata peradilan mengandung arti yang luas, karena Penggugat atas 21 Masa PPN, sedangkan untuk lima
berbicara mengenai sistem institusi/ lembaga maupun Masa PPN Tahun pajak 2014 Putusan Pengadilan Pajak
fungsi (memberikan keadilan) dan prosesnya (Purwito et berupa Menolak Gugatan Penggugat. Berikut terlampir
al., 2006:2). Pengadilan Pajak berdiri pada Tahun 2002, tabel Putusan Pengadilan Pajak Tahun 2012-2017:
dengan jumlah sengketa pajak meningkat setiap Tabel 1 Putusan Pengadilan Pajak
tahunnya. Pada awal berdiri pengadilan pajak, berkas Putusan Pengadilan Pajak
Masa
perkara yang harus diselesaikan sebanyak 2.120 berkas, Pajak Putusan
Nomor Putusan
dengan jumlah putusan sebanyak 1.288 berkas dan sisa berupa
berkas menjadi 832 berkas. Namun, pada Tahun 2009, PUT- Mengabulkan
Jan 2012
84480/PP/M.XVIIIB/99/2017 Seluruhnya
Pengadilan Pajak harus menangani 14.473 berkas yang PUT- Mengabulkan
berasal dari kumulatif tahun-tahun sebelumnya, dengan Feb 2012
84483/PP/M.XVIIIB/99/2017 Seluruhnya
4.650 berkas berhasil diselesaikan dan menyisakan 9.823 Mar 2012
PUT- Mengabulkan
berkas. Meningkatnya jumlah sengketa pajak dari tahun 84484/PP/M.XVIIIB/99/2017 Seluruhnya
PUT- Mengabulkan
ke tahun karena adanya ketidaksepahaman antara wajib Apr 2012
84485/PP/M.XVIIIB/99/2017 Seluruhnya
pajak dengan fiskus dalam memahami pelaksanaan PUT- Mengabulkan
Mei 2012
Undang-Undang Perpajakan (UU KUP, UU PPN, UU 84481/PP/M.XVIIIB/99/2017 Seluruhnya
PPh, dan sebagainya), mengingat wajib pajak dalam PUT- Mengabulkan
Jun 2012
84486/PP/M.XVIIIB/99/2017 Seluruhnya
pemenuhan kewajiban perpajakannya berdasarkan sistem PUT- Mengabulkan
self assessment yang telah diimplementasikan sejak Jul 2012
84482/PP/M.XVIIIB/99/2017 Seluruhnya
reformasi perpajakan Tahun 1983. Sep 2012
PUT- Mengabulkan
Pokok Permasalahan pada Penelitian ini ialah Fiskus 84487/PP/M.XVIIIB/99/2017 Seluruhnya
PUT- Mengabulkan
menganggap penyerahan Barang berupa Casing & Oct 2012
84488/PP/M.XVIIIB/99/2017 Seluruhnya
Tubing High Grade di lokasi yang ditentukan PUT- Mengabulkan
Nov 2012
PT Pertamina EP sebagai Penyerahan Barang Kena Pajak 84479/PP/M.XVIIIB/99/2017 Seluruhnya
(BKP) dalam daerah pabean RI, sehingga atas PUT- Mengabulkan
Jan 2013
84489/PP/M.XVIIIB/99/2017 Seluruhnya
Penyerahan BKP ini seharusnya Wajib Pajak membuat PUT- Mengabulkan
Faktur Pajak atas transaksi Penyerahan BKP kepada PT Feb 2013
84491/PP/M.XVIIIB/99/2017 Seluruhnya
Pertamina EP. Oleh karena Fiskus beranggapan bahwa Mar 2013
PUT- Mengabulkan
Wajib Pajak tidak membuat Faktur Pajak atas Penyerahan 84493/PP/M.XVIIIB/99/2017 Seluruhnya
PUT- Mengabulkan
BKP kepada PT Pertamina EP di Daerah Pabean, maka Apr 2013
84494/PP/M.XVIIIB/99/2017 Seluruhnya
Fiskus menerbitkan Surat Tagihan Pajak (STP) kepada PUT- Mengabulkan
Mei 2013
Wajib Pajak. 84495/PP/M.XVIIIB/99/2017 Seluruhnya
Sedangkan menurut Wajib Pajak, penyerahan BKP PUT- Mengabulkan
Jun 2013
84498/PP/M.XVIIIB/99/2017 Seluruhnya
dilakukan oleh Kantor Pusat PT XYZ Jakarta
PUT- Mengabulkan
(selanjutnya disebut “Kantor Pusat”) kepada Jul 2013
84490/PP/M.XVIIIB/99/2017 Seluruhnya
PT Pertamina EP melalui Kantor Cabang PT XYZ Batam PUT- Mengabulkan
Aug 2013
(selanjutnya disebut “kantor cabang”) di Pulau Batam. 84496/PP/M.XVIIIB/99/2017 Seluruhnya

400
Tupa Andri Armando dan Haula Rosdiana/ JIAP Vol. 5 No. 3 (2019) 399-410

Masa
Putusan Pengadilan Pajak Berita Acara Serah Terima Barang (BASTB) di Batam
Pajak Putusan sesuai yang telah ditentukan dalam perjanjian/ kontrak.
Nomor Putusan
berupa
PUT- Mengabulkan
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan
Sep 2013 diatas, penelitian ini dilakukan untuk menganalisis
84499/PP/M.XVIIIB/99/2017 Seluruhnya
Nop 2013
PUT- Mengabulkan “Bagaimana Perbandingan Putusan Pengadilan Pajak atas
84497/PP/M.XVIIIB/99/2017 Seluruhnya kasus yang serupa dengan Putusan Putusan Pengadilan
PUT- Mengabulkan
Des 2013
84492/PP/M.XVIIIB/99/2017 Seluruhnya
Pajak lainnya ditinjau dari Kebijakan Perpajakan di Free
PUT- Trade Zone Batam dan Compliance Cost serta isu-isu
Jul 2014 Menolak
90153/PP/M.XXA/99/2017 Putusan Peradilan Pajak di Indonesia?”.
PUT-
Aug 2014 Menolak
90152/PP/M.XXA/99/2017 2. Teori
PUT-
Sept 2014 Menolak
90154/PP/M.XXA/99/2017 2.1 Hukum Pajak (Tax Law)
PUT-
Nov 2014 Menolak Thuronyi (1996) menyatakan prinsip perpajakan
90155/PP/M.XXA/99/2017
Des 2014
PUT-
Menolak berlandaskan hukum dan tidak ada pajak yang dikenakan
90156/PP/M.XXA/99/2017 tanpa berdasarkan hukum:
Sumber: Hasil analisis, 2018 The first principle is that any tax must have a firm
Adapun Barang Kena Pajak berupa Casing & basis in law. ….. in most countries there is a basic
Tubing High Grade adalah sebagai berikut: constitutional principle that any act of taxation must
have a legal basis. This principle means that no tax
can be levied except under authority of a law.
Menurut Brotodihardjo (2003), hukum pajak atau
hukum fiskal dirumuskan, yaitu sebagai berikut:
Keseluruhan dari peraturan-peraturan yang meliputi
wewenang pemerintah untuk mengambil kekayaan
seseorang dan menyerahkannya kembali kepada
masyarakat dengan melalui kas negara, sehingga ia
merupakan bagian dari hukum publik, yang
mengatur hubungan-hubungan hukum antara negara
Gambar 1 Casing & Tubing High Grade dan orang-orang atau badan-badan (hukum) yang
Sumber: Hasil survey, 2018 berkewajiban membayar pajak.
Keseluruhan paraturan tersebut mengatur hubungan
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak
antara pemerintah sebagai pemungut pajak dan rakyat
Sugiyanto selaku pihak Wajib Pajak (PT XYZ),
sebagai pembayar pajak. Oleh karena adanya hubungan
memberikan penjelasan mengenai Casing & Tubing High
Pemerintah yang berperan dalam fungsinya sebagai
Grade:
pemungut pajak (fiskus) dan rakyat sebagai subjek pajak
“Tubing ini adalah pipa yang untuk mengalirkan
(wajib pajak), maka hukum pajak termasuk sebagai
minyak tersebut. Diluar Tubing ini, kita lapisi
namanya Casing. Casing ini adalah untuk hukum publik.
melindungi Tubing. Jadi apabila suatu saat terjadi 2.1.1 Hukum Pajak Material
adanya gempa atau struktur tanah bergeser akan
terjaga oleh casing ini terlebih dahulu. Jadi pipa-pipa Hukum Pajak Material menurut Brotodihardjo
yang yang berisi untuk mengalirkan minyak ga (2003):
langsung pecah. Casing Tubing ini adalah semacam …memuat norma-norma yang menerangkan
standar dari yang diterapkan oleh Pihak SKK Migas. keadaan-keadaan, perbuatan-perbuatan, dan
Jadi tidak hanya di Pertamina tapi di perusahaan- peristiwa-peristiwa hukum yang harus dikenakan
perusahaan eksploasi lain juga menganut yang sama pajak, siapa-siapa yang harus dikenakan pajak ini,
karena ini secara general, untuk mengalirkan berapa besar pajaknya, dengan perkataan lain segala
minyak” (Jum’at, 7 Desember 2018: 12.40 WIB). sesuatu tentang timbulnya, besarnya, dan hapusnya
PT XYZ memberikan berbagai macam jasa kepada utang pajak dan pula hubungan hukum antara
industri Minyak & Gas dengan bekerja sama dengan pemerintah dan wajib pajak.
mitra strategis Wajib Pajak, salah satunya, yaitu Hukum pajak material (Rosdiana & Irianto, 2014:
PT Pertamina EP. Sesuai skema transaksi diatas, BKP 120) mengatur mengenai siapa-siapa saja yang dikenakan
yang telah diimpor dari China dan setelah diulir di Batam, pajak, siapa-siapa yang dikecualikan; apa-apa saja yang
dikenakan pajak dan apa-apa saja yang dikecualikan;
kemudian diserahkan oleh Kantor Cabang Wajib Pajak
serta berapa besarnya pajak yang terutang.
kepada PT Pertamina EP di Batam dibuktikan dengan

401
Tupa Andri Armando dan Haula Rosdiana/ JIAP Vol. 5 No. 3 (2019) 399-410

2.1.2 Hukum Pajak Formal insentif pajak untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak
(tax compliance) dalam pemenuhan hak dan kewajiban
Hukum Pajak Formal adalah hukum pajak yang perpajakan.
memuat ketentuan-ketentuan bagaimana mewujudkan Berdasarkan studi investigasi terhadap wajib pajak,
hukum pajak material menjadi kenyataan. sistem dan alasan kompleksitas mendasari perilaku
2.2 Kebijakan Pajak (Tax Policy) ketidakpatuhan atau non compliance (Saad, 2014:1074).
Berdasarkan wawancara, pelaku usaha (wajib pajak)
Menurut Rosdiana & Irianto (2012) menyebutkan
tampaknya belum mengetahui implementasi teknis
bahwa:
sistem Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, dan
Kebijakan pajak merupakan kebijakan fiskal dalam
penanganan masalah perpajakan, seperti Pay As You
arti yang sempit, yaitu kebijakan yang berhubungan
dengan penentuan apa yang akan dijadikan sebagai Earn (PAYE), Pay As You Go (PYGO), General Sales
tax base, siapa-siapa yang dikenakan pajak dan Tax (GST), Kwisaver, dan sebagainya. Dalam menangani
siapa-siapa yang dikecualikan dari pengenaan pajak, sengketa pajak, wajib pajak dimungkinkan harus
bagaimana menentukan besarnya pajak yang mengeluarkan biaya kepatuhan (tax compliance) yang
terutang dan bagaimana menentukan prosedur besar. Sistem pajak penghasilan juga dianggap kompleks
pelaksanaan kewajiban pajak terutang. secara inheren (Saad, 2014:1074).
Kebijakan pajak menurut Rosdiana & Irianto (2012) Selain itu, menurut Hoopes, Robinson, & Slemrod
antara lain ialah siapa yang dikenakan pajak dan siapa- (2018:161) disampaikan bahwa pelaku bisnis (wajib
siapa yang dikecualikan dari pengenaan pajak, berapa pajak) dapat merasa dirugikan karena adanya
besarnya pajak yang terutang. Hal ini perlu dilakukan kewenangan otoritas perpajakan untuk membuka atau
karena dengan menentukan siapa yang dikenakan pajak menyingkapkan data wajib pajak ke publik. Contohnya
dan berapa besarnya pajak yang terutang, maka terdapat dengan adanya transparansi berpotensi menimbulkan
kepastian hukum. biaya kepatuhan (compliance burdens), penyingkapan
Selain itu, menurut Safri Nurmantu, kebijakan informasi internal perusahaan (divulge information),
perpajakan berupa fasilitas pembebasan pajak sehingga dapat menjatuhkan reputasi perusahaan, dan
di Kawasan Bebas Pulau Batam (Free Trade Zone) sebagainya.
karena fungsi regulerend, sebagaimana dinyatakan Bruno (2019:193-194) menganalis bahwa terdapat
sebagai berikut: relasi atau hubungan antara penegakan pajak (tax
“Ya itu Fungsi Regulerend. Kan itu Pintu gerbang enforcement), kepatuhan pajak (tax compliance), dan
masuk Indonesia kan” (Senin, 19 November 2018: moral pajak (tax morale), sehingga dapat
10.37 WIB) . menginvestigasi penegakan pajak (tax enforcement) serta
Tujuan dikeluarkannya kebijakan perpajakan mengobservasi proporsi wajib pajak yang patuh dengan
berupa fasilitas pembebasan pajak di Kawasan Bebas yang tidak patuh. Dengan demikian model analisis ini
Pulau Batam (Free Trade Zone) menurut Nurmantu menggambarkan penghindaran pajak (tax evasion) yang
(2003) ialah Fungsi Regulerend karena Batam telah diamati sejak ekonomi transisi ke ekonomi pasar.
merupakan pintu gerbang masuk perdagangan Indonesia. David & Theilen (2018:18-20) menjelaskan faktor-
Di negara Tax Haven Country juga mengenal faktor penentu moral pajak yang telah banyak dipelajari
adanya kebijakan pajak berupa pemberian fasilitas dalam literatur-literatur. Namun demikian, pengaruh
pembebasan pajak untuk mengundang investor asing mendasar pendidikan terhadap moral pajak belum
guna meningkatkan investasi dinegara tersebut. Menurut diinvestigasi, mengingat pengetahuan dari literatur
Bucovetsky (2014:74) dikatakan bahwa banyak psikologi dan politik tentang peran pendidikan dalam
perusahaan multinasional yang menggunakan fasilitas pembentukan nilai-nilai sosial dapat membentuk moral
pembebasan pajak untuk mengurangi pembayaran pajak pajak. David & Theilen (2018:18-20) menemukan bahwa
mereka. Ketika perusahaan induk mereka berada pendidikan memiliki dampak positif pada moral pajak.
di negara Kanada atau Jerman yang mana pendapatan Selanjutnya, dari hasil penelitiannya mengidentifikasikan
perusahaan tersebut dialihkan keanak perusahaannya bahwa pengetahuan mempengaruhi kinerja mereka
yang berada dinegara yang menganut Tax Haven menjadi lebih baik, baik dalam tingkat moral pajak,
Country. maupun dalam pelayanan publik yang berkualitas dan
lebih baik lagi, sistem pajak yang adil dan institusi
2.3 Biaya Kepatuhan (Tax Compliance) berkualitas tinggi.
Anicik, Jelic, & Durovic (2016:262-263) Torgler dalam bukunya Tax Compliance and Tax
menjelaskan bahwa wajib pajak sebagai warga negara Morale (2007:56) menjelaskan bahwa compliance costs
harus memiliki kebijakan pajak aktif untuk berkontribusi yang lebih besar dapat terjadi apabila sistem perpajakan
untuk pencapaian tujuan ekonomi dan sosial. Dalam yang diterapkan tidak baik, dengan kata lain tidak
melaksanakan kebijakan perpajakan, perlu adanya sederhana dan tidak mudah dipahami atau juga bisa

402
Tupa Andri Armando dan Haula Rosdiana/ JIAP Vol. 5 No. 3 (2019) 399-410

terlalu kompleks bagi wajib pajak. Kompleksnya suatu wajib pajak terkait dengan pemenuhan hak dan kewajiban
peraturan perpajakan dapat menurunkan tingkat perpajakannya. Salah satu contoh bagian dari fiscal cost
kepatuhan wajib pajak. Sedangkan, suatu peraturan adalah biaya yang dikeluarkan untuk menggunakan jasa
perpajakan yang sederhana idealnya dapat mengurangi konsultan pajak.
biaya-biaya yang harus dikeluarkan oleh wajib pajak, 2.3.2 Time Cost
baik biaya berupa uang maupun waktu yang harus
dikeluarkan wajib pajak dalam memenuhi kepatuhan Time costs adalah biaya berupa waktu yang
perpajakannya (tax compliance), sebagaimana dikeluarkan wajib pajak dalam menyelesaikan
disebutkan Torgler (2007): permasalahan perpajakan yang timbul dengan petugas
…. a good tax system should be simple and easy to pajak dalam memenuhi hak dan kewajiban
understand. Complexity may result in unintentional perpajakannya, misalnya saat wajib pajak sedang
non-compliance if taxpayers have problems in filling dilakukan pemeriksaan. Waktu yang dikeluarkan dan
out the tax form. … a simpler tax law would reduce digunakan juga untuk melakukan diskusi terkait tax
taxpayer expenditure in time and money to comply exposure dan tax planning bersama dengan manajemen/
with the tax law. pimpinan perusahaan maupun dengan konsultan pajak.
Sandford et al., (1989:10) menjelaskan bahwa
compliance costs adalah biaya-biaya yang harus 2.3.3 Psychological Costs
dikeluarkan oleh Wajib Pajak seperti biaya menggunakan Menurut Sandford et al., (1989:18), psychic atau
jasa konsultan pajak, diluar biaya untuk membayar pokok psychological costs merupakan biaya yang sulit diukur
pajak atau sanksi itu sendiri. Sandford et al., (1989:10) karena terkait dengan kepuasan dari wajib pajak dan
menambahkan bahwa biaya tambahan bagi wajib pajak bagian kompenen penting dari biaya kepatuhan.
atau additional compliance costs terhadap wajib pajak Compliance Costs yang terlalu membebani wajib pajak
dalam pemenuhan hak dan kewajiban perpajakannya: dapat menimbulkan efek negatif seperti yang dijelaskan
The existence of uncertainty about the meaning of oleh Atawodi & Ojeka (2012:90):
some aspect of the tax legilation will generate …. that high compliance costs can result in tax
additional compliance costs. avoidance, tax fraud, and inhibit investment by way
Burke et al., (2017:56-57) menyatakan suatu kasus of diminishing competitiveness of the country in
sengketa pajak mengharuskan anda untuk mengambil terms of taxation attractiveness.
peran sebagai seorang konsultan pajak profesional untuk
memberikan masukan atau saran (advising) kepada klien 3. Metode Penelitian
dalam pemenuhan hak dan kewajiban perpajakannya.
Penelitian kualitatif adalah suatu aktivitas berlokasi
Menurut Rosdiana & Irianto (2014:174) compliance
yang menempatkan penelitinya didunia. Penelitian
costs adalah bagian dari beban administratif
kualitatif terdiri dari serangkaian praktik penafsiran
(administrative burdens) yang harus ditanggung oleh
material yang membuat dunia menjadi terlihat. Praktik-
wajib pajak untuk melaksanakan pemenuhan hak dan
praktik ini mentransformasi dunia. Mereka mengubah
kewajiban perpajakannya. Selain itu, menurut Tran-Nam
dunia menjadi serangkaian representasi, yang mencakup
et al., (2000:235) menjelaskan bahwa compliance costs
berbagai catatan lapangan, wawancara, percakapan, foto,
merupakan biaya yang tidak dapat dihindari dan biaya
rekaman dan catatan pribadi. Dalam hal ini, penelitian
yang terpaksa dikeluarkan oleh wajib pajak. Untuk
kualitatif melibatkan suatu pendekatan penafsiran yang
mencegah timbulnya compliance cost akibat adanya
naturalistik terhadap dunia. Hal ini berarti bahwa para
sengketa pajak seperti diuraikan diatas, Perusahaan
peneliti kualitatif mempelajari benda-benda dilingkungan
Multinasional (MNCs) melakukan strategi Perencanaan
alamiahnya, berusaha untuk memaknai atau menafsirkan
Pajak (Tax Planning) untuk meminimalisir beban pajak
fenomena dalam sudut pandang makna-makna yang
(tax avoidance) tanpa melanggar ketentuan peraturan
diberikan oleh masyarakat kepada mereka (Denzin &
perundang-undangan perpajakan bukanlah tindakan
Lincoln, 2011:3).
illegal (Thomsen & Watrin, 2018:40-41).
Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif karena
Cedric Sanford dalam Rosdiana & Irianto (2014:
peneliti memusatkan pada fenomena yang terjadi
176-178) menyatakan bahwa compliance costs tidak
dilapangan, yaitu Putusan Pengadilan Pajak pada konteks
hanya berupa tangible yang dapat diukur dengan uang,
yang dapat menggambarkan, membentuk pemahaman
tetapi juga terdiri dari biaya berupa intangible yang
dari hal-hal yang diteliti, dan juga peneliti
memiliki komponen sebagai berikut:
mengembangkan konsep dan teori yang digunakan dalam
2.3.1 Fiscal Cost penelitian ini. Untuk memenuhi hal tersebut, peneliti
dalam pengumpulan data melakukan studi literatur
Fiscal cost/ direct money costs dari sisi wajib pajak
terhadap proses penyelesaian sengketa pajak
merupakan biaya atau beban yang dapat dinilai dengan
di pengadilan pajak serta melakukan wawancara
besarnya uang yang harus dikeluarkan/ ditanggung oleh
403
Tupa Andri Armando dan Haula Rosdiana/ JIAP Vol. 5 No. 3 (2019) 399-410

mendalam kepada para pihak yang kompeten prinsip, dan akhirnya peneliti menarik simpulan dari
dibidangnya. Adapun studi literatur yang digunakan oleh analisisnya tersebut (Irawan, 2006:10).
penulis, yaitu sebagai berikut: Creswell (2003:181) menyatakan bahwa salah satu
Tabel 2 Matriks Literatur Perbandingan Terdahulu karakteristik pendekatan kualitatif adalah “emergent
Aspek Ida Rojani (2013) Safrani Sagala (2015) rather than tighly prefigured”. Penelitian kualitatif ini
Tinjauan Yuridis tentang Analisis Proses lebih mengutamakan kejadian, data, dan fakta yang
Gugatan WP terhadap KEP Penyelesaian Sengketa ditemui sepanjang penelitian dilapangan daripada
Judul berdasarkan Pasal 37 PP Pajak pada Pengadilan
Penelitian No. 74 Tahun 2011 sebagai Pajak dalam upaya berpijak pada konsep/ teori. Data yang digunakan dalam
petunjuk pelaksanaan Pasal mencapai asas cepat, penelitian ini berupa Putusan pengadilan pajak dan data/
23 UU KUP mudah, dan sederhana
Pendekatan post- dokumen autentik sehingga pendekatan kualitatif tepat
Pendekatan
Penelitian
Pendekatan Kualitatif positivism dengan untuk digunakan dalam penelitian ini.
analisis data kualitatif
Teknik
Dalam penelitian kualitatif ini, pendekatan yang
Library Research, field digunakan penulis dalam penelitian adalah studi kasus.
Pengumpul Penelitian Kepustakaan
research
an Data Studi kasus yang digunakan oleh penulis adalah studi
1. Menguraikan dan
menganalisis kasus PT XYZ analisis terhadap Putusan Pengadilan
implementasi Pajak yang mana atas sengketa pajak yang serupa telah
Untuk mengetahui dasar penyelesaian sengketa
hukum dari Gugatan WP pajak dalam
diputuskan di pengadilan pajak lainnya. Adapun ciri-ciri
terhadap Direktur Jenderal mewujudkan asas studi kasus dalam pendekatan kualitatif adalah sebagai
Pajak baik Berdasarkan cepat, murah, dan berikut:
Pasal 37 PP No 74 Tahun sederhana pada
2011 tentang Tata Cara pengadilan pajak di Tabel 3 Ciri-Ciri Studi Kasus dalam
Tujuan Pelaksanaan hak dan Indonesia dengan Pendekatan Kualitatif
Penelitian Pemenuhan Kewajiban Jepang.
Perpajakan sebagai 2. Mengetahui dan Ciri-ciri Studi Kasus
petunjuk pelaksanaan menganalisis upaya- Mengembangkan deskripsi dan
maupun dari Pasal 23 UU upaya yang dilakukan analisis mendalam tentang kasus
KUP tentang Ketentuan Pengadilan Pajak Fokus
Umum dan Tata Cara dalam mewujudkan atau beragam kasus (kasus
Perpajakan. pelayanan administrasi majemuk)
sengketa pajak yang Tipe Permasalahan Menyediakan pemahaman
berasas cepat, murah, yang paling cocok mendalam tentang kasus atau
dan sederhana.
1. Pasal 37 PP 74 Tahun untuk Desein berbagai kasus.
2011 bertentangan 1. Asas cepat dalam Mempelajari peristiwa, program,
dengan Pasal 23 UU penyelesaian Sengketa Satuan analisis aktivitas, atau lebih dari satu
KUP. Dilihat dari Pajak di Pengadilan individu
substansinya, Pasal 37 Pajak Indonesia masih
PP 74 Tahun 2011 jelas memakan waktu yang Menggunakan beragam sumber,
Bentuk
mengurangi hak WP cukup lama bias seperti wawancara, pengamatan,
untuk menggugat yang mencapai satu tahun
Pengumpulan Data
dokumen.
sudah jelas dijamin dan atau lebih, persidangan Menganalisis data melalui deskripsi
dirumuskan secara luas dilakukan berkali-kali Strategi analisis
dalam Pasal 23 UU dan kurangnya SDM di tentang kasus dan tema dari kasus
data
KUP. Pengadilan Pajak dan juga tema lintas kasus
Hasil
2. Dari sudut pembentukan terutama Jumlah Mengembangkan analisis detail
Penelitian Laporan Tertulis
undang-udangpun Pasal Hakim Pajak.
tentang satu atau lebih kasus
37 PP 74 Tahun 2011 ini 2. Atas Biaya ringan
juga tidak sesuai dengan dalam Penyelesaian  Sketsa pendahuluan
teori hukum berjenjang sengketa pajak masih  Pengantar (Permasalahan,
yang tercermin Pasal 7 belum terpenuhi terkait pertanyaan, studi kasus,
ayat (2) UU No 12 dengan syarat formal
Tahun 2011 bahwa pengajuan Banding
pengumpulan data, analisis data,
Peraturan yang lebih yang mewajibkan hasil)
rendah tidak boleh Wajib Pajak membayar  Deskripsi tentang kasus/beberapa
bertentangan dengan sebesar 50% dari pajak Struktur Umum dari
kasus dan konteks mereka
peraturan yang lebih terutang. Studi Kasus
 Pengembangan masalah
tinggi.
 Rincian tentang masalah yang
Sumber: Hasil analisis, 2019
dipilih
Bodan & Taylor (dalam Moleong, 2010:4)  Penegasan (assertions)
mendefinisikan pendekatan kualitatif sebagai prosedur  Sketsa penutup (Disadur dari

penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa Stake, 1995).


kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang yang Sumber: Creswell (2014:145-147)
diamati. Dalam Penelitian kualitatif, peneliti Riset studi kasus mencakup studi tentang suatu
mengumpulkan data sebanyak mungkin tentang sesuatu kasus dalam kehidupan nyata, dalam konteks atau setting
dan dari data tersebut mencari pola-pola, hukum, prinsip- kontemporer (Yin, 2002). Penelitian studi kasus adalah

404
Tupa Andri Armando dan Haula Rosdiana/ JIAP Vol. 5 No. 3 (2019) 399-410

pendekatan kualitatif yang penelitinya mengeksplorasi b) Penerbitan invoice diterbitkan oleh kantor pusat
kehidupan-nyata, sistem terbatas kontemporers (kasus) kepada PT Pertamina EP, tetapi tidak disertai Faktur
atau beragam sistem terbatas (berbagai kasus), melalui Pajak;
pengumpulan data yang detail dan mendalam yang c) Berdasarkan Pasal 1A ayat (1) huruf a UU PPN :
melibatkan beragam sumber informasi atau sumber “Yang termasuk dalam pengertian Penyerahan Barang
informasi majemuk, misalnya pengamatan, wawancara, Kena Pajak adalah Penyerahan Hak atas Barang Kena
bahan audovisual, dan dokumen dan berbagai laporan. Pajak karena suatu perjanjian”;
Tujuan dari pelaksanaan studi kasus tersebut juga d) Penyerahan BKP baru terjadi jika kondisi syarat
penting. Studi kasus kualitatif dapat disusun untuk penyerahan yang tersebut dalam kontrak terpenuhi.
mengilustrasikan kasus yang unik, kasus yang memiliki Salah satunya adalah klausa pada kontrak berupa
kepentingan yang tidak biasa dalam dirinya dan perlu Delivery Duty Unpaid (DDU) Batam yang artinya
dideskripsikan atau diperinci. Kasus ini disebut kasus ketika BKP dikeluarkan dari Pulau Batam maka
intrinsik (Stake, 1995). Atau, tujuan dari studi kasus belum terjadi penyerahan BKP;
tersebut adalah untuk memahami isu, problem, atau e) Penyerahan baru terjadi saat BKP diterima dilokasi
keprihatinan yang spesifik dan kasus atau beberapa kasus project PT Pertamina EP dan penagihan/ penerbitan
diseleksi untuk dapat memahami permasalahan tersebut. invoice baru dapat dilakukan setelah BKP diterima
Kasus ini disebut kasus kasus instrumental (Stake, 1995). dilokasi project yang dibuktikan dengan Berita Acara
Dalam kasus instrumental ini, peneliti memfokuskan Serah Terima Barang (BASTB) dan/ atau Good
pada isu atau persoalan, kemudian memilih satu kasus Receipt (GR);
terbatas untuk mengilustrasikan persoalan ini. f) Pihak yang ditunjuk sebagai pemasok (supplier)
dalam pengadaan Casing & Tubing High Grade
4. Hasil Penelitian dan Pembahasan adalah kantor pusat bukan kantor cabang; dan
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Safri g) Meskipun Penyerahan BKP berupa Casing & Tubing
Nurmantu selaku akademisi, timbulnya sengketa pajak High Grade dilakukan oleh Kantor Cabang Batam
ini timbul akibat dari perbedaan interpretasi mengenai kepada PT Pertamina EP, akan tetapi esensi dari
dimana dilakukan penyerahan: transaksi penyerahan yang terjadi adalah antara
“Kawasan Zona Ekonomi Bebas ya. Pertama, liat Kantor Pusat dengan PT Pertamina EP; dimana wajib
dulu dalam Penyerahan itu ada Negatif listnya ga. pajak sebagai induk berkuasa sepenuhnya dalam
Negatif List itu artinya Penyerahan yang tidak proses penandatangan kontrak dan proses penagihan;
terkena Pajak Pertambahan Nilai. Zone Ekonomi sementara Kantor Cabang Batam hanya diberikan
Bebas itu apakah Peraturan Pemerintah atau perintah oleh Kantor Pusat untuk mengirimkan barang
Undang-Undang. Kalau menurut saya itu perbedaan yang dipesan kepada PT Pertamina EP.
interpretasi yang mana kalau itu benar bebas dalam Berdasarkan alasan diatas, fiskus menganggap
Negatif List ya baik dalam Undang-Undang maupun bahwa Penyerahan BKP berupa Casing & Tubing High
dalam Peraturan Pemerintah, Interpretasi dari daerah Grade yang tertera dalam master list diserahkan bukan
itu dimana dilakukan didalam Daerah Pabean atau di Pulau Batam, melainkan didalam dearah pabean, yaitu
diluar Daerah Pabean, disitu interpretasi yang di lokasi project PT Pertamina EP.
berbeda. Menurut Wajib Pajak Menurut Fiskus kan Sedangkan menurut Wajib Pajak, Penyerahan Hak
berbeda” (Senin, 19 November 2018: 10.37 WIB). atas Barang Kena Pajak telah terjadi di Pulau Batam
Safri Nurmantu juga menyatakan bahwa setiap sebagaimana dibuktikan dengan bukti Berita Acara
penyerahan yang tidak termasuk dalam negative list Serah Terima Barang di Batam dan Dokumen Pabean.
sebagaimana ditentukan dalam Pasal 1A ayat (2) UU Berdasarkan Pasal 4 Peraturan Pemerintah Nomor
PPN, maka atas Penyerahan BKP tersebut termasuk 10 Tahun 2012, Penyerahan Barang di Kawasan Bebas
pengertian Penyerahan BKP sebagaimana dimaksud Batam dibebaskan dari pengenaan pajak, sehingga
dalam Pasal 1A ayat (1) UU PPN. Dengan demikian, harganya menjadi lebih murah sebagaimana dinyatakan
sengketa a quo timbul akibat terdapat perbedaan oleh Sugiyanto selaku pihak PT XYZ:
interpretasi menurut Fiskus dan Wajib Pajak “Sebenarnya di Pulau Batam itu kan seperti
Dalam sengketa a quo, fiskus dan majelis Kawasan Berikat. Jadi transaksi-transaksi yang
menganggap Penyerahan BKP berupa Casing & Tubing berhubungan dengan Objek PPN disana itu dikasih
High Grade didalam Daerah Pabean dilakukan oleh opsi bisa mengajukan PKP bisa dilegalkan juga tidak
Kantor Pusat dengan alasan: perlu mengajukan PKP. Artinya apa, harga jual kita
a) Kontrak Perjanjian ditandatangani oleh kantor pusat untuk transaksi lawan transaksi di Batam tersebut
dengan PT Pertamina EP di Jakarta; harganya pasti lebih murah karena di Batam atas
penyerahan barang dibebaskan PPN” (Rabu, 21

405
Tupa Andri Armando dan Haula Rosdiana/ JIAP Vol. 5 No. 3 (2019) 399-410

November 2018: 13.02 WIB). perjanjian, dengan demikian kantor pusat berhak
Transaksi Penjualan di Pulau Batam menjadi lebih mengajukan invoice penagihan kepada PT Pertamina EP.
murah sebagaimana dinyatakan oleh Bapak Sugianto
4.2 Kedudukan Kantor Cabang dan Kantor Pusat
karena Penyerahan Barang Kena Pajak di Batam dalam Hubungan dengan Penandatanganan
dibebaskan dari pengenaan PPN. PPN baru dikenakan Kontrak Perjanjian, Penerbitan Invoice
dan dilunaskan saat Barang dikeluarkan dari Kawasan Penagihan dan Pelaksanaan Kewajiban PPN
Bebas Batam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat
(2) Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2012. Ketentuan Pasal 12 ayat (1) UU PPN menyatakan
Anggapan fiskus yang menyatakan bahwa bahwa setiap tempat kegiatan usaha merupakan tempat
Penyerahan di lokasi Project PT Pertamina EP sebagai terutangnya pajak dan pengusaha kena pajak dimaksud
Penyerahan Barang Kena Pajak di daerah pabean adalah wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai
keliru dan tidak berdasarkan fakta dan bukti-bukti berupa pengusaha kena pajak.
dokumen pabean serta tidak sesuai dengan ketentuan Dalam sengketa ini, fiskus menganggap/
peraturan perundang-undangan perpajakan. Menurut menyimpulkan bahwa kantor pusat lah yang melakukan
hemat wajib pajak, majelis keliru dalam memahami, penyerahan BKP dengan alasan bahwa yang
antara lain sebagai berikut: menandatangani kontrak perjanjian dan yang
menerbitkan invoice penagihan adalah Kantor Pusat
4.1 Pengertian Penyerahan BKP yang terdapat dalam
Pasal 1A ayat (1) huruf a UU PPN Jakarta.
Menurut hemat wajib pajak, anggapan/ simpulan
Didalam Pasal 1A ayat (1) huruf a UU PPN jelas fiskus tersebut adalah keliru karena meskipun wewenang
disebutkan bahwa penyerahan dimaksud dalam pasal ini menandatangani Kontrak Perjanjian dan wewenang
ialah Penyerahan Hak atas BKP karena suatu perjanjian. menerbitkan invoice ada pada kantor pusat yang
Karena penyerahan yang dilakukan di Pulau Batam berkedudukan di Jakarta, namun tidak berarti bahwa
adalah penyerahan hak atas BKP dari kantor cabang Penyerahan atas BKP yang diimpor oleh kantor cabang
kepada PT Pertamina EP, maka penyerahan yang dari China ke Pulau Batam harus dilakukan oleh Kantor
dilaksanakan di Batam adalah penyerahan sebagaimana Pusat Jakarta. Kantor pusat telah mendelegasikan
dimaksud dalam pasal 1A ayat (1) huruf a UU PPN. wewenang kepada kantor cabang untuk menyerahkan
Sedangkan penyerahan yang dilakukan kantor pusat BKP kepada PT Pertamina EP di Pulau Batam untuk
kepada PT Pertamina EP di lokasi project bukanlah memenuhi ketentuan dalam kontrak perjanjian yang
penyerahan yang dimaksud dalam Pasal 1A ayat (1) huruf mengharuskan penyerahan BKP tersebut di Kawasan
a UU PPN karena penyerahan di lokasi adalah Bebas Pulau Batam.
penyerahan untuk melaksanakan kewajiban Kantor Cabang Batam sesuai ketentuan Pasal 12
mengantarkan BKP sampai ke lokasi project ayat (1) UU PPN adalah tempat kegiatan usaha yang
PT Pertamina EP. Jadi dalam penyerahan di lokasi harus memenuhi kewajiban PPN sebagai tempat kegiatan
project tidak terdapat unsur penyerahan Hak atas BKP usaha yang berdiri sendiri terpisah dari Kantor Pusatnya.
kepada PT Pertamina EP karena BKP yang diserahkan Penandatanganan kontrak dan penerbitan invoice adalah
memang sudah menjadi Hak/milik PT Pertamina EP hal yang berbeda dengan Penyerahan BKP.
sejak dilakukannya Penyerahan Hak di Pulau Batam. Penandatanganan kontrak adalah kesepakatan dua pihak
Itulah sebabnya, PT Pertamina EP melunasi PPN ketika atau lebih untuk mengikatkan diri memenuhi hak dan
mengeluarkan BKP dari Kawasan Bebas Pulau Batam kewajiban masing-masing yang ditentukan dalam
ke daerah pabean sebagaimana diatur dalam Pasal 4 ayat kontrak, sedangkan penerbitan invoice adalah dalam
(1) huruf b UU PPN jo. Pasal 19 ayat (2) PP 10 Tahun rangka melaksanakan hak untuk menagih sejumlah uang
2012. Itulah sebabnya juga dokumen master list, setelah melaksanakan kewajiban yang ditentukan dalam
dokumen-dokumen Pabean sehubungan dengan kontrak. Dengan demikian penandatanganan kontrak dan
pengeluaran Barang dari Kawasan Bebas Pulau Batam ke penerbitan invoice adalah hal yang berbeda dengan
Daerah Pabean dan bukti pembayaran PPN sehubungan penyerahan BKP sebagaimana juga dinyatakan oleh
dengan pengeluaran BKP tersebut dari Pulau Batam Petronius Saragih selaku praktisi perpajakan:
semuanya menyatakan bahwa pemilik BKP adalah PT “Kantor Pusat baru dapat menerbitkan invoice
Pertamina EP. Jadi jelas kiranya bahwa penyerahan penagihan bilamana BKP sudah sampai dengan baik
di lokasi project bukanlah penyerahan yang dimaksud dilokasi project yang ditentukan oleh PT Pertamina
dalam Pasal 1A ayat (1) huruf a UU PPN. Berita Acara EP. Penerbitan invoice penagihan ini tidak ada
Serah Terima Barang dan/ atau good receipt dilokasi kaitannya dengan Penyerahan BKP karena
project adalah dokumen yang menyatakan bahwa Kantor penerbitan invoice penagihan hanya merupakan term
Pusat telah melaksanakan kewajiban mengantarkan BKP of payment, yaitu persyaratan yang disepakati oleh
ke lokasi project yang ditentukan dalam kontrak/ kedua belah pihak dalam kontrak perjanjian. Dalam

406
Tupa Andri Armando dan Haula Rosdiana/ JIAP Vol. 5 No. 3 (2019) 399-410

UU PPN, tidak pernah mensyaratkan bahwa pihak 4.3 Hubungan antara Kantor Pusat di Jakarta dengan
yang melakukan pembelian haruslah pihak yang Kantor Cabang di Batam
menyerahkan BKP, sebab kantor pusat bisa saja
mendelegasikan wewenangnya kepada kantor Meskipun yang ditunjuk sebagai pemasok (supplier)
cabang misalnya dalam rangka keperluan pembelian adalah kantor pusat di Jakarta, namun dalam pelaksanaan
BKP dalam jumlah besar” (Kamis, 22 November penunjukkan tersebut, kantor pusat dapat
2018: 16.14 WIB). mendelegasikan wewenangnya kepada kantor cabang.
Jadi, penyerahan dalam pengertian UU PPN tidak Adapun wewenang yang didelegasikan adalah wewenang
harus dilaksanakan oleh kantor pusat yang mengimpor BKP yang ditentukan dalam kontrak
menandatangani kontrak dan invoice. Kantor pusat telah perjanjian dengan PT Pertamina EP, dari China ke Pulau
mendelegasikan wewenang kepada Kantor Cabang Batam; melakukan proses ulir terlebih dahulu atas BKP
Batam untuk melaksanakan penyerahan Hak atas BKP yang diimpor di Batam; dan melakukan Penyerahan BKP
yang diimpor dari China ke Batam. yang telah diulir kepada PT Pertamina EP di Pulau
Berdasarkan ketentuan UU Perseroan Terbatas, Batam. Dalam kasus sengketa ini, pendelegasian
Kantor Cabang Batam adalah bagian dari Kantor Pusat wewenang tersebut memiliki dampak, hanya dalam hal
Jakarta. Namun demikian dalam pemenuhan kewajiban pelaksanaan hak dan kewajiban PPN pada kantor cabang
PPN, Kantor Cabang Batam adalah tempat kegiatan dan kantor pusat karena dalam UU PPN cabang dan pusat
usaha yang berdiri sendiri terpisah dari kewajiban PPN harus dipandang sebagai entitas yang terpisah (separate
Kantor Pusat di Jakarta sebagaimana dimaksud dalam entity).
Pasal 12 ayat (1) UU PPN: Kantor Cabang Batam mengimpor dan mengulir
Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan BKP, kemudian Kantor Cabang menyerahkan BKP
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf kepada PT Pertamina EP di Pulau Batam yang dibuktikan
a, huruf c, huruf f, huruf g, dan/ atau huruf h terutang Berita Acara Serah Terima Barang (BASTB).
pajak di tempat tinggal atau tempat kedudukan dan/ Selanjutnya, PT Pertamina EP mengeluarkan BKP
atau tempat kegiatan usaha dilakukan atau tempat tersebut dari Kawasan Bebas Pulau Batam ke dalam
lain selain tempat tinggal atau tempat kedudukan daerah pabean atas nama PT Pertamina EP sebagai
dan/atau tempat kegiatan usaha dilakukan yang pemilik BKP sebagaimana dibuktikan dalam dokumen
diatur dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak. pabean.
Penjelasan Pasal 12 ayat (1) UU PPN:
Apabila Pengusaha Kena Pajak mempunyai satu 4.4 Pengenaan Sanksi Pasal 14 ayat (4) UU KUP
atau lebih tempat kegiatan usaha di luar tempat Fiskus mengenakan sanksi Pasal 14 ayat (4) UU
tinggal atau tempat kedudukannya, setiap tempat KUP kepada kantor pusat walaupun menurut wajib pajak
tersebut merupakan tempat terutangnya pajak, dan sesuai dokumen pabean, penyerahan hak dilakukan oleh
Pengusaha Kena Pajak dimaksud wajib melaporkan kantor cabang kepada PT Pertamina EP di Batam,
usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha sebagaimana dinyatakan oleh Safri Nurmantu selaku
Kena Pajak. Akademisi:
Kantor Cabang sebagai tempat kegiatan usaha diluar “Memang secara yuridis kalau misalnya kena sanksi,
tempat kedudukan Kantor Pusat di Jakarta sesuai yang kena sanksi kan kantor pusat nya bukan
ketentuan Pasal 12 ayat (1) UU PPN merupakan tempat cabangnya. NPWPnya itu yang akan menentukan,
terutangnya PPN. Namun, berdasarkan ketentuan Pasal 4 tapi secara yuridis itu adalah suatu kesatuan.
ayat (1) PP Nomor 10 Tahun 2012: Diterbitkan dimana terjadinya kan” (Senin,
Pengusaha di Kawasan Bebas tidak perlu 19 November 2018: 10.37 WIB).
dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak. Selain itu, pengenaan sanksi Pasal 14 ayat (4) UU
Berdasarkan ketentuan ini, Penyerahan BKP oleh KUP oleh fiskus juga tidak tepat karena selain kantor
Kantor Cabang Batam di Pulau Batam tidak perlu pusat tidak melakukan kegiatan penyerahan hak
menerbitkan faktur pajak dan tidak terutang PPN. PPN didaerah pabean sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1A
atas barang yang diimpor dari China ke Pulau Batam ayat (1) huruf a UU PPN, juga ketentuan Pasal 14 ayat
wajib melunasi PPN sebelum BKP tersebut dikeluarkan (4) UU KUP mengatur: Pengusaha Kena Pajak selain
dari Kawasan Bebas Pulau Batam ke Daerah Pabean wajib menyetor Pajak yang terutang, dikenai sanksi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf b UU administrasi berupa denda sebesar 2% dari Dasar
PPN jo. Pasal 19 ayat (2) dan (4) PP Nomor 10 Tahun Pengenaan Pajak. Sedangkan dalam sengketa pajak ini
2012. Karena yang memiliki dan mengeluarkan BKP dari tidak terdapat pajak yang terutang, karena PPN terutang
Pulau Batam adalah PT Pertamina EP dengan telah dibayarkan oleh PT Pertamina EP sebagai pemilik
menggunakan fasilitas master list, maka PT Pertamina barang ketika pengeluaran BKP dari Batam kedalam
EP wajib melunasi PPN Impor. daerah pabean sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19

407
Tupa Andri Armando dan Haula Rosdiana/ JIAP Vol. 5 No. 3 (2019) 399-410

ayat (1) dan (2) Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun penyelesaian sengketa di pengadilan pajak. Hasil dari
2012. Sebagaimana dinyatakan oleh Safri Nurmantu: studi ini menunjukkan bahwa kewajiban agen ad litem
“Secara Yuridis benar. Tapi secara faktual kan beda. telah membantu majelis hakim dalam menyelesaikan
Jadi saya kira ini masalah psikologis yang harus perkara ditingkat banding.
diperjelas oleh Kantor Pusat. Karena mereka
memang Budgetair Oriented. Disini letak Hukum 5. Kesimpulan
Pajak itu diuji. Apakah betul ada equalitinya itu ga
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan
teori Adam Smith” (Senin, 19 November 2018:
bahwa:
10.37 WIB).
a) Penyerahan BKP di Batam oleh kantor cabang kepada
4.5 Yurisprudensi Peradilan Pajak PT Pertamina EP adalah penyerahan hak atas BKP
karena adanya suatu perjanjian/ kontrak sebagaimana
Dalam peradilan pajak di Indonesia, Majelis Hakim
dimaksud dalam Pasal 1A ayat (1) huruf a UU PPN.
Pengadilan Pajak tidak mengenal adanya yurisprudensi
Penyerahan BKP di Batam dibuktikan dengan
terhadap Putusan pengadilan pajak sebelumnya. Padahal
dokumen Berita Acara Serah Terima Barang
peradilan pajak di negara lain telah menganut dan
(BASTB) di Batam dan dokumen Pabean berupa
mempertimbangkan Yurisprudensi Putusan Pengadilan
pemberitahuan impor barang yang menyatakan bahwa
Pajak, sebagaimana dinyatakan oleh Safri Nurmantu
pemilik barang adalah PT Pertamina EP sejak BKP
selaku Akademisi:
dikeluarkan dari Kawasan Bebas Pulau Batam ke
“Pengadilan pajak di Indonesia ini, tidak menganut
dalam daerah pabean;
yurisprudensi, artinya putusan sebelumnya tidak
b) Dengan demikian, Penyerahan di dalam daerah
menjadi pedoman, kalau diluar negeri misalnya
pabean (lokasi project) yang ditentukan PT Pertamina
Belanda ada menganut yurisprudensi. Tapi justru
ada yang memang dimenangkan wajib pajak lalu EP bukan merupakan Penyerahan sebagaimana
hakimnya out” (Senin, 19 November 2018: 10.37 dimaksud dalam Pasal 1A ayat (1) huruf a UU PPN
WIB). karena Penyerahan BKP di lokasi project tidak
Proses penyelesaian sengketa pajak di Belanda telah menimbulkan Penyerahan Hak atas BKP. Selain itu,
memperkenalkan adanya Yurisprudensi, yaitu terdiri Penyerahan di lokasi Project PT Pertamina EP adalah
dari: dalam rangka melaksanakan kewajiban mengantarkan
a) Pertama, dari putusan pengadilan pajak bergantung BKP sebagaimana ditentukan dalam Kontrak
pada yurisprudensi. Pada umumnya wajib pajak tidak Perjanjian. Jadi, Penyerahan BKP di lokasi Project PT
akan ingin terlibat dalam perselisihan pajak atas kasus Pertamina EP bukan Penyerahan sebagaimana
yang sama lagi. Tetapi pihak fiskus (tax dimaksud dalam Pasal 1A ayat (1) huruf a UU PPN;
administration) sebaliknya ingin mengulangi kasus c) Penandatanganan kontrak dan penerbitan invoice
yang sama (Galanter dalam Komphorst & Velthoven, adalah hal yang berbeda dengan penyerahan BKP.
2009); dan Penandatanganan kontrak adalah kesepakatan dua
b) Kedua, dari literatur tentang penghindaran pajak (tax pihak atau lebih untuk mengikatkan diri memenuhi
evasion). Substansial literatur memberikan asimetris hak dan kewajiban masing-masing yang ditentukan
informasi sebagai penjelasan untuk kasus-kasus dalam kontrak, sedangkan penerbitan invoice adalah
dipengadilan pajak. Ketidakpatuhan (non- dalam rangka melaksanakan hak untuk menagih
compliance) wajib pajak menyebabkan probabilitas sejumlah uang setelah melaksanakan kewajiban yang
akan diperiksa (tax audit) dan dikenakan denda. ditentukan dalam kontrak perjanjian;
Dalam perspektif itu wajib pajak (tax payer) harus d) Jadi, penyerahan BKP dalam pengertian UU PPN
memverifikasi apakah terdapat indikasi penggelapan tidak harus dilaksanakan oleh kantor pusat yang
pajak/ tax evasion (Andreoni, Erard & Feinstein menandatangani kontrak dan invoice. Kantor pusat
dalam Komphorst & Velthoven, 2009). telah mendelegasikan wewenang kepada Kantor
Selain itu, mengenai kuasa hukum dalam beracara Cabang Batam untuk melaksanakan penyerahan hak
di pengadilan pajak, Huang et al.,(2018:86) menyatakan atas BKP yang diimpor dari China ke Batam kepada
bahwa persyaratan wajib untuk menjadi agen ad litem PT Pertamina EP di Batam;
di pengadilan pajak ialah seorang kuasa hukum (tax e) Berdasarkan ketentuan legal, Kantor Cabang Batam
advocate) atau seorang akuntan untuk mengajukan adalah bagian dari kantor pusat di Jakarta. Namun
sengketa pajak ke pengadilan pajak. Hal ini untuk demikian dalam pemenuhan kewajiban PPN, Kantor
memastikan agen ad litem ialah seorang yang Cabang Batam adalah tempat kegiatan usaha yang
berpengetahuan dibidangnya dan untuk melindungi hak berdiri sendiri terpisah (separate entity) dari
wajib pajak serta mengurangi biaya dipengadilan pajak. kewajiban PPN Kantor Pusat di Jakarta karena sesuai
Penggunaan agen ad litem tentu saja meningkatkan ketentuan Pasal 12 ayat (1) UU PPN setiap tempat
efisiensi, baik efisiensi waktu durasi sengketa maupun kegiatan usaha kantor cabangnya yang berada diluar

408
Tupa Andri Armando dan Haula Rosdiana/ JIAP Vol. 5 No. 3 (2019) 399-410

tempat kedudukan kantor pusat merupakan tempat dibayarkan oleh PT Pertamina EP sebagai pemilik
terutangnya pajak; barang ketika BKP dikeluarkan dari Batam kedalam
f) Meskipun kantor pusat ditunjuk oleh PT Pertamina EP daerah pabean sebagaimana dimaksud dalam pasal 4
sebagai pemasok (supplier) BKP, namun kantor pusat ayat (1) huruf b UU PPN jo. Pasal 19 ayat (1) dan (2)
dapat mendelegasikan wewenangnya kepada kantor Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2012.
cabang untuk menyerahkan hak atas BKP kepada h) Majelis Hakim Pengadilan Pajak dalam memutus
PT Pertamina EP di Batam. Dalam kasus sengketa ini, sengketa a quo tidak mempertimbangkan
pendelegasian wewenang tersebut memiliki dampak, Yurisprudensi Putusan Pengadilan Pajak atas kasus
hanya dalam hal pelaksanaan hak dan kewajiban PPN yang serupa di pengadilan pajak lainnya. Atas kasus
pada kantor cabang dan kantor pusat karena dalam UU yang serupa, Majelis Pengadilan Pajak lainnya telah
PPN cabang dan pusat harus dipandang sebagai entitas memberikan putusan bahwa penyerahan hak atas BKP
yang terpisah (separate entity); kepada PT Pertamina EP dilakukan di Batam yang
g) Pengenanaan sanksi pasal 14 ayat (4) UU KUP oleh dibuktikan dengan Berita Acara Serah Terima Barang
fiskus kepada kantor pusat adalah keliru karena: di Batam dan dokumen pabean yang menunjukkan
 Kantor Pusat tidak melakukan kegiatan bahwa PT Pertamina EP sebagai pemilik BKP sejak
Penyerahan BKP yang menimbulkan beralihnya dari Batam.
Hak atas BKP di dalam Daerah Pabean Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Kantor
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1A ayat (1) Cabang PT XYZ Batam adalah kantor cabang dari Kantor
huruf a UU PPN, tetapi Penyerahan Hak atas BKP Pusat PT XYZ yang berkedudukan di Pulau Batam,
telah dilakukan oleh Kantor Cabang kepada PT terdaftar dan telah mendapatkan izin usaha dari Badan
Pertamina EP di Batam sebagaimana dibuktikan Pengusahaan Kawasan. Sebagai kantor cabang yang
dengan Berita Acara Serah Terima Barang di berkedudukan di Batam, maka berdasarkan ketentuan
Batam dan dalam Dokumen Pabean berupa pasal 12 ayat (2) UU PPN dan penjelasannya, kantor
Pemberitahuan Impor Barang menunjukkan bahwa cabang memiliki tanggung jawab untuk pemenuhan hak
PT Pertamina EP sebagai pemilik BKP sejak dan kewajiban perpajakannya dibidang PPN yang
pengeluaran BKP dari Batam. Oleh sebab itu, tidak terpisah dari kantor pusatnya, termasuk kewajiban untuk
ada kewajiban Kantor Pusat untuk menerbitkan menerbitkan faktur pajak atas transaksi penyerahan
Faktur Pajak. Barang Kena Pajak. Namun, dikarenakan penyerahan
 Dengan demikian, Penyerahan BKP oleh Kantor BKP yang dilakukan oleh kantor cabang kepada
Cabang kepada PT Pertamina EP tidak PT Pertamina EP terjadi didalam Kawasan Bebas Pulau
menimbulkan kewajiban menerbitkan Faktur Pajak Batam sebagaimana ditentukan dalam kontrak perjanjian
bagi Kantor Pusat karena berdasarkan Pasal 12 antara PT XYZ dengan PT Pertamina; maka sesuai
ayat (1) UU PPN, Kantor Pusat memiliki tanggung ketentuan pasal 4 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor
jawab PPN yang terpisah dari Kantor Cabangnya. 10 Tahun 2012 atas penyerahan tersebut dibebaskan dari
Oleh karena itu, Kantor Pusat di Jakarta tidak pengenaan PPN dan kantor cabang tidak perlu
mempunyai kewajiban menerbitkan Faktur Pajak. menerbitkan faktur pajak.
 Dalam hal pelaksanaan kewajiban melunasi PPN, Selain itu, penyerahan BKP yang dilakukan oleh
PT Pertamina EP telah melunasi kewajiban PPN kantor cabang kepada PT Pertamina EP di Kawasan
sebelum mengeluarkan BKP dari Kawasan Bebas Bebas Pulau Batam bukan untuk tujuan menghindari
Pulau Batam ke dalam Daerah Pabean pembayaran PPN melainkan untuk tujuan memperoleh
sebagaimana diatur dalam Pasal 19 ayat (1) dan (2) fasilitas pembebasan bea masuk atas impor dalam rangka
Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2012. menekan biaya ekploitasi Minyak dan Gas Bumi
 Dalam sengketa ini, tidak terdapat Pokok Pajak di Indonesia. Oleh karena itu, berdasarkan Keputusan
Penjualan yang Terutang, sehingga sangatlah tidak Menteri Keuangan Nomor KMK 2234/KM.4/2013
tepat jika Fiskus mengenakan sanksi Pasal 14 ayat tentang pembebasan Bea Masuk Atas Impor Barang
(4) UU KUP. Untuk Kegiatan Usaha Eksploitasi Hulu Minyak dan Gas
Selain kantor pusat tidak melakukan kegiatan Bumi kepada PT Pertamina EP, menteri keuangan
penyerahan hak didaerah pabean sebagaimana memberikan fasilitas tersebut dan menetapkan “Fasilitas
dimaksud dalam pasal 1A ayat (1) huruf a UU PPN, Pembebasan Bea Masuk Atas Impor Barang Untuk
juga ketentuan pasal 14 ayat (4) UU KUP mengatur: Kegiatan Usaha Eksploitasi Hulu Minyak dan Gas Bumi
Pengusaha Kena Pajak selain wajib menyetor pajak atas nama PT Pertamina EP”. Untuk memperoleh fasilitas
yang terutang, dikenai sanksi administrasi berupa pembebasan Bea Masuk tersebut, Barang Kena Pajak
denda sebesar 2% dari Dasar Pengenaan Pajak. hanya dapat diimpor melalui Kantor Pelayanan Utama
Sedangkan dalam sengketa pajak ini tidak terdapat Bea Cukai (KPU BC) Tipe B Batam yang membawahi
PPN yang terutang, karena PPN terutang telah pelabuhan pemasukan BKP di Batam. Dengan demikian

409
Tupa Andri Armando dan Haula Rosdiana/ JIAP Vol. 5 No. 3 (2019) 399-410

guna memperoleh pembebasan bea masuk, kegiatan Mansury, R. (2002). Pajak Penghasilan Lanjutan Pasca
penyerahan hak atas BKP memang harus dan telah Reformasi 2000. Jakarta: Yayasan Pengembangan
dilakukan di Batam oleh PT XYZ kepada PT Pertamina dan Penyebaran Pengetahuan Perpajakan.
EP sebagaimana juga telah disepakati dalam perjanjian Moleong, L. J. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif.
kontrak. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Nurmantu, S. (2003). Dasar-Dasar Perpajakan. Jakarta:
Daftar Pustaka Universitas Terbuka.
Parsons, W. (2005). Pengantar Teori dan Praktik
Anicik, J. Jelic, M., & Durovic, J. M. (2016). Local Tax Analisis Kebijakan. Jakarta: Prenada Media.
Policy in the Function of Development of Irawan, Prasetya. (2006). Penelitian Kualitatif dan
Municipalities in Serbia. Procedia-Social and Kuantitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial. Depok:
Behavior Sciences, Vol. 221, pp.262-269. Departemen Ilmu Administrasi FISIP UI.
Atawodi, O., & Stephen Aanu Ojeka. (2012). Factors Purwito, A., & Komariah, R. (2006). Pengadilan Pajak.
That Affect Tax Compliance Among Small and Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Hukum
Medium Enterprises (SMEs) in North Central Universitas Indonesia.
Nigeria. International Journal of Business and Rosdiana, H., & Irianto, E.S. (2012). Pengantar Ilmu
Management, Vol. 7, No. 12, pp.87-96. Pajak: Kebijakan dan Implementasi di Indonesia.
Bucovetsky, S. (2014). Honor Among Tax Havens. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Journal of Public Economics, Vol. 110, Issue C, Rosdiana, H., & Irianto, E.S. (2014). Pengantar Ilmu
pp.74-81. Pajak: Kebijakan dan Implementasi di Indonesia.
Burke, M. J., Burke, M. M., & Gates S. (2017). To Jakarta: Ghalia Indonesia.
Amend or not to Amend: A Tax Consulting Case. Saad, N. (2014). Tax Compliance, Tax Complexity And
Journal of Accounting Education, Vol. 40, Tax Compliance: Taxpayers’ View. Procedia-
September, pp.55-62. Social and Behaviour Sciences, Vol.109, pp. 1069-
Brotodihardjo, R.S. (2003). Pengantar Ilmu Hukum 1075.
Pajak, Cet. IV. Bandung: PT Refika Aditama. Sandford, C., Michael G., & David C. (1989).
Bruno, R. L. (2019). Tax Enforcement, Tax Compliance Administrative and Compliance Costs of Taxation.
and Tax Morale in Transition Economies: A Bath, UK: Fiscal Publications.
Theoretical Model. Journal of European Journal Stake, R. (1995). The Art of Case Research. Thousand
of Political Economy, Vol. 56 (C), pp.193-211. Oaks, CA: Sage Publications.
Creswell, J.W. (2003). Research Design, Qualitative and Tran-Nam, Binh., Evans, Chris., Walpole, Michael., &
Quantitative Approaches. California: SAGE Ritchie, Katherine. (2000). Tax Compliance Costs:
Education. Research Methodology and Empirical Evidence
Creswell, J.W. (2014). Research Design: Qualitative, from Australia. National Tax Journal, Vol. 53,
Quantitative, and Mixed Methods Approaches. pp.229–252.
California: SAGE. Thomsen, M., & Watrin, C. (2018). Tax Avoidance Over
David, R. J., & Theilen, B. (2018). Education and Tax Time: A Comparison of European and U.S. Firms.
Morale. Journal of Economic Psychology, Vol. 64, Journal of International Accounting, Auditing and
Issue C, pp.18-48. Taxation, Vol. 33, December, pp.40-63.
Denzin, N. K., & Lincoln, Y. S. (2011). The SAGE Torgler, B. (2007). Tax Compliance & Tax Morale: A
Handbook of Qualitative Research. Thousand Theoretical and Empirical Analysis. UK: Edward
Oaks, CA: Sage. Elgar Publishing Ltd.
Hoopes, J.L., Robinson L., & Slemrod, J. (2018). Public Thuronyi, V. (1996). Tax Law Design and Drafting,
Tax-Return Disclosure. Journal of Accounting and Value-Added. USA: International Monetary Fund.
Economics, Vol. 66, pp.142-143. Yin, R. K. (2002). Case Study Research: Design and
Huang, Kuo-Fen., Ching-Hsiang Lin., Ching-Hui Wu., & Methods (2rd ed.). Thousand Oaks, CA: Sage.
Hong-Da Wang. (2018). Tax Agent Ad Litem’s
Impact on Estate and Gift Tax Cases of
Administrative Litigation. Asia Pacific
Management Review, Vol. 23, pp.86-94.
Komphorst, Jurjen.J.A., & Ben C.J. Van Velthoven.
(2009). The Introduction of An Appeals Court In
Dutch Tax Litigation. International Review of Law
and Economics, Vol. 29, No. 1, pp.14-24.

410

Anda mungkin juga menyukai