Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Kemajuan teknologi saat ini semakin meningkat berikut dalam bidang

penerbangan. drone atau biasa dikenal dengan UAV ( Unmanned Aerial

Vehicle), adalah kendaraan udara tak berawak yang dapat dikendalikan dari

jarak jauh dengan menggunakan kendali radio control. salah satu peran drone

adalah ketika terdapat bencana pada suatu daerah yang tidak bias dicapai

dengan tenaga manusia maka, disitulah peran drone sebagai pengintaian.

Drone pada awalnya dikembangakan untuk kebutuhan militer, yaitu

pada 22 agustus 1849 tepatnya usaha Austria menyerang kota Vanezia Italia.

Dengan menggunakan balon tak berawak yang berisi bom. Bahkan hingga

saat ini drone sudah dapat dimiliki dan diterbangkan di Indonesia dengan

keperluan dan kebutuhan yang berbeda.

Tujuan pengembangan drone tidak lain kepada bidang militer, namun

pada dewasa ini drone banyak dikembangkan untuk berbagai bidang, mulai

dari pengawasan infrastruktur bangunan, pemadaman kebakaran hutan sampai

dengan kurir pengiriman barang. Oleh karena itu, berdasarkan fakta-fakta

yang telah penulis paparkan diatas. Penulis memiliki suatu ketertarikan dan
keinginan yang besar untuk membahas segala hal yang berkenaan dengan

MENDESKRIPSIKAN FUNGSI DRONE SERTA PENERAPAN HUKUM

NEWTON PADA PRINSIP TERBANG DRONE supaya penulis dan pembaca

mengetahui dan memahaminya.

B. PEMBATASAN MASALAH

Dari berbagai uraian diatas. Penulis memerlukan adanya pembatasan-

pembatasan masalah sebagai upaya merapikan batasan-batasan masalah dari

karya ilmiyah ini dengan jelas dan terperinci.

C. RUMUSAN MASALAH
Dari pembatasan masalah diatas. Dapat ditarik berupa rumusan

masalah untuk lebih menyempitkan pokok bahasan dan menghususkan

masalah yang akan dibahas penulis dalam makalah ini. Adapun rumusan

masalah yang dimaksud adalah :

1. Menjelaskan drone dan fungsinya ?.


2. menjelaskan prinsip kerja drone ?.
3. Bagaimana peran hukum newton dalam proses take off drone?.

D. METODEANALISIS DATA
Dalam upaya untuk mencapai kesempurnaan dan untuk menghindari

kesalahan-kesalahan maka dalam menganalisis data penulis makalah ini akan

menggunakan metode penganalisaan sebagai berikut :

A. Metode Deduktif : Suatu penarikan kesimpulan dari yang

berbentuk khusus dimana kesimpulan itu


dengan sendirinya dari satu atau

beberapa premis. ( Al-Barry, 1994 : 45 ).


B. Metode Induktif : Metode pembahasan yang

kesimpulannya bertolak dengan kaidah

khusus untuk menentukan kaidah umum.

( Drs. Bambam Marhianto,TT, 1994 :

245).
C. Metode Komperatif : Suatu cara membandingkan pendapat

yang satu dengan yang lain dan

kemudian di ambil yang sesuai

pembahasan. ( Alwi Hasan, 2001 : 2003).

BAB II
PEMBAHASAN
A. DRONE UAV (UNMANNED AERIAL VEHICLE)

1. PENGERTIAN DRONE

Pesawat tanpa awak sampai saat ini masih belum memiliki definisi

yang pasti dan konsisten serta diterima secara formal. Pesawat tanpa awak

dalam perkembangannya dikenal juga dengan sebutan drone, pilotless

aircratft, uninhabited aircraft, Remotely Piloted Vehicles (RPV) dan

Remotely Operated Aircraft (ROA) serta Unmanned Aerial Vehicle (UAV).

Hambatan dalam menentukan definisi yang tepat untuk pesawat tanpa awak

dikarenakan aplikasi penggunaannya yang berbeda-beda, namun terdapat

beberapa definisi yang bisa dijadikan komparasi, antara lain:

A power driven aircraft, other than a model aircraft, that is designed to fly

without a human operator on board Sebuah pesawat yang berbeda dengan

model pesawat lainnya, pesawat yang didesain untuk terbang tanpa operator

manusia didalamnya. (Wheatley S,27:2002).A powered, aerial vehicle that

does not carry a human operator, usesaerodynamic forces to provide lift, can

fly autonomously or be pilotedremotely, can be expandable or recoverable,

and can carry a lethal or nonlethal payload. Ballistic or semi ballistic

vehicles, cruise missiles, andartillery projectiles are not considered

Unmanned Aerial Vehicles Sebuah pesawat bertenaga angin yang tidak

dapat membawa operator manusia, menggunakan sistem aerodinamis untuk

mengangkatnya naik, dapat terbang secara otonom atau dikontrol dengan


pengendali, dan dapat membawa atau tidak membawa senjata. Kendaraan

balistik atau bukan blistik, misil dan projektil artileri tidak dapat dikatakan

sebagai pesawat tanpa awak. (Bill Yenne, Attack of the Drones: A History of

Unmanned Aerial Combat , Zenith Press,USA, 2004. Hlm. 9 ). Penulis

berpendapat bahwa meskipun tedapat perbedaan pendapat dari berbagai ahli

mengenai definisi pesawat tanpa awak, namun di dalam setiap pendapat

terdapat kesamaan dalam hal pengendalian, dimana pesawat tanpa awak

tidak memiliki awak yang berada di dalam pesawat serta pesawat

diterbangkan dengan kendali eksternal ataupun pengendalian otonom

melalui program. Misil, rudal, atau alteleri lain yang dapat dikendalikan

secara eksternal maupun otonom yang merupakan senjata itu sendiri, tidak

dapat dikatakan sebagai pesawat tanpa awak karena tidak dapat digunakan

kembali, sedangkan pesawat tanpa awak dapat digunakan kembali dan

berfungsi hampir sama dengan pesawat udara lainnya.


Drone yang mulai berkembang tahun 1950-1960 amat sederhana,

berupa pesawat mainan yang dikendalikan jarak jauh (Remote Control).

Kini, sistem drone jauh lebih canggih dan kompleks sehingga lebih pas

disebut pesawat nirawak. Bahkan, kini ada pesawat nirawak yang mampu

terbang 30-36 jam non-stop, sedangkan pesawat terbang komersial hanya

bisa terbang belasan jam.


Chris Cole dalam Drone Wars Briefing, 2012, menyebut Amerika

Serikat dan Israel sebagai negara pertama yang menguji pemakaian drone
untuk kepentingan militer, mengintai, dan menyerang sasaran terfokus pada

1960-1970. Sejak itu, semua negara berlomba mengembangkan pesawat

nirawak. Penggunaan pesawat nirawak pun lebih beragam, tak melulu untuk

perang. Kini, pesawat nirawak jamak dipakai bagi pemetaan wilayah,

pengawasan daerah perbatasan, atau pengukuran kawasan hutan. Bentuknya

lebih bervariasi, menyesuaikan fungsi dan alat yang dibawa.


Di Indonesia, pesawat nirawak digunakan untuk pemetaan wilayah,

perkebunan kelapa sawit, ataupun pertambangan. Untuk keperluan itu,

pemakaiannya jauh lebih efektif dibandingkan dengan satelit karena

pengambilan citra bisa setiap saat dan berulang, tak tergantung jalur orbit

satelit.
Kepala Program Pengembangan Pesawat Terbang Lembaga

Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Agus Ariwibowo

menambahkan, kemampuan pesawat nirawak terbang rendah membuat citra

yang diambil punya resolusi lebih tinggi daripada citra yang diambil satelit.
Pesawat nirawak bisa terbang di bawah awan pada ketinggian kurang

dari 150 meter atau setinggi 12 kilometer, di atas ketinggian terbang pesawat

komersial. Karena mampu terbang di bawah awan, citra bisa diambil kapan

pun tanpa terganggu tutupan awan yang jadi kendala utama selama ini.

Beberapa pesawat nirawak juga bisa dikendalikan bersama untuk mengawasi

obyek sama. Cara itu jauh lebih efektif dan murah daripada pengawasan

dengan pesawat berawak.


Drone, atau biasa disebut UAV (UNMANNED AERIAL VEHICHLE)

sering kita temukan di perkotaan-perkotaan besar bahkan desa terpencilpun


drone sudah banyak kita temukan, UAV (unmanned aerial vehicle)

merupakan pesawat terbang tanpa awak yang dapat dikontrol dari jarak

jauh dengan komputer atau RC (remote control). UAV dapat dimanfaatkan

dalam berbagai bidang, baik sipil maupun militer. Dalam bidang militer,

penggunaan UAV meliputi kegiatan mata-mata sebagai pengontrol udara.

Dalam bidang sipil, UAV dapat digunakan untuk membantu kegiatan

SAR (Search and Rescue) ataupun untuk keperluan survei udara seperti

pemotretan objek di darat atau untuk memperoleh data-data atmosfer.


Mentri Riset dan Teknologi, Gusti Muhamad Hatta mengungkapkan

bahwa pengembangan pesawat tanpa awak (Unmanned Aerial Vehicle

/UAV) tersebut dinilai sangat mendesak karena daerah di Indonesia memiliki

banyak gunung berapi. Dengan daerah yang luas dan memiliki

topografi pegunungan, banyak wilayah yang sulit dijangkau oleh

manusia, terutamauntuk melakukan sebuah penelitian. Oleh sebab itu,

pesawat tanpa awak diperlukan. (2012)


Tidak seperti pesawat pada umumnya yang memiliki pilot dan kru

pesawat untuk mengontrol dan mengawasi secara langsung kondisi pesawat,

pada pesawat tanpa awak kondisi pesawat tidak dapat dikontrol secara

langsung karena memang tidak memiliki kru pesawat. Proses kontrol

pesawat sepenuhnya dilakukan oleh sistem autopilot dengan mengacu pada

parameter-parameter yang telah ditentukan oleh pengguna sebelum terbang.


Berikut adalah salah satu contoh UAV,
Gambar 2.1. UAV / Unmanned Aerial Vehicle (AllenCaron

2012)

UAV biasanya dilengkapi dengan alat atau system pengendali terbang

melalui gelombang radio, navigasi presisi (GroundPositioning System - GPS

dan Pengukuran Inertial Unit), dan elektronik control penerbangan, dan

peralatan kamera resolusi tinggi.


Kelebihan UAV antara lain :
a. Dapat dioperasikan relatif cepat dimana saja, dan dapat dilakukan

secara berulang
b. Biaya operasionalnya lebih ekonomis
c. Aplikasi yang luas dan beragam
d. Tanpa diperlukan pilot, sehingga relatif aman.

2. FUNGSI DRONE

Perkembangan teknologi membuat drone juga mulai banyak

diterapkan untuk kebutuhan sipil, terutama di bidang bisnis, industri dan

logistik. Amazon memulai persaingan industri ini melalui peluncuran

layanan Amazon Prime Air. Pengangkutan barang menjadi lebih cepat, lebih

praktis, minim human error, dan mampu menjangkau lokasi terpencil.


Bahkan pengadaan pesawat drone menjadi salah satu program yang akan

diwujudkan oleh Presiden Jokowi sebagai salah satu alat untuk menjaga

pertahanan,keamanan, dan kedaulatan wilayah Republik Indonesia. Hal ini

disampaikan beliau saat debat presiden tahun lalu.

Selanjutnya sesuai Rencana Strategis Kementerian Perindustrian

2015-2019 pada Program Penumbuhan Industri Unggulan Berbasis

Teknologi Tinggi, salah satu tahapannya dilaksanakan melalui kegiatan

Penumbuhan Industri BerbasisKedirgantaraan. Pengembangan teknologi dan

produksi drone sangat tepat sekali terkait rencana strategis tersebut, ditinjau

dari aspek efisiensi pendanaan dan efektifitas pemanfaatannya.

Di negara maju seperti Amerika Serikat atau Jepang, teknologi ini

menjadi industri bagi end-user dalam waktu dekat. Pasar komersial drone

telah siap diramaikan oleh para raksasa teknologi. Menurut Teal Group,

perusahaan riset di bidang aerospace, pasar drone untuk bidang militer dan

sipil di seluruh dunia diperkirakan mencapai $89 miliar untuk satu dekade

berikutnya.

Di bulan April 2014, Google juga menegaskan langkah mereka

memasuki industri drone. Perusahaan mesin pencari terbesar di dunia ini

mengakuisisi produsen drone Titan Aerospace. Titan telah menguji berbagai

aplikasi drone, termasuk di bidang pengiriman data, pemantauan sawah,

serta bantuan pencarian dan penyelamatan. Drone keluaran Titan dapat


mengudara hingga mencapai lima tahun tanpa perlu mendarat atau mengisi

ulang bahan bakar. Kemampuan produk drone Titan ini tepat dengan misi

Google untuk menyebarkan layanan internet ke berbagai wilayah.

drone dapat meningkatkan produktivitas, menekan biaya operasional,

dan meminimumkan resiko keselamatan. Selain itu, drone juga membuka

peluang bisnis baru yang bisa saja baru teridentifikasi di masa depan. Hingga

saat ini di dunia industri bisnis, drone telah diterapkan dalam berbagai

layanan seperti:

a. Pengawasan Infrastruktur Fisik (pabrik, pelabuhan, jaringan listrik, dsb.)


b. Pengiriman Paket Barang.
c. Pemadam Kebakaran Hutan.
d. Eksplorasi Lokasi Tambang, Minyak/Mineral.

Pesawat tanpa awak dapat digunakan pada daerah berbahaya yang

apabila dilakukan dengan pesawat berawak akan membahayakan

keselamatan awak pesawat tersebut. Daerah yang berbahaya tersebut daerah

pusat badai, ketinggian yang berbahaya, daerah rawan perang, dsb. Beberapa

UAV dilengkapi dengan senjata yangdigunakan pada kawasan perang,

seperti Predator RQ-1 yang telah dapat melakukanserangan ke target-target

di darat, bahkan Predator RQ-1 juga dapat melakukan perang antar pesawat

di udara. Kemampuan pesawat UAV semacam ini sangat menguntungkan

bagi negaranegara maju, karena resiko penggunaan pilot sebagai sandera

atau tawanan perang apabila tertangkap dapat dihilangkan.


UAV juga dapat digunakan membantu peranan tim SAR (Search and

rescue) dalam pencarian korban dalam kecelakaan atau korban bencana alam

karena UAV dapat terbang dalam cuaca buruk sekalipun. Daya tahan terbang

UAV yang tidak tergantung pada pilot juga memungkinkan UAV mencari

korban secara terus-menerus. Ada banyak tipe dari UAV, diantara adalah

fixed wing,axial wing, coaxial wing, dan quadrotor. Dalam penelitian ini tipe

pesawat yang digunakan adalah jenis quadrotor atau quadcopter.

(Yulistiyanto,Andry:28:2013).

Anda mungkin juga menyukai