SEJARAH INDONESIA
NAMA ANGGOTA
• Arifah Putri Ramdhani
• Khoirunnisa’
• Nur Rizkiono
• Nurul Hidayati
• Reza Luthfi Akbar
• Wahyu Puspitasari
Sejarah Kerajaan Singasari
Sebelumnya Kerajaan Singasari dikenal dengan Kerajaan Tumapel. Tumapel bisa dianggap negara
bagian/bawahan Kerajaan Kadiri dibawah pemerintahan Akuwu (Bupati) Tunggul Ametung. Berkat jasa dan bantuan
pendeta Lohgawe, Ken Arok menghambakan dirinya kepada sang Akuwu Tumapel Tunggul Ametung, Ken Arok pun
menjadi pengawal kepercayaannya. Namun, Ken Arok pun tertarik kepada Ken Dedes istri Tunggul Ametung, ia pun
berniat menyingkirkan Ametung. Akhirnya, Ken Arok membunuhnya dengan keris yang dibuat oleh Empu Gandring.
Setelah berhasil membunuhnya, ia merebut dan menikahi Ken Dedes serta mengangkatnya sebagai permaisurinya. Pada
waktu itu Ken Dedes sedang mengandung anak Tunggul Ametung yang berumur tiga bulan.
Selanjutnya Ken Arok ingin membebaskan Tumapel dari jerat Kerajaan Kadiri yang dipimpin oleh Kertajaya.
Pada masa itu Tumapel merupakan sebuah daerah keakuwuan (kadipaten) yang masuk wilayah kekuasaan Kerajaan Kadiri.
Pada saat itu Kadiri dipimpin oleh Kertajaya atau Dandang Gendis. Ken Arok (Angrok) menunggu momentum yang tempat
untuk memberontak dan melepaskan diri dari cengkraman Kertajaya. Keinginannya pun terwujud, ketika kaum Brahmana
Kadiri meminta perlindungan kepada Ken Arok dari tindakan-tindakan Kertajaya yang melanggar adat. Para pendeta tidak
mau tunduk terhadapnya dan hijrah ke Tumapel dengan menghambakan diri kepada Ken Arok. Momentum ini, ia gunakan
untuk menggulingkan Kertajaya dari tampuk kekuasaan Dengan restu pendeta, ia melancarkan serangan pada tahun 1222
M/1144 (Tahun Saka) kepada raja Kertajaya. Akhirnya Kertajaya gugur di medan perang yang terjadi di desa Ganter.
Kerajaan Kadiri pun runtuh digantikan oleh Kerajaan Singasari yang dipelopori oleh Ken Arok. Dan seluruh
wilayah bekas kekuasan Dandang Gendis ia persatukan dalam otoritas kekuasaannya. Kerajaan Singasari (1222-1293)
adalah salah satu kerajaan besar di Nusantara yang bercorak Hindu-Budha. Pada perkembangannya, daerah kekuasaan
Singasari nantinnya meliputi Jawa Tengah, Jawa Timur, Palembang, Jambi, Pahang, Tumasik, Bangka, Tanjung Pura,
Bantayan, dan Seram.
Raja-raja Kerajaan Singasari
1. Ken Arok/Angkrok (1222-1227)
Ken Arok (Angkrok) ini merupakan pendiri Kerajaan Singasari dan Raja pertama. Ia telah berhasil menggulingkan
Kertajaya raja terakhir dari Kerajaan Kadiri. Ia mengambil alih kekuasaan dan menyatukan wilayah Kadiri sisa dari kekuasaan
Kertajaya. Asal usul Ken Arok menurut Pararaton menyebutkan ia anak dewa Brahma yang dilahirkan oleh seorang wanita petani
dari desa Pangkur, di daerah sebelah timur Gunung Kawi. Akan tetapi, mengingat fungsi kedudukan raja dalam masyarakat
Indonesia kuno dan juga keadaan serta susunan masyarakat dengan sistem-sistem kepercayaannya, tentulah Ken Arok anak seorang
penguasa atau Sang Amawabhumi walaupun ibunya seorang wanita desa.
Dalam serat pararaton Ken Arok, sebelum menjadi raja berkedudukan sebagai seorang akuwu di Tumapel pengganti
Tunggul Ametung. Hal itu, berkat bantuan pendeta Lohgawe agar Tunggul Ametung mengizinkannya sebagai seorang pengabdi
terhadapnya. Namun, pada akhirnya Ken Arok tertarik pada istri Tunggul Ametung yaitu Ken Dedes, sehingga ia membunuhnya
dengan menikamkan keris buatan Mpu Gandring. Dan ia pulalah pada nantinya yang menggulingkan Dandang Gendis (Kertajaya)
raja terakhir dari Kerajaan Kadiri. Kemudian, Ken Arok mendirikan Kerajaan Singasari. Dalam kitab Nagarakretagama Ken Arok
selaku raja bergelar Ranggah Rajasa Sang Girinathaputra. Sedangkan dalam kitab Pararaton, Ken Arok menyandang gelar Sri
Rajasa Bhattara Sang Amurwabhuni.
Ken Arok memiliki sifat bhairawa anoraga, dalam artian perkasa secara fisik dan lemah lembut secara spiritual, serta
selalu membumi (bhumi sparsa mudra). Dengan pengertian lain, kepemimpinan Ken Arok tetap berorientasi pada kerakyatan yang
setia pada janji, berwatak tabah, kokoh, toleran dan senantiasa bersifat sosial. Berdasarkan dalam kitab Pararaton, Ken Arok tewas
pada hari Kamis Pon, Minggu Landhep, tahun Saka 1170/1247 (Pararaton) atau 1227 (Negarakretagama) di tangan seorang
berpangkat pengalasan dari Desa Batil suruhan Anusapati (putra Tunggul Ametung dan Ken Dedes). Ken Arok hanya memerintah
selama lima tahun (1222-1227) dan ia didharmakan di Kagenengan dalam bangunan suci agama Siwa dan Budha. Sesudah Ken
Arok meninggal melalui keris buatan Mpu Gandring, Anusapati menjadi raja Singasari bergelar Bhantara Anusapati.
2. Anusapati (1227-1248)
Dari pararaton dapat diketahui bahwa Anusapati bukanlah keturunan dari Ken Arok dengan Ken Dedes melainkan
keturunan dari Tunggul Ametung dengan Ken Dedes. Pada waktu Ken Dedes diambil oleh Ken arok, Ken Dedes dalam kondisi
hamil, berumur 3 bulan. Selang beberapa bulan, lahirlah bayi tersebut yang diberi nama Anusapati. Setelah ia dewasa, ia
mendengar bahwa ia bukanlah anak dari Ken Arok dan ia mendengar tentang kematian ayah kandungnya. Dan akhirnya
Anusapati menuntut balas atas kematian ayahnya dengan membunuh Ken Arok.
Setelah Ken Arok berhasil dibunuhnya, Anusapati menggantikannya sebagai raja dari Kerajaan Singasari. Lambat
laun berita pembunuhan Anusapati atas Ken Arok terdengar oleh Panji Tohjaya keturunan dari Ken Arok dan Ken Umang.
Panji Tohjaya menuntut balas atas kematian ayahnya, oleh sebab itu ia melakukan balas dendam terhadap Anusapati dengan
membunuhnya saat mereka melakukan sabung ayam. Kemudian, kekuasaan jatuh ke tangan Panji Tohjaya. Anusapati
didharmakan di Kidal, sebuah daerah bertempat di sebelah barat kota Malang.
3. Apanji Tohjaya (1248)
Dalam kitab Pararaton tertulis bahwa sepeninggal Anusapati, yang menggantikan menjadi raja
Tumapel/Singasari adalah Panji Tohjaya. Panji Tohjaya melakukan balas dendam terhadap Anusapati sebagai
pembunuh ayahnya Ken Arok. Panji Tohjaya merupakan putra dari perkawinan antara Ken Arok dengan Ken Umang.
Berdasarkan garis keturunan menurut Pararaton seharusnya yang menduduki tahta maha raja di Singasari/Tumapel
adalah Mahisa Wonga Teleng, anak sulung dari Ken Arok dan Ken Dedes.
Dalam kitab Pararaton dan Negarakretagama menjelaskan bahwa pemerintahan Panji Tohjaya hanya
beberapa bulan saja menduduki tahta kekuasaan di Singasari. keambisiusannya yang keras untuk menghilangkan
keponakannya (Mapanji Sminingrat anak Anusapati dan Mahisa Campaka anak Mahisa Wonga Teleng) membuat
Panji Tohjaya membabi buta. Namun, semua rakyat di sekitarnya tidak se-mufakat dengan rencana Panji. Pada
akhirnya oknum-oknum yang mendukung kedua pangeran tersebut melakukan suatu siasat untuk menggulingkan
Panji. Pada akhirnya, nanti Panji Tohjaya dapat digulingkan.
4. Ranggawuni (1248-1254)
Pararaton menyebutkan bahwa sepeninggal Panji Tohjaya, Ranggawuni dinobatkan menjadi raja dengan gelar
Wirnuwarddhana. Mahisa Campaka menjadi Ratu Angabhaya dengan gelar Batara Narasinga. Nagarakertagama juga mencatat
tentang naik tahtanya dua pangeran tersebut, gelar mereka adalah Batara Wisnuwarddhana dan Batara Narasinghamurtti.
Pemerintahan dipegang oleh dua orang laksana Madhawa (Wisnu) dan Indra, atau bagaikan dua ekor ular dalam satu lubang.
Masa pemerintahan Wisnuwarddhana memang menarik perhatian. Dari zaman Rajasa hingga Tohjaya, Kerajaan
Tumapel dipegang oleh satu raja. Namun, ketika Wisnuwarddhana memerintah, ia memerintah bersama-sama dengan
Narasinghamurtti. Hal ini jelas dipahami apabila mengikuti alur seperti yang telah disebut sebelumnya. Wisnuwarddhana
(Ranggawuni) tidak ingin memisah lagi kekuasaan Kadiri dan Tumapel seperti yang pernah dilakukan oleh kakeknya, yaitu Sri
Rajasa (Ken Arok). Oleh karena itu anak tertua pamanya (Batara Parameswara), yaitu Nararya Waningyun yang kelak sebagai
putri mahkota Kerajaan Kadiri, ia ambil sebagai istri dan dijadikan permaisuri. Sementara pewaris tahkta Kerajaan Kadiri
kedua, yaitu Mahisa Campaka, adik Nararya Waningyun ia jadikan Ratu Angbhaya di Tumapel bersama-sama memerintah
dengannya. Dengan demikian bersatu kembalilah Kadiri dan Tumapel.
5. Kertanagara (1254-1292)
Kertanagara adalah raja terakhir dari Kerajaan Singasari. Sepeninggal Ranggawuni (Wisnuwarddhana), pada tahun 1268 Kertanagara menggantikan
ayahnya dan ia merupakan raja kelima. Sebenarnya, sebelum ayahnya meninggal ia pernah menjadi yuwaraja yang didampingi oleh ayahnya. Ia bergelar yang bergelar
Maharajadhiraja Kertanagara Wikrama Dharmottunggadewa. Ibunya bernama Waning Hyun yang bergelar Jayawardhani. Waning Hyun adalah putri dari Mahisa Wonga
Teleng. Pada masa pemerintahan Kertanagara, Kerajaan Singasari mengalami masa keemasan. Stabilitas yang dibangun sejak pemerintahan masa Ranggawuni ayah
Kertanagara semakin dimapankannya. Dialah yang mempunyai gagasannya untuk menyatukan semua kerajaan yang ada di wilayah Nusantara.Ia adalah raja Singasari
yang sangat terkenal dalam bidang politik dan keagamaan. Dalam bidang keagamaan ia sangat dikenal sebagai seorang penganut agama Siwa dan Budha. Agama Budha
yang dianutnya adalah agama Budha aliran Tantrayana. Dalam bidang perpolitikan ia melakukan perluasaan wilayah kekuasaan dan pengaruhnya sampai ke luar jawa
dengan mengadakan relasi persahabatan terhadap negara-negara lain. Untuk merealisasikan cita-citanya ini, ia melancarkan ekspedisi-ekspedisinya ke luar Jawa. Pada
tahun 1284 Kerajaan Singasari menaklukan Bali, rajanya pun ditawan dan dibawa ke Singasari. Demikian pula, ia mengirimkan ekspedisi ke Melayu pada tahun (1275),
seluruh Bakulapura dan tidak luput pula Sunda dan Madura. Ekspedisi ke luar Jawa, khususnya ke Melayu dilakukan rangka menghadapi ekspansi Mongol yang
dilancarkan oleh Kubilai Khan ke Asia Tenggara. Kertanagara mengfokuskan perhatiannya terhadap Ekspansi Mongol ke Asia Tenggara semakin masif. Namun, apa
yang dikhawatirkan oleh Kertanagara ternyata datang dari arah lain. Ia terlalu mengkonsentrasikan perhatiannya pada serangan Mongol saja. Ia selalu melakukan
upacara Tantra guna mengimbangi kekuatan Mongol. Dalam kondisi seperti ini Jayakatwang menusuk dari belakang.Paparan di atas menegaskan bahwa sosok
Kertanagara merupakan sosok yang ekspansionis sekaligus raja yang nasionalis. Ia tidak mau berada di bawah kekuasaan Mongol. Untuk merealisasikan gagasan
penyatuan Nusantara, ia mengganti penjabat-penjabat yang kolot dengan yang baru seperti Patih Raganata diganti oleh Patih Aragani. Banyak wide dijadikan sebagai
Bupati di Sumenep (Madura), dengan gelar Aria Wiraraja.
Langkah-langkah yang dilakukan oleh Kertanagara dalam mewujudkan gagasan penyatuan nusantara adalah sebagaimana berikut:
1. Melaksanakan ekspedisi ke Malayu (1275-1286) untuk menguasai Kerajaan Melayu serta melemahkan posisi Sriwijaya di Selat Malak a.
2. Politik perkawinan dan persahabatan. Dalam politik perkawinannya, Kertanagara mengawinkan putrinya sendiri, Dewi Tapasi, dengan Raja Campa. Sebab, raja
Campa merupakan benteng pertama untuk membendung pengaruh Khubilai Khan. Sedangkan, usaha politik persahabatan diawali dengan pengiriman sebuah Arca
Amoghaapaca oleh raja Kertanagara ke Raja Melayu untuk memperkokoh persahabatan dalam menghadapi kemungkinan serangan tentara Khubilai Khan.
5. Menguasai daerah Pahang (Malaya) dan Tanjung Pura (Kalimantan). Tujuan mengusai daerah tesebut adalah: