Anda di halaman 1dari 2

Ken Arok

Ken Arok dilahirkan di suatu wilayah Campara dan ditinggalkan oleh ibunya, lalu
ditemukan oleh seorang pencuri yang bernama Ki Lembong. Ki Lembong membawanya
pulang dan memberi nama Temon. Saat berusia 15 tahun Ken Arok diperintahkan untuk pergi
dan mencari kehidupan baru oleh Ki Lembong. Dalam perjalanan, Temon bertemu dengan
seorang penjudi yang bernama Bango Sampran yang menganggap bahwa Temon pembawa
keberuntungan. Temon pun diajak untuk tinggal bersama istri Bango Samparan dan diberi
nama Ken Arok.
Ketika keberuntungan Ken Arok mulai surut dan sering kalah berjudi, Ken
Arok kembali untuk mencuri lagi. Bango Samparan tidak menyukai kebiasaan tersebut. Ken
Arok pun pergi dari rumah Bango Samparan dan tinggal di rumah temannya yang bernama
Tita. Ken Arok dan Titan dikenal berandalan, nakal, suka berulah dan sering berbuat onar.
Oleh karena itu, Ayah Tita memasukkan keduanya ke padepokan Tantripala, namun Ken
Arok dan Tita meninggalkan padepokan tersebut karena merasa tidak betah, dan berniat
untuk menjarah di Tumapel.
Dalam perjalanan ke Tumapel, Ken Arok dan Tita dihadang oleh prajurit yang
mencari mereka, kemudian mereka bersembunyi di tempat yang telah dihuni oleh lelaki tua
misterius yang selalu mengikuti mereka. Lelaki tua itu bernama Gendeng Panuntun yang
mengaku bahwa dia orang sakti. Setibanya di Tumapel, Ken Arok mengambil beberapa
barang berharga di Pakuwon Tunggul Ametung yang merupakan seorang akuwu baru di
Tumapel. Ketika sedang asik mencuri, mereka dipergoki dan dikejar oleh prajurit Pakuwon.
Saat berusaha kabur, Gendeng Panuntun datang menyelamatkan mereka. Ken Arok
memutuskan untuk mengikuti lelaki tua tersebut dan melanjutkan perjalanan untuk menemui
seorang pendeta Buddha bernama Mpu Parwa. Ternyata, Gendeng Panuntun tidak mengajak
Ken Arok menemui Mpu Parwa, tetapi menemui Dan Hyang Lohgawe.
Dan Hyang Lohgawe adalah seorang brahmana yang datang dari Lohgawe. Brahmana
ini sedang mencari orang yang diyakini sebagai titisan Dewa Wisnu, dan ternyata orang itu
adalah Ken Arok. “Tak sia-sia kedatanganku jauh-jauh hingga ke Tumapel, akhirnya
kumenemukan engkau. Arok, pada dirimu terletak harapan besar bagi kaum Brahmana.
Untuk itu kaum Brahmana berkewajiban membekalimu ilmu-ilmu.” kata Dan Hyang
Lohgawe. Ken Arok belajar dari Dan Hyang Lohgawe dan cepat menguasai apa yang
diajarkannya sehingga menjadi orang kepercayaan Dan Hyang Lohgawe.
Wilayah kekuasaan Tunggul Ametung senantiasa menjadi lahan pemberontakan,
kerusuhan serta kejahatan. Semenjak saat itu, Tunggul Ametung tidak bisa tenang
beristirahat selama ia menjabat sebagai akuwu Tumapel. Meski ia telah berusaha untuk
memadamkan pemberontak, perusuh dan pelaku kejahatan tetapi malah membesar dimana-
mana. Kejengkelan Tunggul Ametung kian memuncak saat mendapat perintah dari Sri
Kertajaya yang terus dan terus saja memintanya untuk mengirimkan upeti. Tunggul Ametung
didera kebingungan dan kejengkelan memikirkan keruwetan di Tumapel. Disaat bersamaan,
datang harapan besar dari seorang prajurit “Yang mulia Akuwu, sesungguhnya di wilayah
Tumapel ini ada sebuah keajaiban seorang pendeta Mpu Parwa dikaruniai seorang putri
cantik yang bernama Ken Dedes.”
Tunggul Ametung dan ditemani oleh prajurit yaitu Kebo Idjo dan Ragatantra segera
ke rumah pendeta Mpu Parwa, saat Tunggul Ametung melihat Ken Dedes yang sangat cantik
jelita, ia langsung menjadikanya istri dan membawanya secara paksa disaat Mpu Parwa tidak
ada di rumah. Ketika Mpu Parwa sampai di rumah dan mengetahui putrinya tidak ada, Mpu
Parwa marah dan bersumpah bahwa orang yang membawa putrinya akan ditusuk keris.
Ken Arok diutus menjadi prajurit Pakuwon atas usulan Dan Hyang Lohgawe dengan
syarat dapat menyelesaikan masalah kerusuhan di Tumapel. Semenjak Ken Arok berada di
Pakuwon, keadaan Tumapel menjadi lebih baik. Ken Arok pun semakin mendapat
kepercayaan sehingga diangkat menjadi wakil prajurit.
Mpu Gandring yang merupakan seorang pandai besi dan juga orang tumpuan Tunggul
Ametung, pergi menemui Kebo Idjo dan mengungkapkan keinginannya agar Tumapel lepas
dari Kediri dengan cara menggati pemimpin Tumapel. Mpu Gandring menghasut Kebo Idjo
agar segera bergerak untuk menggantikan Tunggul Ametung.
Tak lama kemudian, Kebo Idjo menemui Ken Dedes dan mengatakan bahwa ia akan
merebut pakuwon dari Tunggul Ametung dan akan menyelamatkannya. Setelah itu, Ken
Dedes memberi saran kepada Tunggul Ametung untuk menyiapkan jebakan agar dapat
mengetahui dalang perampokan upeti.
Ken Arok mengetahui bahwa Mpu Gandring sedang membuatkan senjata untuk Kebo
Idjo yang telah siap untuk menyerang Pakuwon. Ken Arok pun memberitahukan hal itu
kepada Dan Hyang Lohgawe dan Ken Dedes. Namun senjata pusaka yang dibuat Mpu
Gandring berhasil dicuri oleh Ken Arok diberikannya kepada Kebo Idjo sambil berpura-pura
seolah-olah ia adalah utusan Mpu Gandring. Kebo Idjo yang tak curiga pun memamerkan
senjata barunya ke semua orang di Pakuwon.
Kebo Idjo yang telah bersiap melakukan penyerangan, memerintahkan Ken Arok
untuk mengawal upeti. Ken Arok memimpin pengiriman upeti seperti yang direncanakan. Di
tengah perjalanan Ken Arok berpura-pura hendak memberikan sesuatu pada Tunggul
Ametung dan pergi meninggalkan prajurit bersama upeti. Ken Arok pergi ke kamar Tunggul
Ametung dan meminta Ken Dedes untuk pergi dan menusuk Tunggul Ametung yang sedang
tidur dengan keris milik Kebo Idjo yang telah dicuri oleh Ken Arok sehari sebelum kejadian.
Kebo Idjo berhasil menangkap pencuri upeti, lalu mengangkat dirinya sendiri sebagai akuwu
yang baru. Tak lama Ken Arok datang dihadapannya dan meyakinkan penduduk yang ada di
Pakuwon bahwa ia adalah prajurit Tumapel yang setia dan akan menghentikan rencana jahat
Kebo Idjo.
Esoknya, Tunggul Ametung ditemukan mati dengan senjata yang dipercayai milik
Kebo Idjo. Lalu, Kebo Idjo pun dijatuhi hukuman mati. Ken Arok berhasil membunuh Mpu
Gandring dan membuat prajurit Tumapel yang memberontak untuk kembali memihak
Tumapel. Atas jasanya, Ragantantra sebagai kepala pengawal Akuwu Tumapel mengangkat
Ken Arok sebagai akuwu baru dengan persetujuan semua yang hadir.

Anda mungkin juga menyukai