Anda di halaman 1dari 3

▪ Tersebutlah sebuah wilayah di bawah kerajaan Kediri yang bernamaTumapel.

Tumapel sedang
bersukacita dengan mengadakan upacara Brahmacarya karena Sang Akuwu yang bernama
Tunggul Ametung mengumumkan akan memiliki seorang permaisuri.

▪ Permaisuri itu bernama Dedes, anak Mpu Parwa, seorang gadis keturunan brahmana dari desa
Panawijil.

▪ Walau Dedes tampil cemerlang dalam upacara Brahmacarya, dia juga terlihat begitu murung dan
berduka. Menurut kabar Dedes didapatkan oleh Tunggul Ametung dengan cara dirampas secara
paksa dan diambil selayaknya pampasan perang.

▪ Mengambil yang terbaik milik rakyat memang sudah menjadi kebiasaan buruk Tunggul Ametung
dan prajurit Tumapel. Kuda terbaik, harta terbaik, dan perawan terbaik selalu menjadi incaran
mereka. Salah satu perawan terbaik itu adalah Dedes.

▪ Tindakan Tunggul Ametung dan prajurit Tumapel yang sewenang-wenang menyebabkan banyak
pemberontakan di sana-sini. Salah satunya adalah pemberontakan dan kerusuhan yang
dipimpim oleh Borang. Pemuda yang sangat berkarisma beserta anak buahnya tersebut sering
menghadang pengiriman upeti oleh prajurit Tumapel ke Kediri.

▪ Pemuda yang dikenal dengan Borang itu adalah Temu, yang dahulu bayi ditemukan oleh ayah
angkatnya bernama Ki Lembung di depan pura desa. Dengan Ki Lembung dan Nyi Lembunglah
Temu merasakan kasih sayang yang pertama dari seorang ayah ibu.

▪ Setelah gagal menjaga kerbaunya dari harimau, Temu kemudian melarikan diri dan mulai
melakukan kejahatan-kejahatan kecil mengganggu prajurit Tumapel. Sampai akhirnya dia dikejar
oleh prajurit Tumapel dan diselamatkan oleh Ki Bango Samparan. Jadilah Ki Bango Samparan
menjadi orang tua angkatnya yang kedua.

▪ Karena kecemburuan dari saudara-saudara angkatnya, Borang kemudian dikirim belajar kepada
seorang penganut Buddha bernama Tantripala. Ternyata Borang sangat cepat menyerap semua
pelajaran yang diberikan oleh Tantripala.

▪ Tantripala lantas mengirim Temu untuk belajar pada seorang mahaguru bernama Dang Hyang
Lohgawe. Dengan Lohgawelah Borang mencapai kesempurnaan dalam belajarnya. Akhirnya
Lohgawe memberinya gelar Arok pada saat kelulusan belajarnya.

▪ Arok yang cerdas ternyata telah memikat hati Lohgawe dan para brahmana. Dalam sidang pada
brahmana Arok akhirnya diangkat menjadi ‘garuda’ bagi para brahmana untuk memperjuangkan
Hindu Sjiwa yang tertindas oleh Hindu Wishnu. Selama ini Hindu Wishnu menjadi agama para
penguasa seperti Tunggul Ametung dan Kertajaya, raja Kediri.
▪ Sejak dikukuhkan menjadi pimpinan pergerakan para brahmana Arok lantas menyusun kekuatan
dengan mengumpulkan logistik berupa emas yang dia rampas dari upeti-upeti kiriman Tumapel
ke Kediri. Bahkan dia bisa menguasai tambang emas Kalikanta milik Tunggul Ametung.
▪ Pada kesempatan yang lain Tunggul Ametung semakin kewalahan menghadapi perusuh-perusuh
yang menyerang tentaranya dan mulai mengambil lahan kekuasaannya. Dia tidak punya pilihan
selain harus minta nasehat dari Dang Hyang Lohgawe, seorang brahmana yang disegani oleh
rakyat Tumapel. Oleh karena itu dia berangkat membawa Dedes untuk menjadi juru bicaranya
menghadapi Lohgawe.

▪ Kesempatan itu tidak disia-siakan oleh Lohgawe. Dari perjanjian dengan Tunggul Ametung
kemudian Lohgawe menyusupkan Arok ke dalam pusat jantung kekuasaan Tunggul Ametung dan
mengatakan padanya bahwa Arok adalah jagoan Lohgawe yang tugasnya menjaga Tunggul
Ametung dan menghapuskan kerusuhan di wilayah Tumapel.

▪ Arok kemudian berlaku selayaknya membantu penumpasan kerusuhan meskipun sebenarnya


justru sebaliknya. Dia melakukan penumpasan terhadap tentara Tumapel dengan menggunakan
baju tentara itu untuk dikenakan oleh pasukannya sendiri. Lambat laun pasukan Arok menjadi
semakin banyak dan sebaliknya kondisinya pasukan Tumapel.

▪ Menyadari hal itu, Tunggul Ametung menjadi curiga kepada Arok dan berpikir bahwa Arok adalah
duri dalam daging bagi kekuasaannya. Pada suatu waktu dia memerintahkan salah satu anaknya
bernama Kidang Gumelar untuk membunuhnya.

▪ Serbuan pasukan Kidang Gumelar telah diantisipasi oleh Arok. Penyerangan yang gagal lantas
membuat Tunggul Ametung malu karena berarti dia telah melanggar perjanjian dengan
Lohgawe. Demi menutupi rasa malu tersebut maka dibunuhlah anaknya sendiri, Kidang Gumelar,
dengan pedang.

▪ Dibunuhnya Kidang Gumelar menjadi petaka bagi kekuasaan Tunggul Ametung. Di tengah
kelemahan-kelemahan tersebut beberapa pihak bersiasat mengambil alih kekuasaan Tunggul
Ametung.

▪ Salah satu kekuatan itu adalah gerakan rahasia Mpu Gandring. Ia adalah ahli pembuat senjata di
Tumapel yang telah banyak melakukan penipuan dengan kualitas senjatanya yang buruk. Mpu
Gandring sendiri menggunakan Kebo Ijo untuk menghimpun kekuatan dari dalam tubuh tentara.
Ia pun menggunakan Dadung Sungging sebagai mata-mata terhadap Tunggul Ametung, Dedes,
dan Arok.

▪ Kekuatan lain yang ingin menggantikan Tunggul Ametung adalah Yang Suci Belakangka. Nyatanya
Belakangka juga menggunakan Kebo Ijo yang dianggapnya lebih layak menjadi akuwu karena
darah satria dalam dirinya.

▪ Walaupun begitu baik kelihaian Mpu Gandring maupun Belakangka tidak mampu menandingi
siasat Arok yang tidak menerapkan perang terbuka, tetapi dengan strategi dan pengaturan yang
cenderung licik. Apalagi setelah Arok mendapat posisi sebagai kepala pasukan Tumapel.
▪ Kekalahan gerakan Mpu Gandring dan Belakangka ditandai dengan ditangkapnya kedua orang
ini oleh Arok. Mereka berdua diinterogasi oleh Arok dan dipaksa untuk mengakui perbuatannya.

▪ Ditangkapnya Mpu Gandring dan Belakangka membuat gerakan Kebo Ijo jadi semakin tidak
berarti walau sebelumnya dia telah menggertak lewat pawai kekuatan pasukan di depan
Pekuwuan dan disambut Dedes dengan penuh keramahan.

▪ Kebo Ijo, yang dengan penuh percaya diri merasa bakal menggantikan Tunggul Ametung,
ternyata masuk jebakan Arok. Itu terjadi tepat seperti waktu dia masuk ke Pekuwuan dan
menghunus pedang ke arah Akuwu Tumapel, Tunggul Ametung.

▪ Tunggul Ametung yang bermandi darah akhirnya tewas terhunus pedang. Kebo Ijo dituduh
sebagai pembunuhnya meskipun berulang kali dia mengaku hanya menusukkan pedangnya
sekali dan Tunggul Ametung sendiri telah bermandi darah saat ia masuk. Tidak ada orang yang
percaya dengan pengakuan Kebo Ijo.

▪ Persis ketika peristiwa berdarah pembunuhan Tunggul Ametung terjadi Arok mengerahkan
semua pasukan dari luar kota untuk memasuki kota Tumapel guna berhimpun di pendopo
pekuwuan. Pasukan itu seperti pasukan Lingsang, Umang, Oti dan sebagainya.

▪ Hingga akhirnya seluruh sekutu Arok hadir di pekuwuan. Mereka bersorak menuntut agar Arok
diangkat segera menjadi akuwu menggantikan Tunggul Ametung.

▪ Mendengar teriakan para pendukung Arok, Dedes yang berstatus pramesywari Tumapel sedih
teramat dalam. Ia merasa sepi di tengah keramaian itu. Dia merasa, bahwa sebagai orang yang
berdarah brahmana, harusnya dialah yang patut menjadi penguasa.

▪ Dedes juga kecewa. Janji Arok untuk menegakkan Syiwa kembali pada cakrawartinya justru tidak
ditepatinya. Ketika Arok marak menjadi Akuwu ia jutsru menerima orang Wisynu, Tantrayana,
Kalacakra, juga Buddha untuk hadir di Tumapel.

▪ Lebih menyedihkan lagi bahwa Mpu Parwa, ayah Dedes, pun tidak mau menemuinya. Ia pun
masih menyimpan kekhawatiran. Anak yang dikandungnya akan mengalami kesulitan ke puncak
kekuasaan karena bagaimanapun anak tersebut adalah anak Tunggul Ametung, musuh bagi Arok
si raja baru di Tumapel, yang kini menjadi suaminya.

▪ Kesedihan Dedes dan perasannya yang teramat sakit dan tidak rela hanya bisa disimpan dalam
hati. Untuk pertama kalinya ia biarkan airmatanya berlinang.

Anda mungkin juga menyukai