Anda di halaman 1dari 2

LEGENDA TOAKALA

Cerita rakyat ini memiliki beberapa versi, namun memiliki inti permasalahan yang sama,
memiliki banyak pesan moral, dan bahkan ada mitos yang diyakini oleh masyarakat sekitar
hingga sekarang.

Pada zaman dahulu, di lereng Gunung Bulusaraung, terdapat kerajaan kera yang bernama
Kerajaan Abbo, terletak di Kelurahan Leang-leang, Kecamatan Bantimurung. Kerajaan ini
dipimpin oleh kera yang berbadan tinggi, besar, berbulu putih, dan bisa berbicara seperti manusia
yang bernama Toakala. Toakala memiliki kegemaran dalam berburu. Suatu hari, ia menuju hutan
untuk berburu. Di perjalanannya, ia melihat sosok wanita yang sangat cantik sedang mandi di
danau di Telaga Kassi Kebo. Wanita ini ternyata merupakan putri yang berasal dari Kerajaan
Pattiro. Namanya adalah I Bissu Daeng. I Bissu Daeng ini memiliki paras yang sangat cantik,
memiliki kulit putih, dan rambut yang sangat panjang.
Toakala yang jatuh cinta pada pandangan pertama langsung mengirim utusannya untuk
pergi melamar I Bissu Daeng di Kerajaan Pattiro. Namun, lamarannya ditolak mentah-mentah
karena ia hanyalah seekor kera. Ia sangat tidak pantas untuk menikahi I Bissu Daeng yang begitu
cantik. Mendengar hal itu, Toakala sangat marah dan akhirnya menculik I Bissu Daeng ke
kerajaannya. Tidak lama kemudian, datang seekor ular sanca menyelamatkan I Bissu Daeng.
Toakala menjadi sangat marah dan berniat untuk menyerang Kerajaan Pattiro. Raja Pattiro yang
mendengar berita itu merasa takut. Namun, ia memiliki ide licik untuk menjebak Toakala. Raja
Pattiro mengirim panglimanya untuk mengirimkan pesan kepada Toakala agar datang melamar
secara baik-baik dan mengikutsertakan seluruh rakyatnya tanpa terkecuali. Toakala pun setuju
karena saking besarnya rasa cintanya kepada I Bissu Daeng.
Toakala pun tiba di Kerajaan Pattiro bersama seluruh rakyatnya. Sebelum itu, Raja Pattiro
telah menyediakan satu ruangan yang terbuat dari jerami yang direkatkan dengan getah pinus.
Raja Pattiro pun menyambut kedatanga Toakala. Ia mempersilahkan Toakala dan pengikutnya
untuk masuk di ruangan tersebut. Di dalam ruangan, Toakala dijamu dengan makanan yang enak
hingga ia dan rakyatnya tidak ada yang menyadari bahwa ini hanyalah jebakan. Sementara
menyantap makanannya, ruangan itu langsung dibakar oleh pasukan Pattiro dari luar. Toakala
yang memiliki kesaktian berhasil kabur bersama seekor kera yang sedang mengandung. Namun,
ekor dan rambut di pantatnya terbakar oleh Api. Itulah sekarang yang diyakini mengapa kera
Macaca Maura tidak memiliki rambut di pantatnya.
Seteleha kejadian ini, I Bissu Daeng merasa bersalah dan mengatakan bahwa
kecantikannya membawa malapetaka. I Bissu Daeng pun mengutuk seluruh keturunannya untuk
tidak berwajah cantik lagi. Toakala pun juga marah dan merasa bersalah atas kejadian ini.
Akhirnya, ia memilih untuk bertapa di sebuah gua. Karena terlalu lama bertapa, maka seluruh
raganya melebur dan menyatu menjadi batu.
Sampai sekarang jasad Toakala masih bisa disaksikan dalam sebuah gua yang bernama
Gua Toakala.
TAMAT

Nilai moral yang dapat diambil dari cerita rakyat ini adalah jangan serakah dalam bertindak, jika
engkau serakah, maka akan menjadi malapetaka untuk diri sendiri.

Anda mungkin juga menyukai