Anda di halaman 1dari 5

Nama Kelompok :

1.
2.
3.
4.
5.

Adjie Bramasta
Alisa Andriani
Jiwang Yudha K
Syifa Rachmani R
Widiani Rukma K
PERISTIWA GLEDUK, LEMBU PETENG DAN KEDUNGSKO
(BABAD TULUNGAGUNG)

(PERANG ANTARA PANGERAN

BEDALEM

DENGAN

PANGERAN

LEMBU

PETENG)

Pada zaman Majapahit hubungan antar daerah pedalaman sangat sulit sehingga keamanan
di sebelah selatan sungai brantas sukar di kuasai. Banyak pemberontakan sehingga timbul
perguruan2 yang bermanfaat mengajarkan ilmu. Demikian hubungan dengan perguruan dukuh
Bonorowo dekat Campur Darat yang dipimpin Kyai Patjet (Kiai Pacet).
Suatu hari kyai Pacet mengadakan pertemuan dengan muridnya memberikan wejangan
ilmunya, lalu menceritakan bahwa diantara murid-muridnya ada yang mendirikan perguruan
sendiri tanpa memberitahukan gurunya (kyai Pacet). Karena merasa tertusuk perasaannya dirinya
yang mendirikan perguruan itu maka Kyai Kesan Besari pergi tanpa pamit meninggalkan tempat
pertemuan. Setelah kepergiannya Kyai Pacet menyuruh 2 orang muridnya yaitu Pangeran Kalang
dan Pangeran Bedalem untuk menasehati Kyai Kesan Besari agar menyadari dan mau kembali
ke Bonorowo.
Apa sebab kyai Pacet menyuruh keduanya tidak lain karena kyai Pacet mengetahui kedua
muridnya diam-diam juga menjadi murid kyai Kasanbesari. Kyai Pacet berpesan kepada
keduanya supaya mereka tetap di Bonorowo untuk melanjutkan pelajarannya, sedangkan sang
kiai Pacet mengadakan semedi di dalam Goa. Sedangkan yang ditugaskan menjaga diluar adalah
Pangeran Lembu Peteng.
Setelah pertarungan tersebut kyai Pacet mengerahkan semua muridnya guna menangkap
Kyai Kasanbesari dan Pangeran Kalang. Murid dari Kyai Pacet disebar ke seluruh penjuru
dengan dipimpin oleh Pangeran Lembu Peteng. Akhirnya Pangeran Lembu Peteng dan temantemannya dapat berjumpa dengan Kyaibesari dan Pangeran Kalang. Timbullah peperangan yang
ramai. Akhirnya Kyai Kasanbesari melarikan diri ke Ringinpitu, sedang Pangeran Kalang dikejar
terus oleh Pangeran Lembu Peteng.

Pangeran Kalang lari ke Betak dan bersembunyi di tamansari Kadipaten Betak. Pada
waktu itu putera dari Bedalem yang bernama Roro Kembangsore sedang berada di Tamansari.
Roro Kembangsore merasa tidak keberatan bahwa Pangeran Kalang bersembunyi di ditu, karena
Pangeran Kalang masih pamannya (saudara kandung ayahnya).
Kemudian datanglah Pangeran Lembu Peteng ke Tamansari untuk mencari Pangeran
Kalang. Di Tamansari Pangeran Lembu Peteng bertemu dengan Roro Kembangsore. Putri
Bedalem ini tidak mengakui bahwa pamannya bersembunyi disitu. Pangeran Lembu Peteng
tertarik akan kecantikan sang putri dan menyatakan asmaranya. Roro Kembangsore
mengimbanginya.
Ketika kedua pasang merpati tersebut sedang dalam langen asmara (jatuh cinta), maka
Pangeran Kalang yang sedang bersembunyi di Tamansari dapat mengintip dan mengetahui
bagaimana tindakan kemenakannya terhadap Pangeran Lembu Peteng. Dengan diam-diam
Pangeran Kalang masuk ke dalam Kadipaten untuk melaporkan peristiwa tersebut kepada
kakaknya ialah Pangeran Bedalem. Pangeran Bedalem setelah mendengar pelaporan dari
adiknya, menjadi sangat larah sekali, terus pergi ke Tamansari. Timbullah perang antara
Pangeran Lembu Peteng dan Pangeran Bedalem. Pangeran Lembu Peteng dapat meloloskan diri
bersama dengan Roro Kembangsore, tetapi terus dikejar oleh Pangeran Bedalem.

BABAD TULUNGAGUNG
(KYAI KASAN BESARI INGIN MEMBUNUH KYAI PATJET- ASAL NAMA GLEDUK
dan MACANBANG)
Kyai kasanbesari yang hatinya tersinggung dan masih marah terhadap gurunya (Kyai
Pacet) didatangi 2 utusan gurunya yaitu Pangeran Kalang dan Pangeran Bedalem. Pangeran
bedalem menyatakan tidak akan mencampuri urusan Kyai Kasanbesari dan Kyai Pacet dan akan
pulang ke Betak. SebaliknyaPangeran Kalang malah membakar semangat Kyai Kasanbesari
untuk memberontak dan membunuh gurunya.
Setelah berunding maka berangkatlah mereka berdua ke bonorowo dengan tujuan
membunuh kyai pacet. Mereka berdua diam2 masuk ke goa tempat sang guru bersemedi tanpa
diketahui Pangeran Lembu peteng yang ditugasi menjaga goa. Alangkah terkejutnya karena
dalam penglihatan mereka tengah berjumpa dengan seekor singa yang siap menerkamnya. Kyai
Besari dan Pangeran Kalang dengan cepat keluar dari Goa dan lari tunggang langgang.
Konon setelah kedua orang tersebut lari Kyai Pacet memanggil Pangeran Lembu Peteng
yang sedang berjaga di luar. dan menanyakan mendengar apakah waktu kyai pacet bersemedi
dan pangeran Lembu peteng menjawab bahwa tadi mendengar suara GEMLUDUG dan
setelah dilihatnya Kyai Pacet sedang memegang cahaya yang kemudian berubah menjadi keris.

iii

Kemudian keris itu diberi nama Kyai Gledug sedang desa tempat bersemedinya sekarang
dinamakan GLEDUG. Selesai bersemedi kyai mengejar kedua muridnya tersebut.
Kyai Besari tahu dikejar mengeluarkan kanuragannya dengan membanting kemiri yang
berubah menjadi seekor harimau. Kyai Pacet mengimbangi dengan membanting bungkul
gamparan yang berubah menjadi ular besar dan kedua binatang itu berkelahi dan kyai Besari
kalah. Tempat pertempuran keduanya dinamakan MACANBANG. Namun kyai Besari berhasil
melarikan diri sedang Kyai Pacet dan Pangeran Lembu Peteng kembali ke padepokan.
Selesai bersemedi Kyai Pacet segera mengejar kedua oramg yang sedang berlari itu. Kyai
Kasanbesari mengerti kalau dikejar, segera mengeluarkan ilmu kanuragannya dengan
membanting buah kemiri yang berubah menjadi seekor harimau. Kyai Pacet mengimbanginya
dengan membanting bungkul gempaan yang berubah menjadi ular besar. Kedua bintang itu
berkelai, harimau kanuragan dari Kyai Kasanbesari kalah dan berubah menjadi buah kemiri lagi.
Tempat dimana Kyai Kasanbesari menderita kekalahan oeh Kyai Pacet dinamakan desa
Macanbang. KyaiKasanbesari terus berlari melarikan diri, sedang Kyai Pacet bersama Pangeran
Lembu Peteng kembali ke padepokan untuk mengerahkan semua muridnya guna menangkap
Kyai Kasanbesari dan Pangeran Kalang. Murid dari Kyai Pacet disebar ke seluruh penjuru
dengan dipimpin oleh Pangeran Lembu Peteng. Akhirnya Pangeran Lembu Peteng dan temantemannya dapat berjumpa dengan Kyaibesari dan Pangeran Kalang. Timbullah peperangan yang
ramai. Akhirnya Kyai Kasanbesari melarikan diri ke Ringinpitu, sedang Pangeran Kalang dikejar
terus oleh Pngeran Lembu Peteng.
Pangeran Kalang lari ke Betak dan bersembunyi di tamansari Kadipaten Betak. Pada
waktu itu putera dari Bedalem yang bernama Roro Kembangsore sedang berada di Tamansari.
Roro Kembangsore merasa tidak keberatan bahwa Pangeran Kalang bersembunyi di ditu, karena
Pangeran Kalang masih pernah pamannya (saudara kandung ayahnya).
Kemudian datanglah Pangeran Lembu Peteng ke Tamansari untuk mencari Pangeran
Kalang. Di Tamansari Pangeran Lembu Peteng bertemu dengan Roro Kembangsore. Putri
Bedalem ini tidak mengakui bahwa pamannya bersembunyi disitu. Pangeran Lembu Peteng
tertarik akan kecantikan sang putri dan menyatakan asmaranya. Roro Kembangsore
mengimbanginya.
Ketika kedua merpati tersebut sedang dalam langen asmara, maka Pangeran Kalang yang
sedang bersembunyi di Tamansari dapat mengintip dan mengetahui bagaimana tindakan
kemenakannya terhadap Pangeran Lembu Peteng. Dengan diam-diam Pangeran Kalang masuk
ke dalam Kadipaten untuk melaporkan peristiwa tersebut kepada kakaknya ialah Pangeran
Bedalem. Pangeran Bedalem setelah mendengar pelaporan dari adiknya, menjadi sangat larah
sekali, terus pergi ke Tamansari. Timbullah perang antara Pangeran Lembu Peteng dan Pangeran
Bedalem. Pangeran Lembu Peteng dapat meloloskan diri bersama dengan Roro Kembangsore,
tetapi terus dikejar oleh Pangeran Bedalem.

iii

Kembali kepada kisah Kyai Besari yang berhasil meloloskan dir dari peperangan dengan
murid Kyai Pacet. Ia menuju ke desa Ringinpitu, rumah Kyai Becak, yaitu pernah kakaknya.
Pada waktu itu Kyai Becak sedang berada di pendopo bersama dengan dua orang anaknya yang
bernama Banguntulak dan Dadaptulak. Dengan kedatangan Kyai Besari kedua anaknya tersebut
lalu keluar untuk pergi ke ladang.
Kyai Besari mengatakan bahwa kedatangannya ke Ringinpitu bermaksud untuk
meminjam pusaka ialah pusaka Ringinpitu yang berbentuk tombak bernama Korowelang dengan
alasan untuk kepentingan. Kyai Becak tidak meluluskan permintaan adiknya. Kyai Besari marah,
akhirnya terjadi perang. Kyai Becak kalah dan mati terbunuh. Besari terus pergi dengan
membawa pusaka Korowelang.
Waktu Dadaptulak dan Banguntulak pulang dari ladang, mereka sangat terkejut melihat
ayahnya berlumuran darah dan sudah tidak bernyawa. Oleh sebab tidak ada orang lain yang
datang di situ kecuali Kyai Besari, maka Banguntulak dan Dadaptulak yakin bahwa pembunuh
ayah mereka adalah Kyai Besari. Segera mereka mengejarnya ke arah selatan dan dapat
menemukannya. Terjadilah pertempuran. Banguntulak dan Dadaptulak kalah. Banguntulak
terluka dan berlumuran darah. Darahnya berbau langu. Maka tempat di mana ia mati dinamakan
Boyolangu. Sedangkan tempat dimana Dadaptulak meninggal dinamakan Dadapan.
Kyai Besari melanjutkan perjalanannya. Ia berjumpa dengan Pangeran Bedalem yang
sedang mengejar Pangeran Lembu Peteng. Pangeran Bedalem menceritakan tentang
peristiwanya, yang mana Kyai Besari dalam hal itu bersedia membantunya. Keduanya segera
pergi mencari Pangeran Lembu Peteng yang lari bersama dengan Roro Kembangsore.
Pada waktu Pangeran Lembu Peteng dan Roro Kembangsore sedang beristirahat di tepi
sungai, datanglah Kyai Besari dan Pangeran Bedalem. Pangeran Lembu Peteng dapat ditangkap
dan dibunuh, lalu jenazahnya di buang ke dalam sungai. Roro Kembangsore dapat meloloskan
diri.
Punakawan

Pangeran

Lembu

Peteng

yang

telah

mengasuhnya

sejak

kecil

memberitahukan hal tersebut kepada Kyai Pacet. Kyai Pacet segera mengirimkan utusan,ialah
Adipati Trenggalek yang diikuti oleh bekas punakawan Pangeran Lembu Peteng untuk
mengadakan pelaporan ke Mojopahit. Dalam perjalanan mereka bertemu dengan perwira
Mojopahit bersama dengan Pangeran Suka yang ketika itu mendapat tugas dari Raja untuk
mencari Putra yang meninggalkan kerajaan tanpa pamit, ialah Pangeran Lembu Peteng. Adipati
Trenggalek menceritakan peristiwa terbunuhnya Pangeran Lembu Peteng. Setelah mengerti
duduk perkaranya maka Perwira Mojopahit bersama dengan Pangeran Suka tersebut ingin
membuktikan tempat kejadian itu bersama-sama dengan wadya balanya. Meskipun diadakan
pengerahan tenaga untuk mencarinya, namun jazad dari Pangeran Lembu Peteng tak jua
ditemukan. Sungai dimana jenazah Pngeran Lembu Peteng dibuang, oleh perwira Mojopahit
diberi nama Kali Lembu Peteng.

(PERWIRA MADA MENCARI JEJAK PANGERAN BEDALEM DAN KYAI BESARI)


Pangeran Bedalem setelah mendengar berita bahwa dia dikejar oleh bala tentara
Mojopahit, sangat ketakutan dan melarikan diri ke jurusan selatan. Karena takutnya maka
Pangeran Bedalem bunuh diri dengan menceburkan diri ke sebuah kedung. Kedung tersebut lalu
diberi nama Kedung Bedalem. Oleh karena Kadipaten Betak lowong, maka yang diangkat
menggantikan Pangeran Bedalem adalah Pangeran Kalang.
Bala tentara Mojopahit disebar untuk mencri Kyai Besari. Putra Mojopahit yang bernama
Pangeran Suka dalam mengadakan operasi pencarian ini kena dirunduk oleh Kyai Besari dan
tergelincir masuk ke sebuah kedung hinga meninggal dunia. Kedung ini lalu dinamakan
Kedungsoko

iii

Anda mungkin juga menyukai