Anda di halaman 1dari 6

Nama: Nazwa Azzahra Maharani

Kelas : X MIPA 3

EVALUASI TUGAS SEJARAH INDONESIA


1. Jelaskan tentang Ken Arok dan mengapa ia bisa menjadi Raja di
Singosari!
Jawab:
Asal-usul Ken Arok:
Menurut Kitab Pararaton, asal-usul Ken Arok sebenarnya tidak diketahui
secara pasti. Ken Arok diduga lahir pada 1182 masehi dari keluarga
petani miskin yang tinggal di tepi Sungai Brantas, Jawa Timur. Ibunya
bernama Ken Ndok, istri dari seorang pembantu adipati di Kerajaan
Kediri bernama Gajah Para. Sesaat setelah lahir, bayi Ken Arok dibuang
oleh ibunya yang berharap putranya akan mendapatkan kehidupan lebih
baik. Namun, Ken Arok justru ditemukan dan diasuh oleh pencuri
bernama Lembong. Oleh karena itu, Ken Arok tumbuh dewasa menjadi
pencuri licik yang juga melakukan banyak tindak kejahatan.
Kehidupannya mulai berubah saat bertemu dengan Mpu Lohgawe, yang
yakin bahwa Ken Arok adalah titisan Wisnu. Setelah meninggalkan
kehidupan lamanya, Ken Arok kemudian dibawa Mpu Lohgawe untuk
menjadi pengawal Tunggul Ametung, seorang akuwu (camat) di daerah
Tumapel. Saat bekerja menjadi pengawal Tunggul Ametung, Ken Arok
tertarik kepada Ken Dedes. Ken Dedes adalah istri Tunggul Ametung yang
sangat cantik. Keinginan Ken Arok untuk memiliki istri majikannya
semakin kuat saat Lohgawe meramal kalau Ken Dedes akan menurunkan
raja-raja tanah Jawa. Untuk menyingkirkan Tunggul Ametung, Ken Arok
kemudian memesan keris kepada seorang pandai besi terkenal bernama
Mpu Gandring. Mpu Gandring menjanjikan keris ampuh untuk
membunuh Tunggul Ametung yang sakti dalam waktu satu tahun.
Namun, selang beberapa bulan, Ken Arok sudah tidak sabar dan nekat
merebut keris yang belum sempurna dan menusukkannya ke dada Mpu
Gandring hingga tewas. Dalam keadaan sekarat, Mpu Gandring
mengutuk kalau keris itu nantinya akan membunuh tujuh orang raja,
termasuk Ken Arok dan anak cucunya. Setelah kembali ke Tumapel, Ken
Arok sengaja meminjamkan kerisnya kepada rekannya yang bernama
Kebo Hijo.
Malam berikutnya, Ken Arok mengambil keris dari Kebo Hijo dan
menyusup ke kamar Tunggul Ametung lalu membunuhnya. Keesokan
harinya, Kebo Hijo dihukum mati karena keris yang diduga miliknya
ditemukan menancap pada mayat Tunggul Ametung.
Meski Ken Dedes menjadi saksi pembunuhan suaminya, ia luluh oleh
rayuan Ken Arok. Setelah itu, Ken Arok menyatakan dirinya sebagai
akuwu baru Tumapel dan menikahi Ken Dedes. Saat dinikahi Ken Arok,
Ken Dedes tengah mengandung anak Tunggul Ametung yang kemudian
diberi nama Anusapati.

Mengapa Ia Bisa Menjadi Raja:


Ambisi Ken Arok tidak berhenti di Tumapel. Pada 1222, ia memberontak
dan berhasil mengalahkan Raja Kertajaya dari Kediri dalam pertempuran
Ganter. Setelah itu, Ken Arok menyatakan Tumapel sebagai kerajaan
merdeka yang lepas dari Kediri.
Ken Arok menjadi raja pertama Kerajaan Tumapel atau lebih dikenal
sebagai Kerajaan Singasari dengan gelar Sri Rajasa Bathara Sang
Amurwabhumi dan dinastinya disebut Dinasti Rajasa. Lokasi kerajaan
Hindu-Buddha ini berada di daerah Singasari, Malang.

2. Mengapa Sejarah Singosari diwarnai peristiwa berdarah, bagaimana


kronologis kejadiannya?
Jawab:
Karena pada kerajaan ini banyak terjadi peristiwa pembunuhan, mulai
dari Tunggul Ametung mati dibunuh oleh pengawalnya sendiri yang
bernama Ken Arok. Dan Ken Arok yang mati ditangan anak tiri nya sendiri
yaitu Anusapati.

Mulanya, Tumapel bukan sebuah kerajaan, melainkan daerah bawahan


Kerajaan Kadiri (Kediri). Menurut Kitab Paraton, wilayah Tumapel
dipimpin oleh Tunggul Ametung yang menjabat sebagai akuwu (setara
camat). Tunggul Ametung memiliki istri bernama Ken Dedes.
Tahun 1222, masih disebutkan dalam Pararaton, Tunggul Ametung mati
dibunuh oleh pengawalnya sendiri yang bernama Ken Arok. Ken Arok
kemudian menikahi Ken Dedes yang saat itu sedang mengandung. Anak
Ken Dedes dari Tunggul Ametung ini nantinya diberi nama Anusapati.
Selain beristrikan Ken Dedes yang merupakan janda Tunggul Ametung,
Ken Arok punya satu istri lagi bernama Ken Umang yang kelak melahirkan
anak laki-laki bernama Tohjaya.
Dikutip dari buku yang mengambil judul Pararaton (1965) karya R.
Pitono, setelah membunuh Tunggul Ametung dan menikahi Ken Dedes,
Ken Arok menjadi penguasa baru Tumapel. Ken Arok berniat melepaskan
Tumapel dari kekuasaan Kerajaan Kadiri.
Terjadilah peperangan sengit antara Tumapel melawan Kadiri. Tumapel di
bawah pimpinan Ken Arok memenangkan perang tersebut yang
kemudian mendeklarasikan diri sebagai raja dengan gelar Sri Rajasa
Bhatara Sang Amurwabhumi.

3. Mengapa Jayakatwang memberontak terhadap Kertanegara (Singosari)?


Jawab:
Karena Sejak 1271, salah seorang keturunan Raja Kertajaya yang
bernama Jayakatwang, memerintah sebagai adipati di Gelang-Gelang
(sekitar Madiun sekarang). Raja Kertanegara, yang berkuasa di Kerajaan
Singasari antara 1272-1292, telah mengambil beberapa langkah untuk
menjaga hubungan baik dengan Jayakatwang. Salah satunya adalah
dengan menikahkan Jayakatwang dengan adiknya, Turukbali. Disebutkan
pula dalam Prasasti Kudadu dan Prasati Mula-Malurung bahwa Raja
Kertanegara menjadikan anak Jayakatwang yang bernama Arddharaja
sebagai menantunya. Dengan begitu, Raja Kertanegara dan Jayakatwang
sebenarnya memiliki hubungan kekerabatan, yakni sebagai ipar sekaligus
besan. Akan tetapi, atas hasutan patihnya, Jayakatwang bertekad akan
membalas dendam kematian leluhurnya. Oleh sang patih, ditunjukkan
dharma seorang ksatria yang harus menghapus aib leluhurnya. Kitab
Pararaton menyebutkan bahwa dalam usaha meruntuhkan Kerajaan
Singasari, Jayakatwang mendapat bantuan dari Arya Wiraraja, Bupati
Sumenep yang telah dijauhkan dari keraton oleh Raja Kertanegara.
Arya Wiraraja memberitahu kapan waktu yang tepat untuk menyerang
Singasari, yaitu ketika sebagian besar tentaranya sedang melaksanakan
Ekspedisi Pamalayu. Pemberontakan Jayakatwang dilaksanakan antara
pertengahan bulan Mei dan Juni 1292.
Prasasti Kudadu maupun Kitab Pararaton menyebut bahwa tentara Kediri
dibagi ke dalam dua kelompok untuk menyerang dari arah utara dan
selatan. Rupanya, tentara yang menyerang dari utara hanya sekadar
untuk menarik pasukan Singasari dari keraton. Untuk meredam para
pemberontak yang datang dari utara, Raja Kertanegara memerintahkan
menantunya, Raden Wijaya, memimpin serangan. Ketika Raden Wijaya
mengejar pasukan Kediri yang terus bergerak mundur, Jayakatwang
segera menyerbu keraton dari arah selatan. Raja Kertanegara terbunuh
dalam serangan dan Jayakatwang berhasil menguasai seluruh istana.
Gugurnya Raja Kertanegara pada 1292 menandai runtuhnya Kerajaan
Singasari dan Jayakatwang kemudian berusaha membangkitkan Kerajaan
Kediri. Akan tetapi, sebelum impian tersebut tercapai, Raden Wijaya
melancarkan serangan balas dendam pada 1293 dan membunuh
Jayakatwang. Setelah itu, Raden Wijaya mendirikan Kerajaan Majapahit
yang terletak di Mojokerto, Jawa Timur.

4. Mengapa Kertanegara mengadakan Ekspedisi Pamalayu?


Jawab:
Karena ekspedisi ini dilakukan oleh Raja Kertanegara untuk menghalangi
ekspasionis Mongol oleh Kubilai Khan. Ekspedisi Pamalayu dikenal
sebagai kisah penaklukkan Sumatera oleh Kerajaan Singosari. Raja
Kertanegara, pemimpin Kerajaan Singosari saat itu, mengirimkan tim
ekspedisi ke Sumatera, pada 1275 hingga 1292.
Menurut Soekmono dalam Buku Sejarah Kebudayaan Indonesia (1981),
dituliskan jika Raja Kertanegara bercita-cita untuk memiliki daerah
kekuasaan seluas mungkin. Berbagai upaya dilakukan olehnya, mulai dari
menyingkirkan tokoh yang dianggap bisa menghalangi rencananya
hingga mengirimkan tim ekspedisi ke Sumatera Tengah, yang dikenal
dengan nama Ekspedisi Pamalayu.

5. Bagaimana proses berdirinya kerajaan Majapahit?


Jawab:
Konon awal mula Kerajaan Majapahit berdiri  setelah runtuhnya Kerajaan
Singasari akibat Pemberontakan Jayakatwang pada tahun 1292 M. Cucu
Kartanegara (raja Singosari dikalahkan Jayakatwang) yang berada di
bawah tekanan, yaitu Raden Wijaya kemudian melarikan diri.
Selama pelariannya, ia menerima bantuan dari  Arya Wiraja. Raden
Wijaya kemudian membuat desa kecil di hutan Trowulan dan diberi
nama desa  Majapahit. Nama ini diambil dari nama buah Maja yang
tumbuh  di hutan  namun memiliki rasa  pahit, terkait dengan Historia.
Seiring berjalannya waktu, desa itu berkembang dan Wijaya diam-diam
dikuatkan dengan merebut hati  penduduk  dari Tumapel dan Daha.
Setelah  mengalahkan Jayakatwang, Raden Wijaya menyerang pasukan
Khubilai Khan karena tidak mau tunduk pada kekuasaan kaisar Mongol.
Penobatannya sebagai raja pada tanggal 15 bulan Kartika tahun 1215
atau pada tanggal 10 November 1293 merupakan cikal bakal lahirnya
kerajaan Majapahit. Sebagai raja, Raden Wijaya bergelar Kertarajasa
Jayawardhana. Nama Raden Wijaya telah disematkan untuk
menghormati pamannya,  pendiri Kerajaan Singasari, serta untuk
menghormati  leluhurnya di Singasari.

6. Jelaskan tentang perang Paregreg!


Jawab:
Dalam bahasa Jawa Kuno, kata paregreg berarti berjalan setahap demi
setahap dalam tempo yang lambat.
Perang Paregreg yang dimulai pada 1404 pun berjalan demikian, karena
pihak yang menang silih berganti.
Selama dua tahun, perang terkadang dimenangkan oleh istana barat dan
terkadang oleh istana timur.
Perang Paregreg akhirnya dimenangkan oleh istana barat pada 1406,
setelah pasukan yang dipimpin oleh Bhre Tumapel, putra
Wikramawardhana, berhasil menembus istana timur.
Bhre Wirabhumi sempat melarikan diri menggunakan perahu, tetapi
dapat dikejar dan dibunuh oleh Raden Gajah atau Bhra Narapati.

Dampak Perang Paregreg:


- Istana timur bersatu dengan Kerajaan Majapahit yang berpusat di
Mojokerto.
- Daerah-daerah bawahan Majapahit di luar Jawa banyak yang
melepaskan diri.
- Sebanyak 170 orang China turut menjadi korban perang.
- Wikramawardhana harus membayar ganti rugi ke China sebanyak
60.000 tahil.
- Wikramawardhana dan penerusnya tidak mampu membangkitkan
kejayaan Majapahit.

7. Jelaskan tentang Perang Bubat!


Jawab:
Perang Bubat diawali dari rencana perkawinan politik antara Raja Hayam
Wuruk dengan Dyah Pitaloka Citraresmi, putri raja Sunda, Prabu
Linggabuana. Hayam Wuruk kemudian mengirimkan surat kehormatan
kepada Linggabuana untuk melamar putrinya dan menyatakan
pernikahan akan dilangsungkan di Majapahit. Meski Linggabuana
sebenarnya keberatan dengan lokasi pernikahannya, ia tetap berangkat
bersama rombongan ke Majapahit.
Rombongan Linggabuana diterima dan ditempatkan di Pesanggrahan
Bubat. Gajah Mada yang berambisi menguasai Kerajaan Pajajaran
(Sunda) demi memenuhi Sumpah Palapa, menganggap kedatangan
rombongan Sunda sebagai bentuk penyerahan diri. Gajah Mada
mendesak Hayam Wuruk untuk menerima Dyah Pitaloka Citraresmi
bukan sebagai pengantin, tetapi sebagai upeti.
Hal inilah yang memicu perselisihan antara pihak Sunda dengan Gajah
Mada. Sebelum Hayam Wuruk memberikan keputusannya, Gajah Mada
telah mengerahkan pasukannya ke Pesanggrahan Bubat dan memaksa
Linggabuana mengakui superioritas Majapahit. Pihak Sunda yang tidak
terima dan merasa dihina akhirnya memutuskan untuk melawan meski
jumlah tentara yang dibawa hanya sedikit.

Anda mungkin juga menyukai