PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sekresi Hormonal, hormon merupakan mediator kimia yang
mengatur aktivitas sel/ organ tertentu. Dahulu sekresi hormonal dikenal
dengan cara dimana hormon disintesis dalam suatu jaringan diangkut oleh
sistem sirkulasi untuk bekerja pada organ lain disebut sebagai fungsi
endokrin ini bisa dilihat dari sekresi hormon insulin oleh β Langerhans
Pankreas yang akan dibawa melalui sirkulasi darah ke organ target.
Konsentrasi homon dalam cairan ekstrasel sangat rendah berkisar 10-15-
10-9.Berdasarkan strukturnya, hormon dikelompokkan menjadi 3
golongan hormon steroid, hormon turunan protein dan hormon turunan
asam amino steroid senyawa kolesterol. Hormon–hormon ini dihasilkan
oleh gonad korteks adrenal dan hormon yang dihasilkan didalam tubuh
umumnya tersusun oleh senyawa protein. Hormon yang berasal dari
turunan protein ialah pituitary, partiroid, lambung, hati dan ginjal. Hormon
tersusun oleh turunan asam amino, misalnya tiroksin yang berasal dari
asam amino tiroksin yang merupakan hormon yang disekresi oleh kelenjar
trioid.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian hormone ?
2. Bagaimana Kerja hormone ?
3. Apa Hormon hipofisis dan hipotalamus ?
4. Apa Hormon tyroid ?
5. Bagaimana Hormon yang mengatur metabolisme kalsium ?
6. Apa Hormon korteks adrenal ?
7. Apa Hormon pancreas dan taktus gastrointestinal ?
1
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian hormone ?
2. Mengetahui bagaimana Kerja hormone ?
3. Mengetahui apa Hormon hipofisis dan hipotalamus ?
4. Mengetahui apa Hormon tyroid ?
5. Mengetahui bagaimana hormon yang mengatur metabolisme kalsium ?
6. Mengetahui Apa Hormon korteks adrenal ?
7. Mengetahui Apa Hormon pankreas dan taktus gastrointestinal ?
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Hormon berasal dari kata Hormaein yang artinya memacu atau
menggiatkan atau merangsang. Dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah yang
tidak terlalu banyak (sedikit),tetapi jika kekurangan atau berlebihan akan
mengakibatkan hal yang tidak baik(kelainan seperti penyakit) sehingga
dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan serta proses
metabolisme tubuh.
B. Kerja hormone
Hormon bekerja dengan mengikat reseptor protein baik di dalam sel
target atau pada membran plasma mereka. Pengikatan hormon steroid
membentuk kompleks hormon-reseptor yang mempengaruhi ekspresi gen
dalam inti sel target. Pengikatan hormon non-steroid mengaktifkan pesan
kedua yang mempengaruhi proses dalam sel target.
Hormon adalah molekul pembawa pesan dari sistem endokrin.
Hormon endokrin bergerak ke seluruh tubuh dalam darah. Namun,
masing-masing hormon hanya mempengaruhi sel-sel tertentu, yang disebut
sel target. Sebuah sel target adalah jenis sel yang hormon akan memiliki
efek. Sebuah sel target dipengaruhi oleh hormon tertentu karena memiliki
protein reseptor yang spesifik untuk hormon tersebut. Hormon berjalan
melalui aliran darah sampai menemukan sel target dengan reseptor yang
cocok dapat mengikat. Ketika hormon berikatan dengan reseptor, hal itu
3
menyebabkan perubahan dalam sel. Persis bagaimana ini bekerja
tergantung pada apakah hormon adalah hormon steroid atau hormon non-
steroid.
1. Hormon steroid
Hormon steroid terbuat dari lipid, seperti fosfolipid dan
kolesterol. Mereka larut dalam lemak, sehingga mereka dapat
berdifusi melintasi membran plasma sel target dan mengikat
dengan reseptor dalam sitoplasma sel (lihat Gambar di bawah).
Hormon steroid dan reseptor membentuk kompleks yang bergerak
ke dalam inti dan mempengaruhi ekspresi gen, pada dasarnya
bertindak sebagai faktor transkripsi. Contoh hormon steroid
termasuk kortisol dan hormon seks.
2. Hormon non-steroid
Hormon non-steroid terbuat dari asam amino. Mereka tidak
larut dalam lemak, sehingga mereka tidak dapat berdifusi melintasi
membran plasma sel target. Sebaliknya, hormon non-steroid
berikatan dengan reseptor pada membran sel (lihat Gambar di
bawah). Pengikatan hormon memicu enzim dalam membran sel.
Enzim mengaktifkan molekul lain, yang disebut pesan kedua, yang
4
mempengaruhi proses dalam sel. Kebanyakan hormon endokrin
adalah hormon non-steroid, termasuk hormon insulin dan tiroid.
5
1. Adenohipofisis
Adenohipofisis berasal dari penonjolan ektoderm oral yang disebut
Rathke pouch. Jaringan adenohipofisis tersusun atas kelompokan sel
sekretori yang disokong oleh jaringan ikat dengan banyak pembuluh
darah.
2. Neurohipofisis
Neurohipofisis berkembang dari perluasan hipotalamus yang
berkembang, yang nantinya akan bergabung dengan Rathke pouch.
Oleh karena itu lobus posterior tersusun dari jaringan saraf, dan secara
fungsional merupakan bagian dari hipotalamus. Neurohipofis terbagi
menjadi (Gartner & Hiatt 2001: 302): (1) median eminence (2)
infundibulum, membentuk bagian dalam tangkai pituitary dan prosesus
infundibulum (Lobus Posterior).
6
Arteri hipofiseal dan vena porta diselubungi oleh sedikit jaringan ikat.
Endotel yang melapisi sinusoid tampak berlubang-lubang (fenestrata)
yang memungkinkan difusi releasing factor ke sel-sel parenkim dan
membentuk akses keluar produk sekretori. Berdasarkan atas affinitas
terhadap zat pewarna, sel-sel parenkim pars distalis dapat terbagi atas:
1. Kromofil
Kromofil merupakan sel parenkim pars distalis yang
mempunyai affinitas terhadap pewarnaan. Kromofil terbagi menjadi :
a. Asidofil
Sel asidofil mempunyai affinitas terhadap pewarna asam. Granula
sekretori sel asidofil akan tampak berwarna oranye kemerahan.
Asidofil terbagi menjadi: (1) Somatotrof, yang mempunyai nukleus
tunggal yang terletak di tengah, apparatus Golgi berukuran sedang,
mitokondria berbentuk batangan kecil, retikulum endoplasma kasar
dalam jumlah yang banyak, dan granula sekretori berdiameter 300-
400 nm. Somatotrof adalah sel yang mensekresi somatotropin
(GH) dan (2) Mammotrof, yaitu sel yang mensekresi prolaktin.
Mammotrof biasanya tampak dalam bentuk tunggal (tidak
berkelompok). Selama periode laktasi, organel tampak membesar,
dan kompleks Golgi hampir menyamai besar nukleus.
b. Basofil Sel basofil mempunyai affinitas terhadap pewarnaan basa.
Granula sekretori sel basofil akan tampak berwarna kebiruan.
Basofil terbagi menjadi: (1) Kortikotrof, yang tersebar sepanjang
pars distalis. Kortikotrof berbentuk sel oval, memiliki sel tunggal
dengan organel yang relative sedikit. Granula sekretorinya
berdiameter sekitar 250-400 nm. Kortikotrof mensekresi ACTH
(Adrenocorticotropic Hormone) & LPH (Lipotropic Hormone) (2)
tirotrof, terbenam di dalam korda parenkim agak jauh dari sinusoid.
Sel ini dapat dikenali dari granula sekretori kecilnya yang berukuran
kurang lebih 150 nm. Granula ini mengandung TSH (tirotropin) (3)
7
Gonadotrof, merupakan sel berbentuk bulat dengan komplek Golgi
yang berkembang dengan baik, serta retikulum endoplasma kasar
dan mitokondria dalam jumlah yang melimpah. Granula
sekretorinya mempunyai diameter yang bervariasi antara 200-400
nm. Gonadotrof terletak dekat dengan sinusoid dan mensekresikan
FSH dan LH. Belum jelas apakah terdapat dua subpopulasi
gonadotrof , satu mensekresikan FSH, sedangkan yang lain
mensekresikan LH; atau apakah kedua jenis hormon ini dihasilkan
oleh satu jenis sel dalam fase siklus sel yang berbeda.
2. Kromofob
Kromofob merupakan sel parenkim pars distalis yang tidak
mempunyai (atau sangat sedikit) affinitas terhadap pewarnaan.
Kromofob mengandung sedikit sekali sitoplasma bila dibandingkan
dengan kromofil. Kromofob kemungkinan merupakan stem sel
nonspesifik atau mungkin kromofil degranulasi, meskipun beberapa
sel masih mengandung beberapa granula sekretori.
3. Sel folikulostelata
Sel folikulostelata merupakan sel non sekretori yang banyak
terdapat pada pars distalis. Meskipun fungsinya belum jelas, sel ini
mempunyai prosesus panjang yang membentuk gap junction dengan
sel folikulostelata lainnya
8
ß-endorfin. Bagaimanapun, diduga POMC sebetulnya dihasilkan oleh sel-
sel kortikotropin lobus anterior dan lobus intermedia (daerah intermedia)
yang pada manusia mengalami rudimenter. Meskipun a-MSH merangsang
produksi melanin pada hewan rendah, pada
manusia a-MSH diduga merangsang keluarnya prolactin sehingga disebut
Prolactin Releasing Factor (PRF).
2.1.2. Neurohipofisis
A. Hipotalamohipofiseal Tract
Akson tak bermielin sel-sel neurosekretori dimana badan selnya
terletak di dalam nukleus supraoptik dan nukleus paraventrikular
hipotalamus, akan masuk ke pituitary posterior. Akson tersebut akan
membentuk hipotalamohipofiseal tract, dan menyusun bagian terbesar
kelenjar pituitari posterior.
Sel-sel neurosekretori dari nukleus paraventrikular akan mensekresi
hormon oksitosin. Sel-sel neurosekretori dari nukleus supraoptik akan
mensekresi hormone vasopressin/ADH (Anti Diuretic Hormone). Sel-sel
neurosekretori juga mensekresi protein carrier yang disebut neurophysin.
9
Neuropysin akan membawa oksitosin & vasopressin ke terminal akson
pituitari posterior.
10
berperan menghubungkan kelenjar pituitari dengan peristiwa yang terjadi di
luar atau di dalam tubuh, yang akan berdampak pada tingkat sekresi
hormone pituitari. Hubungan fungsional antara otak dan kelenjar pituitari,
dimana bagian hipotalamus memainkan peranan utama ini disebut sebagai
Aksis Hipotalamus-Pituitari.
Hipotalamus akan membentuk hormon yang akan disimpan dalam median
eminence. Hormon neurosekretori hipotalamus tersebut akan masuk ke
pleksus kapiler primer yang nantinya akan mengalirkan hormon tersebut ke
vena porta hipofiseal. Vena porta hipofiseal akan mengalir ke
infundibulum dan berhubungan dengan pleksus kapiler sekunder di daerah
lobus anterior. Hormon neurosekretori akan meninggalkan pembuluh darah
untuk merangsang atau menghambat sel parenkim di daerah lobus anterior.
Dapat dikatakan bahwa sistem portal hipofiseal adalah system pembuluh
darah yang berfungsi pada regulasi hormon pars distal oleh hipotalamus.
Akson neuron yang berasal dari berbagai bagian hipotalamus akan berakhir
di sekitar pleksus kapiler primer. Ujung akson ini berbeda dari akson lain
seluruh tubuh. Akson ini selain berfungsi mengirimkan sinyal, juga mampu
melepaskan inhibiting hormone (factor) atau releasing hormone langsung
ke dalam pleksus kapiler primer. Hormon-hormon ini akan masuk ke
sistem portal hipofiseal yang nantinya akan dibawa ke pleksus kapiler
sekunder pars distalis. Hormon-hormon ini akan mengatur sekresi berbagai
macam hormone pituitari anterior. Releasing hormone dan inhibiting
hormone (factor) diantaranya adalah (Gartner & Hiatt 2001: 304):
1. TRH (Thyrotropin Releasing Hormone) atau Thyroid-
Stimulating Hormone-Releasing Hormone, hormon ini berfungsi
merangsang keluarnya TSH (Tiroid Stimulating Hormone)
2. CRH (Corticotropin Releasing Hormone),hormon ini berfungsi
merangsang keluarnya adrenocorticotropin.
3. SRH (Somatotropin Releasing Hormone), hormon ini berfungsi
merangsang keluarnya somatotropin (Growth Hormone)
11
4. GnRH (Gonadotropin Releasing Hormone)/ LHRH
(LuteinizingHormone Releasing Hormone), hormon ini berfungsi
merangsang keluarnya Luteinizing Hormone (LH) dan FSH (Follicle
Stimulating Hormone)
5. PRH (Prolactin Releasing Hormone), hormon ini berfungsi merangsang
keluarnya prolactin.
6. PIF (Prolactin Inhibitory Factor), hormon ini berfungsi menghambat
sekresi prolactin.
7. Somatostatin, hormon ini berfungsi menghambat sekresi Growth
Hormone.
12
Sajian :
Kelenjar Hipofisis
Pewarnaan : Hematoxylin Eosin (HE)
Perbesaran: 4 x 10
Keterangan gambar:
A : Pars distal adenohipofisis
B : Pars intermedia
C : Lobus posterior neurohipofisis
13
C. HORMON TIROID
Kelenjar Tiroid menghasilkan 2 jenis hormone:
Triiodotironin (T3)
Tetraiodotironin (T4)
Hormon tiroid berperan dalam metabolism umum (sintesis protein),
perkembangan umum (pembentukan hormone pertumbuhan), diferensiasi
jaringan (proses tumbuh kembang) dan ekspresi gen.
Setengah hingga 2/3 hormon ini berada di luar tiroid. Di dalam darah
hormone ini terikat pada 2 protein pengikat spesifik yaitu Thyroxyne
binding globulin (TBG) dan
Thyroxine binding prealbumin (TBPA).
Hormon tiroid memiliki reseptor intrasel spesifik yang ada dalam nucleus
sel target.
14
Yodida dengan jumlah sangat kecil dapat masuk dengan cara difusi.
Bila tidak disatukan ke dalam DIT atau MIT (hanya sekitar <10%),
mereka juga bisa meninggalkan tiroid dengan bebas melalui proses
difusi.
Transporter yodida dapat dihambat oleh molekul perklorat (ClO
perrhenat (ReO) dan perteknetat (TcO)
Ketiganya bersaing untuk mendapatkan transporter yodida dan
dipekatkan dalam tiroid.
Oksidasi Yodida
Oksidasi yodida terjadi pada permukaan lumen sel folikular dan
melibatkan enzim peroksidase. Oksidasi yodida dihambat oleh obat-
obatan antitiroid (golongan tiourea) yaitu tiourasil, propiltiourasil
dan metimazol.
Iodinasi Tirosin
Yodida yang teroksidasi akan bereaksi dengan tirosin dalam
tiroglobulin dengan melibatkan enzim tiroperoksidase. Kemudian
terjadi reaksi organifikasi yaitu pembentukan MIT dan DIT, terjadi
dalam waktu beberapa detik saja.
Perangkaian iodotirosil
1) 2 molekul DIT membentuk T4 dan 1 molekul DIT ditambah 1
molekul MIT membentuk T3
2) Enzim yang berperan dalam perangkaian ini belum diketahui pasti,
diperkirakan tiroperoksidase juga.
3) Obat yang menghambat perangkaian ini juga diperkirakan sama
dengan obat yang menghambat oksidasi yodida yaitu dari golongan
tiourea.
4) Hormon tiroid (T3 dan T4) yang terbentuk tetap menjadi bagian
integral tiroglobulin sampai saatnya diurai dan dilepas ke dalam
darah dengan proses hidrolisis.
15
5) Hidrolisis tersebut dirangsang TSH dan dihambat oleh yodida.
Kalium yodida digunakan untuk menghambat pembentukan
hormone tiroid pada PENDERITA hipertiroidisme.
b. Biosintesis Tiroglobulin
1) Tiroglobulin disintesis di bagian basal sel kemudian bergerak ke lumen
dan disimpan di koloid ekstrasel.
2) Tiroglobulin tersusun dari 115 residu tirosin. Terbentuk dari 8-10%
karbohidrat, 0,2-1% yodida. 70% yodida yang ada tersebut terdapat
sebagai precursor inaktif yaitu monoiodotirosin (MIT) dan
diiodotirosin (DIT), 30% nya lagi berada dalam residu iodotironil, T3
dan T4. Bila yodium mencukupi rasio T4:T3 adalah 7:1. Bila terjadi
defisiensi yodium rasio tersebut turun, begitu juga rasio DIT:MIT.
3) Tiroglobulin akan dihidrolisis menjadi T3 dan T4 aktif. Selama proses
hidrolisis tiroglobulin kembali masuk ke dalam sel.
4) Semua tahapan ini dirangsang oleh TSH (Thyroid Stimulating
Hormone) dan hormone ini (dengan bantuan cAMP) juga
meningkatkan transkripsi gen tiroglobulin.
c. Hidrolisis tirogobulin
1) T3 dan T4 disimpan dalam tiroglobulin di koloid ekstrasel dan dalam
kelenjar tiroid normal pasokan hormone ini disimpan beberapa
minggu.
2) Ketika ada stimulasi dari oleh TSH dalam waktu beberapa menit akan
terjadi peningkatan mikrovili pada membran apical.
3) Mikrotubulus akan menangkap tiroglobulin dan pinositosis selanjutnya
mengembalikan tiroglobulin ke dalam sel folikular.
4) Terbentuk fagolisosom yang di dalamnya terdapat berbagai enzim
protease dan peptidase
5) Enzim-enzim tersebut akan menghidrolisis tiroglobulin menjadi asam
amino termasuk iodotironin (T3 dan T4).
16
6) T3 dan T4 akan dilepas dari bagian basal sel ke dalam darah. Sebagian
yodida dalam bentuk DIT dan MIT akan mengalami deiodinasi oleh
enzim deiodinase menjadi yodida bebas dan tirosin.
7) Hormon tiroid yang dilepas sebanyak 50 µg/hari. Rata-rata yodida
yang yang dipakai untuk pembentukan hormone ini sekitar 25-30%
yodida yang dikonsumsi. Kebutuhan yodida perhari 150-200 µg.
17
Kalsium plasma
Ada tiga bentuk :
Bentuk senyawa kompleks dengan asam organik (sitrat, fosfat dan
anion lain)
Bentuk yang terikat protein (terutama albumin). Hipoalbuminemia
akan mengakibatkan penurunan jumlah total kalsium plasma ±
0,8 mg/dL untuk setiap g/dL penurunan albumin
Bentuk yang terionisasi (bentuk tak terikat)
Hormon paratiroid
Hormon paratiroid (PTH) merupakan peptida dengan 84 asam amino
Bagian ujung terminal amino (PTH 1-34) memiliki aktivitas biologik
penuh
Regio 25-34 bertanggung jawab pada proses pengikatan reseptor
Sintesis PTH
Disintesis sebagai molekul prekursor dengan 115-asam amino (pro-
PTH)
Pro-PTH memiliki sifat sangat alkalis pada ujung terminal amino
Pro-PTH didahului oleh prepro-PTH yang sifat ujung terminal
aminonya bersifat hidrofobik
Sintesis PTH
Sintesis PTH
PTH yang dilepaskan dari aparatus golgi di dalam vesikel sekretorik
akan mengalami 3 peristiwa :
1. Pengangkutan ke dalam depot penyimpanan
2. Penguraian
3. Sekresi langsung
18
Pengaturan sintesis
Biosintesis dan sekresi PTH diatur oleh ion Ca plasma
Penurunan akut kadar Ca²+ akan mengakibatkan penurunan nyata PTH
mRNA, kemudian diikuti oleh peningkatan kecepatan sintesis PTH
Sebagian besar proPTH yang disintesis itu akan segera diuraikan
Kecepatan penguraian akan meningkat jika Ca tinggi dan menurun jika
Ca rendah
Pengaturan sintesis
1,25(OH)2-D3 juga berperan dalam pengaturan aktivitas gen PTH
1,25(OH)2-D3 mengakibatkan penurunan produksi PTH mRNA dan
protein
Efek ini dapat diabaikan ketika terjadi hipokalsemia, karena PTH
diperlukan untuk homeostasis Ca2+ Pengaturan metabolisme
Penguraian PTH dimulai sekitar 20 menit setelah proPTH disintesis
Pengaturan metabolisme
Fragmen PTH yang sangat spesifik dihasilkan selama proses digesti
proteolitiknya dan sejumlah besar segmen terminal-karboksi
pada PTH ditemukan di sirkulasi darah
Enzim proteolitiknya : katepsin B dan D
ProPTH tidak pernah dijumpai di dalam sirkulasi darah
Proteolisis perifer terjadi di sel Kupffer hepar
Pengaturan sekresi
Sekresi PTH berbanding terbalik dengan konst Ca terionisasi di
sekitarnya
PTH serum menurun secara linier pada kadar kalsium 7,5 -10 mg/dL
Penginderaanya oleh resptor Ca2+ yang berkaitan dengan protein G
khusus dan berada pada sel paratiroid
Pengaturan sekresi
Antara pelepasan PTH dan kadar cAMP intrasel paratiroid terdapat
pula hubungan linier
19
Kelenjar paratiroid memiliki granul penyimpanan yang relatif sedikit,
sehingga hanya cukup untuk mempertahankan sekresi
selama 1,5 jam saja. Oleh karena itu PTH harus terus menerus
disintesis dan disekresikan
Mekanisme kerja PTH
1,25 dihidroksikolekalsiferol
Merupakan satu-satunya hormon yang dapat meningkatkan translokasi
kalsium dengan melawan gradien konsentrasi pada
membran sel usus
Hormon ini memperkuat kerja PTH terhadap proses reabsorpsi kalsium
di ginjal
Biosintesis
Biosintesis
Kulit
Sejumlah kecil berasal dari makanan, sebagian besar dihasilkan oleh
lapisan malpigi epidermis dari senyawa 7-dehidrokolesterol
dalam suatu reaksi fotolisis yang diperantarai oleh SUV
Biosintesis
2. Hati
Protein pengikat Vit D akan mengikat D3 serta metabolitnya dan
menggerakkan D3 dari kulit atau usus ke hati
Proses 25-hidroksilasi terjadi di RE dalam reaksi yang memerlukan
Mg, NADPH, O2 dan faktor sitoplasmik yang tidak khas.
Enzim cyt P-450 reduktase dan cyt P-450
Biosintesis
3. Ginjal
25(OH)D3 harus dimodifikasi melalui hidroksilasi pada posisi C1 agar
mempunyai aktivitas biologik penuh
Proses terjadi di mitokondria tubulus kontortus proksimal ginjal
20
Memerlukan : NADPH, Mg, O2, feredoksin reduktase, feredoksin
renal, cyt P-450
Biosintesis
4. Jaringan lain
Plasenta memiliki enzim 1?-hidroksilase, merupakan sumber penting
1,25(OH)2D3 ekstrarenal
Pengaturan Metabolisme dan Sintesis
Diatur secara ketat melalui mekanisme umpan balik (tabel)
Diet rendah Ca dan hipokalsemia meningkatkan aktivitas 1?-
hidroksilase, hormon PTH juga merangsang aktivitas enzim
hidroksilase. Diet rendah fosfor dan hipofosfatemia memberikan
rangsangan yang lemah terhadap aktivitas 1?-hidroksilase
Pengaturan Metabolisme dan Sintesis
1,25(OH)2D3 merupakan regulator penting yang mengatur
produksinya sendiri
Kadar 1,25(OH)2D3 yang tinggi menghambat enzim 1?hidroksilase
renal dan merangsang pembentukan senyawa 24 hidroksilase
yang menyebabkan pembentukan senyawa 24,25(OH)2D3
Mekanisme aksi
Bekerja sama seperti hormon steroid lainnya
Lokasi kerja : nukleus sel kripta serta vilus intestinalis, osteoblast dan
sel tubulus distal ginjal
Reseptor 1,25(OH)2D3 merupakan anggota dari famili reseptor
steroid. pengikatan ligand-reseptor dengan afinitas tinggi dan
kapasitas rendah, dapat jenuh, spesifik dan reversibel
Mekanisme aksi
Produk gen yang bergantung 1,25(OH)2D3 antara lain : transkripsi gen
dan pembentukan mRNA yang mengkode protein pengikat
kalsium (CBP)
21
Sasaran primer : gen yang terlibat dalam pengangkutan Ca ke dalam
dan ke luar sel vili ususPengaturan Metabolisme dan Sintesis.
22
2) Progesteron mengalami hidroksilasi membentuk 11-
deoksikortikosteron (DOC) yang merupakan mineralokortikoid aktif
(yang menahan ion Na+)
3) Terjadi hidroksilasi berikutnya membentuk kortikosteron yang
mempunyai aktivitas glukokortikoid dan merupakan mineralokortikoid
lemah.
4) Kortikosteron diubah menjadi 18-hidroksikortikosteron dengan
bantuan enzim 18- hidroksilase (aldosteron sintase)
5) 18-hidroksikortikosteron diubah menjadi aldosteron (konversi 18-
alkohol menjadi aldehid).
b. Sintesis Glukokortikoid
1) Memerlukan 3 enzim hidroksilase pada posisi C17, C21 dan C11.
Enzimnya berturut-turut adalah 17 a-hidroksilase, 21-hidroksilase dan
11ß-hidroksilase.
2) 17a-hidroksilase merupakan enzim retikulum endoplasma halus yang
bekerja pada progesteron atau lebih sering pada pregnenolon.
3) 17a-hidroksiprogesteron mengalami hidroksilasi sehingga membentuk
11-deoksikortisol
4) 11-deoksikortisol mengalami hidroksilasi membentuk kortisol. + -
21-hidroksilase merupakan enzim retikulum endoplasma halus
sedangkan 11ßhidroksilase merupakan enzim mitokondria.
c. Sintesis Androgen
1) Prekursor androgen yang dihasilkan oleh korteks adrenal adalah
dehidroepiandrosteron (DHEA).
2) Produksi androgen adrenal mengalami peningkatan yang mencolok
bila biosintesis glukokortikoid terhambat oleh defisiensi salah satu
enzim hidroksilase.
23
3) Sebagian besar DHEA akan dimodifikasi secara cepat lewat
penambahan sulfat dan sekitar separuh dari modifikasi ini terjadi di
dalam adrenal sedangkan sisanya di hati.
4) DHEA sulfat merupakan unsur inaktif tetapi pengeluaran gugus sulfat
akan mengakibatkan pengaktifan kembali.
5) – 3 ß-OHSD dan ∆ 5,4
isomerase akan mengubah DHEA androgen yang lemah menjadi
androstenedion yang lebih poten.
6) Reduksi androstenedion pada posisi C17 menghasilkan terbentuknya
testosterone (hanya sejumlah kecil)
24
memiliki t ½ 1,5-2 jam, sedangkan kortikosteron yang kurang
terikat erat mempunyai t ½ kurang dari 1 jam.
e. CBG tidak hanya berikatan dengan glukokortikoid tapi juga
dengan deoksikortikosteron dan progesteron. Mereka bersaing
dalam berikatan dengan CBG.
f. Dalam bentuk bebas kortisol ditemukan sekitar 8% dari jumlah
kortisol dalam plasma dan merupakan fraksi kortisol yang biologik
aktif.
5. MINERALOKORTIKOID
a. Aldosteron dengan cepat akan dibersihkan dari plasma oleh hati,
terjadi karena hormon ini kurang memiliki protein pembawa
dalam plasma darah.
b. Hati kemudian membentuk tetrahidroaldosteron 3-glukoronida
yang diekskresikan ke dalam urine.
25
6. ANDROGEN
a. Androgen diekskresikan sebagai senyawa 17-keto- tetapi hati akan
mengubah sekitar 50% dari jumlah testosteron tersebut menjadi
androsteron dan etiokolanolon
26
prostaglandin
tekanan darah naik
perubahan dari sikap tegak ke
berbaring
konsumsi garam
antagonis ß-adrenergik
inhibitor prostaglandin
kalium
vasopresin
angiotensin II
c. Sel jukstaglomerular juga sensitif terhadap perubahan konsentrasi
Na dan Cl dalam tubulus ginjal sehingga setiap faktor-faktor yang
dapat menurunkan volume cairan (misal dehidrasi, penurunan
tekanan darah, kehilangan cairan atau darah) akan merangsang
pelepasan renin
d. Berikut adalah skema pembentukan angiotensin
angiotensinogen
renin
angiotensin I
converting enzyme
angiotensin II
aminopeptidase
angiotensin III
angiotensinase
27
Angiotensin II berpengaruh secara langsung terhadap adrenal
untuk memproduksi aldosteron, namun tidak berpengaruh dalam
produksi kortisol.
Angiotensin II bekerja merangsang konversi kolesterol menjadi
pregnenolon dan konversi kortikosteron menjadi 18
hidroksikortikosteron serta aldosteron kalium
Sekresi aldosteron sensitif terhadap perubahan kadar kalium
plasma.
Peningkatan sedikit kalium saja sudah dapat merangsang sekresi
aldosteron, begitu pula bila terjadi penurunan akan mengurangi
sekresi aldosteron.
Pengaruh K+ sama seperti angiotensin II dan tidak berpengaruh
terhadap produksi kortisol efektor lain
Efektor lain berupa ACTH dan natrium
28
tertentu dan pada taraf yang melampaui taraf fisiologis
dapat bersifat katabolik.
I. MINERALOKORTIKOID
1. merangsang transport aktif Na+ oleh tubulus kontortus distal dan
tubulus koligentes ginjal menyebabkan retensi Na
2. meningkatkan sekresi K+, H+, dan NH4+ oleh ginjal
3. mempengaruhi transport ion di jaringan epitel lain termasuk
kelenjar keringat, mukosa intestinal, serta kelenjar saliva.
4. Aldosteron mempengaruhi sintesis RNA dan protein yang
diperlukan dalam produksi berbagai produk gen spesifik
29
J. PATOFISIOLOGI HORMON KORTEKS ADRENAL
1. Glukokortikoid
a. Kekurangan
Menyebabkan penyakit Addison, memperlihatkan
hipoglikemia, sensitivitas tinggi terhadap insulin,
intoleransi terhadap stres, anoreksia, penurunan berat
badan, nausea dan gejala kelemahan berat.
Penderita addison mempunyai tekanan darah rendah,
penurunan laju filtrasi glomerulus, penurunan kemampuan
mengekskresikan kelebihan air.
Kadar Na plasma rendah, K tinggi, punya riwayat ”ngidam
garam”.
Bisa tampak pigmentasi pada kulit dan membran mukosa.
b. Kelebihan
Menyebabkan sindrom Cushing, terjadi karena adanya
adenoma hipofisis yang mensekresi ACTH
Terjadi hiperglikemia atau intoleransi glukosa atau
keduanya, karena peningkatan glukoneogenesis.
Efek katabolik (pemecahan protein) berat menimbulkan
penipisan kulit, atrofi otot, osteoporosis, keseimbangan
nitrogen negatif
Redistribusi lemak yang aneh dengan obesitas batang tubuh
dan ”punuk kerbau” (buffalo hump)
resistensi terhadap infeksi dan respon inflamasi terganggu,
misalnya pada penyembuhan luka.
2. Mineralokortikoid
b. Kelebihan
Terjadi aldosteronisme primer (sindrom Conn), yaitu
manifestasi klasik mencakup gejala hipertensi,
hipokalemia, hipernatremia, dan alkalosis. Kadar renin dan
angiotensin II dalam plasma disupresi
30
Aldosteronisme sekunder menyerupai aldosteronisme
primer, kecuali pada kenaikan kadar renin dan angiotensin
II. Terjadi ketika ada stenosis srteri renalis disertai
penurunan tekanan perfusi dapat menimbulkan hiperplasia
serta hiperfungsi sel jukstaglomerular, meyebabkan naiknya
kadar renin dan angiotensin II.
31
Sintesis
sintesis pro insulin
preprohomon insulin merupakan prekursor yang lebih besar
terdapat rangkaian pra atau rangkaian pemandu dengan 32
asam amino bersifat hidrofobik yang mengarahkan molekul
tersebut ke dalam
32
b. Konsentrasi ambang bagi sekresi insulin tersebut adalah
kadar glukosa
c. puasa plasma (80-100 mg/dL). Pada ambang tersebut
insulin diproduksi minimal.
d. Peningkatan rasio ATP/ADP dalam metabolisme glukosa
membuat K keluar, keadaan ini menyebabkan saluran
Ca2+ aktif. Masuknya Ca menyebabkan sekresi insulin.
e. Faktor hormonal
Sejumlah hormon mempengaruhi pelepasan insulin
epinefrin menghambat pelepasan insulin
agonis ß-adrenegik merangsang pelepasan insulin,
kemungkinan dengan cara meningkatkan cAMP
intrasel.
Hormon pertumbuhan, kortisol, laktogen plasenta,
estrogen, progestin dapat meningkatkan sekresi insulin.
Dapat dilihat ketika pada fase akhir kehamilan insulin
meningkat dengan sangat mencolok.
f. Preparat farmakologik
Obat yang merangsang sekresi insulin dan paling
sering dipakai untuk terapi diabetes pada manusia
adalah senyawa sulfonilurea.
Tolbutamid, dipakai dalam terapi diabetes melitus tipe
II (diabetes yang tidak tegantung insulin).
Peranan insulin dalam metabolisme
Efek pada tansportasi membran
Insulin meningkatkan pengangkutan glukosa.
Mekanisme ini diawali ketika konsentrasi glukosa
intasel yang sangat rendah bila dibandingkan
dengan ekstrasel.
33
Glukosa ekstrasel akan masuk ke dalam sel melalui
proses difusi yang difasilitasi dan diperantarai oleh
pengangkut glukosa :
GLUT 1 : terdapat dimana-mana, merupakan
pengangkut utama di dalam otak
GLUT 2 : terdapat di hati
GLUT 4 : terletak di jaringan adiposa, otot jantung
dan otot skeletal
34
penting, antara lain glukokinase, fosfofruktokinase dan
piruvat kinase.
Bertambahnya glikolisis akan meningkatkan
penggunaan glukosa dan dengan demikian secara tidak
langsung menurunkan pelepasan glukosa ke dalam
plasma.
Di otot skeletal insulin meningkatkan aliran masuk
glukosa melalui pengangkut dan menaikkan kadar
enzim heksokinase II yang melakukan fosforilasi dan
memulai metabolisme glukosa. Insulin merangsang
lipogenesis di jaringan adiposa dengan :
1) menyediakan asetil KoA dan NADPH yang
diperlukan bagi sintesis asam lemak
2) mempertahankan kadar normal enzim asetil KoA
karboksilase yang mengkatalisis konversi asetil
KoA menjadi malonil KoA
3) menyediakan gliserol yang terlibat dalam sintesis
triasilgliserol
Di hati dan otot insulin juga merangsang konversi
glukosa menjadi glukosa 6 fosfat yang akhirnya
menjadi glukosa 1 fosfat dan bersatu menjadi glikogen
dengan bantuan enzim glikogen sintase.
Efek terhadap produksi glukosa (glukoneogenesis)
Pembentukan glukosa dari prekursor nonkarbohidrat
melibatkan serangkaian tahapan enzimatik yang
dirangsang oleh glukagon, hormon glukokortikoid, dan
dalam jumlah kecil oleh angiotensin II dan vasopresin.
Insulin menghambat tahapan tersebut.
Efek tehadap metabolisme glukosa.
Secara umum efek insulin adalah menurunkan glukosa
darah. Insulin juga berupaya untuk melawan hormon-
35
hormon lain yang menghambat kerja insulin tersebut,
sehingga tercipta mekanisme pengaturan kadar glukosa
dalam darah.
Efek tehadap metabolisme lipid
merangsang lipogenesis
menghambat lipolisis (pemecahan lemak
menjadi asam lemak) di hati dan
jaringan adiposa, dengan cara menghambat
aktivitas enzim lipase. Karena itu
insulin menurunkan kadar asam lemak bebas
yang beredar dalam darah
Insulin juga mempengaruhi kadar kolesterol.
Pada penderita diabetes yang tidak terkontrol
kadar kolesterol dapat meningkat dan dapat
menyebabkan aterosklerosis.
Efek terhadap metabolisme protein
Insulin merangsang sintesis protein dan
memperlambat penguraian protein
Insulin menstimulasi ambilan asam amino
oleh otot.
Efek terhadap replikasi sel
Insulin mempengaruhi translasi mRNA dan dengan
demikian juga mempengaruhi sintesis protein secara
umum pada sejumlah organ yaitu otot, hati dan
jaringan adiposa.
36
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hormon berasal dari kata Hormaein yang artinya memacu atau
menggiatkan atau merangsang. Hormon bekerja dengan mengikat reseptor
protein baik di dalam sel target atau pada membran plasma mereka.
Pengikatan hormon steroid membentuk kompleks hormon-reseptor yang
mempengaruhi ekspresi gen dalam inti sel target. Hormone bekerja pada
hormon steroid atau hormon non-steroid.
B. Saran
Mahasiswa dan mahasiswi dapat mengerti tentang pengertian asidosis
metabolik, penyebab asidosis metabolik.
37