Anda di halaman 1dari 103

UNIVERSITAS INDONESIA

PROFIL MATURITAS RETIKULOSIT PADA ORANG


DEWASA NORMAL SERTA PEMBAWA SIFAT
THALASSEMIA-β ATAU HEMOGLOBIN E

TESIS

CUSSI LESTARI SILADJAJA


0906565955

FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS PATOLOGI KLINIK
JAKARTA
DESEMBER 2014

Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014


UNIVERSITAS INDONESIA

PROFIL MATURITAS RETIKULOSIT PADA ORANG


DEWASA NORMAL SERTA PEMBAWA SIFAT
THALASSEMIA-β ATAU HEMOGLOBIN E

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar


Dokter Spesialias Patologi Klinik

CUSSI LESTARI SILADJAJA


0906565955

FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS PATOLOGI KLINIK
JAKARTA
DESEMBER 2014

i Universitas Indonesia

Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014


Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
KATA PENGANTAR

Puji Syukur saya panjatkan kepada Tuhan YME atas berkat dan karuniaNya,
saya dapat menyelesaikan pendidikan di Departemen Patologi Klinik, Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Penulisan tesis ini untuk memenuhi salah satu
syarat mencapai gelar Spesialis Patologi Klinik.
Selama masa pendidikan dan selama masa penyusunan tesis ini saya
didukung oleh berbagai pihak. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih
setulus hati kepada:
a. dr. Alida R. Harahap, SpPK(K), PhD selaku guru dan pembimbing tesis
saya, yang telah banyak mendorong dan membantu saya sehingga saya
dapat menyelesaikan tugas akhir saya dengan baik.
b. Prof. dr. Riadi Wirawan, SpPK(K) selaku guru dan pembimbing tesis saya,
yang telah banyak membantu saya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas
akhir saya dengan baik.
c. Dr. dr. Pustika Amalia Wahidiyat, SpA(K) selaku pembimbing tesis saya,
yang telah banyak memberikan masukan untuk tugas akhir saya.
d. Prof. dra. Arini Setiawati, PhD, selaku pembimbing tesis saya, yang telah
banyak memberikan masukan mengenai statistic untuk tugas akhir saya.
e. dr. Farida Oesman, SpPK(K), selaku guru dan penguji tesis saya, yang telah
banyak memberikan saran dari segi akademis maupun non-akademis dalam
penyelesaian tesis saya.
f. Dr. dr. Diana Aulia, SpPK(K), selaku guru dan penguji tesis saya, arahan
dan saran Beliau membantu saya dalam menyelesaikan tesis saya.
g. dr. Ninik Sukartini, DMM, SpPK(K), selaku guru dan penguji tesis saya,
yang telah memberikan masukan yang sangat berharga untuk tesis saya.
h. Prof. dr. Suzanna Immanuel, SpPK(K), selaku guru dan ketua program
studi, dr. Yusra, SpPK, PhD selaku sekretaris program studi, yang banyak
membantu saya selama belajar di Departemen Patologi Klinik FKUI/RSCM
i. Semua guru-guru saya: Prof. Dr. dr. Rustadi Sosrosumihardjo, DMM, MS,
SpPK(K); Prof. dr. Marzuki Suryaatmadja, SpPK(K); Prof. dr.
Rahajuningsih Dharma Setiabudy, SpPK(K), DSc, FACT; Dr. dr. Ina S.
Timan, SpPK(K); dr. Dalima AW Astrawinata, SpPK(K), MEpid; dr. Tonny

iv Universitas Indonesia

Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014


Loho, DMM, SpPK(K); dr. July Kumalawati, DMM, SPPK(K); dr. Fify
Henrika, SpPK(K); dr. Astuti Giantini, SpPK; dr. Nuri Dyah Indrasari,
SpPK(K); dr. Dewi Wulandari, SpPK, MSc; dr. Merci Monica P, SpPK; dr.
Sri S. Adiyanti, SpPK.
j. Kedua orang tua saya, dr. Julianto Siladjaja dan Surjani Idris, kedua mertua
saya Ng A Liem dan Tjhai Kin Fun yang telah mencintai saya dengan tulus
dan selalu mendukung saya baik secara moril dan materil.
k. Suami saya tercinta Felixius Pranata, SE yang telah mendukung dan
membantu saya dalam setiap keputusan dan tindakan saya.
l. Anak saya Hans Davis Pranata yang telah bersabar selama saya bersekolah.
m. Adik saya, Suwita Siladjaja, yang telah menyemangati saya.
n. dr. Lidya Utami, SpPK, yang telah membantu dan mendukung saya dalam
mengumpulkan subjek penelitian hingga menyelesaikan tesis saya.
o. Teman-teman saya dr. Diana, dr. Tandry, dr. Wilya, dr. Irrine, dr. Glady, dr.
Fina, dan semua teman-teman seperjuangan yang telah membantu saya
secara langsung maupun tidak langsung saat pengerjaan tesis maupun saat
belajar di Departement Patologi Klinik FKUI/RSCM.
p. Analis dan karyawan Departemen Patologi Klinik FKUI/RSCM.
q. Pasien dan hasil laboratorium yang menjadi bahan belajar saya selama ini.
r. PT Sysmex Indonesia atas bantuan dan kerja samanya.
Akhir kata, saya berharap Tuhan YME membalas kebaikan semua pihak yang tulus
membantu saya dalam mengerjakan tesis ini. Semoga tesis saya bermanfaat bagi
pengembangan ilmu pengetahuan.

Jakarta, 24 Desember 2014


Penulis

v Universitas Indonesia

Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014


Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
ABSTRAK

Nama : Cussi Lestari Siladjaja


Program studi : Pendidikan dokter spesialis patologi klinik
Judul : Profil maturitas retikulosit pada orang dewasa normal dan pembawa
sifat thalassemia-β atau hemoglobin E

Latar belakang: Retikulosit dapat dibedakan menjadi beberapa fraksi berdasarkan tingkat
maturitasnya yaitu high fluorescence ratio (HFR), medium fluorescence ratio (MFR), low
fluorescence ratio (LFR) yang diukur berdasarkan banyaknya kandungan RNA. Immature
reticulocyte fraction (IRF) merupakan gabungan fraksi MFR dan HFR. Tingkat maturitas
retikulosit dapat menjadi indikator klinis aktivitas eritropoiesis dan eritropoiesis inefektif.
Eritropoiesis inefektif merupakan salah satu patofisiologi pada thalassemia dan HbE. Pada
defisiensi besi, eritropoiesis menurun karena besi sebagai salah satu bahan baku
pembentukan hemoglobin jumlahnya kurang sehingga jumlah retikulosit menurun
Tujuan: Mendapatkan gambaran retikulosit dan fraksinya pada orang Indonesia dewasa
normal yang dapat digunakan sebagai nilai rujukan, serta pada pembawa sifat thalassemia-
β atau hemoglobin E dengan dan tanpa defisiensi besi untuk menilai aktivitas eritropoiesis
dan eritropoiesis inefektif
Metode: Desain penelitian adalah potong lintang, dengan menggunakan 249 subjek sehat
dan 98 subjek keluarga pasien thalassemia yang berobat ke poliklinik thalassemia
Hasil:Nilai rujukan retikulosit dan fraksinya pada orang dewasa adalah hitung retikulosit
relatif (HRR) lelaki dan perempuan 0,7 – 2,2%, hitung retikulosit absolut (HRA) lelaki
35.988 – 101.198 /μL dan HRA perempuan 26.400 – 105.000 /μL, IRF relatif lelaki dan
perempuan 2,4 – 13,4%, IRF absolut lelaki 1.343 – 10.049 /μL dan perempuan 764 – 11.223
/μL, LFE relatif lelaki dan perempuan 86,6 – 97,4%, LFR absolut lelaki 32.444 – 97.573
/μL dan perempuan 25.634 – 92.063 /μL. HRR dan HRA subjek pembawa sifat
thalassemia-β atau HbE dalam rentang nilai rujukan tetapi IRF lebih tinggi dari orang sehat.
Pada pembawa sifat thalassemia-β atau HbE dengan defisiensi besi didapatkan HRR, HRA,
dan IRF lebih rendahdaripada subjek tanpa defisiensi besi, tetapi lebih tinggi daripada
orang sehat.
Kesimpulan: HRR dan HRA pembawa sifat thalassemia-β atau HbE dalam rentang nilai
rujukan tetapi IRF lebih tinggi, menunjukkan terjadi eritropoiesis inefektif. HRR, HRA,
dan IRF pembawa sifat thalassemia-β atau HbE dengan defisiensi besi lebih rendah
daripada subjek tanpa defisiensi besi tetapi lebih tinggi daripada orang sehat, menunjukkan
eritropoiesis inefektif juga terjadi pada subjek defisiensi besi walaupun aktivitas
eritropoiesis lebih rendah daripada subjek tanpa defisiensi besi.
Kata kunci: retikulosit, maturitas retikulosit, thalassemia, defisiensi besi

vii Universitas Indonesia

Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014


ABSTRACT

Name : Cussi Lestari Siladjaja


Study program : Clinical pathology
Title : Reticulocyte maturity in normal adults and β-thalassemiaor
hemoglobin E carriers

Background: Based on the measurement of RNA content, flowcytometry provides


reticulocyte maturation indices, which are low fluorescence ratio (LFR), medium
fluorescence ratio (MFR), and high fluorescence ratio (HFR). Immature reticulocyte
fraction (IRF) consists of MFR and HFR. Reticulocyte maturity can be used as a clinical
indicator of erythropoietic activity. Ineffective erythropoiesis and chronic hemolytic in
thalassemia-β and hemoglobin E carriers results in anemia. Human body responds
byincreasing erythropoiesis. In iron deficiency, erythropoiesis will decrease as iron which
is essential for hemoglobin formation is deficient.

Objective: to obtain profile of reticulocyte and its fractions in normal adults that can be
used as reference interval, and in β-thalassemia or hemoglobin E carriers with and without
iron deficiency to assess erythropoiesis activity and ineffective erythropoiesis.

Methods: a cross sectional study. There were 249 healthy subjects and 98 family members
of thalassemia patients in thalassemia policlinic.

Results: MFR and HFR had poor precision thus results of both parameters were unreliable.
Reference interval for reticulocyte and its fractions in normal adults are relative reticulocyte
count (RRC) male and female 0.7 – 2.2%, absolute reticulocyte count (ARC) male 35,988
– 101,198 /μL and female 26,400 – 105,000/μL, relative IRF maleand female 2.4 – 13.4%,
absolute IRF male 1,343 – 10,049/μL and female 764 – 11.223/μL, relative LFR male and
female 86.6 – 97,4%, absolute LFR male 32,444 – 97,573/μL and female 25.634 –
92.063/μL. RRC and ARC ofthalassemia-β or HbE carriers were within reference interval,
but IRF were higher than in normal adults. RRC, ARC, and IRF inthalassemia-β or HbE
carriers with iron deficiency were lower than those without iron deficiency, but higher than
in normal adults

Conclusions: RRC and ARC of β-thalassemia or HbE carriers were within reference
interval, but IRF were higher, showed ineffective erythropoiesis. RRC, ARC, and IRFβ-
thalassemia or HbE carriers with iron deficiency were lower than those without iron
deficiency, but higher than in normal adults. It showed that ineffective erythropoiesis also
occurred in those with iron deficiency despite lower erythropoiesis activity.

Key words: reticulocyte, reticulocyte maturity, thalassemia, iron deficiency.

viii Universitas Indonesia

Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………...................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ……………………………………... ii
HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………………… iii
KATA PENGANTAR………………………………………………………………… iv
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH………………………... vi
ABSTRAK…………………………………………………………………………….. vii
ABSTRAK…………………………………………………………………………….. viii
DAFTAR ISI………………………………………………………………………...... ix
DAFTAR TABEL…………………………………………………………………….. xi
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………………….. xii
DARTAR LAMPIRAN……………………………………………………………….. xiii
DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN…………………………………………….. xiv

1. PENDAHULUAN…………………………………………………………………1
1.1. Latar belakang…………………………………………………………………….. 1
1.2. Permasalahan……………………………………………………………………… 3
1.3. Tujuan penelitian………………………………………………………………….. 4
1.3.1. Tujuan umum……………………………………………………………... 4
1.3.2. Tujuan khusus…………………………………………………………….. 4
1.4. Manfaat penelitian………………………………………………………………… 4
1.4.1. manfaat klinis…………………………………………………………….. 4
1.4.2. manfaat akademis………………………………………………………… 4

2. TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………………….. 5
2.1. Thalassemia……………………………………………………………………….. 5
2.1.1. Sintesis hemoglobin………………………………………………………. 5
2.1.2. Definisi dan tipe thalassemia……………………………………………... 9
2.1.3. Thalassemia-β……………………………………………………………. 10
2.1.3.1. Patologi molekular……………………………………………….. 10
2.1.3.2. Patofisiologi……………………………………………………… 11
2.1.3.3. Manifestasi klinis………………………………………………… 13
2.1.3.4. Temuan laboratoris………………………………………………. 14
2.1.4. Hemoglobin E…………………………………………………………….. 15
2.1.4.1. Pembawa sifat hemoglobin E……………………………………. 16
2.1.5. Defisiensi besi dan thalassemia intermedia/minor……………………….. 16
2.2. Immature reticulocyte fraction……………………………………………………..17
2.2.1. Fisiologi retikulosit……………………………………………………….. 17
2.2.2. Hubungan efektivitas eritropoiesis dan retikulosit……………………….. 19
2.2.3. Pemeriksaan retikulosit otomatik………………………………………… 20
2.3. Kerangka teori…………………………………………………………………….. 22
2.4. Kerangka konsep………………………………………………………………….. 23

3. METODOLOGI PENELITIAN………………………………………………… 24
3.1. Desain penelitian………………………………………………………………….. 24
3.2. Tempat dan waktu penelitian……………………………………………………… 24
3.3. Subjek penelitian………………………………………………………………….. 24
3.3.1. Subjek penelitian profil maturitas retikulosit pada orang dewasa normal...24
3.3.2. Subjek penelitian profil maturitas retikulosit pada pembawa sifat thalassemia-
β atau hemoglobin E……………………………………………………… 25

ix Universitas Indonesia

Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014


3.4. Besar sampel………………………………………………………………………. 25
3.5. Batasan operasional……………………………………………………………….. 25
3.6. Bahan penelitian dan cara kerja…………………………………………………… 26
3.7. Alur penelitian…………………………………………………………………….. 28
3.8. Pemeriksaan……………………………………………………………………….. 29
3.8.1. Pemeriksaan pendahuluan………………………………………………... 29
3.8.2. Pemeriksaan retikulosit…………………………………………………… 30
3.9. Pengolahan data…………………………………………………………………… 33

4. HASIL
PENELITIAN……………………………………………………………………..37
4.1. Uji ketelitian dan ketepatan……………………………………………………….. 37
4.2. Nilai rujukan retikulosit dan fraksinya………………………………………......... 41
4.2.1. Subjek penelitian…………………………………………………………. 41
4.2.2. Karakteristik subjek………………………………………………………. 41
4.2.3. Perhitungan statistik……………………………………………………….42
4.3. Profil maturitas retikulosit pada pembawa sifat thalassemia-β atau hemoglobin E. 44
4.3.1. Subjek penelitian…………………………………………………………. 44
4.3.2. Karakteristik subjek………………………………………………………. 44
4.3.3. Profil maturitas retikulosit………………………………………………... 45

5. PEMBAHASAN………………………………………………………………….. 48
5.1. Uji ketelitian dan ketepatan……………………………………………………….. 48
5.2. Nilai rujukan retikulosit dan fraksinya……………………………………………. 52
5.3. Profil maturitas retikulosit pada pembawa sifat thalassemia-β atau hemoglobin E. 55
5.4. Keterbatasan penelitian……………………………………………………………. 57

6. KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………………………... 58


6.1. Kesimpulan………………………………………………………………………... 58
6.2. Saran……………………………………………………………………………..... 59

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………… 61
LAMPIRAN……. …………………………………………………………………….. 67

x Universitas Indonesia

Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014


DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Berbagai tipe thalassemia ………………………………………………9


Tabel 4.1. Hasil uji ketelitian within run dan ketepatan kontrol XN-check level 1 ..37
Tabel 4.2. Hasil uji ketelitian within run dan ketepatan kontrol XN-check level 2 ..37
Tabel 4.3. Hasil uji ketelitian within run dan ketepatan kontrol XN-check level 3 ..38
Tabel 4.4. Hasil uji ketelitian within run darah K3EDTA dengan hitung retikulosit
rendah …………………………………………………………………..38
Tabel 4.5. Hasil uji ketelitian within run darah K3EDTA dengan hitung retikulosit
normal ………………………………………………………….............39
Tabel 4.6. Hasil uji ketelitian within run darah K3EDTA dengan hitung retikulosit
tinggi…………………………………………………………………...39
Tabel 4.7. Hasil uji ketelitian between days dan ketepatan kontrol XN-check level 1.
…………………………………………………………………… …….40
Tabel 4.8. Hasil uji ketelitian between days dan ketepatan kontrol XN-check level 2.
…………………………………………………………………… …….40
Tabel 4.9. Hasil uji ketelitian between days dan ketepatan kontrol XN-check level 3.
…………………………………………………………………… …….40
Tabel 4.10. Alasan bahan pemeriksaan yang tidak memenuhi kriteria masukan atau
tolakan…………………………………………………………... …….41
Tabel 4.11. Nilai rujukan retikulosit dan fraksinya………………………………… 43
Tabel 4.12. Karakteristik subjek pembawa sifat thalassemia-β atau hemoglobin E ..44
Tabel 4.13. Karakteristik subjek pembawa sifat thalassemia-β atau hemoglobin E
tanpadefisiensi besi dan dengan defisiensi besi……………………… 45
Tabel 4.14. Gambaran parameter hematologi, retikulosit dan fraksinya pada orang
Sehat dan pembawa sifat thalassemia-β atau HbE lelaki……………….46
Tabel 4.15 Gambaran parameter hematologi, retikulosit dan fraksinya pada orang
Sehat dan pembawa sifat thalassemia-β atau HbE perempuan…………46
Tabel 5.1. Perbandingan hasil uji ketelitian within run kontrol XN-Check dengan
rekomendasipabrik ……………………………….……………………48
Tabel 5.2. Perbandingan hasil uji ketepatanwithin run kontrol XN-Check dengan
rekomendasi pabrik……………………………………………………..49
Tabel 5.3. Perbandingan hasil uji ketelitian within run darah K3EDTA dengan
rekomendasipabrik …………………………..………………………...50
Tabel 5.4. Perbandinganhasil uji ketelitian between days kontrol XN-Check dengan
rekomendasi pabrik……………………………………………………..50
Tabel 5.5. Perbandingan hasil uji ketepatan between dayskontrol XN-Check dengan
rekomendasi pabrik…………………….………………………………51
Tabel 5.6. Nilai rujukan HRR berbagai penelitian ………………………………..52
Tabel 5.7. Nilai rujukan HRA berbagai penelitian ………………………………..53
Tabel 5.8. Nilai rujukan IRF berbagai penelitian …………………………………54
Tabel 5.9. Nilai rujukan LFR berbagai penelitian ………………………….. ……54
Tabel 5.12. Perbandingan data hemoglobin, VER, HER antara subjekpembawa sifat
thalassemia-β atau HbE dengan dan tanpa defisiensi besi…..................55

xi Universitas Indonesia

Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Struktur molekular hemoglobin ………………………………………. 6


Gambar 2.2. Kontrol genetik sintesis hemoglobin …………………………………. 6
Gambar 2.3. Sintesis rantai globin pada usia pranatal dan postnatal ………………. 7
Gambar 2.4. Proses sintesis rantai globin …………………………………………... 8
Gambar 2.5. Patofisiologi thalassemia-β mayor ……………………………………. 12
Gambar 3.1. Prinsip analisa retikulosit pada Sysmex XN-2000 …………………… 32
Gambar 3.2. Scattergram retikulosit ……………………………………………… 32
Gambar 4.1. Distribusi usiasubjek penelitian nilai rujukan retikulosit dan fraksinya.42

xii Universitas Indonesia

Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Data subjek lelaki sehat ………………………………………………. 67


Lampiran 2. Data subjek perempuan sehat ………………………………………… 71
Lampiran 3. Data subjek pembawa sifat thalassemia-β dan hemoglobin E ………... 75
Lampiran 4. Perhitungan kriteria Chauvenet untuk menentukan nilai pencilan yang
dieksklusi pada perhitungan nilai rujukan retikulosit dan fraksinya….. 82
Lampiran 5. Uji deviasi normal baku untuk niali rujukan retikulosit dn fraksinya… 84
Lampiran 6. Keterangan lolos kaji etik………………………………………........... 85
Lampiran 7. Surat keterangan ijin penelitian……………………………………….. 86
Lampiran 8. Informasi penelitian…………………………………………………… 87
Lampiran 9. Formulir persetujuan mengikuti penelitian……………………………. 88

xiii Universitas Indonesia

Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014


DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN

ALT Alanine aminotransferase


ARC Absolute reticulocyte Count
BFU-E Burst forming units-erythroid
CFU-E Colony forming units-erythroid
CLSI Clinical and Laboratory Standards Institute
CRP C-reactive protein
CV Coefficient of variants
D Deviation
Def Defisiensi
EPO Eritropoietin
Hb Hemoglobin
HbE Hemoglobin E
HRA Hitung retikulosit absolut
HER hemoglobin eritrosit rerata
HFR High fluorescence ratio
HRR Hitung retikulosit relatif
IFN interferon
IL interleukin
IRF Immature reticulocyte fraction
K3EDTA Tripotassium ethylene diamine tetra acetate
KHER Konsentrasi hemoglobin eritrosit rerata
KTP Kartu tanda penduduk
LFR Low fluorescence ratio
MFR Medium fluorescence ratio
MMC Metropolitan Medical Center
mRNA Messenger ribonucleic acid
ROS Reactive oxygen species
RRC Relative reticulocyte count
RSCM RS Dr Cipto Mangunkusumo
SPSS Statistical product and service solution
TNF Tumor necrosis factor
tRNA Transfer ribonucleic acid
VER Volume eritrosit rerata

xiv Universitas Indonesia

Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014


1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Hemoglobinopati merupakan kelainan genetik yang ditandai adanya
abnormalitas struktur atau sintesis rantai globin dari hemoglobin. Pada
hemoglobin varian terdapat mutasi genetik yang menyebabkan delesi atau
substitusi asam amino pada rantai globin yang menyebabkan kelainan struktur,
sedangkan pada thalassemia terdapat kelainan genetik yang menyebabkan
berkurangnya atau tidak adanya sintesis satu atau lebih rantai globin.1 Di Pusat
Thalassemia Departemen Ilmu Kesehatan Anak RS Dr Cipto Mangunkusumo
(RSCM), jumlah pasien yang terdaftar di Pusat Thalassemia sampai dengan bulan
Oktober 2014 sebanyak 1.723 pasien, terdiri atas thalassemia-β 50,9%,
thalassemia-β/Hemomglobin E (HbE) 46,6%, thalassemia-α 2%, dan 0,5%
hemoglobinopati lain.2
Eritropoiesis inefektif merupakan salah satu patofisiologi pada thalassemia.
Pada thalassemia beta, eritropoiesis inefektif terjadi akibat adanya rantai alfa
berlebih. Rantai alfa yang berlebih akan dioksidasi sebagian (partially oxidized),
berpresipitasi serta melekat pada rangka membran eritrosit. Hal ini menyebabkan
stabilitas membran eritrosit berkurang sehingga mudah terjadi hemolisis di
sirkulasi. Pada sumsum tulang, sel eritroid dengan presipitasi rantai alfa yang
teroksidasi akan dihancurkan oleh makrofag sumsum tulang sebelum eritrosit
dilepaskan ke sirkulasi, menyebabkan eritropoiesis inefektif. Semakin matur
prekursor eritrosit, sintesis rantai globin meningkat sehingga akumulasi rantai alfa
juga meningkat. Dengan demikian penghancuran prekursor eritrosit di sumsum
tulang semakin meningkat progresif seiring dengan tingkat maturitas prekursor
eritrosit tersebut.3,4 Akibat hemolisis dan eritropoiesis inefektif, akitivitas
eritropoiesis meningkat sebagai upaya untuk mengatasi anemia yang terjadi.
Peningkatan aktivitas eritropoiesis ini dapat dilihat dengan peningkatan jumlah
retikulosit.5
Kejadian defisiensi besi pada thalassemia intermedia/minor cukup tinggi.
Penelitian oleh Dolai dkk pada pasien thalassemia minor di India menunjukkan
prevalensi defisiensi besi adalah 29,67% pada perempuan dan 3,38% pada lelaki.

1 Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
2

Adanya defisiensi besi ini mengganggu sintesis hemoglobin karena besi


merupakan salah satu komponen hemoglobin. Penurunan sintesis hemoglobin
menyebabkan penurunan eritropoiesis yang dapat dilihat dengan penurunan
retikulosit.6
Teknik pemeriksaan retikulosit berdasarkan adanya ribonucleic acid
(RNA) pada sitoplasma retikulosit. Flowsitometri merupakan salah satu teknik
pemeriksaan retikulosit yang banyak digunakan saat ini dan dapat memberikan
informasi berguna yang tidak didapatkan melalui mikroskop cahaya. Teknik
flowsitometri ini telah menyatu pada alat hematologi otomatis sehingga hasil
pemeriksaan hitung retikulosit dapat rutin dilakukan saat pemeriksaan
hematologi.7 Flowsitometri dapat membedakan retikulosit menjadi beberapa
fraksi maturitas berdasarkan banyaknya kandungan RNA yaitu high fluorescence
ratio (HFR), medium fluorescence ratio (MFR), low fluorescence ratio (LFR).
Immature reticulocyte fraction (IRF) merupakan gabungan fraksi MFR dan
HFR.5,7 Alat hitung hematologi automatik Sysmex XN-2000 merupakan seri
Sysmex terbaru yang memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan seri
Sysmex sebelumnya, yaitu mampu memberikan hasil yang lebih cepat dengan
turnaround time sebanyak 10% serta memiliki beberapa modul yang dapat
dipasang sesuai dengan kebutuhan. Penelitian Wirawan tahun 2006 menggunakan
Sysmex XT 2000i mendapatkan nilai rujukan jumlah retikulosit untuk orang
Indonesia dewasa di Jakarta adalah 0,5–2,0% untuk hitung retikulosit relatif,
hitung retikulosit absolut lelaki 24.000-110.000/μL, perempuan 24.000–
95.000/μL, dan nilai rujukan IRF perempuan dan lelaki 1,4–14,6%, LFR 85,4-
98,6%, MFR 1,3-12.0%, dan HFR 0-3,1%.5 Hingga saat ini belum ada nilai
rujukan retikulosit orang dewasa normal menggunakan Sysmex XN-2000.
Tingkat maturitas retikulosit dapat menjadi indikator klinis aktivitas
eritropoietik serta informasi tambahan yang berguna di samping nilai hitung
retikulosit. Peningkatan retikulosit imatur umumnya terjadi pada regenerasi
sumsum tulang pasca-kemoterapi atau transplantasi sumsum tulang, stimulasi
eritropoietik iatrogenik, regenerasi eritrosit yang cepat pada hemolisis, perdarahan
akut, dan pasca terapi anemia sehingga dapat digunakan untuk mengikuti hasil
pengobatan anemia.5

Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
3

Pada thalassemia, penurunan produksi hemoglobin, eritropoiesis inefektif


dan adanya proses hemolitik kronik menyebabkan timbulnya anemia. Tubuh
berusaha mengatasi anemia dengan meningkatkan eritropoiesis yang
menyebabkan peningkatan retikulosit. Pada pasien dengan defisiensi besi,
eritropoiesis akan menurun karena sintesis hemoglobin terganggu. Namun hingga
saat ini belum terdapat data tingkat maturitas retikulosit yang dapat menunjukkan
aktivitas eritropoiesis pembawa sifat thalassemia dengan atau tanpa defisiensi besi.

1.2. Permasalahan penelitian


Aktivitas eritropoiesis pada thalassemia atau HbE bergantung dari upaya
kompensasi tubuh dalam mengatasi berat ringannya anemia yang terjadi.
Peningkatan aktivitas eritropoiesis ini menyebabkan peningkatan jumlah
retikulosit. Adanya eritropoiesis inefektif menyebabkan prekursor eritroid
dihancurkan di sumsum tulang sehingga jumlah retikulosit yang terbentuk
menjadi tidak setinggi daripada pada keadaan eritropoiesis efektif. Eritropoiesis
inefektif juga menyebabkan retikulosit imatur dihancurkan sebelum menjadi
retikulosit matur sehingga jumlah fraksi retikulosit imatur di sirkulasi meningkat.
Pada sisi lain, pembawa sifat thalassemia atau HbE dapat ditemukan
defisiensi besi. Pada anemia defisiensi besi, aktivitas eritropoiesis menurun akibat
kurangnya besi sebagai salah satu bahan baku eritropoiesis. Retikulosit imatur
pada defisiensi besi dapat meningkat karena adanya pemendekan proses maturitas
retikulosit di sumsum tulang sehingga menyebabkan penglepasan retikulosit lebih
dini ke sirkulasi. Akibatnya proses pematangan retikulosit di sirkulasi berlangsung
lebih lama. Dengan demikian Dengan demikian gambaran maturitas retikulosit di
darah tepi pada pembawa sifat thalassemia-β atau HbE dapat dipengaruhi oleh
eritropoiesis inefektif dan ada tidaknya defisiensi besi. Namun hingga saat ini
belum ada data gambaran maturitas retikulosit pada pembawa sifat thalassemia-β
atau HbE dengan dan tanpa defisiensi besi..

Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
4

1.3. Tujuan penelitian


1.3.1. Tujuan umum
Mendapatkan nilai rujukan retikulosit dan fraksinya pada orang Indonesia dewasa
di Jakarta serta membuktikan eritropoiesis inefektif pada pembawa sifat
thalassemia-β atau HbE dengan alat Sysmex XN-2000

1.3.2. Tujuan khusus


1. Mendapatkan gambaran retikulosit dan fraksi maturitasnya secara relatif dan
absolut pada orang Indonesia dewasa normal di Jakarta yang dapat digunakan
sebagai nilai rujukan.
2. Mendapatkan gambaran hitung retikulosit dan fraksi maturitasnya relatif dan
absolut pada pembawa sifat thalassemia-β atau HbE tanpa defisiensi besi.
3. Mendapatkan gambaran hitung retikulosit dan fraksi maturitasnya relatif dan
absolut pada pembawa sifat thalassemia-β atau HbE dengan defisiensi besi.

1.4. Manfaat penelitian


1.4.1. Manfaat klinis
Nilai retikulosit dan fraksi maturitas retikulosit pada orang Indonesia dewasa
normal di Jakarta dapat dijadikan sebagai nilai rujukan. Diketahuinya profil
maturitas retikulosit pada pembawa sifat thalassemia-β atau HbE dapat membantu
menilai akitvitas eritropoiesis dengan dan tanpa defisiensi besi, serta dapat
mendukung adanya defisiensi besi pada pembawa sifat thalassemia-β atau HbE.

1.4.2. Manfaat akademis


Nilai rujukan retikulosit dan fraksi maturitasnya untuk alat hematologi Sysmex
XN-2000 pada orang dewasa normal dapat digunakan dalam menginterpretasi
hasil pemeriksaan retikulosit dan fraksi maturitas pasien. Diketahuinya profil
maturitas retikulosit pada pembawa sifat thalassemia-β atau HbE dapat
mendukung adanya eritropoiesis inefektif sebagai bagian dari patofisiologi
thalassemia-β atau HbE.

Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Thalassemia
Thalassemia pertama kali ditemukan oleh Thomas B Cooley pada tahun
1925 di Detroit. Dr. Cooley mendeskripsikan beberapa bayi yang menderita
anemia berat dengan splenomegali dan kelainan tulang. Pada tahun 1932, Whipple
dan Bradford mempublikasikan temuan patologik serta memberi nama
‘Thalassemia’ yang berasal dari bahasa Yunani θαλασσα yang berarti laut karena
banyak pasien ditemukan berasal dari daerah Mediterania. Setelah tahun 1940
baru diketahui karakteristik genetik thalassemia. Saat ini thalassemia dapat
ditemukan di berbagai belahan dunia, dari daerah Mediterania, Timur Tengah,
hingga Asia Tenggara.1,8,9
Manifestasi klinis thalassemia bervariasi. Pada thalassemia homosigot /
heterosigot ganda pasien mengalami anemia berat dan dapat meninggal pada saat
anak bila tidak ditatalaksana dengan baik. Pada pembawa sifat thalassemia
manifestasi klinis bervariasi dari tanpa gejala hingga bergejala seperti individu
yang homosigot / heterosigot ganda.1,8,10

2.1.1. Sintesis hemoglobin


Hemoglobin merupakan struktur tetramer yang memiliki berat molekul
66.700 Dalton, terdiri dari 4 subunit protein globular. Masing-masing subunit
terdiri dari sebuah rantai globin dan sebuah gugus heme seperti yang terlihat pada
gambar 2.1. Heme merupakan senyawa kompleks yang terdiri dari sebuah atom
Fe yang terletak di tengah-tengah struktur porfirin. Setiap heme dapat
mengangkut sebuah molekul oksigen yang terikat pada atom Fe, dengan demikian
setiap molekul hemoglobin dapat mengangkut empat molekul oksigen.9,11
Setiap molekul hemoglobin memiliki dua pasang rantai globin yaitu
sepasang rantai globin kelompok α (α atau ζ) dan sepasang rantai globin
kelompok non-α (β, δ, ε, atau γ). Pada orang dewasa normal terdapat tiga macam
hemoglobin yaitu hemoglobin A (α2β2) yang merupakan komponen terbanyak

5 Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
6

serta hemoglobin A2 (α2δ2) dan hemoglobin F (α2γ2). Pada masa embrio dan fetus
terdapat Hb Portland (ζ2γ2), Hb Gower 1 (ζ2ε2), Hb Gower 2 (α2ε2), dan Hb F
(α2γ2).8,9

Gambar 2.1. Struktur molekular hemoglobin

Gen untuk sintesis rantai globin terdapat pada kromosom 16 untuk


kelompok globin α (gen α, ζ) dan kromosom 11 untuk kelompok globin non-α
(gen β, δ, ε, γ)12 seperti yang terlihat pada gambar 2.2.

Gambar 2.2. Kontrol genetik sintesis hemoglobin13

Pada masa embrio (trimester pertama kehamilan) terdapat Hb Portland, Hb


Gower 1 dan Hb Gower 2. Hemoglobin primitif ini dapat dideteksi pada saat
hematopoiesis terjadi di kantung kuning telur (yolk sac) dan hati. Pada masa fetus
dan neonatal eritropoiesis terjadi di hati, limpa dan sumsum tulang dengan
hemogloin didominasi oleh HbF. Pada saat lahir neonatus memiliki 50-85%
HbF.13,14

Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
7

Pada orang dewasa normal, terdapat 3 fraksi hemoglobin yaitu HbA, HbA2,
dan HbF. Hb A merupakan komponen mayor hemoglobin. Meskipun HbA dapat
ditemukan sejak usia minggu kesembilan gestasi, sintesis rantai β tidak melebihi
sintesis rantai γ sampai setelah lahir. Pada minggu ke-36 gestasi, sintesis rantai β
meningkat secara nyata sedangkan sintesis rantai γ menurun sehingga saat lahir
jumlah rantai β dan γ seimbang. Setelah lahir HbA terus meningkat hingga
mencapai kadar seperti dewasa normal pada akhir tahun pertama kehidupan
(>95%). Produksi HbF <1% dari hemoglobin dewasa normal. Produksi HbA2
terjadi pada masa fetus akhir dan pada saat lahir kadarnya <1%, kemudian
kadarnya mencapai sama seperti dewasa normal setelah usia 1 tahun yaitu 1,5-3%,
Pertukaran (switch) dari HbF ke HbA terjadi pada 3-6 bulan setelah lahir saat
sintesis rantai γ diganti dengan rantai β seperti terlihat pada gambar 2.3.13,14

Gambar 2.3. Sintesis rantai globin pada usia pranatal dan postnatal13

Gen yang mengatur sintesis rantai globin terdiri dari 3 ekson dan 2 intron.
Pada proses transkripsi terbentuk messenger RNA (mRNA) yang mengandung
ekson dan intron dengan bantuan RNA polimerase II. Intron dari mRNA yang
terbentuk akan hilang melalui proses splicing. Intron selalui diawali dengan
dinukleotida GT pada ujung 5’ dan diakhiri dinukleotida AG pada ujung 3’.
Ujung 5’ mRNA ditambahkan struktur CAP yang terdiri dari 7 metil-guanosin.
Struktur CAP penting untuk perlekatan pada ribosom. Ujung 3’ mRNA

Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
8

ditambahkan residu asam adenilat (poly-A) yang berguna untuk stabilisasi.


Thalasemia dapat terjadi akibat mutasi atau delesi berbagai sekuens nukleotida.
mRNA kemudian pindah ke sitoplasma dan melekat pada ribosom untuk
mengalami translasi.13,14
Asam amino dibawa oleh transfer RNA (tRNA) sesuai dengan cetakan
mRNA. Susunan asam amino pada rantai globin ditentukan oleh susunan kodon (3
basa). tRNA mengandung 3 basa, antikodon (komplementer terhadap kodon
mRNA), dan membawa asam amino sesuai dengan pasangan kodon-antikodon
pada posisi yang sesuai di cetakan mRNA.8,13
Kodon inisiasi adalah AUG dan kodon terminasi adalah UAA, UAG, dan
UGA. Apabila ribosom mencapai kodon terminasi, translasi berhenti, rantai
globin yang telah terbentuk dilepas, serta subunit ribosom akan didaur ulang.8,13
Proses sintesis rantai globin ini dapat dilihat pada gambar 2.4.

Gambar 2.4. Proses sintesis rantai globin8

Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
9

2.1.2. Definisi dan tipe thalassemia


Thalassemia adalah sekelompok kelainan genetik yang diakibatkan
penurunan sintesis satu atau lebih rantai globin hemoglobin. Thalassemia
diklasifikasikan berdasarkan jenis rantai globin yang berkurang sintesisnya.
Thalassemia α bila sintesis rantai α berkurang, sedangkan thalassemia β bila
sintesis rantai β berkurang. Di samping itu dapat juga ditemukan individu yang
menerima gen thalassemia dari salah satu orang tua dan gen hemoglobin varian
dari orang tua lainnya, atau gen thalassemia α dari satu orang tua dan gen
thalassemia β dari orang tua lainnya.1,8,10,12 Pada tabel 2.1 dapat dilihat berbagai
variasi thalassemia.

Tabel 2.1. Berbagai tipe thalassemia8,10


Thalassemia α α0
α+
delesi (-α)
non-delesi (αT)
Thalassemia β β0

β+
HbA2 normal
Dominan
Tidak terkait dengan gen rantai β
Thalassemia δβ (δβ)0
(δβ)+
(Aγ δβ)0
Thalassemia γ
Thalassemia δ δ0
δ+
Thalassemia εγδβ
Hereditary persistence of Delesi (δβ)0 , (Aγ δβ)0
fetal haemoglobin Non-delesi
Terkait dengan gen rantai β γβ , γβ
G + A +

Tidak terkait dengan gen rantai β

Secara klinis, thalassemia dapat dibagi menjadi thalassemia mayor,


intermedia dan minor. Thalassemia mayor (anemia Cooley) memberikan
gambaran klinis anemia berat dengan ketergantungan terhadap transfusi.
Thalassemia intermedia terdapat anemia dan splenomegali, tetapi tidak
membutuhkan transfusi rutin. Sedangkan thalassemia minor dapat tanpa gejala
atau anemia ringan.8

Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
10

2.1.3. Thalassemia-β
Thalassemia-β tersebar luas di Mediterania, Timur Tengah, India-Pakistan,
dan Asia Tenggara. Penyakit ini juga banyak ditemukan di bagian selatan dari
bekas Uni Soviet dan Cina. Namun thalassemia-β tidak terbatas pada daerah
tersebut, tetapi tersebar secara sporadis di berbagai ras.8,10
Pada thalasemia-β0 tidak terdapat sintesis rantai β, sedangkan pada
thalasemia-β+ terjadi defisiensi parsial rantai β. Lebih dari 200 mutasi di dalam
atau sekitar gen globin β diketahui menyebabkan penurunan atau tiadanya
produksi globin-β.10

2.1.3.1. Patologi molekular


Terdapat sekitar 200 mutasi pada thalasemia-β. Mutasi dapat mengganggu
proses transkripsi, translasi, dan stabilitas pasca translasi gen globin sehingga
tidak disintesisnya rantai globin-β (thalasemia-β0), atau berkurangnya sinstesis
rantai globin-β (thalasemia-β+). mutasi pada thalasemia-β berupa mutasi titik,
delesi atau substitusi nukleotida pada regio tertentu.8,12,15,16
Mutasi pada regio promoter gen globin dapat menurunkan transkripsi gen
globin-β. Proses splicing mRNA dapat terganggu bila terdapat mutasi di dalam
intron, ekson atau pada tempat perbatasan intron dan ekson. Mutasi yang
melibatkan proses translasi terdiri dari dua kelompok yaitu mutasi nonsense dan
frameshift. Mutasi nonsense yaitu perubahan satu basa yang menghasilkan kodon
stop sehingga terjadi terminasi prematur sintesis rantai globin. Frameshift yaitu
hilangnya atau insersi satu atau lebih basa.8,16
Selain itu mutasi pada ekson 3 juga dapat menyebabkan instabilitas produk
globin-β. Rantai globin-β yang tidak stabil ini bersama dengan rantai globin-α
yang berlebih akan berpresipitasi dan menimbulkan badan inklusi pada preskursor
eritroid. Badan inklusi ini menyebabkan destruksi eritroid intramedular dan
menyebabkan eritropoiesis inefektif. Hal ini merupakan dasar thalasemia-β
diturunkan secara dominan. Di samping itu dapat juga dihasilkan eritrosit dengan
rantai-β yang tidak stabil ke sirkulasi. Ertrosit tersebut akan dihancurkan di limpa
dan menyebabkan hemolitik kronik.8,16

Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
11

2.1.3.2. Patofisiologi
Pada individu normal, rantai α dan β diproduksi dalam jumlah seimbang.
Pada thalassemia-β terjadi penurunan atau tidak adanya sintesis rantai-β sehingga
terjadi kelebihan rantai-α.1,8,10,17 Hampir seluruh patofisiologi thalassemia-β
berkaitan dengan ketidakseimbangan sintesis rantai globin ini.
Rantai-α yang berlebih tidak dapat membentuk struktur tetramer
hemoglobin yang stabil sehingga berpresipitasi di dalam prekursor eritroid.
Presipitasi tersebut menghasilkan badan inklusi yang dapat mengganggu
pematangan eritroid. Pada sumsum tulang, presipitasi dapat terlihat paling dini
pada prekursor ertroid yang membentuk hemoglobin dan sepanjang jalur
pematangan eritroid. Badan inklusi menyebabkan destruksi prekursor eritroid
intramedular sehingga terjadi eritropoiesis inefektif yang merupakan salah satu
ciri thalassemia. Eritrosit yang masuk ke sirkulasi mengandung badan inklusi dari
rantai-α yang dapat mengganggu perjalanan eritrosit melalui mikrosirkulasi
terutama di limpa.8,10,15,16
Kerusakan membran eritrosit oleh presipitasi rantai-α terjadi selain akibat
rantai-α yang berlebih juga akibat produk degradasi dari rantai-α bebas yaitu
globin, heme, hemin (heme yang teroksidasi), dan besi bebas. Rantai globin yang
berlebih dapat berikatan dengan protein membran eritrosit sehingga merusak
struktur dan fungsi membran. Besi berlebih bersifat radikal bebas sehingga
merusak protein dan lipid membran serta organel intraselular eritrosit. Heme dan
hemin mengkatalisis pembentuk berbagai reative oxygen species (ROS) yang
merusak membran eritrosit. Membran eritrosit menjadi kaku, eritrosit menjadi
dehidrasi, kurang kalium, serta memiliki kadar kalsium tinggi dan kadar ATP
yang rendah.8,10,15,18
Anemia pada thalassemia terjadi akibat 3 komponen. Pertama akibat
eritropoiesis inefektif yaitu terjadi destruksi intramedular dari prekursor eritrosit.
Kedua akibat hemolisis yaitu destruksi eritrosit matur yang mengandung inklusi
rantai-α. Ketiga adalah eritrosit mikrositik hipokrom akibat penurunan sintesis
hemoglobin secara keseluruhan.7,10 Anemia merangsang produksi eritropoietin
sehingga terjadi ekspansi sumsum tulang yang dapat menyebabkan deformitas

Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
12

tulang tengkorak dan tulang panjang. Limpa menjadi hipertrofi akibat peningkatan
destruksi eritrosit abnormal. Splenomegali selanjutnya menyebabkan peningkatan
sekuestrasi eritrosit dan berperan menyebabkan anemia.8,16 Pada orang dewasa
normal, sekitar 2-3 juta sel darah merah baru diproduksi setiap detik, tetapi pada
thalassemia berat terjadi peningkatan eritropoiesis sebanyak 20-30 kali untuk
mengatasi anemia yang terjadi.12 Pemberian transfusi darah yang rutin pada
thalassemia mayor dapat membantu mengatasi anemia namun dapat terjadi
akumulasi besi di hati, kelenjar endorin dan miokardium.8
Pada thalassemia-β sintesis HbF dan HbA2 tidak menurun. Produksi
hemoglobin fetal dalam uterus berlangsung normal. Manifestasi klinis thalassemia
mulai timbul saat terjadi pertukaran (switch) dari rantai γ ke rantai β. Namun
beberapa prekursor eritroid dewasa mampu memproduksi rantai-γ dalam jumlah
yang bervariasi. Eritrosit yang mampu memproduksi rantai-γ lebih banyak di
sumsum tulang dapat lebih bertahan terhadap efek presipitasi rantai-α. Produksi
fraksi HbF dan HbA2 meningkat pada thalassemia-β karena sintesis rantai-γ dan
rantai-δ berjalan baik.3,8,10

Berlebih

Denaturasi
Degradasi
Survival sekeltif
prekursor eritrosit yang Destruksi precursor
mengandung HbF Hemolisis eritrosit

HbF di eritrosit Splenomegali


Eritropoiesis
meningkat (pooling, ekspansi
inefektif
volume plasma)

Afinitas oksigen
eritrosit tinggi Anemia
Hantaran O2 Hipoksia
menurun jaringan
Eritropoietin Transfusi

Ekspansi sumsum tulang


Absorpsi
besi
Deformitas skeletal meningkat Penumpukan
Peningkatan laju metabolik besi
Wasting
Gout Defek endokrin
Defisiensi folat Sirosis
Gagal jantung

Gambar 2.5. Patofisiologi thalassemia-β mayor8

Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
13

2.1.3.3. Manifestasi klinis


Pada thalassemia mayor, manifestasi klinis nampak sejak tahun pertama
kehidupan. Saat lahir, bayi tampak normal, namun dalam beberapa bulan mulai
timbul anemia dan semakin memberat secara progresif. Bayi mengalami gagal
tumbuh, asupan makan tidak adekuat, beberapa episode demam, diare dan
gangguan gastrointestinal, serta malaise umum. Pada kebanyakan kasus
splenomegali sudah nyata. Bila anak kemudian mendapatkan transfusi rutin yang
adekuat, pertumbuhan dan perkembangan dapat berjalan baik dan splenomegali
minimal, hingga memasuki masa pubertas yaitu saat mulai timbul efek kelebihan
besi akibat eritropoiesis inefektif dan transfusi darah berulang. Berbagai
komplikasi seperti diabetes, hipoparatiroidisme, insufisiensi adrenal, kegagalan
hati progresif, keterlambatan perkembangan seksual sekunder, dan kerusakan
jantung dapat terjadi akibat efek kelebihan besi. Pemberian terapi kelasi besi
secara rutin dapat mengurangi efek kelebihan besi ini meskipun masih terdapat
kemungkinan gangguan pertumbuhan, perkembangan seksual dan osteoporosis
karena organ endokrin sensitif terhadap kelebihan besi yang ringan sekalipun. Di
samping itu anak juga memiliki risiko tertular penyakit yang ditularkan melalui
darah seperti HIV, hepatitis B, dan hepatitis C.8,10
Anak yang tidak mendapatkan transfusi darah adekuat memiliki
karakteristik anemia Cooley’s yaitu gangguan pertumbuhan, deformitas tulang
dengan bossing of the skull, overgrowth of maxillary region, wajah ‘mongoloid’,
dan pada gambaran radiologis ditemukan pola trabekular berambut pada tulang
panjang dan jari, serta gambaran hair on end di tulang tengkorak. Hati dan limpa
membesar, dan terdapat pigmentasi pada kulit. Deformitas tulang menyebabkan
peningkatan risiko fraktur. Terjadi peningkatan kebutuhan asam folat dan bila
terjadi defisiensi asam folat dapat memperberat anemia. Peningkatan turnover
prekursor eritrosit dapat menyebabkan hiperurisemia dan gout sekunder.
Hipersplenisme dapat menyebabkan trombositopenia yang meningkatkan risiko
perdarahan. Saat masuk ke masa pubertas, anak mengalami gangguan akibat
kelebihan besi. Gangguan akibat kelebihan besi ini terjadi peningkatan absorpsi di
gastrointestinal dan transfusi yang ireguler.8,10

Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
14

Pasien thalasemia intermedia tidak memerlukan transfusi rutin seperti pada


thalasemia mayor. Manifestasi klinis bervariasi mulai dari tidak bergejala dengan
kadar hemoglobin 10-12 g/dL hingga adanya gejala seperti gangguan
pertumbuhan, deformitas skeletal, artritis, nyeri tulang splenomegali progresif,
dengan kadar hemoglobin 6 g/dL. Kelebihan besi dapat terjadi walaupun tidak
mendapatkan transfusi yang sering dan dapat menimbulkan diabetes dan
gangguan endokrin pada dekade keempat kehidupan.10
Thalasemia minor biasanya asimtomatik dengan tidak adanya kelainan
klinis. Pasien baru diketahui memiliki thalasemia saat melakukan pemeriksaan
darah rutin, hamil, infeksi berat, atau saat penyelidikan riwayat keluarga dari
kerabat yang thalasemia. Beberapa pasien dapat mengalami peningkatan
simpanan besi namun hal ini biasanya terkait pemberian terapi besi karena
kesalahan diagnosis anemia defisiensi besi.10

2.1.3.4. Temuan laboratoris


Pada thalasemia mayor kadar hemoglobin berkisar 2-3 g/dL. Eritrosit
mikrositik hipokrom dengan ukuran dan bentuk yang bervariasi, terdapat
fragmentosit, sel target, serta basophilic stippling. Eritrosit berinti dalam darah
tepi ditemukan dalam jumlah bervariasi, dan setelah splenektomi jumlahnya
meningkat. Retikulosit meningkat ringan. Jumlah leukosit dan trombosit kecuali
bila terjadi hipersplenisme. Pada hipersplenisme, leukosit dan trombosit dapat
menurun. Sumsum tulang menunjukkan hiperplasia eritroid dengan rasio
mieloid:eritroid seimbang (1:1) atau kurang.8,10,19
Kadar besi serum meningkat progresif seiring dengan transfusi yang
diberikan serta saturasi transferin sangat tinggi. Kadar feritin tinggi dan pada
biopsi hati tampak peningkatan besi pada sel retikuloendotelial dan sel
parenkimal.8,10
Kadar HbF di atas 90% pada thalasemia-β homosigot. Pada thalasemia-β0
tidak terbentuk HbA. Kadar HbA2 meningkat bervariasi (menurun, normal, atau
meningkat) dan tidak bisa dijadikan dasar diagnosis.8,10
Pada thalassemia-β heterosigot biasanya tidak mempunyai gejala kecuali
pada beberapa keadaan seperti kehamilan. Kadar hemoglobin berkisar 9-11 g/dL.

Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
15

Kadar VER berkisar 50-70 fL, HER 20-22 pg, dan hitung retikulosit normal.
Sumsum tulang menunjukkan hiperplasia eritroid ringan. Splenomegali jarang
terjadi. Kadar HbA2 berkisar 3,5-7% serta kadar HbF 1-3% pada sekitar 50%
kasus.8,10
Hitung retikulosit dapat digunakan untuk menilai aktivitas eritropoiesis.
Anemia pada thalassemia terjadi akibat adanya eritropoiesis inefektif, hemolisis
kronik dan penurunan sintesis rantai globin. Tubuh berusaha mengatasi anemia
dengan meningkatkan eritropoiesis. Peningkatan eritropoiesis ini dapat dinilai dari
peningkatan retikulosit, tetapi adanya eritropoiesis inefektif menyebabkan
peningkatan retikulosit yang terjadi ringan. Pada thalassemia-β heterosigot,
anemia yang terjadi tidak seberat thalassemia-β homosigot/heterosigot ganda
sehingga peningkatan aktivitas eritropoiesis juga tidak setinggi thalassemia-β
homosigot/heterosigot ganda. Adanya eritropoiesis inefektif pada thalassemia-β
heterosigot dapat menyebabkan retikulosit normal. Eritropoiesis inefektif ini juga
menyebabkan retikulosit imatur dihancurkan sebelum menjadi retikulosti matur
sehingga pada pemeriksaan maturitas retikulosit didapatkan peningkatan fraksi
retikulosit imatur.

2.1.4. Hemoglobin E
Hemoglobin E (HbE) meurpakan varian rantai globin β yaitu adanya
substitusi asam glutamat menjadi lisin pada kodon ke-26 dari gen globin β.
Prevalensi hemoglobinopati ini tinggi di regio Asia Tenggara, yaitu 60% pasien
HbE terdapat di Thailand, Laos, dan Kamboja. Hemoglobin E juga ditemukan di
Sri Lanka, India bagian Timur Laut, Bangladesh, Pakistan, Nepal, Vietnam,
Malaysia, Filipina, Indonesia, dan Turki.20,21
Mutasi pada HbE menyebabkan aktivasi situs sambungan (splicing)
mRNA kriptik, yaitu terjadi situs sambungan palsu dekat ujung 3’ ekson 1
sehingga terdapat penambahan daerah mRNA yang tersambung abnormal.
Akibatnya terjadi penurunan sintesis rantai βE dan selanjutnya menyebabkan
terdapatnya rantai α bebas yang sifatnya tidak stabil. Hemoglobin E dikatakan
sebagai hemoglobinopati talasemik karena fenotipenya dapat menyerupai
thalassemia. Hemoglobin E juga memiliki kontak rantai α1β1 yang lemah

Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
16

sehingga menjadi tidak stabil saat terdapat peningkatan stres oksidatif.


Hemoglobin E homosigot dan heterosigot memberikan gambaran klinis yang
ringan hingga tidak memiliki gejala klinis. Manifestasi klinis yang paling berat
timbul bila HbE diturunkan bersama dengan Thalassemia-β trait sehingga
menyebabkan timbulnya thalassemia mayor atau intermedia.20,22
Eritropoiesis inefektif juga terjadi pada pasien HbE tetapi lebih ringan
daripada thalassemia-β. Pada sumsum tulang terjadi presipitasi rantai globin-α
yang berlebih di membran sel eritroid yang memicu eritropoiesis inefektif.

2.1.4.1. Pembawa sifat hemoglobin E


Pasien HbE trait umumnya tidak bergejala walaupun terdapat
kemungkinan mudah hemolisis akibat stres oksidatif. Pemeriksaan hematologi
dapat memberikan hasil normal, anemia ringan, penurunan volume eritrosit rerata
(VER), penurunan hemoglobin eritrosit rerata (HER), dengan konsentrasi
hemoglobin eritrosit rerata (KHER) normal. Retikulosit dapat normal. Pada HbE
juga terdapat peningkatan aktivitas eritropoiesis sebagai usaha mengatasi anemia.
Tetapi karena adanya eritropoiesis inefektif jumlah retikulosit dapat menjadi
normal. Eritropoiesis inefektif juga menyebabkan retikulosit imatur dihancurkan
sebelum menjadi retikulosit matur sehingga pada pemeriksaan maturitas
retikulosit didapatkan fraksi retikulosit imatur meningkat. Pada gambaran darah
tepi, eritrosit dapat terlihat normal atau mikrositik hipokrom, dapat ditemukan sel
target, dan basophilic stippling. Pada analisis hemoglobin, didapatkan HbE sekitar
30%. Bila HbE >39% kemungkinan Thalassemia-β/HbE, bukan HbE trait. Bila
HbE trait didapatkan bersama dengan pembawa sifat Thalassemia α, persentase
HbE <25%. Bila pembawa sifat HbE didapatkan bersama dengan HbH, persentase
HbE <10%. Adanya defisiensi besi juga menurunkan persentase HbE.20,22

2.1.5. Defisiensi besi dan thalassemia intermedia/minor


Pasien thalassemia minor sering disertai juga dengan defisiensi besi.
Penelitian oleh Dolai dkk pada pasien thalassemia minor di India menunjukkan
prevalensi defisiensi besi adalah 29,67% pada perempuan dan 3,38% pada lelaki.6
Defisiensi besi dan peningkatan aktivitas eritropoiesis akan menekan hepsidin.

Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
17

Hepsidin berfungsi sebagai regulator besi tubuh dengan cara berikatan dengan
ferroportin yang terdapat pada enterosit, hepatosit dan makrofag. Hepsidin
menghambat keluarnya besi dari enterosit, hepatosit dan makrofag ke plasma
sehingga kadar besi darah rendah. Penurunan hepsidin seperti yang terjadi pada
defisiensi besi dan peningkatan aktivitas eritropoiesis menyebabkan peningkatan
absorpsi besi di enterosit dan pelepasan simpanan besi dari makrofag dan
hepatosit ke darah sehingga jumlah besi di darah meningkat dan sintesis
hemoglobin tubuh juga meningkat.24
Pada thalassemia intermedia/minor dengan defisiensi besi, penurunan
hepsidin selain akibat defisiensi besi, juga terjadi akibat peningkatan aktivitas
eritropoiesis dan anemia pada thalassemia. Peningkatan penglepasan besi dari
makrofag dan absorpsi besi intestinal menyebabkan feritin rendah dan kadar besi
serum tinggi. Peningkatan kadar besi serum yang tinggi ini menyebabkan iron
overload dan penumpukan besi terutama di hati yang merupakan tempat utama
penyimpanan besi tubuh dalam bentuk feritin.25,26 Sehingga pada thalassemia
intermedia/minor juga dapat terjadi kelebihan besi walaupun tidak mendapatkan
transfusi rutin.

2.2. Immature reticulocyte fraction


2.2.1. Fisiologi retikulosit
Retikulosit merupakan eritrosit muda yang masih mengandung sisa
ribosom di sitoplasmanya. Retikulosit termasuk salah satu tahapan dalam
eritropoiesis. Tahapan eritropoiesis dimulai dengan rubriblas (proerythroblast)
kemudian diikuti prorubrisit (basophilic erythroblast), rubrisit
(polychromatophilic erythroblast), metarubrisit (orthochromatic erythroblast),
retikulosit (polychromatophilic erythrocyte), dan eritrosit.27
Eritropoiesis merupakan proses pembentukan sel darah merah di sumsum
tulang. Proses ini meliputi serangkaian tahapan pematangan, berawal dari sel
punca progenitor eritroid dan berakhir dengan sel darah merah matang yang
beredar di sirkulasi.28 Pada keadaan normal jumlah sel darah merah di sirkulasi
serta prekursornya berada pada keadaan yang relatif konstan akibat adanya

Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
18

keseimbangan antara pembentukan sel darah merah baru di sumsum tulang dan
destruksi sel darah merah tua.28,29
Satu siklus eitropoesis berlangsung sekitar 5-7 hari mulai dari rubriblas
sampai menjadi eritrosit matang. Perubahan pada setiap stadium maturasi ditandai
dengan peningkatan kondensasi kromatin inti, anak inti akan hilang, dan
perubahan warna sitoplasma dari biru tua dengan kandungan RNA yang tinggi
menjadi kemerah-merahan yang menandakan terdapatnya hemoglobin.29,30
Oksigenasi jaringan dapat mempengaruhi eritropoiesis melalui berbagai
faktor transkripsi dan sitokin, salah satunya adalah eritropoietin (EPO).
Eritropoietin merupakan hormon yang dihasilkan di ginjal (utama) dan hati
sebagai respons terhadap hipoksia dan berperan sebagai pengatur humoral utama
dari eritropoiesis. Eritropoietin akan menginduksi diferensiasi prekursor ertroid
menjadi rubriblas dan selanjutnya menjadi eritrosit matang, sehingga
menyebabkan peningkatan produksi eritrosit. Eritropoietin juga menjaga viabilitas
sel eritroid.28,29
Adanya inflamasi dapat mengganggu eritropoiesis. Sitokin proinflamasi
yang dihasilkan makrofag saat inflamasi seperti interleukin-1 (IL-1), tumor
necrosis factor (TNF)-α, interferon (IFN)-γ berperan dalam menekan eritropoiesis.
Tumor necrosis factor-α menghambat pembentukan burst forming units-erytrhoid
(BFU-E) dan menyebabkan penurunan produksi eritropoietin oleh ginjal.31
Interlukin-1 dan TNF-α juga menyebabkan penurunan respons sumsum tulang
terhadap eritropoietin.32 Interferon-γ menghambat pembentuk colony forming
units-erytrhoid (CFU-E).33
Pematangan retikulosit terjadi selama 2-3 hari, dengan separuh pertama
terjadi di sumsum tulang dan separuh selanjutnya di sirkulasi. Saat masuk di
sirkulasi, retikulosit masih mengandung mitokondria, sejumlah kecil ribosom,
sentriol, dan sisa aparatus Golgi. Retikulosit tidak mengandung retikulum
endoplasmik. Akibat kandungan ribosomnya, retikulosit berwarna kebiruan
dengan pewarnaan Romanowsky sehingga disebut sebagai eritrosit polikrom.
Ukuran retikulosit lebih besar daripada eritrosit, yaitu 7-10 μm. Pewarnaan
supravital menggunakan brilliant cresyl blue atau new methylene blue
menyebabkan terjadi presipitasi ribosom, mitokondria, dan organel sitoplasmik

Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
19

lainnya. Presipitat ini akan terlihat sebagai filamen retikular, sehingga disebut
retikulosit.27,34 Sekitar 20% hemoglobin terbentuk pada tahap retikulosit. Sintesis
hemoglobin secara berangsur-angsur menurun bersamaan dengan hilangnya
organel seluler di retikulosit yang kemudian menjadi eritrosit. Pada proses
pematangannya retikulosit akan kehilangan mitokondria yang menghasilkan
energi melalui fosforilasi oksidatif dan kehilangan ribosom yang merupakan
tempat sintesis protein, sehingga membentuk eritrosit matang.

2.2.2. Hubungan efektivitas eritropoiesis dan retikulosit


Efektivitas eritropoiesis dapat diperkirakan dengan melihat hitung
retikulosit. Persentase retikulosit terhadap eritrosit merupakan hitung retikulosit
relatif. Jumlah retikulosit per unit darah merupakan hitung retikulosit absolut.29
Eritropoiesis inefektif dicurigai bila hitung retikulosit normal atau hanya
meningkat sedikit tetapi terdapat hiperplasia eritroid pada sumsum tulang.
Eritropoiesis inefektif terjadi pada beberapa penyakit seperti anemia pernisiosa,
thalassemia, dan anemia sideroblastik.29
Pembagian tingkat maturitas retikulosit pertama kali dilakukan oleh
Heilmeyer tahun 1932, yang membagi maturitas retikulosit menjadi 4 kategori.
Pembagian ini berdasarkan hasil pemeriksaan mikroskopik dengan pewarnaan
supravital menggunakan brilliant cresyl blue.30,35 Retikulosit stadium 1 memiliki
presipitat besar dan padat, stadium 2 memiliki presipitat agak padat, stadium 3
presipitat lebih renggang sedangkan retikulosit matur atau stadium 4 hanya
memiliki sedikit presipitat berupa titik atau terlihat seperti benang pendek.36
Tingkat maturitas ini berguna untuk menilai aktivitas eritropoiesis, namun
pembagian berdasarkan pemeriksaan mikroskopik ini tidak teliti (not
reproducible) dan memiliki variasi besar antar pengamat sehingga tidak
digunakan dalam aplikasi klinis. Penggunaan alat hitung automatik dengan
flowsitometri untuk melihat tingkat maturitas retikulosit memberikan hasil yang
lebih teliti.30,35

Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
20

2.2.3. Pemeriksaan retikulosit automatik


Pemeriksaan retikulosit menggunakan zat warna fluoresens pertama kali
dilaporkan oleh Kozenow dan Mai pada awal tahun 1950-an dengan
menggunakan acridine orange yang mewarnai RNA/DNA. Pemeriksaan
retikulosit automatik dengan flowsitometri memberikah hasil yang lebih cepat,
objektif, teliti dan mudah dibandingkan dengan pemeriksaan manual. Di samping
itu pemeriksaan automatik dapat memberikan gambaran distribusi maturitas
retikulosit.7
Alat hitung sel darah automatik yang berbeda menggunakan reagen dan
teknik yang berbeda dalam menghitung retikulosit. Penggunaan zat warna new
methylene blue yang mewarnai RNA retikulosit dipakai pada alat hitung sel darah
automatik dari Beckman Coulter (STKS, MAXM, dan GEN-S) dan Abbott (Cell-
Dyn 3500 dan 3700). Sedangkan penggunaan fluorokrom seperti polymethine,
dipakai oleh alat Sysmex, auramin-O dipakai alat sysmex seri R, oxazine 750
dipakai alat Bayer Advia 120 Technicon, CD4K530 dipakai Abbott (Cell-Dyn
4000), dan thiazole orange dipakai alat ABX.5,37
Analisis retikulosit dengan flowsitometri dilakukan dengan mencampur
darah EDTA dengan zat warna fluoresens, diinkubasi pada ruang gelap dalam
suhu ruang selama beberapa detik. Zat warna fluoresens masuk melalui membran
sel, mewarnai RNA retikulosit dan DNA/RNA sel berinti sehingga menimbulkan
fluoresensi setelah penyinaran oleh sinar laser.5,7
Hitung retikulosit dilakukan melalui dua tahap. Tahap pertama adalah
tahap isolasi retikulosit yaitu pemisahan retikulosit dari eritrosit, leukosit dan
trombosit. Hasil tahap ini dapat dilihat pada sitogram 2 dimensi dengan sumbu Y
merupakan forward scatter yang menunjukkan fungsi ukuran sel dan sumbu x
merupakan side scatter yang menunjukkan serapan dari fluoresensi. Tahap kedua
adalah gated electronic yaitu sinyal fluoresens dipresentasikan menjadi
histogram1 dimensi yang menunjukkan banyaknya fluoresens atau light scattered
terhadap jumlah sel.5,7,37-39
Berdasarkan derajat fluoresensi, retikulosit dibagi menjadi 3 subpopulasi
yaitu retikulosit imatur memiliki kandungan RNA paling banyak sehingga
memancarkan intensitas fluoresensi paling kuat (high fulorescent ratio, HFR),

Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
21

retikulosit intermedia memiliki kandungan sisa ribosom RNA lebih sedikit


sehingga memancarkan intensitas fluoresensi medium (medium fluorescent ratio,
MFR), dan retikulosit matur hanya mengandung sedikit RNA sehingga intensitas
fluoresensinya rendah (low flourescent ratio, LFR). Immature reticulocyte
fraction (IRF) merupakan gabungan nilai MFR dan HFR.5,7,37 Immature
reticulocyte fraction merupakan penanda dini dan sensitif terhadap aktivitas
eritropoiesis.38,39
Berdasarkan penelitian Wirawan tahun 2006 menggunakan Sysmex XT
2000i didapatkan nilai rujukan retikulosit untuk orang dewasa di Indonesia adalah
0,5–2,0% untuk hitung retikulosit relatif, hitung retikulosit absolut lelaki 24.000-
110.000/μL, perempuan 24.000–95.000/μL, dan nilai rujukan IRF perempuan dan
lelaki 1,4–14,6%, LFR 85,4-98,6%, MFR 1,3-12.0%, dan HFR 0-3,1%.5

Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
22

2.3. Kerangka teori

Feritin seurm ↓
Pembawa sifat thalassemia-β atau HbE + Defisiensi besi Saturasi
transferin ↓
Destruksi prekursor Heme ↓
eritrosit intramedular
Hemolisis Globin ↓
ekstravaskular Aktivitas
Eritropoiesis eritropoiesis ↓
inefektif Sintesis
hemoglobin ↓ Rubriblas

Prorubrisit
Anemia Rubrisit

Metarubrisit
Rubriblas
Hipoksia HFR
Prorubrisit IRF
MFR
Rubrisit
Eritropoietin LFR
Metarubrisit

HFR Eritrosit
IRF Aktivitas
MFR eritropoiesis ↑ Hepsidin ↓

LFR

Eritrosit
Absorpsi besi Pelepasan simpanan
enterosit ↑ besi dari makrofag dan
hati ↑

Besi di darah ↑
Feritin ↓

Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
23

2.4.Kerangka konsep

Feritin serum ↓
Pembawa sifat thalassemia-β atau HbE + Defisiensi besi Saturasi
transferin ↓

Eritropoiesis Hemolisis Sintesis


inefektif ekstravaskular hemoglobin ↓ Aktivitas
eritropoiesis ↓

Rubriblas Rubriblas
Anemia
Prorubrisit Prorubrisit

Rubrisit Rubrisit

Metarubrisit Aktivitas Metarubrisit


eritropoiesis ↑
HFR HFR
IRF IRF
MFR MFR

LFR LFR

Eritrosit Eritrosit

Keterangan:

ruang lingkup penelitian

Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
24

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Desain penelitian


Penelitian ini menggunakan desain potong lintang. Data dilaporkan dalam
bentuk deskriptif analitik.

3.2. Tempat dan waktu penelitan


Subjek penelitian beserta data pendukung untuk mendapatkan profil
maturitas retikulosit pada orang dewasa normal diperoleh dari populasi umum dan
pasien uji kesehatan di RS Metropolitan Medical Center (MMC). Subjek
penelitian beserta data pendukung untuk mengetahui profil maturitas retikulosit
pada pembawa sifat thalassemia-β atau HbE diperoleh dari keluarga pasien
thalassemia di Poliklinik Thalassemia RSCM. Penelitian dilaksanakan pada bulan
Februari-November 2014.

3.3. Subjek penelitian


3.3.1. Subjek penelitian profil maturitas retikulosit pada orang dewasa
normal
Subjek penelitian adalah lelaki dan perempuan yang melakukan
pemeriksaan kesehatan (medical check up) di RS MMC dan populasi umum yang
memenuhi kriteria masukan.
Kriteria masukan:
1. Usia 18-60 tahun
2. Dinyatakan sehat berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik oleh
dokter, hasil pemeriksaan penyaring hematologi, aktivitas alanine
aminotransferase (ALT), kadar albumin, kadar kreatinin serum, c-reactive
protein (CRP) dan feritin serum dalam batas rentang rujukan
3. Bersedia mengikuti penelitian ini dan menandatangani informed consent

24 Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
25

3.3.2. Subjek penelitian profil maturitas retikulosit pada pembawa sifat


thalassemia-β atau hemoboglin E
Subjek penelitian adalah keluarga pasien thalassemia mayor (thalassemia-
β atau thalassemia-β/HbE) di Poliklinik Thalassemia RSCM serta memenuhi
kriteria masukan dan tolakan
Kriteria masukan
1. Usia 18-60 tahun
2. Bersedia mengikuti penelitian ini dan menandatangani informed consent
Kriteria tolakan
1. Menerima transfusi dalam 3 bulan terakhir
2. Hamil
3. Perdarahan

3.4. Besar sampel


Sampel diambil secara consecutive sampling sampai jumlah subjek
terpenuhi. Besar sampel untuk profil maturitas retikulosit pada orang dewasa
normal yang dapat digunakan sebagai nilai rujukan retikulosit ditetapkan
berdasarkan kriteria dari Clinical and Laboratory Standards Institute (CLSI) yaitu
minimal 120 subjek lelaki dan 120 subjek perempuan.
Tidak ada perhitungan besar sampel untuk subjek profil maturitas
retikulosit pada pembawa sifat thalassemia-β atau HbE. Besar sampel ditentukan
sebesar 100 subjek dan pengolahan data dilakukan secara deskriptif.

3.5. Batasan operasional


a. Usia dihitung berdasarkan tanggal lahir yang tercantum pada kartu
identitas yaitu kartu tanda penduduk (KTP), dinyatakan dalam tahun
b. Lelaki dan perempuan dilihat dari KTP
c. Pemeriksaan untuk nilai rujukan terdiri dari pemeriksaan penyaring yaitu
hemoglobin, VER, HER, KHER, leukosit, serta pemeriksaan aktivitas
ALT, kadar albumin, kreatinin serum, feritin dan CRP. Kadar hemoglobin
>12 g/dL. Kadar VER 82-92 fL. Kadar HER 27-31 pg. Kadar KHER 32-
36 g/dL. Jumlah leukosit 5.000-10.000/μL. Kreatinin serum dalam batas

Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
26

nilai rujukan bila pada lelaki 0,67-1,17 mg/dL dan perempuan 0,51-0,95
mg/dL.40 Aktivitas ALT dalam batas rentang rujukan bila pada lelaki <41
U/L dan perempuan <33 U/L.41 Kadar albumin dalam batas rentang
rujukan bila 3,5-5,2 g/dL.42 Kadar CRP dalam batas rentang rujukan bila
<5 mg/L.43 Kadar feritin serum dalam batas rentang rujukan bila 15-300
µg/L.44
d. Defisiensi besi ditentukan berdasarkan:
- Saturasi transferin <20%45, dan
- Feritin serum ≤15 ng/mL46
e. Diagnosis pembawa sifat thalassemia-β atau HbE ditentukan berdasarkan
hasil pemeriksaan elektroforesis hemoglobin sebagai berikut:47-49
- Pembawa sifat Thalassemia-β: HbA2 3,5-7%
- Pembawa sifat HbE: HbE 25-40%
f. Fraksi retikulosit terdiri dari: LFR, MFR, HFR, dan IRF

3.6. Bahan penelitian dan cara kerja


Bahan penelitian berupa 3 mL darah tripotassium ethylene diamine tetra
acetate (K3EDTA) dan 3 mL darah yang ditampung dalam tabung vakum clot
activator yang diambil dari vena cubiti.
Cara kerja untuk profil maturitas retikulosit pada orang dewasa normal,
popilasi umum dan peserta uji kesehatan (medical checkup) diberi penjelasan
mengenai penelitian, kemudian diminta kesediaannya untuk mengisi dan
menandatangani lembar informed consent kemudian dilakukan pengambilan darah
dari vena cubiti, sebanyak 6 mL. Tiga milliliter darah dimasukkan ke dalam
tabung vakum K3EDTA untuk pemeriksaan darah perifer lengkap, hitung
retikulosit dan fraksinya, dan 3 mL dimasukkan ke tabung vakum yang
mengandung clot activator untuk pemeriksaan kreatinin, ALT, albumin, CRP, dan
feritin.
Cara kerja untuk penelitian profil maturitas retikulosit pada pembawa sifat
thalassemia-β atau HbE, keluarga dari pasien thalassemia mayor diberi penjelasan
mengenai penelitian kemudian diminta kesediaannya untuk mengisi dan
menandatangani lembar informed consent. Selanjutnya ditanyakan hubungan

Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
27

kekeluargaan dengan pasien thalassemia mayor, yang diambil untuk penelitian ini
hanya orang tua dan saudara kandung pasien thalassemia mayor. Kemudian
dilakukan pengambilan darah dari vena cubiti sebanyak 6 ml, yang terdiri dari 3
mL ke dalam tabung K3EDTA dan 3 mL ke tabung clot activator. Darah
K3EDTA digunakan untuk pemeriksaan darah perifer lengkap, hitung retikulosit
dan fraksinya, serta elektroforesis hemoglobin. Serum dari darah dalam tabung
clot activator digunakan untuk pemeriksaan saturasi transferin, feritin serum, dan
CRP.

Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
28

3.7. Alur penelitian


1. Pemeriksaan profil maturitas retikulosit pada orang dewasa normal

Peserta uji kesehatan atau populasi umum

Informed consent

Dinyatakan sehat berdasarkan Dinyatakan tidak sehat berdasarkan


anamnesis dan pemeriksaan fisik anamnesis dan pemeriksaan fisik

6 mL darah Sampel ditolak

3 mL darah K3EDTA 3 mL darah beku

serum
Pemeriksaan Hb, VER, HER,
KHER, leukosit, retikulosit
dan fraksinya Pemeriksaan ALT, albumin,
kreatinin serum

Hb, VER, HER, KHER, leukosit, Hb, VER, HER, KHER, leukosit,
ALT, albumin, kreatinin serum di ALT, albumin, kreatinin serum
luar rentang rujukan dalam rentang rujukan

Sampel ditolak Sisa serum disimpan pada -200C

Pemeriksaan CRP, feritin serum

Dalam rentang rujukan Di luar rentang rujukan

Analisis data retikulosit dan fraksinya Sampel ditolak

Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
29

2. Pemeriksaan parameter retikulosit pada pembawa sifat thalassemia-β atau


hemogobin E

Keluarga pasien thalassemia mayor (thalassemia-β atau thalassemia-β/HbE)

Informed consent

Memenuhi kriteria masukan dan tolakan

6 mL darah

3 mL darah K3EDTA 3 mL darah beku

Pemeriksaan hemoglobin, VER, Disimpan pada -200C


HER, KHER, retikulosit dan
fraksinya, elektroforesis hemoglobin
Pemeriksaan saturasi transferrin,
feritin serum, CRP
Pembawa sifat thalassemia-β atau HbE

Tidak Ya

Sampel ditolak

3.8. Pemeriksaan
3.8.1. Pemeriksaan pendahuluan
Sebelum penelitian, dilakukan kalibrasi dan kontrol pada alat hitung sel
darah automatik Sysmex XN-2000. Selanjutnya dilakukan uji ketelitian within run
dan between day serta uji ketepatan menggunakan bahan kontrol XN-check
dengan nilai normal, agak tinggi, dan tinggi. Uji ketelitian within run
menggunakan bahan kontrol dilakukan sebanyak 5 kali berturut-turut pada hari
yang sama. Uji ketelitian between days dilakukan selama 5 hari berturut-turut
selama penelitian berlangsung. Uji ketepatan dilakukan setiap hari selama
penelitian berlangsung. Selain itu juga dilakukan uji ketelitian within run
menggunakan darah K3EDTA segar dengan nilai rendah, normal dan tinggi

Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
30

sebanyak 5 kali. Parameter yang dinilai adalah CV dan d dari HRR, HRA, IRF,
HFR, MFR, dan LFR. relatif dan absolut.

3.8.2. Pemeriksaan retikulosit

Pemeriksaan hemoglobin, retikulosit, LFR, MFR, HFR dan IRF50

Alat
1. Alat hitung sel darah automatik Sysmex XN-2000
2. Tabung K3EDTA

Bahan : Darah K3EDTA

Reagen
1. Cellpack DCL: berisi sodium chloride 0,7%, Tris buffer 0,2%, EDTA-2K
0,02%. Reagen ini merupakan diluen dan digunakan untuk menghitung
jumLah dan ukuran eritrosit dan trombosit dengan hydrodynamic focusing
(DC detection).
2. Cellpack DST: berisi sodium chloride 15,7%, Tris buffer 4,3%, EDTA-2K
0,4%. Reagen ini merupakan diluen terkonsentrasi dan digunakan untuk
menghitung jumlah dan ukuran eritrosit dan trombosit dengan hydrodynamic
focusing (DC detection).
3. Cellpack DFL: berisi Tricine buffer 0,17%. Reagen ini merupakan diluen dan
digunakan bersama dengan Fluorecell RET untuk menganalisis retikulosit,
atau bersama dengan Fluorecell PLT untuk menganalisis trombosit, dengan
metode flowsitometri.
4. Sulfolyser: berisi sodium lauryl sulfate 1,8%. Reagen ini digunakan untuk
menghitung konsentrasi hemoglobin
5. Lysercell WNR: berisi organic quatermary ammonium salts 0,2%, nonionic
surfactant 0,1%. Reagen ini digunakan bersama dengan Fluorocell WNR
untuk menganalisis hitung leukosit, basofil, dan eritrosit berinti. Lysercell
digunakan untuk menghemolisis eritrosit.

Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
31

6. Fluorocell WNR: berisi polymethine dye 0,005%, etilen glikol 99,9%. Reagen
ini digunakan untuk mewarnai sel berinti sehingga menghitung leukosit,
basofil dan eritrosit berinti.
7. Fluorocell RET: berisi polymethine dye 0,03%, metanol 7,9%, etilen glikol
92%. Reagen ini digunakan untuk mewarnai retikulosit sehingga dapat
menghitung retikulosit.
8. Fluorocell PLT: berisi oxazine dye 0,003%, etilen glikol 99,9%. Reagen ini
digunakan untuk mewarnai trombosit sehingga dapat menghitung trombosit
9. Cellclean: berisi sodium hypochlorite (konsentrasi chlorine 5%). Reagen ini
merupakan detergen dan digunakan untuk membersihkan residu selular dan
protein darah dari sistem hidrolik, detektor, dan tabung aspirasi darah utuh.

Bahan Kontrol
Bahan kontrol XN check 3 level
1. XN-check level 1 (no lot. 41951101), ED 05-10-2014
2. XN-check level 2 (no lot. 41951102), ED 05-10-2014
3. XN-check level 3 (no lot. 41951103), ED 05-10-2014

Prinsip pemeriksaan retikulosit


Retikulosit dianalisis menggunakan metode flowsitometri dengan laser
semikonduktor. Bahan pemeriksaan darah EDTA sebanyak 5 μL dihisap ke
dalam alat, kemudian diencerkan dengan Cellpack DFL sebanyak 1 mL, dan
dikirim ke reaction chamber. Pada saat bersamaan 20 μL Fluorecell RET
ditambahkan ke dalam darah yang telah diencerkan sebelumnya, sehingga
terbentuk pengenceran 1:204. Setelah diinkubasi 27 detik darah yang telah
diencerkan terwarnai. Untuk pewarnaan retikulosit dipakai zat warna fluorokrom
yaitu polymethine yang mewarnai RNA retikulosit. Sebanyak 3.3 μL darah yang
telah terwarnai dikirimkan ke optical detector block untuk dianalisis secara
flowcytometry by semi-conductor laser. Menghasilkan diagram 2 dimensi foward
scatte dan side fluorescence. Retikulosit yang telah diwarnai berjalan pada
aperture yang disinari laser dan menghasilkan fluoresensi. Forward scatter light
memberi informasi mengenai ukuran retikulosit dan side scatter light memberi

Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
32

informasi tentang intensitas fluoresensi sel berdasarkan kandungan RNA/DNA,


seperti pada gambar 3.2. Berdasarkan fluorosensi yang dihasilkan retikulosit
dibedakan menjadi tiga jenis yaitu high fluoroscence, middle fluoroscence, dan
low fluoroscence. Didapatkan 3 rasio dari masing-masing jenis fluoresensi
terhadap jumlah retikulosit yaitu high fluoroscence ratio (HFR), middle
fluoroscence ratio (MFR), low fluoroscence ratio (LFR), dan immature
reticulocyte fraction (IRF).

Cellpack DFL: Fluorecell RET:


1 mL 20 μL

1:204

Darah
5 μL 3.3 μL
27”

Gambar 3.1. Prinsip analisa retikulosit pada Sysmex XN-200050

Gambar 3.2. Scattergram retikulosit50

Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
33

Hitung retikulosit relatif (HRF) =


Jumlah partikel di zona retikulosit
X 100
Jumlah partikel di zona eritrosit matur + jumlah partikel di zona retikulosit
Hitung retikulosit absolut (HRA) = RET% x RBC
100
Low FluorescenceRatio (LFR) = 100 – HFR – MFR

Middle Fluorescence Ratio (MFR) = Jumlah partikel dalam zona MFR X 100
Jumlah partikel dalam zona retikulosit

High Fluorescence Ratio (HFR) = Jumlah partikel dalam zona HFR


X 100
Jumlah partikel dalam zona retikulosit

Immature Retikculocyte Fraction (IRF) = MFR + HFR

3.9. Pengolahan data


1. Data hasil uji ketelitian menggunakan bahan kontrol XN-check 3 level dan
bahan kontrol darah K3EDTA dilaporkan dalam bentuk rerata, SD, dan nilai
CV yang dinyatakan dalam persentase (%). Hasil uji ketepatan menggunakan
bahan kontrol XN-check dilaporkan dalam bentuk penyimpangan/deviasi (d)
terhadap nilai target yang dinyatakan dalam persentase (%). Penyimpangan
dihitung dari selisih terbesar antara nilai yang diperiksa dengan nilai target
kontrol dibagi dengan nilai target kontrol.
2. Data maturitas retikulosit pada orang dewasa normal untuk penetapan nilai
rujukan diolah menggunakan program statistial product and service solution
(SPSS) ver 20.0. Hasil disajikan dalam bentuk tabel. Untuk menghitung nilai
rujukan, sampel dikelompokkan menjadi kelompok lelaki dan perempuan,
kemudian dilakukan uji normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov untuk
menilai sebaran data. Untuk mengetahui adanya perbedaan data antara
kelompok lelaki dan perempuan digunakan uji t tidak berpasangan bila
distribusi data normal, dan uji Mann Whitney bila distribusi data salah satu
atau kedua kolompok tidak normal. Jika data antara lelaki dan perempuan
tidak berbeda bermakna maka pengolahan data digabung antara kedua
kelompok tersebut, sedangkan jika berbeda bermakna maka dilanjutkan
dengan uji deviasi normal baku dengan rumus berikut

Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
34

x1 = rerata kelompok lelaki


x2 = rerata kelompok perempuan
s1 = simpang baku kelompok lelaki
s2 = simpang baku kelompok perempuan
n1 = jumlah sampel kelompok lelaki
n2 = jumlah sampel kelompok perempuan

Selajutnya nilai z dibandingkan dengan nilai kritis z*


z* = 3 (N/240)1/2, N = total sampel
Bila rerata jumlah subjek pada setiap kelompok lelaki dan perempuan adalah
120 maka nilai z* adalah 3.
Nilai rujukan kelompok lelaki dan perempuan harus dipisah bila nilai z lebih
besar dari z*. Nilai rujukan kelompok lelaki dan perempuan digabung bila
nilai nilai z lebih kecil dari z*
Interval nilai rujukan menggunakan kisaran persentil 2,5 – 97,5%.
3. Data deskriptif maturitas retikulosit pada pembawa sifat thalassemia-β atau
HbE akan dianalisis dengan statistik deskriptif (umur, hemoglobin, hitung
retikulosit, nilai HFR, MFR, LFR, dan IRF relatif dan absolut).

Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
35

Pengolahan data profil maturitas retikulosit pada orang dewasa normal

Data nilai retikulosit lelaki Data nilai retikulosit perempuan

Uji distribusi data Kolmogorov Smirnov

Distribusi data normal Salah satu atau kedua distribusi data


(p>0,05) tidak normal (p<0,05)

Uji parametrik 2 kelompok tidak Uji non parametrik 2 kelompok tidak


berpasangan : Independent t test berpasangan : uji Mann Whitney

Data lelaki dan Data lelaki dan Data lelaki dan Data lelaki dan
perempuan perempuan tidak perempuan perempuan tidak
berbeda bermakna berbeda bermakna berbeda bermakna berbeda bermakna
p<,0,05 p>,0,05 p<,0,05 p>,0,05

Uji deviasi normal baku

Nilai rujukan lelaki dan


z > z* z < z* perempuan digabung

Nilai rujukan lelaki Nilai rujukan:


dan perempuan Persentil 2,5%-97,5%
dipisah

Nilai rujukan:
Persentil 2,5%-97,5%

Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
36

Pengolahan data profil maturitas retikulosit pada pembawa sifat


thalassemia-β atau hemoglobin E

Data retikulosit, HFR, MFR, LFR, IRF relatif dan absolut

Uji distribusi data Kolmogorov Smirnov

Distribusi data normal Salah satu atau kedua


(p>0,05) distribusi data
tidak normal (p<0,05)

Nilai retikulosit:
Rerata ± SD Nilai retikulosit:
Median (nilai terendah – nilai tertinggi)

Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
37

BAB 4
HASIL PENELITIAN

4.1. Uji ketelitian dan ketepatan


Uji ketelitian within run dan ketepatan hitung retikulosit dan fraksinya
dilakukan sebanyak 5 kali berturut-turut pada hari yang sama menggunakan bahan
kontrol XN-check level 1 (tinggi), level 2 (agak tinggi) dan level 3 (normal). Hasil
uji ketelitian within run dan ketepatan kontrol level 1, 2, dan 3 dapat dilihat pada
tabel 4.1, 4,2, dan 4.3.

Tabel 4.1. Hasil uji ketelitian within run dan ketepatan kontrol XN-check level 1
HRR (%) HRA IRF (%) LFR (%) MFR (%) HFR (%)
(10^6/uL)
Target 4,89 0,1154 36,3 63,7 29,8 6,5
1 4,89 0,1120 34,3 65,7 29,0 5,3
2 4,86 0,1108 34,4 65,6 27,3 7,1
3 4,89 0,1144 38,5 61,5 31,0 7,5
4 5,09 0,1186 36,6 63,4 31,0 5,6
5 5,04 0,1179 37,4 62,6 31,3 6,1
Mean 4,95 0,1147 36,24 63,76 29,92 6,32
SD 0,10 0,0035 1,85 1,85 1,73 0,95
CV (%) 2,09 3,02 5,11 2,91 5,78 15,03
d (%) (-0,61) – 4,09 (-3,99) – 2,77 (-5,51) – 6,06 (-3,45) – 2,98 (-8,39) – 5,03 (-18,4) – 9,2

Tabel 4.2. Hasil uji ketelitian within run dan ketepatan kontrol XN-check level 2
HRR (%) HRA IRF (%) LFR (%) MFR (%) HFR (%)
(10^6/uL)
Target 2,06 0,0916 35,2 64,8 29,2 6,0
1 1,9 0,0830 34,7 65,3 28,9 5,8
2 2,1 0,0916 34,1 65,9 27,1 7,0
3 2,16 0,0944 36,5 63,5 29,9 6,6
4 1,93 0,0845 33,9 66,1 27,7 6,2
5 1,98 0,0869 36,7 63,3 29,4 7,3
Mean 2,01 0,0881 35,18 64,82 28,60 6,58
SD 0,11 0,0048 1,33 1,33 1,17 0,60
CV (%) 5,55 5,46 3,78 2,05 4,09 9,14
d (%) (-7,77) - 4,85 (-9,39) - 3,06 (-3,69) - 4,26 (-2,31) - 1,70 (-5,14) - 2,40 (-3,33) - 21,67

37 Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
38

Tabel 4.3. Hasil uji ketelitian within run dan ketepatan kontrol XN-check level 3
HRR (%) HRA IRF (%) LFR (%) MFR (%) HFR (%)
(10^6/uL)
Target 0,89 0,0478 25,2 74,8 21,2 4,0
1 0,82 0,0432 28,8 71,2 24,3 4,5
2 0,83 0,0437 30,8 69,2 27,4 3,4
3 0,85 0,0449 27,0 73,0 23,0 4,0
4 0,84 0,0445 28,3 71,7 23,4 4,9
5 0,91 0,0479 27,2 72,8 23,0 4,2
Mean 0,85 0,0448 28,42 71,58 24,22 4,2
SD 0,04 0,0018 1,53 1,53 1,86 0,56
CV (%) 4,16 4,09 5,37 2,13 7,66 13,36
d (%) (-7,87) - 2,25 (-9,62) - 0,21 7,14 - 22,22 (-7,49) - (-2,41) 8,49 - 29,52 (-15,00) - 22,50

Uji ketelitian within run retikulosit dan fraksinya menggunakan 3 darah


K3EDTA dengan hitung retikulosit rendah, normal, dan tinggi dilakukan sebanyak
5 kali berturut-turut pada hari yang sama. Hasil uji ketelitian within run darah
K3EDTA dengan hitung retikulosit rendah, normal, dan tinggi dapat dilihat pada
tabel 4.4, 4.5, dan 4.6..

Tabel 4.4. Hasil uji ketelitian within run darah K3EDTA dengan hitung retikulosit
rendah
No HRR (%) HRA (10^6/uL) IRF (%) LFR (%) MFR (%) HFR (%)
1 0,20 0,0063 1,1 98,9 1,1 0
2 0,23 0,0074 0,9 99,1 0,9 0
3 0,19 0,0061 2,2 97,8 2,2 0
4 0,23 0,0072 1,8 98,2 1,8 0
5 0,24 0,0077 2,6 97,4 2,6 0
Mean 0,22 0,0069 1,72 98,28 1,72 *
SD 0,02 0,0007 0,72 0,72 0,72 *
CV (%) 9,94 10,12 41,80 0,73 41,80 *
Keterangan: * tidak dapat dihitung

Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
39

Tabel 4.5. Hasil uji ketelitian within run darah K3EDTA dengan hitung retikulosit
normal
No HRR (%) HRA (10^6/uL) IRF (%) LFR (%) MFR (%) HFR (%)
1 1,26 0,0655 6,5 93,5 5,8 0,7
2 1,22 0,0631 7,8 92,2 6,9 0,9
3 1,30 0,0669 6,7 93,3 6,3 0,4
4 1,23 0,0638 7,1 92,9 6,8 0,3
5 1,25 0,0645 6,1 93,9 5,5 0,6
Mean 1,25 0,0648 6,84 93,16 6,26 0,58
SD 0,03 0,0015 0,65 0,65 0,61 0,24
CV (%) 2,49 2,30 9,45 0,69 9,76 41,16

Tabel 4.6. Hasil uji ketelitian within run darah K3EDTA dengan hitung retikulosit
tinggi
No HRR (%) HRA (10^6/uL) IRF (%) LFR (%) MFR (%) HFR (%)
1 5,51 0,1592 14,0 86,0 8,2 5,8
2 5,10 0,1489 9,6 90,4 7,3 2,3
3 5,38 0,1603 8,8 91,2 8,7 0,1
4 5,70 0,1676 11,6 88,4 8,0 3,6
5 5,77 0,1696 11,2 88,8 9,2 2,0
Mean 5,50 0,1611 11,04 88,96 8,28 2,76
SD 0,27 0,0082 2,01 2,01 0,72 2,11
CV (%) 4,88 5,08 18,22 2,26 8,68 76,46

Uji ketelitian dan ketepatan between days retikulosit dan fraksinya


menggunakan bahan kontrol XN-check level 1, level 2 dan level 3 dilakukan
sebanyak 5 hari berturut-turut selama penelitian berlangsung. Hasil uji ketelitian
between days dan ketepatan kontrol level 1, 2, dan 3 dapat dilihat pada tabel 4.7,
4.8, dan 4.9.

Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
40

Tabel 4.7. Hasil uji ketelitian between days dan ketepatan kontrol XN-check level 1
HRR (%) HRA IRF (%) LFR (%) MFR (%) HFR (%)
(10^6/uL)
Target 4,89 0,1154 36,3 63,7 29,8 6,5
1 5,31 0,1269 39,1 60,9 31,9 7,2
2 5,16 0,1228 35,8 64,2 29,4 6,4
3 5,29 0,1222 37,6 62,4 31,0 6,6
4 5,38 0,1259 38,2 61,8 31,8 6,4
5 5,26 0,1247 35,9 64,1 29,5 6,4
Mean 5,28 0,1245 37,32 62,68 30,72 6,60
SD 0,08 0,0020 1,44 1,44 1,21 0,35
CV (%) 1,52 1,60 3,87 2,30 3,94 5,25
d (%) 5,52 - 10,02 5,89 - 9,10 (-1,38) - 7,71 (-4,40) - 0,78 (-1.34) - 7.05 (-1,54) - 10,77

Tabel 4.8. Hasil uji ketelitian between days dan ketepatan kontrol XN-check level 2
HRR (%) HRA IRF (%) LFR (%) MFR (%) HFR (%)
(10^6/uL)
Target 2,06 0,0916 35,2 64,8 29,2 6,0
1 2,14 0,0942 36,7 63,3 31,4 5,3
2 2,12 0,0941 38,2 61,8 32,9 5,3
3 2,17 0,0957 37,9 62,1 30,2 7,7
4 2,15 0,0950 36,3 63,7 30,9 5,4
5 2,19 0,0970 35,1 64,9 28,7 6,4
Mean 2,15 0,0952 36,84 63,16 30,82 6,02
SD 0,03 0,0012 1,26 1,26 1,54 1,05
CV (%) 1,25 1,26 3,41 1,99 5,01 17,40
d (%) 2,91 - 6,31 2,73 - 5,90 (-0,28) – 8,52 (-4,63) - 0,15 (-1,71) - 12,67 (-11,67) - 28,33

Tabel 4.9. Hasil uji ketelitian between days dan ketepatan kontrol XN-check level 3
HRR (%) HRA IRF (%) LFR (%) MFR (%) HFR (%)
(10^6/uL)
Target 0,89 0,0478 25,2 74,8 21,2 4,0
1 0,93 0,0493 25,6 74,4 20,5 5,1
2 0,93 0,0496 24,3 75,7 20,2 4,1
3 0,79 0,0416 28,8 71,2 24,6 4,2
4 0,79 0,0419 27,6 72,4 22,4 5,2
5 0,88 0,0470 26,5 73,5 21,9 4,6
Mean 0,86 0,0459 26,56 73,44 21,92 4,64
SD 0,07 0,0039 1,74 1,74 1,76 0,50
CV (%) 8,17 8,51 6,56 2,37 8,03 10,84
d (%) (-11,24) - 4,49 (-12,97) - 3,77 (-3,57) - 14,29 (-4,81) - 1,20 (-4,72) - 16,04 2,50 – 30.00

Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
41

Rekomendasi pabrik untuk CV MFR dan HFR adalah ≤50% dan ≤100%
Nilai CV yang sangat tinggi tersebut menunjukkan bahwa ketelitian pemeriksaan
HFR dan MFR sangat rendah sehingga hasil pengukuran kedua parameter dengan
menggunakan XN-2000 tidak dapat dipercaya.

4.2. Nilai rujukan retikulosit dan fraksinya


4.2.1. Subjek penelitian
Sebanyak 149 lelaki dan 138 perempuan peserta uji kesehatan dan
populasi umum yang dinyatakan sehat setelah dilakukan pemeriksaan penyaring
didapatkan 129 lelaki dan 120 perempuan yang memenuhi kriteria masukan dan
tolakan. Alasan peserta tidak memenuhi kriteria masukan atau tolakan antara lain
terdapat mikrositik hipokrom, makrositik, peningkatan CRP dan ALT, serta
penurunan feritin, seperti yang dapat dilihat pada Tabel 4.10.

Tabel 4.10. Alasan bahan pemeriksaan yang tidak memenuhi kriteria masukan
atau tolakan
Alasan Lelaki Perempuan

Mikrositik hipokrom saja 5 2

Feritin <15 μg/L tanpa mikrositik hipokrom 0 3

Mikrositik hiporkom dan feritin <15 μg/L tanpa anemia 0 2

Anemia mikrositik hipokrom dan feritin <15 μg/L 0 9

Makrositik 3 0

CRP >5 mg/L tanpa leukositosis 4 0

CRP >5 mg/L dan leukositosis 7 2

ALT >41U/L (lelaki) 1 0

Total 20 18

4.2.2. Karakteristik subjek


Subjek penelitian terdiri dari 129 lelaki dan 120 perempuan dengan
rentang usia 18-60 tahun. Empat (1.6%) subjek berada pada kelompok usia 18-20
tahun, 77 (30,9%) subjek berada pada kelompok usia 21-30 tahun, 75 (30,1%)
subjek berada pada kelompok 31-40 tahun, 72 (28,9%) subjek berada pada

Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
42

kelompok 41-50 tahun, 21 (8,4%) subjek berada pada kelompok usia 51-60 tahun,
seperti terlihat pada gambar 4.1.

Gambar 4.1. Distribusi usia subjek penelitian nilai rujukan retikulosit dan
fraksinya

4.2.3. Perhitungan statistik


Pada hasil masing-masing parameter retikulosit dan fraksinya terdapat
beberapa pencilan (outlier). Eliminasi pencilan dilakukan menurut kriteria
Chauvenet.51 Perhitungan untuk eliminasi pencilan tersebut dapat dilihat pada
Lampiran 4. Setelah pencilan dieliminasi kemudian dihitung nilai rujukan
retikulosit dan fraksinya. Hasil uji deviasi normal baku parameter retikulosit dan
fraksinya untuk mengetahui apakah nilai rujukan kelompok lelaki dan perempuan
dipisah atau digabung dapat dilihat pada Lampiran 5.
Hasil uji kemaknaan perbedaan data kelompok lelaki dan perempuan
parameter HRR didapatkan tidak terdapat perbedaan bermakna (p=0,590)
sehingga nilai rujukan HRR kelompok lelaki dan perempuan digabung. Nilai
rujukan HRR adalah 0,7 – 2,2%.
Hasil uji kemaknaan perbedaan data kelompok lelaki dan perempuan
parameter HRA didapatkan perbedaan bermakna (p=0,001). Hasil perhitungan uji
deviasi normal baku parameter HRA didapatkan 3,3 sehingga nilai rujukan HRA
kelompok lelaki dan perempuan dipisah. Nilai rujukan HRA lelaki adalah 35.988
– 101.198 /µL dan perempuan adalah 26.400 – 105.000 /µL.

Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
43

Hasil uji kemaknaan perbedaan data kelompok lelaki dan perempuan


parameter IRF relatif didapatkan perbedaan bermakna (p=0,008). Hasil
perhitungan uji deviasi normal baku parameter IRF relatif didapatkan 2,4
sehingga nilai rujukan IRF relatif kelompok lelaki dan perempuan digabung yaitu
2,4 – 13,4%.
Hasil uji kemaknaan perbedaan data kelompok lelaki dan perempuan
parameter IRF absolut didapatkan perbedaan bermakna (p=0,001). Hasil
perhitungan uji deviasi normal baku parameter IRF absolut didapatkan 3,3
sehingga nilai rujukan IRF absolut kelompok lelaki dan perempuan dipisah. Nilai
rujukan IRF absolut lelaki adalah 1.343 – 10.049 /µL dan perempuan adalah 764 –
11.223/µL.
Hasil uji kemaknaan perbedaan data kelompok lelaki dan perempuan
parameter LFR relatif didapatkan perbedaan bermakna (p=0,008). Hasil
perhitungan uji deviasi normal baku parameter LFR relatif didapatkan 2,4
sehingga nilai rujukan LFR relatif kelompok lelaki dan perempuan digabung yaitu
86,6 – 97,4%.
Hasil uji kemaknaan perbedaan data kelompok lelaki dan perempuan
parameter LFR absolut didapatkan perbedaan bermakna (p=0,001). Hasil
perhitungan uji deviasi normal baku parameter LFR absolut didapatkan 3,3
sehingga nilai rujukan IRF absolut kelompok lelaki dan perempuan dipisah. Nilai
rujukan LFR absolut lelaki adalah 32.444 – 97.573 /µL dan perempuan adalah
25.634 – 92.063 /µL.

Tabel 4.11. Nilai rujukan retikulosit dan fraksinya


Parameter Satuan Lelaki Perempuan
HRR* % 0.7 – 2.2
HRA /μL 35.988 – 101.198 26.400 – 105.000
IRF relatif* % 2,4 – 13,4
IRF absolut /μL 1.343 – 10.049 764 – 11.223
LFR relatif* % 86,6 – 97,4
LFR absolut /μL 32.444 – 97.573 25.634 – 92.063
Keterangan
*nilai rujukan lelaki dan perempuan sama

Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
44

4.3. Profil maturitas retikulosit pada pembawa sifat thalassemia-β atau


hemoglobin E
4.3.1. Subjek penelitian
Subjek penelitian adalah anggota keluarga dari pasien thalassemia yang
berobat ke poliklinik thalassemia RSCM dan memenuhi kriteria masukan dan
tolakan. Sebanyak 113 orang yang setuju mengikuti penelitian ini, dan 15 di
antaranya dieksklusi karena hasil elektroforesis hemoglobin tidak sesuai
thalassemia-β trait atau HbE trait. Subjek penelitian sebanyak 98 orang
dikelompokkan menjadi kelompok tanpa defisiensi besi (90 orang, 91,8%) dan
dengan defisiensi besi (8 orang, 8,2%) berdasarkan hasil saturasi transferin dan
feritin.

4.3.2. Karakteristik subjek penelitian


Subjek penelitian sebanyak 98 orang terdiri dari 26 lelaki dan 72
perempuan. Tabel 4.11 menunjukkan gambaran karakteristik subjek berdasarkan
kadar hemoglobin, VER, HER, dan KHER, hasil elektroforesis hemoglobin,
saturasi transferin, dan feritin.

Tabel 4.12. Karakteristik subjek pembawa sifat thalassemia-β atau hemoglobin E


Parameter Lelaki (n:26) Perempuan (n:72)
Hemoglobin (g/dL) 13,7 ± 1,3 11,2 ± 1,0
VER (fL) 68,3 (60,9 – 80,7) 64,0 (59,0 – 81,8)
HER (pg) 22,0 (18,7 – 26,5) 19,7 (17,4 – 28,8)
KHER (g/dL) 32,0 ± 1,0 31,2 (29,2 – 35,4)
Elektroforesis hemoglobin
Thalassemia-β trait 14 58
(subjek) 12 14
HbE trait (subjek)
Saturasi transferin (%) 33,95 ± 11,16 28,8 ± 10,0
Feritin (ng/mL) 170,9 ± 92,2 62,5 (5,4 – 263,4)

Berdasarkan hasil saturasi transferin dan feritin, subjek penelitian


pembawa sifat thalassemia-β atau HbE dibagi menjadi kelompok tanpa defisiensi
besi dan kelompok dengan defisiensi besi. Pada penelitian ini terdapat 90 (91,8%)

Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
45

subjek tanpa defisiensi besi dan 8 (8,2%) subjek dengan defisiensi besi dan
seluruh delapan subjek tersebut adalah perempuan. Tabel 4.12. menunjukkan
karakteristik subjek tanpa defisiensi besi dan dengan defisiensi besi. Pada subjek
lelaki, empat (15,4%) orang memiliki kadar hemoglobin <12 g/dL. Pada subjek
perempuan, 58 (76,3%) orang memiliki kadar hemoglobin <12 g/dL, yang terdiri
dari 27 orang dengan kadar hemoglobin <12 g/dL, 21 orang <11 g/dL, dan 10
orang <10 g/dL. Pada subjek perempuan dengan defisiensi besi, hanya satu dari
Sembilan subjek yang memiliki Hb 13,5 g/dL, sisanya memiliki Hb <12 g/dL.

Tabel 4.13. Karakteristik subjek pembawa sifat thalassemia-β atau hemoglobin E


tanpa defisiensi besi dan dengan defisiensi besi
Keterangan Subjek tanpa defisiensi besi Subjek dengan defisiensi besi
n: 90 n: 8
Jenis kelamin
Lelaki 26 orang 0 orang
Perempuan 64 orang 8 orang
Hemoglobin (g/dL)
Lelaki 13,7 ± 1,3 Tidak ada subjek
Perempuan 11,2 ± 1,0 10,9 ± 1,3
VER (fL) 64,1 (59,0 – 81,8) 64,2 ± 5,4
HER (pg) 20,1 (17,8 – 28,8) 18,9 (17,4 – 25,6)
KHER (g/dL) 31,4 (29,2 – 35,4) 30,7 ± 1,4
Saturasi transferin (%) 31,8 ± 9,6 14,3 ± 4,1
Feritin (ng/mL) 90,5 (16,4 – 365,0) 11,6 ± 4,1
Elektroforesis hemogloblin
Thalassemia-β trait 65 subjek 7 subjek
HbE trait 25 subjek 1 subjek

4.3.3. Profil maturitas retikulosit


Gambaran parameter hematologi, retikulosit dan fraksinya pada orang
sehat dan pembawa sifat thalassemia-β atau HbE tanpa dan dengan defisiensi besi
dapat dilihat pada tabel 4.14 dan 4.15.

Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
46

Tabel 4.14.Gambaran parameter hematologi, retikulosit dan fraksinya pada orang


sehat dan pembawa sifat thalassemia-β atau HbE lelaki
Parameter Sehat Pembawa sifat thal- Pembawa sifat HbE
B tanpa def besi tanpa def besi
n:129 n:14 n:12
Hb (g/dL) 15,4 ± 1,0 12,9 ± 1,1 14,6 ± 0,8
VER (fL) 86,9 ± 2,6 64,1 ± 3,1 74,9 ± 3,0
HER (pg) 29,4 ± 1,1 20,0 ± 1,2 24,7 ± 1,1
KHER (g/dL) 33,8 ± 0,8 31,2 ± 0,5 33,0 ± 0,5
HRR (%) 1,28 ± 0,3 1,39 ± 0,50 1,03 ± 0,28
HRA (/uL) 66.706 ± 16.793 89.814 ± 35.326 61.800 ± 20.604
IRF (%) 7.3 ± 2.5 16,9 ± 7,9 10,5 ± 3,1
IRF absolut (/uL) 5.012 ± 2.307 16.750 ± 12.209 6.930 ± 4.296
LFR (%) 92,6 ± 2,5 83,2 ± 7,9 89,5 ± 3,1
LFR absolut (/uL) 62.018 ± 15.703 73.064 ± 25.598 54.870 ± 16.498

Tabel 4.15. Gambaran parameter hematologi, retikulosit dan fraksinya pada orang
sehat dan pembawa sifat thalassemia-β atau HbE perempuan
Parameter Sehat Pembawa sifat Pembawa sifat Pembawa sifat Pembawa
thal-β tanpa thal-β dengan HbE tanpa def sifat HbE
def besi def besi besi dengan def
besi
n:120 n:51 n:7 n:13 n:1
Hb (g/dL) 13,4 ± 1,0 11,0 ± 0,8 10,9 ± 1,4 12,1 ± 1,0 10,3
VER (fL) 87,7 ± 3,3 63,2 ± 2,1 63,6 ± 5,8 76,4 ± 4,1 69,5
HER (pg) 29,4 ± 1,4 19,6 ± 0,8 19,5 ± 2,8 25,2 ± 2,0 22,2
KHER (g/dL) 33,5 ± 0,9 31,0 ± 0,6 30,6 ± 1,6 33,0 ± 1,2 31,9
HRR (%) 1,30 ± 0,4 1,50 ± 0,35 1,20 ± 0,44 1,12 ± 0,37 0,84
HRA (/uL) 59.385 ± 84.055 ± 52.359 ± 53.700 ± 18.625 39.100
18.206 19.610 22.034
IRF (%) 6,3 (0,2 – 13,0 ± 3,4 15,8 ± 6,9 10,2 ± 3,3 11,4
14,7)
IRF absolut 3.577 (169 – 11.008 ± 3.913 7.715 ± 4.073 5.387 ± 2.328 4.500
(/uL) 15.237)
LFR (%) 93,7 (85,3 – 87,0 ± 3,4 84,2 ± 6,9 89,8 ± 3,3 88,6
97,7 0
LFR absolut 55.203 ± 73.047 ± 44.643 ± 48.313 ± 16.871 34.600
(/uL) 16.179 17.030 19.574

Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
47

Dari table 4.14 dan 4.15 terlihat bahwa kadar Hb, VER, HER, dan KHER
pembawa sifat thalassemia-β atau HbE lebih rendah dari orang sehat. Kadar Hb,
VER, HER, dan KHER pembawa sifat thalassemia-β lebih tinggi dari pembawa
sifat HbE.
Nilai HRR dan HRA pembawa sifat thalassemia-β lebih tinggi daripada
pembawa sifat HbE. Pada pembawa sifat thalassemia-β, IRF lebih tinggi daripada
pembawa sifat HbE, sedangkan LFR lebih rendah daripada pembawa sifat HbE.
Sebagian besar pembawa sifat thalassemia-β atau HbE memiliki hasil HRR dan
HRA normal. Nilai IRF pembawa sifat thalassemia-β atau HbE lebih tinggi dari
pada nilai rujukan orang normal. Hasil retikulosit dan fraksinya pada subjek
dengan defisiensi besi lebih rendah daripada subjek tanpa defisiensi besi.

Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
48

BAB 5
PEMBAHASAN

5.1. Uji ketelitian dan ketepatan


Hasil uji ketelitian within run pemeriksaan retikulosit dan fraksinya
menggunakan bahan kontrol XN-Check ketiga level masih dalam batas yang
diperkenankan pabrik yaitu CV ≤15% untuk parameter HRR dan HRA, CV ≤30%
untuk IRF dan LFR, CV ≤50% untuk MFR, dan CV ≤100% untuk HFR50, seperti
yang terlihat pada Tabel 5.1.Hasil uji ketepatan juga masih dalam batas yang
diperkenankan pabrik yaitu d ±20% untuk parameter HRR dan HRA, d ±30%
untuk parameter IRF, LFR, MFR, dan HFR, seperti yang terlihat pada Tabel 5.2.
Peneliti tidak mendapatkan data pembanding dari penelitian lain untuk hasil uji
ketepatan dan ketelitian parameter retikulosit dan fraksinya menggunakan Sysmex
XN-2000.

Tabel 5.1. Perbandingan hasil uji ketelitian within run kontrol XN-Check dengan
rekomendasi pabrik50
Penelitian Parameter CV (%)
Level 1 Level 2 Level 3
Peneliti HRR 2,09 5,55 4,16
Rekomendasi pabrik ≤15 ≤15 ≤15
Peneliti HRA 3,02 5,46 4,09
Rekomendasi pabrik ≤15 ≤15 ≤15
Peneliti IRF 5,11 3,78 5,37
Rekomendasi pabrik ≤30 ≤30 ≤30
Peneliti LFR 2,91 2,05 2,13
Rekomendasi pabrik ≤30 ≤30 ≤30
Peneliti MFR 5,78 4,09 7,66
Rekomendasi pabrik ≤50 ≤50 ≤50
Peneliti HFR 15,03 9,14 13,36
Rekomendasi pabrik ≤100 ≤100 ≤100

48 Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
49

Tabel 5.2. Perbandingan hasil uji ketepatan within run kontrol XN-Check dengan
rekomendasi pabrik50
Penelitian Parameter d (%)
Level 1 Level 2 Level 3
Peneliti HRR (-0,61) – 4,09 (-7,77) – 4,85 (-7,87) – 2,25
Rekomendasi pabrik d ±20% d ±20% d ±20%
Peneliti HRA (-3,99) – 2,77 (-9,39) – 3,06 (-9,62) – 0,21
Rekomendasi pabrik d ±20% d ±20% d ±20%
Peneliti IRF (-5,51) – 6,06 (-3,69) – 4,26 7,14 – 22,22
Rekomendasi pabrik d ±30% d ±30% d ±30%
Peneliti LFR (-3,45) – 2,98 (-2,31) – 1,70 (-7,49) - (-2,41)
Rekomendasi pabrik d ±30% d ±30% d ±30%
Peneliti MFR (-8,39) – 5,03 (-5,14) – 2,40 8,49 – 29,52
Rekomendasi pabrik d ±30% d ±30% d ±30%
Peneliti HFR (-18,4) – 9,2 (-3,33) – 21,67 (-15,00) – 22,50
Rekomendasi pabrik d ±30% d ±30% d ±30%

Tabel 5.3 memperlihatkan hasil uji ketelitian within run menggunakan 3


darah K3EDTA. Rekomendasi pabrik untuk CV parameter retikulosit dan fraksiya
hanya untuk level normal dan tinggi, sedangkan untuk level rendah tidak tertulis
nilai CV. Nilai CV within run parameter retikulosit level normal dan tinggi dalam
batas CV yang direkomendasikan oleh pabrik.

Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
50

Tabel 5.3. Perbandingan hasil uji ketelitian within run darah K3EDTA dengan
rekomendasi pabrik50
Penelitian Parameter CV (%)
Level rendah Level normal Level tinggi
Peneliti HRR 9,94 2,49 4,88
Rekomendasi pabrik Tidak ada data ≤15 ≤15
Peneliti HRA 10,12 2,30 5,08
Rekomendasi pabrik Tidak ada data ≤15 ≤15
Peneliti IRF 41,80 9,45 18,22
Rekomendasi pabrik Tidak ada data ≤30 ≤30
Peneliti LFR 0,73 0,69 2,26
Rekomendasi pabrik Tidak ada data ≤30 ≤30
Peneliti MFR 41,80 9,76 8,68
Rekomendasi pabrik Tidak ada data ≤50 ≤50
Peneliti HFR 0 41,16 76,46
Rekomendasi pabrik Tidak ada data ≤100 ≤100

Hasil uji ketelitian between days dan ketepatan pemeriksaan retikulosit


dan fraksinya menggunakan bahan kontrol XN-Check level 1, 2, dan 3 masih
dalam batas yang diperkenankan pabrik, seperti yang terlihat pada Tabel 5.4 dan
Tabel 5.5.

Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
51

Tabel 5.4. Perbandingan hasil uji ketelitian between days kontrol XN-Check
dengan rekomendasi pabrik50
Penelitian Parameter CV (%)
Level 1 Level 2 Level 3
Peneliti HRR 1,52 1,25 8,17
Rekomendasi pabrik ≤15 ≤15 ≤15
Peneliti HRA 1,60 1,26 8,51
Rekomendasi pabrik ≤15 ≤15 ≤15
Peneliti IRF 3,87 3,41 6,56
Rekomendasi pabrik ≤30 ≤30 ≤30
Peneliti LFR 2,30 1,99 2,37
Rekomendasi pabrik ≤30 ≤30 ≤30
Peneliti MFR 3,94 5,01 8,03
Rekomendasi pabrik ≤50 ≤50 ≤50
Peneliti HFR 5,25 17,40 10,84
Rekomendasi pabrik ≤100 ≤100 ≤100

Tabel 5.5. Perbandingan hasil uji ketepatan between days kontrol XN-Check
dengan rekomendasi pabrik50
Penelitian Parameter d (%)
Level 1 Level 2 Level 3
Peneliti HRR 5,52 – 10,02 2,91 – 6,31 (-11,24) – 4,49
Rekomendasi pabrik d ±20% d ±20% d ±20%
Peneliti HRA 5,89 – 9,10 2,73 – 5,90 (-12,97) – 3,77
Rekomendasi pabrik d ±20% d ±20% d ±20%
Peneliti IRF (-1,38) – 7,71 (-0,28) – 8,52 (-3,57) – 14,29
Rekomendasi pabrik d ±30% d ±30% d ±30%
Peneliti LFR (-4,40) – 0,78 (-4,63) – 0,15 (-4,81) – 1,20
Rekomendasi pabrik d ±30% d ±30% d ±30%
Peneliti MFR (-1,34) – 7,05 (-1,71) – 12,67 (-4,72) – 16,04
Rekomendasi pabrik d ±30% d ±30% d ±30%
Peneliti HFR (-1,54) – 10,77 (-11,67) – 28,33 2,50 – 30,00
Rekomendasi pabrik d ±30% d ±30% d ±30%

Rekomendasi pabrik untuk CV MFR dan HFR adalah ≤50% dan ≤100%
Nilai CV yang sangat tinggi tersebut menunjukkan bahwa ketelitian pemeriksaan
HFR dan MFR sangat rendah sehingga hasil pengukuran kedua parameter dengan
menggunakan XN-2000 tidak dapat dipercaya.

Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
52

5.2. Nilai rujukan retikulosit dan fraksinya


Pada penelitian ini jumlah subjek adalah 129 lelaki dan 120 perempuan.
Jumlah subjek tersebut memenuhi jumlah sampel minimal yang harus dipenuhi
yaitu minimal 120 untuk masing-masing kelompok.
Nilai rujukan parameter HRR baik lelaki maupun perempuan adalah 0,7 –
2,2%. Hasil tersebut lebih tinggi daripada penelitian oleh Wirawan, 20065, seperti
terlihat pada Tabel 5.6. Variasi nilai rujukan beberapa penelitian dapat disebabkan
perbedaan kriteria masukan dan tolakan, etnik, jumlah subjek, serta model alat
hematologi yang dipakai.

Tabel 5.6. Nilai rujukan HRR berbagai penelitian


Penelitian Jumlah subjek Etnis HRR (%) Keterangan
(orang)
Penelitian ini 249 Indonesia 0,70 – 2,20 Sysmex XN-2000
(L: 129, P: 120)
Ambayya dkk, 1376 Melayu, Cina, 0,40 – 1,60 Sysmex XE-5000
201452 India
(L: 469, P: 907)
Pekelhering dkk, 309 Belanda 0,43 – 1,36 Sysmex XE-5000
201053
(L: 133, P: 176)
Sehgal dkk, 100 India 0,42 – 1,82 Sysmex XE-2100
201354
(L: 54, P: 46)
Wirawan, 2006 5
240 Indonesia 0,50 – 2,00 Sysmex XT-2000i
(L: 120, P: 120)
Van den Bossche 317 Belgia 0,61 – 2,16 Abx Pentra 120 Retic
dkk, 200255
(L:142, P: 175) 0,61 – 1,79 Coulter Gen-S
0,44 – 1,55 Sysmex SE 9500
0,61 – 2,24 Abbott Cell Dyn 4000
0,50 – 1,40 Bayer Advia 120

Keterangan: L: lelaki, P: perempuan

Nilai rujukan parameter HRA lebih tinggi dari berbagai penelitian ini,
seperti yang terlihat pada tabel 5.7. Hal ini kemungkinan disebabkan perbedaan
kriteria masukan dan tolakan, etnik, jumlah subjek, serta model alat hematologi
yang dipakai.

Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
53

Tabel 5.7. Nilai rujukan HRA berbagai penelitian


Penelitian Jumlah Etnis HRA (/μL) Keterangan
Subjek
Lelaki Perempuan
Penelitian 249 Indonesia 35.988 – 101.198 26.400 – 105.000 Sysmex XN-2000
ini
(L: 129,
P: 120)
Pekelhering 309 Belanda 23.000 – 70.100 17.000 – 63.800 Sysmex XE-5000
dkk, 201053
(L: 133,
P: 176)
Wirawan, 240 Indonesia 24.000 – 110.000 24.000 – 95.000 Sysmex XT-2000i
20065
(L: 120,
P: 120)
Van den 317 Belgia 31.000 – 130.000 22.000 – 95.000 Abx Pentra 120 Retic
Bossche
(L:142, 30.000 – 90.000 24.000 – 73.000 Coulter Gen-S
dkk, 200255
P: 175)
16.000 – 70.000 16.000 – 66.000 Sysmex SE 9500
30.000 – 110.000 21.000 – 98.000 Abbott Cell Dyn 4000
29.000 – 69.000 19.000 – 64.000 Bayer Advia 120

Nilai rujukan parameter IRF relatif pada penelitian berbeda dengan


berbagai penelitian lain, seperti yang terlihat pada tabel 5.8. Hal ini kemungkinan
disebabkan perbedaan kriteria masukan dan tolakan, etnik, jumlah subjek, serta
model alat hematologi yang dipakai.
Nilai rujukan IRF absolut pada penelitian ini adalah 1.343 – 10.049 /μL
(lelaki) dan 764 – 11.223 /μL (perempuan). Peneliti tidak mendapatkan data
pembanding dari penelitian lain untuk nilai rujukan IRF absolut.

Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
54

Tabel 5.8. Nilai rujukan IRF relatif berbagai penelitian


Penelitian Jumlah subjek Etnis IRF (%) Keterangan
Penelitian ini 249 Indonesia 2,4 – 13,4 Sysmex XN-2000
(L: 129, P: 120)
Ambayya dkk, 1376 Melayu, Cina, 0 – 8,9 Sysmex XE-5000
201452 (L: 469, P: 907) India
Pekelhering 309 Belanda 1,6 – 10,5 Sysmex XE-5000
dkk, 201053 (L: 133, P: 176)
Sehgal dkk, 100 India 2,00 – 16,52 Sysmex XE-2100
201354 (L: 54, P: 46)
Wirawan, 2006 5
240 Indonesia 1,4 – 14,6 Sysmex XT-2000i
(L: 120, P: 120)
Van den 317 Belgia 0,14 – 0,35 Abbott Cell Dyn
Bossche dkk, (L:142, P: 175) 4000
200255
Keterangan: L: lelaki, P: Perempuan

Nilai rujukan parameter LFR relatif pada penelitian ini berbeda dengan
berbagai penelitian lain, seperti yang terlihat pada tabel 5.9. Hal ini kemungkinan
disebabkan perbedaan kriteria masukan dan tolakan, etnik, jumlah subjek, serta
model alat hematologi yang dipakai.
Nilai rujukan LFR absolut pada penelitian ini adalah 32.444 – 97.573 /μL
(lelaki) dan 25.634 – 92.063 /μL (perempuan). Peneliti tidak mendapatkan data
pembanding dari penelitian lain untuk nilai rujukan LFR absolut.

Tabel 5.9. Nilai rujukan LFR relatif berbagai penelitian


Penelitian Jumlah subjek (orang) Etnis LFR (%) Keterangan
Penelitian ini 249 Indonesia 86,6 – 97,4 Sysmex XN-2000
(L: 129, P: 120)
Pekelhering 309 Belanda 89,9 – 98,4 Sysmex XE-5000
dkk, 201053 (L: 133, P: 176)
Sehgal dkk, 100 India 82,47 – 97,99 Sysmex XE-2100
201354 (L: 54, P: 46)
Wirawan, 2006 5
240 Indonesia 85,4 – 98,6 Sysmex XT-2000i
(L: 120, P: 120)
Van den 317 Belgia 84,6 – 97,1 Sysmex SE-9500
Bossche dkk, (L:142, P: 175) 88,3 – 98,0 Bayer Advia 120
200255
Keterangan: L: lelaki, P: perempuan

Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
55

5.3. Profil maturitas retikulosit pada pembawa sifat Thalassemia-β atau


hemoglobin E
Pada penelitian ini didapatkan 8 (11.1%) dari 98 subjek pembawa sifat
thalassemia-β dan HbE yang mengalami defisiensi besi. Semua subjek tersebut
adalah perempuan. Jumlah ini lebih rendah daripada penelitian Dolai dkk6 pada
pasien thalassemia minor di India dengan defisiensi besi sebanyak 29,67% pada
perempuan dan 3,38% pada lelaki. Tidak didapatkan lelaki dengan defisiensi besi
kemungkinan disebabkan jumlah subjek lelaki hanya sedikit yaitu 26 orang.
Subjek perempuan lebih banyak disebabkan kebanyakan pasien yang berobat ke
poliklinik Thalassemia RSCM diantarkan oleh ibunya yang kemudian menjadi
subjek penelitian ini. Lebih tingginya defisiensi besi pada perempuan dapat
disebabkan adanya kehilangan darah saat menstruasi.
Pada penelitian ini kadar hemoglobin pada subjek dengan defisiensi besi
lebih rendah daripada subjek tanpa defisiensi besi, tetapi nilai VER dan HER
antara kedua kelompok tidak terlalu berbeda. Hasil hematologi tersebut mirip
dengan hasil penelitian Dolai dkk seperti yang terlihat pada Tabel 5.12.

Tabel 5.10. Perbandingan data hemoglobin, VER, HER antara subjek pembawa
sifat thalassemia-β dan HbE dengan dan tanpa defisiensi besi
Parameter Penelitian ini Penelitian Dolai dkk, 20126
Tanpa defisiensi Defisiensi besi Tanpa defisiensi Defisiensi besi
besi besi
Hemoglobin L: 13,7 ± 1,3 P: 10,9 ± 1,3 11,21 ± 0,22 9,78 ± 0,19
(g/dL)
P: 11,2 ± 1,0
VER (fL) 64,1 (59,0 – 81,8) 64,2 ± 5,4 66,70 ± 1,33 66,24 ± 1,32
HER (pg) 20,1 (17,8 – 28,8) 18,9 (17,4 – 25,6) 20,56 ± 0,41 20,18 ± 0,4

Keterangan: L: lelaki, P: perempuan

Berdasarkan nilai rujukan retikulosit dan fraksinya yang didapatkan pada


penelitian ini, sebagian besar pembawa sifat thalassemia-β dan HbE memiliki
nilai HRR dan HRA normal. Fraksi retikulosit imatur, yaitu IRF pada pembawa
sifat thalassemia-β dan HbE lebih tinggi daripada orang normal. Peningkatan
fraksi retikulosit imatur ini sejalan dengan penelitian oleh Wagner dkk56. Pada

Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
56

thalassemia terjadi hiperplasia eritroid ringan tetapi hitung retikulosit normal


karena adanya eritropoiesis inefektif.57 Fraksi IRF yang lebih tinggi dibandingkan
orang normal menunjukkan adanya aktivitas eritropoiesis lebih tinggi walaupun
terdapat eritropoiesis inefektif.8,10 Peningkatan aktivitas eritropoiesis pada
thalassemia-β atau HbE merupakan respons tubuh untuk mengatasi anemia. Hal
ini ditandai dengan peningkatan jumlah retikulosit. Eritropoiesis inefektif terjadi
akibat penghancuran precursor eritroid yang mengandung presipitat rantai alfa
berlebih di sumsum tulang. Akibatnya peningkatan retikulosit tidak setinggi
seperti pada keadaan eritropoiesis efektif. Pada pemeriksaan retikulosit
didapatkan normal sampai meningkat ringan. Eritropoiesis inefektif juga
menyebabkan retikulosit imatur dihancurkan sebelum menjadi retikulosit matur
sehingga fraksi retikulosit imatur meningkat. Dengan demikian, peningkatan
fraksi retikulosit imatur disertai hitung retikulosit normal, seperti pada subjek
pembawa sifat thalassemia-β dan HbE di penelitian ini menunjukkan terdapat
eritropoiesis inefektif. 35, 57
Nilai Hb, VER, HER, KHER pembawa sifat thalassemia-β lebih rendah
daripada pembawa sifat HbE; sedangkan HRR, HRA dan fraksi retikulosit imatur
lebih tinggi daripada pembawa sifat HbE. Hal ini menunjukkan kelainan
hematologi pembawa sifat thalassemia-β pada penelitian ini lebih berat daripada
pembawa sifat HbE sehingga usaha kompensasi tubuh dengan meningkatkan
aktivitas eritropoiesis. Pada hasil laboratorium peningkatan aktivitas eritropoiesis
ini ditunjukkan dengan peningkatan HRR dan HRA yang lebih besar pada
pembawa sifat thalassemia-β daripada pembawa sifat HbE. Fraksi retikulosit
imatur pada pembawa sifat thalassemia-β lebih tinggi menunjukkan eritropoiesis
inefektif pembawa sifat thalassemia-β lebih berat daripada pembawa sifat HbE.
Hitung retikulosit dan fraksinya pada subjek pembawa sifat thalassemia-β
dan HbE dengan defisiensi besi lebih rendah daripada tanpa defisiensi besi. Besi
merupakan salah satu bahan baku pada proses eritropoiesis. Pada defisiensi besi
terjadi penurunan jumlah cadangan besi tubuh sehingga aktivitas eritropoiesis
menurun yang menyebabkan jumlah retikulosit akan menurun. Hal ini terlihat
pada hitung retikulosit yang menurun. Walaupun fraksi retikulosit imatur pada
subjek defisiensi besi lebih rendah daripada tanpa defisiensi besi, tetapi nilainya

Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
57

masih lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok sehat. Hal ini menunjukkan
eritropoiesis inefektif tetap terjadi pada subjek pembawa sifat thalassemia-β dan
HbE dengan defisiensi besi.
Pada subjek pembawa sifat thalassemia-β dan HbE, terdapat 10 orang
memiliki hasil saturasi transferin rendah tetapi nilai feritin serum normal. Dari 10
orang tersebut, 9 di antaranya memiliki nilai CRP yang normal sedangkan satu
memiliki nilai CRP meningkat. Feritin dan CRP merupakan protein fase akut
sehingga kadarnya meningkat saat inflamasi. Perbedaan keduanya adalah kadar
CRP cepat menurun setelah inflamasi yaitu 48 jam setelah inflamasi, sedangkan
feritin dapat bertahan di darah hingga 10 hari setelah inflamasi. Akibatnya kadar
CRP sudah kembali normal tetapi feritin mungkin belum kembali ke kadar
awalnya, sehingga kadar feritin mungkin lebih rendah daripada kadar yang
terukur saat penelitian ini.58,59

5.4. Keterbatasan penelitian


Hasil nilai rujukan retikulosit dan parameternya yang didapatkan pada
penelitian ini hanya dapat digunakan untuk orang dewasa Indonesia menggunakan
alat Sysmex XN-2000. Nilai rujukan ini tidak berlaku untuk anak dan bayi.

Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
58

BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan
Telah dilakukan penelitian pada 229 subjek sehat dan 98 subjek pembawa
sifat thalassemia-β dan HbE menggunakan alat hitung sel darah otomatik Sysmex
XN-2000. Kesimpulan penelitian adalah sebagai berikut:
1. Nilai rujukan parameter retikulosit dan fraksitnya pada orang dewasa
adalah
Parameter Satuan Lelaki Perempuan
HRR* % 0.7 – 2.2
HRA /μL 35.988 – 101.198 26.400 – 105.000
IRF relatif* % 2,4 – 13,4
IRF absolut /μL 1.343 – 10.049 764 – 11.223
LFR relatif* % 86,6 – 97,4
LFR absolut /μL 32.444 – 97.573 25.634 – 92.063
Keterangan
*nilai rujukan lelaki dan perempuan sama

Pemeriksaan MFR dan HFR memiliki ketelitian yang sangat rendah


sehingga hasil kedua parameter tersebut tidak dapat dipercaya.

2. Hitung retikulosit relative dan absolute pembawa sifat thalassemia-β atau


HbE tanpa defisiensi besi dalam rentang nilai rujukan. Fraksi retikulosit
imatur yang ditandai dengan IRF pada pembawa sifat thalassemia-β atau
HbE tanpa defisiensi besi lebih tinggi dari subjek sehat. Hal ini
menunjukkan bahwa terdapat eritropoiesis inefektif pada pembawa sifat
thalassemia-β atau HbE. Pembawa sifat thalassemia-β memiliki nilai
hitung retikulosit dan fraksinya lebih tinggi dari pada pembawa sifat HbE.
Hal ini menunjukkan bahwa eritropoiesis inefektif pada pembawa sifat
thalassemia-β lebih berat daripada pembawa sifat HbE

3. Hitung retikulosit dan fraksinya pembawa sifat thalassemia-β atau HbE


dengan defisiensi besi lebih rendah daripada pembawa sifat thalassemia-β

58 Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
59

atau HbE tanpa defisiensi besi. Walaupun demikian, fraksi retikulosit


imatur pembawa sifat thalassemia-β atau HbE dengan defisiensi besi lebih
tinggi daripada subjek sehat. Hal ini menunjukkan walaupun terdapat
penurunan aktivitas eritropoiesis karena rendahnya cadangan besi, tetapi
eritropoiesis inefektif tetap terjadi pada pembawa sifat thalassemia-β atau
HbE dengan defisiensi besi.

6.2. Saran
Berikut adalah saran pada penelitian ini:
1. Disarankan agar bahan kontrol XN-check memiliki nilai kontrol parameter
retikulosit dan fraksinya dengan nilai rendah untuk meningkatkan
ketelitian dan ketepatan alat Sysmex XN-2000.
2. Ketelitian parameter MFR dan HFR sangat rendah sehingga kedua
parameter tersebut disarankan untuk tidak digunakan oleh klinisi.
3. Disarankan penelitian dengan jumlah sampel pembawa sifat thalassemia-β
atau HbE dengan defisiensi besi yang lebih banyak sehingga dapat dinilai
secara analitik hubungan antara maturitas retikulosit dengan status besi
tubuh.
Jumlah sampel diperkirakan dengan rumus besar sampel:
n = Zα2 PQ
d2
Prevalensi defisiensi besi pada thalassemia minor lelaki dan perempuan
berbeda sehingga besar sampel antara lelaki dan perempuan dihitung
terpisah.
Perkiraan besar sampel untuk lelaki:
Zα = 1.96
P = 0.036
Q = 1 – P = 1 – 0.03 = 0.97
d = 0.01
n =(1.96)2 . 0.03 . 0.97. = 1.118
0.012

Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
60

Perkiraan besar sampel untuk perempuan:


Zα = 1.96
P = 0.36
Q = 1 – P = 1 – 0.3 = 0.7
d = 0.1
n =(1.96)2 . 0.3 .0.7 = 84
0.12

Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
61

DAFTAR PUSTAKA

1. Laudicina RJ. Hemoglobinopathies: qualitative defects. Dalam: McKenzie


SB, Williams JL (penyunting). Clinical Laboratory Hematology. Edisikedua.
New Jersey: Pearson, 2010. h. 211-30.
2. Andriastuti M, Sari TT, Wahidiyat PA, Putriasih SA. Kebutuhan transfusi
darah pasca-splenektomi pada thalassemia mayor. Sari Pediatri
2011;13(4):244-9.
3. Randolph TR. Thalassemia. Dalam: McKenzie SB, Williams JL (penyunting).
Clinical Laboratory Hematology. Edisikedua. New Jersey: Pearson, 2010. h.
231-56.
4. Pootrakul P, Sirankapracha P, Hemsorach S, Moungsub W, Kumbunlue R,
Piangitjagum A, et al. A correlation of erythrokinetics, ineffective
erythropoiesis, and erythroid precursor apoptosis in Thai patients with
thalassemia. Blood 2000;96:2606-12.
5. Wirawan R. Uji ketelitian, ketepatan dan nilai rujukan parameter retikulosit
orang Indonesia dewasa di Jakarta menggunakan alat hitung sel darah
otomatik Sysmex XT 2000i. Jakarta: BalaiPenerbit FKUI, 2006.
6. Dolai TK, Nataraj KS, Sinha N, Mishra S, Bhattacharya M, Ghosh MK.
Prevalence of iron deficiency in thalassemia minor: a study from tertiary
hospital. Indian J Hematol Blood Transfus 2012;28(1):7–9.
7. Riley RS, Ben-Ezra JM, Tidwell A. Reticulocyte enumeration: past& present.
Lab Med 2001;32:599-608.
8. Weatherall DJ. Haemoglobin and the inherited disorders of globin synthesis.
Dalam: Hoffbrand AV, Catovsky D, Tuddenham EGD (penyunting).
Postgraduate Haematology. Edisikelima. Massachusetts: Blackwell
Publishing, 2005. h.85-103.
9. McKenzie SB. Hemoglobin. Dalam: McKenzie SB(penyunting). Clinical
Laboratory Hematology. Edisikedua. New Jersey: Pearson, 2010. h. 85-103.
10. Weatherall DJ. Disorders of Globin Synthesis: The Thalassemias. Dalam:
Lichtman MA, Beutler E, Seligsohn U, Kaushansky K, Kipps TO

Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
62

(penyunting). Williams hematology. Edisiketujuh. New York: McGraw-Hill


Medical, 2007. h. 633-66.
11. Aggarwal R, Prakash A, Aggarwal M. Thalassemia: an overview. J ScienSoc
2014;41(1):3-6.
12. Higgs DR, Engel JD, Stamatoyannopoulos GS. Thalassaemia. Lancet
2012;379:373-83.
13. Genetic disorder of haemoglobin. Dalam: Hoffbrand AV, Pettit JE, Moss
PAH, (penyunting). Essential haemotology. Edisikelima. Massachusetts:
Blackwell Publishing, 2006. h.72-93.
14. Stamatoyannopoulos G. Control of globin gene expression during
development and erythroid differentiation. ExpHematol 2005;33(3):259-78.
15. RundD, Rachmilewitz E. β-Thalassemia. N Engl J Med 2005;353:1135-46.
16. Olivieri NF. The betha-thalassemias. N Engl J Med. 1999;341(2):99-107.
17. Centis F, Tabellini L, Lucarelli G, Buffi O, Tonucci P, Persini B, dkk. The
importance of erythroid expansion in determining the extent of apoptosis in
erythroid precursors in patients with β-thalassemia major. Blood.
2000;96(10):3624-9.
18. Srinoun K, Svasti S, Chumworathayee W, Vadolas J, Vattanaviboon P,
Fucharoen S, dkk. Imbalanced globin chain synthesis determines erythroid
cell pathology in thalassemic mice. Haematologica. 2009;94:1211-9.
19. Martin M, Thompson AA. Thalassemia. Pediatr Clin N Am 2013;60:1383-91.
20. Bain BJ. Other significant haemoglobinopathies. Dalam: Bain BJ.
(penyunting) Haemoglobinopathy diagnosis. Edisi kedua. Massachusetts:
Blackwell Publishing, 2006. h. 190-233.
21. Olivieri NF. Treatment strategies for hemoglobin E beta-thalassemia. Blood
Rev 2012;26S:S28-30.
22. Vichinsky E. Hemoglobin E syndromes. Hematol Am Soc Hematol Educ
Prog 2007;2007(1):79-83.
23. PremawardhenaA, Fisher CA, Olivieri NF. Haemoglobin E beta
thalassaemiain Sri Lanka. Lancet 2005;366(9495):1467–70.
24. Goodnough LT, Nemeth E, Ganz T. Detection, evaluation, and management
of iron-restricted erythropoiesis. Blood 2010 116: 4754-61.

Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
63

25. Musallama KM, CappelliniMD, Woodb JC, Taher AT. Iron overload in non-
transfusion-dependent thalassemia: a clinical perspective. Blood Rev
2012;26S:S16–9.
26. KohgoY, Ikuta K,Ohtake T,Torimoto Y,Kato J. Body iron metabolism and
pathophysiology of iron overload. Int J Hematol 2008;88:7–15.
27. Bull BS. Morphology of the erythron. Dalam: Lichtman MA, Beutler E,
Seligsohn U, Kaushansky K, Kipps TO (penyunting). Williams hematology.
Edisiketujuh. USA: McGraw-Hill Medical, 2007. h. 369-86
28. Dessypris EN, Sawyer ST. Erythropoiesis. Dalam: Greer JP, Foerster J,
Rodgers GM, Paraskevas F, Glader B, Arber DA, dkk.
(penyunting)Wintrobe’s clinical hematology. Edisikeduabelas. Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins, 2009. h.106-21.
29. Prchal JT. Production of erythrocytes. Dalam: Lichtman MA, Beutler E,
Seligsohn U, Kaushansky K, Kipps TO (penyunting). Williams hematology.
Edisiketujuh. USA: McGraw-Hill Medical, 2007. h. 393-404.
30. Buttarello M, Bulian P, Farina G, Petris MG, Temporin V, Toffolo L. Five
fully automated methods for performing immature reticulocyte fraction:
comparison in diagnosis of bone marrow aplasia. Am J ClinPathol
2002;117:871-9.
31. Morceau F, Dicato M, Diederich M. Pro-inflammatory cytokine-mediated
anemia: regarding molecular mechanisms of erythropoiesis. Mediator Inflam
2009;2009:1-11.
32. Faquin WC, Schneider TJ, Goldberg MA. Effect of inflammatory cytokines
on hypoxia-induced erythropoietin production. Blood 1992;79(8):1987-94.
33. Barany P. Effect of inflammatory cytokines on hypoxia-induced
erythropoietin production. Nephrol Dial Transplant 2001;16:224-7.
34. Hubbard J. The erythrocyte. Dalam: Mackenzie SB, Williams JL
(penyunting) Clinical Labortory Hematology. Edisikedua. New Jersey:
Pearson, 2010. h.62-84.
35. Watanabe K, Kawai Y, Takeuchi K, Shimizu N, Iri H, Ikeda Y, dkk.
Reticulocyte maturity as an indicator for estimating qualitative abnormality of
erythropoiesis. J ClinPathol 1994;47:736-9.

Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
64

36. Bain BJ, Lewis SM, Bates I. Basic haematological techniques. Dalam: Bain
BJ, Lewis SM, Bates I (penyunting). Dacie and Lewis practical haematology.
Edisikesepuluh. Philadelphia: Churchill Livingstone 2006. h. 36-40.
37. Briggs C, Grant D, Machin SJ. Comparison of the automated reticulocyte
counts and immature reticulocyte fraction measurements obtained With the
ABX Pentra 120 retic blood analyzer and the Sysmex XE-2100 automated
hematology analyzer. Lab Hematol 2001;7:75-80.
38. Analyzer and the Sysmex XE-2100 Automated Hematology Analyzer. Lab
Hematol 2001;7:75-80.
39. Buttarello M, Plebani M. Automated blood cell counts: state of the art. Am J
ClinPathol 2008;130:104-16.
40. Leaflet pemeriksaan CREP2. Roche Cobas c system. Indianapolis: Roche
Diagnostic; 2013.
41. Leaflet pemeriksaan ALTL. Roche Cobas c system. Indianapolis:Roche
Diagnostics; 2006.
42. Leaflet pemeriksaan ALB2. Roche Cobas c system. Indianapolis: Roche
Diagnostic; 2006.
43. Leaflet pemeriksaan CRPLX. Roche Cobas c system. Indianapolis:Roche
Diagnostics; 2006.
44. Joint World Health Organization/Centers for Disease Control and Prevention
Technical Consultation on the Assessment of Iron Status at the Population
Level. Assessing the iron status of populations. Geneva: World Health
Organiztion, 2007.
45. Wish JB. Assessing iron status: beyond serum ferritin and transferrin
saturation. Clin J Am Soc Nephrol 2006;1:S4–8
46. World Health Organization. Serum ferritin concentrationsfor the assessment
of ironstatus and iron deficiency inpopulations. Geneva: WHO Vitamin and
Mineral Nutrition Information System, 2011.
47. Wirawan R. Analisa hemoglobin dengan cara konvensional dan mikrokapiler
elektroforesis. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2011. h. 36-40, 66-86.

Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
65

48. Randolph TR. Hemoglobinopathies (structural defect in hemoglobin). Dalam:


Rodak BF, Fritsma GA, Keohane EM. (penyunting) Hematology: clinical
principles and applications. Missouri: Elsevier Saunders; 2012. h. 380-383.
49. Atmakusumah TD, Wahidiyat PA, Sofro AS, Wirawan R, Tjitrasari T,
Setyaningsih I. Pencegahan Thalasemia. Jakarta: Dirjen Bina Pelayanan
Medik Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2010. h. 1-35.
50. Sysmex Automated Hematology Analyzer XN-2000 Instruction for Use.
Kobe: Sysmex Corporation 2011.
51. Katayev A, balciza C, SeccombeDw. Establishing reference intervals for
clinical laboratory test results: is there a better way? Am J ClinPathol
2010;133:180-6.
52. Ambayya A, Su AT, Osman NH, Nik-Samsudin NR, Khalid K, Chang KM,
dkk. Haematological reference intervals in a multiethnic population. PLoS
ONE 2014;9(3):e91968.
53. Pekelharing JM, Hauss O, de Jonge R, Lokhoff J, Sodikromo J, Spaans M, et
al. Haematology Reference Intervals for Established and Novel Parameters in
Healthy Adults. Sysmex J Int 2010;1:1-11.
54. Sehgal KK, Tina D, Choksey U, Dalal RJ, Shanaz KJ. Reference range
evaluation of complete blood count parameters with emphasis on newer
research parameters on the complete blood count analyzer Sysmex XE-2100.
Ind J PatholMicrobiol 2013;56(2):120-4.
55. Van den Bossche J, Devreese K, Malfait R, Van de Vyvere M, Wauters A,
Neels H, dkk. Reference Intervals for a Complete Blood Count Determined on
different Automated HaematologyAnalysers: AbxPentra 120 Retic, Coulter
Gen-S, Sysmex SE 9500, Abbott Cell Dyn 4000 and Bayer Advia 120.
ClinChem Lab Med 2002;40(1):69–73.
56. Wagner SC, Grando AC, de Castro SM. Reticulocyte indices in β thalassemia
trait individuals. Rev Bras HematolHemoter 2011;33(5):393-7.
57. Wollmann M, Gerzson BMC, Schwert V, Figuera RW, Ritzel GO.
Reticulocyte maturity indices in iron deficiency anemia. Rev Bras
HematolHemoter 2014;36(1):25-8.

Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
66

58. Kilicarslani A, Uysal A, Roach EC. Acute phase reactants. ActaMedica 2013;
2: 2–7.
59. Beard JL, Murray-Kolb LE, Rosales FJ, Solomons NW, Angelili ML.
Interpretation of serum ferritin concentrations as indicators of total-body iron
stores in survey populations: the role of biomarkers for the acute phase
response. Am J ClinNutr 2006;84:1498 –505.

Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
67

Lampiran 1. Data subjek lelaki sehat


No Usia HRR HRA IRF (%) LFR MFR HFR
(tahun) (%) (/μL) (%) (%) (%)
1 18 0,98 49.700 3,8 96,2 3,8 0,0
2 20 2,03 112.900 10,0 90,0 9,0 1,0
3 21 1,02 56.200 5,8 94,2 5,2 0,6
4 22 1,29 66.200 10,2 89,8 8,6 1,6
5 23 0,97 54.900 9,1 90,9 8,4 0,7
6 23 1,25 62.000 11,7 88,3 9,7 2,0
7 23 1,65 87.300 5,4 94,6 4,8 0,6
8 24 0,94 51.200 10,9 89,1 9,7 1,2
9 24 1,20 64.900 10,5 89,5 9,7 0,8
10 24 1,64 90.200 5,4 94,6 5,0 0,4
11 24 1,40 82.600 2,8 97,2 2,5 0,3
12 24 1,34 75.800 4,7 95,3 4,5 0,2
13 25 1,01 50.000 4,4 95,6 4,3 0,1
14 26 1,50 78.800 10,3 89,7 8,8 1,5
15 26 1,20 73.700 6,3 93,7 6,2 0,1
16 27 1,06 61.700 8,1 91,9 7,3 0,8
17 27 1,58 88.500 7,5 92,5 6,7 0,8
18 27 1,64 83.100 11,8 88,2 10,2 1,6
19 27 1,42 85.200 6,9 93,1 6,3 0,6
20 27 0,94 47.200 7,7 92,3 6,6 1,1
21 27 1,27 63.200 4,7 95,3 4,7 0,0
22 27 1,48 79.800 6,2 93,8 5,8 0,4
23 27 0,99 53.200 7,3 92,7 6,8 0,5
24 28 1,10 57.500 2,0 98,0 2,0 0,0
25 28 1,49 86.600 7,2 92,8 6,7 0,5
26 28 0,98 53.900 5,9 94,1 5,2 0,7
27 28 1,33 72.000 5,0 95,0 4,7 0,3
28 29 1,35 71.700 8,9 91,1 7,8 1,1
29 29 1,31 70.200 10,7 89,3 9,2 1,5
30 29 0,88 46.200 4,3 95,7 4,1 0,2
31 29 1,50 75.600 6,9 93,1 6,3 0,6
32 29 1,60 101.400 6,7 93,3 6,3 0,4
33 30 1,41 69.100 3,9 96,1 3,6 0,3
34 30 1,33 71.600 7,5 92,5 6,7 0,8
35 30 1,89 93.400 13,5 86,5 11,7 1,8
Keterangan HRR: hitung retikulosit relatif, HRA: hitung retikulosit absolut, IRF: immature
reticulocyte fraction, LFR: low fluorescence ratio, MFR: medium fluorescence ratio, HFR: high
fluorescence ratio

Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
68

Lampiran 1. Data subjek lelaki sehat


No Usia HRR (%) HRA IRF (%) LFR MFR HFR
(tahun) (/μL) (%) (%) (%)
36 30 1,53 82.5.00 7,9 92,1 7,3 0,6
37 30 1,07 59.000 5,4 94,6 5,3 0,1
38 30 0,88 41.900 4,8 95,2 4,6 0,2
39 31 0,80 45.600 3,9 96,1 3,2 0,7
40 31 1,73 89.600 9,0 91,0 8,0 1,0
41 31 1,70 93.700 5,9 94,1 5,7 0,2
42 32 1,53 75.600 4,8 92,5 4,5 0,3
43 32 1,11 54.700 7,0 93,0 5,7 1,3
44 32 1,72 92.000 9,1 90,9 7,8 1,3
45 33 1,52 85.300 5,9 94,1 5,6 0,3
46 33 1,05 56.200 5,4 94,6 5,1 0,3
47 33 1,18 61.200 7,6 92,4 7,2 0,4
48 33 1,12 64.200 6,4 93,6 5,3 1,1
49 33 1,00 55.800 9,3 90,7 8,1 1,2
50 33 1,28 69.200 8,3 91,7 7,4 0,9
51 34 1,07 55.600 6,1 93,9 5,7 0,4
52 35 1,83 100.500 8,8 91,2 7,8 1,0
53 36 1,38 75.800 5,6 94,4 5,5 0,1
54 36 1,17 53.000 11,5 88,5 10,6 0,9
55 36 1,42 76.000 5,2 94,8 4,7 0,5
56 36 1,14 61.600 7,0 93,0 6,3 0,7
57 36 1,07 47.900 5,2 94,8 4,9 0,3
58 37 1,01 48.200 7,0 93,0 6,2 0,8
59 38 0,86 39.000 11,9 88,1 9,8 2,1
60 38 1,22 63.200 6,5 93,5 6,0 0,5
61 39 1,43 73.100 7,9 92,1 7,4 0,5
62 39 0,96 51.600 6,2 93,8 5,8 0,4
63 39 1,21 65.600 13,6 86,4 12,2 1,4
64 39 1,42 77.100 12,6 87,4 11,0 1,6
65 39 0,81 40.600 2,1 97,9 2,1 0,0
66 40 1,05 54.000 7,1 92,9 6,0 1,1
67 40 0,81 39.900 7,8 92,2 6,9 0,9
68 40 0,70 33.200 4,2 95,8 3,8 0,4
69 41 1,07 54.200 3,1 96,9 2,8 0,3
Keterangan HRR: hitung retikulosit relatif, HRA: hitung retikulosit absolut, IRF: immature
reticulocyte fraction, LFR: low fluorescence ratio, MFR: medium fluorescence ratio, HFR: high
fluorescence ratio

Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
69

Lampiran 1. Data subjek lelaki sehat


No Usia HRR (%) HRA IRF (%) LFR MFR HFR (%)
(tahun) (/μL) (%) (%)
70 41 1,02 51.900 5,2 94,8 4,9 0,3
71 41 1,72 97.500 6,2 93,8 5,5 0,7
72 41 0,93 42.800 6,5 93,5 6,0 0,5
73 41 1,40 68.200 8,5 91,5 7,8 0,7
74 42 1,82 95.000 6,9 93,1 6,6 0,3
75 42 1,37 72.700 10,9 89,1 8,6 2,3
76 42 1,24 59.000 10,3 89,7 9,9 0,4
77 42 1,28 67.100 3,5 96,5 3,4 0,1
78 42 1,77 87.100 4,7 95,3 4,0 0,7
79 42 1,37 72.200 7,1 92,9 6,8 0,3
80 42 1,02 50.800 9,9 90,1 9,0 0,9
81 42 1,30 70.700 5,1 94,9 4,3 0,8
82 42 1,07 52.800 11,8 88,2 10,7 1,1
83 42 1,85 99.900 9,3 90,7 8,3 1,0
84 43 1,37 73.700 6,9 93,1 6,2 0,7
85 43 1,53 86.000 11,5 88,5 10,5 1,0
86 43 0,92 44.100 6,9 93,1 6,7 0,2
87 43 1,12 57.900 7,9 92,9 6,7 1,2
88 43 1,63 90.800 8,6 91,4 7,9 0,7
89 43 1,37 69.000 3,8 96,2 3,5 0,3
90 43 1,29 72.900 11,5 88,5 9,9 1,6
91 44 1,21 61.600 6,9 93,1 6,4 0,5
92 44 1,38 77.100 8,8 91,2 7,9 0,9
93 44 1,18 68.000 10,3 89,7 9,4 0,9
94 44 1,26 64.500 7,1 92,9 6,5 0,6
95 44 1,51 75.000 10,4 89,6 9,3 1,1
96 44 1,12 55.900 6,8 93,2 6,2 0,6
97 45 1,55 78.300 8,3 91,7 7,5 0,8
98 45 2,11 117.700 10,0 90,0 9,3 0,7
99 45 0,85 43.500 5,1 94,9 4,8 0,3
100 45 1,40 75.600 7,4 92,6 6,5 0,9
101 46 1,44 66.100 11,2 88,8 10,1 1,1
102 46 0,85 46.800 8,0 92,0 7,8 0,2
103 46 1,11 56.700 10,6 89,4 9,7 0,9
Keterangan HRR: hitung retikulosit relatif, HRA: hitung retikulosit absolut, IRF: immature
reticulocyte fraction, LFR: low fluorescence ratio, MFR: medium fluorescence ratio, HFR: high
fluorescence ratio

Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
70

Lampiran 1. Data subjek lelaki sehat


No Usia HRR HRA IRF LFR MFR HFR
(tahun) (%) (/μL) (%) (%) (%) (%)
104 46 1,22 60.100 4,6 95,4 4,2 0,4
105 46 1,77 90.300 7,7 92,3 6,7 1,0
106 46 1,95 106.900 7,8 92,2 7,0 0,8
107 46 0,75 35.200 11,5 88,5 9,5 2,0
108 47 1,34 66.200 5,9 94,1 5,3 0,6
109 47 1,46 70.700 8,8 91,2 8,1 0,7
110 47 1,43 78.900 6,1 93,9 5,6 0,5
111 47 1,50 77.900 10,3 89,7 9,3 1,0
112 47 1,39 74.500 9,6 90,4 8,7 0,9
113 47 0,75 38.700 3,8 96,2 3,8 0,0
114 48 1,26 69.000 7,1 92,9 6,5 0,6
115 48 1,33 68.500 7,6 92,4 7,3 0,3
116 48 1,21 64.000 6,1 93,9 5,8 0,3
117 49 1,19 60.900 9,0 91,0 8,1 0,9
118 49 0,95 48.600 4,3 95,7 4,3 0,0
119 49 1,40 78.000 8,2 91,8 7,9 0,3
120 50 0,97 48.700 4,9 95,1 4,3 0,6
121 52 0,87 45.800 2,9 97,1 2,9 0,0
122 52 1,28 64.300 5,9 94,1 5,1 0,8
123 53 1,41 67.300 15,0 85,0 12,2 2,8
124 53 1,53 79.300 7,7 92,3 7,0 0,7
125 53 0,73 33.100 5,2 94,8 4,8 0,4
126 54 1,09 57.600 4,3 95,7 4,3 0,0
127 54 1,61 75.500 10,2 89,8 9,2 1,0
128 55 1,25 62.800 4,9 95,1 4,7 0,2
129 56 0,91 40.300 7,5 92,5 6,9 0,6
Keterangan HRR: hitung retikulosit relatif, HRA: hitung retikulosit absolut, IRF: immature
reticulocyte fraction, LFR: low fluorescence ratio, MFR: medium fluorescence ratio, HFR: high
fluorescence ratio

Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
71

Lampiran 2. Data subjek perempuan sehat


No Usia HRR HRA IRF (%) LFR MFR HFR (%)
(tahun) (%) (/μL) (%) (%)
130 18 1,07 49.900 5,4 94,6 5,4 0,0
131 19 1,71 73.400 8,5 91,5 7,8 0,7
132 21 1,17 52.900 3,6 96,4 3,6 0,0
133 22 1,72 77.100 5,5 94,5 5,1 0,4
134 22 1,01 46.200 4,7 95,3 4,2 0,5
135 22 0,85 41.600 5,7 94,3 5,5 0,2
136 23 1,52 84.500 6,2 93,8 5,7 0,5
137 23 1,51 64.600 5,8 94,2 5,5 0,3
138 23 1,21 58.700 7,1 92,9 6,5 0,6
139 23 1,49 61.500 5,0 95,0 4,4 0,6
140 24 0,67 32.600 5,5 94,5 4,6 0,9
141 24 0,59 25.600 7,2 92,8 6,9 0,3
142 25 1,04 50.000 5,4 94,6 5,1 0,3
143 25 1,04 46.200 3,1 96,9 2,8 0,3
144 25 0,63 29.900 13,9 86,1 12,6 1,3
145 25 1,06 45.200 3,4 96,6 3,1 0,3
146 25 1,06 50.800 5,5 94,5 5,1 0,4
147 26 0,52 27.200 3,4 96,6 3,4 0,0
148 26 0,65 26.400 2,9 97,1 2,6 0,3
149 26 1,52 80.100 6,5 93,5 6,4 0,1
150 27 1,60 96.000 4,8 95,2 4,6 0,2
151 27 1,71 69.900 6,7 93,3 6,3 0,4
152 27 3,33 165.200 21,0 79,0 15,1 5,9
153 27 1,17 52.300 6,8 93,2 6,2 0,6
154 27 2,25 104.400 8,1 91,9 7,4 0,7
155 27 1,10 48.500 7,0 93,0 6,7 0,3
156 27 0,97 46.500 5,4 94,6 5,1 0,3
157 27 1,47 72.200 8,7 91,3 7,9 0,8
158 28 1,03 47.200 3,6 96,4 3,6 0,0
159 28 0,86 38.400 3,4 96,6 3,0 0,4
160 28 1,16 55.700 8,5 91,5 7,9 0,6
161 28 0,62 29.300 2,4 97,6 2,4 0,0
162 28 1,66 72.000 8,5 91,5 7,3 1,2
163 29 1,37 61.700 9,9 90,1 9,0 0,9
164 29 2,50 105.000 7,0 93,0 6,8 0,2
Keterangan HRR: hitung retikulosit relatif, HRA: hitung retikulosit absolut, IRF: immature
reticulocyte fraction, LFR: low fluorescence ratio, MFR: medium fluorescence ratio, HFR: high
fluorescence ratio

Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
72

Lampiran 2. Data subjek perempuan sehat


No Usia HRR HRA (/μL) IRF (%) LFR MFR HFR (%)
(tahun) (%) (%) (%)
165 29 1,36 59.400 5,6 94,4 5,4 0,2
166 30 1,53 77.000 3,4 96,6 3,3 0,1
167 30 1,03 50.800 8,3 91,7 7,1 1,2
168 30 1,82 84.100 9,1 90,9 8,6 0,5
169 30 1,33 60.800 9,9 90,1 9,4 0,5
170 30 1,39 64.900 7,6 92,4 6,3 1,3
171 30 1,44 71.900 7,0 93,0 6,3 0,7
172 30 1,04 47.700 3,7 96,3 3,5 0,2
173 30 1,35 59.700 7,1 92,9 6,5 0,6
174 31 1,30 57.200 4,4 95,6 4,3 0,1
175 31 1,54 73.300 4,8 95,2 4,6 0,2
176 31 2,07 82.800 7,7 92,3 7,3 0,4
177 31 1,22 56.900 7,2 92,8 6,5 0,7
178 31 1,86 90.000 5,4 94,6 5,2 0,2
179 31 1,24 54.200 7,8 92,2 7,3 0,5
180 31 1,22 64.800 5,8 94,2 5,5 0,3
181 31 1,48 74.600 6,9 93,1 6,3 0,6
182 31 1,57 59.500 10,3 89,7 9,0 1,3
183 32 0,92 38.200 7,9 92,1 7,1 0,8
184 32 1,26 55.600 2,8 97,2 2,7 0,1
185 32 1,48 72.200 8,9 91,1 7,5 1,4
186 32 1,52 70.100 5,0 95,0 4,8 0,2
187 32 0,70 29.800 3,7 96,3 3,5 0,2
188 32 1,05 49.100 2,4 97,6 2,2 0,2
189 32 1,35 62.900 4,8 95,2 4,5 0,3
190 32 2,56 06.200 18,8 81,2 11,3 7,5
191 32 1,63 79.400 6,7 93,3 6,3 0,4
192 33 1,56 74.100 5,8 94,2 5,4 0,4
193 33 1,30 56.400 7,1 92,9 6,8 0,3
194 33 1,20 54.700 3,1 96,9 2,4 0,7
195 33 1,43 69.500 6,0 94,0 5,4 0,6
196 33 1,36 64.100 9,8 90,2 8,8 1,0
197 33 0,95 39.300 5,1 94,9 4,7 0,4
198 33 1,20 59.800 5,1 94,9 4,4 0,7
Keterangan HRR: hitung retikulosit relatif, HRA: hitung retikulosit absolut, IRF: immature
reticulocyte fraction, LFR: low fluorescence ratio, MFR: medium fluorescence ratio, HFR: high
fluorescence ratio

Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
73

Lampiran 2. Data subjek perempuan sehat


No Usia HRR HRA IRF (%) LFR MFR (%) HFR (%)
(tahun) (%) (/μL) (%)
199 34 0,78 32.500 3,3 96,7 3,3 0,0
200 34 0,74 32.700 6,4 93,6 5,9 0,5
201 34 2,02 94.300 6,8 93,2 5,9 0,9
202 35 1,66 81.300 5,7 94,3 5,2 0,5
203 35 1,22 53.600 7,3 92,7 6,9 0,4
204 36 1,24 49.600 6,3 93,7 5,7 0,6
205 36 1,13 52.100 3,5 96,5 3,5 0,0
206 36 1,09 50.500 2,6 97,4 2,2 0,4
207 36 0,97 45.900 6,0 94,0 5,5 0,5
208 37 1,11 55.500 6,3 93,7 5,1 1,2
209 37 1,57 67.500 9,6 90,4 9,2 0,4
210 38 1,51 70.100 6,5 93,5 6,1 0,4
211 38 1,41 65.700 4,3 95,7 4,2 0,1
212 38 1,28 62.200 8,8 91,2 7,9 0,9
213 39 0,94 38.100 4,9 95,1 4,3 0,6
214 39 1,13 51.200 8,8 91,2 8,0 0,8
215 39 1,31 65.500 3,8 96,2 3,7 0,1
216 40 1,02 50.400 6,3 93,7 5,8 0,5
217 40 1,83 87.500 12,8 87,2 10,8 2,0
218 40 1,38 59.200 9,8 90,2 9,2 0,6
219 41 1,05 42.700 6,4 93,6 6,0 0,4
220 41 0,78 37.800 3,6 96,4 3,6 0,0
221 41 1,06 46.900 3,9 96,1 3,7 0,2
222 42 1,31 60.100 4,8 95,2 4,3 0,5
223 42 1,12 55.400 6,8 93,2 5,8 1,0
224 42 1,20 45.700 12,0 88,0 10,8 1,2
225 43 1,02 43.500 3,2 96,8 3,2 0,0
226 43 0,47 18.700 9,3 90,7 8,1 1,2
227 44 2,38 107.300 14,2 85,8 12,0 2,2
228 45 1,61 61.700 12,1 87,9 11,4 0,7
229 45 1,26 52.900 9,2 90,8 7,9 1,3
230 46 1,21 51.400 7,0 93,0 6,7 0,3
231 47 1,20 51.600 10,6 89,4 9,5 1,1
232 47 1,72 75.300 8,8 91,2 8,3 0,5
Keterangan HRR: hitung retikulosit relatif, HRA: hitung retikulosit absolut, IRF: immature
reticulocyte fraction, LFR: low fluorescence ratio, MFR: medium fluorescence ratio, HFR: high
fluorescence ratio

Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
74

Lampiran 2. Data subjek perempuan sehat


No Usia HRR HRA IRF LFR MFR HFR
(tahun) (%) (/μL) (%) (%) (%) (%)
233 47 0,99 48.000 3,5 96,5 3,3 0,2
234 47 0,92 42.800 3,9 96,1 3,7 0,2
235 49 2,24 94.800 8,6 91,4 8,0 0,6
236 49 0,81 38.600 3,2 96,8 3,0 0,2
237 49 1,31 65.900 9,0 91,0 7,2 1,8
238 50 1,73 73.500 7,5 92,5 6,5 1,0
239 50 1,76 66.500 14,0 86,0 11,6 2,4
240 51 2,19 92.600 10,7 89,3 9,2 1,5
241 51 1,40 59.500 8,7 91,3 8,2 0,5
242 52 1,15 52.000 5,4 94,6 4,8 0,6
243 55 1,26 63.600 3,2 96,8 2,8 0,4
244 56 1,29 60.900 6,4 93,6 6,0 0,4
245 57 1,48 82.400 14,7 85,3 13,3 1,4
246 57 1,17 57.600 4,0 96,0 3,9 0,1
247 57 1,20 49.400 2,3 97,7 2,3 0,0
248 57 1,07 45.700 5,9 94,1 5,0 0,9
249 59 1,35 62.200 11,6 88,4 10,6 1,0
Keterangan HRR: hitung retikulosit relatif, HRA: hitung retikulosit absolut, IRF: immature
reticulocyte fraction, LFR: low fluorescence ratio, MFR: medium fluorescence ratio, HFR: high
fluorescence ratio

Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
75

Lampiran 3. Data subjek pembawa sifat Thalassemia-β dan Hemoglobin E


No Elektroforesis Kelompok Jenis Usia Hb VER HER KHER HRR HRA (/μL) IRF LFR MFR HFR Saturasi Feritin CRP
Hb kelamin (thn) (g/dL) (fL) (pg) (g/dL) (%) (%) (%) (%) (%) transferin (ng/mL) (mg/L)
(%)

1 Thal B trait Tanpa DF Lelaki 28 11,7 64,0 20,2 31,6 1,55 89.600 17,8 82,2 14,9 2,9 31,4 365,0 1,18
2 Thal B trait Tanpa DF Lelaki 46 13,0 60,6 18,7 30,9 2,49 173.100 21,4 78,6 14,8 6,6 57,8 175,8 1,04
3 Thal B trait Tanpa DF Lelaki 41 13,4 63,6 19,9 31,3 0,92 61.900 7,6 92,4 7,1 0,5 42,5 200,8 1,81
4 Thal B trait Tanpa DF Lelaki 31 12,9 64,7 19,9 30,7 0,71 46.100 8,6 91,4 7,6 1,0 21,1 247,7 5,20
5 Thal B trait Tanpa DF Lelaki 36 13,3 62,3 19,4 31,2 1,17 80.000 18,9 81,1 16,4 2,5 28,6 137,3 0,33
6 Thal B trait Tanpa DF Lelaki 33 14,4 62,3 19,7 31,6 1,44 105.100 13,4 86,6 11,9 1,5 30,5 307,2 0,60
7 Thal B trait Tanpa DF Lelaki 34 11,0 63,2 19,2 30,4 1,83 104.900 10,8 89,2 9,8 1,0 26,9 106,8 2,47
8 Thal B trait Tanpa DF Lelaki 34 11,6 62,9 19,7 31,4 1,44 84.700 23,0 77,0 15,3 7,7 28,3 340,0 3,48
9 Thal B trait Tanpa DF Lelaki 34 14,5 66,5 20,7 31,1 1,38 96.700 13,9 86,1 12,3 1,6 21,0 94,0 0,72
10 Thal B trait Tanpa DF Lelaki 46 14,2 63,5 20,5 32,2 1,03 71.500 20,0 80,0 17,1 2,9 29,4 45,2 1,10
11 Thal B trait Tanpa DF Lelaki 32 12,7 64,0 20,2 31,6 1,61 101.100 29,8 70,2 19,9 9,9 25,9 148,9 3,18
12 Thal B trait Tanpa DF Lelaki 18 12,1 73,9 23,6 31,9 0,69 35.400 5,0 95,0 4,2 0,8 23,3 66,2 1,30
13 Thal B trait Tanpa DF Lelaki 30 11,9 63,1 19,2 30,4 1,14 70.800 14,0 86,0 12,2 1,8 24,3 140,9 2,92
14 Thal B trait Tanpa DF Lelaki 40 13,2 62,1 19,2 31,0 1,99 136.500 31,7 68,3 19,5 12,2 44,4 176,3 0,10
15 Thal B trait Tanpa DF Perempuan 36 10,6 60,9 19,3 31,7 1,48 81.100 14,9 85,1 13,2 1,7 31,0 72,2 0,05
16 Thal B trait Tanpa DF Perempuan 23 10,8 64,3 20,4 31,7 1,50 79.500 13,3 86,7 10,8 2,5 23,1 24,2 0,56
17 Thal B trait Tanpa DF Perempuan 29 12,7 62,0 19,5 31,5 1,11 72.200 15,5 84,5 12,9 2,6 38,0 207,5 0,92
18 Thal B trait Tanpa DF Perempuan 31 11,3 61,2 19,1 31,1 1,57 93.100 12,8 87,2 11,5 1,3 38,5 42,8 3,21
19 Thal B trait Tanpa DF Perempuan 34 11,0 63,8 19,3 30,3 1,28 72.800 14,2 85,8 12,2 2,0 44,2 87,3 1,22
20 Thal B trait Tanpa DF Perempuan 39 9,0 61,5 18,6 30,3 1,26 60.900 15,3 84,7 13,4 1,9 32,3 53,6 0,97
21 Thal B trait Tanpa DF Perempuan 38 10,1 68,7 20,9 30,4 2,11 101.900 14,0 86,0 12,4 1,6 49,3 84,4 0,02
22 Thal B trait Tanpa DF Perempuan 45 10,9 61,0 17,8 29,2 0,94 57.400 15,4 84,6 14,1 1,3 31,5 79,4 11,29

Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
76

Lampiran 3. Data subjek pembawa sifat Thalassemia-β dan Hemoglobin E


No Elektroforesis Kelompok Jenis Usia Hb VER HER KHER HRR HRA (/μL) IRF LFR MFR HFR Saturasi Feritin CRP
Hb kelamin (thn) (g/dL) (fL) (pg) (g/dL) (%) (%) (%) (%) (%) transferin (ng/mL) (mg/L)
(%)
23 Thal B trait Tanpa DF Perempuan 34 10,7 63,1 19,1 30,2 1,81 101.500 13,1 86,9 12,2 0,9 28,9 36,3 2,71
24 Thal B trait Tanpa DF Perempuan 27 11,3 59,0 17,8 30,2 1,68 106.500 11,5 88,5 9,8 1,7 35,0 61,7 3,29
25 Thal B trait Tanpa DF Perempuan 44 11,3 64,0 19,6 30,5 1,15 66.500 8,2 91,8 7,8 0,4 25,0 36,4 0,30
26 Thal B trait Tanpa DF Perempuan 32 11,9 64,0 19,4 30,3 1,47 90.300 8,6 91,4 7,8 0,8 18,7 43,3 1,19
27 Thal B trait Tanpa DF Perempuan 38 12,1 66,6 20,5 30,8 1,74 102.700 17,7 82,3 12,3 5,4 29,9 45,5 1,23
28 Thal B trait Tanpa DF Perempuan 43 11,5 62,9 19,1 30,3 1,50 90.500 13,1 86,9 11,2 1,9 24,9 28,2 0,69
29 Thal B trait Tanpa DF Perempuan 42 10,3 61,4 19,6 31,9 1,70 89.400 10,9 89,1 10,0 0,9 29,9 92,3 3,55
30 Thal B trait Tanpa DF Perempuan 34 9,9 61,9 19,3 31,1 1,06 54.500 12,6 87,4 10,9 1,7 26,9 22,2 1,63
31 Thal B trait Tanpa DF Perempuan 26 11,4 64,0 19,9 31,1 1,01 57.900 4,6 95,4 4,4 0,2 32,8 63,2 0,12
32 Thal B trait Tanpa DF Perempuan 44 9,7 64,8 19,9 30,7 1,62 79.100 16,1 83,9 10,5 5,6 17,1 216,4 100,03
33 Thal B trait Tanpa DF Perempuan 34 10,8 64,6 20,3 31,5 1,34 71.200 13,4 86,6 11,6 1,8 19,4 100,3 3,13
34 Thal B trait Tanpa DF Perempuan 53 10,9 65,6 21,2 32,2 1,77 91.200 15,2 84,8 12,4 2.8 26,8 248,5 0,80
35 Thal B trait Tanpa DF Perempuan 53 10,2 66,1 20,1 31,4 1,18 59.800 11,9 88,1 11,4 0,5 33,2 85,5 0,28
36 Thal B trait Tanpa DF Perempuan 51 10,0 66,3 20,7 31,2 1,95 94.400 17,8 82,2 16,0 1,8 34,7 14,8 0,20
37 Thal B trait Tanpa DF Perempuan 32 9,9 60,1 19,3 32,0 2,05 105.400 8,9 91,1 8,0 0,9 33,7 227,9 0,46
38 Thal B trait Tanpa DF Perempuan 32 10,8 61,2 18,9 30,9 1,55 88.300 13,6 86,4 11,9 1,7 28,4 99,2 1,83
39 Thal B trait Tanpa DF Perempuan 35 11,1 64,8 19,5 30,2 1,60 90.900 12,5 87,5 11,3 1,2 27,5 49,4 1,90
40 Thal B trait Tanpa DF Perempuan 23 9,8 66,3 21,8 31,3 1,11 52.400 14,3 85,7 12,8 1,5 21,1 26,2 1,92
41 Thal B trait Tanpa DF Perempuan 49 13,0 60,6 19,0 31,3 1,66 113.900 11,0 89,0 10,0 1,0 40,3 164,0 0,23
42 Thal B trait Tanpa DF Perempuan 33 9,9 63,6 20,0 31,4 1,04 51.500 16,5 83,5 14,9 1,6 28,2 56,0 0,47
43 Thal B trait Tanpa DF Perempuan 38 10,8 63,7 20,3 32,0 1,32 70.100 7,9 92,1 7,1 0,8 34,5 93,2 0,46
44 Thal B trait Tanpa DF Perempuan 39 11,0 64,2 19,8 30,8 1,33 73.900 6,2 93,8 5,8 0,4 22,1 64,7 1,61

Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
77

Lampiran 3. Data subjek pembawa sifat Thalassemia-β dan Hemoglobin E


No Elektroforesis Kelompok Jenis Usia Hb VER HER KHER HRR HRA (/μL) IRF LFR MFR HFR Saturasi Feritin CRP
Hb kelamin (thn) (g/dL) (fL) (pg) (g/dL) (%) (%) (%) (%) (%) transferin (ng/mL) (mg/L)
(%)
45 Thal B trait Tanpa DF Perempuan 31 9,9 60,4 18,9 31,2 1,95 102.400 12,6 87,4 11,6 1,0 46,9 50,8 0,26
46 Thal B trait Tanpa DF Perempuan 45 11,9 64,2 19,4 30,3 1,65 101.000 15,9 84,1 13,1 2,8 34,2 199,0 2,08
47 Thal B trait Tanpa DF Perempuan 37 11,9 60,7 18,4 30,3 0,82 53.100 14,8 85,2 13,3 1,5 33,7 80,8 2,32
48 Thal B trait Tanpa DF Perempuan 30 12,2 65,2 20,3 31,1 0,94 56.500 9,4 90,6 7,9 1,5 23,7 263,4 4,79
49 Thal B trait Tanpa DF Perempuan 34 10,7 63,9 20,4 31,9 2,02 105.800 14,0 86,0 12,0 2,0 30,2 261,1 0,32
50 Thal B trait Tanpa DF Perempuan 36 10,7 65,1 20,1 30,8 1,57 83.700 18,6 81,4 13,5 5,1 24,4 111,9 2,79
51 Thal B trait Tanpa DF Perempuan 30 10,7 62,8 19,6 31,2 1,51 82.400 7,4 92,6 6,8 0,6 26,3 246,5 0,28
52 Thal B trait Tanpa DF Perempuan 42 11,2 62,3 19,5 31,4 1,44 82.500 14,0 86,0 12,8 1,2 27,8 86,8 5,94
53 Thal B trait Tanpa DF Perempuan 38 11,9 59,8 18,3 30,6 1,79 116.500 16,6 83,4 14,3 2,3 10,9 42,4 1,23
54 Thal B trait Tanpa DF Perempuan 30 11,3 62,4 19,4 31,1 1,43 83.200 16,6 83,4 14,4 2,2 26,3 127,7 0,29
55 Thal B trait Tanpa DF Perempuan 36 12,6 65,9 20,2 30,6 0,97 60.600 14,6 85,4 12,4 2,2 17,5 41,0 1,49
56 Thal B trait Tanpa DF Perempuan 37 10,9 61,6 19,2 31,2 1,23 69.700 6,5 93,5 6,1 0,4 25,9 56,8 0,39
57 Thal B trait Tanpa DF Perempuan 36 11,4 60,2 18,8 31,1 1,68 102.100 16,4 83,6 14,6 1,8 52,5 38,1 0,19
58 Thal B trait Tanpa DF Perempuan 39 9,7 62,0 19,5 31,5 1,39 69.100 12,8 87,2 11,4 1,4 19,5 29,3 1,93
59 Thal B trait Tanpa DF Perempuan 33 12,0 64,1 19,5 30,4 1,19 73.300 9,0 91,0 8,1 0,9 40,0 90,5 3,14
60 Thal B trait Tanpa DF Perempuan 45 11,0 63,4 19,5 30,7 2,16 122.000 9,8 90,2 9,3 0,5 32,4 29,1 0,61
61 Thal B trait Tanpa DF Perempuan 39 11,6 62,3 19,3 31,0 2,08 124.800 10,9 89,1 9,5 1,4 29,4 146,3 2,07
62 Thal B trait Tanpa DF Perempuan 54 11,1 66,1 20,5 31,0 1,77 95.900 18,1 81,9 15,1 2,6 36,2 141,2 0,25
63 Thal B trait Tanpa DF Perempuan 43 11,0 64,0 20,2 31,6 2,07 112.600 14,8 85,2 12,9 1,9 31,8 84,0 8,51
64 Thal B trait Tanpa DF Perempuan 21 11,5 63,0 20,4 32,3 1,37 77.400 17,3 82,7 14,4 2,9 18,4 40,9 2,01
65 Thal B trait Tanpa DF Perempuan 52 11,8 62,4 19,0 30,4 1,47 91.400 12,6 87,4 11,0 1,6 19,7 16,7 3,58
66 Thal B trait DF Perempuan 25 13,5 75,8 25,6 33,8 0,83 43.800 6,7 93,3 6,3 0,4 17,7 7,9 0,15

Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
78

Lampiran 3. Data subjek pembawa sifat Thalassemia-β dan Hemoglobin E


No Elektroforesis Kelompok Jenis Usia Hb VER HER KHER HRR HRA (/μL) IRF LFR MFR HFR Saturasi Feritin CRP
Hb kelamin (thn) (g/dL) (fL) (pg) (g/dL) (%) (%) (%) (%) (%) transferin (ng/mL) (mg/L)
(%)
67 Thal B trait DF Perempuan 32 11,7 64,9 18,9 29,5 0,97 60.000 11,0 89,0 9,0 2,0 17,4 14,1 3,26
68 Thal B trait DF Perempuan 49 9,9 59,2 17,4 29,4 0,96 54.600 24,0 76,0 16,9 7,1 15,4 10,9 2,63
69 Thal B trait DF Perempuan 25 10,8 60,7 18,3 30,2 1,44 85.000 12,8 87,2 11,1 1,7 10,1 14,5 1,56
70 Thal B trait DF Perempuan 43 10,1 60,6 18,8 31,1 2,11 11.300 24,4 75,6 16,7 7,7 16,2 14,9 4,86
71 Thal B trait DF Perempuan 16 9,3 60,0 17,5 29,2 1,04 55.300 19,9 80,1 16,9 3,0 6,9 5,4 0,07
72 Thal B trait DF Perempuan 36 11,0 64,3 20,0 31,2 1,03 56.500 11,9 88,1 10,1 1,8 12,7 14,0 1,23
73 HbE trait Tanpa DF Lelaki 27 16,0 72,9 24,0 32,9 1,69 112.900 15,3 84,7 13,2 2,1 19,2 40,0 4,89
74 HbE trait Tanpa DF Lelaki 36 13,9 73,9 23,5 31,8 1,38 81.600 14,7 85,3 13,3 1,4 38,0 151,5 0,70
75 HbE trait Tanpa DF Lelaki 54 14,4 80,7 26,5 32,8 0,91 49.500 11,1 88,9 9,8 1,3 46,1 106,2 2,97
76 HbE trait Tanpa DF Lelaki 40 15,3 74,6 24,4 32,8 1,04 65.100 9,8 90,2 8,5 1,3 42,7 254,7 0,40
77 HbE trait Tanpa DF Lelaki 36 13,8 74,5 24,9 33,4 0,75 41.600 10,2 89,8 8,8 1,4 39,2 213,0 1,90
78 HbE trait Tanpa DF Lelaki 29 14,1 70,0 23,3 33,3 0,83 50.300 7,9 92,1 7,3 0,6 10,4 27,5 0,47
79 HbE trait Tanpa DF Lelaki 49 14,0 75,0 24,8 33,1 0,95 53.600 11,3 88,7 10,9 0,4 43,5 312,0 1,01
80 HbE trait Tanpa DF Lelaki 45 14,6 75,9 25,2 33,2 0,98 56.800 6,0 94,0 5,5 0,5 42,9 193,1 2,09
81 HbE trait Tanpa DF Lelaki 25 14,1 71,5 23,8 33,3 0,70 41.500 6,9 93,1 6,5 0,4 52,0 186,4 0,32
82 HbE trait Tanpa DF Lelaki 22 15,1 73,1 23,9 32,6 1,23 77.900 12,8 87,2 11,0 1,8 41,8 92,2 2,93
83 HbE trait Tanpa DF Lelaki 37 14,1 77,6 26,3 33,9 0,89 47.700 7,3 92,7 7,1 0,2 34,1 197,7 0,10
84 HbE trait Tanpa DF Lelaki 39 16,1 78,6 25,8 32,8 1,01 63.100 12,7 87,3 11,6 1,1 37,4 115,7 0,72
85 HbE trait Tanpa DF Perempuan 29 12,8 73,4 23,8 32,4 1,07 57.600 7,7 92,3 7,0 0,7 27,7 25,5 0,24
86 HbE trait Tanpa DF Perempuan 47 10,6 68,9 22,5 32,6 0,63 29.700 6,7 93,3 6,5 0,2 24,0 17,7 0,23
87 HbE trait Tanpa DF Perempuan 33 10,6 67,8 21,1 31,1 1,57 79.000 12,2 87,8 10,4 1,8 59,7 139,5 0,10
88 HbE trait Tanpa DF Perempuan 33 13,2 77,9 24,5 31,4 0,90 48.500 7,6 92,4 7,2 0,4 40,1 16,4 0,21

Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
79

Lampiran 3. Data subjek pembawa sifat Thalassemia-β dan Hemoglobin E


No Elektroforesis Kelompok Jenis Usia Hb VER HER KHER HRR HRA (/μL) IRF LFR MFR HFR Saturasi Feritin CRP
Hb kelamin (thn) (g/dL) (fL) (pg) (g/dL) (%) (%) (%) (%) (%) transferin (ng/mL) (mg/L)
(%)
89 HbE trait Tanpa DF Perempuan 39 13,3 78,9 26,2 33,3 1,05 53.200 12,5 87,5 11,0 1,5 46,1 35,6 0,45
90 HbE trait Tanpa DF Perempuan 40 13,2 79,5 25,8 32,4 1,47 75.300 9,6 90,4 8,8 0,8 25,8 82,8 5,78
91 HbE trait Tanpa DF Perempuan 45 11,4 76,7 27,1 35,4 0,67 28.100 17,8 82,2 13,9 3,9 34,6 130,0 3,12
92 HbE trait Tanpa DF Perempuan 42 11,1 77,4 25,8 33,3 1,13 48.600 9,5 90,5 8,8 0,7 30,0 51,6 2,23
93 HbE trait Tanpa DF Perempuan 53 11,1 78,6 25,9 32,9 1,40 60.100 7,0 93,0 6,3 0,7 27,4 64,9 0,12
94 HbE trait Tanpa DF Perempuan 26 11,8 77,8 25,7 33,1 1,67 76.700 12,3 87,7 11,5 0,8 28,5 47,1 3,77
95 HbE trait Tanpa DF Perempuan 23 13,4 81,8 28,8 35,2 0,75 34.900 14,0 86,0 11,7 2,3 39,1 103,1 1,00
96 HbE trait Tanpa DF Perempuan 39 12,1 75,5 24,5 32,4 1,49 73.600 7,7 92,3 7,2 0,5 32,9 73,7 5,29
97 HbE trait Tanpa DF Perempuan 30 12,2 78,9 26,0 33,0 0,70 32.800 7,9 92,1 7,5 0,4 32,7 93,6 0,27
98 HbE trait DF Perempuan 34 10,3 69,5 22,2 31,9 0,84 39.100 11,4 88,6 10,1 1,3 12,4 5,6 0,98
Keterangan DF: defisiensi besi, HRR: hitung retikulosit relatif, HRA: hitung retikulosit absolut, IRF: immature reticulocyte
fraction, LFR: low fluorescence ratio, MFR: medium fluorescence ratio, HFR: high fluorescence ratio

Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
80

Lampiran 4. Perhitungan kriteria Chauvenet untuk menentukan nilai


pencilan yang dieksklusi pada perhitungan nilai rujukan
retikulosit dan fraksinya
Berdasarkan kriteria Chauvenet, rasio deviasi maksimal terhadap simpang
baku (dmax/SD) untuk jumlah sampel 120 adalah 2.86. Deviasi kritikal adalah
(dmax/SD) x simpang baku. Suatu pencilan dieksklusi apabila hasil deviasi sampel
lebih besar daripada deviasi kritikal.

1. Hitung retikulosit relatif


No Jenis Nilai Rerata Simpang Deviasi Deviasi
sampel kelamin HRR baku kritikal sampel
58 Lelaki 2.11 1.28 0.30 0.858 0.83
151 Perempuan 2.24 1.32 0.44 1.258 0.92
156 Perempuan 2.50 1.32 0.44 1.258 1.18
173 Perempuan 3.33 1.32 0.44 1.258 2.01*
184 Perempuan 2.25 1.32 0.44 1.258 0.93
203 Perempuan 2.56 1.32 0.44 1.258 1.24
249 Perempuan 2.38 1.32 0.44 1.258 1.06
* sampel dieksklusi karena hasil deviasi sampel lebih besar daripada deviasi
kritikal

2. Hitung retikulosit absolut


No Jenis Nilai Rerata Simpang Deviasi Deviasi
sampel kelamin HRA baku kritikal sampel
16 Lelaki 112.900 67.101 17.320 49.535,2 45.798
58 Lelaki 117.700 67.101 17.320 49.535,2 50.598*
173 Perempuan 165.200 60.267 20.543 58.752,98 104.932*
203 Perempuan 106.200 60.267 20.543 58.752,98 45.932
249 Perempuan 107.300 60.267 20.543 58.752,98 47.032
* sampel dieksklusi karena hasil deviasi sampel lebih besar daripada deviasi
kritikal

Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
81

3. Immature reticulocyte fraction relatif


No Jenis Nilai Rerata Simpang Deviasi Deviasi
sampel kelamin IRF baku kritikal sampel
57 Lelaki 15.0 7.4 2.6 7.436 7.6*
166 Perempuan 14.7 6.7 3.3 9.438 8.0
173 Perempuan 21.0 6.7 3.3 9.438 14.3*
203 Perempuan 18.8 6.7 3.3 9.438 12.1*
* sampel dieksklusi karena hasil deviasi sampel lebih besar daripada deviasi
kritikal

4. Immature reticulocyte fraction absolut


No Jenis Nilai Rerata Simpang Deviasi Deviasi
sampel kelamin IRF baku kritikal sampel
25 Lelaki 12.609 5.071 2.394 6.846,84 7.538*
58 Lelaki 11.770 5.071 2.394 6.846,84 6.699
152 Perempuan 11.200 4.395 3.999 11.437,14 6.805
166 Perempuan 12.113 4.395 3.999 11.437,14 7.718
173 Perempuan 34.692 4.395 3.999 11.437,14 30.297*
203 Perempuan 19.966 4.395 3.999 11.437,14 15.571*
249 Perempuan 15.237 4.395 3.999 11.437,14 10.842
* sampel dieksklusi karena hasil deviasi sampel lebih besar daripada deviasi
kritikal

5. Low fluorescence ratio relatif


No Jenis Nilai Rerata Simpang Deviasi Deviasi
sampel kelamin LFR baku kritikal sampel
57 Lelaki 85.0 92.6 2.6 7.436 -7.6*
166 Perempuan 85.3 93.2 3.3 9.438 -7.9
173 Perempuan 79.0 93.2 3.3 9.438 -14.2*
203 Perempuan 81.2 93.2 3.3 9.438 -12.0*
249 Perempuan 85.8 93.2 3.3 9.438 -7.4
* sampel dieksklusi karena hasil deviasi sampel lebih besar daripada deviasi
kritikal

Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
82

6. Low fluorescence ratio absolut


No Jenis Nilai Rerata Simpang Deviasi Deviasi
sampel kelamin LFR baku kritikal sampel
58 Lelaki 105.930 62.018 15.703 44.910,58 43.912
156 Perempuan 97.650 55.830 17.516 50.095,76 41.820
173 Perempuan 130.508 55.830 17.516 50.095,76 74.678*
* sampel dieksklusi karena hasil deviasi sampel lebih besar daripada deviasi
kritikal

7. Medium fluorescence ratio relatif


No Jenis Nilai Rerata Simpang Deviasi Deviasi
sampel kelamin MFR baku kritikal sampel
166 Perempuan 13.3 6.1 2.6 7.436 7.2
173 Perempuan 15.1 6.1 2.6 7.436 9.0*
174 Perempuan 12.6 6.1 2.6 7.436 6.5
* sampel dieksklusi karena hasil deviasi sampel lebih besar daripada deviasi
kritikal

8. Medium fluorescence ratio absolut


No Jenis Nilai Rerata Simpang Deviasi Deviasi
sampel kelamin MFR baku kritikal sampel
25 Lelaki 10.928 4.582 2.092 5.983,12 6.346*
58 Lelaki 10.946 4.582 2.092 5.983,12 6.364*
152 Perempuan 9.450 3.939 2.987 8.542,82 5.511
166 Perempuan 10.959 3.939 2.987 8.542,82 7.020
173 Perempuan 24.945 3.939 2.987 8.542,82 21.006*
203 Perempuan 12.001 3.939 2.987 8.542,82 8.062
249 Perempuan 12.876 3.939 2.987 8.542,82 8.937*
* sampel dieksklusi karena hasil deviasi sampel lebih besar daripada deviasi
kritikal

Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
83

9. High fluorescence ratio relatif


No Jenis Nilai Rerata Simpang Deviasi Deviasi
sampel kelamin HFR baku kritikal sampel
45 Lelaki 2.3 0.7 0.5 1.43 1.6*
57 Lelaki 2.8 0.7 0.5 1.43 2.1*
115 Lelaki 2.1 0.7 0.5 1.43 1.4
152 Perempuan 2.0 0.7 0.9 2.574 1.3
173 Perempuan 5.9 0.7 0.9 2.574 5.2*
203 Perempuan 7.5 0.7 0.9 2.574 6.8*
223 Perempuan 1.8 0.7 0.9 2.574 1.1
228 Perempuan 2.4 0.7 0.9 2.574 1.7
249 Perempuan 2.2 0.7 0.9 2.574 1.5
* sampel dieksklusi karena hasil deviasi sampel lebih besar daripada deviasi
kritikal

10. High fluorescence ratio absolut


No Jenis Nilai Rerata Simpang Deviasi Deviasi
sampel kelamin HFR baku kritikal sampel
25 Lelaki 1.681 489 374 1.069,64 1.192*
45 Lelaki 1.672 489 374 1.069,64 1.183*
57 Lelaki 1.884 489 374 1.069,64 1.395*
139 Perempuan 1.011 499 1.158 3.311,88 512
152 Perempuan 1.750 499 1.158 3.311,88 1.251
166 Perempuan 1.154 499 1.158 3.311,88 655
173 Perempuan 9.747 499 1.158 3.311,88 9.248*
203 Perempuan 7.965 499 1.158 3.311,88 7.466*
207 Perempuan 1.389 499 1.158 3.311,88 890
223 Perempuan 1.186 499 1.158 3.311,88 687
228 Perempuan 1.596 499 1.158 3.311,88 1.097
249 Perempuan 2.361 499 1.158 3.311,88 1.862
* sampel dieksklusi karena hasil deviasi sampel lebih besar daripada deviasi
kritikal

Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
84

Lampiran 5. Uji deviasi normal baku untuk nilai rujukan retikulosit dan
fraksinya.

Parameter Jumlah subjek Rerata Simpang baku z


Lelaki Perempuan Lelaki Perempuan Lelaki Perempuan
HRR 129 119 1,3 1,28 0,3 0,4 0,4a
HRA 128 119 66.706 59.385 16.793 18.206 3,3b
IRF relatif 128 118 7,3 6,5 2,5 2,8 2,4a
IRF absolut 128 118 5.012 4.006 2.308 2.489 3,3b
HFR relatif 127 118 0,7 0,6 0,46 0,47 1,67a
HFR 126 118 459 357 322 369 2,3a
absolut
MFR relatif 129 119 6,7 6,1 2,2 2,4 2,05a
MFR 127 118 4.482 3.685 1.948 2.135 3,04b
absolut
LFR relatif 128 118 92,6 93,4 2,5 2,8 2,4a
LFR absolut 129 118 62.018 55.203 15.703 16.179 3,35b
a
nilai rujukan lelaki dan perempuan digabung
b
nilai rujukan lelaki dan perempuan dipisah

Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
85

Lampiran 6. Keterangan lolos kaji etik

Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
86

Lampiran 7. Surat keterangan ijin penelitian

Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
87

Lampiran 8. Informasi penelitian


INFORMASI PENELITIAN

Profil Maturitas Retikulosit pada Orang Dewasa Normal serta Pembawa


Sifat Thalassemia-β dan Hemoglobin E dengan Sysmex XN-2000

Bapak/Ibu/Sdr/i yang terhormat, bacalah informasi di bawah ini dengan baik.


Bapak/Ibu/Saudara/i diminta untuk ikut berpartisipasi dalam penelitian ini karena
Bapak/Ibu/Saudara/i adalah peserta uji kesehatan (medical check up) atau
Bapak/Ibu/Saudara/I adalah keluarga dari pasien thalassemia mayor yang
membawa sifat thalassemia. Thalassemia adalah salah satu kelainan darah yang
dapat menyebabkan kekurangan darah (anemia) terus-menerus. Thalassemia
mayor adalah thalassemia yang perlu transfusi darah terus-menerus. Keluarga dari
pasien thalassemia mayor merupakan pembawa sifat thalassemia.
Pada penelitian ini akan diperiksa kematangan sel darah merah untuk mengetahui
aktivitas proses pembentukan sel darah merah di dalam tubuh. Di samping itu juga
akan dilakukan pemeriksaan status besi karena jumlah besi di tubuh
mempengaruhi proses pembentukan sel darah merah. Penelitian ini ingin
mendapatkan gambaran aktivitas proses pembentukan sel darah merah baik pada
orang normal maupun pada keluarga pasien thalassemia baik yang defisiensi besi
ataupun tidak defisiensi besi. Dengan mengetahui aktivitas proses pembentukan
sel darah merah, dapat mengarahkan terapi anemia. Di samping itu karena
dilakukan juga pemeriksaan status besi, Bapak/Ibu/saudara/I dapat mengetahui
apakah terdapat defisiensi besi atau tidak.
Apabila Bapak/Ibu/saudara/i bersedia mengikuti penelitian ini, kami akan
melakukan pengambilan darah di daerah lipat siku sebanyak 6 mL (setengah
sendok makan). Tindakan pengambilan darah biasanya hanya menimbulkan nyeri
ringan dan tidak menjadi masalah serius. Perdarahan dapat dicegah dengan
penekanan pada tempat pengambilan darah setelah jarum dicabut. Selain itu, kami
juga akan mengambil beberapa data dari rekam medis yang dianggap perlu dan
berhubungan dengan penelitian ini.
Keikutsertaan Bapak/Ibu/Saudara/i dalam pelitian ini bersifat sukarela dan tidak
ada sangsi apapun bila Bapak/Ibu/Saudara/i menolak untuk berpartisipasi.
Bapak/Ibu/Saudara/i tidak dikenai biaya apapun dan semua informasi yang
didapat dari penelitian ini akan dijaga kerahasiannya.
Bapak/Ibu/Saudara/i diberikan kesempatan untuk menanyakan semua hal yang
belum jelas. Bila ada masalah yang berhubungan dengan penelitian ini dapat
menghubungi peneliti yaitu:
Peneliti,
dr. Cussi Lestari Siladjaja
Departemen Patologi Klinik
RSUPN Cipto Mangunkusumo
Jl. Diponegoro no.71 Jakarta Pusat
Telp. (021) 314 2265, 0811 8300983

Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
88

Lampiran 9. Formulir persetujuan mengikuti penelitian

PERSETUJUAN MENGIKUTI PENELITIAN

Yang bertanda-tangan di bawah ini:

Nama :

Usia : Tahun
Alamat :
No. telp :

setelah mendapat keterangan dan penjelasan secukupnya serta menyadari manfaat


penelitian tersebut di bawah ini yang berjudul:
Profil Maturitas Retikulosit pada Orang Dewasa Normal serta Pembawa
Sifat
Thalassemia-β dan Hemoglobin E dengan Sysmex XN-2000
secara sukarela menyetujui diri sendiri diikutsertakan dalam penelitian ini.

Jakarta, …………………2014

Pemberi penjelasan, Peserta penelitian,

( ) (……………………..)

Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014

Anda mungkin juga menyukai