TESIS
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS PATOLOGI KLINIK
JAKARTA
DESEMBER 2014
TESIS
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS PATOLOGI KLINIK
JAKARTA
DESEMBER 2014
i Universitas Indonesia
Puji Syukur saya panjatkan kepada Tuhan YME atas berkat dan karuniaNya,
saya dapat menyelesaikan pendidikan di Departemen Patologi Klinik, Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Penulisan tesis ini untuk memenuhi salah satu
syarat mencapai gelar Spesialis Patologi Klinik.
Selama masa pendidikan dan selama masa penyusunan tesis ini saya
didukung oleh berbagai pihak. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih
setulus hati kepada:
a. dr. Alida R. Harahap, SpPK(K), PhD selaku guru dan pembimbing tesis
saya, yang telah banyak mendorong dan membantu saya sehingga saya
dapat menyelesaikan tugas akhir saya dengan baik.
b. Prof. dr. Riadi Wirawan, SpPK(K) selaku guru dan pembimbing tesis saya,
yang telah banyak membantu saya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas
akhir saya dengan baik.
c. Dr. dr. Pustika Amalia Wahidiyat, SpA(K) selaku pembimbing tesis saya,
yang telah banyak memberikan masukan untuk tugas akhir saya.
d. Prof. dra. Arini Setiawati, PhD, selaku pembimbing tesis saya, yang telah
banyak memberikan masukan mengenai statistic untuk tugas akhir saya.
e. dr. Farida Oesman, SpPK(K), selaku guru dan penguji tesis saya, yang telah
banyak memberikan saran dari segi akademis maupun non-akademis dalam
penyelesaian tesis saya.
f. Dr. dr. Diana Aulia, SpPK(K), selaku guru dan penguji tesis saya, arahan
dan saran Beliau membantu saya dalam menyelesaikan tesis saya.
g. dr. Ninik Sukartini, DMM, SpPK(K), selaku guru dan penguji tesis saya,
yang telah memberikan masukan yang sangat berharga untuk tesis saya.
h. Prof. dr. Suzanna Immanuel, SpPK(K), selaku guru dan ketua program
studi, dr. Yusra, SpPK, PhD selaku sekretaris program studi, yang banyak
membantu saya selama belajar di Departemen Patologi Klinik FKUI/RSCM
i. Semua guru-guru saya: Prof. Dr. dr. Rustadi Sosrosumihardjo, DMM, MS,
SpPK(K); Prof. dr. Marzuki Suryaatmadja, SpPK(K); Prof. dr.
Rahajuningsih Dharma Setiabudy, SpPK(K), DSc, FACT; Dr. dr. Ina S.
Timan, SpPK(K); dr. Dalima AW Astrawinata, SpPK(K), MEpid; dr. Tonny
iv Universitas Indonesia
v Universitas Indonesia
Latar belakang: Retikulosit dapat dibedakan menjadi beberapa fraksi berdasarkan tingkat
maturitasnya yaitu high fluorescence ratio (HFR), medium fluorescence ratio (MFR), low
fluorescence ratio (LFR) yang diukur berdasarkan banyaknya kandungan RNA. Immature
reticulocyte fraction (IRF) merupakan gabungan fraksi MFR dan HFR. Tingkat maturitas
retikulosit dapat menjadi indikator klinis aktivitas eritropoiesis dan eritropoiesis inefektif.
Eritropoiesis inefektif merupakan salah satu patofisiologi pada thalassemia dan HbE. Pada
defisiensi besi, eritropoiesis menurun karena besi sebagai salah satu bahan baku
pembentukan hemoglobin jumlahnya kurang sehingga jumlah retikulosit menurun
Tujuan: Mendapatkan gambaran retikulosit dan fraksinya pada orang Indonesia dewasa
normal yang dapat digunakan sebagai nilai rujukan, serta pada pembawa sifat thalassemia-
β atau hemoglobin E dengan dan tanpa defisiensi besi untuk menilai aktivitas eritropoiesis
dan eritropoiesis inefektif
Metode: Desain penelitian adalah potong lintang, dengan menggunakan 249 subjek sehat
dan 98 subjek keluarga pasien thalassemia yang berobat ke poliklinik thalassemia
Hasil:Nilai rujukan retikulosit dan fraksinya pada orang dewasa adalah hitung retikulosit
relatif (HRR) lelaki dan perempuan 0,7 – 2,2%, hitung retikulosit absolut (HRA) lelaki
35.988 – 101.198 /μL dan HRA perempuan 26.400 – 105.000 /μL, IRF relatif lelaki dan
perempuan 2,4 – 13,4%, IRF absolut lelaki 1.343 – 10.049 /μL dan perempuan 764 – 11.223
/μL, LFE relatif lelaki dan perempuan 86,6 – 97,4%, LFR absolut lelaki 32.444 – 97.573
/μL dan perempuan 25.634 – 92.063 /μL. HRR dan HRA subjek pembawa sifat
thalassemia-β atau HbE dalam rentang nilai rujukan tetapi IRF lebih tinggi dari orang sehat.
Pada pembawa sifat thalassemia-β atau HbE dengan defisiensi besi didapatkan HRR, HRA,
dan IRF lebih rendahdaripada subjek tanpa defisiensi besi, tetapi lebih tinggi daripada
orang sehat.
Kesimpulan: HRR dan HRA pembawa sifat thalassemia-β atau HbE dalam rentang nilai
rujukan tetapi IRF lebih tinggi, menunjukkan terjadi eritropoiesis inefektif. HRR, HRA,
dan IRF pembawa sifat thalassemia-β atau HbE dengan defisiensi besi lebih rendah
daripada subjek tanpa defisiensi besi tetapi lebih tinggi daripada orang sehat, menunjukkan
eritropoiesis inefektif juga terjadi pada subjek defisiensi besi walaupun aktivitas
eritropoiesis lebih rendah daripada subjek tanpa defisiensi besi.
Kata kunci: retikulosit, maturitas retikulosit, thalassemia, defisiensi besi
Objective: to obtain profile of reticulocyte and its fractions in normal adults that can be
used as reference interval, and in β-thalassemia or hemoglobin E carriers with and without
iron deficiency to assess erythropoiesis activity and ineffective erythropoiesis.
Methods: a cross sectional study. There were 249 healthy subjects and 98 family members
of thalassemia patients in thalassemia policlinic.
Results: MFR and HFR had poor precision thus results of both parameters were unreliable.
Reference interval for reticulocyte and its fractions in normal adults are relative reticulocyte
count (RRC) male and female 0.7 – 2.2%, absolute reticulocyte count (ARC) male 35,988
– 101,198 /μL and female 26,400 – 105,000/μL, relative IRF maleand female 2.4 – 13.4%,
absolute IRF male 1,343 – 10,049/μL and female 764 – 11.223/μL, relative LFR male and
female 86.6 – 97,4%, absolute LFR male 32,444 – 97,573/μL and female 25.634 –
92.063/μL. RRC and ARC ofthalassemia-β or HbE carriers were within reference interval,
but IRF were higher than in normal adults. RRC, ARC, and IRF inthalassemia-β or HbE
carriers with iron deficiency were lower than those without iron deficiency, but higher than
in normal adults
Conclusions: RRC and ARC of β-thalassemia or HbE carriers were within reference
interval, but IRF were higher, showed ineffective erythropoiesis. RRC, ARC, and IRFβ-
thalassemia or HbE carriers with iron deficiency were lower than those without iron
deficiency, but higher than in normal adults. It showed that ineffective erythropoiesis also
occurred in those with iron deficiency despite lower erythropoiesis activity.
HALAMAN JUDUL……………………...................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ……………………………………... ii
HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………………… iii
KATA PENGANTAR………………………………………………………………… iv
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH………………………... vi
ABSTRAK…………………………………………………………………………….. vii
ABSTRAK…………………………………………………………………………….. viii
DAFTAR ISI………………………………………………………………………...... ix
DAFTAR TABEL…………………………………………………………………….. xi
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………………….. xii
DARTAR LAMPIRAN……………………………………………………………….. xiii
DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN…………………………………………….. xiv
1. PENDAHULUAN…………………………………………………………………1
1.1. Latar belakang…………………………………………………………………….. 1
1.2. Permasalahan……………………………………………………………………… 3
1.3. Tujuan penelitian………………………………………………………………….. 4
1.3.1. Tujuan umum……………………………………………………………... 4
1.3.2. Tujuan khusus…………………………………………………………….. 4
1.4. Manfaat penelitian………………………………………………………………… 4
1.4.1. manfaat klinis…………………………………………………………….. 4
1.4.2. manfaat akademis………………………………………………………… 4
2. TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………………….. 5
2.1. Thalassemia……………………………………………………………………….. 5
2.1.1. Sintesis hemoglobin………………………………………………………. 5
2.1.2. Definisi dan tipe thalassemia……………………………………………... 9
2.1.3. Thalassemia-β……………………………………………………………. 10
2.1.3.1. Patologi molekular……………………………………………….. 10
2.1.3.2. Patofisiologi……………………………………………………… 11
2.1.3.3. Manifestasi klinis………………………………………………… 13
2.1.3.4. Temuan laboratoris………………………………………………. 14
2.1.4. Hemoglobin E…………………………………………………………….. 15
2.1.4.1. Pembawa sifat hemoglobin E……………………………………. 16
2.1.5. Defisiensi besi dan thalassemia intermedia/minor……………………….. 16
2.2. Immature reticulocyte fraction……………………………………………………..17
2.2.1. Fisiologi retikulosit……………………………………………………….. 17
2.2.2. Hubungan efektivitas eritropoiesis dan retikulosit……………………….. 19
2.2.3. Pemeriksaan retikulosit otomatik………………………………………… 20
2.3. Kerangka teori…………………………………………………………………….. 22
2.4. Kerangka konsep………………………………………………………………….. 23
3. METODOLOGI PENELITIAN………………………………………………… 24
3.1. Desain penelitian………………………………………………………………….. 24
3.2. Tempat dan waktu penelitian……………………………………………………… 24
3.3. Subjek penelitian………………………………………………………………….. 24
3.3.1. Subjek penelitian profil maturitas retikulosit pada orang dewasa normal...24
3.3.2. Subjek penelitian profil maturitas retikulosit pada pembawa sifat thalassemia-
β atau hemoglobin E……………………………………………………… 25
ix Universitas Indonesia
4. HASIL
PENELITIAN……………………………………………………………………..37
4.1. Uji ketelitian dan ketepatan……………………………………………………….. 37
4.2. Nilai rujukan retikulosit dan fraksinya………………………………………......... 41
4.2.1. Subjek penelitian…………………………………………………………. 41
4.2.2. Karakteristik subjek………………………………………………………. 41
4.2.3. Perhitungan statistik……………………………………………………….42
4.3. Profil maturitas retikulosit pada pembawa sifat thalassemia-β atau hemoglobin E. 44
4.3.1. Subjek penelitian…………………………………………………………. 44
4.3.2. Karakteristik subjek………………………………………………………. 44
4.3.3. Profil maturitas retikulosit………………………………………………... 45
5. PEMBAHASAN………………………………………………………………….. 48
5.1. Uji ketelitian dan ketepatan……………………………………………………….. 48
5.2. Nilai rujukan retikulosit dan fraksinya……………………………………………. 52
5.3. Profil maturitas retikulosit pada pembawa sifat thalassemia-β atau hemoglobin E. 55
5.4. Keterbatasan penelitian……………………………………………………………. 57
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………… 61
LAMPIRAN……. …………………………………………………………………….. 67
x Universitas Indonesia
xi Universitas Indonesia
BAB I
PENDAHULUAN
1 Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
2
Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
3
Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
4
Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Thalassemia
Thalassemia pertama kali ditemukan oleh Thomas B Cooley pada tahun
1925 di Detroit. Dr. Cooley mendeskripsikan beberapa bayi yang menderita
anemia berat dengan splenomegali dan kelainan tulang. Pada tahun 1932, Whipple
dan Bradford mempublikasikan temuan patologik serta memberi nama
‘Thalassemia’ yang berasal dari bahasa Yunani θαλασσα yang berarti laut karena
banyak pasien ditemukan berasal dari daerah Mediterania. Setelah tahun 1940
baru diketahui karakteristik genetik thalassemia. Saat ini thalassemia dapat
ditemukan di berbagai belahan dunia, dari daerah Mediterania, Timur Tengah,
hingga Asia Tenggara.1,8,9
Manifestasi klinis thalassemia bervariasi. Pada thalassemia homosigot /
heterosigot ganda pasien mengalami anemia berat dan dapat meninggal pada saat
anak bila tidak ditatalaksana dengan baik. Pada pembawa sifat thalassemia
manifestasi klinis bervariasi dari tanpa gejala hingga bergejala seperti individu
yang homosigot / heterosigot ganda.1,8,10
5 Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
6
serta hemoglobin A2 (α2δ2) dan hemoglobin F (α2γ2). Pada masa embrio dan fetus
terdapat Hb Portland (ζ2γ2), Hb Gower 1 (ζ2ε2), Hb Gower 2 (α2ε2), dan Hb F
(α2γ2).8,9
Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
7
Pada orang dewasa normal, terdapat 3 fraksi hemoglobin yaitu HbA, HbA2,
dan HbF. Hb A merupakan komponen mayor hemoglobin. Meskipun HbA dapat
ditemukan sejak usia minggu kesembilan gestasi, sintesis rantai β tidak melebihi
sintesis rantai γ sampai setelah lahir. Pada minggu ke-36 gestasi, sintesis rantai β
meningkat secara nyata sedangkan sintesis rantai γ menurun sehingga saat lahir
jumlah rantai β dan γ seimbang. Setelah lahir HbA terus meningkat hingga
mencapai kadar seperti dewasa normal pada akhir tahun pertama kehidupan
(>95%). Produksi HbF <1% dari hemoglobin dewasa normal. Produksi HbA2
terjadi pada masa fetus akhir dan pada saat lahir kadarnya <1%, kemudian
kadarnya mencapai sama seperti dewasa normal setelah usia 1 tahun yaitu 1,5-3%,
Pertukaran (switch) dari HbF ke HbA terjadi pada 3-6 bulan setelah lahir saat
sintesis rantai γ diganti dengan rantai β seperti terlihat pada gambar 2.3.13,14
Gambar 2.3. Sintesis rantai globin pada usia pranatal dan postnatal13
Gen yang mengatur sintesis rantai globin terdiri dari 3 ekson dan 2 intron.
Pada proses transkripsi terbentuk messenger RNA (mRNA) yang mengandung
ekson dan intron dengan bantuan RNA polimerase II. Intron dari mRNA yang
terbentuk akan hilang melalui proses splicing. Intron selalui diawali dengan
dinukleotida GT pada ujung 5’ dan diakhiri dinukleotida AG pada ujung 3’.
Ujung 5’ mRNA ditambahkan struktur CAP yang terdiri dari 7 metil-guanosin.
Struktur CAP penting untuk perlekatan pada ribosom. Ujung 3’ mRNA
Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
8
Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
9
β+
HbA2 normal
Dominan
Tidak terkait dengan gen rantai β
Thalassemia δβ (δβ)0
(δβ)+
(Aγ δβ)0
Thalassemia γ
Thalassemia δ δ0
δ+
Thalassemia εγδβ
Hereditary persistence of Delesi (δβ)0 , (Aγ δβ)0
fetal haemoglobin Non-delesi
Terkait dengan gen rantai β γβ , γβ
G + A +
Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
10
2.1.3. Thalassemia-β
Thalassemia-β tersebar luas di Mediterania, Timur Tengah, India-Pakistan,
dan Asia Tenggara. Penyakit ini juga banyak ditemukan di bagian selatan dari
bekas Uni Soviet dan Cina. Namun thalassemia-β tidak terbatas pada daerah
tersebut, tetapi tersebar secara sporadis di berbagai ras.8,10
Pada thalasemia-β0 tidak terdapat sintesis rantai β, sedangkan pada
thalasemia-β+ terjadi defisiensi parsial rantai β. Lebih dari 200 mutasi di dalam
atau sekitar gen globin β diketahui menyebabkan penurunan atau tiadanya
produksi globin-β.10
Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
11
2.1.3.2. Patofisiologi
Pada individu normal, rantai α dan β diproduksi dalam jumlah seimbang.
Pada thalassemia-β terjadi penurunan atau tidak adanya sintesis rantai-β sehingga
terjadi kelebihan rantai-α.1,8,10,17 Hampir seluruh patofisiologi thalassemia-β
berkaitan dengan ketidakseimbangan sintesis rantai globin ini.
Rantai-α yang berlebih tidak dapat membentuk struktur tetramer
hemoglobin yang stabil sehingga berpresipitasi di dalam prekursor eritroid.
Presipitasi tersebut menghasilkan badan inklusi yang dapat mengganggu
pematangan eritroid. Pada sumsum tulang, presipitasi dapat terlihat paling dini
pada prekursor ertroid yang membentuk hemoglobin dan sepanjang jalur
pematangan eritroid. Badan inklusi menyebabkan destruksi prekursor eritroid
intramedular sehingga terjadi eritropoiesis inefektif yang merupakan salah satu
ciri thalassemia. Eritrosit yang masuk ke sirkulasi mengandung badan inklusi dari
rantai-α yang dapat mengganggu perjalanan eritrosit melalui mikrosirkulasi
terutama di limpa.8,10,15,16
Kerusakan membran eritrosit oleh presipitasi rantai-α terjadi selain akibat
rantai-α yang berlebih juga akibat produk degradasi dari rantai-α bebas yaitu
globin, heme, hemin (heme yang teroksidasi), dan besi bebas. Rantai globin yang
berlebih dapat berikatan dengan protein membran eritrosit sehingga merusak
struktur dan fungsi membran. Besi berlebih bersifat radikal bebas sehingga
merusak protein dan lipid membran serta organel intraselular eritrosit. Heme dan
hemin mengkatalisis pembentuk berbagai reative oxygen species (ROS) yang
merusak membran eritrosit. Membran eritrosit menjadi kaku, eritrosit menjadi
dehidrasi, kurang kalium, serta memiliki kadar kalsium tinggi dan kadar ATP
yang rendah.8,10,15,18
Anemia pada thalassemia terjadi akibat 3 komponen. Pertama akibat
eritropoiesis inefektif yaitu terjadi destruksi intramedular dari prekursor eritrosit.
Kedua akibat hemolisis yaitu destruksi eritrosit matur yang mengandung inklusi
rantai-α. Ketiga adalah eritrosit mikrositik hipokrom akibat penurunan sintesis
hemoglobin secara keseluruhan.7,10 Anemia merangsang produksi eritropoietin
sehingga terjadi ekspansi sumsum tulang yang dapat menyebabkan deformitas
Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
12
tulang tengkorak dan tulang panjang. Limpa menjadi hipertrofi akibat peningkatan
destruksi eritrosit abnormal. Splenomegali selanjutnya menyebabkan peningkatan
sekuestrasi eritrosit dan berperan menyebabkan anemia.8,16 Pada orang dewasa
normal, sekitar 2-3 juta sel darah merah baru diproduksi setiap detik, tetapi pada
thalassemia berat terjadi peningkatan eritropoiesis sebanyak 20-30 kali untuk
mengatasi anemia yang terjadi.12 Pemberian transfusi darah yang rutin pada
thalassemia mayor dapat membantu mengatasi anemia namun dapat terjadi
akumulasi besi di hati, kelenjar endorin dan miokardium.8
Pada thalassemia-β sintesis HbF dan HbA2 tidak menurun. Produksi
hemoglobin fetal dalam uterus berlangsung normal. Manifestasi klinis thalassemia
mulai timbul saat terjadi pertukaran (switch) dari rantai γ ke rantai β. Namun
beberapa prekursor eritroid dewasa mampu memproduksi rantai-γ dalam jumlah
yang bervariasi. Eritrosit yang mampu memproduksi rantai-γ lebih banyak di
sumsum tulang dapat lebih bertahan terhadap efek presipitasi rantai-α. Produksi
fraksi HbF dan HbA2 meningkat pada thalassemia-β karena sintesis rantai-γ dan
rantai-δ berjalan baik.3,8,10
Berlebih
Denaturasi
Degradasi
Survival sekeltif
prekursor eritrosit yang Destruksi precursor
mengandung HbF Hemolisis eritrosit
Afinitas oksigen
eritrosit tinggi Anemia
Hantaran O2 Hipoksia
menurun jaringan
Eritropoietin Transfusi
Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
13
Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
14
Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
15
Kadar VER berkisar 50-70 fL, HER 20-22 pg, dan hitung retikulosit normal.
Sumsum tulang menunjukkan hiperplasia eritroid ringan. Splenomegali jarang
terjadi. Kadar HbA2 berkisar 3,5-7% serta kadar HbF 1-3% pada sekitar 50%
kasus.8,10
Hitung retikulosit dapat digunakan untuk menilai aktivitas eritropoiesis.
Anemia pada thalassemia terjadi akibat adanya eritropoiesis inefektif, hemolisis
kronik dan penurunan sintesis rantai globin. Tubuh berusaha mengatasi anemia
dengan meningkatkan eritropoiesis. Peningkatan eritropoiesis ini dapat dinilai dari
peningkatan retikulosit, tetapi adanya eritropoiesis inefektif menyebabkan
peningkatan retikulosit yang terjadi ringan. Pada thalassemia-β heterosigot,
anemia yang terjadi tidak seberat thalassemia-β homosigot/heterosigot ganda
sehingga peningkatan aktivitas eritropoiesis juga tidak setinggi thalassemia-β
homosigot/heterosigot ganda. Adanya eritropoiesis inefektif pada thalassemia-β
heterosigot dapat menyebabkan retikulosit normal. Eritropoiesis inefektif ini juga
menyebabkan retikulosit imatur dihancurkan sebelum menjadi retikulosti matur
sehingga pada pemeriksaan maturitas retikulosit didapatkan peningkatan fraksi
retikulosit imatur.
2.1.4. Hemoglobin E
Hemoglobin E (HbE) meurpakan varian rantai globin β yaitu adanya
substitusi asam glutamat menjadi lisin pada kodon ke-26 dari gen globin β.
Prevalensi hemoglobinopati ini tinggi di regio Asia Tenggara, yaitu 60% pasien
HbE terdapat di Thailand, Laos, dan Kamboja. Hemoglobin E juga ditemukan di
Sri Lanka, India bagian Timur Laut, Bangladesh, Pakistan, Nepal, Vietnam,
Malaysia, Filipina, Indonesia, dan Turki.20,21
Mutasi pada HbE menyebabkan aktivasi situs sambungan (splicing)
mRNA kriptik, yaitu terjadi situs sambungan palsu dekat ujung 3’ ekson 1
sehingga terdapat penambahan daerah mRNA yang tersambung abnormal.
Akibatnya terjadi penurunan sintesis rantai βE dan selanjutnya menyebabkan
terdapatnya rantai α bebas yang sifatnya tidak stabil. Hemoglobin E dikatakan
sebagai hemoglobinopati talasemik karena fenotipenya dapat menyerupai
thalassemia. Hemoglobin E juga memiliki kontak rantai α1β1 yang lemah
Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
16
Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
17
Hepsidin berfungsi sebagai regulator besi tubuh dengan cara berikatan dengan
ferroportin yang terdapat pada enterosit, hepatosit dan makrofag. Hepsidin
menghambat keluarnya besi dari enterosit, hepatosit dan makrofag ke plasma
sehingga kadar besi darah rendah. Penurunan hepsidin seperti yang terjadi pada
defisiensi besi dan peningkatan aktivitas eritropoiesis menyebabkan peningkatan
absorpsi besi di enterosit dan pelepasan simpanan besi dari makrofag dan
hepatosit ke darah sehingga jumlah besi di darah meningkat dan sintesis
hemoglobin tubuh juga meningkat.24
Pada thalassemia intermedia/minor dengan defisiensi besi, penurunan
hepsidin selain akibat defisiensi besi, juga terjadi akibat peningkatan aktivitas
eritropoiesis dan anemia pada thalassemia. Peningkatan penglepasan besi dari
makrofag dan absorpsi besi intestinal menyebabkan feritin rendah dan kadar besi
serum tinggi. Peningkatan kadar besi serum yang tinggi ini menyebabkan iron
overload dan penumpukan besi terutama di hati yang merupakan tempat utama
penyimpanan besi tubuh dalam bentuk feritin.25,26 Sehingga pada thalassemia
intermedia/minor juga dapat terjadi kelebihan besi walaupun tidak mendapatkan
transfusi rutin.
Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
18
keseimbangan antara pembentukan sel darah merah baru di sumsum tulang dan
destruksi sel darah merah tua.28,29
Satu siklus eitropoesis berlangsung sekitar 5-7 hari mulai dari rubriblas
sampai menjadi eritrosit matang. Perubahan pada setiap stadium maturasi ditandai
dengan peningkatan kondensasi kromatin inti, anak inti akan hilang, dan
perubahan warna sitoplasma dari biru tua dengan kandungan RNA yang tinggi
menjadi kemerah-merahan yang menandakan terdapatnya hemoglobin.29,30
Oksigenasi jaringan dapat mempengaruhi eritropoiesis melalui berbagai
faktor transkripsi dan sitokin, salah satunya adalah eritropoietin (EPO).
Eritropoietin merupakan hormon yang dihasilkan di ginjal (utama) dan hati
sebagai respons terhadap hipoksia dan berperan sebagai pengatur humoral utama
dari eritropoiesis. Eritropoietin akan menginduksi diferensiasi prekursor ertroid
menjadi rubriblas dan selanjutnya menjadi eritrosit matang, sehingga
menyebabkan peningkatan produksi eritrosit. Eritropoietin juga menjaga viabilitas
sel eritroid.28,29
Adanya inflamasi dapat mengganggu eritropoiesis. Sitokin proinflamasi
yang dihasilkan makrofag saat inflamasi seperti interleukin-1 (IL-1), tumor
necrosis factor (TNF)-α, interferon (IFN)-γ berperan dalam menekan eritropoiesis.
Tumor necrosis factor-α menghambat pembentukan burst forming units-erytrhoid
(BFU-E) dan menyebabkan penurunan produksi eritropoietin oleh ginjal.31
Interlukin-1 dan TNF-α juga menyebabkan penurunan respons sumsum tulang
terhadap eritropoietin.32 Interferon-γ menghambat pembentuk colony forming
units-erytrhoid (CFU-E).33
Pematangan retikulosit terjadi selama 2-3 hari, dengan separuh pertama
terjadi di sumsum tulang dan separuh selanjutnya di sirkulasi. Saat masuk di
sirkulasi, retikulosit masih mengandung mitokondria, sejumlah kecil ribosom,
sentriol, dan sisa aparatus Golgi. Retikulosit tidak mengandung retikulum
endoplasmik. Akibat kandungan ribosomnya, retikulosit berwarna kebiruan
dengan pewarnaan Romanowsky sehingga disebut sebagai eritrosit polikrom.
Ukuran retikulosit lebih besar daripada eritrosit, yaitu 7-10 μm. Pewarnaan
supravital menggunakan brilliant cresyl blue atau new methylene blue
menyebabkan terjadi presipitasi ribosom, mitokondria, dan organel sitoplasmik
Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
19
lainnya. Presipitat ini akan terlihat sebagai filamen retikular, sehingga disebut
retikulosit.27,34 Sekitar 20% hemoglobin terbentuk pada tahap retikulosit. Sintesis
hemoglobin secara berangsur-angsur menurun bersamaan dengan hilangnya
organel seluler di retikulosit yang kemudian menjadi eritrosit. Pada proses
pematangannya retikulosit akan kehilangan mitokondria yang menghasilkan
energi melalui fosforilasi oksidatif dan kehilangan ribosom yang merupakan
tempat sintesis protein, sehingga membentuk eritrosit matang.
Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
20
Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
21
Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
22
Feritin seurm ↓
Pembawa sifat thalassemia-β atau HbE + Defisiensi besi Saturasi
transferin ↓
Destruksi prekursor Heme ↓
eritrosit intramedular
Hemolisis Globin ↓
ekstravaskular Aktivitas
Eritropoiesis eritropoiesis ↓
inefektif Sintesis
hemoglobin ↓ Rubriblas
Prorubrisit
Anemia Rubrisit
Metarubrisit
Rubriblas
Hipoksia HFR
Prorubrisit IRF
MFR
Rubrisit
Eritropoietin LFR
Metarubrisit
HFR Eritrosit
IRF Aktivitas
MFR eritropoiesis ↑ Hepsidin ↓
LFR
Eritrosit
Absorpsi besi Pelepasan simpanan
enterosit ↑ besi dari makrofag dan
hati ↑
Besi di darah ↑
Feritin ↓
Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
23
2.4.Kerangka konsep
Feritin serum ↓
Pembawa sifat thalassemia-β atau HbE + Defisiensi besi Saturasi
transferin ↓
Rubriblas Rubriblas
Anemia
Prorubrisit Prorubrisit
Rubrisit Rubrisit
LFR LFR
Eritrosit Eritrosit
Keterangan:
Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
24
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
24 Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
25
Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
26
nilai rujukan bila pada lelaki 0,67-1,17 mg/dL dan perempuan 0,51-0,95
mg/dL.40 Aktivitas ALT dalam batas rentang rujukan bila pada lelaki <41
U/L dan perempuan <33 U/L.41 Kadar albumin dalam batas rentang
rujukan bila 3,5-5,2 g/dL.42 Kadar CRP dalam batas rentang rujukan bila
<5 mg/L.43 Kadar feritin serum dalam batas rentang rujukan bila 15-300
µg/L.44
d. Defisiensi besi ditentukan berdasarkan:
- Saturasi transferin <20%45, dan
- Feritin serum ≤15 ng/mL46
e. Diagnosis pembawa sifat thalassemia-β atau HbE ditentukan berdasarkan
hasil pemeriksaan elektroforesis hemoglobin sebagai berikut:47-49
- Pembawa sifat Thalassemia-β: HbA2 3,5-7%
- Pembawa sifat HbE: HbE 25-40%
f. Fraksi retikulosit terdiri dari: LFR, MFR, HFR, dan IRF
Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
27
kekeluargaan dengan pasien thalassemia mayor, yang diambil untuk penelitian ini
hanya orang tua dan saudara kandung pasien thalassemia mayor. Kemudian
dilakukan pengambilan darah dari vena cubiti sebanyak 6 ml, yang terdiri dari 3
mL ke dalam tabung K3EDTA dan 3 mL ke tabung clot activator. Darah
K3EDTA digunakan untuk pemeriksaan darah perifer lengkap, hitung retikulosit
dan fraksinya, serta elektroforesis hemoglobin. Serum dari darah dalam tabung
clot activator digunakan untuk pemeriksaan saturasi transferin, feritin serum, dan
CRP.
Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
28
Informed consent
serum
Pemeriksaan Hb, VER, HER,
KHER, leukosit, retikulosit
dan fraksinya Pemeriksaan ALT, albumin,
kreatinin serum
Hb, VER, HER, KHER, leukosit, Hb, VER, HER, KHER, leukosit,
ALT, albumin, kreatinin serum di ALT, albumin, kreatinin serum
luar rentang rujukan dalam rentang rujukan
Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
29
Informed consent
6 mL darah
Tidak Ya
Sampel ditolak
3.8. Pemeriksaan
3.8.1. Pemeriksaan pendahuluan
Sebelum penelitian, dilakukan kalibrasi dan kontrol pada alat hitung sel
darah automatik Sysmex XN-2000. Selanjutnya dilakukan uji ketelitian within run
dan between day serta uji ketepatan menggunakan bahan kontrol XN-check
dengan nilai normal, agak tinggi, dan tinggi. Uji ketelitian within run
menggunakan bahan kontrol dilakukan sebanyak 5 kali berturut-turut pada hari
yang sama. Uji ketelitian between days dilakukan selama 5 hari berturut-turut
selama penelitian berlangsung. Uji ketepatan dilakukan setiap hari selama
penelitian berlangsung. Selain itu juga dilakukan uji ketelitian within run
menggunakan darah K3EDTA segar dengan nilai rendah, normal dan tinggi
Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
30
sebanyak 5 kali. Parameter yang dinilai adalah CV dan d dari HRR, HRA, IRF,
HFR, MFR, dan LFR. relatif dan absolut.
Alat
1. Alat hitung sel darah automatik Sysmex XN-2000
2. Tabung K3EDTA
Reagen
1. Cellpack DCL: berisi sodium chloride 0,7%, Tris buffer 0,2%, EDTA-2K
0,02%. Reagen ini merupakan diluen dan digunakan untuk menghitung
jumLah dan ukuran eritrosit dan trombosit dengan hydrodynamic focusing
(DC detection).
2. Cellpack DST: berisi sodium chloride 15,7%, Tris buffer 4,3%, EDTA-2K
0,4%. Reagen ini merupakan diluen terkonsentrasi dan digunakan untuk
menghitung jumlah dan ukuran eritrosit dan trombosit dengan hydrodynamic
focusing (DC detection).
3. Cellpack DFL: berisi Tricine buffer 0,17%. Reagen ini merupakan diluen dan
digunakan bersama dengan Fluorecell RET untuk menganalisis retikulosit,
atau bersama dengan Fluorecell PLT untuk menganalisis trombosit, dengan
metode flowsitometri.
4. Sulfolyser: berisi sodium lauryl sulfate 1,8%. Reagen ini digunakan untuk
menghitung konsentrasi hemoglobin
5. Lysercell WNR: berisi organic quatermary ammonium salts 0,2%, nonionic
surfactant 0,1%. Reagen ini digunakan bersama dengan Fluorocell WNR
untuk menganalisis hitung leukosit, basofil, dan eritrosit berinti. Lysercell
digunakan untuk menghemolisis eritrosit.
Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
31
6. Fluorocell WNR: berisi polymethine dye 0,005%, etilen glikol 99,9%. Reagen
ini digunakan untuk mewarnai sel berinti sehingga menghitung leukosit,
basofil dan eritrosit berinti.
7. Fluorocell RET: berisi polymethine dye 0,03%, metanol 7,9%, etilen glikol
92%. Reagen ini digunakan untuk mewarnai retikulosit sehingga dapat
menghitung retikulosit.
8. Fluorocell PLT: berisi oxazine dye 0,003%, etilen glikol 99,9%. Reagen ini
digunakan untuk mewarnai trombosit sehingga dapat menghitung trombosit
9. Cellclean: berisi sodium hypochlorite (konsentrasi chlorine 5%). Reagen ini
merupakan detergen dan digunakan untuk membersihkan residu selular dan
protein darah dari sistem hidrolik, detektor, dan tabung aspirasi darah utuh.
Bahan Kontrol
Bahan kontrol XN check 3 level
1. XN-check level 1 (no lot. 41951101), ED 05-10-2014
2. XN-check level 2 (no lot. 41951102), ED 05-10-2014
3. XN-check level 3 (no lot. 41951103), ED 05-10-2014
Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
32
1:204
Darah
5 μL 3.3 μL
27”
Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
33
Middle Fluorescence Ratio (MFR) = Jumlah partikel dalam zona MFR X 100
Jumlah partikel dalam zona retikulosit
Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
34
Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
35
Data lelaki dan Data lelaki dan Data lelaki dan Data lelaki dan
perempuan perempuan tidak perempuan perempuan tidak
berbeda bermakna berbeda bermakna berbeda bermakna berbeda bermakna
p<,0,05 p>,0,05 p<,0,05 p>,0,05
Nilai rujukan:
Persentil 2,5%-97,5%
Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
36
Nilai retikulosit:
Rerata ± SD Nilai retikulosit:
Median (nilai terendah – nilai tertinggi)
Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
37
BAB 4
HASIL PENELITIAN
Tabel 4.1. Hasil uji ketelitian within run dan ketepatan kontrol XN-check level 1
HRR (%) HRA IRF (%) LFR (%) MFR (%) HFR (%)
(10^6/uL)
Target 4,89 0,1154 36,3 63,7 29,8 6,5
1 4,89 0,1120 34,3 65,7 29,0 5,3
2 4,86 0,1108 34,4 65,6 27,3 7,1
3 4,89 0,1144 38,5 61,5 31,0 7,5
4 5,09 0,1186 36,6 63,4 31,0 5,6
5 5,04 0,1179 37,4 62,6 31,3 6,1
Mean 4,95 0,1147 36,24 63,76 29,92 6,32
SD 0,10 0,0035 1,85 1,85 1,73 0,95
CV (%) 2,09 3,02 5,11 2,91 5,78 15,03
d (%) (-0,61) – 4,09 (-3,99) – 2,77 (-5,51) – 6,06 (-3,45) – 2,98 (-8,39) – 5,03 (-18,4) – 9,2
Tabel 4.2. Hasil uji ketelitian within run dan ketepatan kontrol XN-check level 2
HRR (%) HRA IRF (%) LFR (%) MFR (%) HFR (%)
(10^6/uL)
Target 2,06 0,0916 35,2 64,8 29,2 6,0
1 1,9 0,0830 34,7 65,3 28,9 5,8
2 2,1 0,0916 34,1 65,9 27,1 7,0
3 2,16 0,0944 36,5 63,5 29,9 6,6
4 1,93 0,0845 33,9 66,1 27,7 6,2
5 1,98 0,0869 36,7 63,3 29,4 7,3
Mean 2,01 0,0881 35,18 64,82 28,60 6,58
SD 0,11 0,0048 1,33 1,33 1,17 0,60
CV (%) 5,55 5,46 3,78 2,05 4,09 9,14
d (%) (-7,77) - 4,85 (-9,39) - 3,06 (-3,69) - 4,26 (-2,31) - 1,70 (-5,14) - 2,40 (-3,33) - 21,67
37 Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
38
Tabel 4.3. Hasil uji ketelitian within run dan ketepatan kontrol XN-check level 3
HRR (%) HRA IRF (%) LFR (%) MFR (%) HFR (%)
(10^6/uL)
Target 0,89 0,0478 25,2 74,8 21,2 4,0
1 0,82 0,0432 28,8 71,2 24,3 4,5
2 0,83 0,0437 30,8 69,2 27,4 3,4
3 0,85 0,0449 27,0 73,0 23,0 4,0
4 0,84 0,0445 28,3 71,7 23,4 4,9
5 0,91 0,0479 27,2 72,8 23,0 4,2
Mean 0,85 0,0448 28,42 71,58 24,22 4,2
SD 0,04 0,0018 1,53 1,53 1,86 0,56
CV (%) 4,16 4,09 5,37 2,13 7,66 13,36
d (%) (-7,87) - 2,25 (-9,62) - 0,21 7,14 - 22,22 (-7,49) - (-2,41) 8,49 - 29,52 (-15,00) - 22,50
Tabel 4.4. Hasil uji ketelitian within run darah K3EDTA dengan hitung retikulosit
rendah
No HRR (%) HRA (10^6/uL) IRF (%) LFR (%) MFR (%) HFR (%)
1 0,20 0,0063 1,1 98,9 1,1 0
2 0,23 0,0074 0,9 99,1 0,9 0
3 0,19 0,0061 2,2 97,8 2,2 0
4 0,23 0,0072 1,8 98,2 1,8 0
5 0,24 0,0077 2,6 97,4 2,6 0
Mean 0,22 0,0069 1,72 98,28 1,72 *
SD 0,02 0,0007 0,72 0,72 0,72 *
CV (%) 9,94 10,12 41,80 0,73 41,80 *
Keterangan: * tidak dapat dihitung
Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
39
Tabel 4.5. Hasil uji ketelitian within run darah K3EDTA dengan hitung retikulosit
normal
No HRR (%) HRA (10^6/uL) IRF (%) LFR (%) MFR (%) HFR (%)
1 1,26 0,0655 6,5 93,5 5,8 0,7
2 1,22 0,0631 7,8 92,2 6,9 0,9
3 1,30 0,0669 6,7 93,3 6,3 0,4
4 1,23 0,0638 7,1 92,9 6,8 0,3
5 1,25 0,0645 6,1 93,9 5,5 0,6
Mean 1,25 0,0648 6,84 93,16 6,26 0,58
SD 0,03 0,0015 0,65 0,65 0,61 0,24
CV (%) 2,49 2,30 9,45 0,69 9,76 41,16
Tabel 4.6. Hasil uji ketelitian within run darah K3EDTA dengan hitung retikulosit
tinggi
No HRR (%) HRA (10^6/uL) IRF (%) LFR (%) MFR (%) HFR (%)
1 5,51 0,1592 14,0 86,0 8,2 5,8
2 5,10 0,1489 9,6 90,4 7,3 2,3
3 5,38 0,1603 8,8 91,2 8,7 0,1
4 5,70 0,1676 11,6 88,4 8,0 3,6
5 5,77 0,1696 11,2 88,8 9,2 2,0
Mean 5,50 0,1611 11,04 88,96 8,28 2,76
SD 0,27 0,0082 2,01 2,01 0,72 2,11
CV (%) 4,88 5,08 18,22 2,26 8,68 76,46
Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
40
Tabel 4.7. Hasil uji ketelitian between days dan ketepatan kontrol XN-check level 1
HRR (%) HRA IRF (%) LFR (%) MFR (%) HFR (%)
(10^6/uL)
Target 4,89 0,1154 36,3 63,7 29,8 6,5
1 5,31 0,1269 39,1 60,9 31,9 7,2
2 5,16 0,1228 35,8 64,2 29,4 6,4
3 5,29 0,1222 37,6 62,4 31,0 6,6
4 5,38 0,1259 38,2 61,8 31,8 6,4
5 5,26 0,1247 35,9 64,1 29,5 6,4
Mean 5,28 0,1245 37,32 62,68 30,72 6,60
SD 0,08 0,0020 1,44 1,44 1,21 0,35
CV (%) 1,52 1,60 3,87 2,30 3,94 5,25
d (%) 5,52 - 10,02 5,89 - 9,10 (-1,38) - 7,71 (-4,40) - 0,78 (-1.34) - 7.05 (-1,54) - 10,77
Tabel 4.8. Hasil uji ketelitian between days dan ketepatan kontrol XN-check level 2
HRR (%) HRA IRF (%) LFR (%) MFR (%) HFR (%)
(10^6/uL)
Target 2,06 0,0916 35,2 64,8 29,2 6,0
1 2,14 0,0942 36,7 63,3 31,4 5,3
2 2,12 0,0941 38,2 61,8 32,9 5,3
3 2,17 0,0957 37,9 62,1 30,2 7,7
4 2,15 0,0950 36,3 63,7 30,9 5,4
5 2,19 0,0970 35,1 64,9 28,7 6,4
Mean 2,15 0,0952 36,84 63,16 30,82 6,02
SD 0,03 0,0012 1,26 1,26 1,54 1,05
CV (%) 1,25 1,26 3,41 1,99 5,01 17,40
d (%) 2,91 - 6,31 2,73 - 5,90 (-0,28) – 8,52 (-4,63) - 0,15 (-1,71) - 12,67 (-11,67) - 28,33
Tabel 4.9. Hasil uji ketelitian between days dan ketepatan kontrol XN-check level 3
HRR (%) HRA IRF (%) LFR (%) MFR (%) HFR (%)
(10^6/uL)
Target 0,89 0,0478 25,2 74,8 21,2 4,0
1 0,93 0,0493 25,6 74,4 20,5 5,1
2 0,93 0,0496 24,3 75,7 20,2 4,1
3 0,79 0,0416 28,8 71,2 24,6 4,2
4 0,79 0,0419 27,6 72,4 22,4 5,2
5 0,88 0,0470 26,5 73,5 21,9 4,6
Mean 0,86 0,0459 26,56 73,44 21,92 4,64
SD 0,07 0,0039 1,74 1,74 1,76 0,50
CV (%) 8,17 8,51 6,56 2,37 8,03 10,84
d (%) (-11,24) - 4,49 (-12,97) - 3,77 (-3,57) - 14,29 (-4,81) - 1,20 (-4,72) - 16,04 2,50 – 30.00
Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
41
Rekomendasi pabrik untuk CV MFR dan HFR adalah ≤50% dan ≤100%
Nilai CV yang sangat tinggi tersebut menunjukkan bahwa ketelitian pemeriksaan
HFR dan MFR sangat rendah sehingga hasil pengukuran kedua parameter dengan
menggunakan XN-2000 tidak dapat dipercaya.
Tabel 4.10. Alasan bahan pemeriksaan yang tidak memenuhi kriteria masukan
atau tolakan
Alasan Lelaki Perempuan
Makrositik 3 0
Total 20 18
Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
42
kelompok 41-50 tahun, 21 (8,4%) subjek berada pada kelompok usia 51-60 tahun,
seperti terlihat pada gambar 4.1.
Gambar 4.1. Distribusi usia subjek penelitian nilai rujukan retikulosit dan
fraksinya
Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
43
Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
44
Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
45
subjek tanpa defisiensi besi dan 8 (8,2%) subjek dengan defisiensi besi dan
seluruh delapan subjek tersebut adalah perempuan. Tabel 4.12. menunjukkan
karakteristik subjek tanpa defisiensi besi dan dengan defisiensi besi. Pada subjek
lelaki, empat (15,4%) orang memiliki kadar hemoglobin <12 g/dL. Pada subjek
perempuan, 58 (76,3%) orang memiliki kadar hemoglobin <12 g/dL, yang terdiri
dari 27 orang dengan kadar hemoglobin <12 g/dL, 21 orang <11 g/dL, dan 10
orang <10 g/dL. Pada subjek perempuan dengan defisiensi besi, hanya satu dari
Sembilan subjek yang memiliki Hb 13,5 g/dL, sisanya memiliki Hb <12 g/dL.
Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
46
Tabel 4.15. Gambaran parameter hematologi, retikulosit dan fraksinya pada orang
sehat dan pembawa sifat thalassemia-β atau HbE perempuan
Parameter Sehat Pembawa sifat Pembawa sifat Pembawa sifat Pembawa
thal-β tanpa thal-β dengan HbE tanpa def sifat HbE
def besi def besi besi dengan def
besi
n:120 n:51 n:7 n:13 n:1
Hb (g/dL) 13,4 ± 1,0 11,0 ± 0,8 10,9 ± 1,4 12,1 ± 1,0 10,3
VER (fL) 87,7 ± 3,3 63,2 ± 2,1 63,6 ± 5,8 76,4 ± 4,1 69,5
HER (pg) 29,4 ± 1,4 19,6 ± 0,8 19,5 ± 2,8 25,2 ± 2,0 22,2
KHER (g/dL) 33,5 ± 0,9 31,0 ± 0,6 30,6 ± 1,6 33,0 ± 1,2 31,9
HRR (%) 1,30 ± 0,4 1,50 ± 0,35 1,20 ± 0,44 1,12 ± 0,37 0,84
HRA (/uL) 59.385 ± 84.055 ± 52.359 ± 53.700 ± 18.625 39.100
18.206 19.610 22.034
IRF (%) 6,3 (0,2 – 13,0 ± 3,4 15,8 ± 6,9 10,2 ± 3,3 11,4
14,7)
IRF absolut 3.577 (169 – 11.008 ± 3.913 7.715 ± 4.073 5.387 ± 2.328 4.500
(/uL) 15.237)
LFR (%) 93,7 (85,3 – 87,0 ± 3,4 84,2 ± 6,9 89,8 ± 3,3 88,6
97,7 0
LFR absolut 55.203 ± 73.047 ± 44.643 ± 48.313 ± 16.871 34.600
(/uL) 16.179 17.030 19.574
Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
47
Dari table 4.14 dan 4.15 terlihat bahwa kadar Hb, VER, HER, dan KHER
pembawa sifat thalassemia-β atau HbE lebih rendah dari orang sehat. Kadar Hb,
VER, HER, dan KHER pembawa sifat thalassemia-β lebih tinggi dari pembawa
sifat HbE.
Nilai HRR dan HRA pembawa sifat thalassemia-β lebih tinggi daripada
pembawa sifat HbE. Pada pembawa sifat thalassemia-β, IRF lebih tinggi daripada
pembawa sifat HbE, sedangkan LFR lebih rendah daripada pembawa sifat HbE.
Sebagian besar pembawa sifat thalassemia-β atau HbE memiliki hasil HRR dan
HRA normal. Nilai IRF pembawa sifat thalassemia-β atau HbE lebih tinggi dari
pada nilai rujukan orang normal. Hasil retikulosit dan fraksinya pada subjek
dengan defisiensi besi lebih rendah daripada subjek tanpa defisiensi besi.
Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
48
BAB 5
PEMBAHASAN
Tabel 5.1. Perbandingan hasil uji ketelitian within run kontrol XN-Check dengan
rekomendasi pabrik50
Penelitian Parameter CV (%)
Level 1 Level 2 Level 3
Peneliti HRR 2,09 5,55 4,16
Rekomendasi pabrik ≤15 ≤15 ≤15
Peneliti HRA 3,02 5,46 4,09
Rekomendasi pabrik ≤15 ≤15 ≤15
Peneliti IRF 5,11 3,78 5,37
Rekomendasi pabrik ≤30 ≤30 ≤30
Peneliti LFR 2,91 2,05 2,13
Rekomendasi pabrik ≤30 ≤30 ≤30
Peneliti MFR 5,78 4,09 7,66
Rekomendasi pabrik ≤50 ≤50 ≤50
Peneliti HFR 15,03 9,14 13,36
Rekomendasi pabrik ≤100 ≤100 ≤100
48 Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
49
Tabel 5.2. Perbandingan hasil uji ketepatan within run kontrol XN-Check dengan
rekomendasi pabrik50
Penelitian Parameter d (%)
Level 1 Level 2 Level 3
Peneliti HRR (-0,61) – 4,09 (-7,77) – 4,85 (-7,87) – 2,25
Rekomendasi pabrik d ±20% d ±20% d ±20%
Peneliti HRA (-3,99) – 2,77 (-9,39) – 3,06 (-9,62) – 0,21
Rekomendasi pabrik d ±20% d ±20% d ±20%
Peneliti IRF (-5,51) – 6,06 (-3,69) – 4,26 7,14 – 22,22
Rekomendasi pabrik d ±30% d ±30% d ±30%
Peneliti LFR (-3,45) – 2,98 (-2,31) – 1,70 (-7,49) - (-2,41)
Rekomendasi pabrik d ±30% d ±30% d ±30%
Peneliti MFR (-8,39) – 5,03 (-5,14) – 2,40 8,49 – 29,52
Rekomendasi pabrik d ±30% d ±30% d ±30%
Peneliti HFR (-18,4) – 9,2 (-3,33) – 21,67 (-15,00) – 22,50
Rekomendasi pabrik d ±30% d ±30% d ±30%
Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
50
Tabel 5.3. Perbandingan hasil uji ketelitian within run darah K3EDTA dengan
rekomendasi pabrik50
Penelitian Parameter CV (%)
Level rendah Level normal Level tinggi
Peneliti HRR 9,94 2,49 4,88
Rekomendasi pabrik Tidak ada data ≤15 ≤15
Peneliti HRA 10,12 2,30 5,08
Rekomendasi pabrik Tidak ada data ≤15 ≤15
Peneliti IRF 41,80 9,45 18,22
Rekomendasi pabrik Tidak ada data ≤30 ≤30
Peneliti LFR 0,73 0,69 2,26
Rekomendasi pabrik Tidak ada data ≤30 ≤30
Peneliti MFR 41,80 9,76 8,68
Rekomendasi pabrik Tidak ada data ≤50 ≤50
Peneliti HFR 0 41,16 76,46
Rekomendasi pabrik Tidak ada data ≤100 ≤100
Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
51
Tabel 5.4. Perbandingan hasil uji ketelitian between days kontrol XN-Check
dengan rekomendasi pabrik50
Penelitian Parameter CV (%)
Level 1 Level 2 Level 3
Peneliti HRR 1,52 1,25 8,17
Rekomendasi pabrik ≤15 ≤15 ≤15
Peneliti HRA 1,60 1,26 8,51
Rekomendasi pabrik ≤15 ≤15 ≤15
Peneliti IRF 3,87 3,41 6,56
Rekomendasi pabrik ≤30 ≤30 ≤30
Peneliti LFR 2,30 1,99 2,37
Rekomendasi pabrik ≤30 ≤30 ≤30
Peneliti MFR 3,94 5,01 8,03
Rekomendasi pabrik ≤50 ≤50 ≤50
Peneliti HFR 5,25 17,40 10,84
Rekomendasi pabrik ≤100 ≤100 ≤100
Tabel 5.5. Perbandingan hasil uji ketepatan between days kontrol XN-Check
dengan rekomendasi pabrik50
Penelitian Parameter d (%)
Level 1 Level 2 Level 3
Peneliti HRR 5,52 – 10,02 2,91 – 6,31 (-11,24) – 4,49
Rekomendasi pabrik d ±20% d ±20% d ±20%
Peneliti HRA 5,89 – 9,10 2,73 – 5,90 (-12,97) – 3,77
Rekomendasi pabrik d ±20% d ±20% d ±20%
Peneliti IRF (-1,38) – 7,71 (-0,28) – 8,52 (-3,57) – 14,29
Rekomendasi pabrik d ±30% d ±30% d ±30%
Peneliti LFR (-4,40) – 0,78 (-4,63) – 0,15 (-4,81) – 1,20
Rekomendasi pabrik d ±30% d ±30% d ±30%
Peneliti MFR (-1,34) – 7,05 (-1,71) – 12,67 (-4,72) – 16,04
Rekomendasi pabrik d ±30% d ±30% d ±30%
Peneliti HFR (-1,54) – 10,77 (-11,67) – 28,33 2,50 – 30,00
Rekomendasi pabrik d ±30% d ±30% d ±30%
Rekomendasi pabrik untuk CV MFR dan HFR adalah ≤50% dan ≤100%
Nilai CV yang sangat tinggi tersebut menunjukkan bahwa ketelitian pemeriksaan
HFR dan MFR sangat rendah sehingga hasil pengukuran kedua parameter dengan
menggunakan XN-2000 tidak dapat dipercaya.
Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
52
Nilai rujukan parameter HRA lebih tinggi dari berbagai penelitian ini,
seperti yang terlihat pada tabel 5.7. Hal ini kemungkinan disebabkan perbedaan
kriteria masukan dan tolakan, etnik, jumlah subjek, serta model alat hematologi
yang dipakai.
Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
53
Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
54
Nilai rujukan parameter LFR relatif pada penelitian ini berbeda dengan
berbagai penelitian lain, seperti yang terlihat pada tabel 5.9. Hal ini kemungkinan
disebabkan perbedaan kriteria masukan dan tolakan, etnik, jumlah subjek, serta
model alat hematologi yang dipakai.
Nilai rujukan LFR absolut pada penelitian ini adalah 32.444 – 97.573 /μL
(lelaki) dan 25.634 – 92.063 /μL (perempuan). Peneliti tidak mendapatkan data
pembanding dari penelitian lain untuk nilai rujukan LFR absolut.
Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
55
Tabel 5.10. Perbandingan data hemoglobin, VER, HER antara subjek pembawa
sifat thalassemia-β dan HbE dengan dan tanpa defisiensi besi
Parameter Penelitian ini Penelitian Dolai dkk, 20126
Tanpa defisiensi Defisiensi besi Tanpa defisiensi Defisiensi besi
besi besi
Hemoglobin L: 13,7 ± 1,3 P: 10,9 ± 1,3 11,21 ± 0,22 9,78 ± 0,19
(g/dL)
P: 11,2 ± 1,0
VER (fL) 64,1 (59,0 – 81,8) 64,2 ± 5,4 66,70 ± 1,33 66,24 ± 1,32
HER (pg) 20,1 (17,8 – 28,8) 18,9 (17,4 – 25,6) 20,56 ± 0,41 20,18 ± 0,4
Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
56
Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
57
masih lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok sehat. Hal ini menunjukkan
eritropoiesis inefektif tetap terjadi pada subjek pembawa sifat thalassemia-β dan
HbE dengan defisiensi besi.
Pada subjek pembawa sifat thalassemia-β dan HbE, terdapat 10 orang
memiliki hasil saturasi transferin rendah tetapi nilai feritin serum normal. Dari 10
orang tersebut, 9 di antaranya memiliki nilai CRP yang normal sedangkan satu
memiliki nilai CRP meningkat. Feritin dan CRP merupakan protein fase akut
sehingga kadarnya meningkat saat inflamasi. Perbedaan keduanya adalah kadar
CRP cepat menurun setelah inflamasi yaitu 48 jam setelah inflamasi, sedangkan
feritin dapat bertahan di darah hingga 10 hari setelah inflamasi. Akibatnya kadar
CRP sudah kembali normal tetapi feritin mungkin belum kembali ke kadar
awalnya, sehingga kadar feritin mungkin lebih rendah daripada kadar yang
terukur saat penelitian ini.58,59
Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
58
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Telah dilakukan penelitian pada 229 subjek sehat dan 98 subjek pembawa
sifat thalassemia-β dan HbE menggunakan alat hitung sel darah otomatik Sysmex
XN-2000. Kesimpulan penelitian adalah sebagai berikut:
1. Nilai rujukan parameter retikulosit dan fraksitnya pada orang dewasa
adalah
Parameter Satuan Lelaki Perempuan
HRR* % 0.7 – 2.2
HRA /μL 35.988 – 101.198 26.400 – 105.000
IRF relatif* % 2,4 – 13,4
IRF absolut /μL 1.343 – 10.049 764 – 11.223
LFR relatif* % 86,6 – 97,4
LFR absolut /μL 32.444 – 97.573 25.634 – 92.063
Keterangan
*nilai rujukan lelaki dan perempuan sama
58 Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
59
6.2. Saran
Berikut adalah saran pada penelitian ini:
1. Disarankan agar bahan kontrol XN-check memiliki nilai kontrol parameter
retikulosit dan fraksinya dengan nilai rendah untuk meningkatkan
ketelitian dan ketepatan alat Sysmex XN-2000.
2. Ketelitian parameter MFR dan HFR sangat rendah sehingga kedua
parameter tersebut disarankan untuk tidak digunakan oleh klinisi.
3. Disarankan penelitian dengan jumlah sampel pembawa sifat thalassemia-β
atau HbE dengan defisiensi besi yang lebih banyak sehingga dapat dinilai
secara analitik hubungan antara maturitas retikulosit dengan status besi
tubuh.
Jumlah sampel diperkirakan dengan rumus besar sampel:
n = Zα2 PQ
d2
Prevalensi defisiensi besi pada thalassemia minor lelaki dan perempuan
berbeda sehingga besar sampel antara lelaki dan perempuan dihitung
terpisah.
Perkiraan besar sampel untuk lelaki:
Zα = 1.96
P = 0.036
Q = 1 – P = 1 – 0.03 = 0.97
d = 0.01
n =(1.96)2 . 0.03 . 0.97. = 1.118
0.012
Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
60
Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
61
DAFTAR PUSTAKA
Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
62
Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
63
25. Musallama KM, CappelliniMD, Woodb JC, Taher AT. Iron overload in non-
transfusion-dependent thalassemia: a clinical perspective. Blood Rev
2012;26S:S16–9.
26. KohgoY, Ikuta K,Ohtake T,Torimoto Y,Kato J. Body iron metabolism and
pathophysiology of iron overload. Int J Hematol 2008;88:7–15.
27. Bull BS. Morphology of the erythron. Dalam: Lichtman MA, Beutler E,
Seligsohn U, Kaushansky K, Kipps TO (penyunting). Williams hematology.
Edisiketujuh. USA: McGraw-Hill Medical, 2007. h. 369-86
28. Dessypris EN, Sawyer ST. Erythropoiesis. Dalam: Greer JP, Foerster J,
Rodgers GM, Paraskevas F, Glader B, Arber DA, dkk.
(penyunting)Wintrobe’s clinical hematology. Edisikeduabelas. Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins, 2009. h.106-21.
29. Prchal JT. Production of erythrocytes. Dalam: Lichtman MA, Beutler E,
Seligsohn U, Kaushansky K, Kipps TO (penyunting). Williams hematology.
Edisiketujuh. USA: McGraw-Hill Medical, 2007. h. 393-404.
30. Buttarello M, Bulian P, Farina G, Petris MG, Temporin V, Toffolo L. Five
fully automated methods for performing immature reticulocyte fraction:
comparison in diagnosis of bone marrow aplasia. Am J ClinPathol
2002;117:871-9.
31. Morceau F, Dicato M, Diederich M. Pro-inflammatory cytokine-mediated
anemia: regarding molecular mechanisms of erythropoiesis. Mediator Inflam
2009;2009:1-11.
32. Faquin WC, Schneider TJ, Goldberg MA. Effect of inflammatory cytokines
on hypoxia-induced erythropoietin production. Blood 1992;79(8):1987-94.
33. Barany P. Effect of inflammatory cytokines on hypoxia-induced
erythropoietin production. Nephrol Dial Transplant 2001;16:224-7.
34. Hubbard J. The erythrocyte. Dalam: Mackenzie SB, Williams JL
(penyunting) Clinical Labortory Hematology. Edisikedua. New Jersey:
Pearson, 2010. h.62-84.
35. Watanabe K, Kawai Y, Takeuchi K, Shimizu N, Iri H, Ikeda Y, dkk.
Reticulocyte maturity as an indicator for estimating qualitative abnormality of
erythropoiesis. J ClinPathol 1994;47:736-9.
Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
64
36. Bain BJ, Lewis SM, Bates I. Basic haematological techniques. Dalam: Bain
BJ, Lewis SM, Bates I (penyunting). Dacie and Lewis practical haematology.
Edisikesepuluh. Philadelphia: Churchill Livingstone 2006. h. 36-40.
37. Briggs C, Grant D, Machin SJ. Comparison of the automated reticulocyte
counts and immature reticulocyte fraction measurements obtained With the
ABX Pentra 120 retic blood analyzer and the Sysmex XE-2100 automated
hematology analyzer. Lab Hematol 2001;7:75-80.
38. Analyzer and the Sysmex XE-2100 Automated Hematology Analyzer. Lab
Hematol 2001;7:75-80.
39. Buttarello M, Plebani M. Automated blood cell counts: state of the art. Am J
ClinPathol 2008;130:104-16.
40. Leaflet pemeriksaan CREP2. Roche Cobas c system. Indianapolis: Roche
Diagnostic; 2013.
41. Leaflet pemeriksaan ALTL. Roche Cobas c system. Indianapolis:Roche
Diagnostics; 2006.
42. Leaflet pemeriksaan ALB2. Roche Cobas c system. Indianapolis: Roche
Diagnostic; 2006.
43. Leaflet pemeriksaan CRPLX. Roche Cobas c system. Indianapolis:Roche
Diagnostics; 2006.
44. Joint World Health Organization/Centers for Disease Control and Prevention
Technical Consultation on the Assessment of Iron Status at the Population
Level. Assessing the iron status of populations. Geneva: World Health
Organiztion, 2007.
45. Wish JB. Assessing iron status: beyond serum ferritin and transferrin
saturation. Clin J Am Soc Nephrol 2006;1:S4–8
46. World Health Organization. Serum ferritin concentrationsfor the assessment
of ironstatus and iron deficiency inpopulations. Geneva: WHO Vitamin and
Mineral Nutrition Information System, 2011.
47. Wirawan R. Analisa hemoglobin dengan cara konvensional dan mikrokapiler
elektroforesis. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2011. h. 36-40, 66-86.
Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
65
Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
66
58. Kilicarslani A, Uysal A, Roach EC. Acute phase reactants. ActaMedica 2013;
2: 2–7.
59. Beard JL, Murray-Kolb LE, Rosales FJ, Solomons NW, Angelili ML.
Interpretation of serum ferritin concentrations as indicators of total-body iron
stores in survey populations: the role of biomarkers for the acute phase
response. Am J ClinNutr 2006;84:1498 –505.
Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
67
Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
68
Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
69
Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
70
Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
71
Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
72
Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
73
Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
74
Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
75
1 Thal B trait Tanpa DF Lelaki 28 11,7 64,0 20,2 31,6 1,55 89.600 17,8 82,2 14,9 2,9 31,4 365,0 1,18
2 Thal B trait Tanpa DF Lelaki 46 13,0 60,6 18,7 30,9 2,49 173.100 21,4 78,6 14,8 6,6 57,8 175,8 1,04
3 Thal B trait Tanpa DF Lelaki 41 13,4 63,6 19,9 31,3 0,92 61.900 7,6 92,4 7,1 0,5 42,5 200,8 1,81
4 Thal B trait Tanpa DF Lelaki 31 12,9 64,7 19,9 30,7 0,71 46.100 8,6 91,4 7,6 1,0 21,1 247,7 5,20
5 Thal B trait Tanpa DF Lelaki 36 13,3 62,3 19,4 31,2 1,17 80.000 18,9 81,1 16,4 2,5 28,6 137,3 0,33
6 Thal B trait Tanpa DF Lelaki 33 14,4 62,3 19,7 31,6 1,44 105.100 13,4 86,6 11,9 1,5 30,5 307,2 0,60
7 Thal B trait Tanpa DF Lelaki 34 11,0 63,2 19,2 30,4 1,83 104.900 10,8 89,2 9,8 1,0 26,9 106,8 2,47
8 Thal B trait Tanpa DF Lelaki 34 11,6 62,9 19,7 31,4 1,44 84.700 23,0 77,0 15,3 7,7 28,3 340,0 3,48
9 Thal B trait Tanpa DF Lelaki 34 14,5 66,5 20,7 31,1 1,38 96.700 13,9 86,1 12,3 1,6 21,0 94,0 0,72
10 Thal B trait Tanpa DF Lelaki 46 14,2 63,5 20,5 32,2 1,03 71.500 20,0 80,0 17,1 2,9 29,4 45,2 1,10
11 Thal B trait Tanpa DF Lelaki 32 12,7 64,0 20,2 31,6 1,61 101.100 29,8 70,2 19,9 9,9 25,9 148,9 3,18
12 Thal B trait Tanpa DF Lelaki 18 12,1 73,9 23,6 31,9 0,69 35.400 5,0 95,0 4,2 0,8 23,3 66,2 1,30
13 Thal B trait Tanpa DF Lelaki 30 11,9 63,1 19,2 30,4 1,14 70.800 14,0 86,0 12,2 1,8 24,3 140,9 2,92
14 Thal B trait Tanpa DF Lelaki 40 13,2 62,1 19,2 31,0 1,99 136.500 31,7 68,3 19,5 12,2 44,4 176,3 0,10
15 Thal B trait Tanpa DF Perempuan 36 10,6 60,9 19,3 31,7 1,48 81.100 14,9 85,1 13,2 1,7 31,0 72,2 0,05
16 Thal B trait Tanpa DF Perempuan 23 10,8 64,3 20,4 31,7 1,50 79.500 13,3 86,7 10,8 2,5 23,1 24,2 0,56
17 Thal B trait Tanpa DF Perempuan 29 12,7 62,0 19,5 31,5 1,11 72.200 15,5 84,5 12,9 2,6 38,0 207,5 0,92
18 Thal B trait Tanpa DF Perempuan 31 11,3 61,2 19,1 31,1 1,57 93.100 12,8 87,2 11,5 1,3 38,5 42,8 3,21
19 Thal B trait Tanpa DF Perempuan 34 11,0 63,8 19,3 30,3 1,28 72.800 14,2 85,8 12,2 2,0 44,2 87,3 1,22
20 Thal B trait Tanpa DF Perempuan 39 9,0 61,5 18,6 30,3 1,26 60.900 15,3 84,7 13,4 1,9 32,3 53,6 0,97
21 Thal B trait Tanpa DF Perempuan 38 10,1 68,7 20,9 30,4 2,11 101.900 14,0 86,0 12,4 1,6 49,3 84,4 0,02
22 Thal B trait Tanpa DF Perempuan 45 10,9 61,0 17,8 29,2 0,94 57.400 15,4 84,6 14,1 1,3 31,5 79,4 11,29
Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
76
Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
77
Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
78
Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
79
Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
80
Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
81
Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
82
Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
83
Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
84
Lampiran 5. Uji deviasi normal baku untuk nilai rujukan retikulosit dan
fraksinya.
Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
85
Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
86
Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
87
Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014
88
Nama :
Usia : Tahun
Alamat :
No. telp :
Jakarta, …………………2014
( ) (……………………..)
Universitas Indonesia
Profil maturitas..., Cussi Lestari Siladjaja, FK UI, 2014