kamper, kapur singkil dan sintok. Dalam dunia perdagangan dikenal sebagai
berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Dikotiledonae
Ordo : Theales
Famili : Dipterocarpaceae
Genus : Dryobalanops
Deskripsi Morfologi
meter. Kulit pohon berwarna coklat dan coklat kemerahan di daerah dalam. Pada
batangnya akan mengeluarkan aroma kapur bila dipotong. Batang sedikit beralur,
Daun kamper tunggal dan berseling, memiliki stipula di sisi ketiak, dengan
permukaan daun mengkilap, dan tulang daun sekunder menyirip sangat rapat
dengan stipula berbentuk garis dan sangat mudah jatuh. Bunga berukuran sedang,
kelopak mempunyai ukuran sama besar, mempunyai mahkota bunga elips, mekar,
4
meter dpl. Persebaran tumbuhan langka ini mulai dari Indonesia (pulau Sumatera
Manfaat
Kamper adalah salah satu jenis pohon yang diketahui pasti mengandung
borneol. Unsur yang dimanfaatkan dari pohon kamper ini adalah kristal kapur dan
minyak kamper. Kristal kamper diperoleh pada bagian tengah (dalam) batang
pohon. Kedua unsur tersebut tidak selalu ada pada pohon kamper terutama pada
pohon yang berusia ratusan tahun atau pada pohon yang masih terlalu muda
(Sutrisna, 2008).
berpotensi sebagai bahan parfum yang disukai. Minyak dan kristal kamper
berpotensi sebagai obat karena aktivitas antimikroba minyak dan kristal sangat
(Gusti et al., 2014). Kandungan borneolnya juga dianggap sebagai bio medicine
resinnya, kayu kamper banyak digunakan sebagai balok, tiang dan konstruksi
atap, papan pada bangunan perumahan dan jembatan, perkapalan, peti dan
mebel.
atau kritis (IUCN, 2007). Status ini merupakan status keterancaman dengan
Akibat degradasi dan deforestasi hutan yang terjadi setiap tahun, populasi
dan terancam punahnya spesies tanaman ini diakibatkan oleh penebangan yang
kandungan kapur dalam setiap pohon tidak sama, bahkan terkadang sangat
kurang.
tersebar di hutan gambut, pantai, kerangas, rawa air tawar, tepi sungai, dan lahan
wilayah Indonesia tidak tercatat secara baik dan benar, dikarenakan nilai ekonomi
pohon tersebut sudah sangat rendah untuk diperdagangkan. Namun dari hasil
populasi pohon kapur paling sedikit 80% selama 10 tahun terakhir atau tiga
generasi. Hal ini dapat terjadi karena tingkat eksploitasi yang dilakukan
pohon kapur tersebut diantaranya disebabkan oleh tingginya harga dan permintaan
komoditas kamper di pasar dunia pada waktu itu, aktivitas illegal logging,
kebakaran hutan, serta produksi kayu bulat oleh beberapa perusahaan yang
Stek pucuk telah banyak digunakan untuk produksi bibit secara masal di
beberapa Hutan Tanaman Industri (HTI) yang ada di Indonesia dengan jenis
(akasia) dan membuahkan hasil yang memuaskan. Teknik stek juga telah terbukti
keberhasilan mencapai 80%. Cara ini cukup efektif untuk mengisi celah produksi
bibit dari generatif yang membutuhkan waktu 5 tahun kemudian untuk berbunga
dan menghasilkan buah. Lebih lanjut Khan (1994) pembibitan secara stek sangat
berguna untuk program pemuliaan tanaman yaitu untuk pengembangan bank klon
(konservasi genetik), kebun benih klon, perbanyakan tanaman yang penting hasil
Stek pucuk juga memberikan harapan yang cukup luas untuk penyelamatan
jenis pohon komersil yang menjadi target ilegall logging dan jenis yang
mengalami kendala dalam regenerasi alami. Sebagai contoh jenis-jenis dari suku
kelangkaan jenis. Peranan stek pucuk dalam penyelamatan jenis telah dilaporkan
(Sumarna, 2008), Taxus (Rahmat et al. 2010), Ulin (Basir, 2008), Pasak bumi
(Rayan, 2011).
Media Tanam
antara lain adalah bahan stek, kandungan bahan makanan, umur bahan stek dan
kandungan zat tumbuh. Cadangan makanan yang dimiliki oleh tanaman telah
mencukupi untuk pertumbuhan stek hingga mampu berakar. Hal ini dapat terjadi
karena stek pucuk masih menyisakan daun yang merupakan organ pembentuk
kandungan bahan makanan, umur bahan stek, jenis tanaman, bagian tanaman yang
diambil, musin dan waktu pengambilan bahan stek, serta hormon dan zat pengatur
lain: media perakaran, suhu, kelembaban dan cahaya (Hartmann et al., 1990).
sangat kasar sehingga akan memberikan hasil yang baik (Hartmann et al., 1990).
yaitu: 1) kandungan kimia, dimana media yang baik harus memiliki kandungan
kimia yang minimal agar tidak mengganggu proses penyerapan air oleh stek dari
media; 2) sifat fisik, berkaitan erat dengan kemampuan mengikat air dan porositas
media. Media stek yang ideal adalah yang memiliki aerasi cukup namun dapat
mengikat air; 3) kandungan mikrobiologi, di mana media yang baik adalah media
Akar tanaman yang tumbuh dalam pot ruang geraknya sangat terbatas maka
tanah yang ada dalam pot tersebut haruslah dijaga agar bisa memberikan zat
makan yang cukup. Selain mengandung zat makan yang cukup, tanah dalam pot
juga diusakan mengandung air serta udara dan kegemburannya juga harus sering
kita perhatikan. Sebab meskipun zat makanannya tidak kurang, tapi kalau air,
udara serta kegemburannya kurang maka pertumbuhan akar juga akan terganggu.
Kandungan zat makanan serta kondisi tanah disatu tempat tidak pernah sama
(Rahardi, 1991).
Perkembangan akar lebih ditentukan oleh cadangan makanan yang dimiliki dan
auksin yang terkandung di dalam bahan stek (Romdiana, 2001). Biasanya asal dan
perkembangan akar adventif terjadi di sebelah luar dari bagian tengah jaringan
10
meristem yang terletak di luar jaringan pembuluh akan membelah diri kemudian
memanjang dan membentuk kembali lebih banyak lagi sel yang nantinya
berkembang menjadi bakal akar, sebagian dari sel-sel yang membelah akan
membentuk ujung akar (root tip). Sel yang membelah ini akan tumbuh terus
sehingga melewati korteks dan epidermis dan akan muncul dibagian batang
Zat pengatur tumbuh atau ZPT pada tanaman adalah senyawa organik
yang tidak termasuk unsur hara mineral. Ada lima kelompok ZPT yang terdapat
dalam tanaman, yaitu auksin, giberelin, sitokinin, etilen dan inhibitor. Setiap jenis
ZPT tersebut. Memiliki cara kerja dan pengaruh yang berlainan. ZPT dibutuhkan
menghambat, atau mengubah proses fisiologi tanaman. ZPT dibentuk secara alami
perkembangan teknologi saat ini telah dibuat tiruannya. Pengaruh dan efektivitas
kerjanya sama dengan ZPT alami (Endah, 2002). Hormon endogen hanya
dilakukan stek, maka suplai hormon dari induk akan terputus. Keberadaan hormon
sel lainnya. Jika kandungan hormon endogen mencukupi, maka hormon eksogen
Pengaruh pemberian hormon pada stek sangat tergantung dari dosis yang
diberikan, jika dosisnya tepat maka akan sangat membantu dalam pertumbuhan
11
perkembangan tanaman. Pada kadar rendah hormon atau zat pengatur tumbuh
akan mendorong pertumbuhan, sedangkan pada kadar yang lebih tinggi akan
mudah sekali untuk berakar, cukup dengan media air saja, akan tetapi banyak juga
yang sukar untuk berakar walaupun dengan perlakuan khusus. Pada pinus,
kulitnya, batangnya memiliki banyak saluran resin yang arahnya vertikal. Resin
itu menutupi ujung stek dan melintangi absorbsi air. Hal tersebut memungkinkan
perlakuan ZPT yang diberikan tidak berpengaruh nyata pada semua parameter
Zat perangsang atau zat pengatur tumbuh (ZPT) dapat digunakan untuk
12