Anda di halaman 1dari 11

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI LOW BACK PAIN

AKIBAT KOMPRESI VERTEBRA LUMBAL II – V

Oleh: Eko Budi Prasetyo (Fisioterapi, Fakultas Ilmu Kesehatan)

ABSTRAK

Penatalaksanaan Fisioterapi pada Kondisi Low Back Pain Akibat


Kompresi Vertebra L II-V. Didalam pembuatan karya tulis ini dimaksudkan untuk
memberikan informasi, pengetahuan dan pemahaman tentang low back pain atau
nyeri pinggang pada daerah tulang-tulang L1 sampai sacrum dan otot-otot
sekitarnya, sehingga menyebabkan timbulnya problematika baik pada kapasitas
fisik dan kemampuan fungsional.Dan modalitas yamg di berikan adalah IR(lnfra
Red), TENS(Trascutaneus Electical Nerve Stimulation), dan terapi latihan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk Mengetahui pengaruh Infra Red (IR),
massage, terapi latihan dan TENS dalam mengurangi nyeri, spasme otot,
meningkatkan LGS dan meningkatkan ADL.Metode penelitian yang digunakan
adalah studi kasus. Untuk memberikan penanganan yang efektif dan efisien, maka
dilakukan suatu metode pemeriksaan nyeri dengan VDS(Verbal Descriptive
Scale) keterbatasan gerak dengan midline, kekuatan otot dengan MMT(Manual
Muscle Testing). Untuk mengatasi permasalahan di atas dapat digunakan
modalitas berupa IR(Infra Red) TENS(Trascutaneus Electrical Nerve
Stimulation) dan terapi latihan. Dari modalitas tersebut didapatkan hasil yang
cukup berarti yaitu nyeri berkurang, spasme menurun, LGS(Lingkup Gerak Sendi)
bertambah, kekuatan otot bertambah dan kemampuan aktifitas fungsional
bertambah.

Kata kunci: Penatalaksanaan Fisioterapi, Low back pain, IR dan TENS.

PENDAHULUAN masyarakat Indonesia diharapkan pelayanan

kesehatan secara paripurna telah dinikmati


Pembangunan kesehatan pada
oleh seluruh lapisan masyarakat. Salah satu
hakekatnya adalah penyelenggaraan upaya
upaya penyampaian sasaran umum tersebut
kesehatan untuk mencapai hidup sehat bagi
dapat mewujudkan sasaran kesehatan dari
penduduk agar terwujud kesehatan
tahun 2000 adalah mulai bidang kesehatan
masyarakat yang optimal. Seiringnya
(Depkes RI, 1999).
kemajuan teknologi dan tingkat kesehatan

Page 1 of 11
Pada kasus-kasus orthopedi, dalam Immobilisasi ini akan mengakibatkan

hal ini kondisi patah tulang yang dijumpai timbulnya berbagai permasalahan antara lain

pada anak-anak dan orang dewasa yang nyeri gerak, keterbatasan gerak, oedem dan

disebabkan jatuh dan sikunya digunakan lain-lain sehingga perlu suatu penanganan

untuk menyangga berat badan, akibatnya segera karena apabila tidak cepat

siku mendorong fragmen yang lebih kecil ke mendapatkan penanganan akan

depan bersama dengan lengan bawah, dan mengakibatkan kecacatan yang lebih lanjut.

mengakibatkan patah tulang ujung bawah Pada kasus ini, fisioterapi sangat berperan

humerus atau fractur supracondyler. Untuk untuk membantu memfungsikan sikunya

penanganannya dapat dengan reposisi secara kembali dan mencegah komplikasi-

manipulasi atau konservatif atau dengan komplikasi.

cara operasi.

Apabila dalam fractur ini mengalami METODE PENELITIAN

pergeseran jaringan yang parah, maka 1. Pendekatan

sebaiknya dilakukan operasi secepatnya Rancangan penelitian karya tulis

untuk mencegah deformitas dengan cara ilmiah ini menggunakan metode studi kasus.

pemasangan fiksasi menggunakan nail and 2. Desain Penelitian

wire supaya tidak mengalami pergeseran Penelitian ini dilakukan dengan cara

jaringan dan untuk menstabilisasi sendi. melakukan interview dan observasional pada

Setelah dilakukan suatu tindakan reposisi seseorang pasien dengan kondisi Ischialgia

baik secara konservatif maupun operasi Desain penelitian digambarkan sebagai

maka sendi siku akan diimmobilisasi sampai berikut:

tulang benar-benar menyambung.

Page 2 of 11
kemampuan fungsional, oleh fisioterapi
X Y pasien diberi modalitas terapi dengan IR,

SWD dan TL. Dengan pemberian IR, SWD

dan Tl diharapkan adanya peningkatan pada


Z
kapasitas fisik dan kemampuan fungsional.

Keterangan: INSTRUMENT PENELITIAN

X : Keadaan pasien sebelum diberikan 1. Nyeri diukur dengan VAS

program fisioterapi VAS adalah suatu cara pengukuran

Y : Keadaan pasien setelah diberikan derajat nyeri dengan sepuluh skala

program fisioterapi penelitian pada kasus Ischialgia nyeri yang

Z : Program fisioterapi dapat ditimbulkan dapat berupa:

Permasalahan yang timbul sebelum a. Nyeri diam, jika saat diam

pasien menjalani program terapi adalah penderita merasakan sakit pada

pasien merasakan sakit pada boyoknya yang punggungnya kemudian pasien disuruh

menjalar sampai ke tungkai, kemudian menunjukkan seberapa besar derajat

pasien pergi ke fisioterapi untuk menjalani nyeri, dengan menggunakan VAS.

program terapi. Sebelumnya pasien b. Nyeri tekan, kita dapat

menjalani pemeriksaan fisioterapi yang memberikan palpasi dengan penekanan

berupa nyeri dengan VAS, kekuatan otot pada daerah yang diperkirakan timbul

dengan MMT, LGS trunk dengan mid line, sakit dan penderita diminta untuk

dan spasme dengan palpasi. Setelah menyebutkan berapa nyeri yang

melakukan pemeriksaan didapatkan dirasakan dengan menggunakan VAS.

permasalahan kapasitas fisik dan

Page 3 of 11
c. Nyeri gerak, terapis dapat 2. Lingkup Gerak Sendi (LGS)

melakukan saat pemeriksaan gerak Vertebra

dimana penderita juga diminta untuk Yaitu suatu cara yang dilakukan oleh

merasakan seberapa sakit yang dirasakan fisoterapi untuk mengetahui besarnya lingkup

dengan skala VAS. gerak sendi yang bisa dilakukan pada suatu

Tabel 1.1 Data objektif VAS sendi. Disini penulis menggunakan alat yaitu

Nilai Keterangan midline untuk mengukur LGS trunk untuk


1 Tidak nyeri
2 Nyeri sangat ringan gerakan flexi-extensi, lateral flexi dengan
3 Nyeri ringan
4 Nyeri tidak begitu berat prosedur pengukuran sebagai berikut:
5 Nyeri cukup berat
6 Nyeri berat a. Memposisikan penderita pada
7 Nyeri sangat berat
8 Nyeri amat sangat berat posisi tubuh yang benar (posisi anatomi).
9 Nyeri cukup hebat
10 Nyeri hebat b. Menjelaskan dan memperagakan
Sumber : Mardiman, Sri, 1994
gerak yang ingin dilakukan oleh penderita.

Penulis mengambil VAS sebagai c. Melakukan gerakan pasif dua

instrument penelitian karena derajat nyeri atau tiga kali untuk menghilangkan

yang ditampilkan lebih spesifik dalam arti gerak substitusi dan ketegangan.

penulis lebih bisa mengarahkan kepada d. Memberikan stabilitas pada

penderita seberapa sakit yang dirasakan segmen bagian proximal.

dengan menyebutkan tingkatan nyeri yang e. Menentukan aksis gerak baik

ada pada VAS. secara aktif maupun pasif dengan jalan

melakukan palpasi pada bagian tulang

disebelah distal sendi.

Page 4 of 11
f. Meletakkan midle dengan angka PROSEDUR PENGAMBILAN DATA

terkecil benda diproksimal (Cervikal 7) Prosedur pengambilan atau

kemudian tarik garis lurus sampai ke pengumpulan data dalam menyusun karya

distal (Sacrum 1). tulis ilmiah ini mencakup:

g. Penderita diinstruksikan untuk 1. Data primer

melakukan gerakan flexi dan exstensi a. Pemeriksaan fisik

lumbal sampai sebatas kemampuan; Bertujuan untuk mengetahui keadaan

selanjutnya untuk gerakan lateral flexi fisik pasien. Pemeriksaan ini terdiri dari:

baik kekanan ataupun kekiri diukur dari vital sign, inspeksi, palpasi, pemeriksaan

ujung jari paling panjang (phalank 3) gerakan dasar, kemampuan fungsional dan

tarik garis lurus sampai lantai. lingkungan aktifitas.

3. Spasme otot dengan palpasi b. Interview

Spasme otot dilakukan dengan cara Metode ini digunakan untuk

palpasi yaitu: dengan jalan menekan dan mengumpulkan data dengan jalan tanya

memegang organ atau bagian tubuh pasien jawab antara terapis dengan sumber data:.

untuk mengetahui kelenturan otot punggung, c. Observasi

misal: terasa kaku, tegang atau lunak. Untuk Dilakukan untuk mengamati

kriteria penilaiannya sebagai berikut: perkembangan pasien selama diberikan

Nilai 0 : tidak spasme terapi.

Nilai 1 : spasme ringan 2. Data Sekunder

Nilai 2 : spasme sedang a. Studi dokumentasi

Nilai 3 : spasme berat b. Data Pustaka

Page 5 of 11
Didapatkan dari buku-buku majalah a. Articulatio inter corpus vertebralis

dan kumpulan jurnal yang berkaitan dengan b. Articulatio Inter arcus vertebralis

kasus LBP karena kompresi VLII-V. 3. Struktur Otot Vertebra

Tabel1.2 otot perut dan punggung


Nama Otot Origo Insertio Fungsi
ANATOMI DAN FISIOLOGI Rectus abdominis Lig symphysis pubis Costa cartilago 5-7 Flexi vertebra
dan crista iliaca dan procesus
xphyideus
1. Susunan Tulang Vertebra Psoas mayor processus vertebra Lesser trochanter of Flexi danrotasi
lumbal 1-5 dan femur hip
vertebra thoracolis
vertebra terdiri dari tujuh vertebra Illio costalis Processus pars Margin superior Extensi vertebra
thoracis meidal lumbal facies angulus costae 1-6
lumbal kacies
superior agulus
cervikal, dua belas vertebra thoracalis, lima costae 7-12
Multifidus Processus Processus spinosus Extensi dan
transversus dan ke 2 dan vertebra lateral rotasi
vertebra lumbalis, lima vertebra sacralis, vertebra thoracalis lumbalis 5
Semispinalis Processus spinosus Processus spinosus Extensi vertebra
thoracis dan vertebra vertebra 5-7
dan empat cogcygeus. Vertebra yang paling Ilio costalis
thoracalis 11-12
Sacium dan crista Costa inferior 6-7 Extensi vertebra
lumborum iliaca processus
psinosus vertebra
besar diantara yang lainnya adalah vertebra thoracalis 11-12
Longisimus thoracis Processus Ujung processus Extensi vertebra
transversus vertebra transversus
lumbalis dan berbentuk seperti ginjal. lumbalis dan tacia vertebra thoracalis
didekatnya dan costo 7-12
Obliqus externus Pais antero inferior Crista iliaca Flexi trunk dan
Procesus spinosusnya lebar dan berbentuk abdominis costa 5-12 inguinal liga ment,
linea alba dan
lateral flexi

pubis
Obliqus externus Crista iliaca anterior, Margin inferior Flexi trunk dan
seperti kampak kecil. Procesus abdominis fascia thoraco costa 7-12 linea lateral flexi
lumbalis, inguinal alba, processus colum vertebra,
ligament xyphyideus lateral rotasi
transversusnya berbentuk panjang dan Quadratus Crista iliaca, ligamen Costa 12 dan Hiperextensi
lumborum ilolumbalis proccessus lumbal, lateral
transversus L1-4 flexi trunk,
ipsilateral elevasi
langsing. (Evelyn, 1992). hip.
Rotatores langus Processus Processus spinosus Extensi vertebra,
dan brevis transversus satu segment kedua rotasi.
a. Corpus Vertebra Lumbalis segment vertebra vertebra (longus),
processus spinosus
sluruh segment
b. Processus spinosus dan tranversus vertebra (brevis)
Sumber : (Sobotta, 2000).
c. Arcus vertebra
4. Sistem Persyarafan
d. Foramen vertebralis
Nervus spinalis adalah akar-akar
2. Persendian Vertebra
syaraf yang dimulai dari radiks anterior
Sistem persendian yang terdapat
medula spinalis kemudian keluar melalui
pada VL II-V, yaitu:
foramen intervertebralis. Secara topografi

Page 6 of 11
saraf-saraf spinalis ini dibagi menjadi 8 Artrokinematika

pasang saraf cervikal (C1-8), 12 pasang Gerakan flexi lumbal terjadi

thoracal (T1-12), 5 pasang lumbal (L1-5), 5 gerakan luncur ke ventral corpus

pasang sacral (S1-5) dan satu pasang dibawahnya. Processus articularis inferior

coccygeal. bergerak ke cranio vertikal dan timbul

a) Nervus ilioinguinalis (T12-L1) “Gapping” atau celah. Pada gerakan flexi

b) Nervus genitofemoralis (L1-2) juga terjadi pelebaran fragmen discus

c) Nervus Cutaneous femoralis lateralis intervertebralis sehingga dapat terjadi

(L2-3) benturan processus articularis dengan

d) Nervus Femoralis (L2, 3, 4) arcus vertebra. Pada gerakan lateral flexi,

e) Nervus obturatorius (L2-4) corpus sisi konkaf saling merapat dan

terjadi gerakan luncur ke cranio medial.

BIOMEKANIK LUMBAL Gerakan rotasi lumbal, corpus vertebra

Susunan kolumna vertebra termasuk superior bergerak di atas corpus vertebra

daerah vertebra lumbalis dikenal unit inferior berlawanan arah dengan processus

fungsional spinalis yang terdiri dari ligament, articularis dan processus spinosus sehingga

serta apofisial dan discus intervertebralis. terjadi penekanan pada nukleus dan

Osteokinematika renggang dengan arah menyilang (oblique).

1) Flexi . 1. Nyeri

2) Extensi a. Definisi

3) Lateral flexi Nyeri adalah suatu pengalaman

4) Rotasi sensorik emosional yang tidak

menyenangkan berkaitan dengan jaringan

Page 7 of 11
yang rusak atau jaringan yang cenderung atau bagian tubuh pasien, misal: terasa

rusak (Widiastuti, 1991). tegang, kaku atau lunak.

Grafik1.1 Hasil pemeriksaan nyeri Grafik1.2 Hasil pemeriksaan spasme


dengan skala VDS pada T1-T6 otot dengan cara palpasi pada T1-T6
7 2,5

6 2

Nilai Spasme
5
Skala VDS

Nyeri diam 1,5


Spasme
4 Nyeri tekan
1
Nyeri gerak
3
0,5
2
0
1 T1 T2 T3 T4 T5 T6
T1 T2 T3 T4 T5 T6
Terapi
Terapi

2. Spasme Otot 3. Lingkup Gerak Sendi (LGS)


Spasme otot muncul akibat adanya Pemeriksaan lingkup gerak sendi
efek defend mechanisme dari tubuh akibat adalah suatu cara pengukuran yang bisa
adanya reaksi radang dari tubuh itu sendiri dilakukan suatu sendi. Sedangkan tujuan
atau bagian tubuh tertentu dan biasanya daripada pengukuran LGS adalah: 1)
bersifat lokal. Reaksi lain adalah penderita Untuk mengetahui besarnya LGS yang ada
berusaha menghindari gerakan yang pada suatu sendi, 2) Membantu diagnosa
menyebabkan nyeri. Apabila dibiarkan terus dan menentukan fungsi sendi penderita, 3)
menerus akan mengakibatkan kekakuan Untuk evaluasi terhadap penderita sebelum
sendi lumbal dan gangguan fungsional, dan sesudah terapi, 4) Untuk
untuk mengetahui spasme otot dapat meningkatkan motivasi dan semangat
dilakukan dengan cara palpasi, yaitu dengan penderita dalam menjalani program terapi,
cara meraba, menekan, memegang organ 5) Untuk dokumentasi dapat digunakan

untuk keperluan riset.

Page 8 of 11
Faktor yang harus diperhatikan dalam pinggang bawah, keterbatasan lingkup gerak

pengukuran LGS adalah: realibilitas, umur, sendi trunk dan penurunan kemampuan

seksualitas, struktur persendian, sisi aktifitas yang membutuhkan gerakan dari

dominan, tipe gerakan, alat ukur, penetuan pinggang.

titik yang akurat (Mardiman, dkk 1994). Permasalahan yang timbul dari

Grafik1.3 Hasil pemeriksaan LGS pada kondisi ini antara lain: (1) Adanya nyeri dan
T1-T6
130 spasme otot-otot pinggang, (2) Terbatasnya
120
110 lingkup gerak sendi lumbal, (3) menurunnya
100
90
80
kekuatan otot penggerak trunk, dan (4)
Fleksi Aktif
Nilai LGS

70 Extensi Aktif
60 Fleksi Pasif
tergangguanya aktifitas fungsional
50 Extensi Pasif

40
30
penderita.
20

10 Berdasarkan permasalah yang ada di


0
T1 T2 T3 T4 T5 T6
Terapi atas, maka tujuan dari terapi adalah: (1)

mengurangi atau menghilangkan nyeri dan

spasme otot-otot lumbal, (2) meningkatkan


KESIMPULAN lingkup gerak sendi lumbal, (3)
LBP (low back pain) adalah nyeri
meningkatkan kekuatan otot penggerak
pada daerah tulang belakang L1 sampai
trunk, dan (4) mengembalian kemampuan
seluruh sacrum dan obat-obat sekitarnya
aktifitas fungsional.
(Priguna Sidarta, 1989).
Untuk mengatasi permasalahan yang
LBP merupakan keluhan yang paling
timbul pada kondisi kompresi tersebut,
umum pada penderita dengan problem
modalitas fisioterapi yang digunakan adalah
musculoskeletal. Permasalahan yang dapat
IR (Infra Red) dan TENS (Transcutaneus
timbul dari LBP antara lain: Nyeri pada

Page 9 of 11
electical nerve stimulation), dapat DAFTAR PUSTAKA

menimbulkan reaksi-reaksi seperti efek Appley A, Graham and Lovis Solomon,


(1995), Orthopedi dan Fraktur
fisiologis dan efek terapeutik dari efek ini Sistem, Edisi ke 7, Alih Bahasa Edi
Nugroho.
diperoleh hasil adanya penurunan nyeri saat
Cailliet Rene M.D. (1981). Low Back Pain
bergerak membungkuk, adanya peningkatan Syndrome, Edisi ke 3, F.A Davis
Company, Philadelphia.
lingkup gerak sendi trunk dan adanya
Chusid, J.G. (1982), Meuro Anatomi
peningkatan mobilitas trunk. Korelatif dan Neurologi Fungsional,
Bagian Satu, Gajah Mada University
Dari hasil yang diperoleh dapat Press Yogyakarta.

Corolla, Harley, R. N. (1990), Human


disimpulkan bahwa penggunaan modalitas
Anatomy and Physiology, United
States America.
fisioterapi diatas disertai penggunaan obat-
De Woif, and Mens, J. M. A. (1990),
obatan pengurang nyeri dari dokter yang Pemeriksaan alat Penggerak Tubuh,
Cetakan ke 2.
dikonsumsi oleh pasien dapat membantu
Departemen Kesehatan RI. (1984), Sistem
mengatasi permasalahan yang timbul dari Kesehatan Nasional, Jakarta.

kompresi. Ganong, W. F. (Edisi Bahasa Indonesia


Wijaya Kusumah M) (1999) Buku
Ajar Fisioterapi Kedokteran (Review
of Medical Physiologi) edisi 14,
Cetakan 1, Buku Kedokteran EGC.

Kapandji, LA. (1974), The Physiology of


Joint, Volume Three, Chuchill,
Living Stone, USA.

Kisner, et. Al (1996). Therapeutic Exercise


Foundation and Technique, Third
Edition. F.A., Davis Company,
Philadelphia.

Mardiman Sri, et al (1998), Dokumentasi


Persiapan Praktek Profesional
Fisioterapi, Akademi Fisioterapi
Surakarta. Depkes RI.

Page 10 of 11
Meizack, R., dan Wall, P.D. (1965), Pain
mechnism: A New Theory: Science
150: 971-979.

Parjoto, Slamet (2001), Pelatihan


Penatalaksanaan Fisioterapi
Komprehensif pada Nyeri.
Pertemuan rutin TITAFI XV.
Surakarta 7-10 Maret ’01.

Putz R and Pabst, R. (1995), Atlas Anatomi


Manusia Sobotta, Jakarta, EGC.

Sidharta, Priguna (1983), Neurologi Klinis


dalam Praktek Umum, Dian Rakyat:
Jakarta.

Snell, Richard S, (1997), Anatomi Klinis


Untuk Mahasiswa Kedokteran, Edisi
3, EGC Penerbit Buku Kedokteran,
Jakarta.

Sobotta, (2000), Atlas Anatomi Manusia,


Edisi 21, EEG Penerbit Buku
Kedokteran, Jakarta.

Sujatno, I. G., et. al. (1998), Buku Ajar


Sumber Fisis. Akademi Fisioterapi
Surakarta. Surakarta.

Page 11 of 11

Anda mungkin juga menyukai