Anda di halaman 1dari 27

I Stratefli q'cr'dtm8arzOau Itmu .

Tem6etajarau 3TRATEGI PENGEMBANGAN ILMU PEMBELAJARAN


Dalam bab terakhir ini, akan dikemukaka,-. suatu strategi untuk menge_nLbangkan landasan ilmiah dan
teknologis upaya memperbaiki kualitas"pembclajaran Tekanannya diletakkan pada up y
mempreskripsikan hubungan di antara variabel_vanabel_pembelajaran yang sudah dib'icarakan pada
bab-bab sebelumnya Selanjutnya diajukan upaya penelitian yang perlu dilakukan untuk menguji
hubungan-hubungan hipotetik antar variabel tersebut Beberapa lemuan pcneiilian yang berkaitan
dengan hubungan antar variabel ini juga dideskripsikan pada akhir bab ini.

LANDASAN DAN ASUMSI

gUu" '''-'"F""r,npSlkan te c daN;ta:mod:l_mddcc:mf::k mempcrbaiki kualitas:xmb Ljuan. Perhatian kc arah


ini telah bcrk'cmbang semakin kuat pada dasa-warsa tcrakhir ini. Begitu banyak teori dan modcl telah
diciptakan untuk mempcrbaiki mctodc Pcmbclajaran. Disiplin baru yang kbih spcmfik: tcknologi
pcmbc7ajar.rn, dcsain pcmbclajar- an, dan ilmu pcmlxlajaran, julp tclah dmunculkan untuk menampung
tcon-teori dan rnodcl-modcl yang tclah dikembangkan. Akhirnya, pcmbagian pcran dalarn bidang
pembelajaran juga menjadi lebih khusus ilmuwan, yang mcnciptakan dan memvalidasi teori-tcori dan
konsep- konscp pc'mbclajaran;. tcknolog. yang mcngcmbangk;m r,roscdur-proscdur pcmbcla.jaran; dan
tcknisi, scbagai lxiaksana pcrnbum produk-pr,,duk pcmbclajara".

l Yang d'butuhk seLarang adalah "landasan ! ff. ngetahuan", Reigelmh dan Merrill (1978) menyebutnya !
dcngan knouledge hu.v, yang umum untuk memperbaiki j :'tode pembelajaran yang tclah ada sekarang
ini l Pc,getahuan apa yang ciibutuhkan Xtrk rv-imperbaiki I metode pembelajaran'? Saat ml, diperlulan
l',mgetahuan 1 temang .jeniS-jenis mctode yang dapai membuat beiajar ! menjadi lebjh mudah, dan
'eh'h :enyenangkan bagi j siswa; metode yang lebih efektif. efisien, dan memilisk; ! daya tarik tinggi.
Metode pembelaj 71, yang diacu di sini I bisa strategi pengorganiSaSian pem:elajaran. mikro dan I
makro; strategi penyampaian pembelajaran: dan strateai pengelolaan pembelajaran Yang ketiganya al 'n
menjadi penentu k: l'tas pembelajaran d' b:ah kondisi yang "da. \l,araktenst'k tujuan, l,araktcristi isi,
'endala: 'dan ! karal,tcristik sis'''a rui vang, palmo dasar. yang harus diletnU--m

k memperbaiki metode pembelajaran adalah bahwa| Asumai dasar

komponen strategi pembelajaran yang berbeda memiliki Komponen str

ga

ruh yang berbeda dan konsisten pada ail ran yang t

tegi pembela

mbelajaran. Ini tidak berarti bahwa semua komponen

strategi memiliki pengaruh yang berbeda dan konsisten penganuh yarg


terhadap hasil pembelajaran. Yang perlu dilakukan adalah konsisten pado

mengidentifikasi dan mendetinisikan secara jelas konponen hasi pembola

strategi mana yang memilik: pengaruh yang konsisten pada

hasil pembelajaran, dan mana yang tidak. Komponen

da memitiki

berbeda dan

ra

ategi yang tidak memiliki pengaruh yang konsisten tidak

bermanfaat untuk mempreskripsikan landasan pengetahuan

yang diinginkan

Konsekuensi dari asumsi dasar ini, bahwa komponen

strategi pembelajaran yang berbeda memiliki pengarulh

yang berbeda dan konsisten pada hasil belajar, adalan

bahwa kondisi pembelajaran yang berbeda (umpamanya,

karakteristik isi bidang studi dan karakteristik siswa) bisa

juga memiliki pengaruh yang konsisten pada hasil

pembelajaran. Oleh karena itu, landasan pengetahuan yang

diperlukan untuk memperbaiki kualitas pembelajaran

harus mencakup pengembangan komponen-komponen

strategi baru, yang memiliki pengaruh konsisten, dan

identifikasi perbedaan pengaruh yang diakibatkannva

mungkin disebabkan oleh kondisi yang berbeda. Kegiatan-

kegiatan ini dapat dipandang sebagai bidang garapan

utama ilmu pe

hubungan
metode,

akan berupa

yang

menge

Landasan ilmiah

mbelajaran sebab mencakup pengungkapan

sebab-akibat yang mengaitkan variabel kondisi,

dan hasil pembelajaran. Hasil dari kegiatan ini

teori-teori atau prinsip-prinsip pembelajaran

h. Akhirnya, dalam konteks adanya kebutuhan

bangkan landasan pengetahuan, prinsip-prinsip

ri-teori sahih inilah yang menjadi landasan ilmiah

ntuk memperbaiki metode pembelajaran, yang

sahi

ern

nakan sasaran utama ilmu pembelajaran

merupa

Degeng

Aspek lain dari adanya kebutuhan akan landasan

pengetahuan adalah pengembangan prosedur-prosedur

dalam menerapkan teori-teori serta prinsip-prinsip

pembelajaran ini untuk memperbaiki pembelajaran.

Kegiatan ini merupakan bidang kajian tek nolog

pembelajaran sebab mencakup pengembangan cara-cara

dalam menerapkan teori dan prinsip pembelajaran untuk


memecahkan masalah-masalah pembelajaran. Reigeluth

dan Merrill (1978) mengidentifikasi lima prosedur pokok

yang selayaknya menjadi perhatian teknolog pembelajaran

(1)

Prosedur mengajar dan/atau merancang

pembelajaran yang efektif

Prosedur mendiagnosis kelemaham-kelemahan

teknologis

(2)

pembelajaran

(3)

Prosedur menilai program pembelajaran

(4)

(5)

Prosedur memperbaiki pembelajaran

Prosedur mengajar strategi belajar yang efektif

untuk siswa

Prosedur-prosedur sahih yang dikembangkan oleh

teknolog pembelajaran ini akan menjadi landasan

teknologis dari upaya memperbaiki metode pembelajaran

Setiap teknologi (umpamanya kedokteran, rekayasa

selalu dikaitkan dengan suatu ilmu (umpamanva biologi

Tahapan prose

dural pengem

mtfisika), dan setiap ilmu berpijak pada konsep-konsep yang


logis perbakandidefinisikan secara jelas dan prinsip-prinsip yang telah

divalidasi secara empirik Demikian pula halnya dengan

teknologi pembelajaran dan ilmu pembelajaran. Namun

harus diakui bahwa usaha mendefinisikan konsep-konsp

pembelajaran dan usaha memvalidasi prinsip-prinsp

pembelajaran baru mencapai tahap awal Berdasarkain

pembelggrant

keterkaitan yang begitu erat antara ilmu dan teknel

pembelajaran, maka perlu ada tahapan prosed

dapat dikuti dalam mengembangkan landasan ilaiah d

teknologis upaya perbaikan metode pembelajaran

Dalam bab 1 telah dikemukakan em

yang

dilewati dalam pengembangan prinsip-prinsip dan

empat tahapan

teori pembelajaran () pengembangan hipotesis,

vael, (3) pengembangan prinsip, dan (4)

embangan teori. Empat tahapan ini hanya diacukan

P kegiatan ilmuwan pembelajaran, sesuai dengan

ya sebagai pencipta prinsip dan tcorn

helajaran. Dengan demikian, hasil kegiatan ini akan

memberi landasan ilmiah (teoriuk dan konseptual)

ikan metode pembelajaran. Untuk keperluan

nologis, empat tahap itu perlu


ditambah dua tahap lagi yang mencakup kegiatan teknoiog

pembelajaran, yaitu: (5) pengembangan prosedur, dan (6)

anannya

pengembangan landasan tek

pengujian prosedur.

Pengembangan prosedur dalam menerapkan ti- Pengenbenger

teori dan inodel-model pembelajaran untuk memecahkan

masalah pembelajaran perlu dilakukan setelah teori dan

prosedir

model divalidasi. Ini berarti ada pengalihan kegiatan dari

ilmu ke teknologi, atau dari ilmuwan ke teknolog

Orangnya bisa sama tetapi perannya telah berubah.

Prosedur-prosedur pokok yang menjadi perhatian teknolog

pembelajaran, seperti telah dikemukakan sebelumnya.

dikembangkan menjadi prosedur konkrit serupa dengan

penciptaan "resep memasak". Prosedur ini berupa langkah

yang dapat dikuti oleh seseorang untuk memecahkan

masalah.

Prosedur-prosedur, yang berupa langkah-langkah koniknit

perlu dievaluasi dan direvisi sesuai masukan hasil evaluasi

pnsea

Pengujian prosedur dilakukan pada tahap berikutnva.

sebenamya dan membandingkan hasilnya dengan hasi

erogramin ang mencakup keefekufan, efisiensi, da

Ini dilakukan dengan melakukan uji-coba pada situasi


ain, yang me

dava tarik

keilmuan dan

Dengan empat tahap kegiatan

anjut

úilan

nya dengan dua tahap leknologrs, akan daur

diciptakan landasan ilmiah dan teknologis yang sahih

untuk keperluan memperbaiki metode pembelajaran

Usaha ini akan membawa pengaruh langsung pada

perbaikan kualitas pembelajaran, yang semuanya

merupakan sasaran pokok dari ilmu pembelajaran

STRATEGI PENELITIAN

Deskripsi buku ini: Bab 2 mengenai Kondisi

pembelajaran, bab 3 mengenai Metode pembelajaran:

Strategi pengorganisasian, bab 4 mengenai Metode

pembelajaran: Strategi penyampaian dan pengelolaan,

dan bab 5 mengenai Hasil pembelajaran, merupakan

upaya untuk mengklasifikasi variabel-variabel pembelajar-

an dan mencoba mendefinisikannya secara jelas dan lugas

Hubungan-hubungan antar variabel juga telah dihipotesis

dalam bab 1. Dengan demikian, sampai sejauh ini dua

tahap pertama prosedur pengembangan landasan ilmiah


upaya perbaikan metode pembelajaran telah dilewati

rateg

enelitian

pengembangan hipotesis dan klasifikasi variabel

Prinsip-prinsip dan teori-teori pembelajaran yang

telah dikembangkan, berpijak pada hubungan hipotetik

antar variabel, juga telah dideskripsikan pada bab 2

sampai dengan bab 5. Jadi, tahap ketiga dan keempat juga

telah dile wati. Oleh karena, buku ini lebih memusatkar

perhatian pada preskripsi prinsip-prinsip dan teori-teori

pembelajaran, yang merupakan bidang kajian utama ilmu

pembelajaran, maka tahap kelima dan keenam, yang

merupakan bidang kajian teknologi pembelajaran, berada

di luar pokok kajian.

Prinsip-prinsip dan teori-teori pembelajaran yang

telah dideskripsikan, seperti terlihat dalam uraian bab-bab

sebelumnya, lebih banyak dikembangkan berdasarkarn

pengalaman, intuisi, dan logika. Oleh karena itu, kint

diperlukan adanya validasi dan dukungan empirik untuk

menetapkan

kan kesahihannya. Ini dapat dilakukan me

nelitian ilmiah

lalui
is penelitian yang paling cermat mengungkapkan

bungan sebab-akibat antar variabel adalah petelitianeks

Jen

ental. Hubungan sebab-akibat dapat diungkapkanuntu

emanipulasi suatu variabel (variabel sebab) dan antar vanabel

Peneitisn

eksperinmental

mengamati pengaruhnya pada variabel lain (variabel

kibat). Variabel-variabel pembelajaran , pada hakekatnya

da yang dapat dimanipulasi dan ada yang tidak. Metode

dalah variabel pembelajaran yang dapat dimanipulasi

sedangkan kondisi adalah variabel pembelajaran yang

tidak dapat dimanipulasi. Dengan demikian, hubungan

sebab-akibat antar variabel pembelajaran dapat diungkapkan

dengan memanipulasi variabel metode pembelajaran dan

mengamati pengaruhnya terhadap variabel hasil

pembelajaran. Peluang terjadinya interaksi antara variabel

metode dan variabel kondisi amat besar dalam

menentukan variabel hasil pembelajaran. Oleh karena itu

diperlukan juga identifikasi variabel-variabel metode

mana yang berinteraksi dengan variabel kondisi dalam

menentukan hasil pembelajaran yang konsisten

Pemetaan variabel-variabel pembelajaran scperai

dikemukakan dalam bab I akan amat membantu peneliti

dalam mengidentifikasi dan menetapkan hubungan-


hubungan antar variabel mana yang perlu diuji. Bisa jadi

seorang peneliti akan mengawali langkah penelitiannya

hgan mengidentifikasi variabel-variabel operasional

nstruk-konstruk) sesuai dengan hubungan-hubungan

ang ingin digarapnya, namun, bagaimanapun juga.

ariabel-variabel operasional ini sebaiknya dipandang

gai bagian-bagian variabel yang dapat dicantolkan

pada salah satu variabel kepayang tela

ti di bidang Umu

memberikan pijak

kasifikasi. Ini dimaksudkan untuk memb

ang sama kepada peneliti-penel

pe

dan teknologi pembelajaran sehingga

te 介 luan temuannya dapat dengan murah diintegrasikan

dengan temuan temuan penelitian sebelumnya. Dengan

i ini, upaya untuk menciptakan landasan pengetahuan

Glmiah) perbaikan kualitas penbelajaran dapat

diwujudkan

engui ulangP

Pengujian suatu hubungan antar variabel sebaikn

libyngar,onfar | diikuti dengan pengullan ulang dengan menggunakan latar

(kondisi) yang berbeda, seperti karakteristik subyek


bidang studi, dan tujuan pembelajaran. Ini diperlukan, di

amping untuk menguji kesahihan temuan penelitian, juga

untuk menguji tingkat konsistensinya. Hubungan-

hubungan variabel yang sahih dan konsisten inilah yang

anabel

bermanfaat dijadikan landasan ilmiah ilmu pembelajaran

Temuan-temuan kumulatif seperti ini nantinya akan amat

berguna dalam melakukan meta-analisis

Di samping pengubahan variabel kondisi, pengujian

ulang suatu temuan penelitian juga dapat dilakukan

dengan pengubahan variabel hasil. Metode pembelajaran

tertentu biasanya dikembangkan untuk mencapai hasil

pembelajaran tertentu di bawah kondisi tertentu. Dalam

hal ini, pengubahan variabel hasil pembelajaran akan

dapat memberikan gambaran keefektifan yang berbeda

dari suatu metode pembelajaran. Temuan-temuan seperti

ni, akan amat berguna dalam mempreskripsikan metode

yang optimal untuk mencapai hasil pembelajaran tertentu

TEMUAN PENELITIAN

Pada bagian ini akan dikemukakan temuan-temuan

penelitian yang berkaitan dengan variabel-variabel

pembelajaran yang sudah diidentifikasi pada bab-bab

sebelumnya Ada tiga penelitian yang dimaksudkan untuk

menguji keefektfan strategi pengorganisasian pembelajaran

enelitian-penelitian dilaksanakan oleh


uan

secara utuh

İ (Pengembangan ilmti Pembelajaran

KY (1986). Degeng (1988), serta Wedman dan

smith (1989).

litian-penelitian yang dimaksudkan hanya menguji

r komponen strategi juga dikemukakan di sini. Yang

dalam kelompok ini adalah penelitian untulk

li kesahihan pemberian komponen strategi

kuman, pemberitahuan tujuan belajar sebelum

belajaran dimulai, prates yang diberikan sebelum

belajaran, advance organizer, epitome, analogi.

sistesis, dan mnemonik. Semua komponen strategi ini

uali pensintesis dan rangkuman, dapat dikelompokkan

dalam komponen strategi awal yang biasanya

ditampilkan pada tahap awal pembelajaran. Rangkuman,

vang berfungsi untuk melakukan tinjauan ulang tentang isi

yang sudah dipelajari, dan pensintesis, yang berfungsi

untuk menunjukkan kaitan antar isi yang sudah dipelajari,

biasarya ditampilkan pada tahap akhir pembelajaran

Pengetahuan mnemonik dan analogi, di samping dapat

ditampilkan sebagai strategi awal, juga dapat ditampikan

selama pembelajaran berlangsung. Temuan-temuan penelitian

ermasuk
mengenai variabel-variabel ini dikemukakan berikut ini

Penemuan Penelitian tentang Teori Elaborasi

Sebagai suatu model yang berusaha mengintegrasikan Temuan

strategi-strategi yang telah teruji sahih, seperti telah Peneiltian fen

diskusikan sebelumnya, model elaborasi memerlukan

ukti empirik untuk memperkuat landasan teoritiknya

an tentang ha! ini diuraikan pada bagian berikut

Sampai kini, belum banyak penelitian yang dilakukan

tuk menguji kesahihan teori elaborasi sebagai strateg

tmengorganisasi isi peimbelajaran. Hanclosky (1986)

Penelitan

tengenai strategi ini dengan membandingkan sumbarg

teori elaborasi,

adalah

rtama yang melakukan penelitian

an

advance organzer, dan analisis tugas

e orga

i89

dalam belajar konsep dan prinsip. Salah satu dari sejumlah

hipotesis yang diuji adalah bahwa untuk belajar konse

dan prinsip teori elaborasi lebih unggul, jika dibandingkan

dengan advance organizer dan analisis tugas. Hasil seperti

ni diramalkan terjadi dalam pasca-tes. Hasil yang serupa

juga diramalkan terjadi dalam tes yang diadakan setelah


lima minggu pasca-tes

Hipotesis ini didukung oleh hasil penelitian uji coba,

namun tidak demikian halnya oleh penelitian akhir

Penelitian akhir menemukan hasil yang bertentangarn

dengan penelitian uji coba. Untuk belajar konsep

kelompok yang mendapat perlakuan analisis tugas lebih

unggul (pc0,05), jika dibandingkan dengan kelompok

yang mendapat perlakuan advance organizer dan teori

elaborasi. Namun demikian hasil ini hanya terjadi

berdasarkan analisis pasca-tes, dan setelah 5 minggu

pasca-tes perbedaan ini menjadi tidak signifikan. Hasil

yang berlawanan terjadi dalam belajar prinsip. Kelompok

yang mendapat perlakuan analisis tugas lebih unggul

(pc0,05), jika dibandingkan dengan dengan kelompok

yang mendapat perlakuan advance organizer dan teori

elaborasi, dalam tes yang dilak sanakan setelah 5 minggu

pasca-tes Dalam pasca-tes, untuk belajar prinsip

kelompok yang mendapat perlakuan analisis tugas lebih

unggul terhadap kelompok yang mendapat perlakuan

advance organizer

Penelitian lain dilakukan oleh Degeng (1988). Dalam

penelitiannya, Degeng membandingkan model pengorga

nisasian pembelajaran elaborasi dengan bukuteks. Dalam

hal ini, isi bukuteks diorganisasi kembali mengikuti

rambu-rambu model elaborasi. Selanjutnya kedua model


ni, organisasi isi berdasarkan bukuteks asli dan organisasi

isi berdasarkan model eclaborasi, dibandingkan pengaruhn a

terhadap perolehan belajar informasi verbal, konsep, dan

organisasian pembelajaran

Peneltian

Degeng

retensi Ditemukan bahwa

Degeng

tenuan-temuannya dapat dengan mudah diintegrasıkan

dengan temuan-temuan penelitian sebelumnya. Dengan

cara ini, upaya untuk menciptakan landasan pengetahuan

ilmiah) perbaikan kualitas permbelajaran dapat

divujudkan

Pengujian suatu hubungan antar variabel sebaiknya

tardikuti dengan pengujian ulang dengan menggunakan latar

pen ulang

(kondisi) yang berbeda, seperti karakteristik subyek

bidang studi, dan tujuan pembelajaran. Ini diperlukan, di

samping untuk menguji kesahihan temuan penclitian, juga

untuk menguji tingkat konsistensinya Hubungan-

hubungan variabel yang sahih dan konsisten inilah yang


bermanfaat dijadikan landasan ilmiah ilmu pembel

ajaran

'emuan-temuan kumulatif seperti ini nantinya akan amat

berguna dalam melakukan meta-analisis

Di samping pengubahan variabel kondisi, pengujian

ulang suatu temuan penelitian juga dapat dilakukarn

dengan pengubahan variabel hasil. Metode pembelajaran

tertentu brasanya dikembangkan untuk mencapai hasil

pembelajaran tertentu di bawah kondisi tertentu Dalam

hal ini, pengubahan vaiabel hasil pembelajaran akan

dapat memberikan gamoaran kecfcktifan yang berbeda

dari suatu metode pembelajaran. Temuan-temuan seperti

ini, akan amat berguna dalam mempreskripsikan metode

yang optimal untuk mencapai hasil pembelajaran tertentu

TEMUAN PENELITIAN

Pada bagian ini akan dikemukakan temuan-temuan

penelitian yang berkaitan dengan variabel-variabel

pembelajaran yang sudah diudentifikast pada bab-bab

sebelumnya Ada tiga penelitian yang dimaksudkan untuk

mengujı keefektifan strategi pengorganisasian pembelajaran

secara utuh Penelitian-penelitian dilaksanakan oleh

e Stratcgi Pengembarigan Ifmu Pembelaaran

Hanclosky (1986), Degeng (1988), serta W

Smith (1989)
Wedman dan

Penelitia

suatu komponen strategi juga dikemukakan di sini Yang

termasuk dalam kelompok ini adalah penelitian untuk

menguj esahihan pemberian komponen stratcg

rangkuman, pemberitahuan tujuan belajar sebelum

pembelajaran dimulai, prates yang diberikan sebelum

pembelajaran, advance organizer, cpitome, analog

pensistesis, dan mnemonik Semua komponen strategi ini

kecuali pensintesis dan rangkuman, dapat dikelompokkan

ke dalam komponen strategi awal yang biasanya

ditampilkan pada tahap awal pembelajaran. Rangkuman

n-penelitian yang dimaksudkan hanya menguj

yang berfungsi untuk melakukan tinjauan ulang tentang isi

yang sudah dipelajari, dan pensintesis, yang berfungsi

untuk menunjukkan kaitan antar isi yang sudah dipelajari

biasarya ditampilkan pada tahap akhir pembelajaran

Pengetahuan mncmonik dan analogi, di samping dapat

ditampilkan sebagai strategi awal, juga dapat ditampilkan

selama pembelajaran berlangsung Temuan-temuan penelitian

mengenai variabel-variabel ini dikemukakan berikut ini

pat

Penemuan Penelitian tentang Teori Elaborasi

Sebagai suatu model yang berusaha mengintegrasikan

strategı-strategi yang telah teruji sahih, seperti telah


didiskusikan sebelumnya, model elaborasi memerlukan

bukti empirik untuk memperkuat landasan teoritiknya

Kajian tentang ha! ini diuraikan pada bagıan berikut

Sampai kini, belum banyak penelitian yang dilakukan

untuk menguji kesahihan teori elaborasi sebagai strateg

untuk mengorganisasi isi peinbelajaran. Hanclosky (1986)

adalah orang pertama yang melakukan penclitian

mengenai strategi ini derngan membandingkan sumbangan

teori elaborasitiavance organ に er, dan analisis tugas

Degeng

dalam belajar konsep dan prinsip. Salah satu dari se

dengan advance organizer dan analisis tugas, Hasil se

lima minggu pasca-tes

hipotesis yang diujı adalah bahwa untuk belajar konsc

dan prinsip teorn elaborası lebih unggul, Jika dibandingkan

perti

ini diramalkan terjadi dalam pasca-tes. Hasil yang senu

juga diramalkan terjadi dalam tes yang diadakan setelah

Hipotesis ini didukung oleh hasil penelitian uji coba

namun tidak demikian halnya oleh penelitian akhir

Penelitian akhir menemukan hasil yang bertentangan

dengan penelitian uj coba. Untuk belajar konsep


kelompok yang mendapat perlakuan analisis tugas lebih

unggul (p<0,05), jika dibandingkan dengan kelompok

yang mendapat perlakuan advance organizer dan teor

elaborasi. Namun demikian hasil ini hanya teryjad

berdasarkan analisis pasca-tes, dan setelah 5 minggu

pasca-tes perbedaan ini menjadi tidak signifikan Hasil

yang berlawanan terjadi dalam belajar prinsip. Kelompok

yang mendapat perlakuan analisis tugas lebih unggul

(p 0,05), jika dibandingkan dengan dengan kelompok

yang mendapat perlakuan advance organizer dan teor

elaborası, dalam tes yang dilaksanakan setelah 5 minggu

pasca-tes, Dalam pasca-tes, untuk belajar prinsıp

kelompok yang mendapat perlakuan analisis tugas lebih

unggul terhadap kelompok yang mendapat perlaku

advance organizer

Penelitian lain dilakukan oleh Degeng (1988). Dalam

penelitiannya, Degeng membandingkan model pengorga

nisasian pembelajaran elaborasi dengan bukuteks Dalam

hal im, isi bukuteks diorganisasi kembali mengikut

rambu-rambu model elaborasi. Selanjutnya kedua model

ıni, organisasi isi berdasarkan bukuteks asli dan organisasi

isi berdasarkan model elaborasi, dibandingkan pengaruhnya

terhadap perolehan belajar informasi verbal, konsep, darr

etensi Ditemukan bahwa

pengorganısasian pembelajaran
strategt engembangan Imu Pembetajaran

an menggunakan model elaborasi secara signih

ubih unggul dari pengorganisasian pembelajaran dengat

gunakan urutan bukuteks, baik untuk belajar informa

rbal maupun konsep 1ebih lanjut, juga ditemukan bahwa

si terhadap perolehan belajar informasi verbal

konsep ternyata lebih banyak dapat dipertahankan melalu

ngorganisasian pembelajaran berdasarkan model elaboras

an

daripada urutan bukutek

Degeng (1988) selanjutnya mendiskusikan mengapa

ori claborasi Icbih unggul dari organisasi bukuteks

Seperti telah dikemukakan dalam analisis landasan

oritik, bahwa model elaborasi nenggunakan urutan

elaboratif, yang pola dasamya bergerak dari umum-ke

inci. Komponen strategi in: berupaya untuk menyediakan

deational scaffolding (Ausubel, 1968) atau anchorng

knowledge (Reigeluth dan Stein, 1983) bagi isi yang lebih

rinci yang dipelajari kemudian. Ini dilakukan dengan

menampilkan sturktur konseptual (epitome) pada awal

keseluruhan peristiwa pembelajaran Dengan menggunakan

konsepsi memory theorists (Quillian, 1968) epotome dapat

berfungsi sebagai skemata bagi asimilasi konsep-korsep


atau intormasi baru. Di sinilah sebenamya letak kekuatar

utama model elaborasi. Penyajian epitome dapat bertindak

sebagai unit konseptual yang serupa dengan skemata

Untuk belajar informasi verbal, seperti: fakta-fakta, Mode

nama-nama, epitome dapat berfungsi sebagai konteks bag

informasi-informasi yang lebih rinei Hal ini juga sejalan

dengan dengan konsepsi Ausubel (1968) bahwa untuk

belajar informasi baru diperlukan adanya struktur kognitif

Dalam model claborasi, epitome berperan sebagai skemata

bagi informasi-informasi yang lebih rinci. Ini juga yang

mungkin menyebabkan mengapa model elaborasi lebih

Penampilan pensintesis secara bertahap dalam model P

claborasi, secara khusus dimaksudkan untuk mengaitkan

unggul dari pengorganisasian dengan bukuteks

Degeng

konsep-konsep yang dipelajari, dengan cara menun

konteks suatu konsep dengan konsep lain yang lebih

Dengan cara seperti ini, pemahaman suatu konsep menia

lebih dalam karena semua konsep dipelajari da

konteksnya dengan konsep lain yang terkait. Bila kau

kaitan antar konsep seperti ini tidak sengaja dira

ncang

dalam pembelajaran, maka siswa membutuhkan waktiu


khusus untuk melakukannya sendiri sehingga pembelajaratn

menjadi tidak efisien. Lebih jauh dari itu, mungkin tidak

semua siswa akan mampu melakukan kaitan-kaitan sepert

itu. Dengan menyajikan pensistesis, masalah-masalaih

seperti ini dapat diperkecil, bahkan mungkin dapat

ditiadakan

Penyajian epitome pada awal pembelajaran, dan

pensistesis pada akhır pembelajaran, dan disertai lag

dengan penyajian rangkuman secara bertahap amat

memperkokoh kehadiran model elaborasi sebagai cara

mengorganisasi isi pembelajaran. Namun demikian

scjauh ini, strategi ini hanya tepat mempreskripsikan

pengorganisasian ranah kognitif

Penelitian ketiga mengenai model elaborasi, tercatat

n dan ilakukan olch Wedman dan Smith (1989) Tujuan

penelitian ini adalah menguji pengaruh pembelajaran

yang diorganisası dengan hirarkhi belajar dan model

elaborasi pada hasil belajar mengingat dan menerapkan

prinsip. Enam puluh sembilan mahasiswa yang mengikuti

matakuliah produksi media pendidikan mempelajari satu

dari dua versi teks pembelajaran yang berkaitan dengan

prinsip-prinsip fotografi Satu versi diorganisasi dengan

menggunakan preskripsı hirarkhi belajar, dan yang kedua

menggunakan preskripsi model elaborası Ditemukan

bahwa kedua kelompok tidak memperlihalkan perbedaan


yang signifikan sccara statistik Dikcmukakan juga oleh

peneliti bahwa teks untuk versi hirarkhi belajar lebih

pendek dan membutuhkan waktu leb:h singkat untuk

eStrategi Pengcembangan I imu embclajaran

menyelesaikannya Jadi, perlu dipertanyakan

isiensi pembelajaran yang diorganisasi dengan presksrips

odel elaborasi

Iml

Dari 3 penelitian di atas, yang ditujukan untuk

menguji teori elaborasi, belum dapat diambil kesimpularn

apapun. Di samping, karena model elaborasi masih pada

tahap pengembangan awal ketika diteliti, peneliian-

nelitian ini memusatkan pada variabel yang berbeda

Hanclosky (1986) dan Wedman dan Smith (1989)

menggunakan acuan model elaborasi yang baru

dikembangkan, yaitu tahun 1979, di mana ada beberapa

komponen strategi yang belum diintcgrasikan. Degeng

1988) menggunakan acuan Reigeluth dan Stein (1986)

Pada acuan ini, pengembangan model elaborasi telah

disertai dengan preskripsi yang lebih jelas mengenai setiap

komponen strategi yang dilibatkannya

Reigeluth (1987) telah mengembangkan model


teoritik elaborasi ke dalam bentuk pembelajaran konkrit

Akan lebih mendasar apabila penelitian-penelitian lanjutan

mengenai model elaborasi, diacukan pada contoh

pengembangan yang telah dibuat oleh pencetus model ini

Kini, sumber-sumber telah lebih banyak tersedia.

Penelitian lanjutan amat diharapkan agar model elaborasi

benar-benar dapat dijadikan preskripsi bagaimana cara

mengorganisasi pembelajaran tingkat makro

Banyak penelitian telah dilaksanakan untuk menguj

pengaruh rangkuman sebagai komponen strategi

pembelajaran. Dansereau (1978), demikian pula Ross dan

vesta (1976) menemukan bahwa siswa-siswa yang

njuk-kerja yang lebih baik

Rangkuman

dayar atau disuruh membuat rangkuman tentang apa yang

telah dibaca, memperlihatkan u

dalam tes mengingat isi teks daripada mereka

membaca teks berulang-ulang tanpa membuat

Spurlin, Dansereau, dan Brooks (1980) menyimpulka

bahwa belajar dengan rangkuman lebih efektif daripad

tanpa rangkuman. Mereka juga menyimpulkan bahwa

rangkuman yang memusatkan pada organizin

isi yang lebih ппсі.


lebih efektif daripada rangkuman yang memusatkan pada

Eksperimen yang dilakukan oleh Reder dan Anderson

(1980) menyimpulkan bahwa membaca rangkuman teks

lebih efektif daripada membaca teksnya Ditemukan juga

bahwa transfer menjadi lebih baik, apabila rangkuman

suatu teks dipelajari lebih dulu baru kemudian

mempelajari teksnya yang asli. Demikian pula, rangkuman

tetap lebih unggul meskipun ide-ide pokok yang terdapat

dalam teks yang asli telah diberi garis bawah (Reder,

1975)

Merrill dan Stolurow (1966) menyimpulkan bahwa

pemberian rangkuman yang ditata secara hirarkhis

sebelum penyajian keseluruhan isi, menyebabkan siswa

belajar konsep-konsep lebih cepat dan transfer yang lebth

baik Hasil penelitian lain, yang dilakukan oleh

Grotclueschen dan Sjogren (1968), medukung temuan

Merrill dan Stolurow (1966) Disimpulkan bahwa sıswa

yang, sebelum belajar, membaca rangkuman yang beis

prinsip dasar dari semua prinsip yang akan dipelajari,

memperlihatkan hasil belajar dan transfer yang lebih baik,

jika dibandingkan dengan siswa yang langsung membaca

keseluruhan teks

Dari desknpsi ini, secara umum, dapat disımpulkan

bahwa pemberian rangkuman telah teruji memiliki

pengaruh yang efektif pada perolehan belajar Pertanyaan


yang muncul sekarang adalah kapan suatu rangkuman tepat

diberikan kepada siswa? Pertanyaan ini dapat dikaitkan

dengan variabel strategı pengelolaan pembelajaran. Pada

e Strategt Pengerm bangan IEmu Pembelajura

awal pembelajaran? Ataukah, pada akhir pembelajaran?

Penelitian-penelitian di atas menampilkan rangkuman

pada awal pembelajaran. Apakah hasil yang signifikan

juga ditemukan apabila rangkuman diberikan pada akhir

pembelajaran?

Model elaborası mempreskripsikan pemberian

rangkuman setelah setiap kali melakukan elaborasi In

dimaksudkan untuk melakukan tinjauan uiang terhadap

konsep-konsep, atau prosedur-prosedur, atau prinsip-

prinsip yang baru saja dipelajani siswa. Tinjauan ulang

secara berkala ini dihipotesiskan akan dapat meningkatkan

retensi (Reigeluth dan Stein, 1983)

Tujuan Belajar

Kibbler, Bassett, dan Byers (1976) mengaji sejumlah

temuan penelitian tentang pengaruh adanya pemberitahuan

tyuan belajar sebelum belajar dimulai. Secara keseluruhan

tentang variabel ini

temuan-temuan penelitian

nemperliharkan hasil
penelitia

un dalam kajian Kibbler, Bassett, dan Byers

uiar scbelum

yang tidak konsisten. Dari 20

n eksperimental

yang menggunakan rancanga

yang ditemukan melaporkan

Anda mungkin juga menyukai