Anda di halaman 1dari 8

Isian Substansi Proposal

SKEMA PENELITIAN DASAR


Petunjuk:Pengusul hanya diperkenankan mengisi di tempat yang telah disediakan sesuai dengan petunjuk
pengisian dan tidak diperkenankan melakukan modifikasi template atau penghapusan di setiap bagian.

JUDUL
Tuliskan Judul Usulan
PENGEMBANGAN E-INSTRUMEN PENILAIAN KETERAMPILAN METAKOGNISI MAHASISWA PADA
MATAKULIAH METODELOGI PENELITIAN

RINGKASAN
Ringkasan penelitian tidak lebih dari 300 kata yang berisi urgensi, tujuan, dan luaran yang
ditargetkan.
Keterampilan metakognisi bagi mahasiswa menjadi hal yang penting dan harus dimiliki terutama pada
abad 21 saat ini. Keterampilan ini sangat dibutuhkan oleh seseorang dalam mengembangkan soft skill
sehingga mampu memecahkan suatu permasalahan. Penting untuk mengetahui bagaimana keterampilan
metakognisi mahasiswa agar efektivitas pembelajaran dapat ditingkatkan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengembangkan e-instrumen yang dapat mengukur keterampilan metakognisi mahasiswa dalam
mengikuti matakuliah Metodologi Penelitian yang valid dan reliabel. Jenis penelitian adalah R & D dari
Mardapi yang terdiri dari 10 langkah. Penelitian akan dilaksanakan pada dosen yang mengajat
matakuliah metodelogi penelitian dan mahasiswa yang mengikuti matakuliah tersebut sebanyak 100
mahasiswa. Data yang dikumpulkan berjenis data kualitatif dan kuantitatif dengan menggunakan
instrumen berupa pedoman wawancara, lembar observasi, angket validasi ahli, instrumen uji coba, dan
angket kepraktisan. Analisis data menggunakan program atlas.ti untuk data kualitatif, sedangkan data
kuantitatif menggunakan teknik validasi Aiken, Confirmatory Factor Analysis, dan Item Respon Theory
menggunakan program R. Hasil penelitian akan ditulis dalam bentuk artikel dan disubmit pada jurnal
Sinta 3 dengan status Publish. Luaran tambahan berupa Hak Cipta dengan status bersertifikat. Penelitian
ini berada pada TKT 2 dengan Target TKT 3.

KATA KUNCI
Kata kunci maksimal 5 kata
E-Instrumen; Metakognisi; Mahasiswa; Metodelogi Penelitian

PENDAHULUAN
Penelitian Dasar merupakan riset yang memuat temuan baru atau pengembangan ilmu
pengetahuan dari kegiatan riset yang terdiri dari tahapan penentuan asumsi dan dasar hukum
yang akan digunakan, formulasi konsep dan/ atau aplikasi formulasi dan pembuktian konsep
fungsi dan/ atau karakteristik penting secara analitis dan eksperimental.

Pendahuluan penelitian tidak lebih dari 1000 kata yang terdiri dari:
 Latar belakang dan rumusan permasalahan yang akan diteliti
 Pendekatan pemecahan masalah
 State of the art dan kebaruan
 Peta jalan (road map) penelitian 5 tahun kedepan (jika dalam bentuk konsorsium harus
dilengkapi dengan roadmap penelitian konsorsium)
 Sitasi disusun dan ditulis berdasarkan sistem nomor sesuai dengan urutan pengutipan,
mengikuti format Vancouver
A. Latar Belakang dan Rumusan Masalah Penelitian
Keterampilan metakognisi bagi mahasiswa menjadi hal yang sangat penting dan wajib dimiliki
terutama pada abad 21 ini. Keterampilan ini sangat dibutuhkan oleh seseorang dalam
mengembangkan soft skill. Pengembangan soft skill tidak mungkin tanpa keterampilan metakognisi
karena metakognisi sendiri dapat membangun wawasan dan kecerdasan seseorang dalam
memecahkan suatu permasalahan [1]. Selain itu, keterampilan metakognisi memiliki keterkaitan
yang kuat dengan kemampuan berpikir kritis siswa [2]. Oleh karena itu, sangat penting untuk
mengembangkan serta meningkatkan keterampilan metakognisi siswa [3].
Metakognisi digunakan untuk mewakili kesadaran seseorang terhadap pengetahuan
berpikirnya sendiri, yang dalam hal ini sangat berkaitan erat dengan proses kognisi [4]. Metakognisi
merupakan kemampuan untuk memahami dan mengatur proses berpikir sendiri, sehingga
memungkinkan seseorang untuk mengambil keputusan yang lebih baik dan efektif dalam
menyelesaikan suatu tugas. Keterampilan metakognisi dapat membantu siswa dalam
mengkonstruksi pemahamannya tentang hal-hal yang abstrak, namun perlu dilatih lagi melalui
pendampingan guru dalam penerapan strategi yang tepat [5]. Pendampingan guru dengan strategi
yang tepat, dapat dilaksanakan apabila pengukuran terhadap metakognisi siswa dapat terukur
dengan jelas. Oleh karenanya, adanya instrument yang valid dan reliabel dapat mengungkap
kemampuan metakognisi pada siswa.
Berdasarkan pengalaman penulis selama mengajar matakuliah metodelogi penelitian dalam
tiga tahun terakhir, ditemukan fakta bahwa sebagian besar mahasiswa dengan kemampuan rendah
dan sedang masih mengalami kesulitan dalam menemukan masalah yang akan diteliti serta sulit
menyusun strategi penelitian apa yang harus digunakan dalam membahas permasahan penelitian.
Hal ini menunjukkan proses kognisi, berpikir kritis serta kemampuan mengkonstruksi pemahaman
yang abstrak ke konkrit masih sangat lemah pada diri mahasiswa. Selain itu, wawancara dengan
dosen-dosen lain juga yang mengajar metode penelitian mengatakan hal yang sama. Para dosen,
masih bingung dalam memilih strategi yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut.
Matakuliah Metodologi Penelitian sangat penting bagi mahasiswa program sarjana, karena
memberikan dasar-dasar dalam melakukan penelitian. Namun, beberapa mahasiswa seringkali
mengalami kesulitan dalam memahami dan mengaplikasikan konsep-konsep dalam matakuliah ini.
Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan mahasiswa dalam matakuliah ini adalah
keterampilan metakognisi. Schraw, Jacob and Miller menyatakan bawa metakognisi mengajak siswa
untuk dapat meregulasi dirinya terhadap perencanaan, monitoring, dan evaluasi [6] dan itu sangat
dibutuhkan dalam matakuliah metodelogi penelitian. Oleh karena itu, pengembangan instrumen
yang dapat mengukur keterampilan metakognisi mahasiswa dalam mengikuti matakuliah Metodologi
Penelitian menjadi sangat penting. Instrumen ini dapat membantu dosen dalam mengevaluasi
kemampuan mahasiswa dan memberikan umpan balik yang dapat membantu mereka meningkatkan
keterampilan metakognisi. Selain itu, instrumen ini juga dapat membantu mahasiswa dalam
mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dalam keterampilan metakognisi mereka sehingga mereka
dapat melakukan perbaikan dan memperbaiki hasil belajar mereka.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang
berjudul “pengembangan e-instrumen penilaian keterampilan metakognisi mahasiswa pada
matakuliah metodelogi penelitian”. E-instrumen dimaksudkan untuk mengemas instrument dalam
bentuk online sehingga mudah diakses, menghemat pemakaian kertas, dan lebih cepat untuk
menganalisis hasil. Dari judul ini dapat dirumuskan permasalahan penelitian yakni seperti apakah
validitas dan reliabilitas instrumen penilaian metakognisi yang dikembangkan?

B. Pendekatan Pemecahan Masalah


Pengembangan instrumen dalam penelitian ini didasarkan pada suatu permasalahan tidak
diketahuinya keterampilan awal dan akhir metakognisi mahasiswa serta minimnya kreativitas dosen
dalam memilih strategi yang tepat dalam pembelajaran. Oleh karena itu, instrumen dikembangkan
dengan mengacu pada beberapa indikator keterampilan metakognisi mahasiswa yang meliputi:
declarative knowledge, procedural knowledge, conditional knowledge, planning, information
management strategies, comprehensions monitoring, debugging strategies, dan evaluation [2], [7],
[8]. Beberapa indikator tersebut selanjutnya dijabarkan dalam beberapa butir instrument dalam kisi-
kisi instrumen. Instrumen yang dikembangkan berbentuk kuesioner yang menggunakan skala likert.
Selain mengukur kevalidan dan reliabilitas instrumen, penelitian ini juga akan membahas
tentang level dari metakognisi mahasiswa berdasarkan isian pada saat uji coba lapagan. Level
tersebut di bagi 3 yakni metakognisi tinggi, metakognisi sedang, dan metakognisi rendah. Mahasiswa
yang memiliki metakognisi tinggi memenuhi semua kriteria kemampuan berpikir kreatif yang
meliputi kelancaran, fleksibilitas, kebaruan dan elaborasi. Mahasiswa yang memiliki metakognisi
sedang yakni mereka yang tidak dapat memenuhi semua indikator kemampuan berpikir kreatif
dengan baik. Sedangkan mahasiswa yang memiliki metakognisi rendah adalah mereka yang tidak
dapat memenuhi keempat kriteria kemampuan berpikir kreatif dengan baik [9].

C. State of The Art


Adapun hasil penelitian sebelumnya yang relevan dengan penelitian ini adalah oleh Asy’ari tentang
validasi instrument karakterisasi keterampilan metakognisi calon guru fisika. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa instrument berbentuk paper dengan teknik validasi isi dan konstruk. Untuk uji
kekuatan instrument menggunakan validasi empiris menggunakan rumus korelasi Pearson dan
menggunakan reliabilitas alpha Cronbach [10]. Pada penelitian tersebut, instrument tidak dilakukan
analisis kecocokan atau kekuatan model melalui analisis faktor sehingga kekuatan instrumen masih
perlu dilakukan pengujian kembali. Oleh karena itu, penelitian ini memiliki beberapa kebaruan
diantaranya:
1. Instrumen yang sudah memenuhi validitas dan reliabilitas dibuat dalam bentuk elektronik atau
online agar menghemat pemakaian kertas sekaligus merespon kemajuan teknologi sehingga
mendukung pembelajaran era 4.0
2. Analisis data menggunakan software atlas.ti untuk data catatan diskusi dan dokumen, sedangkan
data kuantitatif untuk pengujian kualitas instrumen menggunakan program R
3. Selain melakukan analisis uji validitas dan reliabilitas, instrument juga akan diuji kecocokan
model melalui teknik analisis faktor exploratory.
4. Instrumen yang dikembangkan akan menjadi instrumen penilaian diagnostic dan penilaian akhir
keterampilan metakognisi mahasiswa pada matakuliah metodelogi penelitian. Hal tersebut
mendukung implementasi kurikulum MBKM yang mengharuskan asesmen awal untuk
mengetahui kebutuhan dosen dan mahasiswa dalam belajar

D. Roadmap Penelitian
Adapun roadmap penelitian selama 5 tahun dari sekarang, dapat di lihat pada gambar berikut ini.
Namun ada beberapa penelitian sebelumnya yang mendasari roadmap penelitian ini. Pada tahun
2021 penelitian yang dilakukan oleh Hamsyah, dkk yang berjudul “Hubungan Kesadaran Metakognitif
terhadap Keterampilan Proses Menggunakan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbantuan
Lembar Kerja Mahasiswa” dengan hasil penelitian adanya hubungan antara kedua variabel meskipun
dengan persentase sebesar 12% [11]. Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Nuryana pada
tahun 2012 yang berjudul “Hubungan Keterampilan Metakognisi Dengan Hasil Belajar Siswa Pada
Materi Reaksi Reduksi Oksidasi (Redoks) Kelas X-1 Sma Negeri 3 Sidoarjo” dengan hasil penelitian
terdapat hubungan yang signifikan antara kedua variabel [12]. Berdasarkan kedua hasil penelitian
tersebut, maka perlu untuk dilakukan pengembangan terutama pada sisi instrument penilaian
keterampilan metakognisi siswa yang disesuaikan dengan matakuliah tertentu. Adapun roadmap
penelitian yang akan dilaksanakan selama 5 tahun mulai dari sekarang dapat di lihat pada gambar
berikut ini
Gambar 1. Roadmap Penelitian

METODA
Metode atau cara untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan ditulis tidak melebihi 1000 kata.
Bagian ini dapat dilengkapi dengan diagram alir penelitian yang menggambarkan apa yang
sudah dilaksanakan dan yang akan dikerjakan selama waktu yang diusulkan. Format diagram
alir dapat berupa file JPG/PNG. Metode penelitian harus dibuat secara utuh dengan penahapan
yang jelas, mulai dari awal bagaimana proses dan luarannya, dan indikator capaian yang
ditargetkan yang tercermin dalam Rencana Anggaran Biaya (RAB).
Penelitian ini berjenis penelitian dan pengembangan (R&D) dari Mardapi yang terdiri dari 10 langkah
pengembangan. Adapun 10 langkah pengembangan yakni 1) menentukan spesifikasi instrumen, 2)
menulis instrumen, 3) menentukan skala instrumen, 4) menentukan sistim penskoran, 5) menelaah
instrumen, 6) melakukan uji coba, 7) menganalisis instrumen, 8) merakit instrumen, 9) melaksanakan
pengukuran, dan 10) menginterpretasi hasil pengukuran [13]. Dalam penelitian ini ada beberapa Langkah
pengembangan yang di modifikasi. Secara lengkap dapat dilihat pada diagram alir penelitian berikut ini:

Gambar 1. Diagram Alir Penelitian


Adapun prosedur pengembangan instrumen dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Menentukan spesifikasi instrumen


Pada tahap ini tim peneliti akan memfinalisasi bentuk instrument yang dikembangkan serta
bagaimana bentuk e-instrumen yang akan dikembangkan. Kegiatan ini dikemas dalam bentuk forum
group discussion (FGD) bersama para dosen yang mengajar matakuliah metodeloogi penelitian,
termasuk dosen diluar kampus tempat penelitian. Dalam kegiatan ini, peneliti juga akan menggali
ide dan saran dari peserta forum sebagai kebutuhan awal dalam pengembangan instrumen.
Selanjutnya hasil FGD akan dibahas dan dianalisis bersama tim analisa data. Selanjutnya hasil analisis
data dibuat dalam bentuk blue print yang berisi dimensi dan indikator inti pengembangan instrumen.
2. Menulis instrumen
Pada tahap ini, tim peneliti mulai mendesain produk berupa instrument penilaian metakognisi
mahasiswa sesuai dengan blue print dan bentuk instrument yang disepakati pada saat FGD. Kegiatan
ini dilaksanakan dengan mulai menyusun butir-butir instrument pada setiap indikator. Diupayakan
setiap indikator memuat minimal 2 butir, semakin banyak maka semakin baik. Pada tahap ini, tim
peneliti juga telah menetapkan bentuk instrument online seperti apa yang akan dikembangkan,
misalnya memakai layanan google form. Disamping itu, penyusunan instrument validasi ahli juga
dilakukan pada tahap ini.
3. Telaah Instrumen oleh Ahli
Draf instrument yang telah ditulis pada langkah 2, selanjutnya akan diajukan pada 6 orang ahli yakni
masing-masing 2 orang ahli Bahasa, ahli materi, dan ahli teknologi pembelajaran. Draf instrumen
akan divalidasi oleh para ahli menggunakan instrument validasi yang telah disiapkan. Selanjutnya
hasil validasi ahli dianalisis menggunakan formula validasi Aiken V untuk mengetahui validitas isi pada
setiap butir instrumen. Butir dikatakan memiliki tingkat kevalidan yang baik apabila memiliki nilai V
Aiken dari 0,60 – 1,00 [14]. Selain itu masukan secara kualitatif oleh para ahli akan menjadi bahan
masukan dalam pengembangan instrumen saat melakukan revisi tahap I.
4. Melakukan uji coba skala kecil
Uji coba skala kecil dilakukan setelah draf instrument telah mendapatkan persetujuan dari semua
ahli yang melakukan validasi. Uji coba skala kecil ini dilakukan terhadap sejumlah 10 mahasiswa prodi
Pendidikan sejarah yang mengikuti matakuliah metodelogi penelitian yang memiliki kemampuann
tinggi, sedang dan rendah.
5. Menganalisis hasil uji coba skala kecil
Analisis hasil uji coba skala kecil dilakukan dengan melakukan analisis butir yang mencakup validitas
(daya beda) butir dan reliabilitas instrumen berdasarkan data yang dihasilkan dari uji coba instrumen
skala kecil. Kevalidan instrumen secara empiris dan reliabelnya (konsisten) instrumen dalam
mengukur keterampilan metakognisi menjadi alasan mendasar untuk melakukan revisi kembali
terhadap instrumen agar diperoleh instrumen yang lebih baik lagi dari sebelumnya dan siap diuji
cobakan pada sampel yang lebih luas.
Validitas (daya beda) butir dan reliabilitas instrumen dianalisis menggunakan program R Selanjutnya,
angka-angka yang diperoleh dikonsultasikan pada batas angka atau kriteria minimum kelayakan yang
telah ditentukan oleh para ahli yang telah distandarkan. Biasanya koefisien validitas (daya beda) butir
minimal pada angka 0,30, sedangkan reliabilitas yang baik minimal pada angka 0,70 [15] .
6. Merakit Instrumen
Pada tahapan ini, hasil analisis pada tahap uji coba skala kecil dijadikan patokan atau dasar dalam
penyeleksian butir-butir instrumen yang dikategorikan valid atau memiliki daya beda yang baik dan
reliabel sebelum dilanjutkan pada tahap uji coba instrumen skala luas.
Penyeleksian item atau butir instrumen dikonfirmasikan dengan kriteria validitas (daya beda) butir.
Butir-butir yang diterima pada tahapan perakitan instrumen adalah minimal memiliki daya beda
berkategori “cukup” atau terletak pada angka validitas minimal 0,20. Tentunya, pemilihan butir-butir
yang diikutsertakan pada uji coba skala luas adalah butir-butir yang memenuhi daya beda yang cukup,
baik dan sangat baik. Daya beda butir instrumen dihitung dengan menggunakan komputasi koofisien
korelasi produk momen (rix) atau formula Pearson. Selain itu, pemilihan butir yang valid juga dapat
dilakukan melalui saran dan masukan para ahli. Hal ini dilakukan untuk menghindari kesalahan dalam
pemilihan butir instrumen, artinya meskipun koefisien validitasnya rendah, maka seorang ahli berhak
untuk mempertimbangkannya.
7. Melaksanakan pengukuran skala luas
Langkah selanjutnya adalah melakukan uji coba instrumen pada subjek dengan skala luas. Subjek
yang dikatakan luas adalah jumlah subjek atau responden sebanyak 3 atau 4 kali lipat jumlah butir
instrumen. Hal itu dilakukan untuk mengetahui kualitas instrumen yang telah dikembangkan apabila
digunakan pada jumlah subjek yang lebih banyak. Kualitasnya suatu instrumen ditunjukkan oleh
angka daya beda butir maupun angka reliabilitas instrumen yang semakin meningkat atau sama
dengan angka reliabilitas pada uji coba instrumen skala kecil. Uji coba skala luas dicoba pada subjek
yang berjumlah minimal 100 orang mahasiswa yang mengikuti matakuliah metodelogi penelitian.
8. Menafsirkan hasil pengukuran skala luas
Penafsiran hasil pengukuran secara luas meliputi beberapa hal yaitu: daya beda butir, loading factor
tiap butir, nilai Root Mean Squared Error Of Approximation (RMSEA), Comparative fit Index (CFI),
Tucker-Lewix Index (TLI). Nilai RMSEA kurang dari sama dengan 0.05 mengindikasikan very good fit,
dan nilai RMSEA kurang dari sama dengan 0.06 dan kurang dari sama dengan 0.08 adalah good fit.
Nilai TLI lebih dari sama dengan 0.9 dan kurang dari sama dengan 0.94 mengindikasikan good fit, dan
nilai TLI lebih dari sama dengan 0.95 maka very good fit. Nilai CFI lebih dari sama dengan 0.9 dan
kurang dari sama dengan 0.94 mengindikasikan good fit, dan nilai CFI lebih dari sama dengan 0.95
maka very good fit [16].
9. Uji Kepraktisan Instrumen
Pada tahapan ini, instrumen yang telah melalui berbagai tahapan revisi dan uji coba skala luas,
selanjutnya dilakukan uji kepraktisan instrumen. Kepraktisan meliputi: kemudahan penggunan dan
keterbacaan instrumen. Uji kepraktisan dilakukan kepada sebanyak 10 orang dosen yang mengajar
matakuliah metodelogi penelitian.

JADWAL PENELITIAN
Jadwal penelitian disusun berdasarkan pelaksanaan penelitian, harap disesuaikan berdasarkan
lama tahun pelaksanaan penelitian

Tahun ke-1
Bulan
No Nama Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Menentukan spesifikasi
1
instrument
2 Menulis instrument (draf)
3 Telaah Instrumen oleh Ahli
4 Analisis dan Revisi I
Melakukan Uji coba instrument
5
skala kecil
Menganalisis hasil uji coba skala
6
kecil
Merakit instrumen:revisi
7
instrumen tahap II
Menyusun laporan
8
perkembangan penelitian
Melaksanakan pengukuran skala
9
luas
Menafsirkan hasil pengukuran uji
10
skala luas
Melakukan uji kepraktisan
11
instrumen
12 Penyusunan laporan akhir
Penulisan artikel dan persiapan
13
HKI
Submit artikel dan submit
14
pengajuan HKI
15 Seminar hasil

DAFTAR PUSTAKA
Sitasi disusun dan ditulis berdasarkan sistem nomor sesuai dengan urutan pengutipan,
mengikuti format Vancouver. Hanya pustaka yang disitasi pada usulan penelitian yang
dicantumkan dalam Daftar Pustaka.
1. Mitsea E, Drigas A, Mantas P. Soft Skills & Metacognition as Inclusion Amplifiers in the 21st Century.
Int J online Biomed Eng. 2021;17(4):121–32.
2. Diella D, Ardiansyah R. The Correlation of Metacognition with Critical Thinking Skills of Grade XI
Students on Human Excretion System Concept. J Penelit dan Pembelajaran IPA. 2017;3(2):134.
3. Huda K, Suyanta, Priambodo YA, Ardwiyanti D, Usman M, Alvionita D. The Improvement of
students’ metacognition skills on natural science education using guided inquiry models. J Phys
Conf Ser. 2021;1882(1).
4. Kundre OT, Pratini HS. Proses Berpikir Mahasiswa Ditinjau Dari Kemampuan Metakognisi
Mahasiswa Dalam Mendesain Pembelajaran Matematika OLIVIA THERESIA KUNDRE, HANIEK SRI
PRATINI 1 POLA KOMUNIKASI PENDIDIKAN PESANTREN SALAFIYAH PROSES BERPIKIR MAHASISWA
DITINJAU DARI KEMAMPUAN M. 2019;1–10.
5. Ramadhan AA, Pratana C. Students’ metacognition skill: How the implementation in chemistry
learning? J Phys Conf Ser. 2020;1440(1).
6. Hong WH, Vadivelu J, Daniel EGS, Sim JH. Thinking about thinking: changes in first-year medical
students’ metacognition and its relation to performance. Med Educ Online. 2015;20(1).
7. N.Komaria et al. METACOGNITION SKILLS STUDENTS ON THE SYNECTIC LEARNING MODEL AT
SCHOOL OF JEMBER COFFEE PLANTATION AREA, INDONESIA. Int J Adv Res. 2018;6(5):1232–7.
8. Anumudu CI, Adebayo A, Gboyega-Tokunbo A, Awobode H, Isokpehi RD. Self-Assessed
Metacognitive Awareness among Students of the University of Ibadan, Nigeria. J Educ Soc Res.
2019;9(3):185–93.
9. Kusuma D, Zaenuri, Wardono. Mathematic creative thinking ability based on student metacognition
in blended learning model with e-module. J Phys Conf Ser. 2021;1918(4).
10. Asy’ari M, Ikhsan M, Muhali. Validitas instrumen karakterisasi kemampuan metakognisi mahasiswa
calon guru fisika [The validity of the metacognitive ability characterization instrument for
prospective physics teacher students]. Prism Sains J Pengkaj Ilmu dan Pembelajaran Mat dan IPA
IKIP Mataram. 2018;6(1):18–26.
11. Hamsyah EF, Ahmad F, Syarif SH. Hubungan Kesadaran Metakognitif terhadap Keterampilan Proses
Menggunakan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbantuan Lembar Kerja Mahasiswa The
Relationship Between Metacognitive Awareness and Process Skills Using the Guided Inquiry
Learning Model As. 2021;9(4):1–9.
12. Nuryana E, Sugiarto B. Hubungan Keterampilan Metakognisi Dengan Hasil Belajar Siswa Pada
Materi Reaksi Reduksi Oksidasi (Redoks) Kelas X-1 Sma Negeri 3 Sidoarjo (the Relationship of
Metacognition Skill With Learning Outcome in the Matter “Reaksi Reduksi Oksidasi (Redoks)” At th.
Unesa J Chem Educ. 2012;1(1):83–75.
13. Mardapi D. Teknik Penyusunan Instrumen Tes dan Non Tes. Pertama. Setiawan A, editor.
Yogyakarta, Indonesia: Mitra Cendekia Press; 2018. 166 p.
14. S. Azwar. Penyusunan Skala Psikologi. Kedua. Yogyakarta, Indonesia: Pustaka Belajar; 2014. 213 p.
15. DeVellis RF. Scale development: Theory and applications. Keempat. SAGE Publications Inc.; 2016.
16. J. F. Hair, M. C. Howard and CN. Assessing measurement model quality in PLS-SEM using
confirmatory composite analysis. J Bus Res. 2019;109:101–10.

Anda mungkin juga menyukai