Anda di halaman 1dari 7

1. Apa makna penilaian keterampilan ? dan bagaimana teknik penilaiannya ?

Penilaian keterampilan (psikomotorik) adalah penilaian yang dilakukan guru untuk


mengukur tingkat pencapaian kompetensi keterampilan dari peserta didik yang meliputi
aspek imitasi, manipulasi, presisi, artikulasi, dan naturalisasi. Kompetensi inti 4 (KI 4),
yakni keterampilan tidak dapat dipisahkan dengan kompetensi inti 3 (KI 3), yakni
pengetahuan. Artinya kompetensi pengetahuan itu menunjukkan peserta didik tahu tentang
keilmuan tertentu dan kompetensi keterampilan ini menunjukkan peserta didik bisa
(mampu) tentang keilmuan tertentu tersebut. (Kunandar, 2013, hal. 251). Penilaian
keterampilan menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu.
Penilaian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah pengetahuan (KD pada KI-3) yang
sudah dikuasai peserta didik dapat digunakan untuk mengenal dan menyelesaikan masalah
dalam kehidupan sesungguhnya (real life). Ketuntasan belajar untuk keterampilan
ditentukan oleh satuan pendidikan, secara bertahap satuan pendidikan terus meningkatkan
kriteria ketuntasan belajar dengan mempertimbangkan potensi dan karakteristik masing-
masing satuan pendidikan sebagai bentuk peningkatan kualitas hasil belajar.
Teknik Penilaian Keterampilan
Guru menilai kompetensi keterampilan peserta didik dapat dilakukan dengan berbagai
teknik, antara lain (1) penilaian kinerja yaitu penilaian yang menuntut peserta didik
mendemonstrasikan suatu tertentu menggunakan tes praktek (unjuk kerja) dengan
menggunakan instrumen lembar pengamatan (observasi), (2) proyek dengan menggunakan
instrumen lembar penilaian dokumen laporan proyek, (3) penilaian portofolio dengan
menggunakan instrumen lembar penilaian dokumen kumpulan portofolio dan penilaian
produk. Instrumen yang digunakan berupa daftar cek atau skala penilaian (rating scale)
yang dilengkapi rubrik.
Penilaian keterampilan dilakukan melalui penilaian praktik, produk, dan proyek. Hal
tersebut disesuaikan dengan IPK yang telah ditentukan pada RPP dan sesuai dengan model
pembelajaran yang digunakan. Penilaian yang relevan 109 dengan penilaian keterampilan
yaitu KD-KD pada KI-4, misalnya menyusun laporan, percobaan di laboratorium, praktik
membaca Alquran, praktik shalat, praktik pengurusan jenazah, praktik membuat sebuah
karya misalnya poster atau video, praktik menulis puisi, dan lain sebagainya. Intinya, pada
saat penilaian keterampilan, peserta didik harus mampu memperlihatkan penguasaannya
dalam melakukan sebuah gerakan atau mempresentasikan sebuah laporan, atau
menghasilkan sebuah produk. Dalam penilaian praktek, guru membuat instrumen
penilaian disertai dengan rubrik yang disesuaikan dengan indikator yang akan dinilai.
Penilaian Unjuk Kerja/Kinerja/Praktik
Penilaian unjuk kerja adalah penilaian tindakan atau tes praktik yang secara efektif dapat
digunakan untuk kepentingan pengumpulan berbagai informasi tentang bentuk-bentuk
perilaku atau keterampilan yang diharapkan muncul dalam diri peserta didik.
Penilaian unjuk kerja perlu mempertimbangkan hal-hal berikut.
a. Langkah-langkah kinerja yang perlu dilakukan peserta didik untuk menunjukkan
kinerja dari suatu kompetensi.
b. Kelengkapan dan ketepatan aspek yang akan dinilai dalam kinerja tersebut.
c. Kemampuan-kemampuan khusus yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas.
d. Seyogyanya kemampuan yang akan dinilai tidak terlalu banyak, sehingga dapat
diamati.
e. Kemampuan yang akan dinilai selanjutnya diurutkan berdasarkan langkahlangkah
pekerjaan yang akan diamati.
Penilaian Proyek
Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang meliputi:
pengumpulan, pengorganisasian, pengevaluasian, dan penyajian data yang harus
diselesaikan peserta didik (individu/kelompok) dalam waktu atau periode tertentu.
Dalam penilaian proyek setidaknya ada tiga hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu:
a. Kemampuan pengelolaan, yaitu kemampuan peserta didik dalam memilih topik,
mencari informasi, mengelola waktu pengumpulan data dan penulisan laporan.
b. Relevansi, yaitu tugas atau proyek yang diberikan pada peserta didik harus sesuai
dengan karakteristik materi, lingkungan sekolah dan karakteristik peserta didik.
c. Keaslian, yaitu tugas atau proyek yang dikerjakan peserta didik benar-benar hasil
pekerjaan peserta didik dengan bimbingan guru
Penilaian Portofolio
Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan berdasarkan kumpulan
informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu
periode tertentu.
Penilaian portofolio yang dikemas secara baik dapat memberikan manfaat sebagai
berikut:
a. Memberikan bukti yang jelas dan lengkap
b. Sesuai dengan program pembelajaran yang baik.
c. Merupakan catatan jangka panjang
d. Portofolio memberikan gambar tentang kemampuan siswa.
e. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan keunggulan
dirinya,
f. Mencerminkan pengakuan atas bervariasinya gaya belajar siswa.
g. memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berperan aktif dalam penilaian
hasil belajar.
h. Membantu guru dalam menilai kemajuan siswa.
i. Membantu guru dalam mengambil keputusan
j. Merupakan bahan yang relatif lengkap untuk berdiskusi dengan orang tua siswa
k. Membantu pihak luar untuk menilai program pembelajaran yang bersangkutan.
l. Menumbuhkan motivasi peserta didik untuk belajar, mempunyai kebanggan (pride),
rasa memiliki (ownership), dan menumbuhkan kepercayaan diri (self confidence)
Adapun rambu-rambu penilaian portofolio yaitu:
a. Tugas sesuai dengan kompetensi dan tujuan
b. Berupa pekerjaan hasil tes, perilaku peserta didik sehari-hari, hasil tugas terstruktur,
dokumentasi aktivitas peserta didik di luar sekolah yang menunjang kegiatan belajar
c. Tugas portofolio membuat aspek judul, tujuan pembelajaran, ruang lingkup belajar,
uraian tugas, dan kriteria penilaian.
d. Uraian tugas memuat kegiatan yang melatih peserta didik mengembangkan
kompetensi dalam semua aspek (sikap, pengetahuan, keterampilan).
e. Uraian tugas bersifat terbuka, dalam arti mengakomodasi dihasilkannya portofolio
yang beragam isinya.
f. Kalimat yang digunakan dalam uraian tugas menggunakan bahasa yang komunikatif
dan mudah dilaksanakan.
g. Alat dan bahan yang digunakan dalam penyelesaian tugas portofolio tersedia di
lingkungan peserta didik dan mudah diperoleh.
Sedangkan rubrik penilaian portofolio harus memenuhi kriteria berikut, yaitu:
a. Rubrik memuat indikator kunci dari kompetensi dasar yang akan dinilai
pencapaiannya dengan portofolio.
b. Rubrik memuat aspek-aspek penilaian yang macamnya relevan dengan isi tugas
portofolio.
c. Rubrik memuat kriteria kesempurnaan (tingkat, level) hasil tugas.
d. Rubrik mudah untuk digunakan oleh guru dan peserta didik.
e. Rubrik menggunakan bahasa yang lugas dan mudah dipahami.

2. Apa yang anda ketahui tentang Asesmen Kompetensi Minimum ( AKM ) ?


Kepanjangan AKM dalam pendidikan adalah Asesmen Kompetensi Minimum. Asesmen
Kompetensi Minimum atau AKM adalah bentuk baru penilaian mutu pembelajaran yang
digulirkan oleh pemerintah. Asesmen Kompetensi Minimum ini menjadi bagian dari
program Asesmen Nasional yang mulai diberlakukan sejak tahun 2021 ini bersama dua
bentuk penilaian lainnya yaitu Survei Karakter dan Survei Lingkungan Belajar.
Pemerintah memberlakukan kebijakan dengan tujuan utamanya yaitu untuk mendorong
perbaikan mutu pembelajaran dan hasil belajar peserta didik.
Tes AKM adalah pengganti Ujian Nasional, yang diharapkan dapat mengukur kompetensi
mendasar atau minimum yang diperlukan peserta didik di kehidupan bermasyarakat nanti.
Hal ini sekaligus sebagai penanda perubahan paradigma tentang evaluasi pendidikan.
AKM tidak mengevaluasi siswa secara individual tetapi mengevaluasi dan memetakan
sistem pendidikan berupa input, prose, dan hasil. Hasilnya menjadi bahan refleksi
peningkatan kualitas pembelajaran. Penilaian AKM dirancang untuk mengukur capaian
murid dari hasil belajar kognitif yaitu Literasi dan Numerasi. Kemampuan Literasi dan
Numerasi dapat membantu siswa mempelajari bidang ilmu lainya dengan membentuk cara
berpikir dan melatih siswa mencerna informasi baik dalam bentuk tertulis atau angka-
angka. Asesmen Kompetensi Minimum menekankan kemampuan penalaran literasi dan
numerasi yang didasarkan pada praktik tes PISA.

Kompetensi literasi membaca dikuasai siswa karena diharapkan mereka mampu


memahami, menggunakan, serta mengevaluasi berbagai jenis teks tertulis. Kemampuan
literasi membaca ini harus dikembangkan agar siswa dapat memiliki pemahaman terkait
berbagai cakupan dan konteks yang lebih luas dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan
kompetensi numerasi mencakup pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan siswa
untuk menggunakan data atau angka. Tujuan dari asesmen numerasi ini adalah siswa dapat
menggunakan konsep, prosedur, fakta, dan alat matematika dalam jenis konteks yang
relevan untuk menyelesaikan masalah sehari-hari.
Tujuan AKM
Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) dirancang untuk mengukur kemampuan Literasi
membaca dan kemampuan Matematika atau yang sering disebut numerasi.  Asesmen
Literasi membaca bertujuan untuk memahami, menggunakan, mengevaluasi, dan
merefleksikan berbagai jenis teks untuk menyelesaikan masalah dan mengembangkan
kapasitas individu sebagai warga Indonesia dan warga dunia agar dapat berkontribusi
dalam masyarakat. Asesmen numerasi bertujuan untuk mengukur kemampuan berpikir
menggunakan konsep, prosedur, fakta, dan alat matematika untuk menyelesaikan masalah
sehari-hari pada berbagai jenis konteks yang relevan sebagai warga Indonesia dan warga
dunia.
Hasil penilaian Asesmen Kompetensi Minimum dapat digunakan oleh Guru Pintar untuk
mengetahui tingkat kompetensi siswa. Kemudian Guru Pintar dapat menyusun metode dan
strategi pembelajaran yang sesuai dengan tingkat kompetensi siswa, agar proses belajar
mengajar bisa lebih efektif dan sesuai dengan tingkat capaian siswa. Dengan begitu, siswa
akan lebih mudah dalam memahami dan menguasai materi pembelajaran yang
disampaikan guru di sekolah.
Komponen AKM (Asesmen Kompetensi Minimum)
Terdapat tiga komponen penting dalam Asesmen Kompetensi Minimum. Ketiga
komponen tersebut mewakili pengertian dari literasi membaca dan numerasi. Apa sajakah
ketiga komponen AKM? Komponen AKM adalah konten, konteks, dan tingkat kognitif.
Soal-soal dalam Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) diharapkan dapat mengukur
berbagai konten, konteks, dan beberapa tingkat proses kognitif. Untuk mengetahui lebih
jauh, simak pembahasannya berikut ini!
1. Konten
Komponen konten pada literasi membaca mengacu pada berbagai jenis teks yang
digunakan, yaitu teks informasi dan fiksi. Sedangkan komponen konten pada numerasi
menekankan pada kemampuan Bilangan, Pengukuran dan Geometri, Data dan
Ketidakpastian, serta Aljabar.
Komponen konten Literasi terdiri dari:
a. Teks informasi: Teks yang bertujuan memberikan fakta, data, dan informasi untuk
pengembangan wawasan serta ilmu pengetahuan yang bersifat ilmiah.
b. Teks fiksi: Teks yang bertujuan memberikan pengalaman hiburan, cerita, dan
perenungan bagi pembaca.
Komponen konten numerasi terdiri dari:
a. Bilangan: Kemampuan yang meliputi representasi, sifat urutan, dan operasi beragam
jenis bilangan (cacah, bulat, pecahan, desimal).
b. Pengukuran dan Geometri: Kemampuan untuk mengenal bangun datar, termasuk
menggunakan volume dan luas permukaan dalam kehidupan sehari-hari. Serta
pemahaman tentang pengukuran panjang, berat, waktu, volume dan debit, serta satuan
luas menggunakan satuan baku.
c. Data dan Ketidakpastian: Kemampuan pemahaman, interpretasi, serta penyajian
data maupun peluang.
d. Aljabar: Kemampuan tentang persamaan dan pertidaksamaan, relasi dan fungsi
(termasuk pola bilangan), serta rasio dan proporsi.
2. Konteks
Komponen Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) konteks berkaitan erat dengan
aspek kehidupan atau situasi pada konten yang digunakan. Komponen konteks pada
literasi membaca dan numerasi dibagi menjadi tiga, yaitu personal, sosial budaya, dan
saintifik.
Komponen konteks Literasi dan Numerasi terdiri:
a. Personal: berkaitan dengan kepentingan diri secara pribadi.
b. Sosial Budaya: berkaitan dengan kepentingan antar individu, budaya dan isu
kemasyarakatan.
c. Saintifik: berkaitan dengan isu, aktivitas, serta fakta ilmiah baik yang telah
dilakukan maupun futuristik.
Tingkat Kognitif
Komponen AKM yang terakhir yaitu proses kognitif berkaitan dengan cara berpikir
yang dibutuhkan oleh siswa dalam menyelesaikan masalah atau soal. Pada aspek
literasi membaca dan numerasi, tingkat kognitif dibagi menjadi tiga level. Proses
kognitif untuk literasi membaca terdiri dari menemukan informasi, interpretasi dan
integrasi, serta evaluasi dan refleksi. Sedangkan untuk numerasi adalah pemahaman,
penerapan, dan penalaran.
Komponen Tingkat Kognitif Literasi
a. Menemukan informasi: Meliputi kemampuan mencari, mengakses, serta
menemukan informasi tersurat dari wacana.
b. Interpretasi dan integrasi: Kemampuan memahami informasi tersirat atau tersurat,
memadukan interpretasi antar bagian teks untuk menghasilkan inferensi.
c. Evaluasi dan refleksi: Kemampuan menilai kredibilitas, kesesuaian maupun
keterpercayaan teks, serta mampu mengaitkan isi teks dengan hal lain di luar teks.
Komponen Tingkat Kognitif Literasi
a. Pemahaman: Kemampuan memahami fakta, prosedur, serta alat matematika.
b. Penerapan: Kemampuan menerapkan konsep matematika dalam situasi nyata yang
bersifat rutin.
c.  Penalaran: Bernalar dengan konsep matematika untuk menyelesaikan masalah
bersifat non rutin.
Ragam butir soal Asesmen Kompetensi Minimum
Siswa nantinya akan menjawab soal AKM yang tersaji dalam lima bentuk, diantaranya: 
1. Pilihan ganda: Siswa hanya dapat memilih satu jawaban benar dalam satu soal.
2. Pilihan ganda kompleks: Siswa dapat memilih lebih dari satu jawaban benar dalam satu
soal.
3. Menjodohkan: Siswa menjawab dengan cara menarik garis dari satu titik ke titik lainnya
yang merupakan pasangan pertanyaan dengan jawabannya.
4. Isian singkat: Siswa dapat menjawab berupa bilangan, kata untuk menyebutkan nama
benda, tempat, atau jawaban pasti lainnya. 
5. Uraian: Siswa menjawab soal berupa kalimat-kalimat untuk menjelaskan jawabannya.  

3. Apa yang anda ketahui tentang Survei Karakter  ?


Di dalam Peraturan Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan
Kementerian Pendidikan, Kebudayan, Riset, dan Teknologi Nomor 030/H/PG.00/2021
Tentang Prosedur Operasional Standar Penyelenggaraan Asesmen Nasional Tahun 2021,
Survei Karakter adalah pengukuran terhadap sikap, kebiasaan, nilai-nilai (values)
berdasarkan enam aspek Profil Pelajar Pancasila. 
Survei Karakter  (SK ) adalah upaya untuk mengetahui kondisi ekosistem karakter para
murid di sekolah terkait apakah azas pancasila benar-benar dirasakan para murid dalam
interaksi di sekolah.
Survei Karakter adalah upaya untuk mengetahui kondisi ekosistem karakter para murid di
sekolah terkait apakah azas Pancasila benar-benar dirasakan para murid dalam interaksi di
sekolah. Ini kompetensi minimum kompetensi dasar yang dibutuhkan murid untuk bisa
belajar apa pun materinya.
Asesmen Kompetensi Minimum dan Survei Karakter terdiri dari kemampuan bernalar
menggunakan bahasa (literasi), kemampuan bernalar menggunakan matematika
(numerasi), dan penguatan pendidikan karakter.
Latar Belakang Survei Karakter
Peningkatan mutu sistem pendidikan tidak hanya berorientasi pada pencapaian siswa
dalam menguasai materi pelajaran dan nilai ujian akhir, apapun sebutannya. Keberhasilan
sistem pendidikan lebih difokuskan pada pencapaian kompetensi siswa yang meliputi
pengetahuan, keterampilan dan sikap.
Terlebih pada era transformasi pendidikan abad ke-21, dimana arus perubahan menuntut
murid menguasai berbagai kecakapan hidup yang esensial untuk menghadapi berbagai
tantangan abad ke-21 dimana siswa memiliki kecakapan belajar dan berinovasi, kecakapan
menggunakan teknologi informasi, kecakapan hidup untuk bekerja dan berkontribusi pada
masyarakat. Inilah yang menjadi latar belakang pelaksanaan survei karakter.
Selain tuntutan kecakapan abad 21, profil pelajar Pancasila juga menjadi rujukan
pencapaian karakter bagi seluruh siswa di Indonesia. Bahkan profil pelajar pancasila ini
sudah merangkum serangkaian kecakapan hidup abad 21.
Tujuan Survei Karakter
Selama ini pemerintah hanya memiliki data kognitif dari para siswa tapi tidak mengetahui
kondisi ekosistem di sekolah para siswa. Survei karakter ini akan menjadi panduan untuk
sekolah dan pemerintah. Survei karakter diharapkan jadi tolok ukur untuk bisa
memberikan umpan balik bagi sekolah dalam melakukan perubahan.
Manfaat Survei Karakter
Ada 5 manfaat  Survei Karakter yang akan dilakukan Pemerintah menurut Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim yaitu :
a. Dengan Survei Karakter maka akan dapat diketahui kondisi ekosistem (hubungan
timbal balik) di sebuah sekolah sebagai tempat belajar para muridnya.
b. Dengan Survei Karakter (SK) maka akan dapat diketahui sejauh mana implementasi
asas-asas Pancasila dapat dirasakan dan diamalkan oleh warga sekolah.
c. Dengan Survei Karakter (SK) maka akan dapat diketahui apakah level toleransi sudah
berjalan dengan baik (sehat) di suatu sekolah.
d. Dengan Survei Karakter (SK) maka akan dapat diketahui apakah welfare
(kebahagiaan anak di sekolah sudah mapan dan berjalan baik).
e. Dengan Survei Karakter (SK) maka akan dapat diketahui masih adakah bullying yang
terjadi pada siswa di sekolah.
Indikator Capaian Survei Karakter
Survei karakter yang dirancang untuk mengukur capaian peserta didik dari hasil belajar
sosial-emosional berupa pilar karakter untuk mencetak Profil Pelajar Pancasila.
Adapun Karakter pelajar Pancasila yang ingin dicapai dalam pelaksanaan survei karakter
adalah :
· Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia.
· Berkebhinekaan global
· Mandiri
· Bernalar kritis
· Kreatif
· Gotong royong
Proses Survei Karakter
Survei karakter dilakukan bukan dalam bentuk tes yang harus dikerjakan oleh para murid.
Para murid menjawab sejumlah pertanyaan yang sifatnya personal, terkait opini murid
mengenai topik seperti gotong royong, Bhinneka Tunggal Ika. Tetapi terkait esensi dan
behavior dari topik-topik tersebut.
Survei tersebut akan didisain alat ukur yang sulit diakali oleh murid sehingga hasil dari
survey tersebut dapat menggambarkan potret sesungguhnya dari karakter para murid di
sekolah, dalam waktu tertentu.
Meskipun demikian, hasil survei ini tidak digunakan untuk menilai murid sebagai
individu, tetapi untuk menilai keberhasilan sekolah dalam pengembangan karakter. Survei
tersebut akan diikuti oleh murid pada pertengahan level yakni murid SD kelas IV, murid
SMP kelas VIII, dan murid SMA/SMK kelas XI.
Survei tersebut dilakukan di tengah level agar sekolah dan pemerintah masih memiliki
waktu untuk mendisain program pengembangan dan perbaikan lebih lanjut, bertolak dari
hasil survei tersebut.

Anda mungkin juga menyukai