2 1
BAB I
PENDAHULUAN
Struktur anjungan lepas pantai yang sering dijumpai (khususnya di Indonesia) adalah dalam
bentuk anjungan template (jacket). Jenis struktur ini tersusun dari substruktur rangka baja
(disebut jacket) dan geladak (deck) yang sudah difabrikasi di darat. Jacket platform merupakan
struktur rangka yang terbuat dari baja berongga yang disatukan dengan cara dilas. Berfungsi
untuk menyangga operasi diatasnya (platform), dan menahan beban-beban lingkungan yang
didapat dari daerah struktur tersebut diletakkan.
Struktur bangunan lepas pantai ini tersebar di beberapa daerah di Indonesia, yaitu terletak di
sekitar Pulau Jawa (65 %), Kalimantan Timur (25 %) dan sisanya terletak di Selat Malaka, Natuna
dan Jatim. Kurang lebih 40 % anjungan tersebut berkaki empat, 34 % berkaki tiga dan sisanya
adalah monopod. Dari jumlah sekitar ± 449 platform, 38 % nya umurnya sudah lebih dari 20
tahun, dimana umur suatu platform pada umumnya antara 20 s/d 25 tahun (Indiyono, 2006).
Secara garis besar Analisa dalam Perancangan Struktur Fixed Jackect Platform dibagi menjadi
dua katagori utama yaitu :
1. In-Service Analyses
2. Pre-Service Analyses
In-Service analyses adalah analisa untuk melihat moda kegagalan fixed offshore structure pada
saat struktur tersebut beroperasi / service. Pada dasarnya, terdiri dari inplace analysis, fatigue
analysis, dan seismic analysis (jika platform tersebut dalam wilayah seismic). Tiga analysis ini yang
akan dominan menentukan konfigurasi struktur ; konfigurasi member, joint, dan material.
Pre-service analysis adalah analysis untuk fixed offshore structure pada tahap instalasi dan
persiapan instalasi atau dalam kata lain, sebelum platform tersebut beroperasi.
Tabel 1. 1 Macam-macam Analisa dalam Perancangan Bangunan Laut (Fixed Offshore Platform)
Pre-Service In-Service
BAB II
Secara garis besar, tiga komponen utama dari struktur BLP jenis jacket (template) adalah geladak
(deck), template (jacket) dan pondasi (gambar 1.1). Dimana masing-masing terdiri dari
subkomponen-subkomponen.
1. Deck
Komponen ini berfungsi untuk menyokong peralatan, pengeboran dan kegiatan yang
dikerjakan diatas air. Deck bisa dibagi-bagi menjadi beberapa tingkat sesuai dengan
kebutuhan dan fungsi yang dibutuhkan. Subkomponen dari struktur geladak (deck)
adalah (1) Skid beams, (2) Deck plating, (3) Deck beams, (4) Deck legs, (5) Longitudinal
trusses dan (6) Wind girders atau trusses
2. Jacket
Komponen ini berfungsi untuk melindungi pile agar tetap pada posisinya, menyokong
deck dan melindungi conductor serta menyokong sub-struktur lainnya seperti boat
landing, barge bumper dan lain-lain. Sedangkan subkomponen dari jacket meliputi (1)
legs, (2) horizontal and vertical bracing, (3) conductor bracing, (4) launch runner, (5)
launch trusses dan (6) detail element (boat landings, barge bumpers & waIkways.
3. Pondasi
Tiang pancang yang diletakkan didalam kaki jacket akan dipancangkan pada dasar laut.
Antara pile dengan jacket terkadang dilakukan grouting untuk menambah kekakuan dan
agar pile dan jacket menyatu. Skirt pile dan sleeves selalu diberi pengisi (grouting).
Sementara itu subkomponen dari pondasi adalah (1) skirt pile sleeves, (2) skirt pile
bracing dan (3) piles.
Kriteria desain untuk setiap anjungan berbeda-beda. Kriteria dominan yang ada di suatu kawasan
akan menentukan jenis anjungan yang akan dipilih. Krireria desain yang terpenting antara lain
(dari segi teknik) :
1. Kedalaman Laut.
2. Gelombang (tinggi, periode, distribusinya).
3. Seismik.
4. Kondisi Tanah.
5. Angin
6. Arus
7. Marine Growth
8. Kapasitas desain dari deck
Salah satu kriteria dalam mendesain suatu platform adalah penentuan fungsi platform
(pengeboran, produksi, penyimpanan, materials handling, living quarters, atau kombinasinya),
jumlah sumur yang akan di bor, tipe pemboran dan material yang akan digunakan, kegiatan yang
akan diselesaikan kemudian, dan keperluan-keperluan untuk kegiatan itu. Selain itu, jumlah ruang
deck yang diperlukan serta jumlah deck dan jenis transportasi minyak (dengan tanker,barge atau
jalur pipa) serta tempat penampungan minyak, harus ditentukan. Sementara itu, konfigurasi
platform yang dikehendaki juga harus dapat difabrikasi dengan perlengkapan pemasangan yang
tersedia. (Murdjito, 1998)
Tahap ini merupakan penentuan berdasarkan lingkungan dimana platform akan ditempatkan.
Meliputi gaya-gaya gelombang dan angin yang bekerja pada platform. Faktor-faktor lingkungan
yang harus ditaksir sebelum gaya-gaya dapat diperkirakan adalah kedalaman air, kondisi air
pasang, tinggi gelombang badai, kecepatan angin badai, dan dapat juga gempa bumi dan kondisi
es. (Murdjito, 1998)
Spesifikasi standar yang umum digunakan untuk perencanaan dan desain struktur anjungan lepas
pantai di Indonesia adalah :
API RP 2A, 21th Edition (WSD), ‘Recommend Practice for Planning, Designing, and
Construction Fixed Offshore Platform’, American Petroleum Institute, Washington D.C,
Desember 2000.
API RP 2A, (LRFD), ‘Recommend Practice for Planning, Designing, and Construction Fixed
Offshore Platform’, American Petroleum Institute, Washington D.C, Desember 2000.
AISC, 9th Edition, ‘Manual of Steel Construction, Allowable Stress Design’. American Institut of
Steel Construction, AISC, New York 1989.
AWS D1, 1 – 88, ‘Structural Welding Code – Steel’, American Welding Society, Inc., New York
1988.
Penentuan konfigurasi deck mempertimbangkan kebutuhan luas, jumlah level (tingkat), layout
equipment, dan lain-lain. Komponen utama struktur deck terdiri dari :
1. Deck leg.
2. Rangka utama (main truss) dan rangka angin (wind truss).
3. Deck beam (balok utama deck)
4. Deck plate atau deck grating.
5. Skid beam (bila pengeboran direncanakan menggunakan tender rig).
Pada pembuatan layout equipment perlu diperhatikan posisi, dimensi, dan berat equipment
yang akan dipasang pada deck. Perlu diperhatikan juga framing yang akan digunakan untuk
menahan beban equipment dan ruang di antara equipment. Hal-hal di atas berguna untuk
mendapatkan dimensi, ruang, dan kekuatan framing deck yang akan direncanakan.
Deck pada level terbawah harus memadai dan aman dari puncak gelombang rencana dan
harus diberikan celah udara (air gap). Gelombang rencana yang digunakan adalah gelombang
dengan perioda ulang 100 tahun.
API RP2A merekomendasikan air gap sebesar 5 ft di atas puncak gelombang ekstrim, selain
itu juga harus diperhatikan highest astronomical tide (HAT) dan storm surge dari lokasi
perairan. Berdasarkan hal-hal tersebut maka elevasi untuk deck pada level terendah adalah :
Elevasi deck terendah = HAT + storm tide + 0.5 Hekstrim + air gap ………….(1.1)
Perencanaan struktur deck dimulai dengan perhitungan beban-beban yang akan bekerja pada
deck. Secara umum, penentuan ukuran deck leg adalah sebagai berikut :
1. Penentuan diameter luar deck leg yang biasanya adalah sama dengan diameter luar pile
yang direncanakan.
2. Perhitungan radius girasi (r) deck leg berdasarkan asumsi untuk silinder tipis yaitu 0.35 D.
pada perhitungan ini diasumsikan nilai buckling length factor (k) berdasarkan kondisi
ujung perletakan deck leg yang umumnya berkisar antara 1.5 – 2.0, lalu dilakukan
perhitungan rasio kerampingan deck leg (slenderness ratio) :
kL
Rasio kerampingan = …………………… (1.2)
r
3. Perhitungan tegangan aksial yang diizinkan (allowable axial stress) Fa, dilakukan
berdasarkan standar AISC (American Institute of Steel Construction) berdasarkan rasio
kerampingan.
4. Perhitungan perkiraan gaya aksial dan momen maksimum pada deck leg yang dilakukan
berdasarkan beban konservatif struktur, beban peralatan, gaya angin, dan gaya
gelombang.
5. Perhitungan interaction ratio dengan mengambil suatu harga ketebalan dinding deck leg
awal, axial stress, dan bearing stress yang lalu diiterasi hingga diperoleh nilai interaction
ratio lebih kecil dari 1.
Deck framing berfungsi untuk mentransfer beban-beban dari area deck ke deck leg, dari deck
leg diteruskan ke jacket hingga pondasi. Sistem yang biasa digunakan adalah dengan
menyalurkan beban pada lantai deck yang biasanya berupa deck plate dan balok-balok utama
(beams) kepada sistem rangka longitudinal yang tersusun dari elemen-elemen tubular atau
balok standar.
Penentuan ukuran awal deck plate dilakukan dengan menggunakan beban merata maksimum
pada deck. Pelat pada deck didesain untuk dapat menerima beban yang bekerja di atasnya,
kemudian disalurkan ke rangka-rangka deck. Dalam desain pelat harus diperhatikan
kemungkinan korosi, tegangan, dan lendutan yang mungkin terjadi, lendutan yang berlebihan
harus dapat dihindari dengan mempertebal pelat atau memperpendek bentang. Untuk
struktur anjungan dianjurkan ketebalan minimal pelat adalah 5/16 inch, tetapi umumnya
digunakan pelat 3/8 inch.
Beban dari deck plate diteruskan ke balok utama deck. Pada umumnya balok utama dipasang
pada setiap bentang yang sama. Jarak antara deck beams biasanya ditentukan oleh jarak
antara wellhead.
Jacket adalah tiang-tiang disekitar sumur eksplorasi yang melindungi pompa-pompa, sumur
pengeboran dan lainnya. Jacket dipasang mulai dari garis mudline sampai deck substruktur. Kaki
jacket mengarahkan pile sewaktu pemancangan pile. Jacket termasuk elemen struktur yang
mendasar pada platform yang memberi dukungan terhadap tumbukan kapal yang berlabuh,
sistem proteksi terhadap korosi, sistem navigasi dan lain-lain.
Tidak ada ketentuan pasti mengenai ukuran dan kemiringan jacket. Penentuan dimensi
jacket dilakukan berdasarkan pengalaman sebelumnya. Aturan yang baik adalah
memperkecil luas proyeksi batang didaerah dekat permukaan air sehingga memperkecil
beban lingkungan yang diterima struktur.
Ketebalan dinding jaket didisain untuk dapat menahan gaya aksial, tegangan bending
(bending stress) dan deformasi. Untuk ketebalan dinding jaket biasanya dipakai ½ inchi
sampai 2 ½ inchi. Kurang dari ½ inchi penyebabkan masalah korosi cepat terjadi. Ketebalan
lebih dari 2 ½ inchi menyebabkan kesulitan dalam fabrikasi dan sering terjadi patahan di
daerah titik pengelasan antar braces.
Kaki-kaki jacket saling dihubungkan dan diikat oleh 3 jenis pengaku (bracing) yaitu:
Braces yang berbentuk vertikal, horisontal, dan diagonal bersama kaki jacket membentuk
suatu sistem kekakuatan tersendiri. Sistem kekakuan ini menjalarkan beban dan gaya dari
platform ke pondasinya. Ada banyak macam tipe-tipe bentuk braces seperti berikut:
Gaya yang bekerja dominan pada braces berpenampang lingkaran adalah gaya aksial.
Diameter braces ditentukan berdasarkan rasio kerampingan sebagai berikut :
kL
60 < < 90 ............................................. (1.3)
r
dimana:
L = panjang
Ujung kolom k
sendi-sendi 1
jepit-jepit 0,5
jepit-sendi 0,7
jepit-bebas 2
D
19 < < 90 ……………………………… (1.4)
t
dengan:
D = diameter
t = ketebalan dinding
Untuk kedalaman laut (h dalam feet) mulai adakan pemeriksaan hidrostatik bila:
D 250
1/ 3 ……………………………… (1.5)
t h
Platform atau anjungan adalah struktur yang khusus didesain untuk kegiatan eksplorasi dan
eksploitasi minyak dan gas bumi di lepas pantai. Struktur ini menjadi subjek terhadap berbagai
macam pembebanan, dimana menurut API RP2A beban yang dapat diterima oleh struktur
anjungan lepas pantai adalah sebagai berikut :
1. Beban Mati
Beban mati struktur adalah berat struktur itu sendiri, semua perlengkapan yang permanen
dan perlengkapan struktur yang tidak berubah selama beroperasinya struktur. Beban mati
terdiri dari :
a. Beban perlengkapan pengeboran dan perlengkapan produksi yang bisa dipasang dan
dipindahkan dari platform.
b. Berat dari tempat tinggal (living quarters), heliport, dan perlengkapan penunjang lainnya
yang bisa dipasang dan dipindahkan dari platform.
c. Berat dari suplai kebutuhan dan benda cair lainnya yang mengisi tangki penyimpanan.
d. Gaya yang mengenai struktur selama operasi seperti pengeboran, penambatan kapal, dan
beban helikopter.
e. Gaya yang mengenai struktur dari penggunaan crane di atas deck.
3. Beban Lingkungan
Beban lingkungan yang mengenai struktur dikarenakan fenomena alam seperti angin, arus,
gelombang, gempa bumi, salju, es, dan pergerakan kerak bumi. Beban lingkungan juga
didalamnya termasuk variasi tekanan hidrostatik dan gaya angkat pada setiap elemen karena
perubahan tinggi air yang disebabkan oleh perubahan gelombang dan pasang surut.
4. Beban Konstruksi
Beban konstruksi dihasilkan dari beban-beban pada saat fabrikasi, loadout, tranportasi dan
instalasi.
5. Beban Dinamik
Beban dinamik ini disebabkan karena adanya gaya yang berulang-ulang seperti gelombang, angin,
gempa bumi, atau getaran mesin, juga gaya akibat benturan kapal pada struktur dan pengeboran.
Gambar 2. 3 Beban – beban yang bekerja pada struktur anjungan lepas pantai
BAB III
SACS 5.2 adalah salah satu perangkat lunak (software) untuk analisa struktur baik struktur lepas
pantai maupun untuk struktur teknik sipil yang dikembangkan oleh Engineering Dynamics Inc.
Kelebihan dari software ini adalah user friendly sehingga mudah untuk menjalankannya, seperti
mempermudah dalam desain, memodelkan beban lingkungan seperti beban gelombang, arus,
angin, marine growth, dan beban beban yang lain. Selain itu proses penganalisaannya lebih
mudah seperti analisa statis (in place analysis), analisa dinamis, fatigue analysis dan macam –
macam output yang ingin ditampilkan berdasarkan codes yang dipakai.
SACS 5.2 memiliki beberapa modul untuk pemodelan struktur & beban, selain itu juga modul-
modul untuk analysis processing, post processing, dan menampilkan ouput seperti yang
digambarkan pada bagan berikut :
Sebelumnya, pastikan bahwa komputer / laptop yang akan digunakan sudah terinstal SACS 5.2
dengan benar. Berikut Langkah-langkah penting dalam pemodelan struktur jacket menggunakan
SACS 5.2 :
1. Mulai Pemodelan
Buka SACS 5.2 dan muncul tampilan sbg :
Figure 1
Figure 2
Pilih “Create New Model” maka akan muncul tampilan sebagai berikut :
Figure 3
Kemudian pilih template yang ingin digunakan. Biasanya, dalam memodelkan Struktur
Jacket platform, di awali dari pembuatan Jacket sehingga tamplate yang dipilih adalah
“Jacket”. Kemudian Akan muncul template jacket yang berisikan kolom-kolom parameter
jacket yang ingin di modelkan (Figure 3). Untuk mengisi kolom-kolom tersebut, lihat
kembali desain basis dan drawing struktur yang akan di modelkan. Isi sesuai data yang
ada, setelah OK, selanjutnya model Jacket Leg akan muncul di “PrecedoPro” (Layar
Pemodelan).
Figure 4
2. Pembuatan Joint
Untuk membuat joint, dapat menggunakan beberapa cara yang disediakan SACS
(Absolut, Relative, Intersection, dll) dan pilihan tergantung kebutuhan pengguna. Sebagai
contoh, Klik menu “Joint” – “Add”- “ Absolute”, dan akan muncul tampilah sbb :
Figure 5
Figure 6
3. Pembutan Member
Untuk membuat member, Pilih menu “Member” – “ Add”
Figure 7
Lalu Isi Group Label (Group Member) sesuai dengan nama member yang kan dibuat,
kemudian hubungkan joint-joint yang telah dibuat sebelumnya.
Figure 8
4. Pembutan Property
Untuk membuat property, maka pilih menu “Property” - “Member Group” dan akan
muncul :
Figure 9
Masukkan Group labelnya, lalu Klik “Define” untuk menentukan Property yang dinginkan
di tiap member:
Figure 10
Figure 11
Pilih Joint yang akan dibebani dan klik “Apply”. Kemudaian masukkan Load Condition dan
Load ID kemudian klik “Add”.
Figure 12
Penjelasan Singkat :
Load Condition adalah Kondisi Pembebanan yang terjadi pada Stuktur Tersebut, misalnya
: Dead Load, Live Load, Equipment Load, dll. Biasanya load condition di apply dalam
dengan menggunakan “angka”, sebagai pengganti nama-nama yangcukup panjang
disetiap kondisi pembebanan.
Load ID adalah, identitas dari Beban yang di masukkan, dan termasuk dalam salah satu
bagian dari load kondisi. Contohnya : Dead Load pada Main Deck (DLMD), Dead Load
pada Helli Deck (DLHD), dll. Jadi Bisa di simpulkan, dalam 1 Load Condition bisa memiliki
beberapa Load ID.
Kemudian masukkan pembebanan yang dikenakan pada Joint yang telah di pilih.
Figure 13
Figure 14
Figure 15
Figure 16
Jika terdapat kesalahan dalam model maka akan tampil di program Editor seperti
tampilan berikut :
Figure 17
1. Labeling
Fasilitas Labeling digunakan untuk menampilkan (label) ID dari joint, member, load, dll.
Pilih menu “Display” – “Labeling” maka akan muncul seperti berikut :
Figure 18
2. Plane
Fasilitas Plane digunakan untuk merubah pandangan terhadap model, sehingga
pandangan dapat dibuat plannar : Pilih “Display” – “Plane”
Figure 19
3. Menyimpan File
Untuk menyimpan pekerjaan yang sudah di modelkan, maka pilih menu “Save As” dan
kemudian isi seuai sengan yang di butuhkan dan Klik OK. Catatan, untuk penamaan
pemodelan,harus di beri awalan “sacinp.” Sebagai extension baru nama filenya.
Figure 20
Setelah tahap pemodelan selesai semua, langkah selanjutnya adalah melakukan analisa
statis, Pilih menu “Option” – Klik “ Analysis”.
Figure 21
Lalu pilih input yang diinginkan dan pilih Codes yang akan dipakai dan Klik OK
Figure 22
BAB IV
STUDI KASUS
Buatlah struktur Jacket dengan data berikut ini, yang akan kemudian dilakukan independent
analysis berupa static/in place analysis pada kondisi operasi dan badai.
Figure 23
NO
1.0 PLATFORM IDENTIFICATION
2.1 Platform type and configuration with Four Leg Jacket Platform,
Structural Construction Analysis & D.A. 1 level deck
Report
1. Pilih menu joint dan klik add masukkan koordinat dengan nomor joint sbb:
1. (15,0,0) 2. (-15,0,0) 3. (-15,15,0) 4. (15,15,0) dan isi semua fixity dengan ”FIXED”
5. (10,0,70) 6. (-10,0,70) 7. (-10,15,70) 8. (10,15,70)
2. Pilih menu member dan klik add isi Group label dengan ”JL” kemudian klik joint yang akan
dihubungkan.
Ulangi hingga terbentuk keempat member jacket legs.
3. Pilih menu member - divide kemudian klik = parts, pilih member yang akan dibagi dan isi
4 pada number of parts
Ulangi untuk keempat jacket legs.
4. Ulangi langkah no 2 dan isi group label dengan ”HB” dan hubungkan semua joint dalam
bidang horisontal.
5. Pilih member dan klik X- Brace, isi group label dengan ”DB” dan hubungkan brace bagian
bawah.
6. pilih member dan klik K-Brace, dan ulangi langkah no 5 untuk brace diatasnya.
1. Pilih menu display-plane dan klik XY Plane, kemudian isi nilai Z dengan 80
2. Buat joint dengan koordinat seperti gambar dibawah ini.
3. Buat member dengan menghubungkan joint terluar dan isi group label dengan ”SG”
(Secondary Girder)
4. Buat member dengan menghubungkan joint terdalam dan isi group label dengan ”MG”
(Main Girder)
5. Bagi member ”SG” dengan divide member – parts menjadi 6 bagian dan ”MG” menjadi 4
bagian untuk searah sumbu X
6. Bagi member ”SG” dengan divide member – parts menjadi 5 bagian dan ”MG” menjadi 3
bagian untuk searah sumbu Y
7. Hubungkan tiap joint untuk membuat member seperti gambar diatas dengan group label
”SG”
8. Buat joint di tiap perpotongan member dengan pilih menu – add dan klik intersection
2. Hubungkan joint antara jacket dengan main deck seperti gambar diatas.
3. Ulangi langkah 1 dan isi nilai Y dengan 20 kemudian ulangi langkah 2.
PROPERTIES
TUBE
GRUP ID
WIDE FLANGE OD WT
(INCH) (INCH)
MG W30 X 124
SG W24 X 55
JL 36 1
HB 20 0.7
DB 25 0.7
DL 30 0.75
1. Pilih menu Property dan klik member group kemudian isi group sesuai table diatas.
(1)Pilih group label (2) Define (3) untuk “MG” & “SG” arahkan cursor dan klik disebelah
section label (4) pilih properties yang sesuai
2. Mendefinisikan properties berupa tubular
Arahkan cursor pada group type dan pilih tubular kemudian isi OD & WT sesuai table
diatas.
Main Girder di main deck diturunkan dibawah secondary beam, karena secondary beam memakai
section properties W24X55, maka main girder harus diturunkan 12 inch.
Crane Load
Pilih menu Load dan klik joint, pilih joint yang akan diberi beban, isi load case “4” dan load
ID “CR” klik add, masukkan isi besar pembebanan dan momen sesuai dengan table
berikut:
FX FY FZ MX MY MZ
LOAD DESCRIPTION
Return Periods
Description
1 Year 100 Years
Subsidence (ft) 0 0
Wind Load
Average wind speed :
- Operating 30 ft/sec
- storm 50 ft/sec
Sebelum memasukkan nilai dari wind load terlebih dahulu memasukkan area yang akan
menerima pembebanan.
1. Pilih menu seastate-global parameter dan klik wind area kemudian masukkan luasan
area yang diterima oleh angin dan joint yang dikenainya.
2. Masukkan nilai kecepatan angin pada Seastate-loading dan klik wind, isi load case dan
pindahkan area pembebanan yang diterima oleh angin untuk setiap arah.
Combined Load
Dari beban-beban yang ada, akan didefinisikan beban gabungan (combined load) dari
tiap arah beban lingkungan. Pilih load dan klik combine load kemudian masukkan
beban beban yang akan digabungkan.
Sebelum melakukan running terlebih dahulu save (simpan) semua input pemodelan yang
telah dilakukan. Kembali pada modul awal “SACS Executive” dan pilih menu “linier static
analysis” kemudian klik “select file” dan pilih file yang akan di running.
1. SACS Output Listing File dalam ”SACS Executive” merupakan hasil output dalam bentuk
teks.
2. Postvue Data Base directory dalam ”SACS Executive” merupakan hasil output dalam
bentuk grafis.