Anda di halaman 1dari 33

Pelatihan Analisa In-Palace Menggunakan SACS 5.

2 1

BAB I

PENDAHULUAN

Struktur anjungan lepas pantai yang sering dijumpai (khususnya di Indonesia) adalah dalam
bentuk anjungan template (jacket). Jenis struktur ini tersusun dari substruktur rangka baja
(disebut jacket) dan geladak (deck) yang sudah difabrikasi di darat. Jacket platform merupakan
struktur rangka yang terbuat dari baja berongga yang disatukan dengan cara dilas. Berfungsi
untuk menyangga operasi diatasnya (platform), dan menahan beban-beban lingkungan yang
didapat dari daerah struktur tersebut diletakkan.

Tujuan Analisis Struktural terhadap BLP adalah:


Membuktikan bahwa struktur tersebut (sebagaimana dirancang dan diinstal)
mampu menahan beban operasional maupun lingkungan selama masa umur

Struktur bangunan lepas pantai ini tersebar di beberapa daerah di Indonesia, yaitu terletak di
sekitar Pulau Jawa (65 %), Kalimantan Timur (25 %) dan sisanya terletak di Selat Malaka, Natuna
dan Jatim. Kurang lebih 40 % anjungan tersebut berkaki empat, 34 % berkaki tiga dan sisanya
adalah monopod. Dari jumlah sekitar ± 449 platform, 38 % nya umurnya sudah lebih dari 20
tahun, dimana umur suatu platform pada umumnya antara 20 s/d 25 tahun (Indiyono, 2006).

Secara garis besar Analisa dalam Perancangan Struktur Fixed Jackect Platform dibagi menjadi
dua katagori utama yaitu :
1. In-Service Analyses
2. Pre-Service Analyses

In-Service analyses adalah analisa untuk melihat moda kegagalan fixed offshore structure pada
saat struktur tersebut beroperasi / service. Pada dasarnya, terdiri dari inplace analysis, fatigue
analysis, dan seismic analysis (jika platform tersebut dalam wilayah seismic). Tiga analysis ini yang
akan dominan menentukan konfigurasi struktur ; konfigurasi member, joint, dan material.

Pre-service analysis adalah analysis untuk fixed offshore structure pada tahap instalasi dan
persiapan instalasi atau dalam kata lain, sebelum platform tersebut beroperasi.

Penyusun : Muhammad Irfan., ST, dkk


Jurusan Teknik Kelautan – FTK ITS
Tahun 2012
Pelatihan Analisa In-Palace Menggunakan SACS 5.2 2

Tabel 1. 1 Macam-macam Analisa dalam Perancangan Bangunan Laut (Fixed Offshore Platform)

Pre-Service In-Service

Onshore Lift Analysis Inplace Analysis with PSI

Load-out Analysis Modal Analysis

Transportation Analysis Fatigue Analysis

Launch & Upending Analysis Seismic Analysis

Offshore Lift Analysis Vibration Analysis

On-bottom Stability Analysis

Penyusun : Muhammad Irfan., ST, dkk


Jurusan Teknik Kelautan – FTK ITS
Tahun 2012
Pelatihan Analisa In-Palace Menggunakan SACS 5.2 3

BAB II

PENGENALAN STRUKTUR JACKET

2.1 Struktur Bangunan Lepas Pantai ( Jacket Platform )

Secara garis besar, tiga komponen utama dari struktur BLP jenis jacket (template) adalah geladak
(deck), template (jacket) dan pondasi (gambar 1.1). Dimana masing-masing terdiri dari
subkomponen-subkomponen.
1. Deck
Komponen ini berfungsi untuk menyokong peralatan, pengeboran dan kegiatan yang
dikerjakan diatas air. Deck bisa dibagi-bagi menjadi beberapa tingkat sesuai dengan
kebutuhan dan fungsi yang dibutuhkan. Subkomponen dari struktur geladak (deck)
adalah (1) Skid beams, (2) Deck plating, (3) Deck beams, (4) Deck legs, (5) Longitudinal
trusses dan (6) Wind girders atau trusses
2. Jacket
Komponen ini berfungsi untuk melindungi pile agar tetap pada posisinya, menyokong
deck dan melindungi conductor serta menyokong sub-struktur lainnya seperti boat
landing, barge bumper dan lain-lain. Sedangkan subkomponen dari jacket meliputi (1)
legs, (2) horizontal and vertical bracing, (3) conductor bracing, (4) launch runner, (5)
launch trusses dan (6) detail element (boat landings, barge bumpers & waIkways.
3. Pondasi
Tiang pancang yang diletakkan didalam kaki jacket akan dipancangkan pada dasar laut.
Antara pile dengan jacket terkadang dilakukan grouting untuk menambah kekakuan dan
agar pile dan jacket menyatu. Skirt pile dan sleeves selalu diberi pengisi (grouting).
Sementara itu subkomponen dari pondasi adalah (1) skirt pile sleeves, (2) skirt pile
bracing dan (3) piles.

Penyusun : Muhammad Irfan., ST, dkk


Jurusan Teknik Kelautan – FTK ITS
Tahun 2012
Pelatihan Analisa In-Palace Menggunakan SACS 5.2 4

Gambar 2. 1 Elemen-elemen dari struktur anjungan jenis jacket (template)

2.1.1 Krtiteria Desain

Kriteria desain untuk setiap anjungan berbeda-beda. Kriteria dominan yang ada di suatu kawasan
akan menentukan jenis anjungan yang akan dipilih. Krireria desain yang terpenting antara lain
(dari segi teknik) :

Penyusun : Muhammad Irfan., ST, dkk


Jurusan Teknik Kelautan – FTK ITS
Tahun 2012
Pelatihan Analisa In-Palace Menggunakan SACS 5.2 5

1. Kedalaman Laut.
2. Gelombang (tinggi, periode, distribusinya).
3. Seismik.
4. Kondisi Tanah.
5. Angin
6. Arus
7. Marine Growth
8. Kapasitas desain dari deck

2.1.2 Kriteria Oprasional

Salah satu kriteria dalam mendesain suatu platform adalah penentuan fungsi platform
(pengeboran, produksi, penyimpanan, materials handling, living quarters, atau kombinasinya),
jumlah sumur yang akan di bor, tipe pemboran dan material yang akan digunakan, kegiatan yang
akan diselesaikan kemudian, dan keperluan-keperluan untuk kegiatan itu. Selain itu, jumlah ruang
deck yang diperlukan serta jumlah deck dan jenis transportasi minyak (dengan tanker,barge atau
jalur pipa) serta tempat penampungan minyak, harus ditentukan. Sementara itu, konfigurasi
platform yang dikehendaki juga harus dapat difabrikasi dengan perlengkapan pemasangan yang
tersedia. (Murdjito, 1998)

2.1.3 Kriteria Lingkungan

Tahap ini merupakan penentuan berdasarkan lingkungan dimana platform akan ditempatkan.
Meliputi gaya-gaya gelombang dan angin yang bekerja pada platform. Faktor-faktor lingkungan
yang harus ditaksir sebelum gaya-gaya dapat diperkirakan adalah kedalaman air, kondisi air
pasang, tinggi gelombang badai, kecepatan angin badai, dan dapat juga gempa bumi dan kondisi
es. (Murdjito, 1998)

2.2 Standar Spesifikasi

Spesifikasi standar yang umum digunakan untuk perencanaan dan desain struktur anjungan lepas
pantai di Indonesia adalah :

 API RP 2A, 21th Edition (WSD), ‘Recommend Practice for Planning, Designing, and
Construction Fixed Offshore Platform’, American Petroleum Institute, Washington D.C,
Desember 2000.

 API RP 2A, (LRFD), ‘Recommend Practice for Planning, Designing, and Construction Fixed
Offshore Platform’, American Petroleum Institute, Washington D.C, Desember 2000.

Penyusun : Muhammad Irfan., ST, dkk


Jurusan Teknik Kelautan – FTK ITS
Tahun 2012
Pelatihan Analisa In-Palace Menggunakan SACS 5.2 6

 AISC, 9th Edition, ‘Manual of Steel Construction, Allowable Stress Design’. American Institut of
Steel Construction, AISC, New York 1989.

 AWS D1, 1 – 88, ‘Structural Welding Code – Steel’, American Welding Society, Inc., New York
1988.

2.3 Desain Struktur Jacket Platform


2.3.1 Penentuan Dimensi Deck dan Deck Leg

Secara fungsi, deck terbagi atas beberapa tingkat, yaitu :


1. Main deck, berfungsi sebagai tempat sistem pengeboran beberapa modul lainnya seperti
living quarter, compressor, dan lain-lain.
2. Cellar deck, berfungsi sebagai tempat sistem yang diletakkan di bagian bawah seperti pompa,
christmas trees, dan lain-lain.
3. Deck tambahan apabila diperlukan.

Penentuan konfigurasi deck mempertimbangkan kebutuhan luas, jumlah level (tingkat), layout
equipment, dan lain-lain. Komponen utama struktur deck terdiri dari :
1. Deck leg.
2. Rangka utama (main truss) dan rangka angin (wind truss).
3. Deck beam (balok utama deck)
4. Deck plate atau deck grating.
5. Skid beam (bila pengeboran direncanakan menggunakan tender rig).

2.2.1.1 Layout Equipment

Pada pembuatan layout equipment perlu diperhatikan posisi, dimensi, dan berat equipment
yang akan dipasang pada deck. Perlu diperhatikan juga framing yang akan digunakan untuk
menahan beban equipment dan ruang di antara equipment. Hal-hal di atas berguna untuk
mendapatkan dimensi, ruang, dan kekuatan framing deck yang akan direncanakan.

2.2.1.2 Elevasi Deck

Deck pada level terbawah harus memadai dan aman dari puncak gelombang rencana dan
harus diberikan celah udara (air gap). Gelombang rencana yang digunakan adalah gelombang
dengan perioda ulang 100 tahun.
API RP2A merekomendasikan air gap sebesar 5 ft di atas puncak gelombang ekstrim, selain
itu juga harus diperhatikan highest astronomical tide (HAT) dan storm surge dari lokasi
perairan. Berdasarkan hal-hal tersebut maka elevasi untuk deck pada level terendah adalah :

Penyusun : Muhammad Irfan., ST, dkk


Jurusan Teknik Kelautan – FTK ITS
Tahun 2012
Pelatihan Analisa In-Palace Menggunakan SACS 5.2 7

Elevasi deck terendah = HAT + storm tide + 0.5 Hekstrim + air gap ………….(1.1)

ηmax = elevasi puncak gelombang rencana

2.2.1.3 Penentuan Ukuran Deck Leg

Perencanaan struktur deck dimulai dengan perhitungan beban-beban yang akan bekerja pada
deck. Secara umum, penentuan ukuran deck leg adalah sebagai berikut :

1. Penentuan diameter luar deck leg yang biasanya adalah sama dengan diameter luar pile
yang direncanakan.
2. Perhitungan radius girasi (r) deck leg berdasarkan asumsi untuk silinder tipis yaitu 0.35 D.
pada perhitungan ini diasumsikan nilai buckling length factor (k) berdasarkan kondisi
ujung perletakan deck leg yang umumnya berkisar antara 1.5 – 2.0, lalu dilakukan
perhitungan rasio kerampingan deck leg (slenderness ratio) :

kL
Rasio kerampingan = …………………… (1.2)
r

k = buckling length factor (1.5 – 2.0 )


L = panjang deck leg
r = radius girasi deck leg

3. Perhitungan tegangan aksial yang diizinkan (allowable axial stress) Fa, dilakukan
berdasarkan standar AISC (American Institute of Steel Construction) berdasarkan rasio
kerampingan.

4. Perhitungan perkiraan gaya aksial dan momen maksimum pada deck leg yang dilakukan
berdasarkan beban konservatif struktur, beban peralatan, gaya angin, dan gaya
gelombang.
5. Perhitungan interaction ratio dengan mengambil suatu harga ketebalan dinding deck leg
awal, axial stress, dan bearing stress yang lalu diiterasi hingga diperoleh nilai interaction
ratio lebih kecil dari 1.

2.3.1.4 Deck Framing

Deck framing berfungsi untuk mentransfer beban-beban dari area deck ke deck leg, dari deck
leg diteruskan ke jacket hingga pondasi. Sistem yang biasa digunakan adalah dengan
menyalurkan beban pada lantai deck yang biasanya berupa deck plate dan balok-balok utama

Penyusun : Muhammad Irfan., ST, dkk


Jurusan Teknik Kelautan – FTK ITS
Tahun 2012
Pelatihan Analisa In-Palace Menggunakan SACS 5.2 8

(beams) kepada sistem rangka longitudinal yang tersusun dari elemen-elemen tubular atau
balok standar.
Penentuan ukuran awal deck plate dilakukan dengan menggunakan beban merata maksimum
pada deck. Pelat pada deck didesain untuk dapat menerima beban yang bekerja di atasnya,
kemudian disalurkan ke rangka-rangka deck. Dalam desain pelat harus diperhatikan
kemungkinan korosi, tegangan, dan lendutan yang mungkin terjadi, lendutan yang berlebihan
harus dapat dihindari dengan mempertebal pelat atau memperpendek bentang. Untuk
struktur anjungan dianjurkan ketebalan minimal pelat adalah 5/16 inch, tetapi umumnya
digunakan pelat 3/8 inch.
Beban dari deck plate diteruskan ke balok utama deck. Pada umumnya balok utama dipasang
pada setiap bentang yang sama. Jarak antara deck beams biasanya ditentukan oleh jarak
antara wellhead.

2.3.2 Desain Jacket

Jacket adalah tiang-tiang disekitar sumur eksplorasi yang melindungi pompa-pompa, sumur
pengeboran dan lainnya. Jacket dipasang mulai dari garis mudline sampai deck substruktur. Kaki
jacket mengarahkan pile sewaktu pemancangan pile. Jacket termasuk elemen struktur yang
mendasar pada platform yang memberi dukungan terhadap tumbukan kapal yang berlabuh,
sistem proteksi terhadap korosi, sistem navigasi dan lain-lain.

2.3.2.1 Penentuan Dimensi Kaki Jacket

Tidak ada ketentuan pasti mengenai ukuran dan kemiringan jacket. Penentuan dimensi
jacket dilakukan berdasarkan pengalaman sebelumnya. Aturan yang baik adalah
memperkecil luas proyeksi batang didaerah dekat permukaan air sehingga memperkecil
beban lingkungan yang diterima struktur.

Ketebalan dinding jaket didisain untuk dapat menahan gaya aksial, tegangan bending
(bending stress) dan deformasi. Untuk ketebalan dinding jaket biasanya dipakai ½ inchi
sampai 2 ½ inchi. Kurang dari ½ inchi penyebabkan masalah korosi cepat terjadi. Ketebalan
lebih dari 2 ½ inchi menyebabkan kesulitan dalam fabrikasi dan sering terjadi patahan di
daerah titik pengelasan antar braces.

2.3.2.2 Susunan Rangka

Kaki-kaki jacket saling dihubungkan dan diikat oleh 3 jenis pengaku (bracing) yaitu:

Penyusun : Muhammad Irfan., ST, dkk


Jurusan Teknik Kelautan – FTK ITS
Tahun 2012
Pelatihan Analisa In-Palace Menggunakan SACS 5.2 9

a. Bracing diagonal pada bidang vertikal


b. Bracing horisontal pada bidang horisontal
c. Bracing diagonal pada bidang horisontal

Sistem bracing memiliki 3 fungsi:

1. Membantu memindahkan beban-beban horisontal ke pondasi


2. Memberikan kesatuan struktural selama fabrikasi dan instalasi
3. Menyokong anoda korosi dan kepala konduktor dan meneruskan gaya-gaya gelombang
yang dihasilkan ke pondasi

2.3.2.3 Tipe-tipe Bentuk Braces

Braces yang berbentuk vertikal, horisontal, dan diagonal bersama kaki jacket membentuk
suatu sistem kekakuatan tersendiri. Sistem kekakuan ini menjalarkan beban dan gaya dari
platform ke pondasinya. Ada banyak macam tipe-tipe bentuk braces seperti berikut:

a. Tipe 1. Bentuk pola K brace


1) Tipe ini mempunyai jumlah titik pertemuan batang (joint) yang lebih sedikit.
2) Tidak simetris dan tidak mempunyai sistem redundansi.
3) Biasanya dipakai pada lokasi yang tidak membutuhkan kekakuan tinggi dan tidak ada
gaya seismik.
b. Tipe 2 dan 5. Bentuk pola V brace
1) Jumlah joint pada tipe ini sedikit dan tidak mempunyai sistem redundansi.
2) Tidak mempunyai sistem transfer beban yang baik dari satu level ke level yang lain.
c. Tipe 3. Bentuk pola N brace
1) Tidak mempunyai sistem redundansi.
2) Kegagalan buckling pada salah satu batang tekan dapat menyebabkan kegagalan
pada batang lain (strukturcollapse).
d. Tipe 4. Bentuk pola V dan X brace
1) Digunakan pada lokasi yang tidak dalam.
2) Mempunyai bentuk simetris, redundansi dan daktilitas cukup.
3) Jumlah Joint lebih banyak.
e. Tipe 6. Bentuk pola semua X brace
1) Mempunyai kekakuan horisontal, daktilitas dan redundansi yang tinggi.
2) Jumlah joint lebih banyak sehingga butuh banyak pengelasan.
3) Banyak digunakan pada lokasi laut dalam dan daerah rawan gempa.

Penyusun : Muhammad Irfan., ST, dkk


Jurusan Teknik Kelautan – FTK ITS
Tahun 2012
Pelatihan Analisa In-Palace Menggunakan SACS 5.2 10

Gambar 2. 2 Bentuk umum pola brace

2.3.2.4 Ukuran Braces

Gaya yang bekerja dominan pada braces berpenampang lingkaran adalah gaya aksial.
Diameter braces ditentukan berdasarkan rasio kerampingan sebagai berikut :

kL
60 < < 90 ............................................. (1.3)
r

dimana:

k = koefisien panjang efektif

L = panjang

r = radius girasi penampang melintang

Penyusun : Muhammad Irfan., ST, dkk


Jurusan Teknik Kelautan – FTK ITS
Tahun 2012
Pelatihan Analisa In-Palace Menggunakan SACS 5.2 11

Koefisien panjang efektif (k) tergantung dari kondisi ujung-ujung kolom.

Tabel 2. 1 Koefisien panjang efektif (k)

Ujung kolom k

sendi-sendi 1

jepit-jepit 0,5

jepit-sendi 0,7

jepit-bebas 2

Perbandingan antara diameter dan ketebalan:

D
19 < < 90 ……………………………… (1.4)
t

dengan:

D = diameter

t = ketebalan dinding

Untuk kedalaman laut (h dalam feet) mulai adakan pemeriksaan hidrostatik bila:

D 250
 1/ 3 ……………………………… (1.5)
t h

Bila kemiringan kaki jacket bertambah akan berpengaruh pada:

1. Beban aksial pada tiang menurun


2. Beban horizontal pada kepala tiang lebih besar
3. Luas proyeksi tiang pada horizontal bertambah
4. Gaya gelombang pada jacket bertambah
5. Kedalaman pemancangan lebih dangkal
6. Beban jacket bertambah
7. Efisiensi menurun

Penyusun : Muhammad Irfan., ST, dkk


Jurusan Teknik Kelautan – FTK ITS
Tahun 2012
Pelatihan Analisa In-Palace Menggunakan SACS 5.2 12

2.4 Pembebanan Struktur

Platform atau anjungan adalah struktur yang khusus didesain untuk kegiatan eksplorasi dan
eksploitasi minyak dan gas bumi di lepas pantai. Struktur ini menjadi subjek terhadap berbagai
macam pembebanan, dimana menurut API RP2A beban yang dapat diterima oleh struktur
anjungan lepas pantai adalah sebagai berikut :

1. Beban Mati
Beban mati struktur adalah berat struktur itu sendiri, semua perlengkapan yang permanen
dan perlengkapan struktur yang tidak berubah selama beroperasinya struktur. Beban mati
terdiri dari :

a. Beban platform di udara.


b. Beban perlengkapan yang permanen.
c. Gaya hidrostatik di bawah permukaan garis air, termasuk tekanan dan gaya angkat.
2. Beban Hidup
Beban hidup adalah beban yang mengenai struktur dan berubah selama operasi platform
berlangsung. Beban hidup terdiri dari :

a. Beban perlengkapan pengeboran dan perlengkapan produksi yang bisa dipasang dan
dipindahkan dari platform.
b. Berat dari tempat tinggal (living quarters), heliport, dan perlengkapan penunjang lainnya
yang bisa dipasang dan dipindahkan dari platform.
c. Berat dari suplai kebutuhan dan benda cair lainnya yang mengisi tangki penyimpanan.
d. Gaya yang mengenai struktur selama operasi seperti pengeboran, penambatan kapal, dan
beban helikopter.
e. Gaya yang mengenai struktur dari penggunaan crane di atas deck.
3. Beban Lingkungan
Beban lingkungan yang mengenai struktur dikarenakan fenomena alam seperti angin, arus,
gelombang, gempa bumi, salju, es, dan pergerakan kerak bumi. Beban lingkungan juga
didalamnya termasuk variasi tekanan hidrostatik dan gaya angkat pada setiap elemen karena
perubahan tinggi air yang disebabkan oleh perubahan gelombang dan pasang surut.

4. Beban Konstruksi
Beban konstruksi dihasilkan dari beban-beban pada saat fabrikasi, loadout, tranportasi dan
instalasi.

Penyusun : Muhammad Irfan., ST, dkk


Jurusan Teknik Kelautan – FTK ITS
Tahun 2012
Pelatihan Analisa In-Palace Menggunakan SACS 5.2 13

5. Beban Dinamik
Beban dinamik ini disebabkan karena adanya gaya yang berulang-ulang seperti gelombang, angin,
gempa bumi, atau getaran mesin, juga gaya akibat benturan kapal pada struktur dan pengeboran.

Gambar 2. 3 Beban – beban yang bekerja pada struktur anjungan lepas pantai

Penyusun : Muhammad Irfan., ST, dkk


Jurusan Teknik Kelautan – FTK ITS
Tahun 2012
Pelatihan Analisa In-Palace Menggunakan SACS 5.2 14

BAB III

PENGENALAN SACS 5.2

2.1 Tenatang SACS 5.2

SACS 5.2 adalah salah satu perangkat lunak (software) untuk analisa struktur baik struktur lepas
pantai maupun untuk struktur teknik sipil yang dikembangkan oleh Engineering Dynamics Inc.
Kelebihan dari software ini adalah user friendly sehingga mudah untuk menjalankannya, seperti
mempermudah dalam desain, memodelkan beban lingkungan seperti beban gelombang, arus,
angin, marine growth, dan beban beban yang lain. Selain itu proses penganalisaannya lebih
mudah seperti analisa statis (in place analysis), analisa dinamis, fatigue analysis dan macam –
macam output yang ingin ditampilkan berdasarkan codes yang dipakai.

SACS 5.2 memiliki beberapa modul untuk pemodelan struktur & beban, selain itu juga modul-
modul untuk analysis processing, post processing, dan menampilkan ouput seperti yang
digambarkan pada bagan berikut :

Gambar 3. 1 Diagram SACS 5.2 (SACS 5.2 Manual)

Penyusun : Muhammad Irfan., ST, dkk


Jurusan Teknik Kelautan – FTK ITS
Tahun 2012
Pelatihan Analisa In-Palace Menggunakan SACS 5.2 15

2.2 Langkah-Langkah Pemodelan

Sebelumnya, pastikan bahwa komputer / laptop yang akan digunakan sudah terinstal SACS 5.2
dengan benar. Berikut Langkah-langkah penting dalam pemodelan struktur jacket menggunakan
SACS 5.2 :

1. Mulai Pemodelan
Buka SACS 5.2 dan muncul tampilan sbg :

Figure 1

Lalu klik icon ini pada tool bar :

Figure 2

Pilih “Create New Model” maka akan muncul tampilan sebagai berikut :

Figure 3

Penyusun : Muhammad Irfan., ST, dkk


Jurusan Teknik Kelautan – FTK ITS
Tahun 2012
Pelatihan Analisa In-Palace Menggunakan SACS 5.2 16

Kemudian pilih template yang ingin digunakan. Biasanya, dalam memodelkan Struktur
Jacket platform, di awali dari pembuatan Jacket sehingga tamplate yang dipilih adalah
“Jacket”. Kemudian Akan muncul template jacket yang berisikan kolom-kolom parameter
jacket yang ingin di modelkan (Figure 3). Untuk mengisi kolom-kolom tersebut, lihat
kembali desain basis dan drawing struktur yang akan di modelkan. Isi sesuai data yang
ada, setelah OK, selanjutnya model Jacket Leg akan muncul di “PrecedoPro” (Layar
Pemodelan).

Figure 4

2. Pembuatan Joint
Untuk membuat joint, dapat menggunakan beberapa cara yang disediakan SACS
(Absolut, Relative, Intersection, dll) dan pilihan tergantung kebutuhan pengguna. Sebagai
contoh, Klik menu “Joint” – “Add”- “ Absolute”, dan akan muncul tampilah sbb :

Figure 5

Penyusun : Muhammad Irfan., ST, dkk


Jurusan Teknik Kelautan – FTK ITS
Tahun 2012
Pelatihan Analisa In-Palace Menggunakan SACS 5.2 17

Lalu masukkan koordinat sesuai yang diinginkan :

Figure 6

Perhatikan juga koordinat di SACS saat menginputkan data :

3. Pembutan Member
Untuk membuat member, Pilih menu “Member” – “ Add”

Figure 7

Lalu Isi Group Label (Group Member) sesuai dengan nama member yang kan dibuat,
kemudian hubungkan joint-joint yang telah dibuat sebelumnya.

Figure 8

Penyusun : Muhammad Irfan., ST, dkk


Jurusan Teknik Kelautan – FTK ITS
Tahun 2012
Pelatihan Analisa In-Palace Menggunakan SACS 5.2 18

4. Pembutan Property
Untuk membuat property, maka pilih menu “Property” - “Member Group” dan akan
muncul :

Figure 9

Masukkan Group labelnya, lalu Klik “Define” untuk menentukan Property yang dinginkan
di tiap member:

Figure 10

Isis sesuai property yang telah ditentukan, lalu klik OK.

Penyusun : Muhammad Irfan., ST, dkk


Jurusan Teknik Kelautan – FTK ITS
Tahun 2012
Pelatihan Analisa In-Palace Menggunakan SACS 5.2 19

5. Pembuatan Pembebanan Pada Joint


Untuk menginputkan beban joint, maka pilih menu “LOAD” – Klik “Joint”

Figure 11

Pilih Joint yang akan dibebani dan klik “Apply”. Kemudaian masukkan Load Condition dan
Load ID kemudian klik “Add”.

Figure 12

Penjelasan Singkat :
Load Condition adalah Kondisi Pembebanan yang terjadi pada Stuktur Tersebut, misalnya
: Dead Load, Live Load, Equipment Load, dll. Biasanya load condition di apply dalam
dengan menggunakan “angka”, sebagai pengganti nama-nama yangcukup panjang
disetiap kondisi pembebanan.
Load ID adalah, identitas dari Beban yang di masukkan, dan termasuk dalam salah satu
bagian dari load kondisi. Contohnya : Dead Load pada Main Deck (DLMD), Dead Load
pada Helli Deck (DLHD), dll. Jadi Bisa di simpulkan, dalam 1 Load Condition bisa memiliki
beberapa Load ID.

Kemudian masukkan pembebanan yang dikenakan pada Joint yang telah di pilih.

Penyusun : Muhammad Irfan., ST, dkk


Jurusan Teknik Kelautan – FTK ITS
Tahun 2012
Pelatihan Analisa In-Palace Menggunakan SACS 5.2 20

Figure 13

6. Pembuatan Beban Pada Member


Untuk memasukan pada Member, pilih menu “Load” dan klik “Member”.
Kemudian pilih member yang akan dibebani dan klik “ Apply”.
Masukkan Load Condition dan Load ID serta Tipe Pembebanan (Distribute, Consentrate,
dll) pada member kemudian klik Add.

Figure 14

Lalu masukkan Nilai pembebanan yangdukenakan pada member

Figure 15

7. Pengecekan Model Struktur


Jika telah selesai memodelkan struktur, maka biasanya dilakukan pengecekan Model
Struktur untuk memastikan bahwa struktur yang di modelkan sudah benar menurut SAC,
sehingga SACS bisa membaca dan melanjutkan analisa. Langkahnya :
Plih menu “Misc” dan klik “Check Model”

Penyusun : Muhammad Irfan., ST, dkk


Jurusan Teknik Kelautan – FTK ITS
Tahun 2012
Pelatihan Analisa In-Palace Menggunakan SACS 5.2 21

Figure 16

Jika terdapat kesalahan dalam model maka akan tampil di program Editor seperti
tampilan berikut :

Figure 17

2.3 Fasilitas Toolbar lain yang Sering Digunakan

1. Labeling
Fasilitas Labeling digunakan untuk menampilkan (label) ID dari joint, member, load, dll.
Pilih menu “Display” – “Labeling” maka akan muncul seperti berikut :

Penyusun : Muhammad Irfan., ST, dkk


Jurusan Teknik Kelautan – FTK ITS
Tahun 2012
Pelatihan Analisa In-Palace Menggunakan SACS 5.2 22

Figure 18

2. Plane
Fasilitas Plane digunakan untuk merubah pandangan terhadap model, sehingga
pandangan dapat dibuat plannar : Pilih “Display” – “Plane”

Figure 19

3. Menyimpan File
Untuk menyimpan pekerjaan yang sudah di modelkan, maka pilih menu “Save As” dan
kemudian isi seuai sengan yang di butuhkan dan Klik OK. Catatan, untuk penamaan
pemodelan,harus di beri awalan “sacinp.” Sebagai extension baru nama filenya.

Penyusun : Muhammad Irfan., ST, dkk


Jurusan Teknik Kelautan – FTK ITS
Tahun 2012
Pelatihan Analisa In-Palace Menggunakan SACS 5.2 23

Figure 20

2.4 Analisa Struktur

Setelah tahap pemodelan selesai semua, langkah selanjutnya adalah melakukan analisa
statis, Pilih menu “Option” – Klik “ Analysis”.

Figure 21

Penyusun : Muhammad Irfan., ST, dkk


Jurusan Teknik Kelautan – FTK ITS
Tahun 2012
Pelatihan Analisa In-Palace Menggunakan SACS 5.2 24

Lalu pilih input yang diinginkan dan pilih Codes yang akan dipakai dan Klik OK

Figure 22

Penyusun : Muhammad Irfan., ST, dkk


Jurusan Teknik Kelautan – FTK ITS
Tahun 2012
Pelatihan Analisa In-Palace Menggunakan SACS 5.2 25

BAB IV
STUDI KASUS

Buatlah struktur Jacket dengan data berikut ini, yang akan kemudian dilakukan independent
analysis berupa static/in place analysis pada kondisi operasi dan badai.

Figure 23

NO
1.0 PLATFORM IDENTIFICATION

1.1 Platform name Jacket Platform


1.2 Platform 's North orientation 00 from True North
1.3 Primary function Well Platform

2.0 GENERAL INFORMATIONS

2.1 Platform type and configuration with Four Leg Jacket Platform,
Structural Construction Analysis & D.A. 1 level deck
Report

2.2 Number and diameter of legs 4 x 36" dia.


2.3 Number and diameter of piles 4 piles 30" dia.
2.8 Mean sea level (MSL) recorded 65 ft
2.9 Storm return period 100 years
2.10 Maximum wave height used
- operating 15.1 ft
- storm 27.8 ft

Penyusun : Muhammad Irfan., ST, dkk


Jurusan Teknik Kelautan – FTK ITS
Tahun 2012
Pelatihan Analisa In-Palace Menggunakan SACS 5.2 26

2.11 Crest elevation of max. wave height used No Data

2.12 Period of max. wave height


- Operating 6.8 sec
- storm 8.9 sec
2.13 Current velocity used Surface, middle &
bottom
- Operating 1.3 ft/sec ; 1.0 ft/sec ;
0.9 ft/sec
- Storm 2.1 ft/sec ; 1.8 ft/sec ;
1.6 ft/sec
2.14 Radial marine growth tolerance recorded 2.0" from MSL to Mudline
2.15 Average wind speed & direction used
- Operating 30 ft/sec
- storm 50 ft/sec
2.16 Amount of loads on Storages / Manning, No Data
Flight & Boat Schedule
2.17 Platform Building, Load Out, Towage, No Data
Installment Reports
3.0 STATIC ANALYSIS PARAMETER

3.15 Wave theory used Stokes Wave Theory


3.16 Drag coefficient used - W/O MG : 0.65
- With MG : 1.05
3.17 Inertia Coefficient Used - W/O MG : 1.6
- With MG : 1.2

4.1. Membuat Jacket Legs & Brace

1. Pilih menu joint dan klik add masukkan koordinat dengan nomor joint sbb:
1. (15,0,0) 2. (-15,0,0) 3. (-15,15,0) 4. (15,15,0) dan isi semua fixity dengan ”FIXED”
5. (10,0,70) 6. (-10,0,70) 7. (-10,15,70) 8. (10,15,70)
2. Pilih menu member dan klik add isi Group label dengan ”JL” kemudian klik joint yang akan
dihubungkan.
Ulangi hingga terbentuk keempat member jacket legs.
3. Pilih menu member - divide kemudian klik = parts, pilih member yang akan dibagi dan isi
4 pada number of parts
Ulangi untuk keempat jacket legs.
4. Ulangi langkah no 2 dan isi group label dengan ”HB” dan hubungkan semua joint dalam
bidang horisontal.

Penyusun : Muhammad Irfan., ST, dkk


Jurusan Teknik Kelautan – FTK ITS
Tahun 2012
Pelatihan Analisa In-Palace Menggunakan SACS 5.2 27

5. Pilih member dan klik X- Brace, isi group label dengan ”DB” dan hubungkan brace bagian
bawah.
6. pilih member dan klik K-Brace, dan ulangi langkah no 5 untuk brace diatasnya.

4.2. Membuat Main Deck

1. Pilih menu display-plane dan klik XY Plane, kemudian isi nilai Z dengan 80
2. Buat joint dengan koordinat seperti gambar dibawah ini.

3. Buat member dengan menghubungkan joint terluar dan isi group label dengan ”SG”
(Secondary Girder)

Penyusun : Muhammad Irfan., ST, dkk


Jurusan Teknik Kelautan – FTK ITS
Tahun 2012
Pelatihan Analisa In-Palace Menggunakan SACS 5.2 28

4. Buat member dengan menghubungkan joint terdalam dan isi group label dengan ”MG”
(Main Girder)
5. Bagi member ”SG” dengan divide member – parts menjadi 6 bagian dan ”MG” menjadi 4
bagian untuk searah sumbu X
6. Bagi member ”SG” dengan divide member – parts menjadi 5 bagian dan ”MG” menjadi 3
bagian untuk searah sumbu Y
7. Hubungkan tiap joint untuk membuat member seperti gambar diatas dengan group label
”SG”
8. Buat joint di tiap perpotongan member dengan pilih menu – add dan klik intersection

4.3. Membuat Deg Leg


1. Pilih menu display-plane dan klik XZ Plane, kemudian isi nilai Y dengan 0

2. Hubungkan joint antara jacket dengan main deck seperti gambar diatas.
3. Ulangi langkah 1 dan isi nilai Y dengan 20 kemudian ulangi langkah 2.

4.4. Hasil Pemodelan

Pilih menu display dan klik active/isometric

Penyusun : Muhammad Irfan., ST, dkk


Jurusan Teknik Kelautan – FTK ITS
Tahun 2012
Pelatihan Analisa In-Palace Menggunakan SACS 5.2 29

4.5. Mengisi Properties Tiap member

PROPERTIES
TUBE
GRUP ID
WIDE FLANGE OD WT
(INCH) (INCH)
MG W30 X 124
SG W24 X 55
JL 36 1
HB 20 0.7
DB 25 0.7
DL 30 0.75

1. Pilih menu Property dan klik member group kemudian isi group sesuai table diatas.
(1)Pilih group label (2) Define (3) untuk “MG” & “SG” arahkan cursor dan klik disebelah
section label (4) pilih properties yang sesuai
2. Mendefinisikan properties berupa tubular
Arahkan cursor pada group type dan pilih tubular kemudian isi OD & WT sesuai table
diatas.

4.6. Member offset

Main Girder di main deck diturunkan dibawah secondary beam, karena secondary beam memakai
section properties W24X55, maka main girder harus diturunkan 12 inch.

1. Buka plane XY untuk Z dengan nilai 80


2. untuk mempermudah pilih menu Display – labeling dan Member – Group dan klik OK
3. pilih menu member dan klik Offset dan pilih group ID “MG” kemudian isi offset sumbu Z
dengan -12 untuk joint A & B

4.7. Pembebana / Loading

LOAD CASE DESCRIPTION


(Basic Load)
1 Dead load/Self Weight
2 Live load at main deck
3 Equipment
4 Crane
5 Operating Wave & Current 0o Direction
6 Operating Wave & Current 45o Direction
7 Operating Wave & Current 90o Direction

Penyusun : Muhammad Irfan., ST, dkk


Jurusan Teknik Kelautan – FTK ITS
Tahun 2012
Pelatihan Analisa In-Palace Menggunakan SACS 5.2 30

8 Operating Wave & Current 135o Direction


9 Operating Wave & Current 180o Direction
10 Operating Wave & Current 225o Direction
11 Operating Wave & Current 270o Direction
12 Operating Wave & Current 315o Direction
13 Storm Wave & Current 0o Direction
14 Storm Wave & Current 45o Direction
15 Storm Wave & Current 90o Direction
16 Storm Wave & Current 135o Direction
17 Storm Wave & Current 180o Direction
18 Storm Wave & Current 225o Direction
19 Storm Wave & Current 270o Direction
20 Storm Wave & Current 315o Direction
21 Operating Wind 0o Direction
22 Operating Wind 45o Direction
23 Operating Wind 90o Direction
24 Operating Wind 135o Direction
25 Operating Wind 180o Direction
26 Operating Wind 225o Direction
27 Operating Wind 270o Direction
28 Operating Wind 315o Direction
29 Storm Wind 0o Direction
30 Storm Wind 45o Direction
31 Storm Wind 90o Direction
32 Storm Wind 135o Direction
33 Storm Wind 180o Direction
34 Storm Wind 225o Direction
35 Storm Wind 270o Direction
36 Storm Wind 315o Direction

Dead Load / Self Weight


Pilih menu Load dan klik Self weight, isi load case “1” dan load ID “SW” dengan arah
pembebanan “-Z”
Live Load
Pilih menu Load dan klik member grup, isi load case “2” dan load ID “LV”. Pindahkan MG
dan SG ke groups to load lalu klik add. Isikan dengan pembebanan 0.5 dengan arah
pembebanan “-Z”
Equipment Load
Pilih menu Load dan klik member, pilih member yang akan diberi beban, isi load case “3”
dan load ID “EQ” klik add, isi besar pembebanan sesuai petunjuk tentor.

Penyusun : Muhammad Irfan., ST, dkk


Jurusan Teknik Kelautan – FTK ITS
Tahun 2012
Pelatihan Analisa In-Palace Menggunakan SACS 5.2 31

Crane Load
Pilih menu Load dan klik joint, pilih joint yang akan diberi beban, isi load case “4” dan load
ID “CR” klik add, masukkan isi besar pembebanan dan momen sesuai dengan table
berikut:
FX FY FZ MX MY MZ
LOAD DESCRIPTION

Crane 0 0 -50 150 0 200

Wave & Current Load


Pilih menu Seastate-loading dan klik pada wave atau current sesuai load skenario, isikan
load case sesuai dengan table load scenario dan ikuti petunjuk tentor.

Return Periods
Description
1 Year 100 Years

Mean Sea Level (ft) 65 65

Highest Astronomical Tide (HAT) (ft) 1.7 1.7

Storm Surge (ft) 0.3 1.8

Subsidence (ft) 0 0

Maximum Water Depth (ft) 67 68.5

Drag coefficient used - W/O Marine Growth : 0.65


- With Marine Growth : 1.05
Inertia/mass Coefficient used - W/O Marine Growth : 1.6
- With Marine Growth : 1.2
Wave theory used Stokes Wave Theory

Maximum wave height used


- operating 15.1 ft
- storm 27.8 ft

Period of max. wave height


- Operating 6.8 sec
- storm 8.9 sec

Penyusun : Muhammad Irfan., ST, dkk


Jurusan Teknik Kelautan – FTK ITS
Tahun 2012
Pelatihan Analisa In-Palace Menggunakan SACS 5.2 32

Current velocity used Surface,


middle & bottom
- Operating 1.3 ft/sec ; 1.0 ft/sec ; 0.9 ft/sec
- Storm 2.1 ft/sec ; 1.8 ft/sec ; 1.6 ft/sec

Radial marine growth tolerance 2.0" from MSL to Mudline


recorded

Wind Load
Average wind speed :
- Operating 30 ft/sec
- storm 50 ft/sec

Sebelum memasukkan nilai dari wind load terlebih dahulu memasukkan area yang akan
menerima pembebanan.
1. Pilih menu seastate-global parameter dan klik wind area kemudian masukkan luasan
area yang diterima oleh angin dan joint yang dikenainya.
2. Masukkan nilai kecepatan angin pada Seastate-loading dan klik wind, isi load case dan
pindahkan area pembebanan yang diterima oleh angin untuk setiap arah.

Combined Load
Dari beban-beban yang ada, akan didefinisikan beban gabungan (combined load) dari
tiap arah beban lingkungan. Pilih load dan klik combine load kemudian masukkan
beban beban yang akan digabungkan.

Analisa Stastis (In Place Analysis)


Untuk melakukan analisa statis, optional yang harus dilakukan adalah :
1. Pilih option dan klik Analisys, untuk general isi tipe analisis yang akan dilakukan ”Statis”
dan pilih Codes yang akan dipakai ”AISC/API WSD 20th”.
2. Selanjutnya klik Report dan centang hasil yang diinginkan dalam analisa statis.
3. Pilih Seastate dan klik Option untuk menggenerate load case akibat beban lingkungan.

4.8. Running Program

Penyusun : Muhammad Irfan., ST, dkk


Jurusan Teknik Kelautan – FTK ITS
Tahun 2012
Pelatihan Analisa In-Palace Menggunakan SACS 5.2 33

Sebelum melakukan running terlebih dahulu save (simpan) semua input pemodelan yang
telah dilakukan. Kembali pada modul awal “SACS Executive” dan pilih menu “linier static
analysis” kemudian klik “select file” dan pilih file yang akan di running.

Klik Run untuk melakukan running program.

4.9. Output Program

Untuk mengetahui hasil analisa dapat dilihat dalam dua modul.

1. SACS Output Listing File dalam ”SACS Executive” merupakan hasil output dalam bentuk
teks.
2. Postvue Data Base directory dalam ”SACS Executive” merupakan hasil output dalam
bentuk grafis.

Penyusun : Muhammad Irfan., ST, dkk


Jurusan Teknik Kelautan – FTK ITS
Tahun 2012

Anda mungkin juga menyukai