Anda di halaman 1dari 8

Sejarah PPKI [ Proses Awal Pembentukan PPKI ]

PPKI merupakan singkatan dari Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia atau dalam bahasa Jepang
disebut dengan Dokuritsu Zyunbi Inkai. PPKI ialah panitia yang bertugas untuk mempersiapkan
kemerdekaan Indonesia. Lembaga ini beranggotakan tokoh-tokoh Pergerakan Nasional yang berasal dari
Jawa dan luar Jawa. Anggota PPKI semula berjumlah 21 orang, kemudian Ir. Soekarno menambah 6
orang tanpa sepengetahuan fihak Jepang. Hal ini menunjukkan bahwa PPKI memiliki kemandirian dan
tidak tergantung pada Jepang. Tujuan dibentuk PPKI adalah untuk mempersiapkan segala sesuatu yang
diperlukan dalam menyongsong kemerdekaan.

Setelah PPKI merampungkan tugasnya, yaitu menyiapkan konsep pembukaan UUD 1945 dan batang
tubuh UUD 1945, kemudian membubarkan diri dan mengusulkan dibentuknya PPKI (Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia) yang bertugas melaksanakan kemerdekaan Indonesia dan mengambil langkah-
langkah nyata untuk membentuk suatu negara.

Sementara itu kedudukan Jepang dalam Perang Dunia II semakin terdesak, sehingga komando Jepang di
wilayah selatan mengadakan rapat pada akhir bulan Juli 1945 di Singapura. Dalam pertemuan tersebut
disetujui bahwa kemerdekaan bagi Indonesia akan diberikan pada tanggal 7 September 1945, setahun
setelah pernyataan Koiso.

Dalam bulan Agustus perubahan bertambah cepat, tanggal 7 Agustus Jenderal Terauchi menyetujui
pembentukan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (Dokuritsu Junbi Inkai) yang bertanggung jawab
melanjutkan pekerjaan BPUPKI dan mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan karena akan
diadakannya pemindahan kekuasaan dari Jepang kepada bangsa Indonesia.

Pada tanggal 9 Agustus 1945 Soekarno, Hatta, dan Radjiman Wediodiningrat diundang ke Dalat, kira-kira
300 km sebelah utara Saigon, tempat kedudukan Jenderal Terauchi, panglima seluruh angkatan perang
Jepang di Asia Tenggara.3) Tujuan pemanggilan ketiga tokoh tersebut adalah untuk melantik secara
simbolis Ir.

Soekarno sebagai ketua PPKI dan Drs. Moh. Hatta sebagai wakil ketuanya. Acara pelantikan berlangsung
pada tanggal 12 Agustus 1945 ketika mereka tiba di Dalat, didahului pidato singkat Terauchi yang
menyatakan bahwa pemerintah Jepang di Tokyo memutuskan memberikan kemerdekaan kepada
Indonesia.

Keesokan harinya Soekarno, Hatta, dan Radjiman kembali ke Jakarta, tetapi sebelumnya singgah di
Singapura satu malam. Sesampainya di Jakarta disambut oleh rakyat. Saat itu Soekarno mengucapkan
pidato singkat sebagai berikut:

“Jika beberapa waktu yang lalu saya mengatakan bahwa akan merdeka sebelum tanaman jagung
berbuah, sekarang saya katakan kepada kamu bahwa Indonesia akan merdeka sebelum tanaman
tersebut berbunga.”

Dengan demikian resmilah pembentukan PPKI dan sudah dapat bekerja sejak tanggal 12 Agustus 1945.
Mengenai anggotanya, terdiri dari 21 orang yang merupakan wakil-wakil dari seluruh kelompok
masyarakat yang ada di tanah air, yaitu 12 dari Jawa, 3 dari Sumatera, 2 dari Sulawesi, 1 dari Kalimantan,
1 dari Nusa Tenggara, 1 dari Maluku, dan 1 dari masyarakat Cina.

Pengurus dan Keanggotaan PPKI

Ketua : Ir. Soekarno

Wakil Ketua : Drs. Moh. Hatta

Penasehat : Mr. ahmad Soebarjo

Pada tanggal 9 Agustus Jendral Terauchi mengundang tiga orang pemimpin Indonesia, yaitu a. Ir.
Soekarno, b. Drs. Moh. Hatta, c. Dr. Radjiman Widiodiningrat ke Dallat ( Saigon ). Tujuannya adalah
untuk mengetahui perkembangan lebih lanjut mengenai sikap Jepang kepada rencana Kemerdekaan
Indonesia.

Tugas PPKI

Mengesahkan Undang Undang Dasar

Memilih dan Mengangkat Ir.Soekarno sebagai Presiden dan Drz.M.Hatta sebagai wakil Presiden

Membentuk Komite Nasional untuk membantu tugas Presiden sebelum DPR dan MPR terbentuk.

Tugas Utama PPKI

Tugas berdasarkan nama yaitu bertugas untuk Mempersiapkan kemerdekaan Indonesia.

Anggota PPKI

Pada awalnya PPKI beranggotakan dan berjumlah 21 orang (12 orang dari Jawa, 3 orang dari Sumatra, 2
orang dari Sulawesi, 1 orang dari Kalimantan, 1 orang dari Nusa Tenggara, 1 orang dari Maluku, 1 orang
dari golongan Tionghoa). Susunan awal anggota PPKI adalah sebagai berikut :

Soekarno (Ketua)

Moh. Hatta (Wakil Ketua)

Mr. Dr. Soepomo (Anggota)

KRT Radjiman Wedyodiningrat (Anggota)


P. Soeroso (Anggota)

Soetardjo Kartohadikoesoemo (Anggota)

Kiai Abdoel Wachid Hasjim (Anggota)

Ki Bagus Hadikusumo (Anggota)

Otto Iskandardinata (Anggota)

Abdoel Kadir (Anggota)

Pangeran Soerjohamidjojo (Anggota)

Pangeran Poerbojo (Anggota)

Mohammad Amir (Anggota)

Abdul Maghfar (Anggota)

Teuku Mohammad Hasan (Anggota)

GSSJ Ratulangi (Anggota)

Andi Pangerang (Anggota)

H. Hamidan (Anggota)

I Goesti Ketoet Poedja (Anggota)

Johannes Latuharhary (Anggota)

Yap Tjwan Bing (Anggota)

Selanjutnya tanpa sepengetahuan Jepang, keanggotaan bertambah 6 yaitu :

Achmad Soebardjo (Penasehat)

Sajoeti Melik (Anggota)

Ki Hadjar Dewantara (Anggota)

A.A. Wiranatakoesoema (Anggota)

Kasman Singodimedjo (Anggota)

Iwa Koesoemasoemantri (Anggota)


Tujuan Pembentukan PPKI

melanjutkan tugas dari BPUPKI. Jadi mereka memiliki tujuan utama yakni menyegerakan proklamasi
kemerdekaan dan juga melakukan tata negara beserta membuat struktur kenegaraan.

Pertemuan dengan Marsekal Terauchi

Tanggal 9 Agustus 1945, sebagai pimpinan PPKI yang baru, Soekarno, Hatta dan Radjiman
Wedyodiningrat diundang ke Dalat untuk bertemu Marsekal Terauchi.

Setelah pertemuan tersebut, PPKI tidak dapat bertugas karena para pemuda mendesak agar proklamasi
kemerdekaan tidak dilakukan atas nama PPKI, yang dianggap merupakan alat buatan Jepang. Bahkan
rencana rapat 16 Agustus 1945 tidak dapat terlaksana karena terjadi peristiwa Rengasdengklok.

Isi pembicaraan tiga tokoh Indonesia dengan Jendral Terauchi:

Pemerintah Jepang memutuskan untuk member kemerdekaan kepada Indonesia segera setelah
persiapan kemerdekaan selesai dan berangsur-angsur dimulai dari pulau Jawa kemudian kepulau-pulau
lainnya.

Untuk pelaksaan kemerdekaan diserahkan kepada PPKI dan telah disepakati tanggal 18 Agustus 1945.

Wilayah Indonesia akan meliputi seluruh bekas wilayah Hindia-Belanda.

Peristiwa Rengasdengklok

Peristiwa Rengasdengklok adalah peristiwa dimulai dari “penculikan” yang dilakukan oleh sejumlah
pemuda (a.l. Adam Malik dan Chaerul Saleh dari Menteng 31 terhadap Soekarno dan Hatta. Peristiwa ini
terjadi pada tanggal 16 Agustus 1945 pukul 04.30. WIB, Soekarno dan Hatta dibawa ke

Rengasdengklok, Karawang, untuk kemudian didesak agar mempercepat proklamasi kemerdekaan


Republik Indonesia,sampai dengan terjadinya kesepakatan antara golongan tua yang diwakili Soekarno
dan Hatta serta Mr. Achmad Subardjo dengan golongan muda tentang kapan proklamasi akan
dilaksanakan.

Menghadapi desakan tersebut, Soekarno dan Hatta tetap tidak berubah pendirian. Sementara itu di
Jakarta, Chairul dan kawan-kawan telah menyusun rencana untuk merebut kekuasaan. Tetapi apa yang
telah direncanakan tidak berhasil dijalankan karena tidak semua anggota PETA mendukung rencana
tersebut.
Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia rencananya akan dibacakan Bung Karno dan Bung Hatta
pada hari Kamis, 16 Agustus 1945 di Rengasdengklok, di rumah Djiaw Kie Siong. Naskah teks proklamasi
sudah ditulis di rumah itu. Bendera Merah Putih sudah dikibarkan para pejuang Rengasdengklok pada
Rabu tanggal 15 Agustus, karena mereka tahu esok harinya Indonesia akan merdeka.

Karena tidak mendapat berita dari Jakarta, maka Jusuf Kunto dikirim untuk berunding dengan pemuda-
pemuda yang ada di Jakarta. Namun sesampainya di Jakarta, Kunto hanya menemui Mr. Achmad
Soebardjo, kemudian Kunto dan Achmad Soebardjo ke Rangasdengklok untuk menjemput Soekarno,
Hatta, Fatmawati dan Guntur.

Achmad Soebardjo mengundang Bung Karno dan Hatta berangkat ke Jakarta untuk membacakan
proklamasi di Jalan Pegangsaan Timur 56. Pada tanggal 16 tengah malam rombongan tersebut sampai di
Jakarta.

Keesokan harinya, tepatnya tanggal 17 Agustus 1945 pernyataan proklamasi dikumandangkan dengan
teks proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang diketik oleh Sayuti Melik menggunakan mesin ketik yang
“dipinjam” (tepatnya sebetulnya diambil) dari kantor Kepala Perwakilan Angkatan Laut Jerman, Mayor
(Laut) Dr. Hermann Kandeler.

Piagam Jakarta

Piagam Jakarta adalah hasil kompromi tentang dasar negara Indonesia yang dirumuskan oleh Panitia
Sembilan dan disetujui pada tanggal 22 Juni 1945 antara pihak Islam dan kaum kebangsaan (nasionalis).
Panitia Sembilan merupakan panitia kecil yang dibentuk oleh BPUPKI.

Di dalam Piagam Jakarta terdapat lima butir yang kelak menjadi Pancasila dari lima butir, sebagai
berikut:

Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya

Kemanusiaan yang adil dan beradab

Persatuan Indonesia

Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan

Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Pada saat penyusunan UUD pada Sidang Kedua BPUPKI, Piagam Jakarta dijadikan Muqaddimah
(preambule). Selanjutnya pada pengesahan UUD 45 18 Agustus 1945 oleh PPKI, istilah Muqaddimah
diubah menjadi Pembukaan UUD setelah butir pertama diganti menjadi Ketuhanan Yang Maha Esa.
Perubahan butir pertama dilakukan oleh Drs. M. Hatta atas usul A.A. Maramis setelah berkonsultasi
dengan Teuku Muhammad Hassan, Kasman Singodimedjo dan Ki Bagus Hadikusumo.
Naskah Piagam Jakarta ditulis dengan menggunakan ejaan Republik dan ditandatangani oleh Ir.
Soekarno, Mohammad Hatta, A.A. Maramis, Abikoesno Tjokrosoejoso, Abdul Kahar Muzakir, H.A. Salim,
Achmad Subardjo, Wahid Hasjim, dan Muhammad Yamin.

Memilih dan Mengangkat Presiden dan Wakil Presiden

Pemilihan Presiden dan Wakil Presidan dilakukan dengan aklamasi atas usul dari Otto Iskandardinata
dan mengusulkan agar Ir. Soekarno menjadi presiden dan Moh. Hatta sebagai wakil presiden. Usul ini
diterima oleh seluruh anggota PPKI.

Tugas Presiden sementara dibantu oleh Komite Nasional sebelum dibentuknya MPR dan DPR.

SIDANG PPKI

Setelah diproklamirkan kemerdekaan RI, maka tahap selanjutnya yang dilakukan oleh bangsa indonesia
adalah memindahkan kekuasaan dan membentuk peerintahan Indonesia. Pada tanggal 18 Agustus 1945,
Panitia Persiapan Kemerdekaan indonesia (PPKI) mengadakan rapat di Pajombon, yaitu gedung yang
dipakai sekarang Kantor Kementerian Kehakiman.

Sebelum rapat dimulai, Sukarna-hatta meminta Ki Bagus Hadikusumo, KH Wahid Hasyim, MR.Kasman
Singodimedjo, dan Mr.Teuke Muhammad Hasan, untuk membahas rancangan Undang-Undang Dasar
yang telah dibuat pada tanggal 22 Juni 1945 oleh panitia sembilan (empat orang wakil golongan orang
Islam Yaitu H. Agus Salim, KH.Wahid Hasyim, Abikusno dan Abdoel Kahar Muzakkar dan lima orang
golongan dari kebangsaan yaitu Sukarno, M.Hatta, Muh.Yamin, A.Maramis, dan Ahmad Subardjo).

Pembahasan yang dilakukan adalah mengenai kalimat “Ketuhanan dengan menjalankan syariat Islam
bagi pemeluk-pemeluknya”. Pembahasan itu dilakukan agar tidak terjadi suatu polemik dalam
kehidupan rakyat Indonesia, karena selain Islam, rakyat Indonesia meyakini beberapa agama.

Agar pembahasan cepat selesai, maka diadakan rapat pleno oleh beberapa orang anggota perwakilan
yang di pimpin oleh Muh.Hatta. Rapat dilaksanakan selama 15 menit dan hasil yang dicapai, yaitu
sepakat menghilangkan kalimat “Dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-
pemeluknya”, yang dipandang akan menjadi rintangan persatuan dan kesatuan bangsa.
Setelah selesai membahas tentang bunyi pasal 1 tersebut, dilanjutkan dengan pembahasan Rancangan
Pembukaan dan Undang-Undang Dasar yang telah disiapkan oleh Badan Penyidik Usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Dalam rapat kedua ini, pembahasan dilakukan dalam tempo kurang
dari 2 jam dan disepakati berbarengan dengan Rancangan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia.

Setelah pembahasan permasalahan diatas, maka sidang di skors untuk istrahat. Selanjutnya setelah
sidang di skors beberapa jam, Ir Sukarno mengumumkan 6 anggota baru dalam PPKI, mereka adalah
Wiranatakusumah, Ki Hajar Dewantara, Mr.Kasman, Sayuti Melik, Mr Ima Kusumasumantri, dan
Mr.Subardjo.

Hasil Sidang PPKI Ke 1

Tanggal 18 Agustus 1945

Berikut merupakan beberapa keputusan dan hasil sidang PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 atau hasil
sidang PPKI yang pertama.

Mengesahkan UUD 1945

Hasil sidang PPKI pertama adalah mengesahkan undang-undang dasar sebagai konstitusi negara.

Selain itu juga dilakukan revisi Piagam Jakarta dimana kalimat ‘Ketuhanan dengan kewajiban
menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya’ diganti menjadi ‘Ketuhanan Yang Maha Esa’.

Mengangkat Soekarno sebagai Presiden dan Moh. Hatta sebagai Wakil Presiden

Hasil sidang pertama PPKI berikutnya adalah memilih dan mengangkat presiden serta wakil presiden
Indonesia. Atas usulan Otto Iskandardinata secara aklamasi, Ir. Soekarno terpilih sebagai presiden
Indonesia pertama didampingi oleh Drs. Mohammad Hatta sebagai wakil presidennya.

Membentuk Komite Nasional


Sidang PPKI juga memutuskan pembentukan sebuah komite nasional. Fungsi komite nasional ini adalah
untuk sementara membantu tugas tugas Presiden sebelum dibentuknya MPR dan DPR.

Hasil Sidang PPKI Ke 2

Tanggal 19 Agustus 1945

Membentuk pemerintah daerah yang terdiri dari 8 provinsi

Membentuk komite nasional daerah

Membentuk 12 Kementerian dan 4 Menteri Negara

Membentuk Tentara Rakyat Indonesia

Hasil Sidang PPKI Ke 3

Tanggal 22 Agustus 1945

Menetapkan Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP)

Membentuk Partai Nasional Indonesia (PNI)

Membentuk Badan Keamanan Rakyat (BKR)

Anda mungkin juga menyukai