Pengertian PPKI
PPKI merupakan singkatan dari Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia atau dalam bahasa Jepang
disebut dengan Dokuritsu Zyunbi Inkai. PPKI ialah panitia
yang bertugas untuk mempersiapkan kemerdekaan Indonesia,
sebelum panitia ini dibentuk, sebelumnya sudah berdiri BPUPKI
tapi karena dianggap terlalu cepat ingin melaksanakan proklamasi
kemerdekaan.
Tugas PPKI
1. Mengesahkan Undang Undang Dasar
2. Memilih dan Mengangkat Ir.Soekarno sebagai Presiden dan
Drz.M.Hatta sebagai wakil Presiden
3. Membentuk Komite Nasional untuk membantu tugas Presiden
sebelum DPR dan MPR terbentuk.
Anggota PPKI
Pada awalnya PPKI beranggotakan dan berjumlah 21
orang (12 orang dari Jawa, 3 orang dari Sumatra, 2 orang dari
Sulawesi, 1 orang dari Kalimantan, 1 orang dari Nusa Tenggara, 1
orang dari Maluku, 1 orang dari golongan Tionghoa). Susunan awal
anggota PPKI adalah sebagai berikut :
1. Soekarno (Ketua)
2. Moh. Hatta (Wakil Ketua)
3. Mr. Dr. Soepomo (Anggota)
4. KRT Radjiman Wedyodiningrat (Anggota)
5. P. Soeroso (Anggota)
6. Soetardjo Kartohadikoesoemo (Anggota)
7. Kiai Abdoel Wachid Hasjim (Anggota)
8. Ki Bagus Hadikusumo (Anggota)
9. Otto Iskandardinata (Anggota)
10. Abdoel Kadir (Anggota)
11. Pangeran Soerjohamidjojo (Anggota)
12. Pangeran Poerbojo (Anggota)
13. Mohammad Amir (Anggota)
14. Abdul Maghfar (Anggota)
15. Teuku Mohammad Hasan (Anggota)
16. GSSJ Ratulangi (Anggota)
17. Andi Pangerang (Anggota)
18. H. Hamidan (Anggota)
19. I Goesti Ketoet Poedja (Anggota)
20. Johannes Latuharhary (Anggota)
21. Yap Tjwan Bing (Anggota)
Peristiwa Rengasdengklok
Peristiwa Rengasdengklok adalah peristiwa dimulai dari
“penculikan” yang dilakukan oleh sejumlah pemuda (a.l. Adam
Malik dan Chaerul Saleh dari Menteng 31 terhadap Soekarno dan
Hatta. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 16 Agustus 1945 pukul
04.30. WIB, Soekarno dan Hatta dibawa ke
Rengasdengklok, Karawang, untuk kemudian didesak agar
mempercepat proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia,sampai
dengan terjadinya kesepakatan antara golongan tua yang diwakili
Soekarno dan Hatta serta Mr. Achmad Subardjo dengan golongan
muda tentang kapan proklamasi akan dilaksanakan.
Menghadapi desakan tersebut, Soekarno dan Hatta tetap tidak
berubah pendirian. Sementara itu di Jakarta, Chairul dan kawan-
kawan telah menyusun rencana untuk merebut kekuasaan. Tetapi
apa yang telah direncanakan tidak berhasil dijalankan karena tidak
semua anggota PETA mendukung rencana tersebut.
Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia rencananya akan
dibacakan Bung Karno dan Bung Hatta pada hari Kamis, 16 Agustus
1945 di Rengasdengklok, di rumah Djiaw Kie Siong. Naskah teks
proklamasi sudah ditulis di rumah itu. Bendera Merah Putih sudah
dikibarkan para pejuang Rengasdengklok pada Rabu tanggal 15
Agustus, karena mereka tahu esok harinya Indonesia akan
merdeka.
Karena tidak mendapat berita dari Jakarta, maka Jusuf Kunto
dikirim untuk berunding dengan pemuda-pemuda yang ada di
Jakarta. Namun sesampainya di Jakarta, Kunto hanya menemui
Mr. Achmad Soebardjo, kemudian Kunto dan Achmad Soebardjo ke
Rangasdengklok untuk menjemput Soekarno, Hatta, Fatmawati dan
Guntur.
Achmad Soebardjo mengundang Bung Karno dan Hatta berangkat
ke Jakarta untuk membacakan proklamasi di Jalan Pegangsaan
Timur 56. Pada tanggal 16 tengah malam rombongan tersebut
sampai di Jakarta.
Keesokan harinya, tepatnya tanggal 17 Agustus 1945 pernyataan
proklamasi dikumandangkan dengan teks proklamasi
Kemerdekaan Indonesia yang diketik oleh Sayuti Melik
menggunakan mesin ketik yang “dipinjam” (tepatnya sebetulnya
diambil) dari kantor Kepala Perwakilan Angkatan Laut Jerman,
Mayor (Laut) Dr. Hermann Kandeler.
Piagam Jakarta
Piagam Jakarta adalah hasil kompromi tentang dasar negara
Indonesia yang dirumuskan oleh Panitia Sembilan dan disetujui
pada tanggal 22 Juni 1945 antara pihak Islam dan kaum
kebangsaan (nasionalis). Panitia Sembilan merupakan panitia kecil
yang dibentuk oleh BPUPKI.
Di dalam Piagam Jakarta terdapat lima butir yang kelak menjadi
Pancasila dari lima butir, sebagai berikut:
SIDANG PPKI
Setelah diproklamirkan kemerdekaan RI, maka tahap selanjutnya
yang dilakukan oleh bangsa indonesia adalah memindahkan
kekuasaan dan membentuk peerintahan Indonesia. Pada tanggal 18
Agustus 1945, Panitia Persiapan Kemerdekaan indonesia (PPKI)
mengadakan rapat di Pajombon, yaitu gedung yang dipakai
sekarang Kantor Kementerian Kehakiman.
Sebelum rapat dimulai, Sukarna-hatta meminta Ki Bagus
Hadikusumo, KH Wahid Hasyim, MR.Kasman Singodimedjo, dan
Mr.Teuke Muhammad Hasan, untuk membahas rancangan
Undang-Undang Dasar yang telah dibuat pada tanggal 22 Juni 1945
oleh panitia sembilan (empat orang wakil golongan orang Islam
Yaitu H. Agus Salim, KH.Wahid Hasyim, Abikusno dan Abdoel
Kahar Muzakkar dan lima orang golongan dari kebangsaan yaitu
Sukarno, M.Hatta, Muh.Yamin, A.Maramis, dan Ahmad Subardjo).
Pembahasan yang dilakukan adalah mengenai kalimat “Ketuhanan
dengan menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”.
Pembahasan itu dilakukan agar tidak terjadi suatu polemik dalam
kehidupan rakyat Indonesia, karena selain Islam, rakyat Indonesia
meyakini beberapa agama.
Agar pembahasan cepat selesai, maka diadakan rapat pleno oleh
beberapa orang anggota perwakilan yang di pimpin oleh
Muh.Hatta. Rapat dilaksanakan selama 15 menit dan hasil yang
dicapai, yaitu sepakat menghilangkan kalimat “Dengan kewajiban
menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”, yang
dipandang akan menjadi rintangan persatuan dan kesatuan bangsa.
Setelah selesai membahas tentang bunyi pasal 1 tersebut,
dilanjutkan dengan pembahasan Rancangan Pembukaan dan
Undang-Undang Dasar yang telah disiapkan oleh Badan Penyidik
Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Dalam rapat
kedua ini, pembahasan dilakukan dalam tempo kurang dari 2 jam
dan disepakati berbarengan dengan Rancangan Pembukaan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia.
Setelah pembahasan permasalahan diatas, maka sidang di skors
untuk istrahat. Selanjutnya setelah sidang di skors beberapa jam, Ir
Sukarno mengumumkan 6 anggota baru dalam PPKI, mereka
adalah Wiranatakusumah, Ki Hajar Dewantara, Mr.Kasman, Sayuti
Melik, Mr Ima Kusumasumantri, dan Mr.Subardjo.
Hasil Sidang PPKI Ke 1
Tanggal 18 Agustus 1945
Berikut merupakan beberapa keputusan dan hasil sidang PPKI
pada tanggal 18 Agustus 1945 atau hasil sidang PPKI yang
pertama.
Kesimpulan
Secara simbolik PPKI dilantik oleh Jendral Terauchi dengan
mendatangkan Sukarno, Hatta dan Rajiman Wedyodiningrat ke
Saigon tanggal 9 Agustus 1945.
Hasilnya cepat lambat kemerdekaan bisa diberikan tergantung
kepada kerja PPKI. Terauchi menyampaikan keputusan bahwa
kemerdekaan Indonesia akan diberikan pada tanggal 24 Agustus
1945. Seluruh pelaksanaan kemerdekaan diserahkan seluruhnya
kepada PPKI.
Saran-Saran
Pembentukan KNIP tidak memuaskan oleh beberapa anggota. Sutan Syahrir berhasil
mengumpulkan dukungan guna melakukan perubahan kedudukan KNIP. Maka dikeluarkanlah
maklumat wakil presiden tanggal 16 Oktober 1945, yang terkenal dengan nama Maklumat
Wakil Presiden no X. Isi Pokok Maklumat tersebut adalah:
1) KNIP sebelum terbentuk MPR/DPR diserahi kekuasaan legeslatif
2) KNIP ikut menetapkan GBHN
3) Segera dibentuk Badan Pekerja (BP-KNIP) untuk melaksanakan tugas sehari-hari
Sutan Syahrir ditunjuk sebagai ketua dari BP KNIP dan Amir Syarifudin sebagai wakilnya.
Pemerintah kemudian mengeluarkan maklumat 3 November 1945 yang isinya (1) pemerintah
menyukai timbulnya partai-partai politik, karena adanya parta-partai itulah dapat fipimpin ke jalan
yang teratur segala aliran paham yang ada dalam masyrakat, (2) pemerintah berharap supaya
partai-partai itu telah tersusun, sebelumnya dilakukan pemilihan anggota badan-badan
perwakilan rakyat pada bulan januari 1946.
Maka pasca dikeluarkannya maklumat tersebut, muncul berbagai partai politik di Indonesia.
Antara lain:
1. Majelis Syura Indonesia (Masyumi) yang dipimpin oleh Sukiman Wirsosanjoyo
2. Partai Komunis Indonesia (PKI) yang didirikan oleh Moh Jusuf
3. Partai Buruh Indonesia (PBI) yang dipimpin oleh Njono
4. Partai Rakyat Jelata dipimpin oleh Sutan Dewanis
5. Partai Kristen Indonesia (Parkindo) yang dipimpin oleh Probowinoto
6. Partai Sosialis Indonesia (PSI) yang dipimpin oleh Amir Syarifudin
7. Partai Rakyat Sosialis (PRS) yang dipimpin oleh Sutan Syahrir
8. Partai Katholik Republik Indonesia (PKRI) yang dipimpin oleh I.J Kasimo
9. Partai Rakyat Marhein Indonesia (Permai) yang dipimpin oleh J.B Assa
10. Partai Nasional Indonesia yang dipimpin oleh Sidik Djojosukarto
Pemerintahan parlementer disini adalah adanya pembagian kekausaan antara kepala negara
dan kepala pemerintahan. Kepala negara Indonesia saat itu adalah presiden Soekarno.
Sedangkan untuk kepala pemerintahan dikepalai oleh seorang perdana menteri. Tanggung
jawab jalannya pemerintahan ditangan oleh perdana menteri. Presiden sebagai simbol
pemersatu bangsa. Kalau ada perdana menteri yang gagal menjalankan tugasnya, kemudian
presiden menunjuk tim formatur untuk membentuk pemerintahan yang baru.
Perdana menteri yang pernah menjabat selama perang kemerdekaan (1945-1949) antara lain:
Sutan Syahrir, Amir Syarifudin, dan Moh Hatta. Pemerintahan Syahrir berlangsung sejak
dikeluarkannya maklumat sampai ditandatanganinya Perundingan Linggarjati. Kabinet Syahrir
menjalankan politik diplomasi untuk menghadapi kedatangan NICA. Hal ini mendapatkan
tentangan dari kelompok radikal, salah satunya adalah organisasi Persatuan Perjuangan yang
dipimpin oleh Tan Malaka. Tan Malaka menginginkan kemerdekaan Indonesia 100% tanpa
syarat apapun. Konflik ini memunculkan peritiwa 3 Juli 1946 dengan menculik Sutan Syahrir.
Kemudian atas intruksi dari presiden, Sutan Syahrir dibebaskan.
Selanjutnya presiden menunjuk Moh Hatta membentuk kabinet baru. Kabinet Hatta memiliki
tugas untuk mengupayakan penyelesaian konflik Indonesia-Belanda. Pada masa kabinet Hatta
inilah Indonesia mendapatkan pengakuan dari Belanda atas dasar Konferensi Meja Bundar (27
Desember 1949). Setelah itu dibentuk kabint baru dalam bentuk Republik Indonesia Serikat
(RIS) yang mana Hatta menjabat sebagai perdana menteri.