Anda di halaman 1dari 15

PPKI : Sejarah, Tugas PPKI, Anggota,

Tujuan Dan Hasil Sidang PPKI 1 2 3


PPKI : Sejarah, Tugas PPKI, Anggota, Tujuan Dan Hasil
Sidang PPKI 1 2 3 Lengkap – Tahukah anda apa yang
dimaksud dengan PPKI ?? Jika anda belum mengetahuinya
anda tepat sekali mengunjungi gurupendidikan.com. Karena pada
kesempatan kali ini akan membahas tentang PPKI secara lengkap.
Oleh karena itu marilah simak ulasan yang ada dibawah berikut ini.

Suatu badan yang dibentuk pemerintah Jepang tanggal 7 Agustus


1945. Badan ini bertugas menyiapkan segala sesuatu menyangkut
masalah ketatanegaraan menghadapi penyerahan kekuasaan
pemerintahan dari Jepang kepada bangsa Indonesia.
Beranggotakan 21 orang, yang ditunjuk sebagai ketua Soekarno dan
wakilnya Moh. Hatta. Sebagai penasehat ditunjuk Mr. Ahmad
Subardjo, dan tanpa sepengetahuan pemerintah Jepang, PPKI
menambah lagi enam orang, yaitu Wiranatakusumah, Ki Hadjar
Dewantara, Mr. Kasman Singodimedjo, Sayuti Melik, Iwa
Kusumasumantri, dan Ahmad Soebardjo.
Badan ini dibentuk untuk menarik simpati golongan-golongan yang
ada di Indonesia agar bersedia membantu Jepang dalam Perang
Pasifik, yang kedudukannya semakin terdesak sejak 1943. Mereka
juga berjanji memberi kemerdekaan pada Indonesia melalui
‘Perjanjian Kyoto’.
Ketika Rusia bergabung dengan Sekutu dan menyerbu Jepang dari
Manchuria, pemerintah Jepang mempercepat kemerdekaan
Indonesia, yang oleh BPUPKI direncanakan 17 September 1945.
Tiga tokoh PPKI (Soekarno, Hatta, dan Radjiman) diterbangkan ke
Dalath (Saigon) bertemu Jenderal Terauchi yang akan merestui
pembentukan negeri boneka tersebut.
Tanggal 14 Agustus 1945 ketiganya kembali ke Jakarta dan Jepang
menghadapi pemboman AS di Hirosima dan Nagasaki. Golongan
tua dan golongan muda pejuang kemerdekaan terlibat pro dan
kontra atas peristiwa pemboman Jepang oleh AS. Golongan muda
melihat Jepang sudah hampir menemui kekalahan, tetapi golongan
tua tetap berpendirian untuk menyerahkan keputusan pada PPKI.
Sikap tersebut tidak disetujui golongan muda dan menganggap
PPKI merupakan boneka Jepang dan tidak menyetujui lahirnya
proklamasi kemerdekaan dengan cara yang telah dijanjikan oleh
Jenderal Besar Terauchi dalam pertemuan di Dalath. Golongan
muda menghendaki terlaksananya proklamasi kemerdekaan
dengan kekuatan sendiri lepas sama sekali dari pemerintahan
Jepang.
Menanggapi sikap pemuda yang radikal itu, Soekarno-Hatta
berpendapat bahwa soal kemerdekaan Indonesia yang datangnya
dari pemerintah Jepang atau dari hasil perjuangan bangsa
Indonesia sendiri tidaklah menjadi soal, karena Jepang toh sudah
kalah.
Selanjutnya menghadapi Sekutu yang berusaha mengembalikan
kekuasaan Belanda di Indonesia. Oleh sebab itu untuk
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia diperlukan suatu
revolusi yang terorganisasi. Mereka ingin memperbincangkan
proklamasi kemerdekaan di dalam rapat Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia.

Pengertian PPKI
PPKI merupakan singkatan dari Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia atau dalam bahasa Jepang
disebut dengan Dokuritsu Zyunbi Inkai. PPKI ialah panitia
yang bertugas untuk mempersiapkan kemerdekaan Indonesia,
sebelum panitia ini dibentuk, sebelumnya sudah berdiri BPUPKI
tapi karena dianggap terlalu cepat ingin melaksanakan proklamasi
kemerdekaan.

Sejarah PPKI [ Proses Awal Pembentukan PPKI


]

Lembaga ini beranggotakan tokoh-tokoh Pergerakan Nasional yang


berasal dari Jawa dan luar Jawa. Anggota PPKI semula berjumlah
21 orang, kemudian Ir. Soekarno menambah 6 orang tanpa
sepengetahuan fihak Jepang. Hal ini menunjukkan bahwa PPKI
memiliki kemandirian dan tidak tergantung pada Jepang. Tujuan
dibentuk PPKI adalah untuk mempersiapkan segala sesuatu yang
diperlukan dalam menyongsong kemerdekaan.
Setelah PPKI merampungkan tugasnya, yaitu menyiapkan konsep
pembukaan UUD 1945 dan batang tubuh UUD 1945, kemudian
membubarkan diri dan mengusulkan dibentuknya PPKI (Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia) yang bertugas melaksanakan
kemerdekaan Indonesia dan mengambil langkah-langkah nyata
untuk membentuk suatu negara.
Sementara itu kedudukan Jepang dalam Perang Dunia II semakin
terdesak, sehingga komando Jepang di wilayah selatan mengadakan
rapat pada akhir bulan Juli 1945 di Singapura. Dalam pertemuan
tersebut disetujui bahwa kemerdekaan bagi Indonesia akan
diberikan pada tanggal 7 September 1945, setahun setelah
pernyataan Koiso.
Dalam bulan Agustus perubahan bertambah cepat, tanggal 7
Agustus Jenderal Terauchi menyetujui pembentukan Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (Dokuritsu Junbi Inkai) yang
bertanggung jawab melanjutkan pekerjaan BPUPKI dan
mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan karena akan
diadakannya pemindahan kekuasaan dari Jepang kepada bangsa
Indonesia.
Pada tanggal 9 Agustus 1945 Soekarno, Hatta, dan Radjiman
Wediodiningrat diundang ke Dalat, kira-kira 300 km sebelah utara
Saigon, tempat kedudukan Jenderal Terauchi, panglima seluruh
angkatan perang Jepang di Asia Tenggara.3) Tujuan pemanggilan
ketiga tokoh tersebut adalah untuk melantik secara simbolis Ir.
Soekarno sebagai ketua PPKI dan Drs. Moh. Hatta sebagai wakil
ketuanya. Acara pelantikan berlangsung pada tanggal 12 Agustus
1945 ketika mereka tiba di Dalat, didahului pidato singkat Terauchi
yang menyatakan bahwa pemerintah Jepang di Tokyo memutuskan
memberikan kemerdekaan kepada Indonesia.
Keesokan harinya Soekarno, Hatta, dan Radjiman kembali ke
Jakarta, tetapi sebelumnya singgah di Singapura satu malam.
Sesampainya di Jakarta disambut oleh rakyat. Saat itu Soekarno
mengucapkan pidato singkat sebagai berikut:
“Jika beberapa waktu yang lalu saya mengatakan bahwa akan
merdeka sebelum tanaman jagung berbuah, sekarang saya
katakan kepada kamu bahwa Indonesia akan merdeka sebelum
tanaman tersebut berbunga.”
Dengan demikian resmilah pembentukan PPKI dan sudah dapat
bekerja sejak tanggal 12 Agustus 1945. Mengenai anggotanya,
terdiri dari 21 orang yang merupakan wakil-wakil dari seluruh
kelompok masyarakat yang ada di tanah air, yaitu 12 dari Jawa, 3
dari Sumatera, 2 dari Sulawesi, 1 dari Kalimantan, 1 dari Nusa
Tenggara, 1 dari Maluku, dan 1 dari masyarakat Cina.

Pengurus dan Keanggotaan PPKI


1. Ketua : Ir. Soekarno
2. Wakil Ketua : Drs. Moh. Hatta
3. Penasehat : Mr. ahmad Soebarjo

Pada tanggal 9 Agustus Jendral Terauchi mengundang tiga orang


pemimpin Indonesia, yaitu a. Ir. Soekarno, b. Drs. Moh. Hatta, c.
Dr. Radjiman Widiodiningrat ke Dallat ( Saigon ). Tujuannya
adalah untuk mengetahui perkembangan lebih lanjut mengenai
sikap Jepang kepada rencana Kemerdekaan Indonesia.

Tugas PPKI
1. Mengesahkan Undang Undang Dasar
2. Memilih dan Mengangkat Ir.Soekarno sebagai Presiden dan
Drz.M.Hatta sebagai wakil Presiden
3. Membentuk Komite Nasional untuk membantu tugas Presiden
sebelum DPR dan MPR terbentuk.

 Tugas Utama PPKI


Tugas berdasarkan nama yaitu bertugas untuk Mempersiapkan
kemerdekaan Indonesia.

Anggota PPKI
Pada awalnya PPKI beranggotakan dan berjumlah 21
orang (12 orang dari Jawa, 3 orang dari Sumatra, 2 orang dari
Sulawesi, 1 orang dari Kalimantan, 1 orang dari Nusa Tenggara, 1
orang dari Maluku, 1 orang dari golongan Tionghoa). Susunan awal
anggota PPKI adalah sebagai berikut :

1. Soekarno (Ketua)
2. Moh. Hatta (Wakil Ketua)
3. Mr. Dr. Soepomo (Anggota)
4. KRT Radjiman Wedyodiningrat (Anggota)
5. P. Soeroso (Anggota)
6. Soetardjo Kartohadikoesoemo (Anggota)
7. Kiai Abdoel Wachid Hasjim (Anggota)
8. Ki Bagus Hadikusumo (Anggota)
9. Otto Iskandardinata (Anggota)
10. Abdoel Kadir (Anggota)
11. Pangeran Soerjohamidjojo (Anggota)
12. Pangeran Poerbojo (Anggota)
13. Mohammad Amir (Anggota)
14. Abdul Maghfar (Anggota)
15. Teuku Mohammad Hasan (Anggota)
16. GSSJ Ratulangi (Anggota)
17. Andi Pangerang (Anggota)
18. H. Hamidan (Anggota)
19. I Goesti Ketoet Poedja (Anggota)
20. Johannes Latuharhary (Anggota)
21. Yap Tjwan Bing (Anggota)

Selanjutnya tanpa sepengetahuan Jepang, keanggotaan


bertambah 6 yaitu :

1. Achmad Soebardjo (Penasehat)


2. Sajoeti Melik (Anggota)
3. Ki Hadjar Dewantara (Anggota)
4. A.A. Wiranatakoesoema (Anggota)
5. Kasman Singodimedjo (Anggota)
6. Iwa Koesoemasoemantri (Anggota)

Tujuan Pembentukan PPKI


1. melanjutkan tugas dari BPUPKI. Jadi mereka memiliki
tujuan utama yakni menyegerakan proklamasi kemerdekaan
2. dan juga melakukan tata negara beserta membuat
struktur kenegaraan.

Pertemuan dengan Marsekal Terauchi


Tanggal 9 Agustus 1945, sebagai pimpinan PPKI yang baru,
Soekarno, Hatta dan Radjiman Wedyodiningrat diundang ke Dalat
untuk bertemu Marsekal Terauchi.
Setelah pertemuan tersebut, PPKI tidak dapat bertugas karena para
pemuda mendesak agar proklamasi kemerdekaan tidak dilakukan
atas nama PPKI, yang dianggap merupakan alat buatan Jepang.
Bahkan rencana rapat 16 Agustus 1945 tidak dapat terlaksana
karena terjadi peristiwa Rengasdengklok.
Isi pembicaraan tiga tokoh Indonesia dengan Jendral Terauchi:

1. Pemerintah Jepang memutuskan untuk member


kemerdekaan kepada Indonesia segera setelah persiapan
kemerdekaan selesai dan berangsur-angsur dimulai dari pulau
Jawa kemudian kepulau-pulau lainnya.
2. Untuk pelaksaan kemerdekaan diserahkan kepada PPKI
dan telah disepakati tanggal 18 Agustus 1945.
3. Wilayah Indonesia akan meliputi seluruh bekas
wilayah Hindia-Belanda.

Peristiwa Rengasdengklok
Peristiwa Rengasdengklok adalah peristiwa dimulai dari
“penculikan” yang dilakukan oleh sejumlah pemuda (a.l. Adam
Malik dan Chaerul Saleh dari Menteng 31 terhadap Soekarno dan
Hatta. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 16 Agustus 1945 pukul
04.30. WIB, Soekarno dan Hatta dibawa ke
Rengasdengklok, Karawang, untuk kemudian didesak agar
mempercepat proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia,sampai
dengan terjadinya kesepakatan antara golongan tua yang diwakili
Soekarno dan Hatta serta Mr. Achmad Subardjo dengan golongan
muda tentang kapan proklamasi akan dilaksanakan.
Menghadapi desakan tersebut, Soekarno dan Hatta tetap tidak
berubah pendirian. Sementara itu di Jakarta, Chairul dan kawan-
kawan telah menyusun rencana untuk merebut kekuasaan. Tetapi
apa yang telah direncanakan tidak berhasil dijalankan karena tidak
semua anggota PETA mendukung rencana tersebut.
Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia rencananya akan
dibacakan Bung Karno dan Bung Hatta pada hari Kamis, 16 Agustus
1945 di Rengasdengklok, di rumah Djiaw Kie Siong. Naskah teks
proklamasi sudah ditulis di rumah itu. Bendera Merah Putih sudah
dikibarkan para pejuang Rengasdengklok pada Rabu tanggal 15
Agustus, karena mereka tahu esok harinya Indonesia akan
merdeka.
Karena tidak mendapat berita dari Jakarta, maka Jusuf Kunto
dikirim untuk berunding dengan pemuda-pemuda yang ada di
Jakarta. Namun sesampainya di Jakarta, Kunto hanya menemui
Mr. Achmad Soebardjo, kemudian Kunto dan Achmad Soebardjo ke
Rangasdengklok untuk menjemput Soekarno, Hatta, Fatmawati dan
Guntur.
Achmad Soebardjo mengundang Bung Karno dan Hatta berangkat
ke Jakarta untuk membacakan proklamasi di Jalan Pegangsaan
Timur 56. Pada tanggal 16 tengah malam rombongan tersebut
sampai di Jakarta.
Keesokan harinya, tepatnya tanggal 17 Agustus 1945 pernyataan
proklamasi dikumandangkan dengan teks proklamasi
Kemerdekaan Indonesia yang diketik oleh Sayuti Melik
menggunakan mesin ketik yang “dipinjam” (tepatnya sebetulnya
diambil) dari kantor Kepala Perwakilan Angkatan Laut Jerman,
Mayor (Laut) Dr. Hermann Kandeler.

Piagam Jakarta
Piagam Jakarta adalah hasil kompromi tentang dasar negara
Indonesia yang dirumuskan oleh Panitia Sembilan dan disetujui
pada tanggal 22 Juni 1945 antara pihak Islam dan kaum
kebangsaan (nasionalis). Panitia Sembilan merupakan panitia kecil
yang dibentuk oleh BPUPKI.
Di dalam Piagam Jakarta terdapat lima butir yang kelak menjadi
Pancasila dari lima butir, sebagai berikut:

1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi


pemeluk-pemeluknya
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Pada saat penyusunan UUD pada Sidang Kedua BPUPKI, Piagam


Jakarta dijadikan Muqaddimah (preambule). Selanjutnya pada
pengesahan UUD 45 18 Agustus 1945 oleh PPKI, istilah
Muqaddimah diubah menjadi Pembukaan UUD setelah butir
pertama diganti menjadi Ketuhanan Yang Maha Esa. Perubahan
butir pertama dilakukan oleh Drs. M. Hatta atas usul A.A. Maramis
setelah berkonsultasi dengan Teuku Muhammad Hassan, Kasman
Singodimedjo dan Ki Bagus Hadikusumo.
Naskah Piagam Jakarta ditulis dengan menggunakan ejaan
Republik dan ditandatangani oleh Ir. Soekarno, Mohammad Hatta,
A.A. Maramis, Abikoesno Tjokrosoejoso, Abdul Kahar Muzakir,
H.A. Salim, Achmad Subardjo, Wahid Hasjim, dan Muhammad
Yamin.

Memilih dan Mengangkat Presiden dan Wakil


Presiden
Pemilihan Presiden dan Wakil Presidan dilakukan dengan aklamasi
atas usul dari Otto Iskandardinata dan mengusulkan agar Ir.
Soekarno menjadi presiden dan Moh. Hatta sebagai wakil presiden.
Usul ini diterima oleh seluruh anggota PPKI.
Tugas Presiden sementara dibantu oleh Komite Nasional sebelum
dibentuknya MPR dan DPR.

SIDANG PPKI
Setelah diproklamirkan kemerdekaan RI, maka tahap selanjutnya
yang dilakukan oleh bangsa indonesia adalah memindahkan
kekuasaan dan membentuk peerintahan Indonesia. Pada tanggal 18
Agustus 1945, Panitia Persiapan Kemerdekaan indonesia (PPKI)
mengadakan rapat di Pajombon, yaitu gedung yang dipakai
sekarang Kantor Kementerian Kehakiman.
Sebelum rapat dimulai, Sukarna-hatta meminta Ki Bagus
Hadikusumo, KH Wahid Hasyim, MR.Kasman Singodimedjo, dan
Mr.Teuke Muhammad Hasan, untuk membahas rancangan
Undang-Undang Dasar yang telah dibuat pada tanggal 22 Juni 1945
oleh panitia sembilan (empat orang wakil golongan orang Islam
Yaitu H. Agus Salim, KH.Wahid Hasyim, Abikusno dan Abdoel
Kahar Muzakkar dan lima orang golongan dari kebangsaan yaitu
Sukarno, M.Hatta, Muh.Yamin, A.Maramis, dan Ahmad Subardjo).
Pembahasan yang dilakukan adalah mengenai kalimat “Ketuhanan
dengan menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”.
Pembahasan itu dilakukan agar tidak terjadi suatu polemik dalam
kehidupan rakyat Indonesia, karena selain Islam, rakyat Indonesia
meyakini beberapa agama.
Agar pembahasan cepat selesai, maka diadakan rapat pleno oleh
beberapa orang anggota perwakilan yang di pimpin oleh
Muh.Hatta. Rapat dilaksanakan selama 15 menit dan hasil yang
dicapai, yaitu sepakat menghilangkan kalimat “Dengan kewajiban
menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”, yang
dipandang akan menjadi rintangan persatuan dan kesatuan bangsa.
Setelah selesai membahas tentang bunyi pasal 1 tersebut,
dilanjutkan dengan pembahasan Rancangan Pembukaan dan
Undang-Undang Dasar yang telah disiapkan oleh Badan Penyidik
Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Dalam rapat
kedua ini, pembahasan dilakukan dalam tempo kurang dari 2 jam
dan disepakati berbarengan dengan Rancangan Pembukaan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia.
Setelah pembahasan permasalahan diatas, maka sidang di skors
untuk istrahat. Selanjutnya setelah sidang di skors beberapa jam, Ir
Sukarno mengumumkan 6 anggota baru dalam PPKI, mereka
adalah Wiranatakusumah, Ki Hajar Dewantara, Mr.Kasman, Sayuti
Melik, Mr Ima Kusumasumantri, dan Mr.Subardjo.
Hasil Sidang PPKI Ke 1
Tanggal 18 Agustus 1945
Berikut merupakan beberapa keputusan dan hasil sidang PPKI
pada tanggal 18 Agustus 1945 atau hasil sidang PPKI yang
pertama.

1. Mengesahkan UUD 1945

Hasil sidang PPKI pertama adalah mengesahkan undang-undang


dasar sebagai konstitusi negara.
Selain itu juga dilakukan revisi Piagam Jakarta dimana kalimat
‘Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi
pemeluk-pemeluknya’ diganti menjadi ‘Ketuhanan Yang Maha Esa’.

2. Mengangkat Soekarno sebagai Presiden dan Moh.


Hatta sebagai Wakil Presiden

Hasil sidang pertama PPKI berikutnya adalah memilih dan


mengangkat presiden serta wakil presiden Indonesia. Atas usulan
Otto Iskandardinata secara aklamasi, Ir. Soekarno terpilih sebagai
presiden Indonesia pertama didampingi oleh Drs. Mohammad
Hatta sebagai wakil presidennya.

3. Membentuk Komite Nasional

Sidang PPKI juga memutuskan pembentukan sebuah komite


nasional. Fungsi komite nasional ini adalah untuk sementara
membantu tugas tugas Presiden sebelum dibentuknya MPR dan
DPR.

Hasil Sidang PPKI Ke 2


Tanggal 19 Agustus 1945

1. Membentuk pemerintah daerah yang terdiri dari 8 provinsi


2. Membentuk komite nasional daerah
3. Membentuk 12 Kementerian dan 4 Menteri Negara
4. Membentuk Tentara Rakyat Indonesia
Hasil Sidang PPKI Ke 3
Tanggal 22 Agustus 1945

1. Menetapkan Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP)


2. Membentuk Partai Nasional Indonesia (PNI)
3. Membentuk Badan Keamanan Rakyat (BKR)

Kesimpulan
Secara simbolik PPKI dilantik oleh Jendral Terauchi dengan
mendatangkan Sukarno, Hatta dan Rajiman Wedyodiningrat ke
Saigon tanggal 9 Agustus 1945.
Hasilnya cepat lambat kemerdekaan bisa diberikan tergantung
kepada kerja PPKI. Terauchi menyampaikan keputusan bahwa
kemerdekaan Indonesia akan diberikan pada tanggal 24 Agustus
1945. Seluruh pelaksanaan kemerdekaan diserahkan seluruhnya
kepada PPKI.

Persamaan BPUPKI dan PPKI

  Sama-sama merupakan organisasi bentukan Jepang


 Dibentuk ketika kondisi Jepang semakin terpuruk.
 Dibentuk dalam rangka mewujudkan keinginan janji Koiso
 untuk memberikan kemerdekaan bagi negara Indonesia.
 Maksud sebenarnya Jepang membentuk keduanya hanya
untuk menarik simpati rakyat.

Saran-Saran

 Sebagai pelajar dan generasi muda, maka kita selayaknya


menjadikan momentum PPKI ini menjadi sebuah konsep
motivasi dalam menjelang kehidupan masa depan kita.
Agar tidak menyia-nyiakan kemerdekaan yang kita peroleh.
 Kita harus mengisi kemerdekaan dengan aktifitas yang
berkualitas dan bermutu, sehingga dapat memberi manfaat
kepada kehidupan dan kemajuan bangsa.

Materi diunduh dari: https://www.gurupendidikan.co.id/ppki/


Pada hari Minggu, 15 Maret 2020 pukul 13.59

Maklumat wakil presiden tanggal 16 Oktober 1945


Pada sidang PPKI yang pertama diputuskan pembentukan Komite Nasional Indonesia (KNI)
yang bertugas membantu presiden, kemudian dilengkapi lagi pada sidang tanggal 22 Agustus
1945 mengenai pembentukan Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) dan Komite Nasional
Indonesia Daerah (KNID). Kasman Singodimedjo ditunjuk sebagai ketua KNIP. Jumlah anggota
KNIP adalah 60 orang dari berbagai wilayah di Indonesia.

Pembentukan KNIP tidak memuaskan oleh beberapa anggota. Sutan Syahrir berhasil
mengumpulkan dukungan guna melakukan perubahan kedudukan KNIP. Maka dikeluarkanlah
maklumat wakil presiden tanggal 16 Oktober 1945, yang terkenal dengan nama Maklumat
Wakil Presiden no X. Isi Pokok Maklumat tersebut adalah:
1) KNIP sebelum terbentuk MPR/DPR diserahi kekuasaan legeslatif
2) KNIP ikut menetapkan GBHN
3) Segera dibentuk Badan Pekerja (BP-KNIP) untuk melaksanakan tugas sehari-hari

Sutan Syahrir ditunjuk sebagai ketua dari BP KNIP dan Amir Syarifudin sebagai wakilnya.

Maklumat tanggal 3 november 1945


Berdasarkan hasil sidang PPKI yang ke-III, maka di Indonesia dibentuk Partai Nasional
Indonesia (PNI). PNI menjadi partai tunggal di Indonesia. Hal ini menimbulkan penolakan dari
berbagai tokoh. Sebuah negara yang demokratis, tidak seharusnya hanya memiliki satu partai,
minimal paling tidak dua partai. Pembentukan PNI dengan berbagai wewenangnya dianggap
akan menimbulkan perpecahan dan bukan untuk memupuk persatuan seperti apa yang menjadi
tujuan awalnya. Maka pada tanggal 1 September 1945, PNI dibubarkan. Kemudian BP KNIP
mendesak pemerintah untuk memberikan kesempatan berdirinya partai-partai politik.

Pemerintah kemudian mengeluarkan maklumat 3 November 1945 yang isinya (1) pemerintah
menyukai timbulnya partai-partai politik, karena adanya parta-partai itulah dapat fipimpin ke jalan
yang teratur segala aliran paham yang ada dalam masyrakat, (2) pemerintah berharap supaya
partai-partai itu telah tersusun, sebelumnya dilakukan pemilihan anggota badan-badan
perwakilan rakyat pada bulan januari 1946.

Maka pasca dikeluarkannya maklumat tersebut, muncul berbagai partai politik di Indonesia.
Antara lain:
1. Majelis Syura Indonesia (Masyumi) yang dipimpin oleh Sukiman Wirsosanjoyo
2. Partai Komunis Indonesia (PKI) yang didirikan oleh Moh Jusuf
3. Partai Buruh Indonesia (PBI) yang dipimpin oleh Njono
4. Partai Rakyat Jelata dipimpin oleh Sutan Dewanis
5. Partai Kristen Indonesia (Parkindo) yang dipimpin oleh Probowinoto
6. Partai Sosialis Indonesia (PSI) yang dipimpin oleh Amir Syarifudin
7. Partai Rakyat Sosialis (PRS) yang dipimpin oleh Sutan Syahrir
8. Partai Katholik Republik Indonesia (PKRI) yang dipimpin oleh I.J Kasimo
9. Partai Rakyat Marhein Indonesia (Permai) yang dipimpin oleh J.B Assa
10. Partai Nasional Indonesia yang dipimpin oleh Sidik Djojosukarto

Maklmuat 14 November 1945


Maklumat ini berisi mengenai perubahan tata pemerintahan Indonesia, dari yang menganut
sistem pamerintahan presidensil berganti menjadi sistem pemerintahan parlementer.
Pemerintahan Presidensil dianggap sebagai pemerintahan yang otoriter dikarenakan kekuasaan
presiden yang tidak terbatas, pemerintahan parlementer dianggap sebagai pemerintahan yang
lebih demokratasi

Pemerintahan parlementer disini adalah adanya pembagian kekausaan antara kepala negara
dan kepala pemerintahan. Kepala negara Indonesia saat itu adalah presiden Soekarno.
Sedangkan untuk kepala pemerintahan dikepalai oleh seorang perdana menteri. Tanggung
jawab jalannya pemerintahan ditangan oleh perdana menteri. Presiden sebagai simbol
pemersatu bangsa. Kalau ada perdana menteri yang gagal menjalankan tugasnya, kemudian
presiden menunjuk tim formatur untuk membentuk pemerintahan yang baru.

Perdana menteri yang pernah menjabat selama perang kemerdekaan (1945-1949) antara lain:
Sutan Syahrir, Amir Syarifudin, dan Moh Hatta. Pemerintahan Syahrir berlangsung sejak
dikeluarkannya maklumat sampai ditandatanganinya Perundingan Linggarjati. Kabinet Syahrir
menjalankan politik diplomasi untuk menghadapi kedatangan NICA. Hal ini mendapatkan
tentangan dari kelompok radikal, salah satunya adalah organisasi Persatuan Perjuangan yang
dipimpin oleh Tan Malaka. Tan Malaka menginginkan kemerdekaan Indonesia 100% tanpa
syarat apapun. Konflik ini memunculkan peritiwa 3 Juli 1946 dengan menculik Sutan Syahrir.
Kemudian atas intruksi dari presiden, Sutan Syahrir dibebaskan.

Sutan Syarir kemudian menyerahkan mandate kepada Presiden. Kemudian dibentuk


pemerintahan yang kedua dibawah pimpinan perdana Menteri Amir Syarifudin. Gagalnya
perundingan Renville, membuat Amir Syarifudin harus mengembalikan mandat kepada presiden.
Amir Syarifudin yang kecewa terhadap perjanjian Renville, kemudian membentuk organisasi
Front Demokrasi Rakyat (FDR) yang nantinya bergabung dengan PKI pimpinan Musso
memberontak di Madiun (1948).

Selanjutnya presiden menunjuk Moh Hatta membentuk kabinet baru. Kabinet Hatta memiliki
tugas untuk mengupayakan penyelesaian konflik Indonesia-Belanda. Pada masa kabinet Hatta
inilah Indonesia mendapatkan pengakuan dari Belanda atas dasar Konferensi Meja Bundar (27
Desember 1949). Setelah itu dibentuk kabint baru dalam bentuk Republik Indonesia Serikat
(RIS) yang mana Hatta menjabat sebagai perdana menteri.

Materi diunduh dari: https://donipengalaman9.wordpress.com/2015/08/17/maklumat-maklumat-


awal-kemerdekaan/
TUGAS

1. Carilah informasi tentang materi Peristiwa pembentukan


pemerintahan pertama Republik Indonesia pada awal
kemerdekaan (Sidang PPKI Tanggal 18, 19 dan 22 Agustus 1945
dan Maklumat-maklumat Pemerintah pada tanggal 16 Oktober, 3
Nopember dan 14 Nopember 1945)

2. Analisis dan carilah maknanya bagi bangsa Indonesia hasil sidang


PPKI pada tanggal 18, 19 dan 22 Agustus 1945

3. Analisis dan carilah maknanya bagi bangsa Indonesia dari isi


Maklumat-maklumat Pemerintah pada tanggal 16 Oktober, 3
Nopember dan 14 Nopember 1945

4. Tuliskan hasil kesimpulan dalam bentuk tulisan dan dikirim


kembali via email sitisumarnah1@gmail.com

5. Hasil dalam bentuk tulisan dibuat minimal 3 halaman folio

Anda mungkin juga menyukai