Anda di halaman 1dari 11

SEKITAR PROKLAMASI DALAM

PERSFEKTIF SEJARAH

Oleh:
Drs. H. Hamzah, M. Pd

Disampaikan dalam memperingati HUT RI Ke 76


Tahun 2021
Dare Ajue, 16 Agustus 2021
SEKITAR PROKLAMASI DALAM PERSFEKTIF SEJARAH
Oleh : Drs. H. HAMZAH, M. Pd
Dare Ajue, 16 Agustus 2021
Disampaikan dalam rangka memperingati HUT RI ke 76 Tahun 2021

Tokoh Kunci Sekitar Proklamasi:

1. Hirohito (Kaisar Jepang)


2. Koiso (Kuniaki Koiso, PM Jepang uang memberikan janji kemerdekaan Indonesia)
3. Terauchi (Marsekal Terauchi Masatake, Panglima Angkatan Perang Jepang untukkawasan Asia
Tenggara)
4. Nishimura (Takuma Nishimura, seorang perwira tinggi Jepang yang berkedudukan di Jakarta)
5. Mayeda (Laksamana Muda Tadashi Maeda, perwira tinggi Jepang yang menjadi kepala penghubung
Angkatan Laut dan Angkatan Darat Jepang berkedudukan di Jakarta)
6. Miyoshi (Tentara penghubung sekaligus penterjemah Bahasa Jepang ke Indonesia maupun
sebaliknya)
7. Sukarno (Proklamator, presiden pertama 1945 – 1967)
8. Mohammad Hatta (Proklamator, Wakilmpresiden Indonesia pertama (1945 – 1956) Perdana Menteri
Indonesia dalam Kabinet Hatta I dan II antara 1950 – 1959)
9. Achmad Soebardjo (Mr. Raden Achmad Soebadjo Djojoadisurjo, Anggota PPKI, Menlu RI pertama)
10. Radjiman Widyodiningrat (Dr. Kanjeng Raden Tumenggung Radjiman Widyodiningrat, Ketua
BPUPKI)
11. Fatmawati (Istri ketiga Ir. Sukarno, penjahit bendera pusaka ibu dari Megawati Sukarnoputri)
12. Syahrir (Mr. Sutan Syahrir, Perdana Menteri pertama RI)
13. Sukarni (Sukarni Kartodiwirdjo, tokoh pemuda meraih gelar pahlawan nasional)
14. Wikana (Tokoh pemuda dari Menteng 31 bersama Chaerul Saleh, Sukarni menculik Sukarno-Hatta)
15. Sayuti Melik (Wartawan, pengetik naskah proklamasi)
16. BM. Diah (Wartawan, Pemred Harian Merdeka, menyimpan naskah proklamasintulisanntangan
Sukarno 1945 – 1992)
17. Latief Hendraningrat (RM. Abdul Latief Hendraningrat pengggerek bendera 17 Agustus 1945
bersama AR. Soehoed)

Sumber: http//arsipnasionalri/go/Id
Dasar pemikiran;

1. Setiap tahun kita memperingati HUT Kemerdekaan Indonesia, tetapi tidak sedikit diantara kita,

kurang memehami apa sebenarnya yang terjadi di sekitar proklamasi yang membuat kita harus

memperingatinya.

2. Pelaku-pelaku langsung peristiwa sekitar proklamasi sudah semua meninggal . Yang ditinggalkan

hanya jejak – jejak peristiwa. Menjadi tugas kami sebagai guru sejarah untuk merangkai jejak itu

menjadi rangkaian kata, kalimat demi kalimat dalam bentuk narasi, agar bisa sampai kepada kita

semua. Mudah-mudahan dapat menjadi sumbangan dari saya sebagai guru sejarah.

3. Kondisi objektif dewasa ini ada kecenderungan dan disinyalir melemahnya semangat nasionalisme.

Salah satu upaya untuk mempertebal semangat nasionalisme adalah pemahaman kita terhadap proses

lahirnya negara kesatuan Republik Indonesia sehinmgga tertanam

Metodologi yang digunakan:

Sumber:Metodologi penelitian sejarah: Noegoho Notosusanto, Penelitian Sejarah Kontemporer,


Yayasan Idayu, Jakarta, 1977)
1. Heuristik

2. Kritik

3. Interpretasi

4. Historiografi

- Janji Koiso yang disampaikan pada tanggal 7 September 1944 dalam sidang Istimewa TEIKOKU

GINKAI (Parlemen) di Tokyo, “Bahwa kekaisaran Jepang berjanji akan memberikan kemerdekaan bagi

bangsa Indonesia “ kelak dikemudian hari “ Mr. Ahmad Soebardjo, Lahirnya Republik Indonesia,

PT.Kinta, Jakarta, cetakan 1, 1972)


- Janji Koiso ini sebenarnya adalah bentuk respon terhadap perkembangan perang Asia Timur Raya/

Pasifik dimana posisi Jepang mulai tergeser

- Sebagai bukti bahwa Jepang sungguh-sungguh akan janjinya, maka pengawasan terhadap kaum

Pergerakan mulai diperlonggar.

- Selanjutnya sebagai bukti bahwa janji kemerdekaan itu adalah sungguh-sungguh, maka dibentuk

BPUPKI (Docuritso zoonbi chosakai) pada tanggal 1 Maret 1945. Lembaga ini bertujuan untuk mengkaji,

mendalami serta menyelidiki bentuk, dasar, sistem pemerintahan Indonesia merdeka atau dengan kata

lain mempersiapkan Indonesia merdeka, Apakah Indonesia memenuhi syarat menjadi sebuah negara

merdeka. Apakah syarat sebagai negara terpenuhi

Dimana wilayahnya ?

Siapa rakyatnya?

Pemerintahan yang berdaulat

Pengakuan negara lain

Sumber: Wawancara Moh. Hatta dengan Dr. Z. Yasni, Bung Hatta Menjawab, Gunung Agung,
Jakarta, 1978

Ketua BPUPKI adalah Dr. Raden Tumenggung Rajiman Widyodiningrat. Kepengurusan BPUPKI dilantik

tanggal 29 April 1945 dan dibubarkan tanggal 7 Agustus 1945, selanjutnya dibentuk PPKI.

Dalam sejarahnya BPUPKI dua kali bersidang:

SIDANG PERTAMA 29 Mei s.d. 1 Juni 1945

1. Mendengar pidato Prof. Dr. Muhammad Yamin 29 Mei 1945

2. Prof. Dr. Soepomo, 30 Mei 1945

3. Ir. Soekarno tanggal 1 Juni 1945.


Sekanjutnya untuk mematangkan hasil sidang PERTAMA dibentuk Panitia Sembilan dimana antara lain

beranggotakan Soekarno sebagai Ketua, Mohammad Hatta sebagai Wakil Ketua, Ahmad Soebandjo

sebagai anggota (Enam orang lain silahkan dicari sendiri)

SIDANG KEDUA (Panitia Sembilan)

Dalam sidang kedua 22 Juni 1945 membahas:

1. Rancangan UUD

2. Bentuk negara

3. Pernyataan Indonesia Merdeka

4. Wilayah Negara

5. Kewarganegaraan

Tanggal 6 Agustus 1945 Amerika Serikat menjatuhkan bom atom di Hirosima dan 9 Agustus 1945

Nagasaki juga dijatuhi bom atom. Tanggal 12 Agustus 1945 Rusia menyatakan perang terhadap

Jepang.

Tanggal 9 Agustus Agustus 1945 Panglima Markas Besar Tentara Jepang untuk wilayah Asia Tenggara

Marsekal Terauchi mengundang Soekarno, Hatta, Radjiman Widiodiningrat ke Dalat (Saigon) Vietnam.

Inti pertemuan di Dalat membahas kemerdekaan Indonesia, Rombongan Soekarno bermalam di

Singapura 10 Agustus 1945 dan tiba di Saigon 11 Agustus 1945. Pertemuan di Dalat berlangsung 12

Agustus 1945. Dalam pertemuan ini disampaikan bahwa pemerintah Jepang di Tokyo memutuskan

untuk memberi kemerdekaan kepada seluruh daerah bekas wilayah Hindia Belanda tidak termasuk

Malaya serta bekas jajahan Inggris di Kalimantan. Dalam sesi istrahat, Sukarno bertanya kepada

Terauchi, “Kapan kira - kira saya bisa laksanakan proklamasi? Atas pertanyaan ini Terauchi menjawab,

“Terserah saudara, lebih cepat lebih baik. Apa bisa tanggal 25 Agustus 1945 dijawab Terauchi 24

Agustus juga bisa.

Soekarno, Hatta, Radjiman selanjutnya Kembali ke Indonesia 13 Agustus 1945


Setelah BPUPKI bubar tgl 7-8-1945, badan ini berubah menjadi PPKI, Tujuannya :

1. Melanjutkan tugas-tugas BPUPKI menggerakkan persiapan Indonesia merdeka

2. Membahas hal-hal praktis yang berhubungan Indonesia merdeka

13 Agustus 1945 meninggalkan Saigon dan sampai di Singapura menjelang petang hari bermalam

satu malam.

Sumber: Mohammad Hatta, Indonesia Merdeka, Bulan Bintang, Jakarta, 1976

14 Agustus 1945 Rombongan meninggalkan Singapura menuju Jakarta. Kira-kira pukul 11.00 tiba di

Kemayoran. Mereka disambut oleh pembesar-pembesar Jepang, anggota PPKI dan rakyat yang

meneriakkan Indonesia merdeka. Mereka meminta Sukarno menyampaikan sepata kata. Soekarno

memberikan pidato dan diantara kata-katanya yang terkenal “Kalau dulu saya berkata Indonesia

merdeka sebelum jagung berbuah, sekarang saya berani katakan Indonesia merdeka sebelum

jagung berbunga”. Kira-kira pukul 14.00 setelah Hatta tiba dirumah, Syahrir sudah menunggu dan

bertanya tentang masalah kemerdekaan, Hatta berkata bahwa kemerdekaan Indonesia sudah

diserahkan kepada PPKI, Jepang sudah mengetahui kemerdekaan Indonesia. Syahrir menjawab

bahwa Jepang sudah menyerah dari Sekutu, karena itu sebaiknya kemerdekaan Indonesia tidak

melalui PPKI sebab itu buatan Jepang, Sekutu akan menganggap bahwa kemerdekaan Indonesia

buatan Jepang sebaiknya Bung Karno saja yang menyampaikan lewat corong radio. Hanya saja

Hatta Sangsi apakah Soekarno bersedia. Oleh Karena Itu, Hatta mengajak Syahrir secara bersama -

sama menemui Soekarno. Setelah Syahrir menyampaikan maksud kedatangannya, Soekarno

kurang begitu yakin apa yang disampaikan Syahrir dan akan mengecek dulu kepada pembesar-

pembesar Jepang. Soekarno menolak memproklamasikan kemerdekaan terlepas dari PPKI karena

bagaiman tanggapan anggota PPKI yang lain bahwa Soekarno meninggalkan PPKI dan berbuat

sendiri. Dengan demikian impian Syahrir kandas


15 Agustus 1945 Soekarno Bersama Hatta datang ke Guensekanbu disertai Mr.Soebardjo, tetapi

kantor kosong kecuali ada seorang opsir yang menjaga dan menyampaikan bahwa semua pejabat

berkumpul di markas besar tentara Jepang. Ini pemandangan luar biasa. Hatta menduga apa yang

disampaikan Syahrir benar. Lalu Soebardjo mengusulkan sebaiknya mereka bertiga bertanya kepada

Mayeda. Mereka bertiga ke rumah Mayeda dan Soekarno bertanya apa desas desus dalam

masyarakat bahwa Jepang sudah minta damai kepada sekutu benar? Mayeda tidak langsung

menjawab, setelah berdiam sejenak, Mayeda berkata berita itu disiarkan oleh Sekutu tetapi kami

belum mendapat konfirmaasi dari Tokyo, Instruksi dari Tokyo menjadi pegangan kami. Soekarno,

Hatta, Soebardjo yakin bahwa Jepang sungguh-sungguh telah kalah, karena itu Hatta usulkan

kepada Bung Karno supaya besok 16 Agustus 1945 PPKI mengadakan rapat. Hatta minta supaya

soebardjo menyampaikan semua anggota PPKI yang menginap di hotel Des Indes supaya berkumpul

di Pejambon pukul 10.00. Lalu mereka bertiga pelang ke rumah masing-masing. Sore harinya datang

dua orang pemuda, yaitu Subadyo Sastrosatomo dan Subianto ke rumah Hatta, Dua pemuda ini

menyampaikan bahwa Jepang sudah menyerah kepada Sekutu dan meminta supaya disampaikan

kepada Soekarno agar bersedia atas nama pemimpin rakyat mengumumkan lewat radio tentang

kemerdekaan Indonesia. Hatta menyampaikan bahwa dengan perantaraan Terauchi di Dalat,

Jepang sudah mengakui kemerdekaan Indonesia yang pelaksanaannya diserahkan kepada PPKI.

Rapat PPKI akan dilaksanakan besok pukul 10 pagi di Pejambon. Kedua pemuda tersebut berkata

“Itu harus dihalangi”. Terjadi perdebatan antara Hatta dengan Soebadyo dan Subianto. Mereka

sama-sama mempertahankan pendapat masing-masing. Karena tidak ada kesepakatan, lalu dua

pemuda ini pergi sambil menggerutuh, bilang Hatta tidak bisa diharapkan kalau mau revolusi. Kira-

kira pukul 21.30 datang Mr. Soebardjo ke rumah Hatta menyampaikan bahwa dia diminta

sekelompok pemuda yang minta supaya malam itu juga diumumkan kemerdekaan melalui corong

radio. Hatta mengajak keduanya ke rumah Bung Karno. Keduanya berangkat ke rumah Bung Karno

dan menyampaikan terjadinya perdebatan antara kelompok pemuda yang dipimpin Wikana

dengan Bung Karno. Wikana berkata bahwa malam ini juga paling lambat pukul 24.00 sudah harus
ada proklamasi. Kalau tidak, akan terjadi pembunuhan dan pertumpahan darah tidak bisa dielakkan.

Mendengar itu Bung Karno marah dan berkata kepada Wikana “Ini Leherku seret saya kesana,

sudahilah saya malam ini juga tidak usah tunggu besok”. Mendengar itu Wikana terperanjat dan

berkata, yang saya maksud bukan

Bung karno tetapi orang-orang yang diduga oleh rakyat pro Belanda seperti orang-orang Ambon dan

lain-lain. Karena suasanya panas, maka perdebatan dihentikan, Hatta mengajak Bung Karno dan Mr.

Soebardjo untuk berunding menentukan sikap. Diputuskan bahwa kalau pemuda dan kawan-kawan

tetap pada pendirian, silahkan cari pemimpin lain, saya bertiga mendukung dari belakang, Silahkan

laksanakan revolusi. Perundingan jadi macet dan bubar.

Tanggal 16 Agustus 1945 pukul 04.00 pagi, Hatta bangun untuk sahur, Soekarni sudah ada di ruang

tengah, dan berkata, karena tadi malam Bung Karno menolak memproklamasikan kemerdekaan,

maka kami pemuda akan bertindak sendiri. Nanti pukul 12.00 siang, 15.000 orang rakyat akan

menyerbu ke kota dan bersama mahasiswa dan PETA akan melucuti Jepang. Bung Karno dan Bung

Hatta kami bawa ke Rengasdengklok untuk meneruskan pemerintahan disana. Hatta mencoba

meyakinkan Soekarno bahwa apa yang dilakukan mereka itu sia-sia. Meskipun Jepang sudah kalah

tetapi tentaranya di Jawa masih utuh, bagaimana nasib rapat PPKI yang merencanakan rapat pukul

10.00. Apakah akan rapat tanpa pemimpin, Akhirnya Hatta menuruti kemauan Soekarni. Mereka

bersama sama menuju rumah Bung Karno. Bung Karno yang diikuti oleh ibu Fatmawati dan Guntur

yang baru berumur 9 bulan ikut serta. Setibanya di persimpangan jalan di Karawang, mereka

dipindahkan dari mobil sedan ke mobil pickup. Maksudnya supaya sopir mobil sedan tidak

mengetahui kemana kedua pemimpin ini dibawa. Sampai di Rengasdengklok, Bung karno, Bung

Hatta, ibu Fatmawati pindah dari satu tempat ke tempat lain. Mereka dipertemukan dengan camat

Rengasdengklok. Camat Rengasdengklok bertanya ke Bung Karno, lho bapak ada juga di sini. Bung

Karno menjawab bahwa kami ditawan pemuda yang mau revolusi. Bersama camat Rengasdengklok

ditempatkan pada sebuah rumah milik orang Tionghoa. Dua jam di Rengasdengklok, tidak ada
tanda-tanda bahwa akan terjadi revolusi. Kegiatan mereka hanya bergantian memangku Guntur

kecil yang terus rewel karena lapar. Susu kaleng yang dibawa dari Jakarta tertinggal di mobil sedan

yang membawanya dari Jakarta sampai Karawang. Kira-kira pukul 12.00 Hatta minta pada pengawal

yang penjaga supaya Soekarni datang menemuinya. Soekarni datang, lalu Hatta bertanya

“Bagaimana revolusi yang anda bilang, apa sudah terjadi, apa 15.000 rakyat sudah masuk Jakarta,

apa tentara Jepang sudah dilucuti senjatanya. Untuk menjawab pertanyaan Hatta, Soekarni

berusaha menelpon Jakarta tetapi tidak bisa nyambung.

Kira-kira pukul 18.00 datang Mr. Soebardjo dari Jakarta. Soebardjo mengatakan, di Jakarta tidak

terjadi apa-apa, lalu mengatakan kepada Soekarni bahwa apa penyebab seokarno – Hatta dibawa

ke sini , padahal di Jakarta banyak pekerjaan yang harus diselesaikan. Lalu Hatta bertanya, apakah

PPKI jadi rapat. Soebardjo menjawab, bagaimana mau rapat anda sebagai wakil ketua dan Soekarno

sebagai ketua tidak ada. Hatta menjawab untuk saya lebih baik tinggal dulu disini. Lalu Fatmawati

protes bagaimana dengan Guntur yang terus menangis karena lapar. Akhirnya mereka semua

kembali ke Jakarta. Tiba di Jakarta pukul 20.00 dan Hatta terus berusaha melanjutkan rapat PPKI

yang tertunda.

Setelah sampai di Jakarta, Hatta meminta kepada Mr. Soebardjo untuk menelpon hotel Des Indes,

berharap supaya rapat PPKI dilaksanakan malam ini juga, tetapi pihak hotel Des Indes menjawab

bahwa ada aturan lewat pukul 22.00 tidak boleh ada kegiatan. Berhubung tidak mungkin rapat di

hotel Des Indes, maka Hatta meminta kepada Mr. Soebardjo untuk menghubungi Laksamana

MudaTadashi Maeda, apakah rumahnya bisa dijadikan tempat rapat bagi anggota PPKI. Maeda

berkenan meminjamkan rumahnya dijadikan tempat rapat PPKI.

Sebelum bersama-sama ke rumah Maeda, tiba-tiba telepon di rumah Hatta berdering, yang

menelpon adalah Miyoshi seorang tentara penghubung sekaligus bertindak selaku penterjemah.

Miyoshi minta agar Sukarno dan Hatta bertemu Tuan Nishimura panglima Angkatan darat wilayah

Jawa. Sukarno, Hatta ditemani Miyoshi menemui Nishimura. Dalam pertemuan itu Nishimura
menyampaikan bahwa tadi kira-kira jam 10 pagi ada perintah dari Tokyo yang menyampaikan

bahwa Jepang sudah menyatakan kalah dari Sekutu sejak 14 Agustus 1945. Perintah dari Sekutu,

bahwa tidak boleh terjadi perubahan status quo sejak pukul 12. 00 siang 16 Agustus 1945. Sukarno,

Hatta, Soebardjo terus meyakinkan Nishimura bahwa kemerdekaan Indonesia sudah diakui oleh

Jepang sejak 12 Agustus 1945, berdasarkan pernyataan Terauchi. Berhubung tidak ada

kesepakatan, maka terpaksa Sukarno, Hatta, Soebardjo meninggalkan rumah Nishimura dan

memutuskan tetap melanjutkan rapat PPKI di rumah Maeda.

Pukul 24.00, Sukarno, Hatta, Soebardo, disaksikan oleh Soekarni dan Sayuti Melik berkumpul di

ruang tamu rumah Maeda. Mereka hendak merumuskan pernyataan Indonesia merdeka. Sukarno

bertanya, apakah diantara mereka ada yang menghapal naskah pernyataan Indonesia merdeka

sebagaimana yang pernah dirumuskan oleh panitia Sembilan. Diantara mereka tidak satupun yang

hapal, karena itu Sukarno meminta Hatta untuk merumuskan naskah proklamasi dan Sukarno

menuliskan.

Proklamasi

Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia. Hal-hal yang mengenai

pemindahan kekuasaan dan lain-lain diselenggarakan dengan cara saksama dan dalam tempo yang

sesingkat-singkatnya.

Atas nama bangsa Indonesia

Sukarno – Hatta

Rumusan naskah proklamasi, tulisan tangan Sukarno selanjutnya diketik oleh Sayuti Melik. Ketikan

dari Sayuti Melik dan ditandatangani oleh Sukarno Hatta itulah yang dsebut naskah proklamasi yang

sah dan asli. Naskah proklamasi tuilsan tangan Sukarno ditinggal begitu saja oleh Sayuti Melik dan

diambil oleh BM. Diah dan disimpan dalam waktu yang cukup lama. Tahun 1992 barulah BM. Diah

menyerahkan kepada negara untuk disimpan di Gedung arsip nasional.


Selanjutnya naskah proklamasi dibacakan oleh Sukarno didampingi Hatta, di rumah Sukarno, jalan,

Pengansaan Timur nomor 56 Jakarta tepat pukul 10.00 pagi WIB. Dengan demikian resmi Indonesia

merdeka.

Sumber:

1. Mohammad Hatta, Sekitar Proklamasi, Tinta Mas, Jakarta, 1982


2. Yayasan Idayu, Bung Karno Sebuah Bibliografi, Inti Idayu Press, Jakarta, 1979
3. Solihim Salam, Bung Hatta Profil Seorang Demokrat, Gunung Muria, Jakarta, 1982
4. Aboe Bakar Loebis, Kilas Balik Revolusi, Kenangan, Pelaku dan Saksi, UI Press, Jakarta, 1995
5. BM. Diah, Meluruskan Sejarah, PT. Merdeka Sarana Utama, Jakarta, 1987

Anda mungkin juga menyukai