EFULSI PLEURA
DISUSUN OLEH :
NIM : PO.62.20.1.17.339
TAHUN 2019
A. Konsep Dasar Efulsi Pleura
a. Pengertian
Efusi pleura adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak
diantara permukaan viceralis dan parietalis. Proses penyakit primer jarang terjadi
tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain (Amin Huda,
2015)
Efusi pleura adalah kondisi dimana udara atau cairan berkumpul dirongga
pleura yang dapat menyebabkan paru kolaps sebagian atau seluruhnya
(Muralitharan, 2015)
Efusi pleura merupakan penumpukan cairan dalam ruang pleura yang terletak
diantara permukaan visceral dan pariental, proses penyakit primer jarang terjadi
tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain (Nurarif &
Kusuma, 2016, hal. 185).
Jadi, efusi pleura merupakan penumpukan cairan yang abnormal pada rongga
pleura yang di akibatkan karena peningkatan atau penurunan produksi cairan,
pengeluaran cairan, atau keduanya.
b. Patofisologi
Efusi pleura merupakan akumulasi cairan yang disebabkan akibat peningkatan
kecepatan produksi cairan ataupun sebaliknya dan bisa juga keduanya. efusi pleura
juga merupakan suatu gejala komplikasi dari penyakit yang menyebabkan
penumpukan cairan itu sendiri di pleura.
Efusi dapet terjadi karena transudat dan eksudat. efusi pleura transudatif
adalah ultrafiltrasi plasma, yang menandakan bahwa membran pleura tidak terkena
penyakit. akumulasi cairan ini disebabkan oleh faktor sistemik yang mempengaruhi
produksi dan absorbsi cairan pleura. penyebab tersering efusi pleura transudat
adalah gagal jantungkongestif, peningkatan tekanan vena pusat berpengaruh
menyebabkan efusi pleura. Penyebab lainnya yaitu ateleksis, yang menyebabkan
akumulasi cairan pleura karena penurunan tekanan pleura. Efusi pleura eksudatif
terjadi karena kebocoran cairan melewati pembuluh kapiler yang rusak dan masuk
kedalam paru yang dilapisi pleura tersebut atau kedalam paru terdekat. cairan
dengan kandungan protein tinggi bocor melewati kapiler yang rusak.
Efusi pleura eksudatif juga dapat disebabkan oleh akumulasi cairan di
mediastinum, retroperitoneum, dan cairan tersebut dapat mengalir keruang rongga
pleura yang bertekanan rendah. efusi pleura eksudatif memiliki satu dari kriteria
seperti, rasio cairan pleura dengan protein serum lebih dari 0,5, rasio cairan pleura
dengan dehidrogenase laktat (LDH) lebih dari 0,6, LDH cairan pleura dua pertiga
atas batas normal LDH serum. pnumonia dalah penyebab tersering efusi pleura
eksudatif, selain itu penyakit metastasis juga menjdi penyebabnya. selain eksudat
dan transudat efusi pleura juga dapat disebabkan oleh infeksi yang menyebakan
peradangan pada pleura dan lebih sulit untuk diketahuinya.(Morton etall, 2013, hal.
727-728)
c. Etiologi
Efusi pleura adalah akumulasi cairan pleura akibat peningkatan kecepatan produksi
cairan, penurunan kecepatan pengeluaran cairan atau keduanya, ini disebabkan
oleh satu dari lima makanisme berikut:
Infeksi (eksudat)
1. Tuberculosis
2. Pneumonitis
3. Abses paru
4. Perforasi esophagus
5. Abses subfrenik
Noninfeksi (transudat)
1. Karsinoma paru
2. Karsinoma pleura: primer, sekunder
3. Karsinoma mediastinum
4. Tumor ovarium
5. Bendungan jantung: gagal jantung, perikarditis konstriktiva
6. Gagal hati
7. Gagal jantung
8. Hipotiroidisme
9. Kilotoraks
10. Emboli paru
d. Tanda dan gejala
e. Pemeriksaan Penunjang
1. Rontgen dada
Rontgen dada biasanya merupakan langkah pertama yang dilakukan untuk
mendiagnosis efusi pleura, yang hasilnya menunjukkan adanya cairan.
2. CT-Scan dada
CT scan dengan jelas menggambarkan paru-paru dan cairan dan bisa
menunjukkan adanya pneumonia, abses paru atau tumor
3. USG dada
USG bisa membantu menentukan lokasi dari pengumpulan cairan yang
jumlahnya sedikit, sehingga bisa dilakukan pengeluaran cairan.
4. Torakosentesis
Penyebab dan jenis dari efusi pleura biasanya dapat diketahui dengan
melakukan pemeriksaan terhadap contoh cairan yang diperoleh melalui
torakosentesis (pengambilan cairan melalui sebuah jarum yang dimasukkan
diantara sela iga ke dalam rongga dada dibawah pengaruh pembiusan lokal).
5. Biopsi
Jika dengan torakosentesis tidak dapat ditentukan penyebabnya, maka
dilakukan biopsi, dimana contoh lapisan pleura sebelah luar diambil untuk
dianalisa. Pada sekitar 20% penderita, meskipun telah dilakukan pemeriksaan
menyeluruh, penyebab dari efusi pleura tetap tidak dapat ditentukan.
6. Bronkoskopi
Bronkoskopi kadang dilakukan untuk membantu menemukan sumber cairan
yang terkumpul.
f. Penatalaksanaan Medis
1. Irigasi cairan garam fisiologis atau larutan antiseptik (Betadine).
2. Pleurodesis, untuk mencegah terjadinya lagi efusi pleura setelah aspirasi.
3. Drainase cairan (Water Seal Drainage) jika efusi menimbulkan gejala
subyektif seperti nyeri, dispnea, dll. Cairan efusi sebanyak 1 – 1,2 liter perlu
dikeluarkan segera untuk mencegah meningkatnya edema paru, jika jumlah
cairan efusi lebih banyak maka pengeluaran cairan berikutya baru dapat
dilakukan 1 jam kemudian.
4. Antibiotika jika terdapat empiema
5. Operatif
b. Diagnosa keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d menurunnya ekspansi paru sekunder
terhadap penumpukan cairan dalam rongga pleura.
2. Gangguan pola tidur dan istirahat b.d batuk yang menetap dan sesak nafas serta
perubahan suasana lingkungan
3. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
peningkatan metabolisme tubuh, pencernaan nafsu makan akibat sesak nafas
sekunder terhadap penekanan struktur abdomen
c. Intervensi Keperawaatan
a. Ketidakefektifan pola pernafasan berhubungan dengan menurunnya ekspansi
paru sekunder terhadap penumpukan cairan dalam rongga pleura.
Tujuan : Pasien mampu mempertahankan fungsi paru secara normal
Kriteria hasil :
Irama, frekuensi dan kedalaman pernafasan dalam batas normal, pada
pemeriksaan sinar X dada tidak ditemukan adanya akumulasi cairan, bunyi
nafas terdengar jelas.
Rencana tindakan :
Mutaqin, A. (2012). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.
Nurarif, & Kusuma. (2015). Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda
NIC NOC. Jogjakarta: Media Action.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2016). Asuhan Keperawatan Praktis Jilid 1 Asuhan
Keperawatan Praktis Berdasarkan Penerapan Diagnosa Nanda, NIC, NOC dalam Berbagai
Kasus. Jogjakarta: Media Action.
Wilkinson, Ahern, Judith, M., & Nancy, R. (2013). Buku Saku Diagnosa Keperawatan:
Diagnosis Nanda,Intervensi NIC,kriteria hasil NOC. Jakarta: EGC.