Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Adanya kecenderungan sekolah – sekolah membentuk kelas –
kelas unggulan atas dasar prestasi akademik dewasa ini patut dikaji ulang.
Apakah kecenderungan itu didasari atas pertimbangan yang sejalan dengan
tujuan pendidikan kita atau karena pertimbangan lain sesuia permintaan
pasar yang bersifat sesaat? Persoalan lain yang menunjukkan aspek
kompetitif dan individualistik dalam pendidikan kita adalah model
pembelajaran langsung (model pembelajaran konvensional). Pada
pembelajaran konvensional, guru menjadi pusat pembelajaran, berperan
mentransfer dan meneruskan informasi sehingga siswa tidak perlu
mengkonstruksi ide – idenya.
Dalam hal ini, guru perlu menyusun dan melaksanakan kegiatan
belajar mengajar dimana siswa dapat aktif membangun pengetahuannya
sendiri. Model pembelajaran memiliki andil yang cukup besar dalam
kegiatan belajar mengajar. Kemampuan menangkap pelajaran oleh siswa
dapat dipengaruhi dari pemilihan model pembelajaran yang tepat, sehingga
tujuan pembelajaran yang ditetapkan akan tercapai.
Wagitan (2006) menyimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif
dapat menjadi salah satu alternatif karena banyak pendapat yang
menyatakan bahwa pembelajaran aktif termasuk kooperatif mampu
meningkatkan efektivitas pembelajaran. Pembelajaran kooperatif memiliki
manfaat atau kelebihan yang sangat besar dalam memberikan kesempatan
kepada siswa untuk lebih mengembangkan kemampuannya. Hal ini
dikarenakan dalam kegiatan pembelajaran kooperatif, siswa dituntu untuk
aktif dalam belajar melalui kegiatan kerjasama dalam kelompok.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud metode pembelajaran kooperatif?
2. Bagaimana teori pembelajaran kooperatif?
3. Apa saja tujuan dan unsure – unsure pembelajaran kooperatif?

1
4. Apa saja model – model pembelajaran kooperatif?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud metode pembelajaran kooperatif
2. Untuk mengetahui bagaimana teori pembelajaran kooperatif
3. Untuk mengetahui apa saja tujuan dan unsure – unsure pembelajaran
kooperatif
4. Untuk mengetahui apa saja metode - metode pembelajaran kooperatif

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF


Istilah cooperative sering dimaknai dengan acting together with a
common purpose (tindakan bersama dengan tujuan bersama) (Sally
Wehmeier, 200). Istilah ini mengandung pengertian bekerja sama dalam
mencapai tujuan bersama (Etin Solihatin, 2007). Hal ini senada dengan apa
yang dikatakan oleh Basyirudin Usman, yang mendefinisikan istilah
cooperativesebagai belajar kelompok atau bekerja sama ( M Basyirudin
Usman, 2002). Sementara itu, Burton sebagaimana dikutip oleh Nasution,
mendefiniskan kooperatif atau bekerjasama adalah cara individu
mengadakan relasi dan bekerjasama dengan individu lain untuk mencapai
tujuan bersama (S Nasution, 2000).
Istilah learning sering dimaknai dengan the process through which
experience causes permanent change in knowledge and behavior, yakni
suatu proses melalui pengalaman yang menyebabkan perubahan permanen
dalam pengetahuan dan perilaku (Anita E Woofolk, 1996). Dalam definisi
lain istilah learning adalah modification of behavior through experience
and training, yakni pembentukan perilaku melalui pengalaman dan
latihan. Dalam hal ini learning sebagai kegiatan memperoleh pengetahuan,
perilaku dan keterampilan dengan cara mengolah bahan ajar (Syaiful,
2003). Dalam beberapa pemahaman dan definisi tersebut diatas, dapat
diketahui dan ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran kooperatif atau
cooperative learning adalah usaha (pembelajaran) yang mengubah
perilaku atau mendapatkan pengetahuan dan keterampilan secara
bergotong royong, berkelompok, atau kerjasama.1
David dan Roger Johnson mendefinisikan a teaching strategy in
which small teams, each with students of different levels of ability, use a
variety of learning activities to improve their understanding of a subject

1
Mashudi dkk,Desain Model Pembelajaran Inovatif Berbasis Konstruktivisme,STAIN
Tulungagung Press,Tulungagung,2013 ,hlm 82.

3
(David and Roger Johnson, 2001). Yakni suatu strategi pembelajaran
dalam bentuk kelompok – kelompok kecil, dimana setiap siswa (peserta
didik) memiliki tingkat kemampuan berbeda, dengan menggunakan
berbagai macam aktifitas untuk meningkatkan pemahaman terhadap
materi.
Dalam pengertian yang lain, cooperative learning sebagai suatu
strategi pembelajaran yang menekankan aktivitas kolaboratif siswa dalam
belajar yang berbentuk kelompok kecil, untuk mencapai tujuan yang sama
dengan menggunakan berbagai macam aktifitas belajar guna
meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami materi pelajaran dan
memecahkan masalah secara kolektif (A. Gojwan, 2002).
Setiap kelompok kecil tersebut, menurut Slavin (1983), belajar
secara kolaboratif yang anggotanya terdiri atas empat sampai dengan enam
orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. Setiap anggota
kelompok bukan hanya belajar materi apa yang diajarkan tetapi juga
membantu anggota yang lain untuk belajar. Strategi pembelajaran ini
menganut prinsip saling ketergantungan positif (positive interdependence),
tanggung jawab perseorangan (individual accountability), tatap muka (face
to face interaction), keterampilan social (social skill) dan proses kelompok
(group processing) (David dan Roger Johnson, 1999).
Pada dasarnya, pembelajaran kelompok (cooperative learning) ini
mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku kerjasama dalam
bekerja atau membantu diantara sesama dalam struktur kerjasama yang
teratur dalam kelompok, yang terdiri atas dua orang atau lebih. Dimana
keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan setiap anggota
kelompok itu sendiri.2
Pembelajaran kooperatif (cooperative learning)ini lebih dari
sekedar belajar kelompok, karena pembelajaran ini harus ada struktur
dorongan dan tugas yang bersifat kooperatif sehingga memungkinkan
terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan – hubungan yang bersifat

2
Ibid,hlm 83.

4
interdependensi yang efektif diantara anggota kelompok (Etin Solihatin,
2007).
Inti pembelajaran kooperatif ini adalah konsep synergy, yakni
energy atau tenaga yang terhimpun melalui kerjasama sebagai salah satu
fenomena kehidupan masyarakat (Syaeful, 2003). Strategi pembelajaran
seperti ini penerapannya beranjak dari konsep Dewey yang dikutip oleh
Yurnetti bahwaclassroom should mirror the large society and be a
laboratory for real life learning (Yurnetti, 2002), bahwa kelas seharusnya
mencerminkan keadaan masyarakat luas dan menjadi laboratorium untuk
belajar kehidupan nyata.3
Jadi strategi pembelajaran kooperatif (SPK) dirancang untuk
memanfaatkan fenomena kerjasama / gotong raying dalam pembelajaran
yang menekankan terbentuknya hubungan antara siswa yang satu dengan
yang lainnya, terbentuknya sikap dan perilaku yang demokratis serta
tumbuhnya produktivitas kegiatan belajar siswa.

B. TEORI PEMBELAJARAN KOOPERATIF


Alvin 1995 menyatakan terdapat dua aspek penting yang
mendasari keberhasilan cooperative learning yaitu teori motivasi dan teori
kognitif.
1. Teori motivasi
Aspek motivasi pada dasarnya adalah dalam konteks pemberian
penghargaan kepada kelompok. Adanya tujuan kelompok (tujuan
bersama) mampu menciptakan situasi di mana cara bagi setiap
anggota kelompok untuk mencapai tujuannya sendiri adalah dengan
mengupayakan agar tujuan kelompoknya tercapai terlebih dahulu.4
2. Teori kognitif
Asumsi dasar teori teori perkembangan kognitif adalah bahwa
interaksi antar siswa di sekitar tugas-tugas yang sesuai akan
meningkatkan ketuntasan mereka tentang konsep-konsep penting.

3
Ibid,hlm 85.
4
Ibid,hlm 86.

5
Vygotsky mendefinisikan Zone of proximal development sebagai suatu
selisih atau jarak antara tingkat perkembangan potensial yang
ditentukan oleh pemecah masalah dengan bimbingan orang dewasa
atau melalui kerjasama dengan sejawat yang lebih mampu.
Sebagai model pembelajaran yang sistematis dengan
mengelompokkan siswa untuk tujuan menciptakan pembelajaran yang
efektif, cooperative learning mengintegrasikan keterampilan sosial
yang bermuatan akademis. Oleh karena itu, cooperative learning
didasarkan kepada teori-teori perkembangan kognitif, perlakuan dan
persandaran sosial (Isjoni, 2007).
Teori-teori perkembangan kognitif yang dimaksud itu adalah teori
yang berdasarkan teori Piaget dan Vygotsky yang dikenal sebagai
"Piaget konstruktivism kognitif" dan "Vygotsky konstruktivism sosial".
Teori Piaget berasaskan pada premis, apabila individu bekerja sama
atas perserikatannya, konflik sosial kognitif akan berlaku dan akan
mewujudkan ketidakseimbangan kognitif dan seharusnya
mencetuskan perkembangan kognitif. Teori Vygotsky berdasarkan
pada premis bahwa pengetahuan terbina dari interaksi kumpulan
dalam menyelesaikan masalah (Isjoni, 2007).5
Adapun dimaksud teori perlakuan dalam kajian ini didalamnya
melibatkan perspektif, sikap, motivasi kemampuan berpikir kritis,
memiliki keterampilan sosial serta mampu menyelesaikan masalah.
Teori perlakuan menekankan pentingnya pemberian ganjaran dalam
pembelajaran kooperatif. Sedangkan teori saling ketergantungan sosial
berdasarkan pada premis bahwa interaksi antara individu dan hasil
ditentukan jenis struktur yang digunakan (Isjoni, 2007).

C. TUJUAN DAN UNSUR – UNSUR PEMBELAJARAN KOOPERATIF


1. Tujuan Strategi Cooperative Learning
Tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi di
mana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh

5
Ibid,hlm 86.

6
keberhasilan kelompoknya. Strategi pembelajaran kooperatif di
kembangkan untuk mencapai tujuan pembelajaran penting. Ketiga
tujuan pembelajaran tersebut yaitu sebagai berikut.
a. Hasil belajar akademik
Menurut penelitian dari tokoh-tokoh cooperative learning
(David and Roger Johnson, 1999) membuktikan bahwa strategi
kooperatif lebih unggul dalam membantu peserta didik dalam
memahami konsep-konsep yang sulit dan dapat meningkatkan
nilai prestasi peserta didik pada belajar akademik. Cooperative
learning juga memberi keuntungan baik pada siswa kelompok
bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama
menyelesaikan tugas-tugas akademik.6
b. Penerimaan terhadap perbedaan individu
Tujuan lain strategi pembelajaran kooperatif adalah
penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda
berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan dan
ketidakmampuannya. Cooperative learning memberi peluang
bagi peserta didik dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk
bekerja dengan saling bergantung pada tugas akademik dan
melalui penghargaan kooperatif siswa akan belajar menghargai
satu sama lain.
c. Pengembangan keterampilan sosial
Tujuan ketika adalah mengajarkan kepada siswa
keterampilan bekerja sama dan kolaborasi penampilan
keterampilan sosial penting dimiliki oleh siswa sebagai bekal
untuk hidup dalam lingkungan sosialnya (Isjoni,2007).
2. Unsur-unsur Strategi Cooperative Learning
a. Saling ketergantungan positif (positive interdependence)
Ketergantungan positif bukan berarti peserta didik
bergantung secara menyeluruh kepada peserta didik lainnya. Guru
harus menciptakan suasana yang mendorong agar siswa merasa

6
Ibid,hlm 87.

7
saling membutuhkan. Perasaan saling membutuhkan inilah yang
dinamakan positif interdependence. Saling ketergantungan tersebut
dapat dicapai melalui ketergantungan tujuan, tugas, bahan atau
sumber belajar, peran dan hadiah (Nurhadi, 2004).
b. Akuntabilitas individu (individual accountability)
Pembelajaran kooperatif menuntut adanya akuntabilitas
individual yang mengukur penguasaan bahan belajar setiap anggota
kelompok dan diberi umpan balik tentang prestasi belajar anggota-
anggotanya sehingga mereka saling mengetahui rekan yang
memerlukan bantuan. Akuntabilitas individual sering diabaikan
sehingga tugas-tugas sering dikerjakan oleh sebagian anggota.
Dalam pembelajaran kooperatif siswa harus bertanggung jawab
terhadap tugas yang diemban masing-masing anggota (Mulyana
Abdurrahman, 2003).
c. Tatap muka (face to face interaction)
Interaksi kooperatif menuntut semua anggota dalam
kelompok belajar dapat saling tatap muka, sehingga mereka dapat
berdialog tidak hanya dengan guru tapi juga bersama dengan
teman. Interaksi semacam itu memungkinkan peserta didik menjadi
sumber belajar bagi sesamanya. Hal ini diperlukan karena mereka
sering merasa lebih mudah belajar dari sesamanya dibandingkan
dari guru (Mulyana Abdurrahman, 2003)7.
d. Keterampilan sosial (social skill)
Peserta didik harus dibekali berbagai keterampilan sosial
(social skill) yakni kepemimpinan (leadership), membuat
keputusan (decision making), membangun kepercayaan (trust
building), kemampuan berkomunikasi, dan keterampilan
manajemen konflik (management conflict skill). Keterampilan
sosial lain seperti tenggang rasa, sikap sopan kepada teman,
mengkritik ide, berani mempertahankan pikiran logis, tidak
mendominasi yang lain, mandiri dan berbagai sifat lain yang

7
Ibid,hlm 88.

8
bermanfaat dalam menjalin hubungan antar pribadi tidak hanya
diasumsikan tetapi secara sengaja diajarkan (Nurhadi, 2004).
e. Proses kelompok group processing
Proses ini terjadi ketika tiap anggota kelompok
mengevaluasi sejauh mana mereka berinteraksi secara efektif untuk
mencapai tujuan bersama. Kelompok perlu membahas perilaku
anggota yang kooperatif dan tidak kooperatif serta membuat
keputusan perilaku mana yang harus diubah atau dipertahankan.
Mengenai unsur-unsur pembelajaran kooperatif di atas
dapat dipahami bahwa dalam pembelajaran ini akan mendorong
terciptanya masyarakat belajar (learning community). Konsep
learning community menyarankan agar hasil pembelajaran
diperoleh dari hasil kerja sama dengan orang lain berupa sharing
individu antar kelompok dan antar yang tahu dan belum tahu
(Syaeful, 2003). Pengelompokan dalam strategi pembelajaran
kooperatif menggunakan pengelompokan heterogen, yang dibentuk
dengan memperhatikan keanekaragaman baik keanekaragaman
gender, prestasi, latar belakang agama, sosial, ekonomi maupun
etnik. Ada tiga jenis kelompok dalam mengimplementasikan
strategi pembelajaran kooperatif (Adi W Gunawan, 2003).
a). Kelompok informal (informal group)
Kelompok informal adalah kelompok yang bersifat
sementara. Pengelompokan ini hanya digunakan dalam satu
periode pengajaran dan biasanya hanya terdiri dari peserta.
Tujuan kelompok informal adalah untuk menjelaskan harapan
akan hasil yang ingin dicapai, membantu mereka untuk lebih
fokus pada materi pembelajaran, memberi kesempatan pada
peserta didik untuk bisa secara lebih mendalam memproses
informasi yang diajarkan atau menyediakan waktu untuk
melakukan pengulangan dan menjangkau informasi.8
b). Kelompok formal (formal group)

8
Ibid,hlm 89.

9
Kelompok formal digunakan untuk memastikan bahwa
peserta didik mempunyai cukup waktu untuk menyelesaikan
suatu tugas dengan baik. Lamanya kelompok ini bekerja bisa
selama beberapa hari atau bahkan beberapa minggu tergantung
pada tugas yang diberikan kepada mereka.
c). Kelompok dasar (base group)
Kelompok dasar atau kelompok permanen adalah
pengelompokan dengan tenggang waktu yang lebih panjang
misalnya selama satu semester atau satu tahun. Tujuannya
adalah untuk memberi suatu dukungan yang berkelanjutan
kepada peserta didik.

D. METODE - METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF


1. Model (Tipe) Pembelajaran Kooperatif
Dalam pembelajaran dikenal adanya beberapa macam metode
(tipe) pembelajaran kooperatif yang dikembangkan para ahli. Johnson,
Johnson ,& Stane (2000) mendeskrpsikan berbagai metode (tipe)
pembelajaran kooperatif sebagai berikut.
Tabel 10.1 Metode (Tipe) Pembelajaran Kooperatif
Peneliti/Pengembang Waktu Metode
Johnson & Johnson Petengahan Learnning Together &
1960an Alone
DeVries & Edwards Awal 1970an Team Games Tournament
(TGT)
Sharan & Sharan Pertengahan Group Investigation
1970an
Johnson & Johnson Pertengahan Constructive Controversy
1970an
Aronson & Akhir 1970an Jigsaw
Associates
Slavin & Associetes Awal 1980an Student Teams
Achievement (STAD)

10
Cohen Awal 1980an Complex Instruction
Slavin & Associetes Awal 1980an Team Accelerated
Instruction (TAI)
Kagan Awal 1980an Cooperative Learning
Structures
Stevens, Slavin & Akhir 1980an Cooperative Integrated
Associetes Reading & Composition
(CIRC)

Pada subbab berikut ini akan dibicarakan beberapa metode yang


banyak mendapat perhatian pada beberapa tahun terakhir dan dapat
diterapkan dalam pembelajaran di sekolah.9
2. Student Achievement Division (STAD)
STAD yang dikembangkan oleh Robert Slavin dan kolega –
koleganya di Universitas John Hopkin, merupakan salah satu metode
(tipe) pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, sehingga dapat
digunakan oleh guru – guru yang baru mulai menggunakan pendekatan
pembelajaran kooperatif. Kauchack dan Eggen (1993) mencatat bahwa
STAD telah digunakan oleh Maria Sanchez untuk mengajarkan
spelling dan vocabulary. Selain itu mereka juga mencatat bahwa
STAD dapat digunakan dalam berbagai bidang, diantaranya terlihat
pada table 10.2 berikut.
Tabel 10.2 Aplikasi STAD dalam Berbagai Bidang
Subject Area Possible Topics
 Language arts Capitalization rules or rules for
concepts and rules forming possesives
 Math concepts and Addition, substraction, fraction
skills
 Science facts and Facts about the solar system,
terminology chemical symbols for elements
State capitals or major exports of

9
Ratumanan,Inovasi pembelajran,Ombak,Yogyakarta,2015,hlm178.

11
 Social studies countries
names and dates
 Health concepts and Parts of circulatory systems,
terms different drug familias

Menurut Slavin (1997), dalam STAD peserta didik


ditempatkan dalam kelompok belajar beranggotakan empat atau
lima orang yang merupakan campuran menurut tingkat kinerja, jenis
kelamin, dan suku. Guru menyajikan pelajaran dan kemudian
peserta didik bekerja didalam kelompok mereka untuk memastikan
bahwa seluruh anggota kelompok telah menguasai materi pelajaran
tersebut. Akhirnya kepada seluruh peserta didik diberikan tes
tentang materi itu. Pada waktu tes mereka tidak dapat saling
membantu. Poin setiap anggota tim ini selanjutnya dijumlahkan
untuk mendapat skor kelompok. Tim yang mencapai kriteria
tertentu diberikan sertifikat atau ganjaran yang lain.
Menurut Slavin (2005) dan Slavin (dalam Sharan, 2014),
STAD terdiri dari lima komponen utama sebagai berikut :
a. Presentasi Kelas
Materi dalam STAD disampaikan pada presentasi kelas.
Presentasi kelas ini biasanya menggunakan pengajaran langsung
atau diskusi yang dipimpin guru. Presentasi kelas dalam STAD
berbeda dengan pengajaran biasa karena mereka harus benar –
benar focus pada satuan STAD. Dengan cara ini, peserta didik
menyadari bahwa selama presentasi kelas berlangsung mereka
harus memperhatikan dengan seksama, karena dengan begitu
akan membantu mereka menjalani kuis dengan baik, dan nilai
kuis itu menentukan nilai kelompok mereka. Presentasi kelas ini
meliputi tiga komponen, yakni pendahuluan, pengembangan,
dan praktek terkendali.10
b. Kelompok

10
Ibid,hlm 180.

12
Kelompok dibentuk terdiri dari empat atau lima peserta didik,
dengan memperhatikan perbedaan kemampuan, jenis kelamin,
ras, atau etnis. Fungsi utama dari kelompok adalah untuk
memastikan bahwa semua anggota kelompok terlibat dalam
kegiatan belajar, dan yang lebih spesifik adalah mempersiapkan
anggota kelompok menghadapi kuis (tes). Setelah guru
menyajikan materi pembelajaran, setiap kelompok mempelajari
materi secara bersama, belajar bersama, ini meliputi
mendiskusikan masalah, membandingkan jawaban, da
mengoreksi miskonsepsi jika ada anggota kelompok yang
membuat kesalahan.
Kelompok merupakan yang paling pentingdalam STAD. Apa
yang dilakukan setiap anggota untuk kelompoknya dan
kelompok untuk membantu anggotanya menjadi penekanan
penting, Kelompok menyediakan dukungan sesame teman untuk
kemajuan akademik sebagai pengaruh pembelajaran, kelompok
juga menyediakan kondisi saling perhatian dan penghargaan
yang penting bagi hubungan antarkelompok, penghargaan diri,
dan penerimaan peserta didik yang terpinggrikan.
c. Kuis (Tes)
Setelah satu atau dua periode guru menyajikan materi dan satu
atau dua periode kerja kelompok, peserta didik diberikan kuis
individual. Peserta didik tidak dibolehkan saling membantu pada
saat kuis. Hal ini dimaksudkan untuk memastikan bahwa setiap
peserta didik bertanggung jawab terhadap pengetahuan yang
mereka peroleh.11
d. Skor Peningkatan Individual
Ide ini dimaksudkan untuk memberikan setiap peserta didik
tujuan yang dapat diperoleh jika ia bekerja keras dan melakukan
lebih baik. Setiap peserta didik dapat memberikan kontribusi
poin maksimum pada kelompoknya dalam system penilaian ini,

11
Ibid,hlm 181.

13
tetapi tidak ada peserta didik yang dapat melakukan itu tanpa
menunjukkan kemajuan yang lebih baik daripada sebelumnya.
Setiap peserta didik diberikan nilai “dasar” yang diambil dari
rata – rata prestasi peserta didik. Kemudian, peserta didik
memperoleh nilai untuk kelompok mereka berdasarkan pada
seberapa banyak nilai kuis mereka melebihi nilai yang
sebelumnya.
e. Penghargaan Kelompok
Kelompok dapat memperoleh sertifikat atau hadiah jika rata –
rata skornya melampaui kriteria tertentu. Skor kelompok dapat
juga digunakan untuk menentukan sampai lima nilai tambahan
perolehan nilai mereka. Sertifikat untuk kelompok yang
mencapai standar prestasi tinggi, pengakuan laporan berkala,
pemasangan pada papan bulletin, pengakuan khusus, hadiah
kecil, atau penghargaan lain menegaskan gagasan bahwa bekerja
dengan baik secara berkelompok adalah penting. 12
Menurut Slavin (2005, 1997), STAD terdiri dari suatu sikel
kegiatan pembelajaran sebagai berikut.
a. Mengajar
Guru menyajikan materi pembelajaran. Penyajian materi ini
meliputi tiga komponen, yakni pendahuluan, pengembangan,
dan praktik terbimbimbing.
b. Kegiatan kelompok
Peserta didik bekerja sama dalam kelompok masing – masing
untuk menguasai materi pembelajaran.
c. Tes
Peserta didik mengerjakan kuis atau penilaian lainnya secara
individual.
d. Penghargaan Kelompok
Skor kelompok dihitung didasarkan pada skor peningkatan
anggota kelompok. Adapun penghitungan poin peningkatan ,

12
Ibid,hlm 182.

14
dan kriteria penghargaan kelompok diberikan Slavin (2005)
sebagai berikut.
Tabel 10.3 Perhitungan Nilai Peningkatan
Skor Tes Akhir Nilai Peningkatan
Lebih dari 10 poin dibawah skor awal 5
10 hingga 1 poin dibawah skor awal 10
Skor awal hingga 10 poin diatas skor 20
awal 30
Lebih dari 10 poin diatas skor awal 30
Jawaban sempurna (terlepas dari skor
awal)

Tabel 10.4 Tingkat Penghargaan Kelompok


Nilai Rata – Rata Kelompok Penghargaan
5 – 14 Baik
13 – 24 Hebat
25 – 30 Super

3. Team Games Tournament


Pembelajaran kooperatif metode (tipe) TGT adalah suatu
pembelajaran dimana setelah kehadiran guru, peserta didik pindah ke
kelompoknya masing – masing untuk mendiskusikan dan
menyelesaikan pertanyaan – pertanyaan atau masalah – masalah yang
diberikan guru. Sebagai ganti dari tes tertulis, setiap peserta didik akan
bertemu seminggu sekali pada meja turnamen dengan dua rekan dari
kelompok lain untuk membandingkan kemampuan kelompoknya
dengan kelompok yang lain. Tiga peserta didik dalam setiap meja
turnamen (three meniver tournament tables) akan salig bersaing.
Mereka menjawab satu pertanyaan yang sama, berkaitan dengan materi
yang telah dibahas bersama – sama dalam kelompoknya. Dengan cara

15
ini, setiap peserta didik berkesempatan menyumbangkan skor
sebanyak – banyaknya untuk kelompoknya.13
Kooperatif metode (tipe) TGT (Slavin, 2005) terdiri dari sikel
aktivitas pembelajaran sebagai berikut.
1. Mengajar. Guru menyajikan pelajaran
2. Belajar kelompok. Peserta didik mengerjakan lembar kerja
(worksheet) dalam kelompok masing – masing untuk menguasai
materi pembelajaran.
3. Turnamen. Peserta didik – peserta didik melakukan permainan
akademis pada setiap meja turnamen, yang terdiri dari tiga orang
dengan kemampuan homogeny.
4. Penghargaan kelompok. Skor kelompok dihitung didasarkan pada
skor turnamen anggota kelompok, dan tim dihargai jika mereka
mencapai kriteria yang ditetapkan.
Tahap – tahap (skenario) yang perlu diperhatikan dalam
pembelajaran kooperatif metode (tipe) TGT adalah sebagai berikut.
1. Pembentukan Kelompok
Kelas dibagi atas kelompok – kelompok kecil terdiri dari 4 – 5
peserta didik. Perlu diperhatikan bahwa setiap kelompok
mempunyai sifat heterogen dalam hal jenis kelamin dan
kemampuan akademik. Masing – masing kelompok diberi kode,
misalnya I, II, III, IV, dan seterusnya. Sebelum materi pelajaran
diberikan kepada peserta didik dijelaskan bahwa mereka akan
bekerja sama dalam kelompok selama beberapa minggu dan
memainkan permainan akademik untuk menambah poin bagi nilai
kelompok mereka, dan bahwa kelompok yang nilainya tinggi akan
mendapat penghargaan.
2. Pemberian Materi
Materi pelajaran mula – mula diberikan melalui presentasi kelas,
berupa pengajaran langsung atau diskusi bahan pelajaran yang
dilakukan guru, menggunakan audiovisual. Materi pengajaran

13
Ibid,hlm 183.

16
dalam TGT dirancang khusus untuk menunjang pelaksanaan
turnamen. Materi ini dapat dibuat sendiri dengan jalan
mempersiapkan lembaran kerja peserta didik.
3. Belajar Kelompok
Kepada masing – masing kelompok diberikan tugas untuk
mengerjakan LKPD yang telah disediakan. Fungsi utama
kelompok ini adalah memastikan bahwa semua anggotanya agar
dapat megerjakan soal – soal latihan yang akan dievaluasi melalui
turnamen. Setelah guru memberikan materi I, kelompok bertemu
untuk mempelajari lembar kerja dan materi lainnya. Dalam belajar
kelompok, peserta didik diminta mediskusikan masalah secara
bersama – sama, membandingkan jawabannya , da mengoreksi
miskonsepsi jika teman satu kelompok membuat kesalahan.
4. Turnamen
Turnamen merupakan suatu struktur dimana game berlangsung.
Biasanya berlangsung di akhir minggu atau akhir pokok bahasan,
setelah guru memberikan presentasi di kelas dan kelompok telah
melaksanakan kerja kelompok. Turnamen ini merupakan
pertandingan antar kelompok. Untuk melaksanakan turnamen,
langkahnya adalah sebagai berikut : (1) membentuk meja
turnamen, disesuaikan dengan banyaknya peserta didik pada setiap
kelompok, (2) menentukan rangking (berdasarkan kemampuan)
setiap peserta didik pada masing – masing kelompok, (3)
menempatkan peserta didik dengan rangking yang sama pada meja
yang sama, misalkan peserta didik pandai (Ia, IIa, dst) ditempatkan
pada meja A, peserta didik sedang (Ib, IIb, IIIb, dst) ditempatkan
pada meja B, dan seterusnya, (4) masing – masing peserta didik
pada meja turnamen bertanding untuk mendapatkan skor sebanyak
– banyaknya, (5) skor peserta didik dari masing – masing
kelompok (I, II, III, dst) dikumpulkan, dan ditentukan kelompok

17
yang mempunyai jumlah kumulatif tertinggi sebagai pemenang
pertandingan14
5. Skor Individu
Skor individu adalah skor yang diperoleh masing – masing anggota
dalam tes akhir.
6. Skor Kelompok
Skor kelompok diperoleh dari rata – rata nilai perkembangan
anggota kelompok. Nilai perkembangan adalah nilai yang
diperoleh oleh masing – masing peserta didik dengan
membandingkan skor pada tes awal dengan skor pada tes akhir.
Perhitungan nilai perkembangan sama dengan pada metode (tipe)
STAD.

7. Penghargaan
Segera setelah turnamen, hitunglah nilai kelompok dan siapkan
sertifikat kelompok untuk menghargai kelompok bernilai tinggi.
Keberhasilan nilai kelompok dibagi dalam 3 tingkat penghargaan,
sama seperti pada metode STAD.
4. Team Assisted Individualization (TAI)
Sama dengan metode STAD atau TGT, metode TAI juga
menggunakan kelompok heterogen yang terdir , sedangkan TAI
menggunakan kombinasi pembelajaran kooperatif dan pengejaran
individual. Selain itu STAD dan TGT dirancang untuk berbagai
bidang studi, sedangkan TAI dirancang khusus untuk pengajaran
matematika pada kelas 3-6.15
Tidak seperti STAD dan TGT, TAI terikat pada serangkaian materi
pelajaran yang khas dan memiliki petunjuk pelaksanaan sendiri.
Menurut Salvin (2005), TAI terdiri dari delapan komponen,yakni
sebagai berikut:
1. Kelompok

14
Ibid,hlm 183.
15
Ibid,hlm 187.

18
Peserta didik dalam TAI ditempatkan dalam kelompok
kelompok heterogen terdiri atas empat sampai lima orang, seperti
metode STAD dan TGT.
2. Tes penempatan (Placement Test)
Pada awal program matematika diberikan pretes. Hal ini
dimaksudkan untuk menempatkan peserta didik pada program
individual yang didasarkan pada hasil tes mereka.
3. Materi Kurikulum
Peserta didik menyelesaikan (mempelajari) materi
kurikulum secara individual mengenai penjumlahan, pengurangan,
perkalian, pembagian, numeris, pecahan, decimal, rasio, persen,
statistik, dan aljabar. Setiap unit materi memiliki bagian-bagian
sebagai berikut:
a. Lembar panduan untuk me-riview konsep dijelaskan oleh guru
dalam pembelajaran kelompok (untuk diskusi secara singkat)
dan memberikan metode pemecahan masalah tahap demi tahap.
b. Lembar berbagai keterampilan praktis,masing-masing terdiri
dari enam belas masalah.
c. Tes formatif –dua set parallel terdiri atas sepuluh butir.
d. Lima belas butir tes unit materi.
e. Halaman jawaban untuk lembar keterampilan praktis, formatif,
dan tes satuan.
4. BelajarKelompok
Setelah ujian penempatan guru, guru mengajarkan materi
pertama. Kemudian peserta didik mulai mempelajari unit materi
matematika secara individual.Unit-unit materi tersebut dalam
kelompok masing - masing.
5. Skor Kelompok dan Penghargaan Kelompok
Di akhir minggu, guru menghitung skor kelompok. Skor ini
didasarkan pada jumlah rata-rata unit yang tercakup oleh anggota

19
kelompok dan akurasi dari tes-tes unit. Kriteria ditetapkan oleh
penampilan (hasil) kelompok.16
6. Mengajar Kelompok
Pada saat memulai materi baru, guru mengajar materi
pokok selama 10 atau 15 menit secara klasikal kepada peserta
didik.Tujuannya adalah untuk memperkenalkan konsep utama
kepada peserta didik.Guru menggunakan manipulasi, daiagram,
dan demonstrasi. Pelajaran dirancang untuk memahami hubungan
diantara matematika dengan masalah kehidupan nyata.
7. TesFakta
Dua kali seminggu, peserta didik – peserta didik diberikan
tes -tes tiga menit tentang fakta (biasanya mengenai fakta – fakta
perkalian atau pembagian).

8. Unit Kelas Keseluruhan


Setiap tiga minggu, guru menghentikan program individual
dan menggunakan waktu seminggu untuk mengajar keterampilan
geometri, pengukuran, himpunan, dan strategi pemecahan masalah.
5. Jigsaw
Kooperatif metode jigsaw ini dikembangkan oleh Elliot Aronson’s.
Kooperatif Jigsaw ini didesain untuk meningkatan rasa tanggung
jawab peserta didik terhadap pembelajarannya sendiri dan juga
pembelajaran orang lain. Peserta didik tidak hanya mempelajari
mataeri yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan
mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya. Dengan
demikian, peserta didik saling tergantung satu dengan yang lain dan
harus kerjasama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang di
tugaskan.17

16
Ibid,hlm 188.
17
Ibid,hlm 189.

20
Dalam penggunaan kooperatif metode Jigsaw ini, dibentuk
kelompok-kelompok heterogen beranggotakan empat sampai enam
peserta didik. Materi pelajaran disajikan kepada peserta didik dalam
bentuk teks dan setiap peserta didik bertanggung jawab atas
penguasaan bagian meteri belajar dan mampu mengajarkan bagian
materi belajar dan mampu mengajarkan bagian materi tersebut kepada
anggota kelompok lainnya (Arends, 1997).
Para anggota dari kelompok yang berbeda dengan topic yang sama
bertemu untuk diskusi (antara ahli), saling membantu satu dengan
lainnya untuk mempelajari topic yang diberikan (ditugaskan) kepada
mereka, kemudian peserta didik –peserta didik tersebut kembali
kepada kelompok masing – masing (kelompok asal) untuk
menjelaskan kepada teman-teman satu kelompok tentang apa yang
telah dipelajarinya. Dengan demikian, dalam penggunaan metode
Jigsaw terdapat dua jenis kelompok, yakni kelompok asal dan
kelompok ahli. Anggota kelompok ahli adalah wakil – wakil dari
kelompok asal. Mereka bertanggung jawab mempelajari suatu topik
tertentu didalam kelompok ahli, dan kemudian kelompok asal masing
–masing untuk menjelaskan kepada rekan – rekannya di kelompok
asal. Kelihatannya. Pengorganisasian belajar seperti ini memiliki
keterkaitan dengan penggunaan tutor sebaya.
Jigsaw didesain selain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab
peserta didik secara mandiri juga dituntut saling ketergantungan yang
positif (saling membantu) terhadap teman sekelompoknya. Pada akhir
pembelajaran diberikan tes kepada peserta didik secara
individual.Materi yang di teskan meliputi materi yang telah di bahas.
Kunci pembelajaran kooperatif metode jigsaw ini adalah
interpendasi setiap peserta didik terhadap anggota kelompok yang
memberikan informasi yang diperlukan dengan tujuan agar dapat
mengerjakan tes dengan baik.

21
6. Pendekatan Struktural (Structural Approach)
Menurut Arends (2007), pendekatan structural memberikan
penekanan pada penggunaan struktur tertentu yang dirancang untuk
mempengaruhi pola interaksi peserta didik. Struktur yang
dikembangkan oleh Kagan dimaksudkan sebagai alternative untuk
struktur kelas tradisional, seperti hafalan, dimana guru mengajukan
pertanyaan kepada seluruh kelas, dan peserta didik menjawab setelah
mengangkat tangan dan dipanggil. Struktur Kagan menuntut peserta
didik bekerja secara mandiri dalam kelompok kecil dan ditandai
dengan penghargaan kooperatif, bukan penghargaan individu.
Meningkatkan penguasaan akademis dan keterampilan social dalam
kelompok. Berikut ini macam – macam strategi dari pendekatan
strktural yang terkenal18.
1. Think –Pair-Square
Pendekatan ini dikembangkan oleh Frank Lyman, dkk pada
tahun 1985. Pendekatan ini memberikan kesempatan pada peserta
didik untuk bekerja sendiri serta bekerjasama dengan orang lain .
Langkah –langkah pembelajaran ini adalah:
Tahap 1. Thinking
Guru membagi peserta didik menjadi kelompok kecil yang
terdiri dari empat orang. Guru mengajukan pertanyaan yang
berhubungan dengan pembelajaran kemudian, peserta didik disuruh
memikirkannya.
Tahap 2. Pairing
Guru meminta peserta didik untuk berpasangan dalam
kelompok tersebut dan mendiskusikan jawaban dari pertanyaan
tadi.
Tahap 3. Square
Setiap peserta didik memperoleh kesempatan untuk
menyampaikan hasil kerjanya.
2. Think-Pair-Share

18
Ibid,hlm 191.

22
Pendekatan ini dikembangkan oleh Frank Lyman (1985). Pada
prinsipnya pendekatan ini juga memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk bekerja sendiri serta bekerjasama dengan orang
lain. Yang membedakan adalah pasangan peserta didik tersebut
menjelaskan kepada seluruh kelas tentang apa yang mereka
bicarakan.
3. Numbered Heads Together
Pendekatan ini melibatkan lebih banyak peserta didik dalam
menelaah materi pelajaran dan mengecek pemahaman mereka
terhadap materi tersebut.19 Langkah –langkah pendekatan tersebut
adalah:
Tahap 1. Numbering
Guru membagi peserta didik 3-5 orang, dan setiap orang
diberikan no 1 sampai 5.
Tahap 2. Questioning
Guru mengajukan pertanyaan kepada peserta pendidik.
Tahap 3.Head Together
Dalam kelompok peserta didik menyatukan pendapatnya
terhadap jawabannya dan memastikan anggota lainnya mengetahui.
Tahap 4. Answering
Guru memanggil nomor tertentu dan nomor yang terpanggil
mengacungkan tangannya dan menyampaikan jawaban.
7. Investigasi Kelompok (Group Investigation)
Investigasi kelompok merupakan salah satu metodepembelajaran
kooperatif yang paling sulit untuk diterapkan. Metode ini awalnya
dikembangkan oleh Thelan, dan kemudian diperluas dan dipertajam
oleh Sharan, dkk. Pada metode ini peserta didik terlibat dalam
perencanaan, baik dalam hal topik yang dipelajari maupun bagaimana
prosedur penyelidikan yang akan dilakukan. Slavin (2005)
menjelaskan bahwa investigasi kelompok sesuai untuk proyek belajar
yang berhubungan dengan hal-hal seperti penguasaan materi, analisis,

19
Ibid,hlm 192.

23
sintesis informasi sehubungan dengan upaya menyelesaikan masalah
yang bersifat multi-aspek. Tugas akademik haruslah menyediakan
kesempatan bagi anggota kelompok untuk memberikan berbagai
macam kontribusi dan tidak boleh dirancang hanya sekadar untuk bisa
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang bersifat faktual.20
Dalam investigasi kelompok, peserta didik bekerja melalui enam
tahap (Slavin, 2005) sebagai berikut.
1. Mengidentifikasi topik dan mengatur peserta didik kedalam
kelompok.
Tahap ini berkaitan dengan pengaturan. Guru mempresentasikan
serangkaian permasalahan atau isu, kemudian serta didik
mengidentifikasikan dan memilith berbagai macam subtopik untuk
dipelajari. Secara garis besar, aktivitas pada tahap ini adalah sebagai
berikut :
a. Peserta didik meneliti beberapa sumber, mengusulkan
sejumlah topik, dan mengkategorikan saran-saran
b. Peserta didik bergabung dengan kelompoknya untuk
mempelajari topik yang telah mereka pilih.
c. Komposisi kelompok didasarkan pada ketertarikan peserta
didik dan harus bersifat heterogen.
d. Guru membantu dalam pengumpulan informasi dan
memfasilitasi pengaturan.
2. Merencanakan tugas yang akan dipelajari
Setelah berada dalam kelompok masing-masing, peserta
didik menentukan aspek dari subtopik yang akan mereka
investigasi. Setiap kelompok harus memformulasi sebuah masalah
yang akan diteliti, memutuskan bagaimana melaksanakannya dan
menentukan sumber-sumber mana yang akan dibutuhkan untuk
melakukan investigasi tersebut.21 Pada tahap ini, peserta didik
membuat perencanaan bersama mengenai:

20
Ibid,hlm 194.
21
Ibid,hlm 195.

24
a. Apa yang akan kita pelajari?
b. Bagaimana kita mempelajarinya? Siapa melakukan apa?
c. Untuk tujuan atau kepentingan apa kita menginvestigasi topik
ini?
3. Melaksanakan investigasi
Pada tahap ini setiap kelompok melaksanakan rencana yang
telah diformulasikan sebelumnya. Guru perlu melakukan upaya
untuk memungkinkan sebuah proyek kelompok berla tanpa
terganggu sampai investigasinya selesai atau paling tidak sampai
sebagian besar dari pekerjaan tersebut selesai. Selamatahap ini
peserta didik secara individu atau berpasangan mengumpulkan,
menganalisis, dan mengevaluasi informasi, membuat kesimpulan,
dan mengaplikasikan pengetahuan baru yang diperoleh sebagai
solusi atas masalah yang diteliti kelompok. Secara garis besar,
aktivitas peserta didik pada tahap ini adalah sebagai berikut :
a. Peserta didik mengumpulkan informasi, menganalisis data, dan
membuat kesimpulan.
b. Tiap anggota kelompok berkontribusi terhadap usaha-
usahayang dilakukan kelompoknya.
c. Peserta didik saling berbagi, berdiskusi, mengklarifikasi,
danmensintesis semua gagasan.22

4. Menyiapkan laporan akhir


Tahap ini merupakan transisi dari tahap pengumulan data dan
klarifikasi kę tahap di mana kelompok-kelompok yang ada
melaporkan hasil investigasi mereka kepada seluruh kelas. Pada
tahap ini pula, guru meminta setiap kelompok menunjuk satu wakil
sebagai panitia acara. Panitia ini bertugas menyiapkan materi,
mengkoordinasikan jadwal, dan memastikan bahwa gagasan-
gagasan presentasi yang akan dilakukan cukup realistis dan

22
Ibid,hlm 196.

25
menarik. Secara garis besar, aktivitas yang dilakukan pada tahap
ini adalah sebagai berikut.
a. Anggota kelompok menentukan pesan-pesan esensial dari
proyek mereka.
b. anggota kelompok merencanakan apa yang akan mereka
laporkan dan bagaimana mereka akan membuat presentasi
mereka.
c. Wakil-wakil kelompok membentuk sebuah panitia untuk
mengkoordinasikan rencana-rencana presentasi.
5. Mempresentasikan laporan akhir
Pada tahap ini, semua kelompok berkumpul kembali di
dalam kelas untuk mempresentasikan laporan akhir mereka. Secara
garis besar, aktivitas peserta didik pada tahap ini adalah sebagai
berikut.23
a. Presentasi dilakukan untuk seluruh kelas dalam berbagai
macam bentuk.
b. Bagian presentasi tersebut harus dapat melibatkan
pendengarnya secara aktif.
c. Para pendengar tersebut mengevaluasi kejelasan dan
penampilan presentasi berdasarkan, kriteria yang telah
ditentukan sebelumnya oleh seluruh anggota kelas.
6. Evaluasi Pencapaian
Investigasi kelompok menantang para guru
untukmenggunakan penilaian inovatif dalam menilai apa yang
telah dipelajari peserta didik. Guru harus mengevaluasi pemikiran
paling tinggi peserta didik mengenai subjek yang dipelajari-
bagaimana mereka menginvestigasi, bagaimana mereka
mengaplikasikan pengetahuan mereka terhadap solusi dari
masalah-masalah baru, bagaimana mereka menggunakan
kesimpulan dari apa yang mereka pelajari dalam mendiskusikan
pertanyaan yang membutuhkan analisis dan penilaian, dan

23
Ibid,hlm 197.

26
bagaimana mereka sampai kepada kesimpulan dari serangkaian
data. Secara garis besar, aktivitas pada tahap ini adalah sebagai
berikut.
a. Peserta didik saling memberikan umpan baliktopik tersebut,
mengenai tugas yang telah mereka kerjakan, mengenai
keefektifan pengalaman-pengalaman mereka
b. Guru dan peserta didik berkolaborasi dalam mengevaluasi
pembelajaran peserta didik.
c. Penilaian atas pembelajaran harus mengevaluasi pemikiran
paling tinggi.
8. Ilustrasi Penggunaan Pembelajaran Kooperatif
Misalkan dalam pembelajaran akan dibahas mengenai
“Membaca cepat teks bacaan dan mengungkapkan gagasan pokoknya"
dengan sub bahasan "Menemukan istilah, kata yang bersinonim,
berantonim, berhiponim dari bacaan." Pembelajaran akan dilakukan
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif metode STAD.
Sesuai dengan tahap-tahap pembelajaran metode STAD, maka tahap-
tahap pembelajaran adalah sebagai berikut.24
1. Persiapan
Kegiatan-kegiatan pada tahap ini adalah: (1)
mempersiapkanmateri pelajaran dan perangkat pendukungnya.
Perangkat pendukung yang perlu disiapkan adalah teks bacaan,
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan lembar kegiatan
peserta didik (LKPD) dan (2) membentuk kelompok-kelompok
kecil terdiri dari 4-5 peserta didik, dengan memperhatikan
perbedaan kemampuan, jenis kelamin, sosial ekonomi, dan
sebagainya.
2. Penyajian Materi Pelajaran
Kegiatan - kegiatan pada tahap ini adalah : (1)
menginformasikan tentang materi apa yang akan dipelajari dan
tujuan pembelajaran; (2) menjelaskan tentang pengertian sinonim,

24
Ibid,hlm 198.

27
antonim, dan hiponim; (3) memberikan contoh, dan memberikan
satu atau dua soal untuk diselesaikan peserta didik ; dan (4) secara
acak menunjuk peserta didik tertentu untuk memberikan jawaban.
3. Kegiatan Kelompok
Kegiatan-kegiatan pada tahap ini adalah: (1) teks bacaan dan
LKPD pada masing-masing kelompok; (2) menugaskan setiap
kelompok untuk membaca cepat teks bacaan, kemudian secara
kooperatif mengerjakan LKPD; dan (3) membahas hasil kerja
kelompok. Melalui kegiatan kelompok ini diharapkan setiap
peserta didik dapat mengidentifikasi gagasan pokok pada setiap
paragraf, juga dapat menemukan kata-kata yang bersinonim,
berantonim dan berhiponim dari bacaan
4. Evaluasi
Pada tahap ini peserta didik-peserta didik mengerjakan
soaltes secara individual, untuk mengukur tingkat penguasaan
peserta didik terhadap bahan ajar.
5. Penghargaan Kelompok
Hasil evaluasi ini nantinya digunakan untuk menentukan
kontribusinya terhadap kelompok. Dari kontribusi setiap peserta
didik ini, selanjutnya dapat ditentukan skor rata-rata kelompok dan
rangking masing-masing kelompok. Berdasarkan skor rata-rata
kelompok ini dapat diberikan penghargaan kepada masing-masing
kelompok. Penghargaan dimaksud dapat berbentuk pujian,
pemberian sertifikat atau hadiah lain.25

25
Ibid,hlm 199.

28
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pembelajaran kooperatif atau cooperative learning adalah usaha
(pembelajaran) yang mengubah perilaku atau mendapatkan pengetahuan dan
keterampilan secara bergotong royong, berkelompok, atau kerjasama.
Terdapat dua aspek penting yang mendasari keberhasilan cooperative learning
yaitu teori motivasi dan teori kognitif. Tujuan dari pembelajaran kooperatif
adalah menciptakan situasi di mana keberhasilan individu ditentukan atau
dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya. Unsur – unsur dalam strategi
cooperative learning antara lain adalah : saling ketergantungan positif
(positive interdependence), akuntabilitas individu (individual accountability),
tatap muka (face to face interaction), keterampilan sosial (social skill), proses
kelompok (group processing). Mengenai unsur-unsur pembelajaran kooperatif
tersebut dapat dipahami bahwa dalam pembelajaran ini akan mendorong
terciptanya masyarakat belajar (learning community). Konsep learning
community menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari hasil kerja
sama dengan orang lain berupa sharing individu antar kelompok dan antar
yang tahu dan belum tahu. Ada beberapa metode pembelajaran kooperatif
yang banyak mendapat perhatian pada beberapa tahun terakhir dan dapat
diterapkan dalam pembelajaran di sekolah, yaitu Student Achievement
Division (STAD), Team Games Tournament, Team Assisted Individualization
(TAI), Jigsaw, Pendekatan Struktural (Structural Approach), dan Investigasi
Kelompok (Group Investigation).
B. SARAN
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna,
kedepannya penulis akan lebih fokus dan detail dalam membahas dan
menjelaskan tentang isi dari makalah yang ada dengan sumber – sumber
yang lebih banyak dan dapat dipertanggung jawabkan.

29
DAFTAR PUSTAKA

Ratumanan,2015,Inovasi Pembelajaran,Yogyakarta,Ombak.
Mashudi,2013,Desain Model Pembelajaran Inovatif Berbasis
Konstruktivisme,Tulungagung,STAIN Tulungagung Press.

30

Anda mungkin juga menyukai