Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PERNIKAHAN
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
“FIQIH”
Dosen pengampu:
Mukhammad Zainul Muttaqin, M.H.

Disusun oleh Kelompok 8 :

1. Novita Ayu Rachmawati (12208183049)


2. Dewi Mardiana (12208183058)
3. Nurul Fadilah (12208183118)
4. Imma Silvia Yustiani (12208183127)
5. Gilang Dikky Depi Budiartha (12208183175)

JURUSAN TADRIS BIOLOGI


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI(IAIN) TULUNGAGUNG
29 AGUSTUS 2018
A. Latar Belakang
Pernikahan adalah proses bersatunya dua insan manusia yang saling
berkomitmen dan saling mengikat. Harapan utama sebuah pernikahan adalah
meraih kebahagiaan tentunya untuk mewujudkan hal tersebut ada syarat dan
rukun dalam menjalankan pernikahan yang sesuai syariat agama.
Pernikahanpun telah tercantum dalam berbagai hukum baik hukum negara ,
agama maupun adat. Sehingga dengan adanya hukum yang mengatur tidak
akan ada permasalahan terkait tentang pernikahan.
Dalam undang-undang No.1 tahun 1974 pasal 1 ayat 1 dinyatakan bahwa
“perkawinan ialah ikatan lahir batin seorang wanita dengan seorang laki –
laki sebagai suami-istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga).
Oleh sebab itu, kami akan menyajikan hal-hal yang terkait dengan
pernikahan,syarat pernikahan dan hukum-hukum yang mengatur pernikahan.
Selain untuk memenuhi tugas kuliah tetapi juga agar menambah wawasan
kita tentang pernikahan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pernikahan ?
2. Bagaimana hukum pernikahan ?
C. PEMBAHASAN
1. Pengertian Pernikahan
Pernikahan merupakan sunnatullah yang berlaku pada semua makhluknya
baik manusia,hewan, maupun tumbuhan yang merupakan fitrah dan
kebutuhan makhluk demi kelangsungan hidupnya. Sebagaimana telah
tercantum dalam firman Allah:
َْ‫َو ِمنْْ ُك ِلْشَيءْ َخلَقنَاْزَ و َجي ِنْلَعَلَّ ُْكمْتَذَْ َّك ُرون‬
ْArtinya:”Dan segala segala sesuatu yang kami ciptakan berpasang-pasangan
supaya kamu mengingat kebesaran Allah”. (QS. Adz- dzariyat: 49)
ْ‫ْْومِ ن‬
َ ‫ض‬ُ ‫سْب َحنَْْاَلَّ ِذْْْ َخلَقَرْاَألز َو َجْْ ُكلَّ َهْامِ َّماْْتُنبِتُْْاَألَر‬
ُ
2. Hukum Pernikahan.
Pada dasarnya hukum nikah adalah mubah. Jika dilihat dari situasi dan
kondisi dan niat seseorang yang akan menikah, maka hukum nikah dapat
dibedakan sebagai berikut :
a. Wajib
Yaitu bagi seseorang yang sudah mampu dan sudah memenuhi syarat, serta
khawatir akan terjerumus melakukan perbuatan dosa besar jika tidak
segera menikah.
b. Sunnah
Yaitu bagi seseorang yang sudah mampu untuk berumah tangga, mempunyai
keinginan (niat) nikah dan apabila tidak melaksanakan nikah masih
mampu menahan dirinya dari perbuatan dosa besar (zina).
c. Mubah
Bagi seseorang yang telah mempunyai keinginan menikah, tetapi belum
mampu mendirikan rumah tangga atau belum mempunyai keinginan
menikah, tetapi sudah mampu mendirikan rumah tangga.
d. Makruh
Bagi seseorang yang belum mampu atau belum mempunyai bekal mendirikan
rumah tangga.
e. Haram
Bagi sesorang yang bermaksud tidak akan menjalankan
kewajibannya sebagai suami atau istri yang baik.
3. Rukun Dan Syarat Pernikahan
a. Adanya calon suami
Syarat-syarat calon suami :
1. Beragama Islam
2. Laki-laki
3. Tidak karena terpaksa
4. Bukan muhrim dengan calon istri
5. Tidak sedang ihram haji atau umrah
b. Adanya calon istri
Syarat-syarat calon istri :
1. Beragama Islam
2. Perempuan sejati
3. Bukan muhrim dengan calon suami
4. Tidak sedang bersuami atau sedang menjalani masa iddah
5. Tidak sedang ihram haji atau umrah
Adapun kriteria wanita yang tidak boleh dinikahi :
- Wanita non muslim.
- Wanita pezina dan lacur.
- Istri orang lain.
- Saudara ipar/saudara wanita dari istri.
- Wanita dalam masa iddah.
- Dalam keadaan ihram.
- Wanita budak.
c. Adanya wali
Syarat-syarat untuk menjadi wali adalah :
1. Beragama Islam
2. Laki-laki
3. Sudah baligh atau dewasa
4. Berakal sehat
5. Tidak sedang haji atau umrah
6. Tidak sedang dicabut hak perwaliannya
7. Tidak dipaksa dan tidak fasiq. Adapun orang-orang yang
berhak menjadi wali dalam pernikahan secara berurutan
sebagai berikut :
a. Ayah kandung
b. Kakek dari pihak ayah
c. Saudara laki-laki sekandung
d. Saudara laki-laki seayah
e. Anak laki-laki dari saudara laki-laki sekandung
f. Anak laki-laki saudara laki-laki seayah
g. Paman dari pihak ayah
h. Anak laki-laki paman dari pihak ayah
i. Hakim. Yaitu jika wali dari nomor 1-8 tidak ada semua
atau ada tetapi berhalangan hadir atau ada tetapi
menyerahkan kepada hakim.
d. Adanya dua orang saksi.
Syarat-syarat menjadi saksi dalam pernikahan adalah :
1. Beragama Islam
2. Laki-laki
3. Minimal 2 orang
4. Berakal sehat
5. Merdeka
6. Dapat mendengar, melihat, berbicara
7. Orang yang adil
e. Adanya ijab dan qabul
Syarat-syarat ijab dan qabul adalah :
1. Dengan kata-kata tertentu dan tegas, yaitu kata nikah, tajwid
atau terjemahnya
2. Diucapkan oeh wali atau yang mewakili dan dijawab oleh
mempelai laki-laki
3. Antara kata ijab dan qabul harus langsung (muwalah) tidak
ada batas waktu
4. Tidak dengan kata sindiran atau tulisan yang tidak dapat
terbaca
5. Lafal ijab dan qabul harus dapat didengar, baik oleh yang
bersangkutan, wali maupun saksi
6. Lafal ijab dan qabul harus sesuai

4. Macam – Macam Pernikahan Menurut Pandangan Islam


Dalam islam pernikahan dapat dianggap sah jika dilakukan menurut
rukun dan syaratnya. Ketentuan pernikahan berdasarkan hukum islam
sebagaimana dijelaskan pada undang - undang no. 1 tahun 1974 tentang
perkawinan, sebagai dasar hukum pelaksanaan pernikahan bagi umat
islam . Berikut macam macam dan penjelasannya:
a. Nikah Siri
Nikah siri adalah proses suatu pernikahan yang dilakukan tanpa
pencatatan oleh pemerintah yang wewenangnya ada pada KUA
( Kantor Urusan Agama). Pernikahan ini disebut siri yang secara
bahasa diartikan diam diam . Karena tanpa pencatatan dari
pemerintah pernikahan ini cenderung merugikan salah satu pihak,
khususnya pihak perempuan apabila terjadi suatu masalah
( perceraian,dll ).
b. Pernikahan Mutah
Pernikahan mutah yaitu seseorang menikah dalam batas
tertentu dengan memberikan kepada perempuan berupa
harta ,makanan atau pakaian . Ketika batas waktu yg disepakati
sudah selesai ,mereka dengan sendirinya tanpa harus menjalani
suatu perceraian .dengan demikian, tidak berlaku hak waris mewaris
dan jenis pernikahan ini dilarang oleh Rasulullah saw karena
bertentangan dengan nilai keadilan dalam islam.
5. Hal-Hal Yang Mengharamkan Pernikahan
- Adanya ikatan darah (mahram).
- Hubungan langsung akibat faktor famili/keluarga mempengaruhi sah
atau tidaknya suatu pernikahan. Sementara hubungan tidak langsungnya
adalah adalah karena wanita telah bersuami.
- wanita dalam masa iddah talak dari suaminya.
- wanita pezina atau pelacur.
- wanita non-kitabiyah atau wanita kafir.
6. Pembagian mahram sesuai klasifikasi ulama
a. Mahram bersifat abadi
- Karena nasab
- Ibu kandung dan seterusnya ke atas termasuk nenek, ibunya
nenek.
- Anak wanita dan seterusnya ke bawah, misalnya anak
perempuan.
- Bibi (dari pihak ayah).
- Bibi (dari pihak ibu).
- Anak wanita dari saudara laki-laki ataupun perempuan.
b. Karena mushaharah/besan/ipar.
- Ibu dari istri (mertua).
- Anak wanita dari istri (anak tiri).
- Istri dari anak laki-laki (menantu perempuan).
- Istri dari ayah (ibu tiri).
- Karena sepenyusuan.
- Ibu yang menyusui.
- Ibu dari wanita yang menyusui.
- Ibu dari suami yang istrinya menyusui.
- Anak wanita dari yang menyusui.
- Saudara wanita dari suami yang menyusui.
- Saudara wanita dari ibu yang menyusui.
c. Mahram bersifat sementara.
- Istri orang lain apabila telah diceraikan oleh suaminya.
- Saudara ipar/saudara wanita dari istri (boleh dinikahi dengan
syarat hubungan suami istri telah berakhir)
- Wanita dalam masa iddah.
- Istri yang telah ditalak tiga oleh suaminya.
- Dalam keadaan ihram. Apabila masa ihram haji atau umrahnya
telah usai, makan boleh untuk dinikahi.
- Wanita budak boleh dinikahi apabila telah bebas dari perbudakan.
- Wanita pezina apabila telah kembali berada di alan Allah SWT.
maka boleh untuk dinikahi.
- Menikahi istri yang telah dili'an suaminya.
- Menikahi wanita non-kitabiyah apabila telah menjadi muslim.
- Diharamkan pula sebuah pernikahan jika tidak mampu
memenuhi nafkah, baik secara lahir maupun batin.
- Menikah tanpa berterus terang perihal cacat fisik juga
diharamkan. Kecuali jika calon telah mengetahuinya dan
menerima untuk dinikahi.
- Perbedaan agama antara wanita dan pria juga termasuk hal yang
mengharamkan pernikahan.
- Wanita pezina dan lacur haram untuk dinikahi kecuali telah
bertobat di jalan Allah.
- Pernikahan tanpa rukun dan syarat yang memenuhi bersifat
haram. Misalnya menikah tanpa adanya saksi atau tanpa adanya
wali.
7. Hikmah Pernikahan
Diantara hikmah dari dilaksanakannya pernikahan adalah sebagai
berikut:
a. Untuk memenuhi kebutuhan biologis manusia dengan cara yang
suci dan halal.
b. Untuk memelihara kesucian dan kehormatan dari perbuatan zina.
c. Untuk membentuk rumah tangga islam yang sejahtera lahir dan
batin.
d. Untuk mendidik anak – anak menjadi mulia, melestarikan hidup
manusia, dan memelihara nasab.
e. Mengikuti sunah Rasul dan untuk meningkatkan ibadah kepada
Allah swt.
f. Untuk mencari keturunan yang soleh dan berahklak mulia.
g. Mendidik dan memberi motivasi kepada seseorang agar memilik
rasa tanggung jawab, dalam memelihara dan mendidik anak –
anknya.
h. Memberi rasa tanggung jawab terhadap suami istri yang selama ini
dipikul oleh masing – masing pihak.
i. Menyatakan keluarga masing – masing pihak, sehingga hubungan
silaturahmi semakin kuat dan terbentuk keluarga baru yang lebih
banyak.
8. Ketentuan Pernikahan Di Indonesia
Undang – Undang Nomer 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan
Hal – hal yang diatur dalam Undang – Undang Nomer 1
Tahun 1974:
a. Pencatatan Pernikahan (Pasal 2)
- Pernikahan adalah sah jika dilakukan menurut
hukum dan masing – masing kepercayaannya.
- Tiap – tiap pernikahan dicatat menurut undang –
undang yang berlaku.
b. Larangan Pernikahann ( Pasal 8)
Pernikahan dilarang antara mereka yang
- Masih memiliki hubungan darah dalam garis
keturunan lurus keatas ataupun kebawah.
- Masih memiliki hubungan darah dalam garis
menyamping yaitu antar saudara, dengan saudara
orang tuanya, dan dengan saudara neneknya.
- Berhubungan simenda, atau hubungan antara
menantu, mertua, anak tiri, bapak/ibu tiri.
- Masih saudara sepersusuan.
- Masih saudara dengan istri, atau sebagai bibi, atau
kemenakan istri(dalam hal suami beristri lebih dari
seorang).
- Adanya peraturan dilarang menikahi, dari agama
atau peraturan lainnya yang berlaku.
c. Batalnya Pernikahan (Pasal 22)
Batalnya sebuah pernikahan terjadi jika syarat –
syarat nikah tidak terpenuhi.
d. Yang Bisa Mengajukan Pembatalan Pernikahan
- Pihak keluarga yang masih keturunan lurus keatas.
- Suami atau istri.
- Pejabat yang berwenang (selama pernikahan belum
diputuskan).
e. Putusnya Pernikahan ( pasal 38)
Penyebab putusnya pernikahan bisa karena
kematian dan perceraian (keputusan pengadilan)

Anda mungkin juga menyukai