Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Dalam kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh suatu masyarakat atau


negara menunjukkan bahwa kegiatan permintaan dan penawaran sangat
dipengaruhi oleh tinggi rendahnya harga barang yang berlaku. Dengan demikian
perubahan harga akan memengaruhi besarnya jumlah barang yang diminta
(permintaan) dan jumlah barang yang ditawarkan (penawaran). Seberapa besar
pengaruh perubahan harga terhadap jumlah barang dapat dihitung dengan
menggunakan rumus elastisitas.

Elastisitas merupakan suatu indeks (bilangan) yang menggambarkan


hubungan kuantitatif antar variabel dependen dengan variabel independen, missal
anatara jumlah yang diminta dengan harga barang tersebut.Elastisitas memiliki
manfaat untuk mengetahui tingkat”kepekaan” variabel dependen terhadap variabel
yang berstatus independen. Sebagai misal, elastisitas dapat menunjukkan tingkat
sensitivitas (kepekaan) umlah barang yang diminta terhadap perubahan harga
sebesar satu persen. Dengan demikian seorang produsen akan dapat mengukur
seberapa jauh barang dagangannya akan berkurag (dalam %) apabila harganya
dinaikkan dengan x persen.

Bagi seorang pengusaha, elastisitas sangat bermanfaat untuk dijadikan alat


pertimbangan bagi pengambilan keputusan.misalnya pengusaha tersebut
mengetahui bahwa elastisitas permintaan atas barang dagangannya bersifat issal.
Artinya pengusaha tersebut berhadapan dengan pembeli yang issalve terhadap
perubahan harga. Dengan kata lain, ia tahu bahwa apabila ia menaikkan harga
sebesar 1%, maka konsumen akan mengurangi jumlah pembeliannya lebih dari
1%. Oleh karena itu, maka ia akan sangat berhati-hati untuk menaikan harga,
bahkan sebaliknya ia mungkin lebih beruntung apabila memutuskan untuk
menurunkan harag saja (misal 1%), yang akan berakibat pada perubahan
(peningkatan) jumlah yang diminta lebih besar dari 1%. Dengan cara itu ia dapat
meningktkan revenue totalnya.maka dari itu,kami akan membahas lebih lanjut
tentang konsep elastisitas.

1
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang yang dipaparkan di atas, maka penulis
merumuskan, pokok permasalahan :

1. Apakah yang dimaksud dengan konsep elastisitas?


2. Apakah yang dimaksud dengan elastisitas permintaan?
3. Apa saja jenis-jenis elastisitas permintaan?
4. Apakah yang dimaksud dengan elastisitas penawaran?
5. Apakah yang dimaksud elastisitas jangka pendek dan jangka panjang?
6. Apa sajakah aplikasi konsep elastisitas?

1.3 TUJUAN PENULISAN


Berdasarkan rumusan masalah di atas maka dapat dituliskan tujuan sebagai
berikut.
- Mengetahui apa yang dimaksud dengan konsep elastisitas
- Mengetahui apa yang dimaksud dengan elastisitas permintaan
- Mengetahui jenis-jenis elastisitas permintaan
- Mengetahui apa yang dimaksud dengan elastisitas penawaran
- Mengetahui apa yang dimaksud elastisitas jangka pendek dan jangka
panjang
- Mengetahui aplikasi konsep elastisitas

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KONSEP ELASTISITAS

1. Pengertian Konsep Elastisitas


Secara umum elastisitas adalah suatu pengertian yang menggambarkan
derajat kepekaan atau respon dari jumlah barang yang diminta atau ditawarkan
akibat perubahan faktor yang mempengaruhinya.permintaan elastis terjadi jika
perubahan permintaan lebih besar dari perubahan harga.

2.2 ELASTISITAS PERMINTAAN

1. Pengertian Elastisitas Permintaan

Elastisitas permintaan mengukur perubahan relatif dalam jumlah unik


barang yang dibeli sebagai akibat perubahan salah satu faktor yang
mempengaruhinya (ceteris paribus). Elastisitas permintaan mengukur seberapa
besar kepekaan perubahan jumlah permintaan barang terhadap perubahan harga.
Ketika harga sebuah barang turun, jumlah permintaan terhadap barang tersebut
biasanya naik. semakin rendah harganya, semakin banyak benda itu dibeli.
Elastisitas permintaan ditunjukan dengan rasio persen perubahan jumlah
permintaan dan persen perubahan harga. Ketika elastisitas permintaan suatu
barang menunjukkan nilai lebih dari 1, maka permintaan terhadap barang tersebut
dikatakan elastis di mana besarnya jumlah barang yang diminta sangat
dipengaruhi oleh besar-kecilnya harga.

Sementara itu, barang dengan nilai elastisitas kurang dari 1 disebut


barang inelastis, yang berarti pengaruh besar-kecilnya harga terhadap jumlah-
permintaan tidak terlalu besar. Sebagai contoh, jika harga sepeda motor turun
10% dan jumlah permintaan atas sepeda motor itu naik 20%, maka nilai elastisitas
permintaannya adalah 2; dan barang tersebut dikelompokan sebagai barang elastis
karena nilai elastisitasnya lebih dari 1. Perhatikan bahwa penurunan harga sebesar
1% menyebabkan peningkatan jumlah permintaan sebesar 2%, dengan demikian
dapat dikatakan bahwa jumlah permintaan atas sepeda motor sangat dipengaruhi
oleh besarnya harga yang ditawarkan

Untuk barang-barang normal, penurunan harga akan berakibat pada


peningkatan jumlah permintaan. Permintaan terhadap sebuah barang dapat
dikatakan inelastis bila jumlah barang yang diminta tidak dipengaruhi oleh
perubahan harga. Barang dan jasa yang tidak memiliki substitusi biasanya
tergolong inelastis. Permintaan terhadap antibiotik, misalnya, dikatakan sebagai
permintaan inelastis karena tidak ada barang lain yang dapat menggantikannya.

3
Daripada mati terinfeksi bakteri, pasien biasanya lebih memilih untuk membeli
obat ini berapapun biayanya. Sementara itu, semakin banyak sebuah barang
memiliki barang substitusi, semakin elastis barang tersebut.
meskipun permintaan inelastis sering diasosiasikan dengan barang "kebutuhan,"
banyak juga barang yang bersifat inelastis meskipun konsumen mungkin tidak
"membutuhkannya." Permintaan terhadap garam, misalnya, menjadi permintaan
inelastis bukan karena konsumen sangat membutuhkannya, melainkan karena
harganya yang sangat murah

2.3 JENIS-JENIS ELASTISITAS PERMINTAAN

Ada tiga faktor penting yang mempengaruhi permintaan terhadap suatu barang
yaitu:

a. Elastisitas Harga (Price Elasticity of Demand)


Elastisitas harga (ep) mengukur beberapa persen permintaan terhadap
suatu barang berubah bila harganya berubah sebesar satu persen.

1. Angka elastisitas harga(ep)


a) Inelastis (Ep < 1)
Perubahan permintaan (dalam persentase) lebih kecil dari pada
perubahan harga. Kalau harga naik 10% menyebabkan permintaan
barang turun sebesar, misalnya, 6%. Permintaan barang kebutuhan
pokok umumnya inelastis. Misalnya perubahan harga beras di
indonesia, tidak berpengaruh besar terhadap terhadap perubahan
permintaan terhadap beras.
b) Elastis (Ep >1)
permintaan terhadap suatu barang dikatakan elastis bila perubahan
harga suatu barang menyebabkan perubahan permintaan yang

4
besar. Misalnya,bila harga turun 10% menyebabkan permintaan
barang naik 20%. Karna itu nilai Ep lebih besar dari satu. Barang
mewah seperti mobil umumnya permintaannya elastis.
c) Elastis unitari (Ep =1)
Jika harga naik 10%, permintaan barang naik 10% juga.
d) Inelastis sempurna (Ep =0)
Berapa pun harga suatu barang, orang akan tetap membeli jumlah
yang dibutuhkan. Contoh nya adalah permintaan garam.
e) Elastis tak terhingga (Ep = ∞)
Perubahan harga sedikit saja menyebabkan perubahan permintaan
tak terbilang besarnya.

Secara grafis tingkat elastisitas harga terlihat dari slope (kemiringan)


kurva permintaan. Bila kurva permintaan tegak lurus, permintaan inelastis
sempurna (perfect inelastic); perubahan harga, tidak memengaruhi jumlah barang
yang diminta. Bila kurva sejajar sumbu datar, permintaan elastis tak terhingga
(perfect elastic); perubahan harga sedikit saja, menyebabkan perubahan jumlah
barang yang diminta tak terhingga besar nya. Permintaan dikatakan elastis unitari
(unitary elastic), bila slope kurvanya minus satu (kurvanya membentuk sudut
45º). Dapat disimpulkan ,semakin datar kurva permintaan, makin elastis
permintaan suatu barang.

Diagram 2.1

Elastisitas Harga

2. Elastisitas Titik dan Elastisitas Busur

Elastisitas titik (poin elasticity) mengukur tingkat elastisitas pada titik


tertentu. Konsep elastisitas ini digunakan bila perubahan harga yang terjadi

5
sedemikian kecilnya hingga mendekati nol. Tetapi konsep ini kurang akurat bila
perubahan harga yang relatif besar.

Dalam kasus tersebut lebih tepat jika mnggunakan elastisitas busur (arch
elasticity), yang mengukur elastisitas permintaan antara dua titik. Rumus
perhitungan elastisitas busur hanya sedik perbedaannya dengan rumus
perhitungan elastisitas titik.

Diagram 2.2
Elastisitas Titik dan Elastisitas Busur

Hasil dari perhitungan rumus elastisitas titik di atas (persamaan 3.3) akan
sama dengan CB/BA atau sama dengan CQ1/Q1O atau sama dengan OP1/P1A

6
(Diagram 3.3a). Dengan demikian kita bisa mengetahui bahwa elastisitas pada
tengah garis AC adalah sebesar 1

Diagram 2.3
Mengukur Elastisitas Titik

3. Faktor Faktor yang Menentukan Elatisitas Harga


a.) Tingkat Substitusi
Makin sulit mencari substitusi sutau barang, permintaan makin
inelastis. Beras bagi masyarakat Indonesia sulit dicari substitusinya,
karena itu permintaan beras bersifat inleastis. Garam tidak mempunyai
substitusi, oleh karena itu permintaannya inelastis sempurna. Meskipun
harga garam mengalami kenaikan yang sangat banyak, orang tetap
akan membelinya. Sebaliknya, jika harga garam mengalami penurunan
yang sangat banyak pula, orang tidak lantas akan memborong garam
tersebut.
b.) Jumlah Pemakai
Makin banyak pemakai, permintaan akan suatu barang makin
inelastis. Hampir semua suku di Indonesia mengonsumsi beras sebagai
makanan pokok. Ini penjelasan mengapa permintaan beras di Indonesia
bersifat inelastis. Penjelasan ini sebenarnya menunjukkan bahwa
elastisitas harga dipengaruhi oleh pokok tidaknya suatu barang bagi
kita. Semakin pokok suatu barang, semakin inelastis permintaannya.
Namun, pokok tidaknya suatu barang adalah relatif.

7
c.) Proporsi kenaikan harga terhadap pendapatan konsumen
Bila proporsi tersebut besar, maka permintaan cenderung lebih
elastis. Contohnya adalah garam dan TV. Meskipun harga barang naik
50%, kenaikan tersebut mungkin hanya Rp.1000,00, yang merupakan
bagian sangat kecil dari pendapatan sebagian besar keluarga.
Sebaliknya, kenaikan harga TV sebesar 5%, dalam jumlah nominal
uang bisa Rp125.000,00, dan cukup menyebabkan sejumlah keluarga
menunda pembeliannya sampai tahun depan.
d.) Jangka Waktu
Jangka waktu permintaan atas suatu barang juga mempunyai
pengaruh terhadap elastisitas harga. Namun hal ini tergantung pada
apakah barangnya durabel atau nondurabel.

b. Elastisitas Silang (Cross Elasticity)


Elastisitas silang menunjukkan hubungan antara jumlah barang yang
diminta terhadap perubahan harga barang lain yang mempunyai
hubungan dengan barang tersebut. Hubungan tersebut dapat bersifat
pengganti, dapat pula bersifat pelengkap. Terdapat tiga macam respons
perubahan permintaan suatu barang.
Permintaan konsumen terhadap suatu barang tidak hanya tergantung
pada harga barang tersebut. Tetapi juga pada preferensi konsumen, harga
barang subsitusi dan komplementer dan juga pendapatan. Para ahli
ekonomi mencoba mengukur respon/reaksi permintaan terhadap harga
yang berhubungan dengan barang tersebut, disebut dengan elastisitas
silang (Cross Price Elasticity of Demand). Perubahan harga suatu barang
akan mengakibatkan pergesaran permintaan kepada produk lain, maka
elastisitas silang (Exy) adalah merupakan persentase perubahan
permintaan dari barangX dibagi dengan persentase perubahan harga dari
barang Y.
Apabila hubungan kedua barang tersebut (X dan Y) bersifat
komplementer (pelengkap) terhadap barang lain itu, maka tanda
elastisitas silangnya adalah negatif, misalnya kenaikan harga tinta akan
mengakibatkan penurunan permintaan terhadap pena. Apabila barang
lain tersebut bersifat substitusi (pengganti) maka tanda elastisitas
silangnya adalah positif, misalnya kenaikan harga daging ayam akan
mengakibatkan kenaikan jumlah permintaan terhadap daging sapi dan
sebaliknya.

8
c. Elastisitas Pendapatan (Income Elasticity)

Elastisitas pendapatan (the income elasticity of demand) digunakan untuk


mengukur perubahan jumlah barang yang diminta akibat dari adanya
perubahan pendapatan.

Rumus :

2.4 Elastisitas Penawaran


Elastisitas penawaraan (elasticity of supply) adalah pengaruh perubahan
harga terhadap besar kecilnya jumlah barang yang ditawarkan atau tingkat
kepekaan perubahan jumlah barang yang ditawarkan terhadap perubahan harga
barang. Adapun yang dimaksud koefisien elastisitas penawaran adalah angka
yang menunjukkan perbandingan antara perubahan jumlah barang yang
ditawarkan dengan perubahan harganya. Besar kecilnya koefisien elastisitas
penawaran dapat dihitung dapat dengan rumus sebagai berikut.

9
a. Faktor –faktor yang Menentukan Elastisitas Penawaran

1. Jenis Produk

Kurva penawaran produk pertanian umumnya inelastis, sebab


produsen tidak mampu memberikan respons yang cepat terhadap
perubahan harga. Jika harga beras naik 10%, petani harus menanam
dahulu dan baru 3-4 bulan kemudian dapat memanen hasil. Sementara
kurva penawaran produk industri umumnya elastis, sebab mampu
berespons cepat terhadap perubahan harga. Bila harga tekstil meningkat,
pabrik tekstil akan memperpanjang jam kerja mesin, menambah pekerja
harian atau memberikan kesempatan lembur.

2. Sifat Perubahan Biaya Produksi

Penawaran akan bersifat inelastis bila kenaikan penawaran hanya


dapat dilakukan dengan mengeluarkan biaya yang sangat tinggi. Bila
penawaran dapat ditambah dengan pengeluaran biaya tambahan yang
tidak terlalu besar, penawaran akan bersifat elastis. Apakah biaya
produksi akan meningkat dengan cepat atau lambat apabila produksi
ditambah, tergantung pada beberapa faktor, antara lain:
 Tingkat penggunaan kapasitas perusahaan. Apabila kapasitasnya
telah mencapai tingkat yang tinggi, investasi baru harus dilakukan
untuk menambah produksi. Dalam keadaan ini kurva penawaran
akan menjadi inelastis.
 Kemudahan memperoleh faktor-faktor produksi. Penawaran akan
menjadi inelastis apabila faktor-faktor produksi yang diperlukan
untuk menaikkan produksi sulit diperoleh.

3. Jangka waktu

Elastisitas penawaran juga tergantung kepada waktu, apabila harga


berubah, para ahli ekonomi membedakan tiga waktu atau masa bagi
produsen dalam rangka menyesuaikan jumlah barang yang akan
ditawarkan dengan perubahan harga tersebut. Adapun tiga waktu tersebut
adalah:
- Immediate Run/ Momentary Period/ M,arket Period
Suatu priode waktu yang sangat pendek, dimana jumlah barang yang
terdapat dipasar tidak dapat dirubah, yaitu hanya sebanyak yang ada
dipasar. Dalam waktu satu/beberapa hari saja semua input tetap. Oleh
karena itu, para produsen/penjual tidak dapat segera menambah jumlah
yang ditawarkan, meskipun konsumen bersedia membayar harga yang

10
tinggi. Jumlah barang yang ditawarkan tergantung dari banyaknya
persediaan yang ada pada saat itu. Pada jangka waktu yang sangat singkat,
penjual/produsen tidak dapat menambah penawarannya, sehingga
penawaran menjadi tidak elastis sempurna.
- The short run
Diartikan jangka waktu yang cukup untuk memungkinkan para produsen
menambah jumlah produksinya dengan jalan menambah input variabel
(dengan bekerja lebih keras/lama, mempergunakan lebih banyak bahan
dsb). Tetapi tidak cukup lama untuk memperbesar kapasitas produksi
yang ada (areal pertanian, modal tetap seperti bangunan pabrik, mesin-
mesin, dll). Dalam keadaan demikian penawaran dapat elastis, dapat juga
inelastis, tergantung jenis barang dan proses produksinya. Kapasitas
produksi tidak dapat ditambah dalam jangka pendek, namun perusahaan
masih dapat menaikkan produksi dengan kapasitas yang tersedia dengan
memanfaatkan faktor-faktor produksi yang ada. Hasilnya, penawaran
dapat dinaikkan dalam prosentase yang relatif kecil, sehingga penawaran
tidak elastis.
- The long run
adalah suatu priode waktu yang sangat panjang bagi perusahaan baru
untuk masuk kedalam pasar dan bagi perusahaan lama untuk membuat
perencanaan untuk mengembangkan perusahaan yang lebih
memungkinkan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan harga, bentuk
kurva penawarannya lebih elastis. Dalam jangka waktu yang cukup lama
tersebut para produsen dapat menambah kapasitas produksi dengan
menambah modal tetap (pabrik baru, mesin-mesin, perluasan areal
pertanian, dsb) untuk menyesuaikan produksi dengan permintaan
masyarakat.Makin lama jangka waktu, makin elastis penawaran.Dalam
jangka panjang, perkembangan teknik produksi di sektor industri dan
produksi secara besar-besaran malah dapat menyebabkan harga turun,
sehingga barang-barang yang dulu dipandang barang mewah dan mahal
menjadi barang kebutuhan biaya yang terbeli juga oleh orang banyak
(misalnya, radio transistor, kalkulator, dsb). Produksi dan jumlah
penawaran barang lebih mudah dinaikkan dalam jangka panjang, sehingga
penawaran lebih bersifat elastis.

11
2.5 Elastisitas Jangka Pendek dan Jangka Panjang

A. Elastisitas Permintaan

1. Elastisitas Harga
Untuk barang-barang yang habis dipakai dalam waktu kurang dari setahun
(barang tidak tahan lama atau non durable goods), elastisitas harga lebih besar
dalam jangka panjang dibanding dalam jangka pendek. Ada dua penyebab yaitu:
Pertama, konsumen membutuhkan waktu untuk mengubah kebiasaan mereka.
Misalnya, bila harga kopi naik konsumen yang biasa minum kopi banyak (lebih
dari tiga gelas perhari), sulit mengubah kebiasaan itu dalam jangka pendek.
Akibatnya permintaan kopi dalam jangka pendek mengalami penurunan yang
relatif sedikit dibanding dalam jangka panjang.
Kedua, kadang-kadang permintaan terhadap suatu barang berkaitan dengan
barang lain, yang perubahannya baru terlihat dalam jangka panjang. Misalnya,
bila harga BBM naik, maka konsumen segera melakukan penyesuaian dengan
mengurangi jam pemakaian kendaraan, sehingga dalam jangka pendek elastisitas
harga lebih besar. Tetapi konsumen tidak dapat mengubah jumlah stok
kendaraannya, atau segera menggantikan kendaraannya dengan model yang lebih
efisien dalam penggunaan bahan bakar. Dalam dua atau tiga tahun kemudian,
dengan mobil yang lebih efisien, penurunan BBM akan lebih besar. Sehingga
elastisitas harga permintaan jangka panjang lebih besar daripada jangka pendek.
Sebaliknya untuk barang yang masa konsumsinya lebih dari setahun (barang
tahan lama atau durable goods), permintaannya lebih elastis dalam elastis dalam
jangka pendek dibanding jangka panjang. Misalnya, jika harga mobil naik 10%,
dalam jangka pendek permintaan terhadap mobil dapat saja turun sekitar 15%.
Tetapi dalam jangka panjang, karena banyak mobil yang harus diganti (replaced),
pembelian akan naik lagi, sehingga penurunan permintaan dalam jangka panjang
kurang dari 15%
2. Elastisitas Pendapatan
Elastisitas pendepatan dalam jangka panjang bagi barang nondurabel lebih
besar dibanding jangka pendek. Jika pendapatan meningkat 20%, masyarakat
yang tadinya hanya mampu makan gaplek, sekarang sebenarnya mampu membeli
beras. Namun karena sudah terbiasa makan gaplek, mereka tidak segera
mengganti konsumsinya ke beras. (Gaplek adalah bahan makanan yang berasal
dari singkong dikeringkan, dapat dibuat makanan yang dinamakan tiwul sebagai
pengganti nasi).
Sebaliknya barang durabel, elastisitas pendapatan dalam jangka pendek
lebih besar dari pada jangka panjang. Jika pendapatan naik 25%, perubahan
permintaan terhadap mobil dalam jangka pendek dapat mencapai misalnya 30%,
tetapi dalam jangka panjang lebih kecil, karena seseorang tidak membeli mobil
setiap tahun.

12
B. Elastisitas Penawaran
Hampir semua barang memiliki penawaran yang lebih elastis dalam
jangka panjang, dibanding dalam jangka pendek. Sebab dalam jangka panjang
perusahaan mampu mengatasi kendala-kendala yang muncul dalam jangka
pendek. Misalnya, perusahaan mobil tidak mungkin membangun pabrik baru
dalam waktu kurang dari satu tahun, tetapi dalam waktu tiga atau empat tahun.
Dengan demikian kurva penawaran akan mobil dalam jangka panjang lebih elastis
dibanding dalam jangka pendek.
Untuk beberapa barang, penawaran dalam jangka pendeknya inelastis
sempurna (Es = 0). Output sektor properti adalah salah satu contohnya. Bila di
Jakarta ada 5.000 unit apartemen yang siap sewa, maka jumlah permintaan yang
terpenuhi maksimal 5.000 unit. Misalnya dalam tiga bulan kedepan ada lonjakan
permintaan sebesar 10.000 unit, maka kelebihan pemintaan itu tidak terspon oleh
sisi penawaran. Sebab tidak mungkin membangun apartemen baru sebanyak 5.000
unit dalam tempo kurang dari tiga bulan.
Tetapi ada juga barang yang penawarannya justru lebih elastis dalam
jangka pendek, dibanding jangka panjang. Barang itu umumnya yang dapat didaur
ulang (recycling). Misalnya logam besi untuk kebutuhan industri dapt diperoleh
dari hasil primer pertambangan (primary metal). Dan atau hasil dari daur ulang.
Primary metal mempunyai elastisitas penawaran dalam jangka panjang
yang lebih besar dibanding dalam jangka pendek, baik karena kemajuan teknologi
maupun cukupnya waktu untuk meningkatkan kapaasitas produksi. Sebaliknya
dengan besi hasil daur ulang. Karena dapat terus didaur ulang, maka kurva
penawaran dalam jangka panjangnya lebih inelastis dibanding dalam jangka
pendek

2.5 Aplikasi Konsep Elastisitas

a. Hubungan Elestisitas Harga, Penerimaan Total, dan Pendapatan Marjinal


Jika harga jual barang naik, dua kemungkinan ekstrem reaksi para manajer.
Kemungkinan pertama mereka panik, mengira kenaikan harga menurunkan
permintaan sehingga penerimaan turun. Kemungkinan kedua mereka bergembira,
mengira kenaikan harga akan menyebabkan penerimaan meningkat. Sikap mana
yang benar, sangat ditentukan oleh elastisitas harga.
Untuk barang yang permintaannya inelastis, kenaikan harga 10% akan
menyebabkan penurunan permintaan lebih kecil daripada 10%, sehingga
penerimaan total atau total revenue (TR) meningkat. Atau dapat dikatakan untuk
barang yang permintaanya inelastis, pendapatan marjinal atau marginal
revenue (MR) negatif. Barang yang permintaannya elastis, kenaikan harga 10%,
akibatnya penerimaan total menurun. Dengan kata lain MR positif. Barang yang
elastisitas permintaanya unitari, kenaikan harga 10% menurunkan permitaan
sebesar 10% juga. Akibatnya TR tidak berubah, atau MR sama dengan nol. sDengan
cara berpikir yang sama, kita dapat menyimpulkan apa yang terjadi jika harga
turun. TR dapat didefinisikan sebagai harga (P) dikalikan dengan jumlah barang

13
(Q) yang terjual. Sedangkan MR adalah tambahan penerimaan yang disebabkan
oleh bertambahnya satu unit barang yang terjual, atau MR = dTR/dQ

b. Pergeseran Beban Pajak (Tax Incidence)


Jika pemerintah memutuskan mengenakan pajak untuk barang mie instant,
pengenaan pajak dibebankan kepada produsen. Siapakah yang diuntungkan?
Sepintas tampaknya yang diuntungkan adalah konsumen, karena beban pajak
ditanggung oleh produsen. Apakah benar demikian?
Untuk menjawab pertanyaan di atas, kita harus memerhatikan sisi
permintaan dan penawaran. Di sisi penawaran, sebagai produk industri,
elastisitasnya relatif besar. Sementara di sisi permintaan, sebagai alternatif utama
adalah nasi, permintaanya relatif inelastis. Maka distribusi beban pajak antara
konsumen dan produsen adalah sebagai berikut.Kondisi keseimbangan awal
sebelum pajak adalah P0 dan Q0. Pajak sebesar T per unit menyebabkan kurva
penawaran bergeser dari S0 ke S1. Koordinat keseimbangan berubah ke (P1, Q1).
Besarnya penerimaan pajak adalah jumlah unit yang terjual dikalikan T per unit
sama dengan 0Q1 (P1-P2) atau sama dengan luas segi empat A dan C. Bidang A
dan C aadlah bagian dari surplus konsumen dan surplus produsen yang hilang dan
masuk ke dalam khas pemerintah sebagai penerimaan pajak. Berdasaarkan luas
bidang, maka produsen berhasil menggeser sebagian besar beban pajak kepada
konsumen (bidang A). Jadi kebijakan di atas relatif merugikan konsumen.

Kondisinya akan terbalik bila yang inelastis adlah kurva


penawaran, sementara kurva permintaannya elastis. Bandingkan dengan contoh
berikut. Anjloknya nilai mata uang rupiah terhadap mata uang asing telah
meningkatkan permintaan negara lain terhadap hasil kerajinan tangan Indonesia.
Pemerintah ingin memanfaatkan keadaan itu untuk meningkatkan penerimaan
pajak, dengan mengenakan pajak sebesar T per unit untuk setiap hasil kerajinan
tangan yang dibeli. Agar tidak merugikan produsen yang pada umumnya
pengusaha lemah, maka pajak dipungut kepada konsumen. Benarkah hal itu tidak
merugikan konsumen? Karena produsen tidak menggunakan teknologi canggih,
maka kurva penawaran relatif inelastis. Sementara karena alternatif pilihan
cindera mata begitu banyak, maka kurva permintaan relatif elastis.

14
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Sebagaimana materi yang telah dipaparkan diatas dapat di simpulkan bahwa


Elastisitas merupakan suatu indeks (bilangan) yang menggambarkan hubungan
kuantitatif antar variabel dependen dengan variabel independen, missal anatara
jumlah yang diminta dengan harga barang tersebut.

Adapun jenis-jenis elastisitas yaitu elastisitas harga, elastisitas silang, dan


elastisitas pendapatan. Adapun pengaruh elastisitas sangat bermanfaat untuk
dijadikan alat pertimbangan bagi pengambilan keputusan. Elastisitas harga
penawaran mengukur seberapa banyak penawaran barang dan jasa berubah ketika
harganya berubah.Elastistas harga ditunjukkan dalam bentuk prosentase
perubahan atas kuantitas yang ditawarkan sebagai akibat dari satu persen
perubahan harga.

Setiap perubahan harga akan mengubah kuantitas yang diminta. Akan tetapi
sampai dimana setiap perubahan harga akan menimbulkan perubahan tersebut,
berbedaan diantara satu barang dengan barang yang lain. Ada yang menimbulkan
perubahan kuantitas yang besar, tetapi ada pula yang pertubahan kuantitasnya
sangat kecil. Elastisitas permintaan dan penawaran merupakan ukuran yang
menunjukan sampai dimana kuantitas yang diminta atau ditawarkan akan
mengalami perubahan sebagai akibat dari suatu perubahan harga

3.2 SARAN

Interaksi antara permintaan dan penawaran akan menciptakan keseimbangan


harga pasar, apabila pada harga keseimbangan jumlah barang yang di minta
konsumen, sama persis dengan jumlah yang di tawarkan produsen, secara grafis
keseimbangan pasar bisa tercapai apabila kurva permintaan dan penawaran
berpotongan, titik perpotongan tersebut di sebut titik keseimbangan.

15
DAFTAR PUSTAKA

Rahardja, P. Manurung, M. 2004. Pengantar Ilmu Ekonomi: Mikroekonomi, Edisi


Revisi. Jakarta: Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Raharja,Prathama dan Mandala Manurung.2017.Pengantar Ilmu Ekonomi


(Mikroekonomi & Makroekonomi).Edisi Ketiga: Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia

16

Anda mungkin juga menyukai