Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Makanan merupakan kebutuhan pokok mahluk hidup. Tanpa makanan, mahluk hidup
tidak bisa untuk menjalankan kegiatan sehari-hari. Setiap orang, baik laki-laki maupun
perempuan, tua muda, sakit ataupun sehat selalu membutuhkan makanan dalam jenis dan
porsi yang berbeda.
Seiring dengan semakin meningkatnya kesadaran pangan masyarakat akan pentingnya
hidup sehat, maka tuntutan konsumenterhadap bahan pangan juga semakin meningkat. Bahan
pangan yang kini mulai banyak diminati konsumen bukan saja yang mempunyai kandungan
gizi yang baik serta kenampakan dan cita rasa yang menarik, tetapi juga harus mmemiliki
fungsi fisiologis tertentu bagi tubuh.
Saat ini banyak dipopulerkan bahan pangan yanng mempunyai fungsi fisiologis tertentu
didalam tubuh, misalnya untuk menurunkan tekanan darah, kolesterol, kadar gula darah,
meningkatkan penyerapan kalsium, dan lain-lain. Saat ini telah banyak diketahui bahwa
didalam bahan pangan terdapat senyawa yang mempunyai peranan penting bagi kesehatan.
Senyawa tersebut mengandung komponen aktif yang mempunyai aktivitas fisiologis yang
memberikan efek positif bagi kesehatan tubuh orang yang mengkonsumsinya. Istilah pangan
fungsional merupakan nama yang paling mudah diterima dimasyarakat untuk sebagian
makanan atau minuman yang mengandung bahan-bahan yang diperkirakan dapat
meningkatkan status kesehatan dan mencegah timbulnya penyakit-penyakit tertentu.
Pangan fungsional dibedakan dari suplemen makanan dan obat berdasarkan penampakan
dan pengaruhnya terhadap kesehatan. Kalau obat fungsinya terhadap penyakit bersifat
pengobatn, maka pangan fungsional hanya bersifat pencegahan terhadap penyakit. Sedangkan
suplemen makanan adalh bahan pangan dengan tujuan untuk memberikan tambahan sumber
gizi bagi yang sedang melakukan program diet.
Kelompok senyawa yang dianggap mempunyai fungsi-fungsi fisiologis tertentu didalam
pangan fungsional adalh senyawa-senyawa alami diluar zat gizi dasar(karbohidrat, protein
dan lemak) yang terkandung dalam pangan yang bersangkutan, yaituu: serat makanan
(dietary fiber), oligosakarida, gula alkohol (polyol), asam lemak tidak jenuh jamak
(polyunsaturated fatty acid=PUFA), peptida dan protein tertentu, glikosida dan isoprenoid,
polifenol dan isoflavon, kolin dan lesitin, bakteri asam laktat, phytosterol, vitamin dan
mineral tertentu (Tarigan,1986).
2.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dalam uraian diatas, dapat penulis rumuskan masalah
dalam makalah ini seperti berikut:
1. Apa saja komponen bioaktif yang terkandung dalam beberapa pangan funsional yang sudah
diteliti?
2. Darimanakah sumber terbesar komponen bioaktif dalam pangan fungsional yanng telah
diteliti?
3. Bagaimanakah peranan komponen bioaktif tersebut untuk kesehatan?
4. Apa saja menfaat serta efek samping dari komponen bioaktif yang terkandung dalam pangan
fungsional?

3.Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan dari makalah ini sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan peran makanan fungsional untuk kesehatan.
2. Mendeskripsikan beberapa komponen bioaktif yang terdapat dalam pangan funsional.
3. Memenuhi tugas mata kuliah Pangan Fungsional.
4.Manfaat Penulisan
Penulisan makalah ini bermanfaat bagi semua kelompok masyarakat agar lebih
mengetahui jenis-jenis bahan pangan yang bersifat fungsional dan memiliki peran yang baik
dalam mencegah berbagai penyakit.

BAB II
ISI
2.1 Flavonoid
2.1.1 Defenisi Flavonoid
Flavonoid adalah suatu golongan metabolit sekunder yang tersebar merata dalam dunia tumbuh-
tumbuhan, termasuk salah satu golongan fenol alam terbesar. Dalam tumbuhan terdapat sebagai campuran dan
jarang ditemukan sebagai flavonoid tunggal. Terikat pada gula sebagai suatu senyawa glikosida dan aglikon
flavonoid dalam bentuk aglikosida.
Flavonoid ditemukan pada hampir semua bagian tumbuhan termasuk daun, akar, kayu, kulit, tepung sari, nectar,
bunga, buah dan biji.
Dengan adanya sejumlah gugus hidroksil maka flavonoid termasuk senyawa polar sehingga flavonoid
dapat larut dalam senyawa polar seperti etanol, methanol, dimetil furan, dll.
2.1.2 Klasifikasi dan Sumber Flavonoid
Flavonoid dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa golongan, seperti antosianin, proantosianidin,
flavonol, flavon, glikoflavon, flavonil, khalkon, auron, flavonon dan isoflavon.Tabel klasifikasi flavonoid dan
sumbernya dalam tanaman:
no Jenis flavonoid Sumber
Berri-berrian berwarna merah biru dan ungu seperti
1 Anthosianidin
anggur merah dan ungu.

2 Flavanol Teh, cokelat, anggur, beri-berian, apel, red wine.

3 Flavanon Buah dan jus sitrus: jeruk, lemon, dan jeruk bali.

Bawang bombay, daun bawang, brokoli, apel berri-berrian


4 Flavanol
dan teh.

5 Flavon Peterseli, thyme, seledri, dan cabai


6 Isoflavon Kedelai dan makanan olahannya serta kacang-kacangan

2.1.3 Peranan Flavonoid Bagi Kesehatan


Secara umum, flavonoid memiliki 3 fungsi umum dalam tubuh yang sangat bermanfaat. Fungsi-fungsi
tersebut adalah sebagai berikut:

 Antioksidan

Flavonoid adalah antioksidan yang sangat efektif mengikat radikal bebas

 Mengikat logam

Ion logam seperti besi dan tembaga dapat mengkatalisis produksi radikal bebas. Kemampuan flavonoid
untuk mengikat ion logam tampaknya berkontribusi terhadap aktivitas antioksidan mereka dalam tubuh. Dalam
organisme hidup sebagian besar besi dan tembaga terikat denganprotein sehingga mencegah ion logam untuk
bereaksi membantu pembentukan radikal bebas.

 Membantu pensinyalan sel

Berdasarkan percobaan terhadap kultur sel, bahwa flavonoid memiliki efek biologis untuk memodulasi
jalur sinyal pada sel. Sel mampu menanggapi berbagai tekanan atau sinyal yang berbeda dengan meningkatkan
atau menurunkan ketersediaan protein spesifik. Kejadian yang kompleks yang menyebabkan perubahan dalam
ekspresi gen tertentu yang dikenal sebagai jalur sinyal sel atau jalur transduksi sinyal. Jalur ini mengatur proses
sel banyak, termasuk pertumbuhan, proliferasi, dan kematian (apoptosis). Konsentrasi intraseluler dari flavonoid
yang diperlukan untuk mempengaruhi jalur sel-sinyal yang jauh lebih rendah dari yang dibutuhkan untuk
mempengaruhi kapasitas antioksidan seluler. Metabolit flavonoid dapat mempertahankan kemampuan mereka
untuk berinteraksi dengan protein sel-sinyal bahkan jika aktivitas antioksidan mereka berkurang. Dengan fungsi
tersebut, flavonoid sekaligus dapat mencegah terjadinya penyakit kanker dan penyakit kardiovaskuler atau
CVD.

 Mencegah penyakit kanker

Flavonoid mencegah kanker dengan cara menstimulasi aktifitas detoksifikasi enzim, menjaga regulasi
sel normal, menghambat proliferasidan menginduksi apoptosis, mengambat invasi tumor dan angiogenesis, dan
mengurangi peradangan atau inflamasi.

 Mencegah penyakit kardiovaskuler

Beberapa studi epidemiologis menunjukan bahwa konsumsi flavonoid dapat menurunkan


resiko penyakit jantung koroner dan stroke. Namun penelitian ini perlu dikaji lebih dalam lagi. Namun, secara
biologis flavonoid dapat mencegah penyakit jantung koroner dengan berbagai cara yaitu sebagai berikut: 1).
Mengurangi peradangan 2). Penurunan ekspresi molekul adhesi sel vaskular 3). Meningkatkan aktivitas oksida
nitrat sintase endotel untuk menjaga relaksasi arteri (vasodilatasi) 4). Penurunan agregasi platelet atau bekuan
darah yang dapat menyumbat arteri koroner, yang menyebabkan infark miokard atau stroke .

 Mencegah penyakit degenerasi syaraf


Asupan kaya flavonoid telah ditemukan dapat mencegah kerusakan kognitif yang terkait dengan
penuaan dan peradangan pada beberapa studi hewan. Peradangan, stres oksidatif, dan transisi akumulasi logam
tampaknya memainkan peran dalam patologi beberapa penyakit neurodegeneratif termasuk penyakit Parkinson
dan penyakit Alzheimer. Karena flavonoid memiliki anti-inflamasi, antioksidan, dan sifat pengikat logam, para
ilmuwan tertarik pada potensi neuroprotektif flavonoid. Meskipun para ilmuwan tertarik pada potensi flavonoid
untuk melindungi otak penuaan, masih belum jelas bagaimana flavonoid konsumsi mempengaruhi risiko
penyakit neurodegenerative pada manusia.

Interaksi Flavonoid dengan Zat Gizi

 Zat Besi non-heme

Zat besi non-heme adalah zat besi yang didapat dari makanan nabati, susu dan produknya
sertasuplemen makanan. Flavonoid dapat mengikat besi non-heme dan menghambat penyerapannya dalam usus.
Besi non-heme adalah bentuk utama dari besi dalam makanan nabati, produk susu, dan suplemen zat besi.
Konsumsi satu cangkir teh atau kakao dengan sumber makan tersebut telah terbukti dapat mengurangi
penyerapan zat besi non-heme dalam makanannya yang sekitar 70%. Untuk memaksimalkan penyerapan zat
besi dari makanan atau suplemen zat besi, minuman kaya flavonoid atau suplemen flavonoid dapat dikonsumsi
pada waktu yang berbeda.

 Vitamin C

Studi pada kultur sel menunjukkan bahwa sejumlah flavonoid menghambat pengangkutan vitamin C ke
dalam sel serta menurunkan penyerapan vitamin C dalam usus. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk
menentukan pentingnya temuan ini pada manusi

2.2 Alkaloid
2.2.1 Defenisi Alkaloid
Alkaloid adalah senyawa organik yang terdapat di alam bersifat basa atau alkali dan sifat basa ini
disebabkan karena adanya atom N (Nitrogen) dalam molekul senyawa tersebut dalam struktur lingkar
heterosiklik atau aromatis, dan dalam dosis kecil dapat memberikan efek farmakologis pada manusia dan
hewan. Alkaloid juga adalah suatu golongan senyawa organik yang terbanyak ditemukan di alam. Hampir
seluruh senyawa alkaloida berasal dari tumbuh-tumbuhan dan tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan.
Semua alkaloida mengandung paling sedikit satu atom nitrogen.

Hampir semua alkaloida yang ditemukan di alam mempunyai keaktifan biologis tertentu, ada yang
sangat beracun tetapi ada pula yang sangat berguna dalam pengobatan. Misalnya kuinin, morfin dan stiknin
adalah alkaloida yang terkenal dan mempunyai efek sifiologis dan fisikologis. Alkaloida dapat ditemukan dalam
berbagai bagian tumbuhan seperti biji, daun, ranting dan kulit batang. Alkaloida umunya ditemukan dalam kadar
yang kecil dan harus dipisahkan dari campuran senyawa yang rumit yang berasal dari jaringan tumbuhan.
2.2.2 Klasifikasi Alkaloid

Pada bagian yang memaparkan sejarah alkaloid, jelas kiranya bahwa alkaloid sebagai kelompok
senyawa, tidak diperoleh definisi tunggal tentang alkaloid. Sistem klasifikasi yang diterima, menurut Hegnauer,
alkaloid dikelompokkan sebagai (a) Alkaloid sesungguhnya, (b) Protoalkaloid, dan (c) Pseudoalkaloid.
Meskipun terdapat beberapa perkecualian.

1. Alkaloid Sesungguhnya
Alkaloid sesungguhnya adalah racun, senyawa tersebut menunjukkan aktivitas fisiologi yang luas, hampir
tanpa terkecuali bersifat basa, lazim mengandung Nitrogen dalam cincin heterosiklik, diturunkan dari asam
amino, biasanya terdapat “aturan” tersebut adalah kolkhisin dan asam aristolokhat yang bersifat bukan basa dan
tidak memiliki cincin heterosiklik dan alkaloid quartener, yang bersifat agak asam daripada bersifat basa.

2. Protoalkaloid
Protoalkaloid merupakan amin yang relatif sederhana dimana nitrogen dan asam amino tidak terdapat dalam
cincin heterosiklik. Protoalkaloid diperoleh berdasarkan biosintesis dari asam amino yang bersifat basa.
Pengertian ”amin biologis” sering digunakan untuk kelompok ini. Contoh, adalah meskalin, ephedin dan N,N-
dimetiltriptamin.

3. Pseudoalkaloid
Pseudoalkaloid tidak diturunkan dari prekursor asam amino. Senyawa biasanya bersifat basa. Ada dua seri
alkaloid yang penting dalam khas ini, yaitu alkaloid steroidal (contoh: konessin dan purin (kaffein).
Berdasarkan atom nitrogennya, alkaloid dibedakan atas:

Alkaloid dengan atom nitrogen heterosiklik


Dimana atom nitrogen terletak pada cincin karbonnya. Yang termasuk pada golongan ini adalah :

1. Alkaloid Piridin-Piperidin
Mempunyai satu cincin karbon mengandung 1 atom nitrogen. Yang termasuk
dalam kelas ini adalah : Conium maculatum dari famili Apiaceae dan Nicotiana
tabacum dari famili Solanaceae.

2. Alkaloid Tropan
Mengandung satu atom nitrogen dengan gugus metilnya (N-CH3). Alkaloid ini dapat mempengaruhi sistem
saraf pusat termasuk yang ada pada otak maupun sun-sum tulang belakang. Yang termasuk dalam kelas ini
adalah Atropa belladona yang digunakan sebagai tetes mata untuk melebarkan pupil mata, berasal dari
famili Solanaceae, Hyoscyamus niger, Dubuisia hopwoodii, Datura dan Brugmansia spp, Mandragora
officinarum, Alkaloid Kokain dari Erythroxylum coca (Famili Erythroxylaceae)

3. Alkaloid Quinolin
Mempunyai 2 cincin karbon dengan 1 atom nitrogen. Yang termasuk disini adalah ; Cinchona ledgeriana dari
famili Rubiaceae, alkaloid quinin yang toxic terhadap Plasmodium vivax

4. Alkaloid Isoquinolin
Mempunyai 2 cincin karbon mengandung 1 atom nitrogen. Banyak ditemukan pada famili Fabaceae termasuk
Lupines (Lupinus spp), Spartium junceum, Cytisus scoparius dan Sophora secondiflora
5. Alkaloid Indol
Mempunyai 2 cincin karbon dengan 1 cincin indol . Ditemukan pada alkaloid ergine dan psilocybin, alkaloid
reserpin dari Rauvolfia serpentine, alkaloid vinblastin dan vinkristin dari Catharanthus roseus famili
Apocynaceae yang sangat efektif pada pengobatan kemoterapy untuk penyakit Leukimia dan Hodgkin‟s.

6. Alkaloid Imidazol
Berupa cincin karbon mengandung 2 atom nitrogen. Alkaloid ini ditemukan pada famili Rutaceae.
Contohnya: Jaborandi paragua.

7. Alkaloid Lupinan
Mempunyai 2 cincin karbon dengan 1 atom N, alkaloid ini ditemukan pada Lunpinus luteus (fam :
Leguminocaea).

8. Alkaloid Steroid
Mengandung 2 cincin karbon dengan 1 atom nitrogen dan 1 rangka steroid yang mengandung 4 cincin karbon.
Banyak ditemukan pada famili Solanaceae, Zigadenus venenosus.

9. Alkaloid Amina
Golongan ini tidak mengandung N heterosiklik. Banyak yang merupakan tutrunan sederhana dari feniletilamin
dan senyawa-senyawa turunan dari asam amino fenilalanin atau tirosin, alkaloid ini ditemukan pada
tumbuhan Ephedra sinica (fam Gnetaceae)

10. Alkaloid Purin


Mempunyai 2 cincin karbon dengan 4 atom nitrogen. Banyak ditemukan pada kopi (Coffea arabica) famili
Rubiaceae, dan Teh (Camellia sinensis) dari famili Theaceae, Ilex paraguaricasis dari famili
Aquifoliaceae, Paullunia cupana dari famili Sapindaceae, Cola nitida dari famili Sterculiaceae dan Theobroma
cacao.
Alkaloid tanpa atom nitrogen yang heterosilik
Dimana, atom nitrogen tidak terletak pada cincin karbon tetapi pada salah satu atom karbon pada rantai
samping.

1.Alkaloid Efedrin (alkaloid amine)


Mengandung 1 atau lebih cincin karbon dengan atom Nitrogen pada salah satu atom karbon pada rantai
samping. Termasuk Mescalin dari Lophophora williamsii, Trichocereus pachanoi, Sophora secundiflora, Agave
americana, Agave atrovirens, Ephedra sinica, Cholchicum autumnale.

2. Alkaloid Capsaicin
Dari Chile peppers, genus Capsicum. Yaitu ; Capsicum pubescens, Capsicum baccatum, Capsicum annuum,
Capsicum frutescens, Capsicum chinense

2.2.3 Sumber Alkaloid


Tanaman penghasil alkaloid antara lain :

1. Viticine merupakan senyawa alkaloid yang ditemukan pada buah anggur.


2. Salanin meruapakan zat aktif alkaloid yang ditemukan pada umbi kentang.
3. Coffeine merupakan senyawa yang ditemukan dalam kulit buah kopi.
4. Papaine merupakan zat alkaloid yang ditemukan pada daun papaya.
5. Lycopersine merupakan senyawa alkaloid ditemukan ditemukan pada kulit buah tomat.
6. Kinine merupakan senyawa alkaloid yang terdapat pada kulit batang kina.
7. Nicotine merupakan senyawa alkaloid yang ditemukan pada daun tembakau.
8. Theobromine merupakam zat aktif alkaloid yang ditemukan pada kulit buah coklat.
9. Kinine merupakan senyawa alkaloid yang ditemukan pada kulit batang kina.
10. Papaverine/Morphinet merupakan zat alkaloid yang ditemukan pada bunga papaver.
2.2.4 Peranan Alkaloid Bagi Kesehatan
Alkaloid dapat ditemukan dalam jaringan daun, batang, biji, buah, dan akar tumbuhan. Alkaloid
sebagian besar dihasilkan oleh tumbuhan, namun beberapa jamur dan hewan juga menghasilkan jenis-jenis
alkaloid tertentu.
Nama alkaloid Fungsi
Kafein Menenangkan saraf, menghambat rasa
kantuk
Nikotin Menstimulasi kerja saraf otonom
Morfin Penahan rasa sakit (analgesik)
Kodein Penahan rasa sakit, obat batuk
Atropin Obat tetes mata
Kokain Penahan rasa sakit
Piperin Bioinsektisida
Quinin Obat penyakit malaria
Saponin Antibakteri
Vinblastin Obat kanker
Vinkristin Obat kanker
Ergotamin Analgesik pada migrain
Mitraginin Analgesik dan antitusif
Reserpin Obat disfungsi ereksi
Epedrin Mempengaruhi konstriksi pembuluh
darah
Nikotin Bahan aktif dalam rokok
Meskalin Berefek halusinogen
Psilosibin Berefek halusinogen
Strikhnin Racun yang sangat kuat
2.3 Polifenol
2.3.1 Defenisi Polifenol
Polifenol adalah kelompok zat kimia yang ditemukan pada tumbuhan. Zat ini memiliki tanda khas
yakni memiliki banyak gugus fenol dalam molekulnya. Polifenol juga disebut antioksidan kuat, yang akan
melindungi tubuh kita dari kerusakan sel akibat radikal bebas.
2.3.2 Klasifikasi Polifenol
Polifenol dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis berdasarkan unit basanya antara lain Asam
Galia, Asam Sinamat, dan Flavon.Selain itu senyawa-senyawa polifenol dapat diklasifikasikan berdasarkan
komponen penyusun fenolnya dapat dibagi menjadi Fenol, pyrocatechol, pirogallol, resorsinol,floroglucinol, dan
hidroquinon.
2.3.3 Sumber Polifenol
1. Buah-buahan
Menambahkan buah-buahan untuk diet sehari-hari juga dapa meningkatkan asupan antioksidan polifenol.
Buah yang berwarna cerah memiliki kandungan polifenol yang cukup tinggi. Semakin cerah warna buah, maka
semakin tinggi kapasitas antioksidan didalamnya. Buah berwarna merah tua seperti buah delima dan stroberi,
warna biru tua blueberry, warna keunguan – kehitaman blackberry, dan warna oranye kemerahan jambu biji.
Setiap 100 gram buah ini dapat memberikan sebanyak 200-300 mg polifenol. Buah-buahan lainnya yang
memberikan banyak polifenol termasuk jeruk, kismis, anggur merah, cranberry, ceri, raspberry, plum kering,
dan buah prune.
2. Sayur-Sayuran
Polifenol juga banyak ditemukan dalam sayuran yang berwarna hijau. Jadi untuk meningkatkan asupan
polifenol, makanlah sayuran yang berwarna hijau. Sayuran hijau seperti artikuk, kol, bayam, kangkung, lobak,
selada, brokoli, selada air, dan kale adalah beberapa jenis sayur sumber terkaya antioksidan ini. Sayuran lainnya
yang juga memiliki polyphenol tinggi adalah terong, kubis merah, ubi jalar, dan bawang.

3. Teh
Beberapa jenis minuman juga merupakan sumber polifenol yang luarbiasa. Misalnya, teh hitam dan teh
hijau yang paling terkenal akan tingginya kandungan polifenol. Secangkir teh hijau 200ml mengandung sekitar
266 mg polifenol, yang artinya sudah lebih dari satu porsi brokoli. Di sisi lain, secangkir teh hitam juga akan
memberikan 233 mg polifenol. Mengingat kandungan polifenol yang tinggi, minum teh setiap hari bisa menjaga
kesehatan tubuh kita secara keseluruhan.
4. Tanaman Herbal
Tanaman herbal juga menjadi salah satu sumber tinggi antioksidan polifenol. Kemangi, kayu manis,
thyme, kari, dan oregano adalah beberapa jenis herbal yang berantioksidan tinggi. Selain itu, ramuan ini juga
terkenal antibakteri dan antivirus.
5. Kacang-kacangan
Kacang kenari mengandung polifenol dalam jumlah yang banyak. Kacang lain yang banyak mengandung
polifenol tinggi adalah pecan. Penelitian menunjukkan bahwa polifenol yang terdapat dalam kacang-kacangan
akan memberikan efek melindungi jantung.
6. Makanan Seafood
Di antara semua jenis seafood, ikan adalah yang paling tinggi mengandung polifenol. Warna pink pada ikan
salmon adalah karena adanya senyawa ini. Kadar antioksidan bervariasi pada berbagai jenis ikan, tapi salmon
liar Alaska yang memiliki kandungan polifenol sangat tinggi.
2.3.4 Peranan Polifenol Bagi Kesehatan
Polifenol ( polyphenol) merupakan senyawa kimia yang bersifat antioksidan kuat.Zat ini memiliki
tanda khas yakni memiliki banyak gugus fenol dalam molekulnya.Polifenol berperan dalam memberi warna
pada suatu tumbuhan seperti warna daun saat musim gugur.Pada beberapa penelitian
disebutkan bahwakelompok polifenol memiliki peran sebagai antioksidan yang baik untuk kesehatan.
Antioksidan polifenol dapat mengurangi risiko penyakit jantung dan pembuluh darah dan kanker.Terdapat
penelitian yang menyimpulkan polifenol dapat mengurangi risiko penyakit Alzheimer. Selain itu polifenol
memiliki peran, sebagai anti oksidant yang yang sangat kuat dalam menangkal radikal bebas, mampu meredam
perkembangan aktifasi sel kanker hingga 50%, untukmengobati asam urat, eksim, migraine, demam, asthma,
dll,mencegah penakit degenaratif seperti : kanker, klesterol, jantung maupun stroke, mampu menurunkan kadar
gula dalam plasma darah sehingga baik diminum bagi penderita diabetes dan memiliki kemampuan anti aging
(anti penuaan dini)
2.4 Tanin
2.4.1 Defenisi Tanin
Tanin (atau tanin nabati, sebagai lawan tanin sintetik) adalah
suatu senyawa polifenol yang berasal dari tumbuhan, berasa pahit dan kelat, yang bereaksi
dengan dan menggumpalkan protein, atau berbagai senyawa organik lainnya
termasuk asam amino dan alkaloid
Tanin (dari bahasa Inggris tannin; dari bahasa Jerman Hulu Kuno tanna, yang berarti
“pohon ek” atau “pohon berangan”) pada mulanya merujuk pada penggunaan bahan tanin
nabati dari pohon ek untuk menyamak belulang (kulit mentah) hewan agar menjadi kulit
masak yang awet dan lentur. Namun kini pengertian tanin meluas, mencakup aneka
senyawa polifenol berukuran besar yang mengandung cukup banyak gugus hidroksil dan
gugus lain yang sesuai (misalnya karboksil) untuk membentuk perikatan kompleks yang kuat
dengan protein dan makromolekul yang lain.

2.4.2 Klasifikasi Tanin

Tanin diklasifikasikan menjadi 2 kelas yaitu tanin terhidrolisis dan tanin terkondensasi.

1. Tanin Terhidrolisis
Tanin apabila dihidrolisa akan menghasilkan fenol polihidroksi yang sederhana. Terbentuk dari ikatan
- Depsidik (Ikatan Ester) antar 2 mol asam galat
- C-C pada cincin aromatik 2 mol asam galat
Hidrolisa:
a. Asam Gallat > terurai menjadi pirogalol
b. Asam Protokatekuat > Katekol
c. Asam Ellag dan Tenol > Fenol lain

Tanin diketahui mempunyai beberapa khasiat


Tanin terhidrolisis biasanya berikatan dengan karbohidrat yang dapat membentuk jembatan oksigen, sehingga
dapat dihidrolisis dengan menggunakan asam sulfat atau asam klorida.

2. Tanin Terkondensasi
Tanin terkondensasi adalah polimer komplek, kebanyakan katekin dan flavonoid. Tanin terkondensasi
tidak dapat dihidrolisis melainkan terkondensasi menghasilkan asam klorida. Tanin terkondensasi memiliki
peranan yang lebih penting bila dibandingkan dengan zat samak terhidrolisis.

2.4.3 Sumber Tanin


Tannin adalah suatu zat yang ditemukan dalam berbagai tanaman. Di alam, tanin banyak terdapat
dalam bermacam-macam tumbuhan seperti pada pohon bakau, pinus, teh, gambir, dan lain-lain. Bagian
tumbuhan yang banyak mengandung tanin adalah kulit kayu, daun, akar, dan buahnya. Tannin ini terutama
ditemukan secara alami terjadi pada buah anggur, daun teh, dan ek. Tannin ditemukan dalam kulit, biji, dan
batang anggur. Anggur yang difermentasi selama masih kontak dengan bagian-bagian ini anggur - anggur merah
- menyerap sejumlah tannin, yang meminjamkan karakter yang berbeda pada anggur. Karena tannin dalam biji
anggur terutama keras, anggur biasanya dilumatkan daripada ditekan, untuk meminimalkan penyerapan benih
berbasis tannin. Anggur juga banyak menyerap sebagian tanin dari tong kayu ek mereka berusia di, yang
meminjamkan bumbu tambahan anggur.

2.4.4 Peranan Tanin Bagi Kesehatan


Dalam dunia kesehatan tanin mempunyai beberapa khasiat, antara lain:

1. Astrigensia - Pengelat dan Anti diare


Tanin dapat menciutkan (adstrigensia) dan mengeraskan dinding usus, sehingga dapat mengurangi keluar
masuknya cairan dalam usus. Tanin juga dapat digunakan untuk menciutkan pori-pori kulit.

2. Anti bakteri
Efek antibakteri tanin antara lain melalui reaksi dengan membran sel. Flavonoid dalam tanin akan
mendenaturasi dan mengkoagulasi protein serta merusak membran dinding sel.

3. Antioksidan
Ketekin dalam tanin mempunyai sifat antioksidatif yang berperan dalam melawan radikal bebas yang berbahaya
bagi tubuh.

4. Antidotum - Penawar racun


Tanin akan mengeluarkan asam tamak yang tidak larut dan bereaksi dengan alkaloida membentuk tanat yang
mengendap.

2.5 Eugenol
2.5.1 Defenisi Eugenol
Eugenol ialah fenilpropena, suatu guaiakol rantai-bersubstitusi alil. Eugenol merupakan anggota dari
kelas senyawa kimia fenilpropanoid. Senyawa ini adalah cairan berminyak kuning pucat yang diekstrak dari
minyak esensiil tertentu terutama dari minyak cengkeh, buah pala, kayu manis, kemangi, dan daun teluk.
Eugenol sedikit larut dalam air dan larut dalam pelarut organik. Senyawa ini memiliki rasa pedas, aromanya
seperti cengkeh.
2.5.2 Sumber Eugenol
Beberapa tanaman di bawah ini menunjukkan adanya senyawa yang bernama “Eugenol” di dalamnya.
Tanaman tersebut adalah,Cengkeh (Syzygium aromaticum), kayu manis, wormwood , cinnamomum tamala,
buah pala (Myristica fragrans), selasih (Ocimum basilicum), kemangi Afrika (Ocimum gratissimum), tulsi atau
kemangi Kudus (Ocimum tenuiflorum) atau Ocimum sanctum , jeruk lemon, jintan, pimenta racemosa, adas
bintang Jepang, vanila, daun salam (Sizigium polianthum), seledri (daun sup).
2.5.3 Peranan Eugenol Bagi Kesehatan
Eugenol digunakan dalam minyak wangi, penyedap, minyak esensiil dan dalam obat sebagai antiseptik
dan anastesi lokal. Eugenol merupakan bahan kunci dalam rokok kretek (cengkeh) Indonesia.Eugenol
digunakan dalam produksi isoeugenol untuk pembuatan vanillin, meskipun demikian vanillin yang paling baik
kini diproduksi dari fenol atau dari lignin.Eugenol dapat dikombinasikan dengan seng oksida untuk membentuk
suatu bahan yang dikenal sebagai seng oksida eugenol yang memiliki aplikasi-aplikasi restoratif dan
prostodontik dalam kedokteran gigi.
Turunan Eugenol atau turunan metoksifenol dalam klasifikasi yang lebih luas digunakan dalam minyak
wangi dan penyedap. Senyawa ini digunakan dalam meracik atraktan serangga dan penyerap UV, analgesik,
biosida, dan antiseptik.Senyawa ini dapat digunakan untuk mereduksi adanya Listeria
monocytogene dan Lactobacillus sakei pada makanan.
Senyawa ini juga digunakan dalam pembuatan penyetabil dan antioksidan untuk plastik dan karet.
Upaya telah dibuat untuk mengembangkan eugenol derivatif untuk injeksi intra vena, seperti propanidid dan
G.29.505. Yang diproduksi terakhir efek-sampingnya tak dapat diterima sekitar tempat injeksi pada banyak
pasien.
Senyawa ini salah satu dari banyak senyawa yang menarik bagi jantan dari berbagai spesies lebah
anggrek, yang kelihatannya mengumpulkan zat kimia untuk mensintesis feromon; senyawa ini digunakan
sebagai umpan untuk menarik dan mengumpulkan lebah tersebut untuk penelitian. Senyawa feromon ini juga
menarik betina kumbang ketimun.
Minyak cengkeh tumbuh dengan popularitas sebagai anastetik untuk digunakan pada akuarium ikan
serta pada akuarium ikan liar ketika diambil sampel untuk riset dan tujuan manajemen di mana, tersedia dengan
mudah di konter-konter farmasi, mungkin menjadi metode yang manusiawi untuk membunuh (euthanasia) ikan
sakit dan berpenyakit baik dengan langsung over dosis atau untuk menginduksi tidur
sebelum overdosis etanol. Senyawa ini juga digunakan dalam beberapa perangkap tikus.Eugenol membasmi sel
kanker kolon tertentu pada manusia melalui jalur in vitro.

2.6 Saponin
2.6.1 Defenisi Saponin
Saponin merupakan senyawa dalam bentuk glikosida yang tersebar luas pada tumbuhan tingkat tinggi.
Saponin membentuk larutan koloidal dalam air dan membentuk busa yang mantap jika dikocok dan tidak hilang
dengan penambahan asam. Saponin merupakan golongan senyawa alam yang rumit, yang mempunyai massa
dan molekul besar, dengan kegunaan luas Saponin diberi nama demikian karena sifatnya menyerupai sabun
“Sapo” berarti sabun. Saponin adalah senyawa aktif permukaan yang kuat dan menimbulkan busa bila dikocok
dengan air. Beberapa saponin bekerja sebagai antimikroba. Dikenal juga jenis saponin yaitu glikosida
triterpenoid dan glikosida struktur steroid tertentu yang mempunyai rantai spirotekal. Kedua saponin ini larut
dalam air dan etanol, tetapi tidak larut dalam eter. Aglikonya disebut sapogenin, diperoleh dengan hidrolisis
dalam suasana asam atau hidrolisis memakai enzim.
2.6.2 Klasifikasi Saponin

Saponin diklasifikasikan berdasarkan sifat kimia menjadi dua yaitu saponin steroid dan saponin
triterpenoid.Saponin steroid tersusun atas inti steroid (C27) dengan molekul karbohidrat. Steroid saponin
dihidrolisis menghasilkan satu aglikon yang dikenal sebagai sapogenin. Tipe saponin ini memiliki efek
antijamur. Pada binatang menunjukan penghambatan aktifitas otot polos. Saponin steroid diekskresikan setelah
koagulasi dengan asam glukotonida dan digunakan sebagai bahan baku pada proses biosintetis obat
kortikosteroid. Saponin jenis ini memiliki aglikon berupa steroid yang di peroleh dari metabolisme sekunder
tumbuhan. Jembatan ini juga sering disebut dengan glikosida jantung, hal ini disebabkan karena memiliki efek
kuat terhadap jantung.

Salah satu contoh saponin jenis ini adalah Asparagosida (Asparagus sarmentosus), Senyawa ini terkandung di
dalam ttumbuhan Asparagus sarmentosus yang hidup dikawasan hutan kering afrika. Tanaman ini juga biasa
digunkan sebagai obat anti nyeri dan rematik oleh orang afrika.

Saponin tritetpenoid tersusun atas inti triterpenoid dengan molekul karbohidrat. Dihidrolisis menghasilkan suatu
aglikon yang disebut sapogenin ini merupakan suatu senyawa yang mudah dikristalkan lewat asetilasi sehingga
dapat dimurnikan. Tipe saponin ini adalah turunan amyrine.
Salah satu jenis contoh saponin ini adalah asiatosida. Senyawa ini terdapat pada tumbuhan Gatu kola yang
tumbuh didaerah India. Senyawa ini dapat dipakai sebagai antibiotik.

2.6.3 Sumber Saponin


Saponin memberikan rasa pahit pada bahan pangan nabati. Sumber utama saponin adalah biji-bijian
khususnya kedele. Saponin dapat menghambat pertumbuhan kanker kolon dan membantu kadar kolesterol
menjadi normal. Tergantung pada jenis bahan makanan yang dikonsumsi, seharinya dapat mengkonsumsi
saponin sebesar 10-200 mg.
2.6.4 Peranan Saponin Bagi Kesehatan

 Mencegah kegemukan
 Mencegah kanker usus besar
 Meghambat pertumbuhan sel kanker
 Antioksidan
 Menghambat pertumbuhan Kanker Prostat
 Sel hepatoma
 Properti anti-inflamasi
 Kemoterapi pada penyakit Kanker Lambung
 Meningkatkan Sinyal Insulin
 Respon imun

2.7 Steroid
2.7.1 Defenisi Steroid
Steroid merupakan senyawa yang memiliki kerangka dasar triterpena asiklik. Ciri umum steroid ialah
sistem empat cincin yang tergabung. Cincin A, B, dan C beranggotakan enam atom karbon dan cincin D
beranggotakan lima.
Steroid adalah senyawa organik lemak sterol tidak terhidrolisis yang dapat dihasil reaksi penurunan
dari terpena atau skualena. Steroid merupakan kelompok senyawa yang penting dengan struktur dasar sterana
jenuh (bahasa Inggris: saturated tetracyclic hydrocarbon : 1,2-cyclopentanoperhydrophenanthrene) dengan 17
atom karbon dan 4 cincin. Senyawa yang termasuk turunan steroid, misalnya kolesterol, ergosterol,progesteron,
dan estrogen. Pada umunya steroid berfungsi sebagai hormon.Steroid mempunyai struktur dasar yang terdiri dari
17 atom karbon yang membentuk tiga cincinsikloheksana dan satu cincin siklopentana. Perbedaan jenis steroid
yang satu dengan steroid yang lain terletak pada gugus fungsional yang diikat oleh ke-empat cincin ini dan tahap
oksidasi tiap-tiap cincin.
Lemak sterol adalah bentuk khusus dari steroid dengan rumus bangun diturunkan dari
kolestanadilengkapi gugushidroksil pada atom C-3, banyak ditemukan pada tanaman, hewan dan fungi. Semua
steroid dibuat di dalam sel dengan bahan baku berupa lemak sterol, baik berupa lanosterol pada hewan atau
fungsi, maupun berupa sikloartenol pada tumbuhan. Kedua jenis lemak sterol di atas terbuat dari
siklisasisqualenadari triterpena. Kolesterol adalah jenis lain lemak sterol yang umum dijumpai.
Steroid mempunyai struktur dasar yang terdiri dari 17 atom karbon yang membentuk tiga cincin
sikloheksana dan satu cincin siklopentana. Perbedaan jenis steroid yang satu dengan steroid yang lain terletak
pada gugus fungsional yang diikat oleh ke-empat cincin ini dan tahap oksidasi tiap-tiap cincin.
2.7.2 Klasifikasi Steroid
Pada tumbuhan : Sikloartenol, Pada hewan : Lanosterol, Pada manusia : Kolesterol
Kolestrol
Kolestrol merupakan steroid yang terbanyak di dalam tubuh manusia.Kolestrol memiliki struktur dasar inti
steroid yang mengandung gugus metil, gugus hidroksi yang terikat pada cincin pertama, dan rantai
alkil.Kandungan kolestrol dalam darah berkisar 200-220 mg/dL, meningkatnya kadar kolestrol dalam darah
dapat menyempitkan pembuluh darah di jantung, sehingga terjadi gangguan jantung koroner.Pengobatan yang
sering dilakukan adalah melebarkan pembuluh darah seperti, memasang ring atau melakukan operasi. Kolestrol
dalam tubuh dibentuk di dalam liver dari makanan.
2.7.3 Sumber Steroid
Sumber steroid di alam terbagi atas:
a. Zoosterol (berasal dari hewan) misalnya kolesterol terdapat di dalam otak, sumsum tulang belakang, hati
b. Fitoserol (berasal dari tumbuhan) misalnya sitosterol, stigmasterol, kompesterol terdapat dalam kacang-kacangan
c. Mycosterol (berasal dari fungi)misalnya ergosterol
d. Marinesterol (berasal dari organisme laut) misalnya spongesterol
2.7.4 Peranan Steroid Bagi Kesehatan
Senyawa steroid digunakan dalam pengobatan dan kontraseptik, diantaranya sebagai
penyembuhan penyakit jantung, pengatur haid, anti peradangan.

2.8 Terpenoid
2.8.1 Defenisi Terpenoid
Terpenoid merupakan suatu golongan hidrokarbon yang banyak dihasilkan oleh tumbuhan dan
terutama terkandung pada getahdan vakuola selnya. Pada tumbuhan, senyawa-senyawa golongan terpenoid,
merupakan metabolitsekunder. Terpen dan terpenoid dihasilkan pula oleh sejumlah hewan, terutama serangga
dan beberapa hewan laut. Di samping sebagai metabolit sekunder, terpenoid merupakan kerangka penyusun
sejumlah senyawa penting bagi makhluk hidup. Sebagai contoh, senyawa-senyawa steroid adalah turunan
skualena,suatu triterpen; juga karoten dan retinol. Secara kimia, terpenoid umumnya larut dalam lemak dan
terdapat di dalam sitoplasma sel tumbuhan. semua terpenoid berasal dari molekul isoprene
CH2==C(CH3)─CH==CH2 dan kerangka karbonnya dibangun oleh penyambungan 2 atau lebih satuan C5 ini.
Kemudian senyawa itu dipilah-pilah menjadi beberapa golongan berdasarkan jumlah satuan yang terdapat dalam
senyawa tersebut, 2 (C10), 3 (C15), 4 (C20), 6 (C30) atau 8 (C40).
Terpenoid merupakan derivat dehidrogenasi dan oksigenasi dari senyawa terpen. Terpen merupakan
suatu golongan hidrokarbon yang banyak dihasilkan oleh tumbuhan dan sebagian kelompok hewan. Rumus
molekul terpen adalah (C5H8)n. Terpenoid disebut juga dengan isoprenoid. Hal ini disebabkan karena kerangka
karbonnya sama seperti senyawa isopren. Secara struktur kimia terenoid merupakan penggabungan dari unit
isoprena, dapat berupa rantai terbuka atau siklik, dapat mengandung ikatan rangkap, gugus hidroksil, karbonil
atau gugus fungsi lainnya.
2.8.2 Klasifikasi Terpenoid
Klasifikasi biasanya tergantung pada nilai n.
 Monoterpenoid
Monoterpenoid merupakan senyawa “essence” dan memiliki bau yang spesifik yang dibangun oleh 2 unit
isoppren atau dengan jumlah atom karbon 10. Lebih dari 1000 jenis senyawa monoterpenoid telah diisolasi dari
tumbuhan tingkat tinggi, binatang laut, serangga dan binatang jenis vertebratadan struktur senyawanya telah
diketahui.
 Seskuiterpenoid
Seskuiterpenoid merupakan senyawa terpenoid yang dibangun oleh 3 unit isopren yang terdiri dari kerangka
asiklik dan bisiklik dengan kerangka dasar naftalen.
Senyawa seskuiterpenoid ini mempunyai bioaktifitas yang cukup besar, diantaranya adalah anti feedant,
hormon, antimikroba, antibiotik dan toksin serta regulator pertumbuhan tanaman dan pemanis. Senyawa-
senyawa seskuiterpen diturunkan dari cis farnesil pirofosfat dan trans farnesil pirofosfat melalui reaksi siklisasi
dan reaksi sekunder lannya. Kedua isomer farnesil pirofosfat ini dihasilkan in vivo melalui mekanisme yang
sama seperti isomerisasi antara geranil dan nerol.
 Diterpenoid
Senyawa diterpenoid merupakan senyawa yang mempunyai 20 atom karbon dan dibangun oleh 4 unit isopren
senyawa ini mempunyai bioaktifitas yang cukup luas yaitu sebagai hormon pertumbuhan tanaman, podolakton
inhibitor pertumbuhan tanaman, antifeedant serangga, inhibitor tumor, senyawa pemanis, anti fouling dan anti
karsinogen. Senyawa diterpenoid dapat berbentuk asiklik, bisiklik, trisiklik dan tetrasiklik. Senyawa ini dapat
ditemukan pada resin pinus, dan beberapa hewan laut seperti Chromodoris luteorosea dari golongan molusca,
alga coklat seperti Sargassum duplicatum serta dari golongan Coelenterata. Tata nama yang digunakan lebih
banyak adalah nama trivial.
 Triterpenoid
Lebih dari 4000 jenis triterpenoid telah diisolasi dengan lebih 40 jenis kerangka dasar yang sudah dikenal dan
pada prinsipnya merupakan proses siklisasi dari skualen. Triterpenoid terdiri dari kerangka dengan 3 siklik 6
yang bergabung dengan siklik 5 atau berupa 4 siklik 6 yang mempunyai gugus fungsi pada siklik tertentu.
Sedangkan penamaan lebih disederhanakan dengan memberikan penomoran pada tiap atom karbon, sehingga
memudahkan dalam penentuan substituen pada masing-masing atom karbon.
Triterpenoid biasanya terdapat pada minyak hati ikan hiu, minyak nabati (minyak zaitun)dan ada juga
ditemukandalam tumbuhan seprimitif sphagnum tetapi yang paling umum adalah pada tumbuhan berbiji, bebas
dan glikosida. Triterpenoid telah digunakan sebagai tumbuhan obat untuk penyakit diabetes,gangguan
menstruasi, patukan ular, gangguan kulit, kerusakan hati dan malaria. Struktur terpenoida yang bermacam ragam
timbul sebagai akibat dari reaksi-reaksi sekunder berikutnya seperti hidrolisa, isomerisasi, oksidasi, reduksi dan
siklisasi atas geranil-, farnesil-, dan geranil-geranil pirofosfat.
 Tetraterpenoid
Merupakan senyawa dengan senyawa C yang berjumlah 40. Rumus molekul tetraterpenoid adalah C40H64.
Terdiri dari 8 unit isoprene. Sedangkan biosintesisnya berasal dari geranyl-geraniol. Tetraterpenoid lebih
dikenal dengan nama karotenoid. Terdiri dari urutan panjang ikatan rangkap terkonjugasi sehingga memberikan
warna kuning, oranye dan merah. Karotenoid terdapat pada tanaman akar wortel, daun bayam, buah tomat, dan
biji kelapa sawit.
 Polyterpenoid
Disintesis dalam tanaman dari asetal melalui pyroposfat isopentil (C5)dan dari konjugasi jumlah unit isoprene.
Ditemukan dalam latek dari karet. Plyterpenoid merupakan senyawa penghasil karet.
2.8.3 Sumber Terpenoid
Secara umum terpenoid dihasilkan oleh tumbuhan dan terutama terkandung pada getah dan vakuola selnya.
terpenoid dihasilkan pula oleh sejumlah hewan, terutama serangga dan beberapa hewan laut.
2.8.4 Peranan Terpenoid Bagi Kesehatan
 sebagai antiseptic, ekspektoran, spasmolitik, anestetik dan sedative, sebagai bahan pemberi aroma makan dan
parfum (monoterpenoid)
 sebagai tumbuhan obat untuk penyakit diabetes,gangguan menstruasi, patukan ular, gangguan kulit, kerusakan
hati dan malaria (triterpenoid).
2.9 Dioscorin
2.9.1 Defenisi Dioscorin
Dioscorin (C13H19O2N) yang merupakan cadangan protein dalam umbi dan digunakan untuk
pertumbuhan. Dioscorin memilki ciri berupa padatan berwarna kuning kehijauan dengan titik leleh 54-55oC.
Pada lendir Chinese yam, dioscorin merupakan protein yang paling dominan. Kadar dioscorin mampu mencapai
90% dari total protein larut air terekstrak pada spesies Dioscerea batatas, Dioscorea alata, dan Dioscorea
pseuojaponica. Pada umbi-umbian yang termasuk ke dalam keluarga Dioscorea, kandungan dioscorin pada umbi
segar belum dapat terdeteksi. Dioscorin sebagai protein masih berikatan dengan polisakarida.
2.9.2 Klasifikasi Dioscorin
Dioscorin adalah protein yang terdapat dalam umbi tanaman tropis dari keluarga Dioscorea spp. dan merupakan
senyawa alkaloid yang memiliki rasa sangat pahit. Alkaloid dioscorine berwarna kuning kehijauan, bersifat basa
kuat, larut dalam air, alkohol, aseton dan kloroform namun sukar larut dalam eter dan benzen.
2.9.3 Sumber Dioscorin
Dioscorin merupakan protein yang terdapat dalam umbi tanaman tropis. Dioscorin dapat ditemui pada umbi-
umbian keluarga Dioscorea atau yam. Keluarga yam memiliki protein cadangan.
2.9.4 Peranan Dioscorin Bagi Kesehatan
Efek Antihipertensi

Umbi-umbian keluarga Dioscorea selain berpotensi besar sebagai pangan alternatif sumber karbohidrat,
tanaman ini juga memiliki keunggulan yaitu memiliki kandungan antioksidan dan berkhasiat obat. Dioscorin
memiliki sifat fungsional seperti aktivitas antioksidatif , oxygen scavenger (mengikat oksigen sehingga tidak
mendukung reaksi oksidasi), dan sebagai penghambat enzim.

2.10 Diosgenin
2.10.1 Defenisi Diosgenin
Diosgenin merupakan sapogenin steroidal dari asam, basa, atau hidrolisis enzim dari saponin yang
memiliki rumus C27H42O3. Diosgenin merupakan sapogenin steroidal yang termasuk dalam kelompok
triterpen dan sangat penting dalam industri farmasi terkait dengan fungsinya sebagai bahan untuk produksi
corticosteroids, hormon kelamin, dan kontraseptif oral.
2.10.2 Klasifikasi Diosgenin
Diosgenin merupakan sejenis steroid yang berfungsi sebagai pemicu hormone progesterone.
2.10.3 Sumber Diosgenin
Diosgenin Merupakan sapogenin steroidal dari asam, basa, atau hidrolisis enzim dari saponin
2.10.4 Peranan Diosgenin Bagi Kesehatan

 Mampu mencegah kanker usus, dan menurunkan penyerapan kolesterol


 Diosgenin memiliki aktivitas penghambatan terhadap α-amilase dan α-glukosidase sehingga berperan dalam
metabolisme glukosa dalam tubuh
 Anti Kanker

2.11 Polisakarida Larut Air (PLA)


2.11.1 Defenisi Polisakarida Larut Air (PLA)
Polisakarida Larut Air (PLA) dari umbi Dioscorea merupakan getah kental mengandung glikoprotein.
Getah kental Dioscorea spp terdiri dari glikoprotein dan polisakarida seperti mannan dan selulosa. PLA umbi
ubi kelapa ungu dan kuning memiliki gugus fungsional yang hampir identik. Kedua varietas umbi memiliki
PLA yang mengandung gugus CH3, CH2, OH, NH,C=O, asetil (C-O), karboksilat (COOH), dan gugus C-O-C.
Hidrolisat PLA mengandung glukosa lebih banyak, manosa, arabinosa, asam glukoronat, asam galakturonat
dalam jumlah kecil.
2.11.2 Klasifikasi Polisakarida Larut Air (PLA)
Polisakarida dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu polisakarida penyimpanan dan polisakrida
struktural. Berikut adalah beberapa contoh polisakarida:
Polisakarida Penyimpanan
 Pati
Pati adalah polimer glukosa dimana unit glukopiranosa terikat oleh ikatan alfa. Pati tersusun atas campuran
amilosa (15-20%) dan amilopektin (80-85%). Amilosa terdiri dari rantai linier dari beberapa ratus molekul
glukosa, sedangkan amilopektin adalah molekul bercabang yang terdiri dari beberapa ribu unit glukosa (setiap
rantai 24-30 unit glukosa merupakan satu unit amilopektin). Pati tidak larut dalam air . Pati dapat dicerna oleh
organisme yang dapat mematahkan ikatan alfa (glikosidik). Manusia dan hewan memiliki amilase, sehingga bisa
mencerna pati. Kentang, beras, gandum, dan jagung merupakan sumber utama pati dalam makanan manusia.
 Glikogen
Glikogen merupakan analog dari pati. Glikogen memiliki struktur yang mirip dengan amilopektin tetapi lebih
bercabang dan rapi daripada pati. Glikogen merupakan polimer dari α(1→4) ikatan glikosidik, dengan α(1→6)
cabang yang terhubung. Glikogen ditemukan dalam bentuk butiran dalam sitosol / sitoplasma di banyak jenis
sel, dan memainkan peran penting dalam siklus glukosa. Glikogen membentuk energi cadangan yang dapat
dengan cepat dimobilisasi untuk memenuhi kebutuhan glukosa mendadak. Glikogen lebih cepat tersedia sebagai
cadangan energi dari pada trigliserida (lemak).

Polisakarida Struktural
 Selulosa
Komponen struktural tanaman kebanyakan terbentuk dari selulosa. Kandungan kayu sebagian besar adalah
selulosa dan lignin, sedangkan kertas dan kapas adalah selulosa hampir murni. Selulosa adalah polimer yang
dibuat dari unit glukosa berulang disatukan oleh ikatan beta.
 Mannnan
Sekelompok polisakarida yang dihasilkan oleh tumbuhan dan fungi (jamur-jamuran). Pada tumbuhan, mannan
merupakan salah satu bentuk cadangan energi yang disimpan dalam biji atau umbi. Pada jamur, mannan
merupakan pengisi ruang antardinding sel.
Secara kimiawi, mannan tersusun secara seragam atau memiliki rantai utama dengan
penyusun (monomer) mannosa. Mannan pada tumbuhan tersusun tidak bercabang dan
memiliki ikatan β(1,4)-glukan. Pada fungi, mannan bercabang dengan rantai utama
berikatan α(1-6)-glukan dan cabang terbentuk dari ikatan α(1-2)-glukan dan α(1-3)-glukan.
Berdasarkan pengujian serologis, struktur ini menyerupai struktur glikoprotein mamalia.
Mannan merupakan penyusun utama dalam tepung konyak yang dihasilkan dari umbi
beberapa anggota Amorphophallus (seperti suweg dan iles-iles). Saat ini, mannan dalam
bentuk mannan oligosaccharide-based nutritional supplements (MOS) merupakan suplemen
pangan prebiotik populer.
 Kitin
Kitin membentuk komponen struktural banyak hewan. Kitin dapat diuraikan secara alami, namun membutuhkan
waktu cukup lama. Kitin dapat dipecah oleh enzim yang disebut kitinase. Kitinase disekresikan oleh
mikroorganisme seperti bakteri dan jamur, dan diproduksi oleh beberapa tanaman.
 Pektin
Pektin adalah salah satu kelompok polisakarida kompleks yang mengandung ikatan 1,4 residu asam α-D-
galaktosiluronik. Pektin ada di sebagian besar dinding sel primer dan di bagian non-kayu tanaman terestrial.
2.11.3 Sumber Polisakarida Larut Air (PLA)
Polisakarida yang banyak dijumpai dalam dinding sel pelindung seperti batang, dahan, daun dari tumbuh-
tumbuhan (Selulosa), terdapat juga pada hati dan otot hewan (Glikogen), dan pada kentang, beras, gandum, dan
jagung (Pati).
2.11.4 Peranan Polisakarida Larut Air (PLA) Bagi Kesehatan
Mampu menurunkan kadar glukosa darah melalui mekanisme penghambatan penyerapan glukosa kedalam
darah.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pangan fungsional adalah makanan dan bahan pangan yang dapat memberikan manfaat tambahan di
samping fungsi gizi dasar pangan tersebut dalam suatu kelompok masyarakat tertentu.
Pangan fungsional dimungkinkan memiliki sifat fungsional untuk seluruh populasi atau kelompok
khusus yang didefinisikan secara jelas sebagai contoh khusus untuk usia tertentu atau untuk golongan yang
memiliki sifat genetik tertentu. Selain itu, pangan fungsional juga mencakup produk yang dibuat secara khusus
untuk meningkatkan penampilan fisik maupu nilai gizi.
Senyawa bioaktif merupakan senyawa yang mempunyai efek fisiologis dalam tubuh yang berpengaruh
positif terhadap kesehatan manusia .Peran senyawa bioaktif dalam tubuh diperoleh jika senyawa tersebut
mencapai lokasi aksinya (site of action). Contoh beberapa komponen bioaktif yang ada pada bahan makanan
antara lain, flavonoid, alkaloid, saponin, tanin dan lain-lain.
Dalam beberapa makanan fungsional yang telah diteliti banyak terkandung komponen bioaktif yang
dapat menurunkan resiko terhadap penyakit tertentu, contohnya pada beberapa makanan yang telah diteliti
seperti potensi cincau hitam (Mesona palustris Bl.) sebagai pangan fungsional untuk kesehatan dalam
menangkal berbagai penyakit seperti hiperkolesterol, hipertensi, sebagai
imunomodulator, dan sebagai hepatoprotektor.Maka dari itu sekarang banyak sekali pengembangan makanan
fungsional yang dapat mencegah penyakit yang berbahaya.

Saran
Indonesia masih memiliki banyak potensi pangan fungsional yang masih belum terekspose, oleh
karena itu perlu banyak lagi penelitian untuk mengembangkan pangan fungsional tersebut menjadi pangan
fungsional yang berkhasiat dan inovatif untuk kemajuan Indonesia dalam bidang pangan.

Daftar Pustaka
Amelia. 2002. Fito-kimia Komponen Ajaib Cegah PJK, DM dan Kanker.
http://www.kimianet.lipi.go.id/utama.cgi?artikel&1100397943&2 (Diakses Pada 5 Oktober 2016)
Anonim. 2009. Tannin. http://id.wikipedia.org/wiki/Tannin (Diakses Pada 4 Oktober 2016)
Anonim. 2011. Polmax : Polyphenol. https://masterherbal.wordpress.com/tag/manfaat-polifenol/ (Diakses Pada 4 Oktober 2016)
Anonim. 2012. Flavonoid. http://dhediamirah.blogspot.co.id/2012/04/flavanoid.html (Diakses Pada 2 Oktober 2016)
Anonim. 2013. Manfaat Saponin. http://mencarikanmanfaat.blogspot.com/2013/07/manfaat-saponin.html (Diakses Pada 5
Oktober 2016)
Anonim. 2014. Flavonoid. http://kb.123sehat.com/flavonoid/flavonoid/ (Diakses Pada 2 Oktober 2016)
Harbrone.J.B. 1987. Metode Fitokimia : Penuntun Cara Moderen Menaganalisis Tumbuhan, Terbitan Kedua. ITB : Bandung
Istianto, Giyan. 2013. Tanin dan Khasiatnya dalam Kesehatan. http://gi-healthy.blogspot.co.id/2013/04/tanin-dan-khasiatnya-
dalam-kesehatan.html (Diakses Pada 5 Oktober 2016)
Kim Nio, Ocy. 1989. Zat-zat toksik yang secara alamiah ada pada tumbuhan nabati. Cermin Dunia Kedokteran, No.58.
Kurniawa, Ery. 2012. Pengertian Saponin - Makalah Saponin. http://pemula-awaliharimu.blogspot.co.id/2012/12/pengertian-
saponin-makalah-saponin.html (Diakses Pada 4 Oktober 2016)
____________. 2012. Pengertian Alkaloid. http://pemula-awaliharimu.blogspot.co.id/2012/06/pengertian-
alkaloid.html (Diakses Pada 4 Oktober 2016)
____________. 2012. Pengertian Saponin - Makalah Saponin. http://pemula-awaliharimu.blogspot.co.id/2012/12/pengertian-
saponin-makalah-saponin.html (Diakses Pada 4 Oktober 2016)
Mangan, Yellia.2009.Solusi Sehat Mencegah & Mengatasi Kanker.Jakarta: Agromedia.
Nur, Said. 2013. TANIN. http://saidbloggerq.blogspot.co.id/2013/05/tanin.html (Diakses Pada 5 Oktober 2016)
P.Agung, M.Prasetya,dkk. 2016. Potensi Tepung Ubi Kelapa Ungu dan Kuning (Dioscorea alata L.) Sebagai Bahan Pangan
Mengandung Senyawa Bioaktif. Jurnal Pangan Agroindustri. (4): 468-473
Permata Sari, Elsa. 2013. Pangan Fungsional.http://elsaasle29.blogspot.co.id/2013/06/makalah-pangan-fungsional-tugas-
kuliah.html (Diakses Pada 10 Oktober 2016)
Redha, Abdi. 2010. Flavonoid: Struktur, Sifat Antioksidatif Dan Peranannya Dalam Sistem Biologis. Jurnal Belian. (9): 196-
202.
Rizki, M. Irhami. 2016. Terpenoid. https://www.scribd.com/document/325156534/Terpenoid (Diakses Pada 5 Oktober 2016)
Rizqi, Fatkhur. 2015. Flavonoid. https://www.scribd.com/document/282986531/Flavonoid (Diakses Pada 2 Oktober 2016)
Robinson ,T., 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tingkat Tinggi. ITB : Bandung
Sandi, Hendra. 2016. Flavonoid. https://www.scribd.com/doc/308123500/FLAVONOID (Diakses Pada 2 Oktober 2016)
Sarep, Yoga. 2016. Fenol (Pengertian,Kegunaan,Bentuk,Sifat Kimia dan Fisika,Kegunaan dan Reaksi yang
Terjadi) http://infodariyoga.blogspot.co.id/2016/02/fenol-pengertiankegunaanbentuksifat.html (Diakses Pada 4
Oktober 2016)
Sukrasno, dkk. 2005. Detail Penelitian Obat Bahan Alam. http://bahan-alam.fa.itb.ac.id/detail.php?id=103. (Diakses Pada 4
Oktober 2016)
Sulaksono, Supriadi. Makanan yang Mengandung Polifenol Tinggi. http://www.carakhasiatmanfaat.com/artikel/makanan-yang-
mengandung-polifenol-tinggi.html (Diakses Pada 4 Oktober 2016)
Syara, Icha. 2013. Polifenol Adalah Kelompok Zat Kimia Yang Ditemukan Pada
Tumbuhan. https://www.scribd.com/doc/130078733/Polifenol-Adalah-Kelompok-Zat-Kimia-Yang-Ditemukan-
Pada-Tumbuhan (Diakses Pada 4 Oktober 2016)
Tri Kuniati, Irma, dkk. 2015. Efek Antihipertensi Senyawa Bioaktif Discorin Pada Umbi-umbian Keluarga Dioscorea.Jurnal
Pangan Agroindustri. (3): 402-406.
Winarto,Dwi. 2015. Polisakarida.http://www.ilmukimia.org/2015/03/polisakarida.html (Diakses Pada 6 Oktober 2016)
A. Pengertian komponen bioaktif, sifat fungsional dan efek sehat

Senyawa bioaktif adalah senyawa esensial dan non esensial (misalnya vitamin atau
polifenol) yang terdapat di alam, menjadi bagian dari rantai makanan, dan memiliki
pengaruh terhadap kesehatan tubuh manusia. Senyawa bioaktif yang juga disebut sebagai
nutraceuticals, didalam pangan berperan sebagai unsur alami dalam bahan pangan dan
memberikan manfaat kesehatan diluar nilai gizi dasar bahan pangan (Biesalski et al,
2009).

Komponen makanan bioaktif adalah komponen di makanan atau suplemen diet, selain
yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dasar, yang bertanggung jawab untuk
perubahan status kesehatan (Studdert, et al. 2011).

Menurut Khatab (2008) dalam Hardiningtyas (2009) senyawa bioaktif adalah


senyawa kimia aktif yang dihasilkan oleh organisme melalui jalur biosintetik metabolit
sekunder.

Sifat fungsional merupakan suatu sifat yang ada dalam makanan fungsional
disebabkan oleh adanya komponen bioaktif yang terdapat dalam bahan nabati (misalnya
serat pangan, inulin, FOS dan antioksidan) ataupun bahan hewani (EPA, DHA dan CLA).
Sifat fungsional juga bisa disebabkan oleh adanya mikroorganime yang memiliki sifat
menguntungkan di dalam sistem pencernaan misalnya probiotik, yaitu ingredient
makanan berupa bakteri hidup (Lactobacilli, Bifidobacteria) yang memiliki manfaat bagi
kesehatan tubuh dengan cara menjaga kesetimbangan mikrobiota pada saluran
pencernaan. (Jurnal Teknologi Pangan dan Gizi, Vol. 7 No. 1 April 2008)

Efek sehat pangan fungsional adalah dampak positif yang diberikan pangan karena
kandungan komponen aktifnya dapat memberikan manfaat bagi kesehatan juga
memberikan manfaat yang diberikan oleh zat-zat gizi yang terkandung di dalamnya.

Dapat dirumuskan bahwa efek sehat merupakan efek positif yang ditimbulkan akibat
mengkonsumsi bahan pangan yang mengandung komponen bioaktif sehingga dapat
memberikan manfaat bagi tubuh yaitu kesehatan.
Tabel 1. Senyawa-senyawa fungsional, sumber dan fungsinya
*contoh bukan merupakan daftar yang termasuk seluruhnya
**FDA menyetujui klaim kesehatan terhadap senyawa tersebut
***Bentuk provitamin A ditemukan pada makanan yang berasal dari hewan. Provitamin A
karotenoid banyak terdapat pada buah-buahan dan sayur-sayuran berwarna hijau gelap dan
menjadi sumber vitamin A utama bagi vegetarian.
Sumber : IFIC
Pembuatan atau produksi makanan fungsional
Produk makanan dapat dibuat menjadi fungsional dengan menggunakan beberapa
pendekatan:
1. Menghilangkan komponen yang diketahui atau diidentifikasi menyebabkan efek
merugikan saat dikonsumsi.
2. Meningkatkan konsentrasi komponen yang secara alami terdapat dalam bahan makanan
sampai pada kadar dimana dapat menghasilkan fungsi yang diinginkan (contoh: fortifikasi
dengan zat gizi mikro untuk mencapai konsumsi harian yang lebih tinggi dari rekomendasi
asupan yang dianjurkan namun sesuai dengan anjuran pedoman diet untuk mengurangi resiko
penyakit) atau meningkatkan konsentrasi komponen non gizi pada tingkat yang diketahui
dapat meningkatkan manfaat yang diinginkan.
3. Menambahkan komponen yang tidak umum terdapat pada sebagian besar bahan makanan,
tidak selalu berupa zat gizi makro atau zat gizi mikro namun mempunyai efek yang telah
terbukti menguntungkan (contoh: vitamin non antioksidan, atau prebiotik fruktan).
4. Mengganti komponen, biasanya komponen zat gizi makro (contoh: lemak), yang umumnya
dikonsumsi secara berlebih sehingga dapat menyebabkan efek yang merugikan, diganti
dengan komponen yang mempunyai efek menguntungkan bagi kesehatan [contoh: chicory
inulin seperti Rafticream (ORAFTI, Tienen, Belgium)].
5. Meningkatkan bioavibilitas atau stabilitas dari komponen yang diketahui dapat
menghasilkan efek fungsional atau menurunkan resiko yang merugikan dari bahan makanan.
(Agustina dan Surono, 2009)

Secara praktis, makanan fungsional dapat berupa:


– Bahan makanan alami, tanpa mengalami proses pengolahan atau modifikasi
– Bahan makanan yang salah satu komponennya ditingkatkan melalui kondisi khusus,
perkembangbiakan atau secara bioteknologi
– Penambahan komponen untuk menghasilkan potensi menguntungkan dari bahan makanan
– Menghilangkan komponen dalam bahan makanan dengan menggunakan teknologi atau
bioteknologi untuk menghasilkan potensi yang menguntungkan yang sebelumnya tidak
tersedia
– Mengganti komponen dalam bahan makanan dengan komponen lain yang lebih
menguntungkan
– Memodifikasi komponen dalam bahan makanan secara enzimatis, kimiawi atau teknologi
tertentu untuk menghasilkan potensi yang menguntungkan
– Memodifikasi bioavalibilitas komponen makanan
– Kombinasi dari teknik-teknik di atas
(Agustina dan Surono, 2009)

Tren Pasar Makanan Fungsional


Saat ini tren pasar makanan dan minuman fungsional di dunia telah meningkat secara
dinamis. Jepang merupakan pasar terbesar di dunia (US$ 11.7 milyar), diikuti oleh Amerika
Serikat dan Eropa. Tidak hanya di negara maju, permintaan makanan fungsional juga telah
meningkat di negara berkembang seperti India, Brazil dan China. Diprediksi bahwa
permintaan pasar terhadap makanan fungsional kemungkinan akan meningkat dua kali lipat
dalam lima tahun mendatang.
Meningkatnya permintaan terhadap makanan fungsional dipengaruhi oleh beberapa hal antara
lain meningkatnya pendapatan, gaya hidup yang berhubungan dengan penyakit, dan
meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap masalah kesehatan. Meningkatnya kesadaran
terhadap gaya hidup sehat dapat terlihat dengan adanya produk-produk makanan dengan
klaim kesehatan seperti baik untuk kesehatan pencernaan, pengaturan berat badan,
pengelolaan stress, dan sebagainya.
Daftar Pustaka
Agustina, R. dan Surono, I.S. 2009. Nutrition in Food Industry. SEAMEO – RECFON,
University of Indonesia.
Subroto, M.A. 2008. Real Food, True Health. AgroMedia Pustaka. Jakarta.
Tapsell, L.C. 2009. Nutrients, Foods and Diets: Challenging Functional Food Development.
Aust. J. Dairy Technology. 64:5-7.
http://www.ific.org.
(Yulia, S.TP., M.Gizi)
Share to your fri

Anda mungkin juga menyukai