Anda di halaman 1dari 53

MAKALAH PRAKTIKUM DSSO

(DASAR SINTESIS SENYAWA OBAT)


FITOKIMIA TUMBUHAN

DISUSUN OLEH :

DIONISIUS KRIS DE YANTO AKA RANGGA


NPM 13161010

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


SEKOLAH TINGGI FARMASI BANDUNG
2016/2017

BAB I
PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak di zona khatulistiwa (tropik) dan
terkenal mempunyai kekayaan alam dengan beranekaragam jenis tumbuhan, tetapi potensi ini
belum seluruhnya dimanfaatkan sebagai bahan industri khususnya tumbuhan berkasiat obat.
Masyarakat Indonesia secara turun-temurun telah memanfaatkan berbagai jenis tumbuhan untuk
bahan obat tradisional baik sebagai tindakan pencegahan maupun pengobatan terhadap berbagai
jenis penyakit. Pemanfaatan tumbuhan obat tradisional akan terus berlangsung terutama sebagai
obat alternatif, hal ini terlihat pada masyarakat daerah yang sulit dijangkau oleh fasilitas
kesehatan modern. Dalam masa krisis ekonomi seperti saat ini, penggunaan obat tradisional lebih
menguntungkan karena relatif lebih mudah didapat, lebih murah dan dapat diramu sendiri, selain
itu bahan bakunya dapat ditanam di halaman rumah sebagai penghias taman ataupun peneduh
halaman rumah (Sulianti et al, 2005).
Penemuan berbagai senyawa obat baru dari bahan alam semakin memperjelas peran
penting metabolit sekunder tanaman sebagai sumber bahan baku obat. Metabolit sekunder adalah
senyawa hasil biogenesis dari metabolit primer. Umumnya dihasilkan oleh tumbuhan tingkat
tinggi, yang bukan merupakan senyawa penentu kelangsungan hidup secara langsung, tetapi
lebih sebagai hasil mekanisme pertahanan diri organisma. Aktivitas biologi tanaman dipengaruhi
oleh jenis metabolit sekunder yang terkandung didalamnya. Aktivitas biologi ditentukan pula
oleh struktur kimia dari senyawa. Unit struktur atau gugus molekul mempengaruhi aktivitas
biologi karena berkaitan dengan mekanisme kerja senyawa terhadap reseptor di dalam tubuh
(Lisdawati et al., 2007).

Pada tahun tahun terakhir ini fitokimia atau kimia tumbuhan telah berkembang
menjadi suatu disiplin ilmu tersendiri, berada di antara kimia organik bahan alam dan biokimia
tumbuhan, serta berkaitan erat dengan keduanya. Bidang perhatiannya ialah aneka ragam
senyawa organik yang dibentuk dan ditimbun oleh tumbuhan yaitu mengenai struktur kimianya,
biosintesisnya, perubahan serta metabolismenya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Fitokimia


Fitokimia berasal dari kata phytochemical. Phyto berarti tumbuhan atau tanaman dan
chemical sama dengan zat kimia berarti zat kimia yang terdapat pada tanaman. Senyawa
fitokimia tidak termasuk kedalam zat gizi karena bukan berupa karbohidrat, protein, lemak,
vitamin, mineral maupun air. Jadi apakah fitokimia itu? Setiap tumbuhan atau tanaman
mengandung sejenis zat yang disebut fito kimia, merupakan zat kimia alami yang terdapat
di dalam tumbuhan dan dapat memberikan rasa, aroma atau warna pada tumbuhan itu.
Sampai saat ini sudah sekitar 30.000 jenis fitokimia yang ditemukan dan sekitar 10.000
terkandung dalam makanan.
Fitokimia adalah ilmu yang mempelajari berbagai senyawa organik yang dibentuk
dan disimpan oleh tumbuhan, yaitu tentang struktur kimia, biosintetis, perubahan dan
metabolisme, serta penyebaran secara alami dan fungsi biologis dari senyawa organik.
Fitokimia atau kadang disebut fitonutrien, dalam arti luas adalah segala jenis zat kimia atau
nutrien yang diturunkan dari sumber tumbuhan, termasuk sayuran dan buah-buahan.
2.2. Klasifikasi Fitokimia
Secara garis besar fitokimia diklasifikasikan menurut struktur kimianya sebagai berikut :
1. Fitokimia karotenoid
Fitokimia karotenoid banyak terdapa pada sayur-sayuran berwarna kuning-jingga seperti
wortel, labu kuning, sayuran berwarna hijau seperti brokoli dan buah-buahan berwarna
merah dan kuning jingga seperti pepaya, mangga, tomat, nenas semangka arbei dll.
4

Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa zat karotenoid dapat mencegah kanker,


sebagai anti oksidan dan dapat meningkatkan system imun tubuh.
2. Fitokimia fitosterol
Fitokimia fitosterol banyak ditemukan pada biji-bijian dan hanya sekitar 5% dari
fitosterol yang dapat diserap oleh usus dari makanan kiat. Penelitian mengungkapkan
fitosterol dapat menurunkan kolesterol dan anti kanker.
3. Fitokimia saponin
Fitokimia saponin banyak terdapat pada kacang-kacangan dan daun-daunan. Penelitian
mengungkapkan bahwa saponin dapat sebagai anti kanker, anti mikroba, meningkatkan
sistem imunitas, dan dapat menurunkan kolesterol.
4. Fitokimia glukosinolat
Fitokimia glukosinolat banyak terdapat pada sayur-sayuran seperti kol dan brokoli. Jika
sayuran dimasak dapat menurunkan kadar glukosinolat sebesar 30-60%. Termasuk dalam
glukosinolat ini meliputi fitokimia lain seperti isothiosianat,thiosianat dan indol.
Penelitian menunjukkan bahwa glukosinolat dapat bersifat anti mikroba, anti kanker dan
menurunkan kolesterol.
5. Fitokimia polifenol
Fitokimia polifenol banyak terdapat pada buah-buahan sayur-sayuran hijau seperti salada
dan pada gandum dll. Penelitian pada hewan dan manusia menunjukkan polifenol dapat
mengatur kadar gula darah, sebagai anti kanker, antioksidan, anti mikroba, anti inflamasi.
Termasuk polifenol adalah asam fenol dan flavonoid.

6. Fitokimia inhibitor protease


Fitokimia inhibitor protease merupakan fitokimia yang banyak terdapat pada biji-bijian
dan sereal seperti padi-padian, gandum dsb, yang dapat membantu kerja enzim dalam
system pencernaan manusia. Dapat sebagai anti oksidan , mencegah kanker dan mengatur
kadar gula darah.
7. Fitokimia monoterpen
Fitokimia monoterpen banyak terdapat pada pada tanaman beraroma seperti mentol
(peppermint), biji jintan, seledri, peterseli, rempah-rempah dan sari jeruk. Berkhasiat
mencegah kanker dan anti oksidan.
8. Fitokimia fitoestrogen
Fitokimia fitoestrogen banyak terdapat pada kedelai dan produk kedelei seperti tempe,
tahu dan susu kedelei. Memiliki aktifitas seperti hormon estrogen. Senyawa aktif
fitoestrogen terdiri dari isoflavonoid dan lignan.
9. Fitokimia sulfida
Fitokimia sulfida banyak terdapat pada bawang putih, bawang bombai, bawang merah
dan bawang daun. Senyawa fitokimia aktif pada bawang putih adalah dialil sulfida
(allicin). Menurut peneliti sulfida bekerja sebagai anti kanker, anti oksidan, anti mikroba,
meningkatkan daya tahan, anti radang, mengatur tekanan darah dan menurunkan
kolesterol.
10. Fitokimia asam fitat
Fitokimia asam fitat terdapat pada kacang polong, gandum. Berfungsi sebagai anti
oksidan yang dapat mengikat zat karsinogen dan mengatur kadar gula darah. Senyawa
kimia berdasarkan asal biosintesis, sifat kelarutan, gugus fungsi digolongkan menjadi :

Senyawa fenol, bersifat hidrofil, biosintesisnya berasal dari asam shikimat

terpenoid, berasal dari lipid, biosintesisnya berasal dari isopentenil pirofosfat

asam organik, lipid dan sejenisnya, biosintesisnya berasal dari asetat

senyawa nitrogen, bersifat basa dan bereaksi positif terhadap ninhidrin ddan
dragendorf

gula dan turunannya

makromolekul, umumnya memiliki bobot molekul yang tinggi

Sedangkan berdasarkan biogenesisnya senyawa bahan alam dikelompokkan menjadi :

Asetogenin : flavonoid, lipid, lignan, dan kuinon

karbohidra : monosakarida, oligosakarida, dan polisakarida

isoprenoid : tepenoid, steroid, karotenoid

senyawa mengandung nitrogen : alkaloid, asam amino, protein, dan nukleat

2.3. Penapisan Fitokimia


Penapisan fitokimia dilakukan menurut metode Cuiley (1984). Penapisan fitokimia
dilakukan untuk mengetahui komponen kimia pada tumbuhan tersebut secara kualitatif.
Misalnya: identifikasi tannin dilakukan dengan menambahkan 1-2 ml besi (III) klorida pada
sari alkohol. Terjadinya warna biru kehitaman menunjukkan adanya tanin galat sedang
warna hijau kehitaman menunjukkan adanya tanin katekol (Praptiwi et al, 2006).
Pelarut yang digunakan untuk ekstraksi harus mempunyai kepolaran yang berbeda.
Hal ini disebabkan kandungan kimia dari suatu tumbuhan hanya dapat terlarut pada pelarut
yang sama kepolarannya, sehingga suatu golongan senyawa dapat dipisahkan dari senyawa
lainnya (Sumarnie et al, 2005).

Hingga saat ini sudah banyak sekali jenis fitokimia yang ditemukan, saking
banyaknya senyawa fitokimia yang didapatkan maka dilakukan penggolongan senyawa agar
memudahkan dalam mempelajarinya, adapun golongan senyawa fitokimia dapat dibagi
sebagai berikut:
(1)

Alkaloid, alkaloid adalah sebuah golongan senyawa basa bernitrogen yang


kebanyakan heterosiklik dan terdapat di tetumbuhan.
Sejumlah sampel dalam mortir, dibasakan dengan ammonia sebanyak 1 mL, kemudian
ditambahkan kloroform dan digerus kuat. Cairan kloroform disaring, filtrat
ditempatkan dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan HCl 2N, campuran dikocok,
lalu dibiarkan hingga terjadi pemisahan. Dalam tabung reaksi terpisah :
Filtrat 1 : sebanyak 1 tetes larutan pereaksi Dragendorff diteteskan ke dalam filtrat,
adanya alkaloid ditunjukan dengan terbentuknya endapan atau kekeruhan berwarna
hingga coklat.
Filtrat 2: sebanyak 1 tetes larutan pereaksi Mayer diteteskan ke dalam filtrat, adanya
alkaloid ditunjukan dengan terbentuknya endapan atau kekeruhan berwarna putih.
Filtrat 3 : sebagai blangko atau kontrol negatif.

(2)

Flavonoid, flavonoid merupakan salah satu golongan fenol alam terbesar yang terdapat
dalam semua tumbuhan berpembuluh. Semua flavonoid, menurut strukturnya
merupakan turunan senyawa induk flavon yang mempunyai sejumlah sifat yang sama.
Dalam tumbuhan, aglikon flavonoid terdapat dalam berbagai bentuk struktur.
Semuanya mengandung atom karbon dalam inti dasarnya yang tersusun dalam
konfigurasi C6-C3-C6, yaitu dua cincin aromatik yang dihubungkan oleh satuan tiga
karbon yang dapat atau tidak dapat membentuk cincin ketiga.

Sejumlah sampel digerus dalam mortir dengan sedikit air, pindahkan dalam tabung
reaksi, tambahkan sedikit logam magnesium dan 5 tetes HCl 2N, seluruh campuran
dipanaskan selama 5-10 menit. Setelah disaring panas-panas dan filtrat dibiarkan
dingin, kepada filtrat ditambahkan amil alkohol, lalu dikocok kuat-kuat, reaksi positif
dengan terbentuknya warna merah pada lapisan amil alkohol.
(3)

Kuinon, senyawa dalam jaringan yang mengalami okisdasi dari bentuk kuinol menjadi
kuinon.
Sampel ditambahkan dengan air, dididihkan selama 5 menit kemudian disaring dengan
kapas. Pada filtrat ditambahkan larutan NaOH 1N. Terjadinya warna merah
menunjukkan bahwa dalam bahan uji mengandung senyawa golongan kuinon.

(4)

Tanin dan Polifenol, Tanin adalah polifenol tanaman yang berfungsi mengikat dan
mengendapkan protein.. Polifenol alami merupakan metabolit sekunder tanaman
tertentu, termasuk dalam atau menyusun golongan tanin.
Sebanyak 1 gram sampel ditambahkan 100 mL air panas, dididihkan selama 5 menit
kemudian disaring. Filtrat sebanyak 5 mL dimasukkan ke dalam tabung reaksi,
ditambahkan pereaksi besi (III) klorida, timbul warna hiijau biru kehitaman bila ada
polifenol dan ditambahkan gelatin akan timbul endapan putih bila ada tanin.

(5)

Saponin, saponin adalah suatu glikosida yang ada pada banyak macam tanaman.
Fungsi

dalam

tumbuh-tumbuhan

tidak

diketahui,

mungkin

sebagai

bentuk

penyimpanan karbohidrat, atau merupakan waste product dari metabolisme tumbuhtumbuhan.

Sampel ditambahkan dengan air, didihkan selama 5 menit kemudian kocok dengan
kuat. Reaksi positif ditunjukan dengan adanya busa 1 cm, tidak hilang selama 30
detik dan busa tidak hilang dengan penambahan HCl.
(6)

Triterpenoid, TriTerpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari


enam satuan isoprena dan secara biosintesis dirumuskan dari hidrokarbon yang
kebanyakan berupa alcohol, aldehida atau asam karbohidrat.
Serbuk kulit buah manggis ditambahkan eter, kemudian fase eter diuapkan dalam
cawan penguap hingga kering, pada residu ditetesi pereaksi Lieberman-Burchard.
Terbentuknya warna ungu menunjukkan kandungan triterpenoid sedangkan bila
terbentuk warna hijau biru menunjukan adanya senyawa steroid.

(7)

Skrining Senyawa Monoterpenoid dan Seskuiterpenoid, Serbuk simplisia digerus


dengan eter, kemudian dipipet sambil disaring. Filtrat ditempatkan dalam cawan
penguap, kemudian dibiarkan menguap hingga kering. Kepada hasil pengeringan
filtrat ditambahkan larutan vanillin 10% dalam asam sulfat pekat. Terjadinya warnawarna menunjukkan adanya senyawa mono dan seskuiterpenoid (Nurhari, 2010).

2.4. Ekstraksi
Simplisia dapat digunakan secara langsung atau diolah menjadi suatu bentuk sediaan
herbal. Untuk memudahkan dalam proses produksi sediaan herbal dilakukan suatu proses
ekstraksi. Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari campurannya dengan
menggunakan pelarut. Dengan melalui ekstraksi, zat-zat aktif yang ada dalam simplisia akan
terlepas. Terdapat beberapa istilah yang perlu dietahui berkaitan dengan proses ekstraksi
antara lain:

10

Ekstraktan/menstrum: pelarut/campuran pelarut yang digunakan dalam proses


ekstraksi. Rafinat: sisa/residu dari proses ekstraksi
Dalam proses ekstraksi, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain:

Jumlah simplisia yang akan diesktrak

Derajat kehalusan simplisia : Semakin halus, luas kontak permukaan akan semakin besar
sehingga proses ekstraksi akan lebih optimal.

Jenis pelarut yang digunakan : Jenis pelarut berkaitan dengan polaritas dari pelarut
tersebut. Hal yang perlu diperhatikan dalam proses ekstraksi adalah senyawa yang
memiliki kepolaran yang sama akan lebih mudah tertarik/ terlarut dengan pelarut yang
memiliki tingkat kepolaran yang sama. Berkaitan dengan polaritas dari pelarut, terdapat
tiga golongan pelarut yaitu:
o

Pelarut polar
Memiliki tingkat kepolaran yang tinggi, cocok untuk mengekstrak senyawa-senyawa
yang polar dari tanaman. Pelarut polar cenderung universal digunakan karena
biasanya walaupun polar, tetap dapat menyari senyawa-senyawa dengan tingkat
kepolaran lebih rendah. Salah satu contoh pelarut polar adalah: air, metanol, etanol,
asam asetat.

Pelarut semipolar
Pelarut semipolar memiliki tingkat kepolaran yang lebih rendah dibandingkan
dengan pelarut polar. Pelarut ini baik untuk mendapatkan senyawa-senyawa
semipolar dari tumbuhan. Contoh pelarut ini adalah: aseton, etil asetat, kloroform.

11

Pelarut nonpolar
Pelarut nonpolar, hampir sama sekali tidak polar. Pelarut ini baik untuk mengekstrak
senyawa-senyawa yang sama sekali tidak larut dalam pelarut polar. Senyawa ini baik
untuk mengekstrak berbagai jenis minyak. Contoh: heksana, eter

Beberapa syarat-syarat pelarut yang ideal untuk ekstraksi:


Tidak toksik dan ramah lingkungan
Mampu mengekstrak semua senyawa dalam simplisia
Mudah untuk dihilangkan dari ekstrak
Tidak bereaksi dengan senyawa-senyawa dalam simplisia yang diekstrak
Murah/ ekonomis

Lama waktu ekstraksi : Lama ekstraksi akan menentukan banyaknya senyawa-senyawa


yang terambil. Ada waktu saat pelarut/ ekstraktan jenuh. Sehingga tidak pasti, semakin
lama ekstraksi semakin bertambah banyak ekstrak yang didapatkan.

Metode ekstraksi, termasuk suhu yang digunakan : Terdapat banyak metode ekstraksi.
Namun secara ringkas dapat dibagi berdasarkan penggunaan panas sehingga ada metode
ekstraksi dengan cara panas, serta tanpa panas. Metode panas digunakan jika senyawasenyawa yang terkandung sudah dipastikan tahan panas. Metode ekstraksi yang
membutuhkan panas antara lain:
o

Dekok :Ekstraksi dilakukan dengan solven air pada suhu 90-95C selama 30 menit.

Infus : Hampir sama dengan dekok, namun dilakukan selama 15 menit.

Refluks : Dilakukan dengan menggunakan alat destilasi, dengan merendam simplisia


dengan pelarut/solven dan memanaskannya hingga suhu tertentu. Pelarut yang

12

menguap sebagian akan mengembung kembali kemudian masuk ke dalam campuran


simplisia kembali, dan sebagian ada yang menguap.
o

Soxhletasi : Mirip dengan refluks, namun menggunakan alat khusus yaitu esktraktor
Soxhlet. Suhu yang digunakan lebih rendah dibandingkan dengan refluks. Metode ini
lebih hemat dalam hal pelarut yang digunakan.

Coque : Penyarian dengan cara menggodok simplisia menggunakan api langsung.


Hasil godokan setelah mendidih dimanfaatkan sebagai obat secara keseluruhan
(termasuk ampas) atau hanya digunakan hasil godokannya saja tanpa menggunakan
ampasnya.

Seduhan : Dilakukan dengan menggunakan air mendidih, simplisia direndam dengan


menggunakan air panas selama waktu tertentu (5-10 menit) seperti halnya membuat
teh seduhan.

Metode ekstraksi dingin dilakukan ketika senyawa yang terdapat dalam simplisia tidak
tahan terhadap panas atau belum diketahui tahan atau tidaknya, antara lain:
o

Maserasi : Ekstraksi dilakukan dengan cara merendam simplisia selama beberapa


waktu, umumnya 24 jam dalam suatu wadah tertentu dengan menggunakan satu atau
campuran pelarut.

Perkolasi : Perkolasi merupakan ekstraksi cara dingin dengan mengalirkan pelarut


secara kontinu pada simplisia selama waktu tertentu.

Proses Ekstraksi
Proses saat ekstraksi menentukan hasil ekstrak. Beberapa proses ekstraksi
menghendaki kondisi yang terlindung dari cahaya, ini terutama pada proses ekstraksi

13

bahan-bahan yang mengandung kumarin dan kuinon. Ekstraksi bisa dilakukan secara bets
per bets atau secara kontinu. Pada ekstraksi skala industri, umumnya dilakukan secara
kontinu. Ekstraksi bisa dilakukan secara statik (tanpa pengadukan) atau dengan proses
dinamik (dengan pengadukan).

Jenis-jenis Ekstrak
Terdapat beberapa jenis ekstrak baik ditinjau dari segi pelarut yang digunakan
ataupun hasil akhir dari ekstrak tersebut.
o

Ekstrak air : Menggunakan pelarut air sebagai cairan pengekstraksi. Pelarut air
merupakan pelarut yang mayoritas digunakan dalam proses ekstraksi. Ekstrak yang
dihasilkan dapat langsung digunakan atau diproses kembali seperti melalui
pemekatan atau proses pengeringan.

Tinktur : Sediaan cari yang dibuat dengan cara maserasai ataupun perkolasi
simplisia. Pelarut yang umum digunakan dalam proses produksi tinktur adalah
etanol. Satu bagian simplisia diekstrak dengan menggunakan 2-10 bagian
menstrum/ekstraktan.

Ekstrak cair : Bentuk dari ekstrak cair mirip dengan tinktur namun telah melalui
pemekatan hingga diperoleh ekstrak yang sesuai dengan ketentuan farmakope.

Ekstrak encer : Dikenal sebagai ekstrak tenuis, dibuat seperti halnya ekstrak cair.
Namun kadang masih perlu diproses lebih lanjut.

Ekstrak kental : Ekstrak ini merupakan ekstrak yang telah mengalami proses
pemekatan. Ekstrak kental sangat mudah untuk menyerap lembab sehingga mudah
untuk ditumbuhi oleh kapang. Pada proses industri ekstrak kental sudah tidak lagi

14

digunakan, hanya merupakan tahap perantara sebelum diproses kembali menjadi


ekstrak kering
o

Ekstrak kering (extract sicca) : Ekstrak kering merupakan ekstrak hasil pemekatan
yang kemudian dilanjutkan ke tahap pengeringan. Prose pengeringan dapat dilakukan
dengan berbagai macam cara yaitu:
Menggunakan bahan tambahan seperti laktosa, aerosil
Menggunakan proses kering beku, proses ini mahal
Menggunakan proses proses semprot kering atau fluid bed drying

Ekstrak minyak : Dilakukan dengan cara mensuspensikan simplisia dengan


perbandingan tertentu dalam minyak yang telah dikeringkan, dengan cara seperti
maserasi.

Oleoresin : Merupakan sediaan yang dibuat dengan cara ekstraksi bahan oleoresin
(mis. Capsicum fructus dan zingiberis rhizom) dengan pelarut tertetu umumnya
etanol.

Proses Ekstraksi Skala Industri


Terdapat beberapa tahapan dalam proses ekstraksi skala industri, meliputi:
o

Penghalusan/ penggilingan simplisia

Ekstraksi tanaman obat

Pemurnian ekstrak

Pemekatan ekstrak

Pengeringan ekstrak

15

Standardisasi ekstrak

Pengemasan

Standardisasi Ekstrak : Ekstrak yang dihasilkan dalam skala industri harus


merupakan ekstrak yang sudah terstandar sesuai dengan ketentuan yang berlaku
(mengacu pada MMI atau kompendia yang lain seperti Farmakope). Komponen
standardisasi ekstrak meliputi :
Pengujian makro dan mikroskopik untuk identitas
Pemeriksaan pengotor/ zat asing organik dan anorganik
Penentuan susut pengeringan dan kandungan air
Penentuan kadar abu
Penentuan kadar serat
Penentian kadar komponen terekstraksi (kadar sari)
Penentuan kadar bahan aktif/ senyawa penanda
Penentuan cemaran mikroba dan tidak adanya bakteri patogen
Pemeriksaan residu pestisida.

Metode Ekstraksi
Proses ekstraksi dapat dilakukan dengan berbagai macam teknik, antara lain:
o Maserasi
Maserasi adalah cara ekstraksi yang paling sederhana. Bahan simplisia
yang dihaluskan sesuai dengan syarat farmakope (umumnya terpotong-terpotong
atau berupa serbuk kasar) disatukan dengan bahan pengekstraksi. Selanjutnya
rendaman tersebut disimpan terlindung cahaya langsung (mencegah reaksi yang

16

dikatalis cahaya atau perubahan warna) dan dikocok berulang-ulang (kira-kira 3


kali sehari). Waktu lamanya maserasi berbeda-beda, masing-masing farmakope
mencantumkan

4-10

hari.

Secara

teoritis

pada

suatu

maserasi

tidak

memungkinkan terjadinya ekstraksi absolut. Semakin besar perbandingan


simplisia terhadap cairan pengekstraksi, akan semakin banyak hasil yang
diperoleh (Voight, 1995).
o Perkolasi
Perkolasi dilakukan dalam wadah berbenruk silindris atau kerucut
(perkulator) yang memiliki jalan masuk dan keluar yang sesuai. Bahan
pengekstaksi yang dialirkan secara kontinyu dari atas, akan mengalir turun secara
lambat melintasi simplisia yang umumnya berupa serbuk kasar. Melalui
penyegaran bahan pelarut secara kontinyu, akan terjadi proses maserasi bertahap
banyak. Jika pada maserasi sederhana tidak terjadi ekstraksi sempurna dari
simplisia oleh karena akan terjadi keseimbangan kosentrasi antara larutan dalam
seldengan cairan disekelilingnya, maka pada perkolasi melalui simplisia bahan
pelarut segar perbedaan kosentrasi tadi selalu dipertahnkan. Dengan demikian
ekstraksi total secara teoritis dimungkinkan (praktis jumlah bahan yang dapat
diekstraksi mencapai 95%) (Voight,1995).
o Sokletasi
Sokletasi dilakukan dengan cara bahan yang akan diekstraksi diletakkan
dalam kantung ekstraksi (kertas, karton, dan sebagainya) dibagian dalam alat
ekstraksi dari gelas yang bekerja kontinyu (perkulator). Wadah gelas yang
mengandung kantung ndiletakkan diantar labu penyulingan dengan pendingin

17

aliran balik dan dihubungkan dengan labu melalui pipa. Labu tersebut berisi
bahan pelarut yang menguap dan mencapai kedalam pendingin aliran balik
melalui pipet yang berkodensasi didalamnya. Menetes ketas bahan yang
diekstraksi dan menarik keluar bahan yang diekstraksi. Larutan berkumpul
didalam wadah gelas dan setelah mencapai tinggi maksimalnya, secara otomatis
dipindahkan kedalam labu. Dengan demikian zat yang terekstraksi terakumulasi
melaui penguapan bahan pelarut murni berikutnya (Voight, 1995).
2. 5. Fraksinasi
Fraksinasi adalah suatu proses pemisahan senyawa senyawa berdasarkan tingkat
kepolaran. Jumlah dan senyawa yang dapat dipisahkan menjadi fraksi berbeda beda
tergantung pada jenis tumbuhan. Pada prakteknya dalam melakukan fraksinasi
digunakan dua metode yaitu dengan menggunakan corong pisah dan kromatografi
kolom. Corong pemisah atau corong pisah adalah peralatan laboratorium yang
digunakan dalam ekstraksi cair-cair untuk memisahkan komponen-komponen dalam
suatu campuran antara dua fase pelarut dengan densitas berbeda yang tak campur.
Destilasi bertingkat atau fraksinasi adalah proses pemisahan destilasi ke dalam
bagian-bagian dengan titik didih makin lama makin tinggi yang selanjutnya
pemisahan bagian-bagian ini dimaksudkan untuk destilasi ulang. Destilasi bertingkat
merupakan proses pemurnian zat/senyawa cair dimana zat pencampurnya berupa
senyawa cair yang titik didihnya rendah dan tidak berbeda jauh dengan titik didih
senyawa yang akan dimurnikan. Dengan perkataan lain, destilasi ini bertujuan untuk
memisahkan senyawa-senyawa dari suatu campuran yang komponen-komponennya
memiliki perbedaan titik didih relatif kecil. Destilasi ini digunakan untuk

18

memisahkan campuran aseton-metanol, karbon tetra klorida-toluen, dll. Tujuan dari


penggunaan kolom ini adalah untuk memisahkan uap campuran senyawa cair yang
titik didihnya hampir sama/tidak begitu berbeda. Sebab dengan adanya penghalang
dalam kolom fraksinasi menyebabkan uap yang titik didihnya sama akan sama-sama
menguap atau senyawa yang titik didihnya rendah akan naik terus hingga akhirnya
mengembun dan turun sebagai destilat, sedangkan senyawa yang titik didihnya lebih
tinggi, jika belum mencapai harga titik didihnya maka senyawa tersebut akan
menetes kembali ke dalam labu destilasi, yang akhirnya jika pemanasan dilanjutkan
terus akan mencapai harga titik didihnya. Senyawa tersebut akan menguap,
mengembun dan turun/menetes sebagai destilat.
Macam macam proses fraksinasi:
a) Proses Fraksinasi Kering (Winterization)
Fraksinasi kering adalah suatu proses fraksinasi yang didasarkan pada berat molekul
dan komposisi dari suatu material. Proses ini lebih murah dibandingkan dengan
proses yang lain, namun hasil kemurnian fraksinasinya rendah.

b) Proses Fraksinasi Basah (Wet Fractination)


Fraksinasi basah adalah suatu proses fraksinasi dengan menggunakan zat pembasah
(Wetting Agent) atau disebut juga proses Hydrophilization atau detergent proses.
Hasil fraksi dari proses ini sama dengan proses fraksinasi kering.
c) Proses Fraksinasi dengan menggunakan Solvent (pelarut)/ Solvent Fractionation

19

Ini adalah suatu proses fraksinasi dengan menggunakan pelarut. Dimana pelarut yang
digunakan adalah aseton. Proses fraksinasi ini lebih mahal dibandingkan dengan
proses fraksinasi lainnya karena menggunakan bahan pelarut.
d) Proses Fraksinasi dengan Pengembunan (Fractional Condentation)
Proses fraksinasi ini merupakan suatu proses fraksinasi yang didasarkan pada titik
didih dari suatu zat / bahan sehingga dihasilkan suatu produk dengan kemurnian yang
tinggi. Fraksinasi pengembunan ini membutuhkan biaya yang cukup tinggi namun
proses produksi lebih cepat dan kemurniannya lebih tinggi.
2.6. Kromatografi
Berbagai metode kromatografi memberikan cara pemisahan paling kuat dilaboratorium
kimia. Metode kromatografi, karena pemanfaatannya yang leluasa, dipakai secara luas untuk
pemisahan analitik dan preparatif. Biasanya, kromatografi analitik dipakai pada tahap
permulaan untuk semua cuplikan , dan kromatografi preparatif hanya dilakukan juka
diperlukan fraksi murni dari campuran. Pemisahan secara kromatografi dilakukan dengan
cara mengotak-atik langsung beberapa sifat fisika umum dari molekul. Sifat utama yang
terlibat ialah :
Kecenderungan molekul untuk melarut dalam cairan
Kecenderungan molekul untuk melekat pada permukaan serbuk halus (adsorpsi,
penjerapan)
Kecenderungan molekul untuk menguap atau berubah ke keadaan uap (keatsirian)
Pemisahan

dan

pemurnian

kandungan

tumbuhan

terutama

dilakukan

dengan

menggunakan salah satu dari empat teknik kromatografi atau gabungan teknik tersebut.

20

Keempat teknik kromatografi itu adalah :Kromatografi Kertas (KKt), Kromatografi Lapis
Tipis (KLT), Kromatografi Gas Cair (KGC) dan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT).
Pemilihan teknik kromatografi sebagian besar bergantung pada sifat kelarutan dan
keatsirian senyawa yang akan dipisah. KKt dapat digunakan terutama bagi kandungan
tumbuhan yang mudah larut dalam air (karbohidrat, asam amino dan senyawa fenolat), KLT
merupakan metode pilihan untuk pemisahan semua kandungan yang larut lipid (lipid,
steroid, karotenoid, kinon sederhana dan klorofil), KGC penggunannya terutama untuk
senyawa atsiri (asam lemak, mono- dan seskuiterpen, hidrokarbon dan senyawa belerang),
cara lain yaitu KCKT, dapat memisahkan kandungan yang keatsiriannya kecil. KCKT
adalah suatu metode yang menggabungkan keefisienan kolom dan kecepatan analisis.

2.7. Uji Kemurnian Fitokimia


Uji fitokimia dilakukan untuk menentukan golongan senyawa aktif dari ekstrak
tumbuhan. Uji fitokimia yang sering dilakukan yaitu uji polifenol, kuinon, alkaloid,
triterpenoid, steroid, saponim dan flavonoid.
a. Uji polifenol
Ekstrak diteteskan di atas pelat tetes dan ditambah larutan FeCl3. Hasil positif ditandai
dengan perubahan warna larutan menjadi biru-hitam.
b. Uji kuinon
Ekstrak diteteskan di atas pelat tetes dan ditambah larutan NaOH 2N. Hasil positif
ditandai dengan perubahan warna larutan menjadi merah.
c. Uji alkaloid

21

Ekstrak ditambah kloroform dan asam sulfat secara berurutan kemudian dikocok. Larutan
didiamkan hingga kloroform dan asam sulfat memisah. Lapisan asam (bagian atas)
diteteskan pada pelat tetes dan diuji dengan reagenWagner (kalium tetraidomerkurat) dan
reagen Dragendorff (kalium tetraidobismutat). Hasil positif ditandai dengan terbentuknya
endapan coklat kemerahan pada reagen Dragendorff dan warna coklat pada reagen
Wagner.
d. Uji triterpenoid, steroid dan saponim
Ekstrak diuapkan, ditambah kloroform dan dikocok kuat-kuat. Terbentuknya busa yang
stabil selama 30 menit menandakan adanya saponim dalam ekstrak. Ekstrak yang sudah
ditambah dengan kloroform, ditambah dengan asam klrida 2N kemudian disaring.
Lapisan atas diuji dengan reagen Liebemann Bucchard. Hasil positif triterpenoid ditandai
dengan terbentuknya warna merah. Sedangkan hasil positif steroid ditandai dengan
terbentuknya warna hijau-biru.
e. Uji flavonoid
Ekstrak diuji dengan tiga jenis ereaksi yang berbeda yaitu NaOH, asam sulfat pekat dan
Mg-HCL. Perubahan warna yang terjadi pada masing-masing pereaksi disesuaikan
dengan tabel reaksi warna flavonoid.

2.8 Skrining Fitokimia


Skrining fitokimia merupakan analisis kualitatif terhadap senyawa-senyawa
metabolit sekunder. Uji fitokimia dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya
komponen-komponen bioaktif yang terdapat pada sampel uji. Uji fitokimia meliputi

22

uji alkaloid, uji steroid/triterpenoid, flavonoid, saponin, fenol hidrokuinon, Molisch,


Benedict, Biuret dan Ninhidrin. Metode uji ini berdasarkan Harborne (1984)..
1. Alkaloid
Sejumlah sampel dilarutkan dalam beberapa tetes asam sulfat 2 N. Kemudian diuji
dengan tiga pereaksi alkaloid yaitu, pereaksi Dragendorff, pereaksi Meyer, dan
pereaksi Wagner. Hasil uji dinyatakan positif bila dengan pereaksi Meyer
terbentuk endapan putih kekuningan, endapan coklat dengan pereaksi Wagner dan
endapan merah hingga jingga dengan pereaksi Dragendorff. Pereaksi Meyer
dibuat dengan cara menambahkan 1,36 HgCl dengan 0,5 gram KI lalu dilarutkan
dan diencerkan dengan akuades menjadi 100 ml dengan labu takar. Pereaksi ini
tidak berwarna. Pereaksi Wagner dibuat dengan cara 10 ml akuades dipipet
kemudian ditambahkan 2,5 gram iodin dan 2 gram kalium iodida lalu dilarutkan
dan diencerkan dengan akuades menjadi 200 ml dalam labu takar. Pereaksi ini
berwarna coklat. Pereaksi Dragendorff dibuat dengan cara 0,8 gram bismut
subnitrat ditambahkan dengan 10 ml asam asetat dan 40 ml air. Larutan ini
dicampur dengan larutan yang dibuat dari 8 gram kalium iodida dalam 20 ml air.
Sebelum digunakan, 1 volume campuran ini diencerkan dengan 2,3 volume
campuran 20 ml asam asetat glasial dan 100 ml air. Pereaksi ini berwarna jingga.
2.

Steroid/ triterpenoid

Sejumlah sampel dilarutkan dalam 2 ml kloroform dalam tabung reaksi yang


kering. Lalu, ke dalamnya ditambahkan 10 tetes anhidra asetat dan 3 tetes asam
sulfat pekat. Terbentuknya larutan berwarna merah untuk pertama kali kemudian
berubah menjadi biru dan hijau menunjukkan reaksi positif.

23

3.

Flavonoid

Sejumlah sampel ditambahkan serbuk magnesium 0,1 mg dan 0,4 ml amil alkohol
(campuran asam klorida 37% dan etanol 95% dengan volume yang sama) dan 4
ml alkohol kemudian campuran dikocok. Terbentuknya warna merah, kuning atau
jingga pada lapisan amil alkohol menunjukkan adanya flavonoid.
4.

Saponin (uji busa)

Saponin dapat dideteksi dengan uji busa dalam air panas. Busa yang stabil selama
30 menit dan tidak hilang pada penambahan 1 tetes HCl 2 N menunjukkan adanya
saponin.
5.

Fenol Hidrokuinon (pereaksi FeCl3)

Sebanyak 1 gram sampel diekstrak dengan 20 ml etanol 70%. Larutan yang


dihasilkan diambil sebanyak 1 ml kemudian ditambahkan 2 tetes larutan
FeCl3 5%. Terbentuknya warna hijau atau hijau biru menunjukkan adanya
senyawa fenol dalam bahan.

24

BAB III
PEMBAHASAN

1. DAUN SIRIH
a. Nama
Nama ilmiah

Piper betle L.

Nama daerah

sedah, suruh (Jawa); seuruh (Sunda)

Nama asing

betle vine (Inggris); juJiang (Cina)

b. Klasifikasi Tanaman Sirih


Tanaman sirih adalah tumbuhan terna yang sifatnya merambat. Tanaman sirih
mempunyai bermacam-macam variasi seperti sirih hijau, sirih hitam, sirih kuning dan
sirih merah. Tanaman sirih tumbuh subur di daerah Asia hingga Afrika Timur seperti
Pantai Timur Afrika, Kepulauan Bonin, Kepulauan Fuji dan Kepulauan Indonesia.
Klasifikasi tanaman sirih yaitu :
Kingdom

Plantae

Sub Kingdom

Viridiplantae

Infra Kingdom

Streptophyta

Super Divisi

Embryophyta

Divisi

Tracheophyta

Sub Divisi

Spermatophyta

Kelas

Magnoliopsida

Sub Ordo

Magnolianae

25

Ordo

Piperales

Famili

Piperaceae

Genus

Piper L.

Spesies

Piper betle L.

c. Morfologi/Deskripsi Tanaman Sirih


1) Akar Sirih
Akar tanaman sirih adalah akar tunggang yang berbentuk bulat dan berwarna
cokelat kekuningan.
2) Batang Sirih
Tanaman sirih adalah tanaman yang tumbuh memanjat/merambat dengan tinggi
tanaman 5-15 cm. Batang tanaman sirih berbentuk bulat bersulur dan beruas
dengan jarak antar buku 5-10 cm, di setiap buku-buku ini akan tumbuh calon
akar. Batang sirih berwarna coklat kehijauan.
3) Daun Sirih
Helaian daun sirih berbentuk bulat oval atau bulat telur. Bagian pangkal daun
berbentuk menyerupai jantung atau agak bulat, tulang daun bagian bawah tidak
berbulu atau berbulu tetapi sangat pendek, tebal dan berwarna putih. Lebar daun
2,5-10,5 cm dan panjang daun 5-18 cm. Daun pelindung berbentuk lingkaran,
bulat telur atau lonjong dengan ukuran panjang sekitar 1 mm. Daun sirih berlendir
dan memiliki rasa yang sangat pahit dengan aroma wangi khas sirih.

26

4) Bunga Sirih
Bunga tanaman sirih adalah bunga majemuk. Perbungaan tanaman sirih
merupakan bulir-bulir, berdiri sendiri-sendiri dan terletak di ujung cabang
berhadapan dengan daun. Bulir bunga jantan mempunyai panjang gagang sekitar
1,5-3 cm dan benang sarinya sangat pendek. Kemudian bulir bunga betina,
mempunyai panjang gagang kira-kira 2,5-6 cm dan panjang kepala putik sekitar
3-5 cm.
5) Buah Sirih
Buah sirih yaitu buah buni, berbentuk bulat dengan ujungnya gundul. Bulir sirih
yang sudah masak berbulu, rapat dan berwarna kelabu dengan tebal 1-1,5 cm, biji
sirih berbentuk bulat.

d. Kandungan Kimia dan Efek Farmakologis


Sirih mengandung 1-4,2% minyak atsiri; hidroksikavicol; 7,2-16,7% kavicol, 2,76,2% kavibetol; 0-9,6% allypyrokatekol; 2,2-5,6% karvakol, 26,8-42,5% eugenol,
eugenol metal eter; 4,2-15,8% eugenol metal eter; 1,2-2,5% p-cymene; 2,4-4,8%
cyneole; 3-9,8% caryophyllene; dan 2,4-15,8% cadinene. Selain itu, kerabat lada ini
juga mengandung estragol, terpennena, seskuiterpena, fenil propane, tannin, diastase,
gula dan pati.
Anggota famili Piperaceae itu bersifat rasa hangat dan pedas. Khasiatnya antara
lain sebagai peluruh kentut, menghentikan batuk, mengurangi peradangan, dan
meradangkan gatal. Efek zat aktif arecoline (seluruh tanaman) merangsang saraf
pusat dan daya pikir, meningkatkan gerakan peristaltik, antikejang, dan meredakan
dengkur. Sementara itu, eugenol (daun) untuk mencegah ejakulasi dini, mematikan
27

cendawan Candida albicans yang merupakan penyebab keputihan, antikejang,


analgesik, anestetik, dan penekan pengendali gerak. Tanin (daun) berfungsi sebagai
astrigen (menurangi sekresi cairan pada vagina), pelindung hati, antidiare, dan
antimutagenik.

2. DAUN JAMBU BIJI


a.

Nama
Nama ilmiah

: Psidium guajava

Nama Indonesia : Jambu batu, Jambu biji, Jambu Kluthuk (Jawa), Giawas
(Papua)
Nama Inggris

: Guava

Nama Melayu

: Jambu batu, Jambu biji

Nama Vietnam

: Oi

Nama Thailand : Farang


Nama Filipina

: Bayabas, Guayabas, Kalimbahin

Nama China

: Fan Shi Liu Gan

b. Klasifikasi Tanaman Jambu Biji


Jambu biji atau sering dikenal juga dengan sebutan JAMBU KLUTUK atau
JAMBU BATU adalah tanaman tropis yang berasal dari Brasil, disebarkan di Indonesia
melalui Thailand. Buah jambu batu mempunyai rasa asam-manis. Jambu dapat
diperbanyak dengan biji. Namun demikian, perbanyaklah dengan cara ini tidak disukai
karena tumbuhannya lama menjadi dewasa dan juga akan berubah sifat dari induknya.
Perbanyakan yang sekarang dilakukan adalah secara vegetatif, khususnya dengan cara
pencangkokan.
28

Kingdom

Plantae

Sub Kingdom

Tracheobionta

Super Divisi

Spermatophyta

Divisi

Magnoliophyta

Kelas

Magnoliopsida

Sub Kelas

Rosidae

Ordo

Myrtales

Famili

Myrtaceae

Genus

Psidium

Spesies

Psidium guajava L.

c. Morfologi/Deskripsi Tanaman Jambu Biji


1) Batang Jambu Biji
Permukaan batangnya licin dan berwarna coklat muda dan sedikit terkelupas.
2) Daun Jambu Biji
Daunnya berwarna hijau dan mempunyai bau khas jika diremat-remat.
3) Bunga Jambu Biji
Bunga kecil muncul dari ketiak daun di ujung percabangan.
4) Buah dan biji
Buahnya bulat dan sangat bervariasi baik dari bentuk maupun ukurannya, warna buah
yang masih muda berwarna hijau dan kalau sudah masak maka akan berwarna
kuning.

29

d. Kandungan Kimia dan Efek Farmakologis


Daun jambu biji mengandung 9-12% tannin, minyak atsiri (terdiri dari eugenol, dlimonen dan seskuiterpen), lilin, fitosterol, asam psidiolat, -sitosterol, asam ursulat,
asam oleanolat, asam kratogolat, asam guaiakolat, karoten, vitamin B1, B2, B6, niasin,
senyawa avikularin dan guaiaverin.

3. Alang-Alang
a.

Nama
Nama ilmiah

: Imperata cylindrical (L.)

Nama daerah

: neleleng laku (Aceh), rih (Batak), alalang (Minangkabau), lioh

(Lampung), alang-alang (Jawa), ki eurih (Sunda), lalang (Madura), ambengan


(Bali), halalang (Kalimantan), dan kalepip (Papua)

b. Klasifikasi Alang-alang
Klasifikasi alang-alang adalah sebagai berikut :
Kingdom

Plantae

Divisi

Magnoliophyta

Kelas

Liliopsida

Ordo

Poales

Famili

Poaceae

Genus

Imperata

Spesies

I.

30

cylindrica

c.

Morfologi/Deskripsi Tanaman Jambu Biji


Alang-alang, ilalang atau lalang adalah sejenis rumput berdaun tajam, yang kerap
menjadi gulma di lahan pertanian. Alang-alang merupakan rumput menahun dengan
tunas panjang dan bersisik, merayap dibawah tananh. Ujung (pucuk) tunas yang
muncul di tanah runcing tajam, serupa ranjau duri. Batang pendek, menjulang naik
ke atas tanah dan berbunga, sebagian kerapkali (merah) keuangan, kerapkali dengan
karangan rambut dibawah buku. Tinggi 0,2-1,5 m. Helaian daun berbentuk garis (pita
panjang) lanset berujung runcing, dengan pangkal yang menyempit dan berbentuk
talang, panjang 12-80 cm, bertepi sangat kasar dan bergerigi tajam, berambut
panjang di pangkalnya, dengan tulang daun yang lebar dan pucat ditengahnya.
Karangan bunga dalam malai, 6-28 cm panjangnya, dengan anak bulir berambut
panjang (putih).

d. Kandungan Kimia dan Efek Farmakologis


Alang-alang memiliki rasa manis dan bersifat sejuk. Beberapa bahan kimia yang
terkandung dalam alang-alang diantaranya manitol, glukosa, sukrosa, malic acid,
citric acid, coixol, arundoin, cylindrin, fernerol, simiarenol, anemonin, asam kersik,
damar, logam alkali, saponin, tannin dan polifenol. Efek farmakologis yang dimiliki
oleh

alang-alang,

diantaranya

penurun

panas,

peluruh

kencing

(diuretik),

menghentikan pendarahan (hemostatik), menghilangkan haus, dan masuk meridian


paru-paru, lambung serta usus kecil.

4. BAYAM DURI
a.

Nama
Nama ilmiah

: Amaranthus spinosus L.
31

Nama daerah

: senggang cucuk (Sunda), bayem eri (Jawa), ternyak lakek

(Madura), bayem kerui (Lampung)


Nama asing

: prickly amaranth (Inggris) dan le xian cai (Cina)

b. Klasifikasi Bayam Duri


Klasifikasi bayam duri adalah sebagai berikut :
Kingdom

Plantae

Divisi

Magnoliophyta

Kelas

Magnoliopsida

Ordo

Caryophyllales

Famili

Amaranthaceae

Genus

Amaranthus

Spesies

Amaranthus spisonus L.

c.

Morfologi/Deskripsi Tanaman Bayam Duri


Akar tanaman bayam duri sama seperti akar tanaman bayam pada umumnya, yaitu
sistem peranakan tunggang. Batang tanaman bayam duri kecil berbentuk bulat, lunak
dan berair. Batang tumbuh tegak bias mencapai satu meter percabangannya
monopodial. Batangnya berwarna merah kecoklatan. Yang menjadi cirri khas pada
tanaman ini adalah adanya duri yang terdapat pada pangkal batang tanaman ini.
Memiliki daun tunggal. Berwarna kehijauan, bentuk bundar telur memanjang
(ovalis). Panjang daun 1,5-6,0 cm. Lebar daun 9,5-3,2 cm. Ujung daun obtusus dan
pangkal daun acutus. Tangkai daun berbentuk bulat dan permukaannya opacus.

32

Panjang tangkai daun 0,5-9,0 cm. Bentuk tulang daun bayam duri penninervis dan
tepi daunnya repandus.
Bunga terdapat di axilaar batang. Merupakan bunga berkelamin tunggal yang
berwarna hijau. Setiap bunga memiliki 5 mahkota, panjangnya 1,5-2,5 mm.
Kumpulan bunganya berbentuk bulir untuk bunga jantannya. Sedangkan bunga
betina berbentuk bulat yang terdapat pada ketiak batang. Bunga ini termasuk bunga
inflorencia. Buahnya berbentuk lonjong berwarna hijau dengan panjang 1,5 mm.
Bijinya berwarna hitam mengkilat dengan panjang antara 0,8-1 mm.
d. Kandungan Kimia dan Efek Farmakologis
Bayam duri memiliki rasa manis, pahit, dan bersifat sejuk. Beberapa bahan kimia
yang terkandung dalam bayam duri, diantaranya amarantin, rutin, kalium nitrat,
kalsium oksalat, tanin, piridoksin, garam-garam fosfat, zat besi, vitamin A, C serta E.
Efek farmakologis bayam duri, diantaranya masuk meridian jantung dan ginjal,
penurun panas, peluruh kemih, menghilangkan racun, menghilangkan bengkak,
menghentikan diare serta membersihkan darah.

5. BROTOWALI
a.

Nama
Nama ilmiah

: Tinospora crispa (L.) Miers

Nama daerah

: bratawali, putrawali, daun gadel (Jawa), andawali (Sunda),

antawali (Bali)
Nama asing

: bitter grape (Inggris), shen jin teng (Cina)

33

b. Klasifikasi Tanaman Brotowali


Klasifikasi brotowali adalah sebagai berikut :
Kingdom

Plantae

Divisi

Magnoliophyta

Kelas

Magnoliopsida

Ordo

Ranunculales

Famili

Menispermaceae

Genus

Tinospora

Spesies

Tinospora crispa L.

c.

Morfologi/Deskripsi Tanaman Brotowali


Akar; salah satu bagian dari tanaman brotowali adalah akar. Dengan akar si
tanaman brotowali dapat menyerap nutrisi dalam tanah. Tanaman ini merupakan
tanaman perdu yang tumbuh dengan cara merambat dan memiliki akar tunggang
untuk bertahan hidup. Batang brotowali dapat tumbuh tinggi hingga mencapai 2,5
meter. Pada umumnya ukurannya sebesar jari kelingking. Daun pada brotowali
termasuk pada daun tunggal yang memiliki tangkai panjang 16 meter. Bentuk daun
tersebut seperti jantung atau agak bulat mirip telur, ujung pada daun meruncing atau
lancip dengan panjangnya sekitar 7-12 cm dan lebar sekitar 5-10 cm.
Bunga pada brotowali termasuk bunga tandan yang terletak secara menggantung.
Pada bunga jantan di tanaman brotowali terdapat tangkai berukuran pendek dengan
mahkotanya sebanyak 3 helai, kelopaknya memiliki 6 buah sedangkan warna bunga

34

warna hijau muda atau putih kehijauan. Buah brotowali terletak pada tandan secara
kumpul. Warna pada buah tersebut merah muda.
d. Kandungan Kimia dan Efek Farmakologi
Brotowali memiliki rasa pahit dan bersifat sejuk. Beberapa bahan kimia yang
terkandung dalam brotowali, diantaranya alkaloid, damar lunak, pati, glikosida,
pikroretosid, zat pahit pikroretin, palmatin, kolumbin (akar), dan kokulin
(pikrotoksin). Efek farmakologis brotowali, diantaranya menghilangkan sakit,
penurun panas dan melancarkan meridian.

6. KEMANGI
a.

Nama
Nama ilmiah

: Ocimum basilicum Linn. fa. cilratum.

Nama daerah

: kemangi (Jawa), kemanghi (Madura)

b. Klasifikasi Tanaman Kemangi


Klasifikasi kemangi adalah sebagai berikut :
Kingdom

Plantae

Divisi

Magnoliophyta

Kelas

Magnoliopsida

Ordo

Lamiales

Famili

Lamiaceae

Genus

Ocimum

Spesies

Ocimum sanctum

35

c.

Morfologi/Deskripsi Tanaman Kemangi


Kemangi merupakan tanaman semak semusim dengan tinggi 30-150 cm,
batangnya berkayu, segi empat, beralur, bercabang dan memiliki bulu berwarna
hijau. Daunnya tunggal dan berwarna hijau, bersilang, berbentuk bulat telur,
ujungnya runcing, pangkal tumpul, tepi bergerigi dan pertulangan daun menyirip.
Bunga majemuk berbentuk tandan memiliki bulu tangkai pendek berwarna hijau,
mahkota bunga berbentuk bulat telur dengan warna keunguan. Buah berbentuk kotak
dan berwarna coklat tua, bijinya berukuran kecil, tiap buah terdiri dari 4 biji yang
berwarna hitam, akarnya tunggang dan berwarna putih kotor.

d. Kandungan Kimia dan Efek Farmakologis


Tumbuhan kemangi memiliki rasa agak manis, bersifat dingin, berbau harum dan
menyegarkan. Beberapa bahan kimia yang terkandung pada seluruh bagian tanaman
kemangi, diantaranya 1,8 sineol, anethol, apigenin dan boron. Sementara pada
daunnya terkandug arginin dan asam aspartat.
Efek farmakologis yang dimiliki seluruh bagian tanaman kemangi, diantaranya
menghilangkan bau badan dan bau mulut, anestesi, membantu mengatasi ejakulasi
prematur, anti-kholinesterase, merangsang aktivitas saraf pusat, melebarkan
pembuluh kapiler, menguatkan hepar, merangsang hormon estrogen, merangsang
faktor kekebalan tubuh, merangsang ASI, melebarkan pembuluh sarah, merangsang
keluarnya hormone androgen dan hormon estrogen, serta mencegah pengeroposan
tulang. Selain itu daunnya bermanfaat untuk mencegah kemandulan, menurunkan
gula darah, antihepatitis, diuretik, merangsang saraf dan analeptik.

36

7.

KATUK
a.

Nama
Nama ilmiah

: Sauropus androginus (L). Merr

Nama daerah

memata, mata-mata, cekop manis, simasi (Sumatera), katu,

babing, katukan (Jawa), dan kerakur (Madura)


b. Klasifikasi Tanaman Katuk
Klasifikasi katuk adalah sebagai berikut :
Kingdom

Plantae

Divisi

Magnoliophyta

Kelas

Magnoliopsida

Ordo

Euphor

Famili

Euphorbeaceae

Genus

Sauropus

Spesies

c.

Sauropus androgynus (L.) Merr

Morfologi/Deskripsi Tanaman Katuk


Tanaman katuk memiliki akar yang berbentuk akar tunggang dengan warna putih
kotor, sehingga bijinya berkeping dua (dikotil). Batang pada tanaman katuk pada
umumnya tumbuh tegak lurus ke atas dengan ketinggian sekitar 5-6 m. Batang
tersebut memiliki cabang-cabang walaupun jarang dan berkayu memiliki warna hijau
ketika masih berusia muda, berwarna kelabu putih saat usianya sudah tergolong tua.

37

Daun yang dimiliki oleh tanaman katuk termasuk dalam daun majemuk genap. Daun
ini memiliki ukuran kecil dengan warna hijau gelap sedangkan panjang sekitar 5-6
cm. Bentuk daun tanaman katuk adalah lonjong hingga bundar berukuran panjang
sekitar 2,5 cm dan lebar 1,25-3 cm yang tersusun secara selang-seling.
Bunga tanaman katuk berukuran kecil-kecil dengan warna gelap hingga
kekuning-kuningan berbintik-bintik merah. Bunga tanaman katuk akan menghasilkan
buah yang warnanya putih dan didalamnya ada biji berwarna hitam. Tanaman katuk
adalah salah satu tanaman yang sangat rajin berbunga. Bunga yang dimililki adalah
bunga tunggal atau berkelompok sebanyak 3.

d. Kandungan Kimia dan Efek Farmakologis


Daun katuk mengandung protein, lemak, kalsium, fosfor, besi, vitamin A, vitamin
B dan vitamin C. Efek farmakologis tanaman katuk antara lain sebagai pelancar ASI
dan membersihkan darah kotor.

8.

LEGUNDI
a.

Nama
Nama ilmiah

: Vitex trifolia L.

Nama daerah

: lagondi, legundi, langghundi (Jawa); gendarasi, lagundi,

lilegundi, langgundi (Sumatera)


Nama asing

: man jing zi (Cina)

b. Klasifikasi Tanaman Legundi


Klasifikasi legundi adalah sebagai berikut :
Kingdom

Plantae

38

Divisi

Spermatophyta

Kelas

Dicotyledonae

Ordo

Solanales

Famili

Verbenaceae

Genus

Vitex

Spesies

Vitex rotundifolia L.

c.

Kandungan Kimia dan Efek Farmakologis


Legundi memiliki rasa pahit, pedas dan bersifat sejuk. Beberapa bahan kimia
yang terkandung dalam legundi, diantaranya Camphene, L-a-pinene, silexicarpin,
casticin, terpenyl acetate, luteolin-7-glucosideflavopurposid, vitrisin, dihidroksi,
asam benzoat dan vitamin A. Bahan kimia akan masuk meridian lever, lambung dan
kandung kencing (vesica urinaria).
Efek farmakologi legundi diantaranya sebagai obat influenza, demam, migren,
rematik, sakit kepala (cephalgia), sakit gigi, sakit perut, diare, mata merah, rematik,
beri-beri, batuk, luka terpukul, luka berdarah, muntah darah, eksim, haid tidak
teratur, prolapses uteri dan pembunuh serangga. Akar legundi mempunyai efek
farmakologis adalah untuk perawatan setelah bersalin. Bijina untuk obat pereda,
penyegar badan, rambut. Buah legundi digunakan untuk obat cacing dan peluruh
haid. Sementara itu, daunnya untuk analgesic, antipiretik, obat luka, peluruh kencing,
peluruh kentut, pereda kejang, menormalkan siklus haid dan germicide (pembunuh
kuman).

39

9.

LIDAH MERTUA
a.

Nama
Nama ilmiah

: Sanseviera trifasciata Prain

Nama daerah

: rajek wesi, nanas belandha, ki kolo, lidah buwaya (Jawa), ki

kolo, letah bayawak (Sunda), mandalika (Madura)


Nama asing

: hu wei tan (Cina)

b. Klasifikasi Tanaman Lidah Mertua


Klasifikasi lidah mertua adalah sebagai berikut :
Kingdom

Plantae

Divisi

Streptophyta

Kelas

Magnoliopsida

Ordo

Asparagales

Famili

Asparagaceae

Genus

Sanseviera Thunb.

Spesies

Sanseviera cylindrical

c.

Morfologi/Deskripsi Tanaman Lidah Mertua


Lidah mertua adalah tanaman herba dengan akar rimpang yang tumbuh
horizontal, berwarna merah kekuningan dan mempunyai tinggi 0,4-1,8 meter. Daun
tanaman lidah mertua berbentuk garis yang menyempit pada pangkal dengan bagian
ujung daun meruncing, mengandung serat yang mempunyai sifat kenyal dan kuat,
tebal dan memiliki kandungan air sukulen sehingga tahan akan kekeringan. Ada
40

motif alur atau garis-garis yang terdapat pada helai daun, motifnya ada yang
mengikuti arah serat daun dan tidak beraturan ataupun zigzag. Tandan bunga dari
tanaman lidah mertua bertangkai panjang pada ujung akar rimpang. Berkas bunga
lidah mertua berupa selaput kering dan terletak di ketiak daun pelindung. Tangkai
anak bunga ini beruas dan mempunyai 6-8 mm. Benang sarinya berjumlah 6 dan
tangkai putik tanaman ini mempunyai kepala berbentuk bulat dan rata.
d. Kandungan Kimia dan Efek Farmakologis
Buah lidah mertua memiliki rasa manis, pahit serta bersifat sejuk dan sedikit
astringent. Daun lidah mertua memiliki rasa pedas dan bersifat netral. Sementara itu
akarnya memiliki rasa tawar dan bersifat netral. Beberapa bahan kimia yang
terkandung dalam buah lidah mertua diantaranya vitamin C, tanin, glucogalin, gallic
acid, allagic acid, corigalin, terchebin, chebulagic acid, chebulinic acid, chebulic
acid, 3,6-digalloyglucose, mucic acid, phylembic acid, dan embricol. Biji lidah
mertua mengandung amlaic acid, lupeol, R-sitosterol, allagic acid, gallic acid,

3,6-

digalloyglucose, corilagin. chebulagic acid, chebulinic acid. Akar lidah mertua


mengandung lupeol, ellagic acid, dan b-sitosterol. Bahan kimia yang terkandung
akan masuk ke meridian limpa dan lambung.
Efek farmakologis buah lidah mertua diantaranya utnuk mengobati demam, flu,
batuk, sakit tenggorokan, sakit gigi, sariawan, gusi berdarah, dan bernanah, kencing
manis, kekurangan vitamin C, menghilangkan dahak dan haul, serta diphtheria. Akar
lidah mertua untuk mengobati darah tinggi, radang saluran napas, sakit ulu hati
(epigastric pain), diare, sifilis, chancre, digigit lipan, TBC kelenjar (Tuberculosus
lymphadenopathy), antelmintik, ambeien (wasir), astringent, hypotensif serta

41

membersihkan panas dan racun. Daun lidah mertua digunakan untuk mengobati
bengkak (edema), eksim, bisul, digigit lipan, digigit ular berbisa, fistula ani ///(anal
fistula), penyubur rambut, penyakit telinga dan sakit gigi. Buah lidah mertua
digunakan untuk menurunkan panas (antipiretik), antiradang, menyejukkan
tenggorokan, memelihara paru, sebagai obat batuk, serta digunakan untuk diuretic.
Daunnya untuk diuretik. Sementara itu, akarnya untuk astringent, hypotensif, serta
membersihkan panas dan racun.

10.

SALAM
a.

Nama
Nama ilmiah

Eugenia polyantha Wight atau Syzygium polyanyhum (Wight)

Walp.
Nama daerah

: salam (Madura), salam, ubar (Melayu), salam manting (Jawa),

salam, gowok (Sunda), kastolam (Kangean)


Nama asing

: salam leaf (Inggris)

b. Klasifikasi Tanaman Daun Salam


Klasifikasi daun salam adalah sebagai berikut :
Kingdom

Plantae

Divisi

Magnoliophyta

Kelas

Magnoliopsida

Ordo

Myrtales

Famili

Myrtaceae

Genus

Syzygium

42

Spesies

c.

Syzygium polyanthum

Morfologi/Deskripsi Tanaman Daun Salam


Daun berbentuk simpel, pangkal daunnya tidak bertoreh dengan bentuk bangun
bulat telur (ovatus), runcing pada ujung daun, pangkal daun tumpul, terdapat tulang
cabang dan urat daun, daun bertulang menyirip, tepi daun rata. Daun majemuk
menyirip ganda dengan jumlah anak daun yang ganjil, daging daun seperti perkamen,
daunnya duduk, letak daun penumpu yang bebas terdapat di kanan kiri pangkal
tangkai daun. Tangkai daunnya menebal di pangkal dan ujung, beraroma wangi.
Batangnya memiliki tinggi berkisar antara 5-12 m, bercabang-cabang dengan arah
tumbuh batang tegak lurus, berkayu, bentuk batangnya bulat, bentuk batangnya
beralur. Akarnya termasuk akar tunggang, berbentuk seperti tombak karena
pngkalnya besar dan meruncing ke ujung dengan serabut akar sebagai percabangan.

d. Kandungan Kimiawi dan Efek Farmakologis


Kandungan kimia salam antara lain minyak atsiri 0,05%, terdiri dari sitral, eugenol,
tanin dan flavonoid. Anggota family Myrtaceae ini memiliki rasa kelat, wangi,
astrigen, dan memperbaiki sirkulasi. Manfaatnya : diare, kencing manis, gatal-gatal,
maag dan mabuk alkohol.

11.

SEMANGGI GUNUNG
a.

Nama
Nama ilmiah

: Hydrocotile sibthorpioides Lam.

Nama daerah

pegagan embun, antanan beurit, antanan lembut (Sunda),

andem,katepan, rending, semanggi (Jawa), take cena (Madura)


43

Nama asing

: tian hu sui (Cina)

b. Klasifikasi Tanaman Semanggi Gunung


Klasifikasi semanggi gunung adalah sebagai berikut :
Kingdom

Plantae

Divisi

Pteriodophyta

Kelas

Pteriodopsida

Ordo

Salvinales

Famili

Marsileaceae

Genus

Marsiela

Spesies

Marsiela crenata

c.

Morfologi/Deskripsi Tanaman Semanggi Gunung


Tanaman semanggi memiliki perakaran tunggang, dengan serabut yang menjalar
dioermukaan tanah. Perakaran tersebut mencapai kedalam 60 cm bahkan lebih
tergantung pertumbuhan tanaman. Selain itu, memiliki perbatangan tegak dan halus
dengan tinggi mencapai 8-20 inci. Dengan diimbangi percabangan-percabangan
berwarna kemerahan mengkilap yang dikelilingi dengan serabutan halus berwarna
putih. Daun pada tanaman ini memiliki bentuk bulat meruncing disetiap bagiannya
dengan tiga daun dalam satu tangkai. Daun tersebut memiliki warna hijau muda
hingga kekuningan dengan diameter 1 1,5 cm bahkan kurang. Selain itu, daun pada
tanaman ini saling berhadapan dengan bentuk yang sama.

d. Kandungan Kimia dan Efek Farmakologis

44

Kandungan kimia semanggi gunung antara lain minyak menguap, coumarin dan
hyperin. Anggota family Umbelliferae itu bersifat manis, sedikit pedas dan sejuk.
Semanggi gunung mampu menghilangkan bengkak (anti-swelling), antiradang,
peluruh air seni, antibiotik, penurun panas, penetralisir racun (detoxificans), dan
peluruh dahak. Tanaman ini digunakan untuk mengatasi sakit kuning (icteric
infectious hepatitis), pengecilan hati dengan busung (liver cirrhosis dan ascites), batu
empedu, batu dan infeksi saluran kencing, batuk dan sesak napas, ariawan, radang
tenggorokan, infeksi amandel serta infeksi saluran tengah.

12.

SECANG
a.

Nama
Nama ilmiah

: Caesalpinia sappan L.

Nama daerah

cang (Bali), sepang (Sasak), kayu sema (Manado), sapang

(Makassar), kayu secang, soga jawa (Jawa), kayu secang (Madura)


Nama asing

: sappan wood (Inggris), su mu (Cina)

b. Klasifikasi Tanaman Secang


Klasifikasi secang adalah sebagai berikut :
Kingdom

Plantae

Divisi

Mongnoliophyta

Kelas

Magnoliopsida

Ordo

Fabales

Famili

Fabaceae

Genus

Caesalpinioideae

45

Spesies

c.

Caesalpinia

Morfologi/Deskripsi Tanaman Secang


Secang merupakan perdu yang umumnya tumbuh ditempat terbuka sampai
ketinggian 1000 meter diatas permukaan laut seperti didaerah pegunungan yang
berbatu tetapi tidak terlalu dingin. Tingginya 5-10 meter. Batangnya berkayu, butal,
dan berwarna hijau kecoklatan. Pada batang dan percabangannya terdapat duri-duri
temple yang bentuknya bengkok dan letaknya tersebar.
Daun secang merupakan daun majemuk bermirip ganda dengan panjang 25-40
cm, jumlah anak daunnya 10-20 pasang yang letaknya berhadapan. Anak daun tidak
bertangkai berbentuk lonjong, pangkal romping, ujung bolat, terpi daun rata dan
hamper sejajar. Panjang anak daun 10-25 mm, lebar 3-11 mm, dan berawarna hijau.
Bunga secang adalah bunga majemuk berbentu malai, bunganya keluar dari ujung
tangkai dengan panjang 10-40 cm, mahkota bunga berbentuk tabung berwarna
kuning. Buah secang adalah buah polong panjang 8-10 cm, lebar 3-4 cm, ujung
seperti paruh berisi 3-4 biji, jika masak berwarna hitam. Bijinya bulat memanjang
dengan panjang 15-18 mm dan lebar 8-11 mm, tebalnya 5-7 mm, warnanya kuning
kecoklatan. Akar secang adalah akar tunggang berwarna coklat kotor.

d. Kandungan Kimia dan Efek Farmakologis


Secang kaya kandungan kimia. Kayunya mengandung asam galat, brazilin,
brasilein, delta-a-phellandrene, oscimene, resin, resorsin, minyak atsiri dan tanin.
Sementara itu daunnya mengandung 0,16-0,20% minyak atsiri yang beraroma enak
dan tidak berwarna. Tanaman ini bersifat sepat serta tidak berbau. Khasiat secang

46

diantaranya penghenti pendarahan, pembersih darah, pengelat, penawar racun serta


obat antiseptik.

13.

PEGAGAN
a.

Nama
Nama ilmiah

: Centella asiatica

Nama daerah

gagan-gagan, ganggagan, kerok botong, pantegowang,

panigowang, rending, antanan, calingan rambut (Jawa), pegagan (Jakarta), antanan


gede (Sunda).
Nama asing

: ji xue cao (Cina)

b. Klasifikasi Tanaman Pegagan


Klasifikasi pegagan adalah sebagai berikut :
Kingdom

Plantae

Divisi

Spermatophyte

Kelas

Dicotyledone

Ordo

Umbillales

Famili

Umilliferae

Genus

Centella

Spesies

Centella asiatica

c.

Morfologi/Deskripsi Tanaman Pegagan


Pegagan merupakan tanaman herbal tahunan, tanpa batang tetapi dengan rimpang
pendek dan setolon-setolon yang melata, panjang 10-80 cm. Daun tunggal, tersusun
dalam roset yang terdiri dari 2-10 daun, kadang-kadang agak berambut, tangkai daun
47

panjang sampai 50 mm, helai daun berbentuk ginjal, lebar dan bundar dengan garis
tengah 1-7 cm, pinggir daun beringgit sampai beringit bergerigi, terutama kearah
pangkal daun. Perbungan berupa paying tunggal atau 3-5 bersama-sama keluar dari
ketiak daun kelopak, gagang perbungaan 5-10 mm, lebih pendek dari tangkai daun.
Bunga umumnya 3, yang ditengah duduk, yang disamping begagang pendek, daun
pelindung 2, panjang 3-4 mm, bentuk bundar telur, tajuk berwarna merah
lembayung, panjang 1-1,5 mm, lebar sampai 0,75 mm. Bah pipih, lebar lebih kurang
7 mm, dan tinggi lebih kurang 3 mm, berlekuk dua, jelas berusuk, berwarna kuning
kecoklatan, berdinding agak tebal.
d. Kandungan Kimia dan Efek Farmakologis
Pegagan mempunyai rasa manis dan bersifat sejuk. Beberapa bahan kimia yang
terkandung dalam pegagan diantaranya asiaticoside, thankunside, madecassoside,
brahmocide, brahmic acid, madasiatic acid, meso-inosetol, centellose, carotenoids,
garam K, Na, Ca, Fe, vellarine, tanin, mucilago, resin, pektin, gula dan vitamin B.
Efek farmakologis pegagan diantaranya anti-infeksi, antiracun, penurun panas,
peluruh air seni, antilepra, dan anti sifilis.Daun pegagan berfungsi sebagai
astringensia dan tonikum. Pegagan dikenal juga untuk revitalisasi tubuh dan otak
yang lelah serta untuk kesuburan wanita.

14.

POHON MANGKOK/MANGKOKAN
a.

Nama
Nama ilmiah

: Nothopanax scutellarium Mett.

Nama daerah

godong mangkokan (Jawa), daun koin, daun mangkok, daun

papeda (Melayu), puring (Madura), mamanukan (Sunda)


48

Nama asing

: saucer leaf, shell leaf (Inggris)

b. Klasifikasi Tanaman Pohon Mangkok/Mangkokan


Klasifikasi pohon mangkok/mangkokan adalah sebagai berikut :
Kingdom

Plantae

Divisi

Angiospermae

Kelas

Eudikotil

Ordo

Apiales

Famili

Araliaceae

Genus

Polyscias

Spesies

P.scutellaria

c.

Morfologi/Deskripsi Tanaman Pohon Mangkok/Mangkokan


Tumbuhan ini sering di tanam sebagai tanaman hias atau tanaman pagar,

walaupun dapat ditemukan tumbuhan liar di lading dan tepi sungai. Mangkokan disini
jarang atau tidak pernah berbunga, menyukai tempat terbuka yang terkena sinar matahari
atau sedikit terlindung, dan dapat tumbuh pada ketinggian 1-200 m dp1. Perdu tahunan,
tumbuh tegak, tinggi 1-3 m. Batang berkayu, bercabang, bentuknya bulat, panjang, dan
lurus. Daun tunggal, bertangkai, agak tebal, bentuknya bulat belekuk sepeti mangkok,
pangkal berbentuk jantung, tepi bergigi, diameter 6-12 cm, pertulangan menyirip,
warnanya hijau tua. Bunga majemuk, bentuk paying, warnanya hijau. Buahnya buah
buni, pipih, hijau. Biji kecil, keras, dan berwarna cokelat.
d. Kandungan Kimia dan Efek Farmakologis

49

Beberapa bahan kimia yang terkandung dalam pohon mangkok diantaranya


alkaloid, saponin, flavonoid, polifenol, lemak, kalsium, fosfor, besi serta vitamin (A,
B dan C). Efek farmakologis pohon mangko antara lain anti-inflamasi, antiradang,
peluruh air seni dan anti rambut rontok.

15.

SAMBILOTO
a.

Nama
Nama ilmiah

: Andrographis paniculata (Burm.f) Nees

Nama daerah

: papaitan (Sumatera), takilo, bidara, sadilata, sambiloto (Jawa),

sambilata, sadilata, ki oray, ki peurat, ki ular (Sunda)


Nama asing

: green chiretta (Inggris), chuan xin lien (Cina)

b. Klasifikasi Tanaman Sambiloto


Klasifikasi tanaman sambiloto adalah sebagai berikut :
Kingdom

Plantae

Divisi

Tracheaphyta

Kelas

Magnoliopsida

Ordo

Lamiales

Famili

Acanthacaea

Genus

Andrographis Wall.ex Ness

Spesies

Andrographis paniculata

c.

Morfologi/Deskripsi Tanaman Sambiloto


Tanaman sambilato adalah tanaman perdu ( terna) yang biasa tumbuh di pinggiran
sawah, kebun atau hutan. Akar tanaman sambiloto akar tunggang dan berwarna putih
50

kecoklatan. Batang yang berkayu dan bentuknya bulat atau segi empat berwarna
hijau. Batangnya tak berambut dan tebalnya sekitar 2-6 mm. Daun tunggal dan
letaknya salingberhadapan, bentuk daunnya menyerupai pedang (lanset) sampai
bentuk lidah tombak dengan bagian tepi daun merata (integer) dan permukaannya
halus. Daun berwarna hijau dan mempunyai panjang kurang lebih 2-7 cm dengan
lebar sekitar 1,5 3 cm. Bunga majemuk dan tumbuhnya dari ketiak daun,
mempunyai benang sari dua dan putiknya pendek. Kelopak bunga terdiri dari 5 helai
daun kelopak, berambut, dan panjangnya sekitar 3-4 mm. Bijinya agak keras dan
panjangnya 1,5-3 mm dengan lebar sekitar 2 mm. Permukaan luar biji berwarna
cokelat muda bertonjol-tonjol.
d. Kandungan Kimia dan Efek Farmakologis
Sambiloto kaya kandungan kimia, seperti lakltone berupa deoxy-andrographolide,
andrographolide

(zat

didehydroandrographolide

pahit),
dan

neoandrographolide,

homoandrographolide

(daun

14-deoxy-11,12
dan

cabang).

Sementara itu, akar anggota famili Acanthaceae itu mengandung flavonoid berupa
polymethoxyflavone, andrographin, panicolin, mono-o-metilwithin dan apigenin-7,4dimetil eter, alkane, keton, aldehid, kalium, kalsium, natrium serta asam kersik.
Selain itu, terdapat andrografolida 1% (hepatoprotektor), kalmegin (zat amorf) dan
hablur kuning. Rasanya dari pahit sampai sangat pahit.
Tanaman ini memiliki sifat rasa pahit dan dingin. Sambiloto masuk meridian
lambung, paru-paru, usus besar dan usus kecil dan berfungsi sebagai penurun
panas/panas dalam, antiracun, antipiretik, antiradang, antibengkak, antibakteri,
penghilang nyeri (analgesic), dan penghilang lembab. Sambiloto berperan dalam
51

kondensasi sitoplasma sel tumor, pyknosis dan menghancurkan inti sel. Selain itu,
sambiloto juga efektif mengatasi infeksi, merangsang fagositosis, merusak sel
trophacyt dan trophoblast.

52

DAFTAR PUSTAKA
Habib.

2014.

Cara

Isolasi

Minyak

Atsiri.

Available

online

at

http://farmacyku.blogspot.com/2012/10/cara-isolasi-minyak-atsiri.html
Iskandar, Y., dan Susilawati, Y. 2012. Panduan Praktikum Fitokimia. Fakultas Farmasi
Universitas Padjadjaran: Jatinangor.
Lisdawati,Vivi., Sumali Wiryowidagdo., L dan Broto S. Kardono. 2007. Isolasi Dan Elusidasi
Struktur Senyawa Lignan Dan Asam Lemak Dari Ekstrak Daging Buah Phaleria Macrocarpa.
Jurnal dan Buletin Penelitian Kesehatan; Puslitbang Biomedis dan Farmasi Badan Litbangkes.
Vol. 35.
Nurhari, Ogi. 2010. Uji Fitokimia-Terpenoid. Sekolah Tinggi Farmasi: Bandung.
Pipit.

2009.

Labu

Kuning

dan

Khasiatnya.

Available

online

at

http://www.kabarinews.com/article/Berita_Indonesia/Kesehatan/Labu_Kuning_dan_Khasiatnya/
33968. [ Diakses pada tanggal 23 Maret 2012]
Praptiwi, Puspa Dewi dan Mindarti Harapini, Nilai Peroksida Dan Aktivitas Anti Radikal Bebas
Diphenyl Picril Hydrazil Hydrate (Dpph) Ekstrak Metanol Knema laurina, Majalah farmasi
indonesia, 17(1), 32 36.
Sarmoko, Maryani, R. TT. Labu Kuning (Cucurbita moschata Durch). Available online at
http://ccrcfarmasiugm.wordpress.com/ensiklopedia/ensiklopedia-tanaman-anti-kanker/l/labukuning/. [ Diakses pada tanggal 23 Maret 2012]
Sulianti, Sri Budi , Emma Sri Kuncari dan Sofnie M. Chairul. 2005. Pemeriksaan Farmakognosi
Dan Penapisan Fitokimia Dari Daun Dan Kulit Batang Calophyllum inophyllum dan
Calophyllum soulatri. B i o d i v e r s i t a s ISSN: 1412-033x Volume 7.
Sumarnie, H.Priyono dan Praptiwi 2005. Identifikasi Senyawa Kimia Dan Aktivitas Antibakteri
Ekstrak Piper sp. Asal papua. Puslit.Biologi-LIPI.
Rismunandar, 1989. Tanaman Jambu Biji, Penerbit Sinar Baru, Bandung. Salisbury & Ross,
1999. Fisiologi Tumbuhan Jilid 2, Penerbit ITB, Bandung.
53

Anda mungkin juga menyukai