DISUSUN OLEH :
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak di zona khatulistiwa (tropik) dan
terkenal mempunyai kekayaan alam dengan beranekaragam jenis tumbuhan, tetapi potensi ini
belum seluruhnya dimanfaatkan sebagai bahan industri khususnya tumbuhan berkasiat obat.
Masyarakat Indonesia secara turun-temurun telah memanfaatkan berbagai jenis tumbuhan untuk
bahan obat tradisional baik sebagai tindakan pencegahan maupun pengobatan terhadap berbagai
jenis penyakit. Pemanfaatan tumbuhan obat tradisional akan terus berlangsung terutama sebagai
obat alternatif, hal ini terlihat pada masyarakat daerah yang sulit dijangkau oleh fasilitas
kesehatan modern. Dalam masa krisis ekonomi seperti saat ini, penggunaan obat tradisional lebih
menguntungkan karena relatif lebih mudah didapat, lebih murah dan dapat diramu sendiri, selain
itu bahan bakunya dapat ditanam di halaman rumah sebagai penghias taman ataupun peneduh
halaman rumah (Sulianti et al, 2005).
Penemuan berbagai senyawa obat baru dari bahan alam semakin memperjelas peran
penting metabolit sekunder tanaman sebagai sumber bahan baku obat. Metabolit sekunder adalah
senyawa hasil biogenesis dari metabolit primer. Umumnya dihasilkan oleh tumbuhan tingkat
tinggi, yang bukan merupakan senyawa penentu kelangsungan hidup secara langsung, tetapi
lebih sebagai hasil mekanisme pertahanan diri organisma. Aktivitas biologi tanaman dipengaruhi
oleh jenis metabolit sekunder yang terkandung didalamnya. Aktivitas biologi ditentukan pula
oleh struktur kimia dari senyawa. Unit struktur atau gugus molekul mempengaruhi aktivitas
biologi karena berkaitan dengan mekanisme kerja senyawa terhadap reseptor di dalam tubuh
(Lisdawati et al., 2007).
Pada tahun tahun terakhir ini fitokimia atau kimia tumbuhan telah berkembang
menjadi suatu disiplin ilmu tersendiri, berada di antara kimia organik bahan alam dan biokimia
tumbuhan, serta berkaitan erat dengan keduanya. Bidang perhatiannya ialah aneka ragam
senyawa organik yang dibentuk dan ditimbun oleh tumbuhan yaitu mengenai struktur kimianya,
biosintesisnya, perubahan serta metabolismenya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
senyawa nitrogen, bersifat basa dan bereaksi positif terhadap ninhidrin ddan
dragendorf
Hingga saat ini sudah banyak sekali jenis fitokimia yang ditemukan, saking
banyaknya senyawa fitokimia yang didapatkan maka dilakukan penggolongan senyawa agar
memudahkan dalam mempelajarinya, adapun golongan senyawa fitokimia dapat dibagi
sebagai berikut:
(1)
(2)
Flavonoid, flavonoid merupakan salah satu golongan fenol alam terbesar yang terdapat
dalam semua tumbuhan berpembuluh. Semua flavonoid, menurut strukturnya
merupakan turunan senyawa induk flavon yang mempunyai sejumlah sifat yang sama.
Dalam tumbuhan, aglikon flavonoid terdapat dalam berbagai bentuk struktur.
Semuanya mengandung atom karbon dalam inti dasarnya yang tersusun dalam
konfigurasi C6-C3-C6, yaitu dua cincin aromatik yang dihubungkan oleh satuan tiga
karbon yang dapat atau tidak dapat membentuk cincin ketiga.
Sejumlah sampel digerus dalam mortir dengan sedikit air, pindahkan dalam tabung
reaksi, tambahkan sedikit logam magnesium dan 5 tetes HCl 2N, seluruh campuran
dipanaskan selama 5-10 menit. Setelah disaring panas-panas dan filtrat dibiarkan
dingin, kepada filtrat ditambahkan amil alkohol, lalu dikocok kuat-kuat, reaksi positif
dengan terbentuknya warna merah pada lapisan amil alkohol.
(3)
Kuinon, senyawa dalam jaringan yang mengalami okisdasi dari bentuk kuinol menjadi
kuinon.
Sampel ditambahkan dengan air, dididihkan selama 5 menit kemudian disaring dengan
kapas. Pada filtrat ditambahkan larutan NaOH 1N. Terjadinya warna merah
menunjukkan bahwa dalam bahan uji mengandung senyawa golongan kuinon.
(4)
Tanin dan Polifenol, Tanin adalah polifenol tanaman yang berfungsi mengikat dan
mengendapkan protein.. Polifenol alami merupakan metabolit sekunder tanaman
tertentu, termasuk dalam atau menyusun golongan tanin.
Sebanyak 1 gram sampel ditambahkan 100 mL air panas, dididihkan selama 5 menit
kemudian disaring. Filtrat sebanyak 5 mL dimasukkan ke dalam tabung reaksi,
ditambahkan pereaksi besi (III) klorida, timbul warna hiijau biru kehitaman bila ada
polifenol dan ditambahkan gelatin akan timbul endapan putih bila ada tanin.
(5)
Saponin, saponin adalah suatu glikosida yang ada pada banyak macam tanaman.
Fungsi
dalam
tumbuh-tumbuhan
tidak
diketahui,
mungkin
sebagai
bentuk
Sampel ditambahkan dengan air, didihkan selama 5 menit kemudian kocok dengan
kuat. Reaksi positif ditunjukan dengan adanya busa 1 cm, tidak hilang selama 30
detik dan busa tidak hilang dengan penambahan HCl.
(6)
(7)
2.4. Ekstraksi
Simplisia dapat digunakan secara langsung atau diolah menjadi suatu bentuk sediaan
herbal. Untuk memudahkan dalam proses produksi sediaan herbal dilakukan suatu proses
ekstraksi. Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari campurannya dengan
menggunakan pelarut. Dengan melalui ekstraksi, zat-zat aktif yang ada dalam simplisia akan
terlepas. Terdapat beberapa istilah yang perlu dietahui berkaitan dengan proses ekstraksi
antara lain:
10
Derajat kehalusan simplisia : Semakin halus, luas kontak permukaan akan semakin besar
sehingga proses ekstraksi akan lebih optimal.
Jenis pelarut yang digunakan : Jenis pelarut berkaitan dengan polaritas dari pelarut
tersebut. Hal yang perlu diperhatikan dalam proses ekstraksi adalah senyawa yang
memiliki kepolaran yang sama akan lebih mudah tertarik/ terlarut dengan pelarut yang
memiliki tingkat kepolaran yang sama. Berkaitan dengan polaritas dari pelarut, terdapat
tiga golongan pelarut yaitu:
o
Pelarut polar
Memiliki tingkat kepolaran yang tinggi, cocok untuk mengekstrak senyawa-senyawa
yang polar dari tanaman. Pelarut polar cenderung universal digunakan karena
biasanya walaupun polar, tetap dapat menyari senyawa-senyawa dengan tingkat
kepolaran lebih rendah. Salah satu contoh pelarut polar adalah: air, metanol, etanol,
asam asetat.
Pelarut semipolar
Pelarut semipolar memiliki tingkat kepolaran yang lebih rendah dibandingkan
dengan pelarut polar. Pelarut ini baik untuk mendapatkan senyawa-senyawa
semipolar dari tumbuhan. Contoh pelarut ini adalah: aseton, etil asetat, kloroform.
11
Pelarut nonpolar
Pelarut nonpolar, hampir sama sekali tidak polar. Pelarut ini baik untuk mengekstrak
senyawa-senyawa yang sama sekali tidak larut dalam pelarut polar. Senyawa ini baik
untuk mengekstrak berbagai jenis minyak. Contoh: heksana, eter
Metode ekstraksi, termasuk suhu yang digunakan : Terdapat banyak metode ekstraksi.
Namun secara ringkas dapat dibagi berdasarkan penggunaan panas sehingga ada metode
ekstraksi dengan cara panas, serta tanpa panas. Metode panas digunakan jika senyawasenyawa yang terkandung sudah dipastikan tahan panas. Metode ekstraksi yang
membutuhkan panas antara lain:
o
Dekok :Ekstraksi dilakukan dengan solven air pada suhu 90-95C selama 30 menit.
12
Soxhletasi : Mirip dengan refluks, namun menggunakan alat khusus yaitu esktraktor
Soxhlet. Suhu yang digunakan lebih rendah dibandingkan dengan refluks. Metode ini
lebih hemat dalam hal pelarut yang digunakan.
Metode ekstraksi dingin dilakukan ketika senyawa yang terdapat dalam simplisia tidak
tahan terhadap panas atau belum diketahui tahan atau tidaknya, antara lain:
o
Proses Ekstraksi
Proses saat ekstraksi menentukan hasil ekstrak. Beberapa proses ekstraksi
menghendaki kondisi yang terlindung dari cahaya, ini terutama pada proses ekstraksi
13
bahan-bahan yang mengandung kumarin dan kuinon. Ekstraksi bisa dilakukan secara bets
per bets atau secara kontinu. Pada ekstraksi skala industri, umumnya dilakukan secara
kontinu. Ekstraksi bisa dilakukan secara statik (tanpa pengadukan) atau dengan proses
dinamik (dengan pengadukan).
Jenis-jenis Ekstrak
Terdapat beberapa jenis ekstrak baik ditinjau dari segi pelarut yang digunakan
ataupun hasil akhir dari ekstrak tersebut.
o
Ekstrak air : Menggunakan pelarut air sebagai cairan pengekstraksi. Pelarut air
merupakan pelarut yang mayoritas digunakan dalam proses ekstraksi. Ekstrak yang
dihasilkan dapat langsung digunakan atau diproses kembali seperti melalui
pemekatan atau proses pengeringan.
Tinktur : Sediaan cari yang dibuat dengan cara maserasai ataupun perkolasi
simplisia. Pelarut yang umum digunakan dalam proses produksi tinktur adalah
etanol. Satu bagian simplisia diekstrak dengan menggunakan 2-10 bagian
menstrum/ekstraktan.
Ekstrak cair : Bentuk dari ekstrak cair mirip dengan tinktur namun telah melalui
pemekatan hingga diperoleh ekstrak yang sesuai dengan ketentuan farmakope.
Ekstrak encer : Dikenal sebagai ekstrak tenuis, dibuat seperti halnya ekstrak cair.
Namun kadang masih perlu diproses lebih lanjut.
Ekstrak kental : Ekstrak ini merupakan ekstrak yang telah mengalami proses
pemekatan. Ekstrak kental sangat mudah untuk menyerap lembab sehingga mudah
untuk ditumbuhi oleh kapang. Pada proses industri ekstrak kental sudah tidak lagi
14
Ekstrak kering (extract sicca) : Ekstrak kering merupakan ekstrak hasil pemekatan
yang kemudian dilanjutkan ke tahap pengeringan. Prose pengeringan dapat dilakukan
dengan berbagai macam cara yaitu:
Menggunakan bahan tambahan seperti laktosa, aerosil
Menggunakan proses kering beku, proses ini mahal
Menggunakan proses proses semprot kering atau fluid bed drying
Oleoresin : Merupakan sediaan yang dibuat dengan cara ekstraksi bahan oleoresin
(mis. Capsicum fructus dan zingiberis rhizom) dengan pelarut tertetu umumnya
etanol.
Pemurnian ekstrak
Pemekatan ekstrak
Pengeringan ekstrak
15
Standardisasi ekstrak
Pengemasan
Metode Ekstraksi
Proses ekstraksi dapat dilakukan dengan berbagai macam teknik, antara lain:
o Maserasi
Maserasi adalah cara ekstraksi yang paling sederhana. Bahan simplisia
yang dihaluskan sesuai dengan syarat farmakope (umumnya terpotong-terpotong
atau berupa serbuk kasar) disatukan dengan bahan pengekstraksi. Selanjutnya
rendaman tersebut disimpan terlindung cahaya langsung (mencegah reaksi yang
16
4-10
hari.
Secara
teoritis
pada
suatu
maserasi
tidak
17
aliran balik dan dihubungkan dengan labu melalui pipa. Labu tersebut berisi
bahan pelarut yang menguap dan mencapai kedalam pendingin aliran balik
melalui pipet yang berkodensasi didalamnya. Menetes ketas bahan yang
diekstraksi dan menarik keluar bahan yang diekstraksi. Larutan berkumpul
didalam wadah gelas dan setelah mencapai tinggi maksimalnya, secara otomatis
dipindahkan kedalam labu. Dengan demikian zat yang terekstraksi terakumulasi
melaui penguapan bahan pelarut murni berikutnya (Voight, 1995).
2. 5. Fraksinasi
Fraksinasi adalah suatu proses pemisahan senyawa senyawa berdasarkan tingkat
kepolaran. Jumlah dan senyawa yang dapat dipisahkan menjadi fraksi berbeda beda
tergantung pada jenis tumbuhan. Pada prakteknya dalam melakukan fraksinasi
digunakan dua metode yaitu dengan menggunakan corong pisah dan kromatografi
kolom. Corong pemisah atau corong pisah adalah peralatan laboratorium yang
digunakan dalam ekstraksi cair-cair untuk memisahkan komponen-komponen dalam
suatu campuran antara dua fase pelarut dengan densitas berbeda yang tak campur.
Destilasi bertingkat atau fraksinasi adalah proses pemisahan destilasi ke dalam
bagian-bagian dengan titik didih makin lama makin tinggi yang selanjutnya
pemisahan bagian-bagian ini dimaksudkan untuk destilasi ulang. Destilasi bertingkat
merupakan proses pemurnian zat/senyawa cair dimana zat pencampurnya berupa
senyawa cair yang titik didihnya rendah dan tidak berbeda jauh dengan titik didih
senyawa yang akan dimurnikan. Dengan perkataan lain, destilasi ini bertujuan untuk
memisahkan senyawa-senyawa dari suatu campuran yang komponen-komponennya
memiliki perbedaan titik didih relatif kecil. Destilasi ini digunakan untuk
18
19
Ini adalah suatu proses fraksinasi dengan menggunakan pelarut. Dimana pelarut yang
digunakan adalah aseton. Proses fraksinasi ini lebih mahal dibandingkan dengan
proses fraksinasi lainnya karena menggunakan bahan pelarut.
d) Proses Fraksinasi dengan Pengembunan (Fractional Condentation)
Proses fraksinasi ini merupakan suatu proses fraksinasi yang didasarkan pada titik
didih dari suatu zat / bahan sehingga dihasilkan suatu produk dengan kemurnian yang
tinggi. Fraksinasi pengembunan ini membutuhkan biaya yang cukup tinggi namun
proses produksi lebih cepat dan kemurniannya lebih tinggi.
2.6. Kromatografi
Berbagai metode kromatografi memberikan cara pemisahan paling kuat dilaboratorium
kimia. Metode kromatografi, karena pemanfaatannya yang leluasa, dipakai secara luas untuk
pemisahan analitik dan preparatif. Biasanya, kromatografi analitik dipakai pada tahap
permulaan untuk semua cuplikan , dan kromatografi preparatif hanya dilakukan juka
diperlukan fraksi murni dari campuran. Pemisahan secara kromatografi dilakukan dengan
cara mengotak-atik langsung beberapa sifat fisika umum dari molekul. Sifat utama yang
terlibat ialah :
Kecenderungan molekul untuk melarut dalam cairan
Kecenderungan molekul untuk melekat pada permukaan serbuk halus (adsorpsi,
penjerapan)
Kecenderungan molekul untuk menguap atau berubah ke keadaan uap (keatsirian)
Pemisahan
dan
pemurnian
kandungan
tumbuhan
terutama
dilakukan
dengan
menggunakan salah satu dari empat teknik kromatografi atau gabungan teknik tersebut.
20
Keempat teknik kromatografi itu adalah :Kromatografi Kertas (KKt), Kromatografi Lapis
Tipis (KLT), Kromatografi Gas Cair (KGC) dan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT).
Pemilihan teknik kromatografi sebagian besar bergantung pada sifat kelarutan dan
keatsirian senyawa yang akan dipisah. KKt dapat digunakan terutama bagi kandungan
tumbuhan yang mudah larut dalam air (karbohidrat, asam amino dan senyawa fenolat), KLT
merupakan metode pilihan untuk pemisahan semua kandungan yang larut lipid (lipid,
steroid, karotenoid, kinon sederhana dan klorofil), KGC penggunannya terutama untuk
senyawa atsiri (asam lemak, mono- dan seskuiterpen, hidrokarbon dan senyawa belerang),
cara lain yaitu KCKT, dapat memisahkan kandungan yang keatsiriannya kecil. KCKT
adalah suatu metode yang menggabungkan keefisienan kolom dan kecepatan analisis.
21
Ekstrak ditambah kloroform dan asam sulfat secara berurutan kemudian dikocok. Larutan
didiamkan hingga kloroform dan asam sulfat memisah. Lapisan asam (bagian atas)
diteteskan pada pelat tetes dan diuji dengan reagenWagner (kalium tetraidomerkurat) dan
reagen Dragendorff (kalium tetraidobismutat). Hasil positif ditandai dengan terbentuknya
endapan coklat kemerahan pada reagen Dragendorff dan warna coklat pada reagen
Wagner.
d. Uji triterpenoid, steroid dan saponim
Ekstrak diuapkan, ditambah kloroform dan dikocok kuat-kuat. Terbentuknya busa yang
stabil selama 30 menit menandakan adanya saponim dalam ekstrak. Ekstrak yang sudah
ditambah dengan kloroform, ditambah dengan asam klrida 2N kemudian disaring.
Lapisan atas diuji dengan reagen Liebemann Bucchard. Hasil positif triterpenoid ditandai
dengan terbentuknya warna merah. Sedangkan hasil positif steroid ditandai dengan
terbentuknya warna hijau-biru.
e. Uji flavonoid
Ekstrak diuji dengan tiga jenis ereaksi yang berbeda yaitu NaOH, asam sulfat pekat dan
Mg-HCL. Perubahan warna yang terjadi pada masing-masing pereaksi disesuaikan
dengan tabel reaksi warna flavonoid.
22
Steroid/ triterpenoid
23
3.
Flavonoid
Sejumlah sampel ditambahkan serbuk magnesium 0,1 mg dan 0,4 ml amil alkohol
(campuran asam klorida 37% dan etanol 95% dengan volume yang sama) dan 4
ml alkohol kemudian campuran dikocok. Terbentuknya warna merah, kuning atau
jingga pada lapisan amil alkohol menunjukkan adanya flavonoid.
4.
Saponin dapat dideteksi dengan uji busa dalam air panas. Busa yang stabil selama
30 menit dan tidak hilang pada penambahan 1 tetes HCl 2 N menunjukkan adanya
saponin.
5.
24
BAB III
PEMBAHASAN
1. DAUN SIRIH
a. Nama
Nama ilmiah
Piper betle L.
Nama daerah
Nama asing
Plantae
Sub Kingdom
Viridiplantae
Infra Kingdom
Streptophyta
Super Divisi
Embryophyta
Divisi
Tracheophyta
Sub Divisi
Spermatophyta
Kelas
Magnoliopsida
Sub Ordo
Magnolianae
25
Ordo
Piperales
Famili
Piperaceae
Genus
Piper L.
Spesies
Piper betle L.
26
4) Bunga Sirih
Bunga tanaman sirih adalah bunga majemuk. Perbungaan tanaman sirih
merupakan bulir-bulir, berdiri sendiri-sendiri dan terletak di ujung cabang
berhadapan dengan daun. Bulir bunga jantan mempunyai panjang gagang sekitar
1,5-3 cm dan benang sarinya sangat pendek. Kemudian bulir bunga betina,
mempunyai panjang gagang kira-kira 2,5-6 cm dan panjang kepala putik sekitar
3-5 cm.
5) Buah Sirih
Buah sirih yaitu buah buni, berbentuk bulat dengan ujungnya gundul. Bulir sirih
yang sudah masak berbulu, rapat dan berwarna kelabu dengan tebal 1-1,5 cm, biji
sirih berbentuk bulat.
Nama
Nama ilmiah
: Psidium guajava
Nama Indonesia : Jambu batu, Jambu biji, Jambu Kluthuk (Jawa), Giawas
(Papua)
Nama Inggris
: Guava
Nama Melayu
Nama Vietnam
: Oi
Nama China
Kingdom
Plantae
Sub Kingdom
Tracheobionta
Super Divisi
Spermatophyta
Divisi
Magnoliophyta
Kelas
Magnoliopsida
Sub Kelas
Rosidae
Ordo
Myrtales
Famili
Myrtaceae
Genus
Psidium
Spesies
Psidium guajava L.
29
3. Alang-Alang
a.
Nama
Nama ilmiah
Nama daerah
b. Klasifikasi Alang-alang
Klasifikasi alang-alang adalah sebagai berikut :
Kingdom
Plantae
Divisi
Magnoliophyta
Kelas
Liliopsida
Ordo
Poales
Famili
Poaceae
Genus
Imperata
Spesies
I.
30
cylindrica
c.
alang-alang,
diantaranya
penurun
panas,
peluruh
kencing
(diuretik),
4. BAYAM DURI
a.
Nama
Nama ilmiah
: Amaranthus spinosus L.
31
Nama daerah
Plantae
Divisi
Magnoliophyta
Kelas
Magnoliopsida
Ordo
Caryophyllales
Famili
Amaranthaceae
Genus
Amaranthus
Spesies
Amaranthus spisonus L.
c.
32
Panjang tangkai daun 0,5-9,0 cm. Bentuk tulang daun bayam duri penninervis dan
tepi daunnya repandus.
Bunga terdapat di axilaar batang. Merupakan bunga berkelamin tunggal yang
berwarna hijau. Setiap bunga memiliki 5 mahkota, panjangnya 1,5-2,5 mm.
Kumpulan bunganya berbentuk bulir untuk bunga jantannya. Sedangkan bunga
betina berbentuk bulat yang terdapat pada ketiak batang. Bunga ini termasuk bunga
inflorencia. Buahnya berbentuk lonjong berwarna hijau dengan panjang 1,5 mm.
Bijinya berwarna hitam mengkilat dengan panjang antara 0,8-1 mm.
d. Kandungan Kimia dan Efek Farmakologis
Bayam duri memiliki rasa manis, pahit, dan bersifat sejuk. Beberapa bahan kimia
yang terkandung dalam bayam duri, diantaranya amarantin, rutin, kalium nitrat,
kalsium oksalat, tanin, piridoksin, garam-garam fosfat, zat besi, vitamin A, C serta E.
Efek farmakologis bayam duri, diantaranya masuk meridian jantung dan ginjal,
penurun panas, peluruh kemih, menghilangkan racun, menghilangkan bengkak,
menghentikan diare serta membersihkan darah.
5. BROTOWALI
a.
Nama
Nama ilmiah
Nama daerah
antawali (Bali)
Nama asing
33
Plantae
Divisi
Magnoliophyta
Kelas
Magnoliopsida
Ordo
Ranunculales
Famili
Menispermaceae
Genus
Tinospora
Spesies
Tinospora crispa L.
c.
34
warna hijau muda atau putih kehijauan. Buah brotowali terletak pada tandan secara
kumpul. Warna pada buah tersebut merah muda.
d. Kandungan Kimia dan Efek Farmakologi
Brotowali memiliki rasa pahit dan bersifat sejuk. Beberapa bahan kimia yang
terkandung dalam brotowali, diantaranya alkaloid, damar lunak, pati, glikosida,
pikroretosid, zat pahit pikroretin, palmatin, kolumbin (akar), dan kokulin
(pikrotoksin). Efek farmakologis brotowali, diantaranya menghilangkan sakit,
penurun panas dan melancarkan meridian.
6. KEMANGI
a.
Nama
Nama ilmiah
Nama daerah
Plantae
Divisi
Magnoliophyta
Kelas
Magnoliopsida
Ordo
Lamiales
Famili
Lamiaceae
Genus
Ocimum
Spesies
Ocimum sanctum
35
c.
36
7.
KATUK
a.
Nama
Nama ilmiah
Nama daerah
Plantae
Divisi
Magnoliophyta
Kelas
Magnoliopsida
Ordo
Euphor
Famili
Euphorbeaceae
Genus
Sauropus
Spesies
c.
37
Daun yang dimiliki oleh tanaman katuk termasuk dalam daun majemuk genap. Daun
ini memiliki ukuran kecil dengan warna hijau gelap sedangkan panjang sekitar 5-6
cm. Bentuk daun tanaman katuk adalah lonjong hingga bundar berukuran panjang
sekitar 2,5 cm dan lebar 1,25-3 cm yang tersusun secara selang-seling.
Bunga tanaman katuk berukuran kecil-kecil dengan warna gelap hingga
kekuning-kuningan berbintik-bintik merah. Bunga tanaman katuk akan menghasilkan
buah yang warnanya putih dan didalamnya ada biji berwarna hitam. Tanaman katuk
adalah salah satu tanaman yang sangat rajin berbunga. Bunga yang dimililki adalah
bunga tunggal atau berkelompok sebanyak 3.
8.
LEGUNDI
a.
Nama
Nama ilmiah
: Vitex trifolia L.
Nama daerah
Plantae
38
Divisi
Spermatophyta
Kelas
Dicotyledonae
Ordo
Solanales
Famili
Verbenaceae
Genus
Vitex
Spesies
Vitex rotundifolia L.
c.
39
9.
LIDAH MERTUA
a.
Nama
Nama ilmiah
Nama daerah
Plantae
Divisi
Streptophyta
Kelas
Magnoliopsida
Ordo
Asparagales
Famili
Asparagaceae
Genus
Sanseviera Thunb.
Spesies
Sanseviera cylindrical
c.
motif alur atau garis-garis yang terdapat pada helai daun, motifnya ada yang
mengikuti arah serat daun dan tidak beraturan ataupun zigzag. Tandan bunga dari
tanaman lidah mertua bertangkai panjang pada ujung akar rimpang. Berkas bunga
lidah mertua berupa selaput kering dan terletak di ketiak daun pelindung. Tangkai
anak bunga ini beruas dan mempunyai 6-8 mm. Benang sarinya berjumlah 6 dan
tangkai putik tanaman ini mempunyai kepala berbentuk bulat dan rata.
d. Kandungan Kimia dan Efek Farmakologis
Buah lidah mertua memiliki rasa manis, pahit serta bersifat sejuk dan sedikit
astringent. Daun lidah mertua memiliki rasa pedas dan bersifat netral. Sementara itu
akarnya memiliki rasa tawar dan bersifat netral. Beberapa bahan kimia yang
terkandung dalam buah lidah mertua diantaranya vitamin C, tanin, glucogalin, gallic
acid, allagic acid, corigalin, terchebin, chebulagic acid, chebulinic acid, chebulic
acid, 3,6-digalloyglucose, mucic acid, phylembic acid, dan embricol. Biji lidah
mertua mengandung amlaic acid, lupeol, R-sitosterol, allagic acid, gallic acid,
3,6-
41
membersihkan panas dan racun. Daun lidah mertua digunakan untuk mengobati
bengkak (edema), eksim, bisul, digigit lipan, digigit ular berbisa, fistula ani ///(anal
fistula), penyubur rambut, penyakit telinga dan sakit gigi. Buah lidah mertua
digunakan untuk menurunkan panas (antipiretik), antiradang, menyejukkan
tenggorokan, memelihara paru, sebagai obat batuk, serta digunakan untuk diuretic.
Daunnya untuk diuretik. Sementara itu, akarnya untuk astringent, hypotensif, serta
membersihkan panas dan racun.
10.
SALAM
a.
Nama
Nama ilmiah
Walp.
Nama daerah
Plantae
Divisi
Magnoliophyta
Kelas
Magnoliopsida
Ordo
Myrtales
Famili
Myrtaceae
Genus
Syzygium
42
Spesies
c.
Syzygium polyanthum
11.
SEMANGGI GUNUNG
a.
Nama
Nama ilmiah
Nama daerah
Nama asing
Plantae
Divisi
Pteriodophyta
Kelas
Pteriodopsida
Ordo
Salvinales
Famili
Marsileaceae
Genus
Marsiela
Spesies
Marsiela crenata
c.
44
Kandungan kimia semanggi gunung antara lain minyak menguap, coumarin dan
hyperin. Anggota family Umbelliferae itu bersifat manis, sedikit pedas dan sejuk.
Semanggi gunung mampu menghilangkan bengkak (anti-swelling), antiradang,
peluruh air seni, antibiotik, penurun panas, penetralisir racun (detoxificans), dan
peluruh dahak. Tanaman ini digunakan untuk mengatasi sakit kuning (icteric
infectious hepatitis), pengecilan hati dengan busung (liver cirrhosis dan ascites), batu
empedu, batu dan infeksi saluran kencing, batuk dan sesak napas, ariawan, radang
tenggorokan, infeksi amandel serta infeksi saluran tengah.
12.
SECANG
a.
Nama
Nama ilmiah
: Caesalpinia sappan L.
Nama daerah
Plantae
Divisi
Mongnoliophyta
Kelas
Magnoliopsida
Ordo
Fabales
Famili
Fabaceae
Genus
Caesalpinioideae
45
Spesies
c.
Caesalpinia
46
13.
PEGAGAN
a.
Nama
Nama ilmiah
: Centella asiatica
Nama daerah
Plantae
Divisi
Spermatophyte
Kelas
Dicotyledone
Ordo
Umbillales
Famili
Umilliferae
Genus
Centella
Spesies
Centella asiatica
c.
panjang sampai 50 mm, helai daun berbentuk ginjal, lebar dan bundar dengan garis
tengah 1-7 cm, pinggir daun beringgit sampai beringit bergerigi, terutama kearah
pangkal daun. Perbungan berupa paying tunggal atau 3-5 bersama-sama keluar dari
ketiak daun kelopak, gagang perbungaan 5-10 mm, lebih pendek dari tangkai daun.
Bunga umumnya 3, yang ditengah duduk, yang disamping begagang pendek, daun
pelindung 2, panjang 3-4 mm, bentuk bundar telur, tajuk berwarna merah
lembayung, panjang 1-1,5 mm, lebar sampai 0,75 mm. Bah pipih, lebar lebih kurang
7 mm, dan tinggi lebih kurang 3 mm, berlekuk dua, jelas berusuk, berwarna kuning
kecoklatan, berdinding agak tebal.
d. Kandungan Kimia dan Efek Farmakologis
Pegagan mempunyai rasa manis dan bersifat sejuk. Beberapa bahan kimia yang
terkandung dalam pegagan diantaranya asiaticoside, thankunside, madecassoside,
brahmocide, brahmic acid, madasiatic acid, meso-inosetol, centellose, carotenoids,
garam K, Na, Ca, Fe, vellarine, tanin, mucilago, resin, pektin, gula dan vitamin B.
Efek farmakologis pegagan diantaranya anti-infeksi, antiracun, penurun panas,
peluruh air seni, antilepra, dan anti sifilis.Daun pegagan berfungsi sebagai
astringensia dan tonikum. Pegagan dikenal juga untuk revitalisasi tubuh dan otak
yang lelah serta untuk kesuburan wanita.
14.
POHON MANGKOK/MANGKOKAN
a.
Nama
Nama ilmiah
Nama daerah
Nama asing
Plantae
Divisi
Angiospermae
Kelas
Eudikotil
Ordo
Apiales
Famili
Araliaceae
Genus
Polyscias
Spesies
P.scutellaria
c.
walaupun dapat ditemukan tumbuhan liar di lading dan tepi sungai. Mangkokan disini
jarang atau tidak pernah berbunga, menyukai tempat terbuka yang terkena sinar matahari
atau sedikit terlindung, dan dapat tumbuh pada ketinggian 1-200 m dp1. Perdu tahunan,
tumbuh tegak, tinggi 1-3 m. Batang berkayu, bercabang, bentuknya bulat, panjang, dan
lurus. Daun tunggal, bertangkai, agak tebal, bentuknya bulat belekuk sepeti mangkok,
pangkal berbentuk jantung, tepi bergigi, diameter 6-12 cm, pertulangan menyirip,
warnanya hijau tua. Bunga majemuk, bentuk paying, warnanya hijau. Buahnya buah
buni, pipih, hijau. Biji kecil, keras, dan berwarna cokelat.
d. Kandungan Kimia dan Efek Farmakologis
49
15.
SAMBILOTO
a.
Nama
Nama ilmiah
Nama daerah
Plantae
Divisi
Tracheaphyta
Kelas
Magnoliopsida
Ordo
Lamiales
Famili
Acanthacaea
Genus
Spesies
Andrographis paniculata
c.
kecoklatan. Batang yang berkayu dan bentuknya bulat atau segi empat berwarna
hijau. Batangnya tak berambut dan tebalnya sekitar 2-6 mm. Daun tunggal dan
letaknya salingberhadapan, bentuk daunnya menyerupai pedang (lanset) sampai
bentuk lidah tombak dengan bagian tepi daun merata (integer) dan permukaannya
halus. Daun berwarna hijau dan mempunyai panjang kurang lebih 2-7 cm dengan
lebar sekitar 1,5 3 cm. Bunga majemuk dan tumbuhnya dari ketiak daun,
mempunyai benang sari dua dan putiknya pendek. Kelopak bunga terdiri dari 5 helai
daun kelopak, berambut, dan panjangnya sekitar 3-4 mm. Bijinya agak keras dan
panjangnya 1,5-3 mm dengan lebar sekitar 2 mm. Permukaan luar biji berwarna
cokelat muda bertonjol-tonjol.
d. Kandungan Kimia dan Efek Farmakologis
Sambiloto kaya kandungan kimia, seperti lakltone berupa deoxy-andrographolide,
andrographolide
(zat
didehydroandrographolide
pahit),
dan
neoandrographolide,
homoandrographolide
(daun
14-deoxy-11,12
dan
cabang).
Sementara itu, akar anggota famili Acanthaceae itu mengandung flavonoid berupa
polymethoxyflavone, andrographin, panicolin, mono-o-metilwithin dan apigenin-7,4dimetil eter, alkane, keton, aldehid, kalium, kalsium, natrium serta asam kersik.
Selain itu, terdapat andrografolida 1% (hepatoprotektor), kalmegin (zat amorf) dan
hablur kuning. Rasanya dari pahit sampai sangat pahit.
Tanaman ini memiliki sifat rasa pahit dan dingin. Sambiloto masuk meridian
lambung, paru-paru, usus besar dan usus kecil dan berfungsi sebagai penurun
panas/panas dalam, antiracun, antipiretik, antiradang, antibengkak, antibakteri,
penghilang nyeri (analgesic), dan penghilang lembab. Sambiloto berperan dalam
51
kondensasi sitoplasma sel tumor, pyknosis dan menghancurkan inti sel. Selain itu,
sambiloto juga efektif mengatasi infeksi, merangsang fagositosis, merusak sel
trophacyt dan trophoblast.
52
DAFTAR PUSTAKA
Habib.
2014.
Cara
Isolasi
Minyak
Atsiri.
Available
online
at
http://farmacyku.blogspot.com/2012/10/cara-isolasi-minyak-atsiri.html
Iskandar, Y., dan Susilawati, Y. 2012. Panduan Praktikum Fitokimia. Fakultas Farmasi
Universitas Padjadjaran: Jatinangor.
Lisdawati,Vivi., Sumali Wiryowidagdo., L dan Broto S. Kardono. 2007. Isolasi Dan Elusidasi
Struktur Senyawa Lignan Dan Asam Lemak Dari Ekstrak Daging Buah Phaleria Macrocarpa.
Jurnal dan Buletin Penelitian Kesehatan; Puslitbang Biomedis dan Farmasi Badan Litbangkes.
Vol. 35.
Nurhari, Ogi. 2010. Uji Fitokimia-Terpenoid. Sekolah Tinggi Farmasi: Bandung.
Pipit.
2009.
Labu
Kuning
dan
Khasiatnya.
Available
online
at
http://www.kabarinews.com/article/Berita_Indonesia/Kesehatan/Labu_Kuning_dan_Khasiatnya/
33968. [ Diakses pada tanggal 23 Maret 2012]
Praptiwi, Puspa Dewi dan Mindarti Harapini, Nilai Peroksida Dan Aktivitas Anti Radikal Bebas
Diphenyl Picril Hydrazil Hydrate (Dpph) Ekstrak Metanol Knema laurina, Majalah farmasi
indonesia, 17(1), 32 36.
Sarmoko, Maryani, R. TT. Labu Kuning (Cucurbita moschata Durch). Available online at
http://ccrcfarmasiugm.wordpress.com/ensiklopedia/ensiklopedia-tanaman-anti-kanker/l/labukuning/. [ Diakses pada tanggal 23 Maret 2012]
Sulianti, Sri Budi , Emma Sri Kuncari dan Sofnie M. Chairul. 2005. Pemeriksaan Farmakognosi
Dan Penapisan Fitokimia Dari Daun Dan Kulit Batang Calophyllum inophyllum dan
Calophyllum soulatri. B i o d i v e r s i t a s ISSN: 1412-033x Volume 7.
Sumarnie, H.Priyono dan Praptiwi 2005. Identifikasi Senyawa Kimia Dan Aktivitas Antibakteri
Ekstrak Piper sp. Asal papua. Puslit.Biologi-LIPI.
Rismunandar, 1989. Tanaman Jambu Biji, Penerbit Sinar Baru, Bandung. Salisbury & Ross,
1999. Fisiologi Tumbuhan Jilid 2, Penerbit ITB, Bandung.
53