Anda di halaman 1dari 13

Indonesia merupakan negara yang kaya dengan beraneka ragam flora dan fauna.

Keanekaragaman
ini (terutama tumbuhan) mengundang pehatian banyak orang untuk memilih jalur alternatif dalam
pengobatan, mengingat terlalu banyak efek samping dari produk obat-obatan sintetis. Seiring
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan kecenderungan masyarakat memilih
produk yang alamiah, maka semakin gencar penelitian tentang kandungan-kandungan kimia
penting dalam tumbuh-tumbuhan yang dapat digunakan dalam pengembangan obat baru. Penelitian
biasanya menggunaan metoda analisis fitokimia, dimana metoda ini membahas secara sistematis
tentang berbagai senyawa kimia, terutama dari golongan senyawa organik yang tedapat dalam
tumbuhan, proses biosintesis metabolisme, dan perubahan-perubahan lain yang terjadi pada
senyawa kimia tersebut beserta sebaran dan fungsi biologisnya.

Senyawa kimia yang terkandung dalam tumbuhan merupakan hasil metabolisme dari tumbuhan itu
sendiri. Dari hasil penelitian banyak ahli tak jarang senyawa kimia ini memiliki efek fisiologi dan
farmakologi yang bermanfaat bagi manusia. Senyawa kimia tersebut lebih dikenal dengan senyawa
metabolit sekunder yang merupakan hasil dari penyimpangan metabolit primer tumuhan. Senyawa
tersebut adalah golongan alkaloid, steroid, terpenoid, fenol, flavonoid, dan saponin.

Dalam uji fitokimia dapat dilakukan pemeriksaan pendahuluan terhadap senyawa aktif metabolit
sekunder tersebut, sehingga potensi relatif dari masing-masing tanaman dapat diukur.

Banyak faktor yang mempengaruhi kandungan kimia dalam tanaman, seperti kesuburan tanah
tempat tumbuh (kandungan zat makanan), iklim lingkungan, waktu panen, umur, cara pengolahan
dan sebagainya. Sehingga pengolahannya memerlukan perlakuan khusus, selain keseragaman dosis
juga perlu adanya standarisasi agar manfaat dan keamanannya dapat diperhitungkan layaknya obat-
obatan modern.

Fitokimia berasal dari kata phytochemical . Phyto berarti tumbuhan atau tanaman dan chemical
sama dengan zat kimia berarti zat kimia yang terdapat pada tanaman. Senyawa fitokimia tidak
termasuk kedalam zat gizi karena bukan berupa karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral
maupun air (Daris 2009).

Secara garis besar fitokimia diklasifikasikan menurut struktur kimianya sebagai berikut : fitokimia
karotenoid, fitokimia fitosterol, fitokimia saponin, fitokimia glukosinolat, fitokimia polifenol,
fitokimia inhibitor protease, fitokimia monoterpen, fitokimia fitoestrogen, fitokimia sulfida,
fitokimia asam fitat. Masih banyak sekali jenis fitokimia lain (Daris 2009).

Analisis fitokimia adalah analisis yang mencakup pada anekaragam senyawa organik yang dibentuk
dan ditimbun oleh makhluk hidup, yaitu mengenai struktur kimianya, biosintesisnya, perubahan
serta metabolismenya, penyebarannya secara alamiah dan fungsi biologinya. Alasan melakukan
analisis fitokimia adalah untuk menentukan ciri senyawa aktif penyebab efek racun atau efek yang
bermanfaat, yang ditunjukkan oleh ekstrak kasar bila diuji dengan sistem biologi (Harbone 1987
diacu dalam Ahdayanti 2009).

Alkaloid

Alkaloid merupakan senyawa yang mengandung atom nitrogen yang tersebar secara terbatas pada
tumbuhan. Senyawa ini cukup banyak jenisnya dan terkadang memiliki struktur kimia yang sangat
berbeda satu sama lain, meskipun berada dalam satu kelompok. Alkaloid adalah bahan organik
yang mengandung nitrogen sebagai bagian dari sistim heterosiklik. Pengelompokan alkaloid
biasanya didasarkan pada prekursor pembentuknya. Kebanyakan dibentuk dari asam amino seperti
lisin, tirosin, triptofan, histidin dan ornitin (Anonimb 2008).

Alkaloid pada umumnya mencakup senyawa yang bersifat basa yang mengandung satu atau lebih
atom nitrogen, biasanya dalam gabungan, sebagai bagian dari sistem siklik. Alkaloid biasanya
tanpa warna, seringkali bersifat optis aktif kebanyakan berbentuk kristal tetapi hanya sedikit yang
berupa cairan (misalnya nikotin) pada suhu kamar. Secara kimia, alkaloid merupakan suatu
golongan heterogen. Alkaloid berkisar dari senyawa sederhana seperti koniina, yaitu alkaloid
utama Conium maculatum sampai ke struktur pentasiklik seperti striknina, yaitu racun
kulit Strychnos. Secara klasik, alkaloid dipisahkan dari kandungan tumbuhan lainnya sebagai
garamnya dan sering diisolasi sebagai Kristal hidroklorida atau pikrat (Harborne 1987 diacu dalam
Ahdayanti 2009).

Fitokimia atau kadang disebut fitonutrien, dalam arti luas adalah segala jenis zat
kimia atau nutrien yang diturunkan dari sumber tumbuhan, termasuk sayuran dan buah-buahan.
Dalam penggunaan umum, fitokimia memiliki definisi yang lebih sempit. Fitokimia biasanya
digunakan untuk merujuk pada senyawa yang ditemukan pada tumbuhan yang tidak dibutuhkan
untuk fungsi normal tubuh, tapi memiliki efek yang menguntungkan bagi kesehatan atau memiliki
peran aktif bagi pencegahan penyakit. Karenanya, zat-zat ini berbeda dengan apa yang diistilahkan
sebagai nutrien dalam pengertian tradisional, yaitu bahwa mereka bukanlah suatu kebutuhan
bagi metabolisme normal, dan ketiadaan zat-zat ini tidak akan mengakibatkan penyakit defisiensi,
paling tidak, tidak dalam jangka waktu yang normal untuk defisiensi tersebut.

Fitokimia adalah ilmu yang mempelajari berbagai senyawa organik yang dibentuk dan
disimpan oleh tumbuhan, yaitu tentang struktur kimia, biosintetis, perubahan dan
metabolisme, serta penyebaran secara alami dan fungsi biologis dari senyawa organik.
Fitokimia atau kadang disebut fitonutrien, dalam arti luas adalah segala jenis zat kimia atau
nutrien yang diturunkan dari sumber tumbuhan, termasuk sayuran dan buah-buahan.
Fitokimia berasal dari kata phytochemical . Phyto berarti tumbuhan atau tanaman dan chemical
sama dengan zat kimia berarti zat kimia yang terdapat pada tanaman. Senyawa fitokimia tidak
termasuk kedalam zat gizi karena bukan berupa karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral
maupun air. Jadi apakah fitokimia itu? Setiap tumbuhan atau tanaman mengandung sejenis zat
yang disebut fito kimia, merupakan zat kimia alami yang terdapat di dalam tumbuhan dan dapat
memberikan rasa, aroma atau warna pada tumbuhan itu. Sampai saat ini sudah sekitar 30.000 jenis
fitokimia yang ditemukan dan sekitar 10.000 terkandung dalam makanan.

Fitokimia biasanya digunakan untuk merujuk pada senyawa yang ditemukan pada tumbuhan yang
tidak dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh, tapi memiliki efek yang menguntungkan bagi
kesehatan atau memiliki peran aktif bagi pencegahan penyakit. Karenanya, zat-zat ini berbeda
dengan apa yang diistilahkan sebagai nutrien dalam pengertian tradisional, yaitu bahwa
mereka bukanlah suatu kebutuhan bagi metabolisme normal, dan ketiadaan zat-zat ini tidak akan
mengakibatkan penyakit defisiensi, paling tidak, tidak dalam jangka waktu yang normal untuk
defisiensi tersebut.

Penemuan berbagai senyawa obat baru dari bahan alam semakin memperjelas peranpenting
metabolit sekunder tanaman sebagai sumber bahan baku obat. Metabolit sekunder adalahsenyawa
hasil biogenesis dari metabolit primer. Umumnya dihasilkan oleh tumbuhan tingkat tinggi,yang
bukan merupakan senyawa penentu kelangsungan hidup secara langsung, tetapi lebih sebagaihasil
mekanisme pertahanan diri organisma. Aktivitas biologi tanaman dipengaruhi oleh jenismetabolit
sekunder yang terkandung didalamnya. Aktivitas biologi ditentukan pula oleh strukturkimia dari
senyawa. Unit struktur atau gugus molekul mempengaruhi aktivitas biologi karenaberkaitan dengan
mekanisme kerja senyawa terhadap reseptor di dalam tubuh (Lisdawati et al.,2007).

Pada tahun tahun terakhir ini fitokimia atau kimia tumbuhan telah berkembang menjadi suatu
disiplin ilmu tersendiri, berada di antara kimia organik bahan alam dan biokimia
tumbuhan,serta berkaitan erat dengan keduanya. Bidang perhatiaanya ialah aneka ragamsenyawa
organik yang dibentuk dan ditimbun oleh tumbuhan yaitu mengenai struktur
kimianya,biosintesisnya, perubahan serta metabolismenya.

Fitokimia berasal dari kata phytochemical . Phyto berarti tumbuhan atau tanaman danchemical
sama dengan zat kimia berarti zat kimia yang terdapat pada tanaman. Senyawa fitokimiatidak
termasuk kedalam zat gizi karena bukan berupa karbohidrat, protein, lemak, vitamin,
mineralmaupun air. Jadi apakah fitokimia itu? Setiap tumbuhan atau tanaman mengandung sejenis
zatyang disebut fito kimia, merupakan zat kimia alami yang terdapat di dalam tumbuhan dan
dapatmemberikan rasa, aroma atau warna pada tumbuhan itu. Sampai saat ini sudah sekitar 30.000
jenisfitokimia yang ditemukan dan sekitar 10.000 terkandung dalam makanan.Fitokimia
adalah ilmu yang mempelajari berbagai senyawa organik yang dibentuk
dandisimpan oleh tumbuhan, yaitu tentang struktur kimia, biosintetis, perubahan danmetabolisme, s
erta penyebaran secara alami dan fungsi biologis dari senyawa organik.Fitokimia atau kadang
disebut fitonutrien, dalam arti luas adalah segala jenis zat kimia ataunutrien yang diturunkan dari
sumber tumbuhan, termasuk sayuran dan buah-buahan. Penapisan fitokimia dilakukan menurut
metode Cuiley (1984). Penapisan fitokimia dilakukanuntuk mengetahui komponen kimia pada
tumbuhan tersebut secara kualitatif. Misalnya: identifikasitannin dilakukan dengan menambahkan
1-2 ml besi (III) klorida pada sari alkohol. Terjadinya warnabiru kehitaman menunjukkan adanya
tanin galat sedang warna hijau kehitaman menunjukkanadanya tanin katekol (Praptiwi et al,
2006).Pelarut yang digunakan untuk ekstraksi harus mempunyai kepolaran yang berbeda. Hal
inidisebabkan kandungan kimia dari suatu tumbuhan hanya dapat terlarut pada pelarut yang
samakepolarannya, sehingga suatu golongan senyawa dapat dipisahkan dari senyawa lainnya
(Sumarnieet al, 2005).Hingga saat ini sudah banyak sekali jenis fitokimia yang ditemukan, saking
banyaknyasenyawa fitokimia yang didapatkan maka dilakukan penggolongan senyawa agar
memudahkandalam mempelajarinya, adapun golongan senyawa fitokimia dapat dibagi sebagai
berikut:(1)

Alkaloid, alkaloid adalah sebuah golongan senyawa basa bernitrogen yang kebanyakanheterosiklik
dan terdapat di tetumbuhan.Sejumlah sampel dalam mortir, dibasakan dengan ammonia sebanyak 1
mL, kemudianditambahkan kloroform dan digerus kuat. Cairan kloroform disaring, filtrat
ditempatkan dalamtabung reaksi kemudian ditambahkan HCl 2N, campuran dikocok, lalu dibiarkan
hingga terjadipemisahan. Dalam tabung reaksi terpisah :Filtrat 1 : sebanyak 1 tetes larutan pereaksi
Dragendorff diteteskan ke dalam filtrat, adanyaalkaloid ditunjukan dengan terbentuknya endapan
atau kekeruhan berwarna hingga coklat.Filtrat 2: sebanyak 1 tetes larutan pereaksi Mayer diteteskan
ke dalam filtrat, adanya alkaloidditunjukan dengan terbentuknya endapan atau kekeruhan berwarna
putih.Filtrat 3 : sebagai blangko atau kontrol negatif.

Flavonoid, flavonoid merupakan salah satu golongan fenol alam terbesar yang terdapat
dalamsemua tumbuhan berpembuluh. Semua flavonoid, menurut strukturnya merupakan
turunansenyawa induk flavon yang mempunyai sejumlah sifat yang sama. Dalam tumbuhan,
aglikonflavonoid terdapat dalam berbagai bentuk struktur. Semuanya mengandung atom karbon
dalaminti dasarnya yang tersusun dalam konfigurasi C6-C3-C6, yaitu dua cincin aromatik
yangdihubungkan oleh satuan tiga karbon yang dapat atau tidak dapat membentuk cincin
ketiga.Sejumlah sampel digerus dalam mortir dengan sedikit air, pindahkan dalam tabung
reaksi,tambahkan sedikit logam magnesium dan 5 tetes HCl 2N, seluruh campuran dipanaskan
selama5-10 menit. Setelah disaring panas-panas dan filtrat dibiarkan dingin, kepada filtrat
ditambahkan

Fitokimia | 5amil alkohol, lalu dikocok kuat-kuat, reaksi positif dengan terbentuknya warna merah
padalapisan amil alkohol.

Tanin dan Polifenol, Tanin adalah polifenol tanaman yang berfungsi mengikat danmengendapkan
protein.. Polifenol alami merupakan metabolit sekunder tanaman tertentu,termasuk dalam atau
menyusun golongan tanin.Sebanyak 1 gram sampel ditambahkan 100 mL air panas, dididihkan
selama 5 menit kemudiandisaring. Filtrat sebanyak 5 mL dimasukkan ke dalam tabung reaksi,
ditambahkan pereaksi besi(III) klorida, timbul warna hiijau biru kehitaman bila ada polifenol dan
ditambahkan gelatin akantimbul endapan putih bila ada tanin. Saponin, saponin adalah suatu
glikosida yang ada pada banyak macam tanaman. Fungsi dalamtumbuh-tumbuhan tidak diketahui,
mungkin sebagai bentuk penyimpanan karbohidrat, ataumerupakan waste product dari metabolisme
tumbuh-tumbuhan.Sampel ditambahkan dengan air, didihkan selama 5 menit kemudian kocok
dengan kuat. Reaksipositif ditunjukan dengan adanya busa ± 1 cm, tidak hilang selama 30 detik dan
busa tidak hilangdengan penambahan HCl

http://www.academia.edu/6414595/Tugas_Makalah_Fitokim

Alkaloid
Alkaloid merupakan golongan zat tumbuhan sekunder yang terbesar. Pada umumnya alkaloid
mencakup senyawa bersifat basa yang mengandung satu atau lebih atom nitrogen, biasanya dalam
gabungan sebagai bagian dari sistem siklik. Alkaloid biasanya tanpa warna, seringkali bersifat optis
aktif, kebanyakan berbentuk kristal, tetapi hanya sedikit yang berupa cairan (Teyler. V. E, 1988).

https://arintayuniawati.wordpress.com/2014/12/01/laporan-resmi-praktikum-fitokimia_akfar-
theresiana-semarang/

Alkaloid mencakup senyawa bersifat basa yang mengandung satu atau lebih atom nitrogen,
biasanya dalam gabungan sebagai bagian dari system siklik. Alkaloid sering kali beracun bagi
manusia dan banyak mempunyai kegiatan fisiologis yang menonjol, jadi digunakan secara luas
dalam bidang pengobatan. Uji sederhana, tapi sama sekali tidak sempurna untuk alkaloid dalam
daun atau buah segar adalah rasa pahitnya di lidah (Harborne, 1996).
Falvonoid sering terdapat sebagai glikosida, golongan terbesar flavonoid berciri mempunyai cincin
piran yang menghubungkan rantai tiga karbon dengan salah satu dari cincin benzene. Efek
flavonoid terhadap macam-macam organism sangat banyak macamnya dan dapat menjelaskan
mengapa tumbuhan yang mengandung flavonoid dipakai dalam pengobatan tradisional. Flavonoid
tertentu merupakan komponen aktif tumbuhan yang digunakan secara tradisional untuk mengobati
gangguan hati (Robinson, 1995).

Saponin adalah senyawa aktif permukaan yang kuat menimbulkan busa jika dikocok dalam air dan
pada konsentrasi yang rendah sering menyebabkan hemolisis sel darah merah. Saponin digunakan
sebagai bahan baku untuk sintesis hormon steroid yang digunakan dalam bidang kesehatan. Dua
jenis saponin yang sering dikenal yaitu glikosida triterpenoid alkohol dan glikosida struktur steroid
tertentu yang mempunyai rantai samping spiroketal. Kedua jenis saponin ini larut dalam air dan
etanol tetapi tidak larut dalam eter (Robinson, 1995).

https://dcycheesadonna.wordpress.com/2012/12/07/skrining-fitokimia/

Tanin

Tanin umum terdapat dalam tumbuhan berpembuluh, dalam angiospermae terdapat khusus di
dalam jaringan. Tanin dapat bereaksi dengan protein membentuk kopolimer mantap yang tak larut
dalam air.

Secara kimia, tanin terdiri dua golongan yaitu tanin terkondensasi dan tanin terhidrolisis. Tanin
terkondensasi secara biosintesis dapat dianggap terbentuk dengan cara kondensasi katekin tunggal
(atau galokatekin) yang membentuk senyawa dimer dan kemudian oligomer yang lebih tinggi.
Tanin terhidrolisis mengandung ikatan ester yang terhidrolisis jika dididihkan dalam asam klorida
encer (Harborne, 1987). Tanin terkondensasi hampir terdapat semeesta di dalam paku-pakuan dan
gimnospermae, serta tersebar luas dalam angiospermae, terutama pada tumbuhan berkayu.
Sedangkan tanin terhidrolisis penyebarannya terbatas pada tumbuhan berkeping dua.

Saponin

Saponin merupakan glikosida triterpen yang sifatnya menyerupai sabun, merupakan senyawa
aktif permukaan dan dapat menimbulkan busa jika dikocok dengan air dan pada konsentrasi rendah
dapat menyebabkan hemolisis pada sel darah merah.

http://kresnaphotography.blogspot.com/2012/03/golongan-senyawa-fitokimia.html

Flavonoid adalah suatu kelompok senyawa fenol yang terbesar yang ditemukan di alam. Banyaknya
senyawa flavonoid ini bukan disebabkan karena banyaknya variasi struktur, akan tetapi lebih
disebabkan oleh berbagai tingkat hidroksilasi, alkoksilasi atau glikoksilasi pada struktur tersebut.
Flavonoid di alam juga sering dijumpai dalam bentuk glikosidanya.

Senyawa-senyawa ini merupakan zat warna merah, ungu, biru dan sebagian zat warna kuning yang
terdapat dalam tanaman. Sebagai pigmen bunga, flavonoid jelas berperan dalam menarik serangga
untuk membantu proses penyerbukan. Beberapa kemungkinan fungsi flavonoid yang lain bagi
tumbuhan adalah sebagai zat pengatur tumbuh, pengatur proses fotosintesis, zat antimikroba,
antivirus dan antiinsektisida. Beberapa flavonoid sengaja dihasilkan oleh jaringan tumbuhan
sebagai respon terhadap infeksi atau luka yang kemudian berfungsi menghambat fungsi
menyerangnya.

Telah banyak flavonoid yang diketahui memberikan efek fisiologis tertentu. Oleh karena itu,
tumbuhan yang mengandung flavonoid banyak dipakai dalam pengobatan tradisional. Peneitian
masih terus dilakukan untuk mengetahui berbagai manfaat yang bisa diperoleh dari senyawa
flavonoid.

Berdasarkan strukturnya, terdapat beberapa jenis flavonoid yang bergantung pada tingkat oksidasi
rantai propan, yaitu kalkon, flavan, flavanol (katekin), flavanon, flavanonol, flavon, flavanon,
antosianidin, auron.

Katekin merupakan senyawa yang mempunyaibanyak kesamaan dengan proantosianidin. Katekin


mempunyai aktivitas antioksidan yang tinggi.

Proantosianidin, menurut definisi adalah senyawa yang membentuk antosianidin (jika dipanaskan
dengan asam). Jika proantosianidin diperlakukan dengan asam dingin akan menghasilkan polimer
yang menyerupai tanin.

Flavanon (dihidroflavon) dan flavanol (dihidroflavonol) tersebar di alam dalam jumlah yang
terbatas. Keduanya merupakan senyawa yang berwarna atau sedikit kuning. Flavon dan flavonol
merupakan flavonoid utama karena termasuk jenis flavonoid yang banyak dijumpai di alam.

Antosianidin merupakan flavonoid utama karena termasuk jenis flavonoid yang banyak dijumpai di
alam, terutama dalam bentuk glikosidanya, yang dinamakan antisianin. Antosianin adalah pigmen
daun dan bunga dari yang berwarna merah hingga biru. Pada pH<2, antosianin berada dalam
bentuk kation (ion flavilium), tetapi pada pH yang sedikit asam, bentuk kuinonoid yang terbentuk.
Bentuk ini dioksidasi dengan cepat oleh udara dan rusak, oleh karena itu pengerjaan terhadp
antosianin aman dilakukan dalam larutan yang asam.

Calkon dan dihidrocalkon tersebar di alam dalam jumlah yang terbatas.

Auron, tersebar di alam dalam jumlah yang terbatas. Auron memiliki kerangka benzalkumaranon.
Auron mempunyai pigmen kuning emas yang terdapat dalam bunga tertentu dan bryophita. Banyak
dijumpai dalam bentuk glikosida atau eter metil. Senyawa- senyawa isoflavonoid dan neoflavonoid
hanya ditemukan dalam beberapa jenis tumbuhan. Isoflavonoid penting sebagai fitoaleksin. Yang
termasuk isoflavonoid adalah isoflavon, rotenoid, pterokarpan dan kumestan sedangkan
neoflavonoid meliputi 4-arilkumarin dan dalbergion
https://www.dictio.id/t/apa-yang-dimaksud-dengan-flavonoid/13055/2

Tanin secara umum didefinisikan sebagai senyawa polifenol yang memiliki beratmolekul cukup
tinggi (lebih dari 1000) dan dapat membentuk kompleks dengan protein. Taninyang berikatan kuat
dengan protein dapat mengendapkan protein dari larutan. Tanin merupakan salah satu metabolit
sekunder yang dapat dihasilkan oleh tanaman.Metabolit sekunder adalah senyawa hasil biogenesis
dari metabolit primer. Umumnya dihasilkanoleh tumbuhan tingkat tinggi yang bukan merupakan
senyawa penentu kelangsungan hidupsecara langsung, tetapi sebagai hasil mekanisme pertahanan
diri organisme. Kandungan senyawametabolit sekunder telah terbukti bekerja sebagai derivat
antikanker, antibakteri dan antioksidan,antara lain adalah golongan alkaloid, tanin, golongan
polifenol dan turunanya.Tanin terdapatluas dalam tumbuhan berpembuluh, dalam angiospermae
terdapat khusus dalam jaringan kayu.

https://www.scribd.com/document/363078524/Pengertian-Dan-Kegunaan-Tanin

Saponin adalah jenis glikosida yang banyak ditemukan dalam tumbuhan. Saponin memiliki
karakteristik berupa buih. Sehingga ketika direaksikan dengan air dan dikocok maka akan terbentuk
buih yang dapat bertahan lama. Saponin mudah larut dalam air dan tidak larut dalam eter.

Saponin memiliki rasa pahit menusuk dan menyebabkan bersin serta iritasi pada selaput lendir.
Saponin merupakan racun yang dapat menghancurkan butir darah atau hemolisis pada darah.
Saponin bersifat racun bagi hewan berdarah dingin dan banyak diantaranya digunakan sebagai
racun ikan. Saponin yang bersifat keras atau racun biasa disebut sebagai Sapotoksin.

aponin diklasifikasikan menjadi 2 yaitu: saponin steroid dan saponin triterpenoid. Saponin steroid
tersusun atas inti steroid (C 27) dengan molekul karbohidrat. Steroid saponin dihidrolisis
menghasilkan suatu aglikon yang dikenal sebagai saraponin. Tipe saponin ini memiliki efek anti
jamur. Pada binatang menunjukkan penghambatan aktifitas otot polos. Saponin steroid
diekskresikan setelah konjugasi dengan asam glukoronida dan digunakan sebagai bahan baku pada
proses biosintesis dari obat kortikosteroid.

http://www.farmasi.asia/saponin/

a. Flavonoid
Ditimbang 0,1 g ekstrak ditambahkan 0,2 g serbuk Mg, lalu ditambahkan 5 mL asam klorida pekat.
Apabila terbentuk warna jingga, merah atau kuning menunjukkan adanya flavonoid (Harbone,
1987).

b. Saponin
Saponin dapat dideteksi dengan uji busa dalam air panas. Busa yang stabil akan terus terlihat
selama 5 menit dan tidak hilang pada penambahan 1 tetes HCl 2 menunjukkan adanya saponin
(Harbone, 1987).
c. Alkaloid
Larutkan 50 mg ekstrak dengan beberapa mL HCl dan saring. Kemudian filtrat diuji dengan
menambahkan satu atau dua tetes pereaksi Mayer, Wagner dan Dragendorff dalam tabung reaksi
yang berbeda. Reaksi positif ditandai dengan adanya endapan putih atau kekuningan pada pereaksi
Mayer, munculnya warna merah-kehitaman pada pereaksi Wagner, dan adanya endapan orange
pada pereaksi Dragendorff (Raaman, 2006).

d. Tanin
Ditimbang 0,1 g ekstrak ditambahkan 10 mL akuades, disaring dan filtratnya ditambahkan reagen
besi (III) klorida (FeCl3) 1% sebanyak 5 mL. Warna biru tua atau hitam menunjukkan adanya
tanin (Harbone, 1987).

Uji Kadar Total Metabolit Sekunder


a. Kadar Flavonoid Total
Ditimbang 200 mg ekstrak sampel, yang dilarutkan dalam 1 mL etanol, kemudian di buat
pengenceran dengan 3 replikasi. Total flavonoid dari ekstrak etanol dihitung berdasarkan metode
kolorimetri yang dikerjakan oleh Chang et al. (2002). Setiap 0,2 mL larutan sampel ditambahkan
3,7 mL etanol 95 %, 0,1 mL AlCl3 10 %, 0,1 mL kalium asetat 1 M dan di tambahkan akuades
sampai 5 mL, lalu dicampur hingga homogen dan didiamkan selama 30 menit. Kemudian diukur
absorbansinya pada panjang gelombang 437 nm. Kuersetin digunakan sebagai kurva kalibrasi
dengan konsentrasi 100– 400 μg/mL. Total flavonoid sampel dihitung ekuivalen dengan jumlah (g)
kuersetin/100 g sampel. Data dibuat tiga replikasi (Chang, 2002).

y=ax+b Keterangan : y = Nilai Absorbansi x = Kadar Flavonoid a,b = Konstanta

b. Kadar Alkaloid Total


Sampel yang berupa ekstrak kental ditimbang secara seksama sebanyak 2,5 g dan dilarutkan
dengan 50 mL larutan asam asetat 10% (dalam etanol). Larutan dikocok dengan magnetic stirrer
selama 4 jam, kemudian disaring. Filtrat kemudian dievaporasi. Kemudian ditetesi dengan
ammonium hidroksida hingga terjadi endapan alkaloid. Timbang dahulu kertas saring yang akan
digunakan untuk menyaring endapan. Kemudian endapan disaring dan dicuci dengan menggunakan
larutan ammonium hidroksida 1%. Kertas saring yang mengandung endapan dikeringkan dalam
oven pada suhu 600 C selama 30 menit. Setelah dingin, endapan ditimbang hingga didapatkan
bobot yang konstan. Rendemen alkaloid ditetapkan dari presentasi bobot endapan alkaloid yang
diperoleh terhadap bobot penimbangan awal sampel. Pengujian dipindahkan ke corong pisah
kemudian dipisahkan larutan etil asetat. Residu yang tertinggal dilarutkan dengan n-butanol
sebanyak 3 kali masing-masing dengan 50 ml. seluruh larutan butanolik dicampur dan diuapkan
dengan rotavapor. Sisa penguapan dilarutkan dengan methanol 10 ml kemudian larutan ini
diteteskan ke dalam 50 ml dietil eter sambil diaduk. Endapan yang terbentuk dalam campuran
dituang pada kertas saring yang telah diketahui bobotnya. Endapan di atas kertas saring kemudian
ditimbang sampai bobot tetap. Selisih bobot kertas sa ring sebelum dan sesudah penyaringan
ditetapkan sebagai bobot saponin (Dumanauw, Wullur & Poli Anindita, 2015)

Analisa data dilakukan secara univariat dimana kadar saponin yang dihitung menggunakan rumus :

% kadar =
diulang sebanyak 3 kali (Saifudin, 2011).
Analisa data dilakukan secara univariat dimana kadar alkaloid yang dihitung menggunakan
rumus :

% kadar =

Keterangan :

X1 = bobot kertas saring (g)

X2= bobot kertas saring + endapan saponin (g) A = bobot ekstrak etanol Hibiscus surattensis L

c. Penetapan Kadar Saponin Total


Ditimbang 1,25 g ekstrak kemudian di refluks dengan 50 ml Petroleum Eter pada suhu 60º-80ºC
selama 30 menit Setelah dingin larutan petroleum eter dibuang dan residu yang tertinggal
dilarutkan dalam 50 ml etil asetat. Larutan

Keterangan :

X1 = bobot kertas saring (g)

X2= bobot kertas saring + endapan saponin (g) A = bobot ekstrak etanol Hibiscus surattensis L

d. Penetapan Kadar Tanin Total


Lebih kurang 2 g ekstrak yang ditimbang saksama panaskan dengan 50 mL air mendidih di atas
tangas air selama 30 menit sambil diaduk. Diamkan selama beberapa menit lalu tuangkan
melalui segumpal kapas ke dalam labu takar 250 mL. Sari sisa dengan air mendidih, saring
larutan ke dalam labu takar yang sama. Ulangi penyarian beberapa kali hingga larutan bila
direaksikan dengan besi (III) ammonium sulfat tidak menunjukkan

adanya tanin. Dinginkan cairan dan tambahkan air secukupnya hingga 250 mL. Pipet 25 mL
larutan ke dalam labu 1000 mL, ditambah 750 ml akuades , titrasi dengan kalium permanganat
0,1125 N hingga larutan berwarna pink violet. 1 mL kalium permanganat 0,1125 N setara
dengan 0,004157 g tanin. Lakukan percobaan blanko (Anonim, 2000).
()
% kadar

Keterangan :

V2 = volume titran (mL) V1 = volume blanko (mL)

BE = Berat Ekivalen (0,004157 g)


dipindahkan ke corong pisah kemudian dipisahkan larutan etil asetat. Residu yang tertinggal
dilarutkan dengan n-butanol sebanyak 3 kali masing-masing dengan 50 ml. seluruh larutan
butanolik dicampur dan diuapkan dengan rotavapor. Sisa penguapan dilarutkan dengan methanol
10 ml kemudian larutan ini diteteskan ke dalam 50 ml dietil eter sambil diaduk. Endapan yang
terbentuk dalam campuran dituang pada kertas saring yang telah diketahui bobotnya. Endapan di
atas kertas saring kemudian ditimbang sampai bobot tetap. Selisih bobot kertas sa ring sebelum
dan sesudah penyaringan ditetapkan sebagai bobot saponin (Dumanauw, Wullur & Poli
Anindita, 2015)

Analisa data dilakukan secara univariat dimana kadar saponin yang dihitung menggunakan
rumus :

Anda mungkin juga menyukai