PROPOSAL
Oleh
AMI FITRAYADI
FAKULTAS BIOLOGI
UNIVERSITAS NASIONAL
JAKARTA
2018
Judul : EFEK EKSTRAK METANOL BIJI PANDAN SAMAK (Pandanus
odoratissimus) TERHADAP KERUSAKAN HEPAR TIKUS PUTIH
YANG DIINDUKSI DENGAN PARASETAMOL
PARASETAMOL
MENYETUJUI
Prof. Dr. Ernawati Sinaga, MS.Apt Dr. Sri Endarti Rahayu, M.Si
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiratTuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan kekuatan dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan proposal skripsi yang berjudul Efek Ekstrak Metanol Biji Pandan
Samak (Pandanus odoratissimus) Terhadap Kerusakan Hepar Tikus Putih Yang
Diinduksi Dengan Parasetamol sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh
gelar sarjana sains dalam bidang biologi di Fakultas Biologi Universitas Nasional.
1. Ibu Prof. Dr. Ernawati Sinaga, MS.Apt selaku pembimbing pertama serta
selaku ketua program Studi Biologi Universitas Nasional yang telah
memberikan arahan, saran, serta bimbingannya dalam menyelesaikan proposal
skripsi ini.
2. Ibu Dr. Sri Endarti Rahayu, M.Si selaku pembimbing kedua yang telah
memberikan berbagai masukan demi kesempurnaan proposal skripsi ini.
3. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas biologi khususnya program studi Biomedik
yang telah memberikan arahan, bimbingan, dan ilmu pengetahuannya
sehingga penulis bias meyelesaikan proposal skripsi ini.
4. Orang tua tercinta yang telah memberikan doa, nasehat, dan dukungannya
kepada penulis.
5. Rekan–rekan biomedik antara lain yang tergabung dalam tim Pandanus antara
lain Arif, Asrori, Tyson, Gusti dan Yedi yang telah memberikan dukungan
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan proposal skripsi ini.
Penulis mengharapkan mudah–mudahan proposal skripsi ini dapat bermanfaat
bagi pembaca serta dapat dijadikan referensi bagi penulis lain yang akan
melakukan penelitian dalam ruang lingkup yang sama.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
B. Instrumen Penelitian.........................................................................................3
D. Cara Kerja.........................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................13
BAB I PENDAHULUAN
Hal yang penting dalam kehidupan manusia salah satu nya adalah
kesehatan. Semua orang dapat hidup dengan nyaman jika memiliki tubuh yang
sehat. Untuk dapat hidup produktif secara sosial dan ekonomi maka kesehatan
sangat diutamakan. Kondisi tubuh yang sehat merupakan sumber daya bagi
kehidupan sehari-hari agar manusia dapat melakukan aktivitas dengan baik.
Seseorang berupaya memproteksi diri dari terserangnya penyakit tanpa
memikirkan apa penyebab muculnya penyakit tersebut.
Kesehatan organ hati sangat penting maknanya bagi tubuh manusia. Hati
sebagai organ yang memiliki tugas utama sebagai penetral racun ditubuh
menjadikan racun-racun yang selama ini masuk melalui tubuh kita dari makanan
atau lingkungan mampu dinetralisir oleh hati. Manusia tidak akan hidup tanpa
organ hati tersebut (Putri dan Mustafidah, 2011).
Hati adalah organ internal terbesar dalam tubuh, dengan berat sekitar 1,2-
1,5 kg. Hati berperan penting dalam sintesis protein, penyimpanan dan
metabolisme lemak dan karbohidrat, detoksifikasi obat dan racun lainnya, ekskresi
bilirubin dan metabolisme hormon. Racun, agen infeksi, obat-obatan, dan
mediator inflamasi serum menghasilkan beragam proses penyakit, yang
menyebabkan hilangnya arsitektur histologis normal, mengurangi massa sel dan
kehilangan aliran darah. Akibatnya, kapasitas hati yang fungsional mungkin
hilang (Mishra et al., 2015).
Penyakit hati adalah salah satu masalah kesehatan yang paling serius di
dunia saat ini tetapi, meskipun ada kemajuan luar biasa dalam pengobatan
modern, pilihan pencegahan dan pengobatan mereka masih tetap terbatas (Rao et
al., 2013).
Penggunaan parasetamol sebagai analgetik dan antipiretik telah dikenal
oleh masyarakat umum dan banyak dijual bebas di pasaran. Obat ini bersifat aman
jika dipergunakan dalam dosis yang tepat, akan tetapi penggunaan dalam dosis
yang berlebihan dapat menyebabkan nekrosis hati, bahkan dapat berakibat fatal.
Parasetamol dilaporkan mampu menyebabkan hepatotoksisitas langsung pada sel
hepar. Seseorang yang makan 7,5 gram parasetamol sekaligus akan menyebabkan
kerusakan hati, dan bila makan lebih dari 15 gram akan timbul kematian.
Parasetamol (N-acetyl para aminophenol) mempunyai efek analgetik – antipiretik,
yang ditimbulkan oleh gugus aminobenzen. Parasetamol dengan dosis 10 gram
dilaporkan dapat menimbulkan nekrosis hati (hepatotoksisitas), yang ditandai
dengan kenaikan kadar Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase (SGOT),
Serum Glutamic Pyruvic Transaminase (SGPT), kadar bilirubin serum, enzim
laktat dehidrogenase, serta perpanjangan masa protrombin (Candra, 2017).
Penggunaan tumbuhan berkhasiat obat secara umum lebih aman dari pada
penggunaan obat sintetik karena memiliki efek samping yang relatif sedikit jika
digunakan secara tepat, yang meliputi ketepatan bahan, ketepatan dosis, ketepatan
waktu penggunaan, ketepatan cara penggunaan, ketepatan mencari informasi dan
ketepatan pemilihan untuk indikasi tertentu. Di Indonesia terdapat banyak
tumbuhan herbal yang diyakini masyarakat secara turun-temurun mampu
menyembuhkan penyakit, salah satunya adalah tumbuhan Pandan samak
(Pandanus odoratissimus).
P. odoratissimus atau dikenal dengan pandan samak merupakan tanaman
asli Asia dan bagian-bagian tropis Australia, termasuk diantaranya Indonesia.
Habitat aslinya dihutan, biasanya hidup 20 m (66 kaki) di atas permukaan laut,
tetapi dapat tumbuh pada ketinggian 600 m (1970 kaki). Tanaman ini ditemukan
tumbuh di sepanjang pantai, tepian sungai, kolam, dan sebagainya (Adkar and
Bhaskar, 2014).
Penelitian sebelumnya yang dilakukan (Mishra et al., 2015), ekstrak akar
P. odoratissimus terbukti dapat menurunkan kadar bilirubin total dan bilirubin
direk, serta dapat menurunkan keparahan kerusakan dan regenerasi hepatosit,
yang disebabkan oleh intoksikasi PCM pada tikus yang di induksi paracetamol.
Dan hingga saat ini untuk bagian biji dari P. odoratissimus belum dilakukan
penelitian secara khusus dalam penurunan kadar Bilirubin total, bilirubin direk
dan kerusakan hepar tikus putih.
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul: “Efek Ekstrak Metanol Biji Pandan Samak (Pandanus
Odoratissimus) Terhadap Kerusakan Hepar Tikus Putih Yang Diinduksi Dengan
Parasetamol”.
BAB II METODE PENELITIAN
C. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan eksperimen in vivo menggunakan tikus putih
(Rattus norvegicus) jantan galur Sprague Dawley (SD) dengan desain Rancangan
Acak Lengkap (RAL). Hewan coba terdiri dari 30 ekor tikus putih yang dibagi
menjadi 6 kelompok secara acak, setiap kelompok terdiri dari 5 ekor sebagai
ulangan dengan lama perlakuan 14 hari, sebagai berikut:
1. Kelompok kontrol sehat (KS), yaitu kelompok tikus yang tidak diberi
perlakuan apapun.
2. Kelompok kontrol hepatotoksik (KP), yaitu kelompok tikus yang diberi
suspensi Na CMC (sebagai pengganti ekstrak) dan diberi parasetamol
dosis tunggal per oral 3g/kg bb.
3. Kelompok silymarin (KSy), yaitu kelompok tikus yang diberi silymarin
200 mg/kg bb dan diberi parasetamol dosis tunggal per oral 3g/kg bb.
4. Kelompok ekstrak dosis rendah (KE1), yaitu kelompok tikus yang diberi
ekstrak pandan samak dosis 300 mg/kg bb dan diberi parasetamol dosis
tunggal per oral 3g/kg bb.
5. Kelompok ekstrak dosis sedang (KE2), yaitu kelompok tikus yang diberi
ekstrak pandan samak dosis 600 mg/kg bb dan diberi parasetamol dosis
tunggal per oral 3g/kg bb.
6. Kelompok ekstrak dosis tinggi (KE3), yaitu kelompok tikus yang diberi
ekstrak pandan samak dosis 900 mg/kg bb dan diberi parasetamol dosis
tunggal per oral 3g/kg bb.
D. Cara Kerja
1. Pengumpulan dan identifikasi tumbuhan
Pengambilan biji pandan samak (Pandanus odoratissimus) dilakukan di
daerah Calang Kabupaten Aceh Jaya Propinsi Aceh. Determinasi tumbuhan
dilakukan di laboratorium Botani Universitas Nasional.
2. Pengolahan sampel
Sampel buah pandan samak yang sudah dikumpulkan, di buang bagian kulit
buah dan daging buah hingga didapatkan bijinya, lalu dikeringkan dalam ruangan
yang tidak terpapar oleh sinar matahari sampai biji kering. Biji yang telah kering
dipecahkan dan dihaluskan dengan blender, diayak dengan ayakan ukuran 60, lalu
serbuk ditimbang, kemudian dimasukkan kedalam wadah plastik tertutup rapat
dan disimpan pada suhu kamar.
3. Pembuatan ekstrak
Serbuk biji pandan samak sebanyak 1 kg dimaserasi tiga kali masing-
masing selama 5 x 24 jam menggunakan 1500 ml metanol absolut, dan setiap
harinya dilakukan tiga pengadukan pada pukul 08.00, 12.00 dan 16.00 WIB.
Cairan hasil maserasi disaring dengan kertas saring Whatman dan dikumpulkan,
lalu disimpan didalam botol tertutup berwarna coklat. Setelah itu dilakukan
pemekatan dengan rotary evaporator sehingga diperoleh ekstrak kental.
4. Skrining fitokimia
Skrining fitokimia dilakukan dengan prosedur sebagai berikut:
a. Identifikasi alkaloid
Dilakukan dengan metode Mayer, Wagner dan Dragendorff. Sebanyak 1
gram ekstrak ditambahkan dengan beberapa tetes NH 3 dan dihaluskan. Setelahkan
itu ditambahkan dengan 5 mL CHCL3 lalu disaring. Filtratnya kemudian
ditambahkan dengan H2SO4 2M dan dibagi menjadi 3 bagian, masing-masing
ditambahkan dengan pereaksi Mayer, Wagner dan Dragendroff. Hasil
menunjukkan positif jika ditambahkan pereaksi Dragendrof menghasilkan warna
jingga, ditambahkan pereaksi Mayer menghasilkan warna putih dan jika
ditambahkan pereaksi Wagner akan menghasilkan warna coklat.
b. Identifikasi flavonoid
Sampel sebanyak 5 gram dilarutkan dengan akuades dan dipanaskan
selama 5 menit. Larutan tersebut kemudian disaring dan filtratnya ditambahkan
dengan serbuk Mg, HCl : Etanol ( 1:1 ) dan amil alkohol. Jika lapisan amil
alkohol berwarna jingga maka positif flavonoid.
c. Identifikasi hidrokuinon
Sampel sebanyak 1 gram sampel ditambahkan dengan metanol,
dipanaskan lalu disaring. Jika larutan berwarna merah maka positif dihidro kuinon
d. Identifikasi saponin
Sampel sebanyak 5 gram dilarutkan dengan akuades dan dipanaskan
selama 5 menit. Larutan tersebut kemudian disaring dan filtratnya dikocok dengan
kuat. Jika buihnya stabil maka positif saponin.
e. Identifikasi Tanin
Sampel sebanyak 5 gram dilarutkan dengan akuades dan dipanaskan
selama 5 menit. Larutan tersebut kemudian disaring dan filtratnya ditambahkan
dengan 3 tetes FeCl3 10 %. Jika larutan berwarna hitam kehijauan maka positif
tanin.
f. Identifikasi steroid atau triterpenoid
Sampel sebanyak 1 gram ditambahkan dengan etanol panas lalu disaring.
Filtratnya kemudian dipanaskan hingga kering dan ditambahkan dengan 1 mL
dietil eter. Larutan tersebut dihogenkan lalu diambahkan dengan 1 tetes H2SO4
pekat dan 1 tetes CH3COOH anhidrat. Jika larutan berwarna hijau/biru maka
positif steroid dan jika berwarna merah/ungu maka positif triterpenoid.
Adaptasi 7 hari