Anda di halaman 1dari 19

EFEK EKSTRAK METANOL BIJI PANDAN SAMAK (Pandanus

odoratissimus) TERHADAP KERUSAKAN HEPAR TIKUS PUTIH YANG


DIINDUKSI DENGAN PARASETAMOL

PROPOSAL

Oleh

AMI FITRAYADI

FAKULTAS BIOLOGI
UNIVERSITAS NASIONAL
JAKARTA
2018
Judul : EFEK EKSTRAK METANOL BIJI PANDAN SAMAK (Pandanus
odoratissimus) TERHADAP KERUSAKAN HEPAR TIKUS PUTIH
YANG DIINDUKSI DENGAN PARASETAMOL
PARASETAMOL

Nama : AMI FITRAYADI


NPM : 173112620120009

MENYETUJUI

Pembimbing Pertama Pembimbing Kedua

Prof. Dr. Ernawati Sinaga, MS.Apt Dr. Sri Endarti Rahayu, M.Si

Koordinator Proposal Skripsi

Drs. Yeremiah Rubin Camin, M.S


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiratTuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan kekuatan dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan proposal skripsi yang berjudul Efek Ekstrak Metanol Biji Pandan
Samak (Pandanus odoratissimus) Terhadap Kerusakan Hepar Tikus Putih Yang
Diinduksi Dengan Parasetamol sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh
gelar sarjana sains dalam bidang biologi di Fakultas Biologi Universitas Nasional.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada :

1. Ibu Prof. Dr. Ernawati Sinaga, MS.Apt selaku pembimbing pertama serta
selaku ketua program Studi Biologi Universitas Nasional yang telah
memberikan arahan, saran, serta bimbingannya dalam menyelesaikan proposal
skripsi ini.
2. Ibu Dr. Sri Endarti Rahayu, M.Si selaku pembimbing kedua yang telah
memberikan berbagai masukan demi kesempurnaan proposal skripsi ini.
3. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas biologi khususnya program studi Biomedik
yang telah memberikan arahan, bimbingan, dan ilmu pengetahuannya
sehingga penulis bias meyelesaikan proposal skripsi ini.
4. Orang tua tercinta yang telah memberikan doa, nasehat, dan dukungannya
kepada penulis.
5. Rekan–rekan biomedik antara lain yang tergabung dalam tim Pandanus antara
lain Arif, Asrori, Tyson, Gusti dan Yedi yang telah memberikan dukungan
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan proposal skripsi ini.
Penulis mengharapkan mudah–mudahan proposal skripsi ini dapat bermanfaat
bagi pembaca serta dapat dijadikan referensi bagi penulis lain yang akan
melakukan penelitian dalam ruang lingkup yang sama.

Jakarta, 3 Oktober 2018

Penulis
DAFTAR ISI
Halaman

KATA PENGANTAR............................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

BAB II METODE PENELITIAN............................................................................3

A. Tempat dan Waktu Penelitian...........................................................................3

B. Instrumen Penelitian.........................................................................................3

1. Biji pandan samak (Pandanus odoratissimus)...........................................4


2. Hewan coba................................................................................................4
3. Pakan hewan percobaan.............................................................................4
4. Alat penelitian............................................................................................4
5. Reagensia dan Sampel...............................................................................5
C. Desain Penelitian..............................................................................................5

D. Cara Kerja.........................................................................................................6

1. Pengumpulan dan identifikasi tumbuhan...................................................6


2. Pengolahan sampel.....................................................................................6
3. Pembuatan ekstrak.....................................................................................6
4. Skrining fitokimia......................................................................................6
5. Penetapan kadar flavonoid.........................................................................7
6. Uji daya hepatoprotektif.............................................................................8
E. Analisis data....................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................13
BAB I PENDAHULUAN

Hal yang penting dalam kehidupan manusia salah satu nya adalah
kesehatan. Semua orang dapat hidup dengan nyaman jika memiliki tubuh yang
sehat. Untuk dapat hidup produktif secara sosial dan ekonomi maka kesehatan
sangat diutamakan. Kondisi tubuh yang sehat merupakan sumber daya bagi
kehidupan sehari-hari agar manusia dapat melakukan aktivitas dengan baik.
Seseorang berupaya memproteksi diri dari terserangnya penyakit tanpa
memikirkan apa penyebab muculnya penyakit tersebut.
Kesehatan organ hati sangat penting maknanya bagi tubuh manusia. Hati
sebagai organ yang memiliki tugas utama sebagai penetral racun ditubuh
menjadikan racun-racun yang selama ini masuk melalui tubuh kita dari makanan
atau lingkungan mampu dinetralisir oleh hati. Manusia tidak akan hidup tanpa
organ hati tersebut (Putri dan Mustafidah, 2011).
Hati adalah organ internal terbesar dalam tubuh, dengan berat sekitar 1,2-
1,5 kg. Hati berperan penting dalam sintesis protein, penyimpanan dan
metabolisme lemak dan karbohidrat, detoksifikasi obat dan racun lainnya, ekskresi
bilirubin dan metabolisme hormon. Racun, agen infeksi, obat-obatan, dan
mediator inflamasi serum menghasilkan beragam proses penyakit, yang
menyebabkan hilangnya arsitektur histologis normal, mengurangi massa sel dan
kehilangan aliran darah. Akibatnya, kapasitas hati yang fungsional mungkin
hilang (Mishra et al., 2015).
Penyakit hati adalah salah satu masalah kesehatan yang paling serius di
dunia saat ini tetapi, meskipun ada kemajuan luar biasa dalam pengobatan
modern, pilihan pencegahan dan pengobatan mereka masih tetap terbatas (Rao et
al., 2013).
Penggunaan parasetamol sebagai analgetik dan antipiretik telah dikenal
oleh masyarakat umum dan banyak dijual bebas di pasaran. Obat ini bersifat aman
jika dipergunakan dalam dosis yang tepat, akan tetapi penggunaan dalam dosis
yang berlebihan dapat menyebabkan nekrosis hati, bahkan dapat berakibat fatal.
Parasetamol dilaporkan mampu menyebabkan hepatotoksisitas langsung pada sel
hepar. Seseorang yang makan 7,5 gram parasetamol sekaligus akan menyebabkan
kerusakan hati, dan bila makan lebih dari 15 gram akan timbul kematian.
Parasetamol (N-acetyl para aminophenol) mempunyai efek analgetik – antipiretik,
yang ditimbulkan oleh gugus aminobenzen. Parasetamol dengan dosis 10 gram
dilaporkan dapat menimbulkan nekrosis hati (hepatotoksisitas), yang ditandai
dengan kenaikan kadar Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase (SGOT),
Serum Glutamic Pyruvic Transaminase (SGPT), kadar bilirubin serum, enzim
laktat dehidrogenase, serta perpanjangan masa protrombin (Candra, 2017).
Penggunaan tumbuhan berkhasiat obat secara umum lebih aman dari pada
penggunaan obat sintetik karena memiliki efek samping yang relatif sedikit jika
digunakan secara tepat, yang meliputi ketepatan bahan, ketepatan dosis, ketepatan
waktu penggunaan, ketepatan cara penggunaan, ketepatan mencari informasi dan
ketepatan pemilihan untuk indikasi tertentu. Di Indonesia terdapat banyak
tumbuhan herbal yang diyakini masyarakat secara turun-temurun mampu
menyembuhkan penyakit, salah satunya adalah tumbuhan Pandan samak
(Pandanus odoratissimus).
P. odoratissimus atau dikenal dengan pandan samak merupakan tanaman
asli Asia dan bagian-bagian tropis Australia, termasuk diantaranya Indonesia.
Habitat aslinya dihutan, biasanya hidup 20 m (66 kaki) di atas permukaan laut,
tetapi dapat tumbuh pada ketinggian 600 m (1970 kaki). Tanaman ini ditemukan
tumbuh di sepanjang pantai, tepian sungai, kolam, dan sebagainya (Adkar and
Bhaskar, 2014).
Penelitian sebelumnya yang dilakukan (Mishra et al., 2015), ekstrak akar
P. odoratissimus terbukti dapat menurunkan kadar bilirubin total dan bilirubin
direk, serta dapat menurunkan keparahan kerusakan dan regenerasi hepatosit,
yang disebabkan oleh intoksikasi PCM pada tikus yang di induksi paracetamol.
Dan hingga saat ini untuk bagian biji dari P. odoratissimus belum dilakukan
penelitian secara khusus dalam penurunan kadar Bilirubin total, bilirubin direk
dan kerusakan hepar tikus putih.
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul: “Efek Ekstrak Metanol Biji Pandan Samak (Pandanus
Odoratissimus) Terhadap Kerusakan Hepar Tikus Putih Yang Diinduksi Dengan
Parasetamol”.
BAB II METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian dilaksanakan Laboratorium Zoologi (perlakuan tikus),
Laboratorium Botani (determinasi biji pandan samak) dan Laboratorium
Mikrobiologi (pembuatan ekstrak dan pemekatan), Universitas Nasional, Jakarta
pada bulan November 2018 sampai dengan Februari 2019.
B. Instrumen Penelitian
Definisi Operasional
No. Variabel Sumber Satuan
Variabel (DOV)
1. Ekstrak Volume ekstrak yang P. odoratissimus mg/Kg BB
P. odoratissimus diberikan kepada tikus yang di peroleh
kosentrasi 300, 600, dari Aceh
900 mg/Kg BB
2. Bilirubin Total Jumlah kadar Bilirubin Hasil pengukuran IU/L
total yang terukur alat.
dengan alat BT 3500
analyzer
3 Bilirubin Direk Jumlah kadar Bilirubin Hasil pengukuran IU/L
Direk yang terukur alat.
dengan alat BT 3500
analyzer
4 Albumin Jumlah kadar albumin Hasil pengukuran IU/dL
yang terukur dengan alat.
alat BT 3500 analyzer.

5 Gamma GT Jumlah kadar Gamma Hasil pengukuran g/dL


GT yang terukur alat.
dengan alat BT 3500
analyzer

4 Parasetamol Obat yang digunakan PT. Dwilab mg/kg BB


untuk menginduksi Mandiri Scientific.
hepar hewan percobaan
dengan dosis 3 g/Kg
BB
5 Silymarin Herbal Supplement PT. Dwilab mg/Kg BB
perawatan fungsi hati, Mandiri Scientific.
dengan dosis 200
mg/Kg BB

1. Biji pandan samak (Pandanus odoratissimus)


Biji pandan samak yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari
buah pandan samak yang diambil dari daerah Calang Kabupaten Aceh Jaya
Propinsi Aceh.
2. Hewan coba
Hewan coba yang digunakan dalam penelitian ini adalah 30 tikus putih
jantan (Rattus norvegicus) galur Sprague Dawley (SD) yang berasal dari bagian
hewan percobaan peternakan tikus putih daerah Cibinong, Bogor Jawa Barat.
dengan memenuhi kriteria inklusi berjenis kelamin jantan, berumur 3 – 4 bulan
dengan berat badan 180 – 220 gram, kondisi sehat (aktif dan tidak cacat).
Seluruh tikus dipelihara di dalam kandang yang dialasi dengan sekam
secukupnya, sekam diganti 3 hari sekali. Cahaya ruangan dikontrol 12 jam terang
dan 12 jam gelap. Makanan berupa pelet standar dan air keran sebagai minuman
diberikan ad libitum.
3. Pakan hewan percobaan
Selama penelitian dilaksanakan, tikus putih diberi pakan standar secara ad
libitum dan diberi minum air keran.
4. Alat penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pisau, martil, aluminium
foil, blender, ayakan, timbangan non analitik, erlenmeyer 2000 mL, corong 120
mm, gelas ukur 1000 mL, kertas saring, botol tampung coklat 2500 mL, rotary
evaporator, spuit injeksi, timbangan hewan coba, kandang hewan coba, oral sonde
lambung, lanset, microtube, Automatic Analyzer merk Biotechnica 3500 dan
software analisis data.
5. Reagensia dan Sampel
Parasetamol (diperoleh dari PT. Dwilab Mandiri Scientific), Na CMC,
Silymarin, Aquades, Metanol 98%, pereaksi Dragendorff, pereaksi Mayer, besi
(III) klorida, pereaksi molish, timbal (II) asetat, asam klorida, Liebermann –
Burchard, kloroform – isopronolol, amil alkohol, serbuk magnesium, reagen
untuk penetapan kadar Bilirubin Total, Direk, Albumin dan Gamma GT buffer
normal formalin (BNF)10%, Xylol, Parafin, dan Eosin.

C. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan eksperimen in vivo menggunakan tikus putih
(Rattus norvegicus) jantan galur Sprague Dawley (SD) dengan desain Rancangan
Acak Lengkap (RAL). Hewan coba terdiri dari 30 ekor tikus putih yang dibagi
menjadi 6 kelompok secara acak, setiap kelompok terdiri dari 5 ekor sebagai
ulangan dengan lama perlakuan 14 hari, sebagai berikut:
1. Kelompok kontrol sehat (KS), yaitu kelompok tikus yang tidak diberi
perlakuan apapun.
2. Kelompok kontrol hepatotoksik (KP), yaitu kelompok tikus yang diberi
suspensi Na CMC (sebagai pengganti ekstrak) dan diberi parasetamol
dosis tunggal per oral 3g/kg bb.
3. Kelompok silymarin (KSy), yaitu kelompok tikus yang diberi silymarin
200 mg/kg bb dan diberi parasetamol dosis tunggal per oral 3g/kg bb.
4. Kelompok ekstrak dosis rendah (KE1), yaitu kelompok tikus yang diberi
ekstrak pandan samak dosis 300 mg/kg bb dan diberi parasetamol dosis
tunggal per oral 3g/kg bb.
5. Kelompok ekstrak dosis sedang (KE2), yaitu kelompok tikus yang diberi
ekstrak pandan samak dosis 600 mg/kg bb dan diberi parasetamol dosis
tunggal per oral 3g/kg bb.
6. Kelompok ekstrak dosis tinggi (KE3), yaitu kelompok tikus yang diberi
ekstrak pandan samak dosis 900 mg/kg bb dan diberi parasetamol dosis
tunggal per oral 3g/kg bb.
D. Cara Kerja
1. Pengumpulan dan identifikasi tumbuhan
Pengambilan biji pandan samak (Pandanus odoratissimus) dilakukan di
daerah Calang Kabupaten Aceh Jaya Propinsi Aceh. Determinasi tumbuhan
dilakukan di laboratorium Botani Universitas Nasional.
2. Pengolahan sampel
Sampel buah pandan samak yang sudah dikumpulkan, di buang bagian kulit
buah dan daging buah hingga didapatkan bijinya, lalu dikeringkan dalam ruangan
yang tidak terpapar oleh sinar matahari sampai biji kering. Biji yang telah kering
dipecahkan dan dihaluskan dengan blender, diayak dengan ayakan ukuran 60, lalu
serbuk ditimbang, kemudian dimasukkan kedalam wadah plastik tertutup rapat
dan disimpan pada suhu kamar.
3. Pembuatan ekstrak
Serbuk biji pandan samak sebanyak 1 kg dimaserasi tiga kali masing-
masing selama 5 x 24 jam menggunakan 1500 ml metanol absolut, dan setiap
harinya dilakukan tiga pengadukan pada pukul 08.00, 12.00 dan 16.00 WIB.
Cairan hasil maserasi disaring dengan kertas saring Whatman dan dikumpulkan,
lalu disimpan didalam botol tertutup berwarna coklat. Setelah itu dilakukan
pemekatan dengan rotary evaporator sehingga diperoleh ekstrak kental.
4. Skrining fitokimia
Skrining fitokimia dilakukan dengan prosedur sebagai berikut:
a. Identifikasi alkaloid
Dilakukan dengan metode Mayer, Wagner dan Dragendorff. Sebanyak 1
gram ekstrak ditambahkan dengan beberapa tetes NH 3 dan dihaluskan. Setelahkan
itu ditambahkan dengan 5 mL CHCL3 lalu disaring. Filtratnya kemudian
ditambahkan dengan H2SO4 2M dan dibagi menjadi 3 bagian, masing-masing
ditambahkan dengan pereaksi Mayer, Wagner dan Dragendroff. Hasil
menunjukkan positif jika ditambahkan pereaksi Dragendrof menghasilkan warna
jingga, ditambahkan pereaksi Mayer menghasilkan warna putih dan jika
ditambahkan pereaksi Wagner akan menghasilkan warna coklat.
b. Identifikasi flavonoid
Sampel sebanyak 5 gram dilarutkan dengan akuades dan dipanaskan
selama 5 menit. Larutan tersebut kemudian disaring dan filtratnya ditambahkan
dengan serbuk Mg, HCl : Etanol ( 1:1 ) dan amil alkohol. Jika lapisan amil
alkohol berwarna jingga maka positif flavonoid.
c. Identifikasi hidrokuinon
Sampel sebanyak 1 gram sampel ditambahkan dengan metanol,
dipanaskan lalu disaring. Jika larutan berwarna merah maka positif dihidro kuinon
d. Identifikasi saponin
Sampel sebanyak 5 gram dilarutkan dengan akuades dan dipanaskan
selama 5 menit. Larutan tersebut kemudian disaring dan filtratnya dikocok dengan
kuat. Jika buihnya stabil maka positif saponin.
e. Identifikasi Tanin
Sampel sebanyak 5 gram dilarutkan dengan akuades dan dipanaskan
selama 5 menit. Larutan tersebut kemudian disaring dan filtratnya ditambahkan
dengan 3 tetes FeCl3 10 %. Jika larutan berwarna hitam kehijauan maka positif
tanin.
f. Identifikasi steroid atau triterpenoid
Sampel sebanyak 1 gram ditambahkan dengan etanol panas lalu disaring.
Filtratnya kemudian dipanaskan hingga kering dan ditambahkan dengan 1 mL
dietil eter. Larutan tersebut dihogenkan lalu diambahkan dengan 1 tetes H2SO4
pekat dan 1 tetes CH3COOH anhidrat. Jika larutan berwarna hijau/biru maka
positif steroid dan jika berwarna merah/ungu maka positif triterpenoid.

5. Penetapan kadar flavonoid


Ditimbang 15 mg ekstrak, dilarutkan dalam 10 mL etanol, sehingga
diperoleh konsentrasi 1500 ppm. Dari larutan tersebut dipipet 1 mL kemudian
ditambahkan 1 mL larutan AlCl3 2% dan 1 mL kalium asetat 120 mM. Sampel
diinkubasi selama satu jam pada suhu kamar. Absorbansi ditentukan
menggunakan metode spektrofotometri UV-Vis pada panjang gelombang
maksimum 435 nm. Sampel dibuat dalam tiga replikasi untuk setiap analisis dan
diperoleh nilai rata-rata absorbansi.
6. Uji daya hepatoprotektif
a. Pembuatan suspensi CMC Na 0.5% b/v
Pembuatan suspensi Na CMC 0,5% dilakukan dengan cara sebagai
berikut: sebanyak 0,5 gram Na CMC ditaburkan kedalam beaker glass yang berisi
air suling panas sebanyak 10 mL. Didiamkan selama 15 menit hingga diperoleh
masa yang transparan, digerus hingga terbentuk gel dan diencerkan dengan sedikit
air suling, kemudian dituang ke dalam labu ukur 100 mL, ditambahkan air suling
sampai tanda batas. Suspensi ini digunakan sebagai pembawa ekstrak biji pandan
samak (Sagala, 2018).
b. Pembuatan Suspensi Silymarin
Ditimbang serbuk setara 100 mg silymarin. Serbuk yang ditimbang
ditambahkan Na CMC 0,5% sedikit demi sedikit sambil digerus hingga homogen
lalu dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL. Volume dicukupkan dengan suspensi
Na CMC 0,5% sampai garis tanda batas(Okokon et al., 2017).
c. Pembuatan suspensi parasetamol
Suspensi parasetamol dalam suspensi Na CMC 0,5% dibuat dengan cara
timbang setara 1 gram serbuk parasetamol yang telah ditimbang ke dalam
suspensi Na CMC 0,5% di dalam lumpang, digerus hingga homogen lalu
dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL. Volume dicukupkan dengan suspensi Na
CMC 0,5% sampai garis tanda (Sagala, 2018).
d. Perlakuan ekstrak atau silymarin (200 mg/kg) )
Tikus diberi perlakuan ekstrak dengan 3 tingkatan dosis (300, 600 atau
900 mg/kg bb), atau diberi suspensi silymarin (sebagai senyawa pembanding yang
bersifat hepatoprotektif) dengan dosis 200 mg/kg bb selama 14 hari. Ekstrak
ataupun suspensi/larutan silymarin diberikan per oral, sekali sehari, menggunakan
sonde lambung.
e. Induksi hepatotoksik
Induksi hepatotoksik dilakukan mengacu pada metode yang dilakukan
para peneliti lain yaitu (Freitag et al., 2015) ; (Hanafy et al., 2016) ; (Okokon et
al., 2017) dengan sedikit modifikasi. Induksi dilakukan menggunakan
parasetamol per oral, dengan dosis tunggal 3 g/kg bb. Parasetamol disuspensikan
dalam CMC 0,5%. Suspensi parasetamol sebanyak 2 mL diberikan per oral pada
hari ke 12 (dua hari sebelum akhir percobaan)
f. Pengambilan darah hewan uji
Sebelum hari pengambilan darah (hari ke-14), hewan uji dipuasakan 12
jam, semua hewan uji dibius dengan etileter dalam wadah tertutup, lalu dilakukan
perabaan posisi jantung (dapat juga: tikus dibedah, lalu darah diambil langsung
dari jantung), dan darah diambil langsung dari jantung (intrakardial) dengan
menggunakan spuit 3 mL. Darah ditampung di dalam tabung sentrifugasi dengan
mengalirkannya secara perlahan-lahan melalui dinding tabung, lalu disentrifugasi
selama 10 menit dengan kecepatan 4000 – 5000 rpm untuk mendapatkan
serumnya. Serum yang diperoleh digunakan untuk menentukan aktivitas Bilirubin
Total, Bilirubin Direk, Albumin dan Gamma GT.

g. Penentuan Kadar Bilirubin Total, Direk, Albumin, dan Gamma GT


dalam Serum
Penentuan aktivitas Bilirubin Total, Bilirubin Direk, Albumin dan
Gamma GT dilakukan dengan alat Automatic Analyzer merk Biotechnica 3500
metode End Point , adapun prosedur kerja sebagai berikut :
1) Bilirubin Total
Dimasukkan 25 µL serum ke dalam kuvet, ditambahkan 1000 µL reagen 1
Bilirubin Total (Phosphate buffer dan NaCl), diinkubasi selama 5 menit pada suhu
37oC, ditambahkan 250 µL reagen 2 Bilirubin Total (2,4-Dichlorophenyl-
diazonium salt dan HCl) lalu inkubasi selama 5 menit, dan dihomogenkan. Diukur
absorban pada panjang gelombang 546 nm dan dicatat nilai absorbansinya.
2) Bilirubin Direk
Dimasukkan 50 µL serum ke dalam kuvet, ditambahkan 1000 µL reagen 1
Bilirubin Direk (EDTA-Na2 dan Sulfamic acid), diinkubasi selama 3-5 menit pada
suhu 37oC, ditambahkan 250 µL reagen 2 Bilirubin Direk (2,4-Dichlorophenyl-
diazonium salt, HCl dan EDTA-Na2) dan dihomogenkan. Diukur absorban pada
panjang gelombang 546 nm, dicatat nilai absorbansinya.
3) Albumin
Dimasukkan 10 µL serum ke dalam kuvet, ditambahkan 1000 µL reagen
Albumin (Citrate buffer, pH 4.2 dan Bromocresol green), diinkubasi selama 10
menit pada suhu 37oC, lalu diukur absorban pada panjang gelombang 546 nm,
dicatat nilai absorbansinya.
4) Gamma GT
Dimasukkan 100 µL serum ke dalam kuvet, ditambahkan 1000 µL reagen
1 (Glycylglycine dan Tris, pH 8.25), diinkubasi selama 1 menit pada suhu 37 oC,
lalu ditambahkan 250 µL reagen 2 (L-Gamma-Glutamyl-3- dan Carboxy-4-
Nitroanilide) dan dihomogenkan. Diukur absorban pada panjang gelombang 546
nm, dicatat nilai absorbansinya.
i. Alur kerja penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) menggunakan hewan percobaan berupa tikus
putih (Rattus norvegicus) galur Sprague Dawley. Adapun alur penelitian
digambarkan pada Gambar 1.

30 ekor tikus putih Sprague Dawley

Tikus dikelompokan secara random dalam 6 kelompok

Adaptasi 7 hari

Kontrol sehat Kontrol (KSy) (KE1) (KE2) (KE3)


(KS) hepatotoksik (KP)
Tikus diberi Tikus diberi Tikus diberi Tikus diberi
Tikus diberi Tikus diberi pakan pakan standar pakan standar pakan standar pakan standar
pakan standar standar dan diberi dan diberi dan diberi dan diberi dan diberi
selama 14 hari parasetamol 3 g/Kg silymarin 200 ekstrak EMBPS ekstrak EMBPS ekstrak EMBPS
BB 2 hari sebelum mg/Kg BB konsentrasi 300 konsentrasi 600 konsentrasi 900
akhir percobaan selama 19 hari mg/KgBB mg/KgBB mg/KgBB
selama 14 hari selama 14 hari selama 14 hari

Seluruh tikus dipuasakan selama 12 jam

Pada hari 15, darah diambil dari jantung

Tikus diambil darahnya dilakukan pemeriksaan kadar Bilirubin total,


Bilirubin direk, Albumin, dan Gamma GT dalam Serum

Gambar 1. Alur penelitian


E. Analisis data
Analisis data yang digunakan adalah uji ANOVA satu arah dengan
bantuan program SPSS 23. Jika ada perbedaan yang nyata (Signifikan) maka
dilanjutkan dengan uji LSD (uji beda nyata antar perlakuan).
DAFTAR PUSTAKA

Adkar PP, Bhaskar VH. 2014. Pandanus odoratissimus (Kewda): A Review on


Ethnopharmacology, Phytochemistry, and Nutritional Aspects. Adv
Pharmacol Sci 2014: 1-19
Candra AA. 2017. Aktivitas Hepatoprotektor Temulawak pada Ayam yang
Diinduksi Pemberian Parasetamol. Jurnal Penelitian Pertanian Terapan
13: 137-143
Freitag AF, Cardia GF, da Rocha BA, et al. 2015. Hepatoprotective Effect of
Silymarin (Silybum marianum) on Hepatotoxicity Induced by
Acetaminophen in Spontaneously Hypertensive Rats. Evid Based
Complement Alternat Med 2015: 1-8
Hanafy A, Aldawsari HM, Badr JM, et al. 2016. Evaluation of Hepatoprotective
Activity of Adansonia digitata Extract on Acetaminophen-Induced
Hepatotoxicity in Rats. Evid Based Complement Alternat Med 2016: 1-7
Mishra G, Khosa RL, Singh P, et al. 2015. Hepatoprotective Potential Of
Ethanolic Extract Of Pandanus Odoratissimus Root Against Paracetamol-
Induced Hepatotoxicity In Rats. J Pharm Bioallied Sci 7: 45-48
Okokon JE, Simeon JO, Umoh EE. 2017. Hepatoprotective activity of the extract
of. Avicenna J Phytomed 7: 27-36
Putri PA, Mustafidah H. 2011. Sistem Pakar untuk Mendiagnosa Penyakit Hati
Menggunakan Metode Forward Chaining. JUITA: Jurnal Informatika 1: 1-
13
Rao BG, Rao YV, Rao TM. 2013. Hepatoprotective and antioxidant capacity of
Melochia corchorifolia extracts. Asian Pac J Trop Med 6: 537-543
Sagala FRA. 2018. Uji Aktivitas Hepatoprotektif Ekstrak Etanol Daun Pandan
Wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) pada Tikus Jantan yang Diinduksi
dengan Parasetamol. Universitas Sumatera Utara 1: 1-89

Anda mungkin juga menyukai