Anda di halaman 1dari 185

1

RAKERKESNAS 2018

Sinergisme Pusat dan Daerah


dalam Mewujudkan
Universal Health Coverage (UHC) melalui

PERCEPATAN ELIMINASI
TUBERKULOSIS

KEMENTERIAN KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
DAFTAR ISI
BAB I
Pendahuluan: Beban Tuberkulosis di Indonesia

BAB II
Strategi Eliminasi Tuberkulosis di Indonesia: Tantangan Missing Cases

BAB III
Kepemimpinan Eliminasi Tuberkulosis:
Memperkuat Komitmen di Kabupaten/Kota

BAB IV
Akses Layanan Tuberkulosis: Menuju Universal Health Coverage

BAB V
Kemitraan Multisektoral: Memperkuat Sinergisme Eliminasi Tuberkulosis

BAB VI
Informasi Tuberkulosis: Data untuk Aksi Strategis dan Inovasi

DAFTAR LAMPIRAN
Insiden Tuberkulosis per Kabupaten/Kota 2017-2020
Profil Program Penanggulangan Tuberkulosis per Kab/Kota
Kontribusi Pembiayaan Program Tuberkulosis
Bersumber APBD Provinsi dan Kab/Kota
The First WHO Global Ministerial Conference Ending TB in the Sustainable
Development Era
Kontribusi Lintas Sektoral
Sambutan Menteri Dalam Negeri
Metodologi Perhitungan Tuberkulosis
Publikasi Tuberkulosis
Tim Penyusun

Pengarah Wiendra Waworuntu


Ketua: Asik Surya
Anggota: Yullita Evarini Yuzwar, Nurjanah, Sulistyo, Endang Lukitosari,
Retno Kusuma Dewi, Sity Kunarisasi, Budiarti Setyaningsih,
Nurul Badriyah, Suhardini, Rina Handayani, Novayanti Tangirerung,
Rudy Hutagalung, Totok Haryanto, Ratna Diliana Sagala, Mat Izi,
Dwi Asmara, Harsana, Rizka Nur Fadila, Helmi Suryani Nasution,
Amelia Yuri Karlinda, Shena Masyita Deviernur, Alfi Lailiyah,
Andini Ayu Lestari, Dewi Nuryana, Trishanty Rondonuwu, Reza Putra
SAMBUTAN
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
PADA PERTEMUAN
AKSELERASI MENUJU INDONESIA BEBAS TB
JAKARTA, 4 DESEMBER 2017

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,


Salam Sejahtera Bagi Kita Semua,
Selamat Pagi,

Yang terhormat,
• Bapak Menteri Dalam Negeri,
• Bapak Ketua Komisi IX DPR RI,
• Deputi Bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat, dan Kebudayaan, Kemenko
PMK,
• Para Direktur Utama, Direktur Rumah Sakit Vertikal, RSUD dan RS Swasta,
• Para Kepala Balai /Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat,
• Para Pejabat di lingkungan Kementerian Kesehatan dan Kementerian/Lembaga
lainnya,
• Para Sekretaris Daerah, Kepala Bappeda dan Para Kepala Dinas Kesehatan
Provinsi/Kabupaten/Kota yang hadir,
• Wakil-wakil dari Organisasi Profesi, Organisasi Keagamaan, Organisasi
Kemasyarakatan dan Mitra Internasional,

Hadirin yang saya banggakan,


Marilah kita panjatkan puji syukur ke hadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas rahmat
dan karunia-Nya sehingga kita dapat mengikuti Pertemuan Akselerasi Menuju Indonesia
Bebas TB hari ini.
Saya sampaikan terima kasih dan penghargaan kepada Bapak Menteri Dalam Negeri,
Bapak Ketua Komisi IX DPR RI dan segenap hadirin yang telah berkenan meluangkan waktu
serta meringankan langkah untuk mengikuti pertemuan ini.
Pertemuan ini sangat penting, karena dimaksudkan untuk membahas upaya
mempercepat tercapainya Eliminasi TB menuju Indonesia Bebas TB. Upaya ini sangat relevan
dengan arahan Bapak Presiden Joko Widodo dalam Rapat Kerja Kesehatan Nasional tahun ini

2
yang mengajak semua pihak untuk bersama-sama memberantas penyakit menular
termasuk Tuberkulosis atau TB.

Saudara-saudara,
Seperti telah kita pahami, Indonesia merupakan salah satu dari negara dengan beban
TB tinggi. WHO Global TB Report 2017 memperkirakan jumlah kasus TB sebanyak 1.020.000
kasus serta mortalitas TB 110.000 kasus. Masyarakat Indonesia berisiko tertular TB karena TB
dapat ditularkan melalui udara. Terutama jika pasien TB berbicara, batuk atau bersin dan
berdekatan dengan orang lain. Risiko penularan dapat dikurangi jika semua pasien TB dapat
ditemukan dan diobati sampai sembuh. Padahal dari 1.020.000 baru 35 persen pasien TB
yang diobati, sisanya masih belum diobati atau sudah diobati tetapi belum dilaporkan
kepada Kementerian Kesehatan sehingga monitoring–evaluasi tentang kemajuan
Penanggulangan TB belum dapat dilakukan dengan tepat. Dengan demikian saat ini kita
masih berisiko tertular TB.
Salah satu tantangan yang perlu kita sikapi dengan sungguh-sungguh adalah
meningkatkan pemahaman dan komitmen para pengambil kebijakan di setiap tingkat
administrasi tentang pentingnya Penanggulangan TB dengan sumber daya yang cukup
untuk
1. penemuan dan pengobatan TB;
2. pencegahan dan penanggulangan faktor risiko;
3. sosialisasi, advokasi, edukasi, dan pemberdayaan masyarakat; serta
4. penelitan dan pengembangan.

Dewasa ini, masih ada kelompok masyarakat yang belum dapat menjangkau layanan
TB. Antara lain, di Daerah Terpencil, Perbatasan dan Kepulauan (DTPK), serta di daerah risiko
tinggi TB seperti daerah kumuh, masyarakat miskin, lokasi padat, perkotaan, pelabuhan,
industri, serta lingkungan terkumpul seperti pondok pesantren/asrama dan lapas/rutan.
Pemerintah telah melaksanakan Program Pengendalian TB Nasional secara
berkelanjutan dan melakukan intensifikasi, akselerasi, ekstensifikasi serta inovasi program
yang mengacu pada
1. Strategi Nasional Pengendalian TB 2016-2020;
2. Peta Jalan Pengendalian TB Nasional untuk Eliminasi TB pada 2030; dan
3. Rencana Aksi Daerah (RAD) di beberapa Provinsi dan Kabupaten/Kota.

Apresiasi saya sampaikan kepada Pemda Provinsi Kabupaten/Kota yang telah berhasil
menyelesaikan penyusunan Rencana Aksi Daerah.
Pada kesempatan yang baik ini, saya menghimbau agar setiap Pemerintah Daerah di
Indonesia mempunyai rencana pengendalian TB yang didukung pembiayaan APBD atau
Swasta. Dengan demikian, setiap daerah mempunyai rencana yang spesifik untuk
pelaksanaan program lima tahun mendatang yang dikerjakan bersama-sama baik oleh Dinas
Kesehatan, Dinas terkait lainnya secara komprehensif dengan kolaborasi multi-sektor.

3
Kolaborasi di tingkat Pemerintah Pusat dan Daerah dan kolaborasi dengan kalangan
swasta dan dunia usaha, organisasi kemasyarakatan/keagamaan/profesi serta berbagai
pemangku kepentingan lainnya untuk bersama-sama mengakhiri TB dan menjadikan TB
sebagai urusan bersama adalah sangat penting. Saya berharap agar Saudara-saudara yang
mewakili Provinsi/Kabupaten/Kota memberikan komitmen kuat dan menjadikan TB sebagai
salah satu agenda prioritas daerah agar masyarakat kita Bebas TB. Pada pertemuan ini kita
akan mengkonsolidasikan tekad dan semangat kita untuk mencapai Eliminasi TB di tahun
2030.

Saudara-saudara,
Bagian yang juga sangat penting dalam Penanggulangan TB dan memerlukan
dukungan lintas sektor Pemerintah adalah pencegahan dan pengendalian faktor risiko TB,
yaitu:
1. mengubah lingkungan yang padat dan kumuh menjadi lingkungan sehat untuk
mencegah risiko penularan TB;
2. menyediakan rumah sehat dengan ventilasi cukup agar keluarga hidup dalam
lingkungan sehat;
3. pembudayaan perilaku bersih dan sehat pada murid sekolah untuk mencegah
penularan penyakit menular, termasuk TB;
4. meningkatkan sosial, ekonomi, dan pendidikan masyarakat; dan
5. meningkatkan dukungan bagi alokasi anggaran yang cukup untuk Penanggulangan
TB.

Saya berharap agar penyediaan dana yang mencukupi sesuai Peta Jalan Eliminasi
Tuberkulosis di Indonesia sepanjang 10-15 tahun ke depan dapat terpenuhi. Kemenkes telah
berkoordinasi dengan Bappenas tentang peningkatan pendanaan dan perencanaan terpadu
yang melibatkan sektor terkait dan komunitas. Peningkatan pendanaan bersumber APBN ini
sangat penting karena bantuan luar negeri untuk Penanggulangan TB di Indonesia akan
segera berakhir. Exit strategy pendanaan Untuk Penanggulangan TB dengan dukungan APBN,
APBD, dan dana yang bersumber dari organisasi masyarakat/filantropis perlu dijajaki.

Saudara-saudara,
Pada kesempatan yang baik ini saya perlu mengingatkan bahwa dengan terbitnya
Permenkes tentang Rumah Sakit dan Balai Kesehatan Pelaksana Layanan TB Resisten Obat,
maka ada 360 rumah sakit dan balai kesehatan yang melaksanakan layanan TB Resisten Obat
di 34 provinsi Indonesia. Saya minta agar semua layanan TB Resisten Obat yang mencakup
tata laksana dan pengobatan TB Resisten dilaksanakan dengan sebaik-baiknya mengacu
pada pedoman yang diterbitkan Kementerian Kesehatan.
Dukungan logistik, berupa alat diagnostik dan obat disediakan oleh Kementerian
Kesehatan. Sedangkan biaya untuk layanan memanfaatkan biaya yang ada di rumah sakit
yang bersumber APBN, bantuan luar negeri, dan JKN – sesuai perjanjian.

4
Saudara-saudara,
Masalah TB adalah masalah kesehatan yang telah lama dihadapi berbagai negara di
dunia, termasuk Indonesia. Oleh karena itu, Pemerintah mempunyai komitmen kuat untuk
segera mencapai Eliminasi TB guna mewujudkan Indonesia Bebas TB. Meski demikian,
komitmen yang kuat saja belum cukup jika tidak didukung oleh seluruh jajaran Pemerintah
di Pusat dan Daerah serta seluruh lapisan masyarakat, termasuk: kalangan swasta, dunia
usaha, organisasi profesi, organisasi keagamaan dan organisasi kemasyarakatan, bahkan
keluarga dan para individu anggota masyarakat.
Dalam the First Global Ministerial Conference Ending TB in the Sustainable
Development Era yang diadakan di Moskow tanggal 16-17 November yang lalu, antara lain
dibahas bahwa:
• dukungan lintas sektor dan dukungan seluruh lapisan masyarakat sangat
menentukan keberhasilan pencapaian eliminasi TB. dukungan yang diperlukan
mencakup dukungan dalam pelaksanaan kegiatan dan dukungan dalam sumber
daya untuk
1. penemuan dan pengobatan kasus TB;
2. sosialisasi, advokasi dan edukasi;
3. pencegahan dan pengendalian faktor risiko; serta
4. penelitian dan pengembangan.
• masalah TB bukan hanya dihadapi negara berkembang, melainkan juga menjadi
masalah di negara maju, terutama karena derasnya arus globalisasi transportasi dan
migrasi penduduk antar negara.
• tantangan berat yang harus disikapi dengan tepat oleh semua negara di dunia adalah
1. menemukan semua kasus TB untuk diobati sampai sembuh;
2. penularan TB melalui udara atau droplet infection berpotensi menyebar dalam
keluarga, tempat kerja, sekolah, dan tempat umum lainnya;
3. pengobatan TB yang makan yang waktu lama berisiko terjadinya
ketidakpatuhan minum obat; dan
4. munculnya masalah TB resisten obat perlu mendapat perhatian dalam
pengobatan dan pencegahan penularannya.
• upaya pencegahan dan penanggulangan faktor risiko TB perlu mendapat perhatian
sungguh-sungguh agar munculnya kasus-baru TB dapat ditekan. selain itu, upaya
penelitian pengembangan harus ditingkatkan karena banyak aspek penyakit dan
penanggulangan TB yang belum dipahami dengan baik serta perlunya ditemukan
vaksin TB untuk orang dewasa dan rejimen pengobatan TB yang lebih pendek.

Dalam konferensi ini, Indonesia menyatakan telah memberikan komitmen kuat


untuk mencapai Eliminasi Tuberkulosis 2030 Menuju Indonesia Bebas TB dengan strategi:

5
1. Pelaksanaan exit strategy untuk menyikapi berakhirnya program bantuan LN untuk TB;
2. Melaksanakan kampanye germas dan perluasan cakupan pendekatan keluarga;
3. Pelaksanaan active case finding dan pemberdayaan masyarakat;
4. Optimalisasi jaminan kesehatan nasional (jkn) untuk penanggulangan TB;
5. Pengembangan dan pelaksanaan jejaring layanan pemerintah-swasta (public-private mix);
6. Peningkatan penelitian pengembangan di bidang kesehatan masyarakat dan
dukungan manajemen penanggulangan TB.

Saudara-saudara,
Pemerintah bersama seluruh masyarakat mempunyai komitmen kuat untuk
mewujudkan Indonesia Bebas TB. Oleh karena itu, Indonesia mendukung konferensi TB di
Moskow yang bertujuan memperkuat komitmen semua negara di dunia untuk mewujudkan
eliminasi TB tahun 2030 Menuju Dunia Bebas TB dengan dukungan serta kontribusi seluruh
jajaran lintas sektor bersama masyarakat.
Kita bersyukur bahwa seluruh jajaran lintas sektor Indonesia bersama masyarakat
mempunyai komitmen yang kuat dalam mewujudkan Indonesia Bebas TB. Pertemuan ini
dimaksudkan untuk semakin memperkuat kontribusi seluruh jajaran lintas sektor dan
masyarakat dalam mencapai eliminasi TB 2030 Menuju Indonesia Bebas TB. Kontribusi untuk
mencapai eliminasi TB 2030 diperlukan dari masing-masing sektor dan seluruh elemen
masyarakat.
Demikianlah pesan dan harapan saya pada pertemuan yang penting ini. Semoga
pertemuan ini akan menghasilkan kesepakatan bagi suksesnya upaya kita mewujudkan
Indonesia Bebas TB. Akhirnya, dengan mengucapkan Bismillahirrakhmanirrakhim – dengan
ini Pertemuan Akselerasi Menuju Indonesia Bebas TB saya nyatakan dibuka dengan resmi.
Terima kasih.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

MENTERI KESEHATAN RI

Prof. Dr. dr. Nila Farid Moeloek, Sp.M.(K)

6
BAB I
PENDAHULUAN:
BEBAN TUBERKULOSIS DI INDONESIA

A. Selayang Pandang Penanggulangan Tuberkulosis di Indonesia

Tuberkulosis (TB) atau dikenal dengan nama TBC di Indonesia memiliki sejarah yang
panjang, dan bisa ditelusuri dengan membagi beberapa periode. Pada abad ke
delapan kasus TB tercatat pada salah satu relief di candi Borobudur tergambar
penderita yang kurus kering.

Gambar I.A.1. Di dalam Candi Borobudur terdapat relief pasien Tuberkulosis

Sebelum Indonesia merdeka yaitu di zaman Hindia Belanda ada beberapa catatan
terkait kegiatan TB, yaitu: Perkumpulan Centrale Vereniging Voor Tuberculose
Bestrijding (CVT) dibentuk pada 1908 dan tahun 1939 didirikan 15 sanatorium untuk
perawatan pasien TB paru dan 20 consultatie bureaux yang memberi penyuluhan
dan pengobatan.

Setelah merdeka yaitu pada zaman Orde Lama (1945-1966) didirikan Lembaga
Pemberantasan Penyakit Paru-paru (LP4) didirikan di Yogyakarta. Dikenal dengan
Balai Pemberantasan Penyakit Paru-paru (BP4), lembaga tersebut disebarluaskan
hingga ke 53 lokasi. Pada tahun 1950 Jenderal Soedirman meninggal karena TB.

1
Gambar I.A.2. Patung Jenderal Soedirman di Jakarta

Zaman Orde Baru

Pada kurun 1969-1973: Tanggung jawab penanganan TB dialihkan dari BP4 ke ke


Direktorat Jenderal Pemberantasan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Menular
(P4M) Depkes RI. Program pemberantasan TB terkait erat dengan program
pencegahan TB melalui imunisasi BCG, yang dikenal dengan Program
Pemberantasan Tuberkulosis (TBC) dan BCG atau sering disebut sebagai P2TBC/BCG.
Penemuan pasien TB telah dimulai dengan pemeriksaan dahak dan masa
pengobatan berlangsung selama 1-2 tahun.

Pada kurun 1976–1994: Masa pengobatan menjadi lebih singkat, yakni dari 1-2
tahun menjadi 6 bulan dimulai uji coba strategi Directly Observed Treatment Short-
course (DOTS) untuk kali pertama.

Zaman Reformasi (1998-Sekarang)

• 1999: Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Dr. dr. Achmad Sujudi, MHA
membentuk Gerakan Terpadu Nasional TB pada 24 Maret sebagai cikal bakal
kemitraan TB Indonesia.
• 2004: Survei prevalensi TB secara nasional dilakukan bersama Litbangkes
Departemen Kesehatan RI
• 2006: Survei resistensi obat TB dilakukan pertama kali di Indonesia.
• 2009: Program Nasional Pengendalian TB Resistan Obat di Indonesia mulai
diterapkan.
• 2010: Strategi nasional program pengendalian TB berfokus pada penyediaan
layanan TB berkualitas secara universal dengan menerapkan Jejaring
Layanan Pemerintah Swasta atau Public Private Mix (PPM)
• 2013-2014: Survei prevalensi TB secara nasional menggunakan metode yang
sangat sensitif sesuai dengan rekomendasi WHO.

2
• 2014: Sesuai indikator berbasis mikroskopis, Indonesia mencapai target
MDGs dan telah menerima MDGs award atas prestasi yang dicapai.
• 2014: Indonesia meluncurkan pendekatan Keluarga Kesehatan dan Gerakan
Masyarakat Kesehatan yang memasukkan penemuan pasien TB sebagai salah
satu indikatornya. Dalam hal ini Puskesmas bertanggung jawab untuk
melaksankan intervensi pendekatan keluarga termasuk dalam
penanggulangan TB di wilayah mereka.
• 2015: TB menjadi salah satu target Rencana Nasional Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019, dan menjadi program prioritas
Presiden, menjadi salh satu dari 12 standar layanan minimum (SPM), dimana
pemerintah melakukan evaluasi kinerja dan akuntabilitasnya dalam
memberikan pelayanan publik. Saat ini SPM sedang berproses menjadi
rancangan peraturan pemerintah (RPP).
• 2016: Indonesia merivisi strategi penanggulangan TB di Indonesia sesuai
dengan hasil survai prevalens TB terbaru yang jauh lebih akurat. Penemuan
dilakukan secara intensif, aktif dan masif. Jejaring layanan TB disempurnakan
menjadi berbasis kabupaten/kota, district-based public-private mix.
• Pengembangan strategi berdasarkan tantangan yag dihadapi program dan
target yanga harus dicapai. Gambar berikut menampilkan perkebangan
strategi penanggulangan TB yang dikembangkan di Indonesia sejak tahun
1995.

Gambar I.A.3. Perkembangan strategi penanggulangan TB di Indonesia.

Strategi STOP TB 2006-


2015
Perluasan pelayanan DOTS
Strategi DOTS 1995-2005 yang bermutu Strategi Eliminasi TB
Komitmen politis Menangani tantangan TB- Penguatan kepemimpinan
HIV, MDR, serta masyarakat program berbasis kab/kota
Penemuan kasus secara
pasif melalui mikroskopis rentan Meningkatkan akses
Melibatkan seluruh layanan TB bermutu
Pengobatan standar
dengan paduan jangka penyedia layanan Pengendalian faktor risiko
pendek Memberdayakan Penguatan kemitraan
Sistem pengelolaan masyarakat
Peningkatan kemandirian
ketersediaan OAT Memperkuat sistem masyarakat
Sistem monitoring dan kesehatan
Memperkuat sistem
evaluasi pasien dan Meningkatkan komitmen kesehatan, informasi
program pemerintah strategis dan manajemen
Penelitian serta
pengembangan penelitian
dan informasi strategis

3
B. Beban Tuberkulosis di Indonesia

Pada 2013-2014, dilakukan Survai Prevalensi TB Nasional, menggunakan metodologi


sesuai yang direkomendasikan oleh Global Task Force WHO. Survei ini menggunakan
metode yang sensitif dan akurat meliputi skrining dengan wawancara individual dan
radiografi digital langsung, dan diagnosis berdasarkan pemeriksaan hapusan
mikroskopis, biakan/kultur dan molekuler. Prevalensi TB paru yang berdasarkan
konfirmasi secara bakteriologis antara populasi berusia 15 tahun ke atas adalah 759
per 100.000. Survei ini menunjukkan prevalensi TB 2,4 kali lebih tinggi dibanding
dengan metode sebelumnya yang menggunakan mikroskopis.

Tabel I.B.1. Ringkasan Hasil Survei Prevalensi TB 2013-2014

Karakteristik Mikroskopis BTA+ Bakteriologis

Nasional 257 (210-303) 759 (590-961)

Jenis Kelamin

Laki-laki 393 (315-471) 1,083 (873-1,337)

Perempuan 131 (88-174) 461 (354-591)

Wilayah

Sumatra 307 (208-407) 913 (697-1,177)

Jawa-Bali 217 (147-287) 593 (447-771)

Lain2 260 (184-336) 842 (635-1,092)

Urban/Rural

Urban 282 (220-345) 846 (678-1,048)

Rural 231 (163-300) 674 (512-874)

Hasil Survei Prevalensi TB tahun 2013-2014, menyimpulkan:


• Angka prevalensi TB paru di Indonesia dengan konfirmasi bakteriologis 2,4
kali lipat dibanding dengan metode mikroskopis.
• Jika dilihat berdasarkan kawasan, prevalensi TB tertinggi ada di kawasan
Sumatra, kawasan Jawa dan Bali terendah dan kawasan selebihnya ada
diantara keduanya.
• Angka prevalensi TB paling tinggi di kelompok yang berumur tua (≥ 55 tahun).
Beban TB absolut masih sangat tinggi di kalangan yang berumur produktif.
• Perkotaan lebih tinggi angka prevalensi TB-nya dibandingkan dengan
pedesaan.

4
• Laki-laki lebih tinggi angka prevalensi TB-nya dibandingkan dengan
perempuan.

Berdasarkan hasil survei tersebut, tidak berarti bahwa kasus TB di Indonesia


meningkat tetapi lebih tinggi dari yang diperkirakan. Estimasi angka insidensi,
prevelansi dan angka mortalitas TB juga disesuaikan. Berikut perbandingan angka
prevalensi, insidens dan moralitas sebelum dan setelah dilakukan survei prevalensi
secara nasional.

Gambar I.B.1. Tren Beban TB di Indonesia: Sebelum dan Sesudah Survei Prevalensi TB Nasional 2013/2014

WHO memperkirakan prevalensi berdasarkan bakteriologis tersebut ada 1.600.000


kasus TB di Indonesia pada tahun 2013-2014. Sementara perkiraan insidense tahun
2016 sebesar 1.020.000 atau 391 per 100.000 penduduk. sedangkan TB-HIV sebesar
45.000 kasus pertahun dengan insiden TB-HIV sebesar 17 per 100.000 penduduk
dan kematian karena TB diperkirakan sebesar 110.000 dengan angka kematian TB
sebesar 42 per 100.000 penduduk, dan kematian TB-HIV sebesar 13.000 dengan
angka kematian 5,1 per 100.000 penduduk.

Dengan insiden sebesar 1.020.000 kasus pertahun dan notifikasi kasus TB sebesar
365.565 kasus maka masih ada sekitar 64% yang belum ternotifikasi baik yang
belum terjangkau, belum terdeteksi maupun tidak terlaporkan.

Data berikut menunjukkan besar masalah TB baik dari data yang tidak terlaporkan
maupun insiden kasus TB Indonesia pada tingkat global.

5
Gambar I.B.2. Kasus yang tidak terlaporkan dan insiden TB Indonesia pada tingkat global

WHO memperkirakan ada 32.000 kasus MDR di Indonesia. Pada 2016 kasus TB yang
tercatat di program ada sejumlah 330.000 kasus, yang mana dari kasus tersebut
diperkirakan ada 8.800-13.000 MDR/RR-TB, (perkiraan 2,8% dari yang baru dan 16%
dari pasien TB yang diobati sebelumnya), tetapi cakupan yang diobati baru sekitar
20%.

Penurunan insiden TB diperkirakan kurang dari 1% per tahun, dan penurunan


prevalens TB dan kematian akibat TB diperkirakan sebesar 2% per tahun sejak 1990
(WHO 2016). Penurunan ini nampak kurang drastis karena penemuan dan
pengobatan selama ini tidak meningkat secara tajam yaitu sekitar 30% sejak 2011,
seperti yang ditunjukkan pada gambar di bawah ini.

Gambar I.B.3. Kecenderungan insidens dan kematian TB di Indonesia sejak tahun 2000.

6
Tabel I.B.2. Hasil survei prevalensi TB Tahun 2013-2014 dan estimasi beban TB

Gambaran beban kasus atau jumlah kasus TB absolut per kabupaten/kota bervariasi
besar. Pada gambar di bawah nampak bahwa semakin gelap semakin besar beban
kasus TB-nya. Seluruh Kabupaten/kota di pulau Jawa dan sebagian besar di pulau
Sumatera tergolong kabupaten dengan beban TB yang tinggi. Hal ini mengingat
jumlah penduduk di wilayahnya juga tinggi sehingga secara absolut tinggi. Situasi
sebaliknya terjadi di sebagian besar wilayah Indonesia timur, walaupun angka
insidens per 100.000 penduduk tergolong tinggi, sebagaimana ditunjukkan pada
gambar berikut.

Gambar I.B.4. Beban atau jumlah kasus TB absolut per kabupaten/kota pada 2016

7
Gambar I.B.5. Insiden TB per/100.000 penduduk per kabupaten/kota pada tahun 2016

C. Perilaku Pencarian Layanan Pasien TB (Health Seeking Behavior)

Untuk mengetahui perilaku pencarian pengobatan TB, dilakukan metodologi patient-


pathway analysis (PPA) yang digunakan untuk menilai kesesuaian antara pencarian
pelayanan kesehatan dengan ketersediaan diagnosis TB dan pelayanan pengobatan.
Sumber data yang digunakan adalah Survei Prevalensi TB Tahun 2013-2014, Riset
Fasilitas Kesehatan tahun 2011, Riset Kesehatan Dasar Tahun 2010, dan data
surveilans TB. Berdasarkan hasil PPA tersebut, 75% suspek TB mencari pengobatan
di sektor swasta. Lebih dari separuh pasien mencari pengobatan di toko obat dan
apotek.

Gambar I.C.1. Alur perilaku pencarian layanan pasien TB

8
Berdasarkan hasil Survei Prevalensi TB tahun 2013-2014, di antara Di antara
partisipan yang mendapat pengobatan TB, sebesar 63% partisipan berobat ke
fasilitas pemerintah. Masih ada 1,6% berobat ke praktek perawat/bidan, apotik dan
lainnya. Dari partisipan yang mendapat pengobatan TB ternyata masih ada 40,2%
sudah tidak minum obat lagi sebelum dinyatakan sembuh oleh tenaga kesehatan
diantaranya alasan terbanyak karena sudah merasa enakan/ tidak ada gejala lagi.

Dari partisipan yang pernah didiagnosis TB, partisipan di antaranya tidak pernah
mendapat pengobatan dengan alasan tidak mempunyai uang, tidak mempunyai
transportasi atau orang yang mengambil obat, tidak ada obat di fasilitas kesehatan,
takut efek samping, dan alasan lainnya.

D. Biaya Pengobatan Pasien TB dan Kerugian Ekonomis

Biaya dibagi menjadi 4 golongan, yaitu biaya layanan media, biaya rumah tangga,
kehilangan produktivitas karena sakit/kecacatan dan kehilangan produktivitas
karena kematian dini karena TB.

Beban terbesar dari total biaya berasal dari kehilangan waktu produktif karena
kecacatan dan kematian dini.

9
Tabel I.D.1. Beban dan Kerugian Ekonomis Pasien

Biaya rata-rata TB-MDR yang TB yang tidak TB-MDR yang


TB yang diobati
per pasien (Rp) diobati diobati tidak diobati

Biaya layanan
3.182.314 140.527.162
medis

Biaya rumah
191.212 5.654.412 191.212 5.654.412
tangga

Kehilangan
produktivitas 4.288.612 9.656.206 41.861.770 41.861.770
kecacatan

Kehilangan
produktivitas 21.702.562 84.105.964 112.965.318 223.704.382
kematian dini

Total biaya rata


29.364.700 239.943.744 155.018.300 271.220.564
rata per pasien

US$1 = Rp13.658

10
BAB II
STRATEGI ELIMINASI TB DI INDONESIA:
TANTANGAN MISSING CASES
A. Pencapaian Program Penanggulangan TB di Indonesia

1. Penemuan dan Keberhasilan Pengobatan

Cakupan penemuan kasus TB (case detection rate/CDR) adalah persentase jumlah


kasus TB yang telah ditemukan dan diobati serta dilaporkan kepada program dibagi
dengan jumlah perkiraan kasus yang ada di daerah tersebut.

Angka keberhasilan pengobatan pasien TB (success rate/SR) adalah persentase


pasien yang menyelesaikan pengobatannya berdasarkan kohort pengobatan.
Biasanya dihitung setelah 1 tahun, diperkirakan seluruh pasien tersebut telah
menyelesaikan pengobatannya. Baik penemuan kasus maupun angka keberhasilan
pengobatan sebagai unit analisis menggunakan tingkat kabupaten/kota. Selanjutnya
provinsi menggunakan angka tersebut untuk menghitung angka cakupan
pengobatan dan angka keberhasilan pegobatan TB untuk tingkat provinsi.

Gambar II.A.1.1. menunjukkan penemuan kasus relatif landai dari 2011 sampai
2015, yaitu pada kisasran 30% dari total kasus yang diperkirakan, baik yang belum
terakses, maupun yang belum ternotifikasi. Pada 2016 dan 2017 notifikasi kasus TB
kecenderungan meningkat drastis, setelah diperkenalkannya perubahan strategi
nasional yang baru terutama dalam hal penemuan kasus TB. Dari perkiraan
1.020.000 kasus TB sebanyak 360.565 kasus TB dilaporkan ke program menjadikan
angka penemuan kasus menjadi 36% dan hal ini semakin mengurangi missing
cases dari 680.000 pada 2015 menjadi sekitar 640.000 pada 2016. Pada 2017,
terjadi peningkatan dan 401.130 kasus TB dilaporkan ke dalam SITT.

Gambar II.A.1.1. Keberhasilan Peningkatan Penemuan Kasus TB 1999-2016

11
Secara epidemiologis agar memberikan dampak yang bermakna dalam penurunan
prevalens dan insiden maka program diharapkan minimal mencapai angka
penemuan kasus diatas 70% dan angka keberhasilan pengobatan lebih dari 85%.

Berdasarkan hasil laporan tahun 2017, belum ada satu pun provinsi yang mencapai
kedua indikator tersebut, yaitu angka keberhasilan di atas 85% dan angka cakupan
lebih dari 70%. Tetapi banyak provinsi yang telah mencapai salah satu dari target
indikator tersebut. Secara skematis pencapaian ke dua indikator tersebut dapat
digambarkan sebagai berikut.

Gambar II.A.1.2. Angka Penemuan Kasus TB dan Angka Keberhsilan Pengobatan TB 1999-2016

CDR dan SR, 2016


100
NTT KALSEL SULUT
90 LAMPUNG NTB
SULTRA JATIM
JAMBI SUMSEL BANTEN
BENGKULU SULBAR SUMUT JABAR
80 RIAUBABEL
SULTENGSULSEL
KALTIM
SUMBAR
BALIDIY
KALBAR
KALTENG
ACEH KEPRI
DKI JAKARTA
70 JATENG
GORONTALO
MALUT MALUKU
60 KALTARA
PAPUA

50 PAPUA BARAT

40
30
20
10
-
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Angka penemuan kasus diharapkan terus meningkat, minimal lebih dari 70%.
Provinsi yang mencapai lebih dari 70% adalah DKI Jakarta (118% dari pasien yang
diperkirakan ada di wilayah DKI Jakarta). Hal ini bisa dimaklumi selain kemudahan
terhadap akses, banyak layanan yang menjadi pusat rujukan nasional juga pasien
dari wilayah sekitar, seperti Tangerang, Bekasi, Depok, dan Bogor yang lebih mudah
akses ke layanan di DKI Jakarta.

12
Gambar II.A.1.3. Angka Penemuan Kasus TB Tahun 2017

Tingkat keberhasilan pengobatan TB nasional terus dipertahankan tinggi, yakni


sebesar 87%. walaupun di beberapa provinsi masih harus dilakukan peningkatan,
terutama di 11 provinsi dengan angka keberhasilan pengobatan kurang dari 85%.

Gambar II.A.1.4. Keberhasilan Pengobatan Kasus TB 2017

Gambaran lebih detail hasil pengobatan yang meliputi angka keberhasilan, gagal,
default/lost-to-followup/mangkir, meninggal, pindah dan tidak dievaluasi, dapat
dilihat pada gambar berikut.

13
Gambar II.A.1.5. Detail Hasil Pengobatan Kasus TB 2017

PAPUA BARAT
PAPUA
MALUT
MALUKU
NTT
NTB
BALI
SULTRA
SULBAR
SULSEL
SULTENG
GORONTALO Success Rate
SULUT
KALTARA Meninggal
KALTIM
KALSEL Gagal
KALTENG
KALBAR
JATIM Default
DIY
JATENG Pindah
JABAR
DKI JAKARTA Tidak
BANTEN Dievaluasi
LAMPUNG
BENGKULU
BABEL
SUMSEL
JAMBI
KEPRI
RIAU
SUMBAR
SUMUT
ACEH
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%

Angka penemuan kasus (case detection rate) menunjukkan berapa cakupan


pengobatan pasien yang diperkirakan ada di dalam kabupaten/kota. Peta tersebut
menggambarkan bahwa semakin hijau semakin tinggi cakupannya. Semakin cokelat
semakin rendah cakupannya. Kinerja kabupaten/kota dalam pencapaian penemuan
kasus ditunjukkan di dalam Gambar II.A.1.6.

Gambar II.A.1.6. Angka deteksi kasus TB per kabupaten pada tahun 2016

Secara umum kecenderungan penemuan kasus semakin meningkat. Pada 2016 dan
notifikasi kasus TB kecenderungan meningkat drastis, setelah diperkenalkannya
perubahan strategi nasional yang baru terutama dalam hal penemuan kasus TB dan

14
pada 2017 mencapai di atas 40%. Tingkat keberhasilan pengobatan TB nasional
terus dipertahankan sesuai dengan minimal target WHO, yaitu di atas 85% dan tahun
2017 mencapai di atas 87%.

Gambar II.A.1.7. Tren Angka Penemuan dan Pengobatan Kasus TB Sampai Tahun 2017

Gambar II.A.1.8. Tren Angka Keberhasilan Pengobatan Kasus Sampai Tahun 2017

Gambar pemetaan distribusi kasus TB per penduduk di bawah ini menunjukkan


bahwa kasus TB terbanyak ditemukan di provinsi yang ada di pulau Jawa.

15
Gambar II.A.1.9. Pemetaan Distribusi Kasus TB per Penduduk

Insidens dan Penduduk 2016


80000

70000
Jabar

60000

50000 Jatim

40000
Jateng
30000
DKI Jakarta
Sumut
20000
Sulteng Banten
10000 Sumsel

0 Sulsel
-100000 4900000 9900000 14900000 19900000 24900000 29900000 34900000 39900000 44900000 49900000
-10000

Jumlah Kasus TB per Provinsi, 2016


JABAR
JATIM
JATENG
SUMUT
SUMSEL
BANTEN
SULSEL
LAMPUNG
DKI JAKARTA
RIAU
SUMBAR
ACEH
NTT
NTB
KALBAR
KALSEL
KALTIM
JAMBI
PAPUA
BALI
SULTENG
KEPRI
KALTENG
DIY
SULTRA
SULUT
BENGKULU
MALUKU
BABEL
SULBAR
GORONTALO
MALUT
PAPUA BARAT
KALTARA

0 20000 40000 60000 80000 100000 120000 140000 160000 180000

2. TB Resistan Obat (RR/MDR-TB)

Estimasi WHO dalam Global Report 2017 insiden TB RO (TB resistan obat) baik
resistan Rifampisisn maupun multi resistans (RR/MDR TB) sebanyak 32.000 kasus.
Estimasi jumlah kasus TB RO diantara total pasien TB yang terlaporkan sebesar
11.000 kasus. Kasus yang dapat dikonfirmasi sejumlah 2757 dan yang memulai

16
pengobatan sebanyak 1931 kasus. Sekitar 30% tidak menjalankan pengobatan. Data
lengkap dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel II.A.2.1. TB Resistan Obat

Tabel II.A.2.2. Tren Penemuan Kasus TB-RO (Global TB Report per Tahun)

TB-RO 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Kasus
383 428 912 1812 2163 2757
Tercatat

260 426 809 1284 1541 1931


Diobati
(67,9%) (99,5%) (88,7%) (70,9%) (71,2%) (70,0%)

17
3. Memetakan Under-Reporting: Tuberculosis Inventory Study

Dari 1.020.000 kasus insiden TB di tahun 2016, hanya 35% yang ternotifikasi.
Sisanya adalah kasus yang sudah didiagnosis atau diobati tetapi tidak dilaporkan
(under-reporting) atau belum didiagnosis (under-diagnosis). Untuk mengetahui
seberapa banyak jumlah kasus TB yang tidak dilaporkan (under-reporting).
Perhitungan jumlah kasus yang tidak dilaporkan tersebut akan membantu kita
dalam memperkirakan insiden TB. Inventory study menggunakan desain penelitian
kohort prospektif yang dilaksanakan di 23 kabupaten/kota di 15 provinsi.

Hasil sementara inventory study memperkirakan bahwa under-reporting di


fasyankes pemerintah sebesar 30,1% sedangkan swasta 78,8% sedangkan jika
berdasarkan jenis fasyankes, rumah sakit sebesar 52%, puskesmas 21,7%, klinik
91,7%, Dokter Praktik Mandiri 99,2%, BP4 80,9%, dan laboratorium 97,9%. Jenis
fasyankes yang memiliki daya ungkit paling besar untuk menurunkan under-
reporting adalah puskesmas (47,5%) dan rumah sakit (37,9%).

Tabel II.A.3.1. Under-reporting Kasus TB Menurut Kepemilikan dan Jenis Faskes

Karakteristik % 95% CI N

Kepemilikan

Pemerintah 30,1 26,7-33,8 15.029

Swasta 78,8 67,1-87,1 5.885

Total 43,8 38,5-49,3 20.914

Jenis Faskes

Rumah Sakit 52,0 43,7-60,2 7.918

Puskesmas 21,7 18,3-25,4 9.941

Klinik 91,7 86,5-95,0 1.450

Dokter Praktik Mandiri 99,2 95,6-99,8 1.179

BP-4 80,9 80,9-80,9 136

Laboratorium 97,9 88,3-99,7 290

Total 43,8 38,5-49,3 20.914

18
Tabel II.A.3.2. Under-reporting Kasus TB Menurut Karakteristik Wilayah (Region)

Karakteristik Wilayah % 95% CI N

Wilayah

Sumatra 41,0 28,1-55,2 2.773

Jawa-Bali 44,0 37,8-50,3 16.591

Lainnya 47,2 40,5-53,9 1.550

Total 43,8 38,5-49,3 20.914

Jumlah pasien TB yang telah dilakukan pengobatan mencapai sekitar 730.000 kasus
tetapi yang terlaporkan sampai saat ini sebesar 360.000. lebih dari 50% pasien TB
yang telah diobati tidak terlaporkan. Dengan demikian mising TB cases di Indonesia
lebih banyak disebabkan oleh under-reporting.

Berikut gambaran skema mising cases di Indonesia.

Gambar II.A.3.1 Skema Mising Cases di Indonesia

Sesuai dengan pemetaan tersebut, program ke depan harus mengambil strategi


kepada:
• Penguatan jejaring pemerintah-swasta dalam layanan TB berbasis
kabupaten/kota (PPM berbasis kab/kota).

19
• Memberlakukan secara intensif dan ekstensif Notifikasi Wajib (mandatory
notification) kepada dinas kesehatan kabupaten/kota bagi seluruh layanan
yang ada di wilayahnya yang ikut melakukan pengobatan pasien TB.
• Penguatan sistem dan menyederhanakan pelaporan SITT, serta mealukan
surveilans secara proaktif terhadap semua layanan yang ikut mengobati
pasien TB.
• Intensifikasi pendekatan layanan yang terintegrasi (HIV, DM, gizi buruk,
smoking, penyakit paru, dsb.)
• Penguatan sistem rujukan dan rujuk balik ke puskesmas tetap terpantau
kepatuhan minum obatnya.
• Bekerja sama dengan BPJS untuk pelaporan kasus dan pembiayaan layanan
serta meregulasi pemenafaatan pembiayaan berupa insentif kapitasi
maupun kalim layanan pasien TB.
• Penguatan kerja sama dengan Koalisi Profesi yang terdiri dari 13 organisasi
profesi untuk mendudkung pelalsanaan PPM berbasis Kab/kota.

B. Peta Jalan Eliminasi TB di Indonesia

Hasil Survei Prevalensi TB Nasional 2013/2014 telah diterbitkan pada 2015 dan telah
disikapi menjadi salah satu dasar dasar perubahan kebijakan dan strategi
penanggulangan TB 2016-2020 serta peta jalan dan milestone menuju eliminasi TB.

Peta Jalan Nasional menetapkan arah dan target yang jelas dalam mengeliminasi TB
di Indonesia, sejalan dengan tujuan SDGs 2030 dan End TB Strategy 2035.

1. Milestone

Gambar II.B.1.1. Milestone Peta Jalan Eliminasi TB di Indonesia

20
Gambar II.B.1.2. Target Milestone Eliminasi TB di Indonesia

Milestone 2016-2020
• Penguatan PPM dan penerapan penemuan aktif
• Pemanfaatan TCM dan mikroskopis
• Desentralisasi kegiatan kepada Kabupaten/kota
• Penguatan regulasi dan kepemimpinan program
• Menerapkan exit strategy ketergantungan dari donor.
• Penerapan kegiatan penurunan risiko penularan
• Penerapan shoterm regiment untuk MDR-TB
• Akselerasi pengobatan kasus TB mencapai 70% dan angka keberhasilan
pengobatan diatas 85%.

Milestone 2020-2025
• Mempertahankan cakupan pengobatan tetap di atas 70% dan angka
kesuksesan pengobatan di atas 85%.
• Optimalisasi desentralisasi kegiatan TB kepada kabupaten/kota.
• Mencegah pembiayaan katastropik TB
• Penguatan pengendalian faktor risiko: profilaksis dan pengobatan TB laten
• Maksimalisasi pemanfaatan diagnosis TCM dan mikroskopis
• Desentralisasi kegiatan kepada Kabupaten/kota
• Penerapan short-term regiment untuk TB sensitif

Milestone 2025-2030
• Mempertahankan cakupan pengobatan tetap di atas 80% dan angka
kesuksesan pengobatan di atas 95%.
• Menerapkan cakupan semesta untuk TB.
• Mengendalikan pembiayaan katastropik TB
• Akselerasi pengobatan profilaksis dan pengobatan TB laten

21
• Inovasi diagnosis TB
• Penguatan surveilans TB
• Penerapan short-term regiment untuk TB laten
• Penerapan vaksin TB

2030-2035
• Penguatan surveilans kasus TB termasuk surveilans migrasi
• Mempertahankan cakupan pengobatan milestone tetap di atas 95% dan
angka kesuksesan pengobatan di atas 95%
• Menerapkan cakupan semesta untuk TB
• Mencegah pembiayaan katastropik TB
• Mempertahankan pengobatan profilaksis dan pengobatan TB laten tinggi
• Meningkatkan Inovasi dalam diagnosis dan pengobatan TB
• Akselerasi penggunaan vaksin TB

2. Formulasi Strategi Eliminasi TB

Pengembangan dan formulasi Strategi Penanggulangan Tuberkulosis yang baru


didasarkan pada:
• Hasil survei prevalensi 2013-2014, yang menunjukkan bahwa TB
mempengaruhi orang-orang dari semua usia atau golongan, dengan orang-
orang miskin yang paling terpengaruh. Pria lebih banyak terkena daripada
wanita dan orang di daerah perkotaan lebih banyak daripada di daerah
pedesaan. Faktor risiko lain adalah penderita gizi buruk, narapidana, dan
orang-orang dengan sistem kekebalan yang terganggu, termasuk HIV dan
diabetes, rentan terhadap TB.
• Pelaporan/notifikasi kasus TB oleh program terus landai sebesar 30%,
menunjukkan bahwa perubahan pendekatan, metode dan strategi sangat
diperlukan
• Perkembangan terbaru manajemen dan alat diagnostik TB.
• Berbagai temuan dan rekomendasi Joint External Monitoring Mission (JEMM)
2013 dan 2016.
• Komitmen pemerintah pusat dan daerah serta dunia yang memberikan
perhatian tinggi terhadap masalah TB.

Enam strategi diformulasikan untuk diimplementasikan secara komprehensif,


terpadu, dan sinergis dalam mencapai eliminasi TB, yaitu:

1. Penguatan Kepemimpinan Program TB berbasis kabupaten/kota


• Koordinasi oleh pemerintah dengan peta jalan eliminasi yang jelas
dan diperkuat dengan regulasi.

22
• Kolaborasi multisektoral dan koalisi yang kuat dengan organisasi
masyarakat
• Peningkatan pembiayaan, terutama dari pendanaan bersumber
dalam negeri
• Koordinasi, harmonisasi, sinkronisasi dan sinergi untuk mencapai
kinerja program yang terbaik.

2. Meningkatkan akses layanan TB yang bermutu.


• Melibatkan semua penyedia layanan melalui peningkatan jaringan
layanan pemerintah swasta melalui district-based public-private mix
(PPM)
• Intensifikasi penemuan kasus TB aktif melalui pendekatan kesehatan
masyarakat dan keluarga.
• Pendekatan integrasi layanan seperti TB-HIV, TB-DM, IMCI, PAL, dll.
• Inovasi diagnostik TB dengan memanfaatkan alat terbaru sesuai
rekomendasi WHO
• Meningkatkan kepatuhan pengobatan pasien dan dukungan pasien
dan keluarga
• Integrasi dengan asuransi kesehatan untuk mencapai cakupan
universal untuk pengobatan TB

3. Pengendalian faktor risiko


• Promosi, lingkungan dan gaya hidup sehat
• Implementasi pencegahan dan pengendalian infeksi TB (imunisasi,
pengobatan profilaksis, pengendalian infeksi, dll.)
• Meningkatkan penemuan kasus TB dan juga mempertahankan
keberhasilan pengobatan yang tinggi

4. Penguatan kemitraan TB melalui forum koordinasi


• Pemetaan mitra potensial dalam eliminasi TB
• Peningkatan kemitraan melalui koordinasi forum TB di tingkat pusat
• Peningkatan kemitraan melalui forum koordinasi TB di tingkat
provinsi/kabupaten

5. Peningkatan keterlibatan masyarakat dalam pengendalian TB


• Meningkatkan keterlibatan dan keterlibatan pasien TB, mantan pasien,
keluarga dan masyarakat dalam pengendalian TB
• Memperluas keterlibatan masyarakat dan keluarga dalam
pengendalian TB
• Keterlibatan peran masyarakat dalam promosi TB, temuan kasus TB
dan dukungan pengobatan terhadap TB

23
• Pemberdayaan masyarakat melalui integrasi TB ke dalam pelayanan
kesehatan berbasis keluarga dan masyarakat

6. Memperkuat sistem kesehatan dan manajemen TB


• Sumber daya manusia yang memadai dan kompeten
• Mengelola logistik secara efektif
• Meningkatkan pembiayaan, advokasi dan peraturan
• Memperkuat sistem informasi strategis, surveilans proaktif, termasuk
kewajiban melaporkan (Mandatory Notification).
• Jaringan dalam penelitian dan pengembangan inovasi program.

Tabel II.B.2.1. Target Program 2016-2020

Indikator 2016 2017 2018 2019 2020

Insidensi per 100.000


389 379 364 344 319
penduduk

Jumlah kasus baru


1.006.237 992.441 964.533 922.059 864.702
(insidens)

Cakupan penemuan dan


pengobatan semua kasus TB 33% 40% 55% 65% 70%
(case detection rate/CDR)

Angka notifikasi semua


kasus TB yang diobati (case
128 152 200 224 223
notification rate/CNR) per
100.000 penduduk

Jumlah Kasus TB yang


332,058 396,976 530,493 599,338 605,291
dinotifikasi dan diobati

Angka keberhasilan
pengobatan pasien TB 90% 90% 90% 90% 90%
semua kasus

Cakupan penemuan kasus


16% 40% 60% 70% 80%
TB resistan obat

Angka keberhasilan
pengobatan pasien TB 65% 70% 70% 75% 75%
resistan obat

Persentase pasien TB yang


30% 40% 50% 60% 60%
mengetahui status HIV

24
3. Strategi Dunia dalam Penanggulangan TB

Tujuan Pembangunan Berkelanjutan

Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals) telah


disepakati dan diadopsi oleh semua negara anggota PBB. Tujuan yang ke tiga adalah
Ensure healthy lives and promote well-being for all at all ages, yaitu memastikan
hidup sehat dan mempromosikan kehidupan sejahtera bagi semua di semua umur.
Pada target 3.3. disebutkan bahwa sampai 2030, mengakhiri epidemik AIDS,
tuberkulosis, malaria dan penyakit tropis terabaikan dan memerangi hepatitis,
penyakit tular air dan penyakit menular lainnya.

25
Gambar II.B.3.1. Rencana Strategi Daerah

26
BAB III
KEPEMIMPINAN ELIMINASI TUBERKULOSIS:
MEMPERKUAT KOMITMEN DI KABUPATEN/KOTA
A. Penguatan Regulasi dan Pembiayaan Tuberkulosis

Penanggulangan TB menjadi salah satu indikator dalam Rencana Pembangunan


Jangka Menengah Nasional 2015-2019 dan prioritas prioritas, menjadi salah satu
dari 12 indikator Standar Pelayanan Minimum (SPM) bidang kesehatan.

Biro Perencanaan Nasional (BAPPENAS) telah menetapkan agenda pembangunan


kesehatan berkelanjutan 2016-2045 yang terdiri dari 2 langkah:
• Langkah 1 (2016-2025): Penurunan morbiditas, kecacatan dan kematian
yang signifikan akibat penyakit menular
• Langkah 2 (2026-2035): Tidak ada kasus baru untuk HIV-AIDS, TB, dan
Malaria

Untuk mencapai agenda pendekatan BAPPENAS untuk pengendalian TB secara


nasional adalah:
• Pergeseran berupa peningkatan proporsi anggaran yang sebagian besar
bersumber anggaran domestik
• Pendekatan terpadu melalui keterlibatan multi sektor dan kolaborasi
nasional dan lokal
• Investasi dalam program penanggulangan TB berbasis bukti
• Program pengendalian TB memerlukan kesepakatan penggunaan data dan
penyediaan data (sebagai persiapan untuk perencanaan 2019 dan Rencana
Jangan Menenang Nasional (RPJMN) 2020-2024)

Program Penanggulangan TB bekerja sama dengan Kementerian Dalam Negeri telah


melakukan inisiasi untuk memperkuat komitmen dan kepemimpinan eliminasi TB
di tingkat kabupaten/kota, dengan memfasilitasi pemerintah daerah untuk
menyusun Rencana Aksi Daerah (RAD) 5 tahunan untuk memastikan arah dan target
pencapaian menuju eliminasi TB. RAD tersebut dikeluarkan dalam bentuk Peraturan
Kepada Daerah (Perkada) dan Peraturan Daerah (Perda). RAD adalah dokumen
referensi baik untuk pelaksanaan maupun kepastian alokasi pembiayaan yang
diperlukan berdasarkan rencana yang dibuat.

Kegiatan ini sejak imulai pada tahun 2016 telah menghasilkan banyak dokumen dan
praktik yang baik bagaimana menyusun peraturan daerah dan rencana aksi daerah.

Gambar III.A.1. Delapan Langkah Pengembangan Rencana Aksi Daerah

27
Sampai akhir 2017 sejumlah kabupaten/kota yang menjadi inisiasi telah
menyelesaikan proses perencanaan yang lengkap dan RAD telah secara resmi
ditandatangani oleh Bupati/Walikota. Dengan adanya RAD ini menjanjikan bahwa
pendanaan di tingkat kabupaten/kota merupakan sumber pembiayaan yang akan
berkesinambungan secara memadai kedepan. Maka dapat memastikan
transisi/pergeseran pembiayaan dari Global Fund ke sumber APBD dan atau biaya
lainnya.

Pendekatan multisektoral selama pengembangan RAD menghasilkan peningkatan


komitmen akan alokasi anggaran untuk TB yang signifikan.

Strategi penguatan kepemimpinan program TB berfokus pada:


• Berbasis kabupaten/kota
• Penguatan penanggulangan TB di daerah melalui regulasi (Perda/Perkada)
untuk mencapai Eliminasi TB di kabupaten/kota/provinsi.
• Komitmen penyediaan sumber daya, termasuk biaya yang cukup untuk
penanggulangan TB.
• Penanggulangan TB menjadi isu pokok di dalam Jaminan Kesehatan
Universal (Universal Health Coverage)
• Penguatan koordinasi dan sinergi pelaksanaan penanggulangan TB baik
secara multisektoral maupun program, di mana TB menjadi isu yang tidak
terpisahkan di sektor atau program tersebut, seperti pendidikan, gizi,
kesehatan lingkungan, sumber daya manusia, pembiayaan, pembangunan
desa dan peran serta masyarakat.

Indikator Keberhasilan Penguatan Kepemimpinan Program di Tingkat


Kabupaten/Kota:
• Adanya Perda/Perkada tentang Rencana Aksi Daerah mencapai eliminasi TB
• Meningkatnya pembiayaan penanggulangan TB

28
• Tercapainya indikator program penanggulangan TB

Salah satu kegiatan penguatan kepemimpinan program di tingkat kabupaten/kota


dilakukan melalui Penyusunan Rencana Aksi Daerah (RAD) Penanggulangan TB
dalam bentuk Perda/Perkada. Daerah membuat perencanaan eliminasi TB berupa
peta jalan yang merupakan perencanaan jangka panjang 10 tahun atau lebih
tergantung beban penyakit. Peta jalan tersebut kemudian diterjemahkan kedalam
perencanaan jangka menengah berupa perencanaan lima tahunan berupa Rencana
Aksi Daerah. Kedua perencanaan tersebut dibuat dalam sebuah regulasi berupa
peraturan daerah maupun peraturan kepala daerah. Dengan adanya peraturan
tersebut diharapkan daerah memiliki konsistensi kegiatan arah dan
kesinambungan. Perencanaan daerah sebagai satu kesatuan dari perencanaan
nasional. Perencanaan daerah mengacu, memedomani dan memperhatikan dan
menjabarkan dari perencanaan nasional.

Gambar III.A.2. Sistem Perencanaan Nasional Eliminasi Tuberkulosis

29
Gambar III.A.3. Pengembangan Regulasi di Daerah

1. Penyusunan RAD dimaksudkan untuk (i) meningkatkan komitmen daerah


Kabupaten/ Kota dalam akselerasi Penanggulangan TB, (iii) meningkatan
pembiayaan dengan dana Daerah/ APBD, (iii) sinkronisasi kegiatan
Penanggulangan TB, menyikapi transisi pendanaan yang selama ini tergantung
dari dana mitra internasional, khususnya GF ATM, yang bantuannya akan
berakhirtahun 2020.
2. Kementerian Kesehatan bersama Kementerian Dalam Negeri dan mitra kerja
lainnya telah melakukan kegiatan pendampingan teknis penyusunan Rencana
Aksi Daerah (RAD) TB di 21 Provinsi. Kegiatan ini mendapat dukungan dari
Kementerian Dalam Negeri dengan dikeluarkannya Surat Nomor
440/4838/Bangda tentang Dukungan Percepatan Penanggulangan Tuberkulosis,
tertanggal 26 Oktober 2016, yang ditujukan kepada Gubernur dan
Bupati/Walikota di seluruh Indonesia. Beberapa provinsi seperti Sumatera Utara,
Bengkulu, Jawa Timur, Jawa Barat, dan Jawa Tengah, telah menindaklanjuti
dengan Surat Edaran Gubernur yang ditujukan kepada Bupati/Walikota diwilayah
masing-masing untuk segera menyusun Rencana Aksi Daerah (RAD).
3. Sampai saat ini telah tercatat 7 Kabupaten/Kota yang memiliki RAD dan disahkan
dengan Perda/Perkada yaitu Kota Surakarta, Kota Medan, Kabupaten Siak,
Kabupaten Gowa, Kabupaten Tulungangung, Kabupaten Deli Serdang, Kota
Semarang. Sementara itu, Kabupaten/Kota yang lain dalam proses advokasi dan
penyusunan RAD.
4. Ditargetkan pada tahun 2020 seluruh Kabupaten/Kota telah memiliki RAD TB
dalam bentuk Perda/Perkada.

30
5. Salah satu dampak dari tersedianya RAD di Kabupaten/ Kota adalah berupa
peningkatan alokasi anggaran yangsignifikan. Contoh : Alokasi APBD tahun 2018
untuk Program Penanggulangan TB di Kabupaten Tulungagung telah meningkat
sebesar 16 kali dibandingkan dengan alokasi di tahun 2016. Hal yang sama
terjadi di Kota Semarang, dengan peningkatan 4 kali lipat dan Kota Surakarta
dengan peningkatan 6 kali lipat.

Gambar III.A.4. Wali Kota Surakarta, F.X. Hadi Rudyatmo, memberikan sambutan dalam Peluncuran
Peraturan Wali Kota (Perwali) Surakarta

Kabupaten/kota yang memiliki anggaran di atas Rp500 juta, sebagai berikut.

31
Tabel III.A.1. Kabupaten/Kota dengan APBD II lebih dari Rp500 Juta pada 2016 dan 2017

B. Tuberkulosis dalam Jaminan Kesehatan Universal


(Universal Health Coverage)

Masyarakat harus memiliki akses terhadap pengobatan TB yang difasilitasi


pemerintah termasuk pembebasan biaya pengobatan. Baik masyarakat yang berobat
kepada fasyankes pemerintah maupun fasyakes swasta. Karena itu pemerintah
daerah perlu memastikan seluruh layanan yang ada di wilayah binaannya
bergabung dan berjejaring dengan Dinas Kesehatan dan Puskesmas untuk
memberikan layanan yang komprehensif sesuai dengan pendekatan upaya
kesehatan masyarakat (UKM). Perlu dijamin ketuntasan pengobatannya dan
dipantau bahwa pasien TB berobat secara teratur sesuai dengan standar program.

Pemenafaatan pembiayaan oleh JKN harus dimaksimalkan untuk tujuan promosi


dan prevensi seperti kunjungan rumah untuk pelacakan kontak atau pelacakan
pasien mangkir. Demikian pula sinkronisasi dan validasi data pasien agar Dinas
Kesehatan mendapat akses data sebagai bagian dari laporan tatalaksana kasus TB
dalam rangka perbaikan program kedepan baik dalam hal teknis tatalaksana,
maupun aspek jejaring layanan.

32
BAB IV
AKSES LAYANAN TB:
MENUJU UNIVERSAL HEALTH COVERAGE
Penemuan kasus dan layanan pengobatan Tuberkulosis dilakukan dengan
pendekatan:
• Penemuan secara pasif, intensif berbasis fasilitas layanan kesehatan
• Penemuan secara aktif, masif berbasis komunitas

Penemuan secara pasif dilakukan melalui jejaring kolaborasi layanan pemerintah


dan swasta dan integrasi manajemen layanan. Sementara penemuan secara aktif
masif dilakukan melalui integrasi dengan pendekatan keluarga.

A. Public-Private Mix Berbasis Kabupaten/Kota

PPM merupakan Jejaring layanan kesehatan dalam satu kabupaten/kota yang


melibatkan fasilitas kesehatan pemerintah dan swasta, organisasi profesi dan
kemasyarakatan, di bawah kepemimpinan/koordinasi Dinas Kesehatan
kabupaten/kota. Semua layanan kesehatan yang menangani TB berpartisipasi dalam
jejaring agar semua pasien TB dapat ditemukan dan diobati sesuai standar dan
tercatat dalam sistem informasi Program TB Nasional, untuk peningkatan:
penemuan aktif dan pasif kasus TB, mutu layanan TB, penguatan manajemen obat,
penguatan sistem pencatatan dan pelaporan termasuk mandatory notification,
pembinaan dan monitoring-evaluasi.

33
Dasar pembentukan PPM adalah merupakan bagian dari akselerasi penemuan
kasus, melalui penguatan sistem kesehatan, memiliki 2 komponen kegiatan meliputi
UKM dan UKP dan bagian dari upaya menuju kesinambungan program.

Strategi

• Berdasarkan prinsip kemitraan dibawah koordinasi dan tanggung jawab Dinas


Kesehatan kabupaten/kota
• Memperkuat kepemimpinan (regulasi/kebijakan) dan kepemilikan (anggaran
dan pembiayaan) Program Penanggulangan TB di kabupaten/kota
• Melibatkan seluruh penyedia layanan kesehatan (pemerintah dan swasta)
yang ada didalam wilayah tersebut bekerjasama dengan organisasi profesi,
organisasi pemberi layanan kesehatan dan komunitas untuk penemuan
kasus termasuk mencari kasus yang belum terlaporkan
• Mendorong tersedianya layanan TB yang berkualitas diseluruh penyedia
layanan melalui gerakan: “Temukan TB Obati Sampai Sembuh” = TOSS
• Melakukan inovasi dan pemanfaatan teknologi sesuai dengan kondisi dan
keadaan masing-masing kabupaten/kota.

Penguatan jejaring koordinasi dalam bentuk Kesepahaman antara Dinas Kesehatan


Kab/Kota dengan:
1. Organisasi profesi, yaitu: Ikatan Dokter Indoensia (IDI), Ikatan Dokter Anak
Indonesia (IDAI), Persatuan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Persatuan Ahli
Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), Persatuan Dokter Umum Indonesia (PDUI),
Ikatan Apoteker Indonesia (IAI), Persatuan Ahli Teknologi Laboratorium
Kesehatan Indonesia (PATELKI) dan organisasi profesi lainnya yg terkait
2. Organisasi penyedia layanan, yaitu: Persatuan Rumah Sakit Seluruh
Indonesia (PERSI), Asosiasi Rumah Sakit Daerah (ARSADA), Ikatan Laboratorium
Kesehatan Indonesia (ILKI) dan organisasi lainnya
3. Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM) melalui pos layanan di desa
misal: posyandu, poslansia, pos TB desa, kader kesehatan dan lainnya

Penguatan jejaring koordinasi ini dimaksudkan untuk:


• Penemuan pasif intensif berbasis layanan dan aktif masif berbasis
komunitas, termasuk pementauan minum obat danpelacakan kontak psien
di keluarga.
• Penguatan laboratorium mikroskopis, tes cepat molekular, kultur, uji
kepekaan obat di fasyankes pemerintah dan swasta.
• Penguatan mutu layanan TB melalui akreditasi puskesmas dan RS.
• Penguatan manajemen Obat dan logistik TB lainnya.

34
• Penguatan sistem pencatatan dan pelaporan Program TB.
• Penguatan pelaksanaan Wajib Lapor (mandatory notification).
• Penguatan pembinaan dengan supervisi dan mentoring
• Monitoring dan Evaluasi.

Tim PPM di kabupaten/kota beranggotakan:


• Semua unit/bidang yang terkait dengan TB di dalam Dinas Kesehatan
kabupaten/kota (bidang pencegahan penyakit, bidang pelayanan kesehatan,
perencanaan dll)
• Semua rumah sakit (pemerintah dan swasta)
• Semua puskesmas
• Semua klinik pratama dan dokter praktik mandiri dan FKTP lainnya
• Organisasi profesi (IDI, PDPI, PAPDI, IDAI, PDUI, IAI dll)
• Organisasi komunitas.
• Semua Institusi pendukung dan layanan TB lainnya (laboratorium klinik,
apotek dll).

Target PPM
• Semua kabupaten/kota membentuk dan melaksanakan PPM secara paripurna
agar semua kasus TB dapat ditemukan dan diobati sampai tuntas.
• Seluruh fasilitas layanan kesehatan menatalaksana pasien TB sesuai standar
• Seluruh fasilitas layanan kesehatan melaporkan pasien TB yang diobati ke
dalam sistem informasi Program TB

Tabel IV.A.1. Target Penemuan Kasus TB per Fasilitas Kesehatan

Target
Baseline
Fasilitas Kesehatan
2016
2017 2018 2019 2020

Pemerintah

Puskesmas 246.242 259.425 273.079 273.079 273.079

BPKPM 5.435 5.435 5.435 5.435 5.435

Klinik 220 11.836 15.781 19.727 23.672

Klinik di Lapas/Rutan 573 1.741 1.886 2.031 2.176

RS Pemerintah 70.578 101.713 104.190 109.290 113.661

Swasta

RS Swasta 32.971 59.759 70.825 76.358 84.105

Klinik Pratama/Swasta 3.256 10.876 21.752 47.854 54.380

35
Dokter Praktek Mandiri 1.314 23.269 46.538 69.806 93.075

Total 360.589 474.054 539.487 603.581 649.584

Target Penemuan Kasus 332.058 440.457 530.493 599.338 605.291

Tabel IV.A.2. Target Cakupan Fasyankes dalam Pengembangan Jejaring PPM

Baseline TARGET
2016 2017 2018 2019 2020
No Fasilitas Kesehatan
Jml yg Jumlah yg
Jml % Jml % Jml % Jml %
tercatat melapor
Pemerintah
1 Puskesmas 9.982 9.001 9.483 95 9.982 100 9.982 100 9.982 100
2 BP4 20 20 20 100 20 100 20 100 20 100
3 Klinik 1.076 6 323 30 430 40 538 50 646 60
4 Klinik di Lapas/Rutan 471 79 240 51 260 55 280 59 300 64
5 RS Pemerintah 926 575 829 89 849 92 890 96 926 100
Swasta
1 RS Swasta 1.648 491 890 54 1.055 64 1.137 69 1.252 76
2 Klinik Pratama/Swasta 4.476 67 224 5 448 10 985 22 1.119 25
3 Dokter Praktek Mandiri 4.250 24 425 10 850 20 1.275 30 1.700 40

Dinkes kabupaten/kota sebagai koordinator PPM TB bersama puskesmas dan


organisasi profesi melakukan:
1. Identifikasi dan mapping semua fasilitas layanan kesehatan baik pemerintah
maupun swasta yang ada di wilayah kerja kabupaten/kota per rumah sakit,
klinik pratama, dokter praktik mandiri, apotek, laboratorium dll
2. Membentuk tim PPM TB kabupaten/kota; menyepakati peran masing-masing
anggota tim dalam penemuan kasus, dukungan pasien, mekanisme rujukan,
akses pemeriksaan foto toraks, tes cepat moluker (TCM), termasuk
mendukung pembentukan mekanisme transportasi sputum dari fasilitas
kesehatan ke fasilitas laboratorium rujukan
3. Membentuk jejaring layanan (PPM) TB melalui kesepahaman dengan
manajemen rumah sakit pemerintah-swasta, klinik pemerintah-swasta,
dokter praktik mandiri dan pendukung layanan lainnya; apotek, laboratorium
4. Membuat perhitungan estimasi target penemuan kasus TB berdasarkan
fasilitas layanan kesehatan berdasarkan perhitungan target masing-masing
kabupaten/kota
5. Meningkatkan kapasitas SDM dokter/perawat di puskesmas, RS pemerintah
dan swasta, DPM dll melalui pelatihan/lokakarya/on the job training

36
6. Memastikan peran dan fungsi masing-masing faskes yang terlibat dalam PPM
melalui pembinaan, monitoring dan evaluasi yang terintegrasi

Jejaring PPM dapat berfungsi sebagai:


• Jalur rujukan pasien TB untuk diagnosis, pengobatan maupun pemantauan
diantara fasyankes.
• Jalur pencatatan dan pelaporan program antara fasyankes dengan Dinas
Kesehatan atau puskesmas (mandatory notification)
• Pelacakan pasien TB mangkir
• Alur distribusi logistik (OAT dan non OAT)
• Supervisi, monitoring dan evaluasi

Jejaring PPM berbasis kabupaten/ kota bertujuan untuk memastikan akses terhadap
diagnosis dan pengobatan TB lebih luas dan mudah pada tingkat layanan
primer,maupun rujukan pasien ke layanan sekunder serta memastikan rujukan
balikyang terjamin. Selain itu untuk mendorong layanan swasta mengikuti layanan
standar sebagaimana yang diterapkan oleh program berdasarkan pedoman maupun
standar international layanan TB (International Standard for TB Care/ISTC). Pada
tingkat layanan primer, PPM ini mencakup semua penyedia layanan kesehatan
primer termasuk swasta dan organisasi kemasyarakatan. Kegiatan dikoordinasi oleh
Puskesmas (PKM).

Struktur jaringan memungkinkan diagnosis dini dan penanganan TB di tingkat


layanan primer, dengan akses melalui penyedia layanan publik dan swasta terhadap
diagnostik yang terjamin kualitasnya; notifikasi semua pasien secara langsung oleh
PKM atau oleh penyedia layanan mandiri yang menggunakan aplikasi ponsel yang
juga mengirimkan notifikasi ke koordinator TB di Puskesmas. Selanjutnya
koordinator TB di Puskesmas melakukan dukungan terhadap kesinambungan
layanan, menawarkan obat TB yang disediakan program dan menghubungkan
dengan organisasi masyarakat untuk mendapatkan dukungan pasien, jika
diperlukan. Jejaring layanan ini dapat berfungsi selain sebagai rujukan pasien,
jejaring logistik, jejaring laboratorium, pembinaan/supervisi, maupun pelaporan
notifikasi kasus.

Pembentukan Tim PPM di Kota Malang, setelah pembentukan tim Public Private Mix
(PPM) pada tahun 2015, ada hasil yang signifikan dalam hal temuan yang
disumbangkan oleh rumah sakit dan penyedia layanan swasta.

Peningkatan yang signifikan pada tahun 2016 adalah meningkatnya kontribusi dari
rumah sakit dan penyedia layanan swasta. Tim PPM terdiri dari Dinas Kesehatan,

37
organisasi profesi, rumah sakit swasta, organisasi masyarakat yang bekerja secara
baik antara semua pemangku kepentingan.

Inovasi Jejaring PPM Berbasis Kab/kota

Gambar IV.A.1. Notifikasi Kasus TB Berdasarkan Fasilitas Layanan yang Melaporkan

Inovasi Penguatan Akses Layanan

Kota dengan jumlah penduduk yang padat dan banyaknya layanan swasta memiliki
keunikan tersendiri melibatkan pemerintah kota, dinas kesehatan, fasilitas layanan
dan perwakilan masyarakat profesional – Ikatan Dokter Indonesia, Perhimpunan

38
Dokter Paru Indonesia, Perhimpunan Dokter Penyakit Dalam, Ikatan Dokter Anak
Indonesia, Ikatan Apoteker Indonesia, Ikatan Laboratorium Kesehatan Indonesia,
Asosiasi rumah sakit serta pengusaha, akademisi dan organisasi masyarakat sipil.
Tujuannya adalah advokasi, mobilisasi sumber daya dan pembentukan tim PPM
untuk mengkoordinasikan, memantau dan evaluasi kegiatan upaya PPM di
perkotaan. Di Jakarta, telah dibentuk kemitraan untuk Kota Bebas TB oleh gubernur
Jakarta pada hari ulang tahun ibu kota.

Perkotaan memiliki karakteristik jumlah penduduk yang lebih banyak, padat


pemukiman, terdapatnya daerah kumuh, dengan sanitasi lingkungan yang buruk,
dimanakasus TB banyak ditemukan. Survei Prevalensi Nasional 2013-2014
mengungkap bahwa daerah perkotaan di Sumatera memiliki risiko TB 1.72x lebih
tinggi, Jawa-Bali 1,32x dan wilayah lainnya 1,3x lebih tinggi dibandingkan area bukan
perkotaan.

Di sisi lain, kota-kota besar memiliki transportasi dan jaringan komunikasi (IT,
internet) yang lebih baik. Tingkat pendidikan yang lebih tinggi di daerah perkotaan
menyebabkan kesadaran masyarakat dan tuntutan akan kesehatan yang lebih baik,
hal ini didorong juga oleh pola konsumerisme dan baiknya system informasi dan
alat komunikasi. Ketersediaan layanan kesehatan lebih banyak dan beragam,
menyebabkan masyarakat kota dapat memilih berbagai penyedia layanan
kesehatan dalam satu kurun waktu tertentu.

Pemetaan Jaringan Hotspot TB

Pengembangan basis informasi untuk pengendalian TB didasarkan pada studi


inventori pemetaan hotspot TB (pasien TB yang dilaporkan, GIS), pemetaan fasilitas
dan dukungan kesehatan (publik dan swasta).

Pemetaan TB hotspot dan layanan TB sedang diprakarsai di 5 kota (Jakarta, Medan,


Bandung, Semarang, Tulungagung dan Surakarta).

39
Gambar IV.A.2. Pemetaan Jaringan Hotspot TB di Kota Bandung

Gambar IV.A.3. Pemetaan Jaringan Hotspot TB di Jakarta Barat, DKI Jakarta

40
Inovasi WiFi TB di Tulungangung dan Jakarta

Pemberitahuan Wajib (Mandatory Notification) yang difasilitasi melalui WIFI TB.


Kegiatan ini dilaksanakan antara Puskesmas dan fasilitas PHC swasta, GP dan CSO,
memperbarui pengetahuan TB dan memanfaatkan aplikasi notifikasi elektronik, WiFi
TB, untuk memfasilitasi pemberitahuan wajib.

Gambar IV.A.4. Pemberitahuan di SITT (TB Integrated Information System) dan WiFi TB di Tulungangung
dan Jakarta Periode April-September 2017

Inovasi Diagnosa TB: Ekspansi Laboratorium TB

Pada tahun 2012 TCM diperkenalkan untuk diagnosis TB dan TB yang resistan
terhadap obat pada ODHA dan anak-anak; Pada tahun 2016 TCM juga menjadi tes
diagnostik utama untuk semua pasien TB. Perencanaan dilakukan secara akseleratif
sebagaimana tersebut dalam tabel dibawah.

Gambar IV.A.5. Inovasi Diagnosis TB

Akses ke TCM berkembang dengan cepat, dengan semakin banyaknya TCM yang
tersedia. Sampai akhir 2017 telah install sekitar 515 buah. Sedang dalam

41
pemasangan sebanyak 425 TCM. Total jumlah yang terpasang dan yang dalam
proses pemasangan sampai akhir 2018, setidaknya akan menjadi 940 buah.

Tabel IV.A.3. Diagnosis TB Periode 2016-2020

Tabel IV.A.4. TCM Periode 2016-2020

42
Akselerasi Pengembangan Laboratorium Pemeriksan TB

Jejaring pemantapan mutu laboratorium TB diatur sesuai jenis pemeriksaan


laboratorium TB yaitu pemeriksaan mikroskopis TB, TCM dan biakan/uji kepekaan.
Jejaring pemantapan mutu laboratorium mikroskopis TB terdiri dari jenjang paling
bawah ke jenjang diatasnya yaitu laboratorium mikroskopis TB, laboratorium rujukan
intermediate (LRI), laboratorium rujukan provinsi (LRP), laboratorium rujukan
regional (LRR), dan laboratorium rujukan nasional (LRN).

Laboratorium mikroskopis TB terdiri dari Puskesmas Rujukan Mikroskopis,


Puskesmas Pelaksana Mandiri dan Rumah Sakit DOTS. Saat ini, tidak semua
Puskesmas memiliki pelayanan laboratorium mikrosopis TB, sebagian Puskesmas
merupakan Puskesmas Satelit yang merujuk sediaan dahak yang telah difiksasi ke
Puskesmas Rujukan Mikroskopis. Sebanyak 3.666 Puskesmas pada tahun 2017
merupakan Puskesmas Satelit dari total 9.153 Puskesmas, sehingga akses pasien

43
terhadap pelayanan laboratorium TB di Puskesmas adalah 60%. Proporsi Puskesmas
yang memiliki pelayanan laboratorium mikroskopis TB per provinsi terdapat pada
tabel dibawah.

Tabel IV.A.5. Proporsi Puskesmas dengan Layanan Laboratorium Mikroskopis TB per Provinsi

Proporsi
No. Provinsi PRM PPM PS Jumlah Puskesmas
mikroskopis TB

1 Aceh 72 83 192 347 45%

2 Sumatra Utara 136 95 369 600 39%

3 Sumatra Barat 70 74 124 268 54%

4 Bengkulu 34 64 82 180 54%

5 Jambi 42 70 74 186 60%

6 Sumatra Selatan 57 139 133 329 60%

7 Lampung 47 155 68 270 75%

8 Riau 44 98 82 224 63%

9 Kepulauan Riau 8 57 15 80 81%

10 Bangka Belitung 3 50 9 62 85%

11 Jawa Barat 210 269 391 870 55%

12 Banten 17 207 12 236 95%

13 Jakarta 44 5 292 341 14%

14 Jawa Tengah 62 720 94 876 89%

15 DI Yogyakarta 29 33 59 121 51%

16 Jawa Timur 223 260 427 910 53%

17 Bali 34 19 67 120 44%

18 Nusa Tenggara Barat 44 36 82 162 49%

Nusa Tenggara
19
Timur 66 210 101 377 73%

20 Kalimantan Barat 10 225 7 242 97%

21 Kalimantan Tengah 30 105 57 192 70%

22 Kalimantan Selatan 26 156 52 234 78%

44
23 Kalimantan Timur 18 63 13 94 86%

24 Kalimantan Utara 5 35 12 52 77%

25 Gorontalo 21 18 54 93 42%

26 Sulawesi Utara 44 10 141 195 28%

27 Sulawesi Barat 16 33 33 82 60%

28 Sulawesi Tengah 44 31 119 194 39%

29 Sulawesi Tenggara 41 59 86 186 54%

30 Sulawesi Selatan 92 46 309 447 31%

31 Maluku Utara 0 104 0 104 100%

32 Maluku 13 134 28 175 84%

33 Papua 31 134 46 211 78%

34 Papua Barat 10 47 36 93 61%

INDONESIA 1643 3844 3666 9153 60%

Pemeriksaan biakan/kultur dan drug susceptibility testing (DST) diperluas untuk


mengidentifikasi obat yang resisten. Demikian juga jejaring jaminan mutu eksternal
untuk pemeriksaan mikroskopis. Sampai akhir 2017 sudah 14 laboratorium DST
tersertifikasi sesuai standar yang akan menjadi laboratorium rujukan untuk
pemeriksaan.

45
Pada tahun 2017, terdapat 124 LRI di 19 provinsi. Sebanyak 15 provinsi belum
memiliki LRI yaitu Riau, Kep. Riau, Jambi, Bengkulu, Bali, NTT, Kalteng, Kaltim, Kaltara,
Sulut, Gorontal, Sulteng, Sulbar, Maluku Utara, Papua Barat sehingga rujukan
pemeriksaan uji silang di provinsi tersebut dilaksanakan di LRP. Pemetaan LRI di
Indonesia tahun 2017 terdapat grafik berikut.

Gambar IV.A.6. Peta Distribusi LRI di Indonesia Tahun 2017

Jejaring pemantapan mutu laboratorium TCM terdiri dari jenjang paling bawah ke
jenjang diatasnya yaitu laboratorium fasyankes TCM, LRP TCM dan LRN. Pada tahun

46
2017 telah dilakukan pembentukan LRP TCM di 34 provinsi yang berfungsi membina
semua laboratorium TCM di wilayahnya.

Tabel IV.A.6. Nama Laboratorium Rujukan TCM Provinsi

No. Provinsi RS Rujukan TCM

1. Aceh RSUD Dr. Zainoel Abidin

2. Sumatra Utara RSUP Hj. Adam Malik

3. Sumatra Barat BP4 Lubuk Alung

4. Riau RSUD Arifin Achmad

5. Kep. Riau RSUD Embung Fatimah

6. Jambi RSUD Raden Mattaher

7. Bengkulu RSUD Dr. M. Yunus

8. Bangka Belitung RSUD Depati Hamzah

9. Sumatra Selatan RSUP dr. M. Hoesin

10. Lampung RSUD Dr. H. Abdul Moeloek

11. DKI Jakarta Mikrobiologi FK UI

12. Banten RSDP dr. Dradjat Prawiranegara

13. Jawa Barat RSUP dr. Hasan Sadikin

14. Jawa Tengah RSUP dr. Kariadi

15. Jawa Timur BBLK Surabaya

16. DI Yogyakarta Mikrobiologi FK UGM

17. Bali RSUP Sanglah

18. NTB RSUD Provinsi NTB

19. NTT RSUD Prof. Dr. W.Z. Johannes

20. Kalimantan Barat RSUD Dr. Soedarso

21. Kalimantan Tengah RSUD Doris Sylvanus

22. Kalimantan Selatan RSUD Ulin

23. Kalimantan Timur RSUD A. Wahab Sjahranie

24. Kalimantan Utara RSUD Tarakan

47
25. Gorontalo RSUD Aloei Saboe

26. Sulawesi Utara RSUP dr Kandou

27. Sulawesi Tengah RSUD Undata

28. Sulawesi Barat RSUD Provinsi Sulbar

29. Sulawesi Tenggara RSUD Bahteramas

30. Sulawesi Selatan RSUD Labuang Baji

31. Maluku RSUD dr. M. Haulussy

32. Maluku Utara RSUD Dr. H. Chasan Boesoirie

33. Papua BLK Jayapura

34. Papua Barat RSUD Kab. Sorong

Inovasi Layanan Pendekatan Keberpihakan kepada Pasien

Inovasi peningkatan akses layanan yang disebut “Gancang Aron” diluncurkan oleh
Pemerintah Kabupaten Banyuwangi. Kegiatan ini bersifat proaktif dengan mengantar
obat TB ke rumah pasien oleh tim farmasi RS Balambangan Banyuwangi. Mereka juga
mengunjungi rumah pasien untuk memantau langsung pasien minum obat TB,
menilai lingkungan pasien, mempelajari perilaku dan memberi pendidikan kepada
anggota rumah tangga. “Gancang Aron” berarti “cepat sembuh”, tapi juga akronim
untuk Gugus Antisipasi Cegah Antrian Panjang Dengan Apoteker Antar ke Rumah
Pasien.

48
B. Penemuan Secara Aktif, Masif Berbasis Komunitas

Pendekatan keluarga adalah salah satu cara kerja Puskesmas untuk meningkatkan
jangkauan sasaran dan mendekatkan/meningkatkan akses pelayanan kesehatan di
wilayah kerjanya dengan mengunjungi keluarga. Pendekatan keluarga ini
dimaksudkan untuk:
• Mengintegrasikan semua program yang ada di Puskesmas
• Meningkatkan akses keluarga terhadap pelayanan kesehatan yang
komprehensif
• Mendukung pencapaian SPM Kab/Kota.
• Mendukung pelaksanaan JKN
• Mendukung tercapainya program indonesia sehat

Dalam rangka pelaksanaaan Program Indonesia Sehat ada 12 indikator utama untuk
penanda status kesehatan sebuah keluarg, yaitu.
1. Keluarga mengikuti program Keluarga Berencana (KB)
2. Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan
3. Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap
4. Bayi mendapat air susu ibu (ASI) eksklusif
5. Balita mendapatkan pematauan pertumbuhan
6. Penderita tuberkulosis paru mendapatkan pengobatan sesuai standar
7. Penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur
8. Penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak ditelantarkan
9. Anggota keluarga tidak ada yang merokok

49
10. Keluarga sudah menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
11. Keluarga mempunyai akses sarana air bersih
12. Keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban sehat

Pelayanan TB terintegrasi PIS-PK

Pendataan 12 Indikator PIS-PK dan SPM oleh petugas Puskesmas bisa didampingi
kader kesehatan dan kader organisasi masyarakat seperti Aisyiyah, NU, Perdhaki, dll,
kegiatan tersebut. Apabila terdeteksi keluarga dengan TB atau kasus kesehatan
lainnya akan dirujuk ke Puskesmas (UKP&UKM) dengan beberapa implikasi kegiatan
(TB sensitif, TB tanpa penyulit, pencegahan dan pengobatan profilaksis, investigasi
kontak pelacakan pasien mangkir) dan alur rujukan lainnya sesui dengan
kebutuhan.

Peran Integrasi Layanan TB dalam PIS PK

Keluarga
• Memastikan jika ada anggota keluarga memiliki gejala TB untuk
memeriksakan diri segera datang ke layanan/puskesmas terdekat
• Memastikan anggota keluarga yang menderita TB sedang berobat di
Puskesmas dipastikan kepatuhan dalam pengobatan
• Menjadi Pengawas Menelan Obat (PMO) jika ada anggota keluarga sakit TB
untuk meminum obat secara teratur dan sampai tuntas

50
UKBM
Skrining terduga TB (yang memiliki gejala TB dan faktor risiko lainnya pada
masyarakat yang datang ke UKBM & edukasi TB.

Puskesmas
• Melakukan pemetaan wilayah, rumah tangga yang berisiko
• Skrining terduga TB terintegrasi di dalam layanan: TB-KIA (ibu hamil, anak),
TB-MTBS/Gizi, TB-ODHA, TB-DM, TB pada gejala penyakit paru, TB-perokok
• Pencatatan dan pelaporan
• Biaya operasional kegiatan (BOK) dan dapat bekerja sama memanfaatkan
dana desa
• Akses pelayanan dan pengobatan tersedia

Dinas Kabupaten/Kota/Provinsi
• Perencanaan Program termasuk menghitung jumlah target sasaran kasus TB
• Penyediaan logistik TB (reagen, pot dahak, kaca slide)
• Penyediaan Media Promosi Kesehatan terkait TB terintegrasi
• Pelatihan untuk petugas TB ( dokter, bagian lab, pemegang program)
• Bimtek dan asistensi kegiatan PIS-PK
• Dukungan Biaya operasional sebagai salah satu implementasi SPM

Nilai Indeks Keluarga Sehat (IKS) PIS-PK per Desember 2017, dari 12 indikator
nasional, ada 6 indikator yang sudah bagus, 6 indikaktor dengan cakupan <50%,
yang terbawah adalah berturut-turut:
• ODGJ Berat 10%
• Hipertensi 25%
• Tuberkulosis 33%
• Tidak merokok 42%
• KB 44%
• JKN 45%

Rendahnya indeks keluarga sehat pada aspek Tuberculosis (sekitar 33%) bisa jadi
disebabkan karena adanya denominator yang sebagian besar memasukkan suspek
TB.

Keterlibatan masyarakat dalam pengendalian TB

Kampanye Ketok Pintu sedang digalakkan dengan memanfaatkan pendekatan


keluarga, untuk mencapai pasien TB yang belum terjangkau.

Puskesmas menentukan keluarga dan masyarakat berisiko tertular TB yang akan


dikunjungi, yaitu keluarga atau masyarakat dengan kontak pasien TB, mereka yang

51
tinggal di pemukiman padat dan kumuh, daerah yang selama ini kurang melaporkan
adanya pasien TB, daerah dengan banyak gizi buruk, orang tua, orang dengan HIV,
pasien DM, penyakit paru dan banyak perokok. Bekerja sama dengan organisasi
masyarakat, Puskemas melakukan kunjungan ke rumah sasaran. Melakukan Ketok
Pintu. Setelah mempelajari dan melakukan asesmen lingkungan, kondisi rumah,
perilaku maka dilakukan edukasi tentang TB, mulai dari cara penularan, gejala,
pengobatan dan pencegahannya. Dilanjutkan dengan melakukan skrining adakah
dari mereka yang bergejala TB. Mereka yang menjadi suspek TB diambil dahaknya
untuk diperiksa lebih lanjut di Puskesmas.

Kegiatan inisiasi secara nasional dilakukan bersamaan dengan perayaan Hari TB


Sedunia 2017 selama 2 minggu. Hasilnya sangat sangat baik. Beberapa daerah
bahkan mencanangkan sebagai gerakan rutin setiap 3 bulan. Kegiatan ini bersifat
proaktif, intensif, aktif, masif dan mencakup preventif, promotif serta kuratif dengan
menekankan pendidikan pribadi dan keluarga dalam kemandirian kesehatan
terutama dalam penanggulangan TB. Hasil selama 2 minggu: sejumlah 565.798 RT
dikunjungi, 1.590.529 anggota rumah tangga diedukasi. Dari hasil skrining terdapat
91.049 diidentifikasi sebagai terduga TB, dan sejumlah 4.950 orang terkonfirmasi TB.
Dari analisis didapat bahwa angka suspek sebesar 5,72%, positivity rate
pemeriksaan laboratorium mencapai 5,43%, dengan insiden sebesar 331/100.000
penduduk.

52
BAB V
KEMITRAAN MULTISEKTORAL:
MEMPERKUAT SINERGISME ELIMINASI
TUBERKULOSIS
A. Kontribusi Multisektoral

Peran multi sektoral menjadi sangat penting bagi keberhasilan program mencapai
eliminasi TB secara tuntas di Indonesia. TB menjadi penyakit yang bukan hanya
sistemik secara medis tetapi juga secara sosial. Pemerintah telah menjalankan
pendekatan multi sektoral untuk memetakan dan kontribusi yang dapat diberikan
oleh sektor terkait. Penguatan telah dilakukan selain melalui peraturan juga melalui
pertemuan dengan mengambil tema kontribusi multisektoral. Respon cepat
pemerintah Indonesia terhadap deklarasi Moskow dalam upaya mendorong
akselerasi eliminasi tuberkulosis di Indonesia yang ditargetkan pada tahun 2030
telah menjadi tema sentral didalam pertemuan high level meeting pada tingkat
kementerian. Pertemuan mendapat arahan dari Ibu Menkes dan Bapak Mendagri
serta menghadirkan lintas sektor kementerian/lembaga (Komisi IX DPR RI
Kementerian Dalam Negeri, Kemenko PMK, Kementerian Keuangan, Bappenas,
Kemendesi PDTT, Kemenakertrans, Kemenhan, TNI/Polri, dan perwakilan pemerintah
daerah yang terdiri dari Sekretaris Daerah, Kepala Bappeda dan Kepala Dinas
Kesehatan dari 34 provinsi, dan beberapa perwakilan Kepala Daerah Kabupten/Kota
serta mitra lembaga masyarakat. Sambutan dan arahan disampaikan oleh Bapak
Mendagri dan Ibu Menkes selain memeberikan arahan juga membuka pertemuan
tersebut.

53
Peta dukungan Multisektoral Dalam Akselerasi Eliminasi Tuberkulosis di Indonesia

Pada pertemuan tingkat kementerian yang juga dihadiri oleh pemerintah daerah
provinsi pada 4 Desember telah dilakukan pemetaan dukungan dan kesepakatan
untuk mendukung akselerasi eliminasi Tuberkulosis di Indonesia, sebagaimana
tersebut dibawah.

Peta Dukungan Multisektoral

1. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional: Perencanaan multisektoral dan


mobilisasi sumber daya Lintas Sektor
2. Kementerian Dalam Negeri: Sinkronisasi program, regulasi dan pencapaian
indikator SPM, mobilisasi sumber daya di daerah
3. Kementerian Tenaga Kerja: Fasilitasi layanan & pencegahan TB di tempat kerja,
penghapusan stigma/diskriminasi terkait TB, sinkronisasi penyiapan TKI ke LN
4. Kementerian Luar Negeri: Kerja sama penanggulangan TB antar negara baik
tingkat regional dan global
5. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan/Kementerian Riset danPendidikan
Tinggi: Kurikulum TB, edukasi & deteksi TB pada siswa/ mahasiswa, perluasan
jaringan riset TB
6. Kementerian Pertahanan/TNI/POLRI: Layanan, pencegahan, dan penemuan TB
di lingkungan TNI/ Polri dan masyarakat di sekitarnya
7. Kemen Pekerjaan Umum dan Perumahan: Promosi dan penyediaan rumah
sehat dan terjaminnya distribusi air bersih
8. Kementerian Desa: Pemanfaatan dana desa untuk pendampingan
pengobatan TB
9. Kementerian Agama: Edukasi TB melalui jalur pendidikan agama dan
poskestren, pemberdayaan santri pesantren sebagai kader TB
10. Kementerian Hukum dan HAM: Layanan & pencegahan TB di Rutan/Lapas,
regulasi hak-hak pasien TB
11. Kementerian Pemuda dan Olahraga: Melakukan kampanye dan menggerakan
pemuda peduli bebas TB
12. Kementerian Pertanian: Mendukung perbaikan gizi masyarakat untuk
mencegah TB
13. Kementerian Kelautan dan Perikanan: Mendukung gizi bersumber ikan,
pencegahan dan layanan TB untuk nelayan
14. Kementerian Perhubungan: Pemanfaatan transportasi publik untuk edukasi
TB, mendukung akses rujukan program TB
15. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan: Mewujudkan lingkungan
sehat untuk pengendalian faktor risiko TB

54
16. Kementerian Perdagangan: Regulasi tentang tembakau dan ketersediaan
farmasi dan alat kesehatan TB
17. Kementerian Keuangan:Menjamin ketersediaan dana untuk penanggulangan
TB di pusat, daerah, dan lintas sektor
18. Kementerian Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi:
Ketersediaan SDM yang kompeten, profesional, dan melayani untuk
mendukung eliminasi TB
19. Kementerian Komunikasi dan Informatika: Kampanye dan edukasi TB melalui
media cetak, elektronik, dan online
20. Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak:
Pemberdayaan perempuan dalam edukasi TB, stigma dan masalah gender
21. Badan Pengawas Obat dan Makanan:Dukungan proses registrasi obat dan reagen
TB yang baru, serta pengawasan kualitas obat TB dan peredaran di pasaran
22. Badan Pembiayaan Jaminan Kesehatan: Optimalisasi JKN untuk layanan dan
notifikasi kasus TB, pembiayaan katastropik TB, dan peningkatan kegiatan UKM
23. Gubernur/Bupati/Walikota: Memastikan adanya regulasi, sinkronisasi program
dan jaminan ketersediaan sumber daya (dana, tenaga, sarpras) yang
mencukupi untuk mendukung pencapaian SPM dalam mencapai Eliminasi TB
24. Lembaga Yudikatif: Dukungan terhadap hak-hak dan keadilan sosial pasien TB
25. Pelaku usaha: Mobilisasi dana CSR untuk TB, dukungan pencegahan dan
pelayanan TB di fasilitas kesehatan (RS dan klinik) milik pelaku usaha
26. Organisasi profesi: Penguatan Public-Private Mix (PPM) dan penguatan
kompetensi anggota untuk penemuan, pengobatan dan mandatori notifikasi TB
27. Organisasi keagamaan/organisasi kemasyarakatan: Edukasi, penguatan
penemuan dan pendampingan pengobatan
28. Keluarga dan anggota keluarga: Deteksi dini kasus TB di keluarga/masyarakat,
pendampingan pengobatan, pencegahan dan pengendalian faktor risiko
29. Media massa: Edukasi TB yang benar dan efektif, serta penghapusan stigma/
diskriminasi

55
B. Kemitraan

Koalisi Organisasi Profesi untuk Penanggulangan TB (KOPI TB)

Koalisi organisasi profesi Penanggulangan Tuberkulosis adalah gabungan dari


beberapa organisasi profesi yang mempunyai komitmen terlibat dalam
penanggulangan TB di tingkat nasional, provinsi dan di kabupaten/kota dalam
menjalankan peran dalam pelibatan jejaring PPM TB melalui penemuan kasus TB
dan implementasi pelaksanaan Jejaring Layanan dan Tatalaksana Tuberkulosis
sesuai Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran (PNPK) dan International Standards
for TB Care (ISTC). Keanggotaan bersifat terbuka. Organisasi profesi yang terlibat
sampai saat ini yaitu IDI, PDPI, PAPDI, IDAI, PDUI, PERDOKI, PDS PATKLIN, PATELKI, PDKI,
PAMKI, PPNI, PDSRI, dan IAI.

56
Koalisi organisasi profesi berperan:
• Memberikan dukungan dalam pelaksanaan Program TB ke Provinsi dan
kab/kota termasuk penyusunan NSPK (Norma Standar Prosedur dan Kriteria)
• IDI sebagai induk organisasi profesi mensosialisasikan regulasi yang
mewajibkan anggotanya untuk melakukan tatalaksana TB sesuai standar
serta melaporkan kasus TB yang ditemukan dan atau diobati.
• IDI, PDPI, PAPDI, IDAI, PDUI, PERDOKI, PDS PATKLIN, PATELKI, PDKI, PAMKI, PPNI,
PDSRI, dan IAI sebagai organisasi profesi yang menangani TB memberikan
informasi teknis tentang manajemen kasus TB dan memberikan anjuran
kepada anggotanya melakukan wajib lapor berdasarkan laporan Dinas
Kesehatan Kab/Kota.
• IAI sebagai induk organisasi apoteker akan mengeluarkan surat edaran
kepada anggotanya agar (1) tidak melayani pembelian OAT tanpa resep, (2)
melakukan konfirmasi kepada dokter yang memberikan resep OAT yang tidak
sesuai dengan standar, dan (3) menganjurkan orang dengan gejala TB untuk
memeriksakan diri ke fasyankes.

57
Koalisi organisasi profesional menguatkan kemitraan

Lokakarya Koalisi organisasi profesi untuk penanggulangan Tuberkulosis (KOPI TB)


memetakan peran dan tupoksi bagi seluruh anggotanya agar dapat berkontribusi
besar dalam eliminasi TB di Indonesia. Saat ini mereka memiliki anggota cukup
besar dan berpengaruh untuk menggerakkan program, misalnya IDI memiliki
142.250 anggota; PAPDI memiliki 3696 anggota; PDPI memiliki 910 anggota; IDAI
memiliki 3707 anggota; dan lainnya.

Banyaknya organisasi profesi yang mendukung program diperlukan


pengorganisasian agar lebih terpadu dan sinergis. Dengan difasilitasi Kementerian
Kesehatan mereka membentuk Koalisi profesi untuk mendukung Jejaring Kolaborasi
Layanan.

Kolaborasi Pemerintah-Swasta yang lebih dikenal dengan District Based Public-


Private Mix. Dengan jumlah anggota lebih dari 150.000 orang, maka koalisi profesi
akan menjadi menyukses strategi yang handal untuk mengeliminasi TB lebih cepat.

58
Koalisi profesi berperan dalam:
• Melakukan advokasi kepada para pembuat kebijakan di tingkat pusat dalam
rangka menciptakan situasi yang mendukung kegiatan program TB;
• Memastikan partisipasi organisasi profesi dalam koalisi di tingkat provinsi
dan kabupaten/kota dalam PPM berbasis kabupaten/kota;
• Memberikan dukungan dalam penerapan NSPK (Norma Standar Prosedur dan
Kriteria) kepada Program Nasional Penanggulangan TB; dan
• Memastikan pelaksanaan aturan wajib lapor (mandatory notification) kasus
TB bagi anggotanya.

Tugas masing masing organisasi profesi:


• IDI sebagai induk organisasi profesi dokter mensosialisasikan regulasi yang
mewajibkan anggotanya untuk melakukan tata laksana TB sesuai standar
serta melaporkan kasus TB yang ditemukan dan/atau diobati.
• PDPI, PAPDI, IDAI, PERDOKI, PDUI, dan PDKI sebagai organisasi profesi yang
menangani TB memberikan informasi teknis tentang manajemen kasus TB
dan memberikan anjuran kepada anggotanya untuk melakukan wajib lapor.
• PAMKI, PDS PATKLIN dan PATELKI sebagai organisasi Ahli Mirobilogi Klinik, ahli
Patologi Klinik dan Ahli Teknologi Laboratorium Medik akan mengeluarkan
surat edaran kepada anggotanya agar (1) melakukan pemeriksaan TB sesuai
pedoman; (2) memastikan layanan labotoriumnya ikut dalam uji mutu
kualitas labotorium pemeriksaan TB; dan (3) memastikan adanya kelanjutan
layanan bagi orang yang terindikasi TB.
• PDSRI sebagai organisasi Ahli Radiologi akan mengeluarkan surat edaran
kepada anggotanya agar (1) mendukung intensifikasi penemuan kasus TB
melalui kegiatan skrining terduga TB menggunakan pemeriksaan radiologis

59
dan (2) memastikan semua pasien sugestif TB berdasarkan pemeriksaan
radiologis TB mendapatkan tata laksana lanjutan diagnosis sesuai standar.
• Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) sebagai induk organisasi apoteker akan
mengeluarkan surat edaran kepada anggotanya agar (1) tidak melayani
pembelian OAT tanpa resep; (2) melakukan konfirmasi kepada dokter
memberikan resep OAT yang tidak sesuai standar; dan (3) memastikan orang
dengan gejala TB untuk memeriksakan diri ke fasyankes.
• Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) sebagai indukmorganisasi
perawat akan mengeluarkan surat edaran kepada anggotanya agar (1)
memastikan orang dengan gejala TB mendapatkan pemeriksaan sesuai
standar; (2) mendukung pengobatan TB sesuai standar; dan (3) Memberikan
edukasi dan informasi tentang penanggulangan TB kepada keluarga dan
masyarakat.

Kemitraan: Mendidik Masyarakat Melalui Transportasi Umum

Banyak sektor swasta telah berpartisipasi dalam program pengendalian TB, dalam
kemitraan dengan transportasi umum, pesan TB dapat ditempatkan di berbagai media.
Di Medan, pesan TB telah ditempatkan pada sepeda motor becak dan di Jakarta, pesan
TB telah ditempatkan di bus kota TransJakarta di DKI Jakarta. Di beberapa daerah ini
dilakukan kerja sama dengan LSM dan Dinas Perhubungan untuk memenfaatkan
angkutan sebagai media pendidikan masyarakat untuk meningkatkan kesadaran
masyarakat tentang masalah tuberkulosis di lingkungan kita.

60
Kemitraan dalam Advokasi, Komunikasi dan Mobilisasi Sosial

Advokasi adalah upaya atau proses terencana untuk memperoleh komitmen dan
dukungan dari pemangku kebijakan yang dilakukan secara persuasif, dengan
menggunakan informasi yang akurat dan tepat. Advokasi Program Penanggulangan
TB adalah suatu perangkat kegiatan yang terencana, terkoordinasi dengan tujuan:
• Menempatkan TB sebagai hal/perhatian utama dalam agenda politik
mendorong komitmen politik dari pemangku kebijakan yang ditandai adanya
peraturan atau produk hukum untuk program penanggulangan TB
• Meningkatkan dan mempertahankan kesinambungan pembiayaan dan
sumber daya lainnya untuk TB. Advokasi akan lebih efektif bila dilaksanakan
dengan prinsip kemitraan melalui forum kerjasama.

Kemitraan merupakan kerjasama antara program penanggulangan TB dengan


institusi pemerintah terkait, pemangku kepentingan, penyedia layanan, organisasi
kemasyarakatan yang berdasar atas 3 prinsip yaitu kesetaraan, keterbukaan dan
saling menguntungkan.

Beberapa upaya advokasi yang telah dilaksanakan selama tahun 2017 adalah:

Advokasi bersama kegiatan JEMM

Joint External Monitoring Mission for Tuberculosis (TB) control (JEMM TB),
berlangsung pada 16-27 Januari 2017 di Indonesia. Acara yang dilaksanakan oleh
Kementerian Kesehatan ini didukung oleh Komite ahli TB, WHO Indonesia,
Universitas, sektor nonpemerintah, Organisasi Masyarakat Sipil (OMS) dan pakar ahli
TB internasional sebagai mitra Indonesia dalam memerangi Tuberkulosis. Kegiatan
ini bertujuan untuk menyediakan analisa kondisi TB dan upaya pengendalian
Tuberkulosis di Indonesia, serta memberikan rekomendasi untuk memperkuat
layanan pengendalian Tuberkulosis dalam mencapai target yang tercantum dalam
Strategi Nasional Pengendalian TB, 2015-2019, The END TB strategy serta target dari
Sustainable Development Goals yang terkait TB. Salah satu kegiatan dalam rangkaian
kegiatan JEMM ini meliputi kunjungan ke beberapa lembaga utama bidang
kesehatan, kunjungan ke Bappenas yang dihadiri oleh lintas sektor dan lintas
program kementerian terkait yang salah satunya membahas kontribusi lintas
program lintas sektor terkait penanggulangan TB, serta kunjungan ke Komisi IX DPR
dari hasil kunjungan tersebut tim JEMM menghasilkan satu rekomendasi terkait
kontribusi lintas sektor dan program berupa perlunya membuat kesepakatan yang
rinci dengan berkolaborasi dengan kementerian terkait dalam pengendalian TB,
dengan pembagian tanggung jawab yang jelas, hasil/ouput, target dan waktu
pelaksanaan kegiatan.

61
Advokasi dengan perwakilan lintas Sektor

Kegiatan advokasi melalui diskusi bersama dengan lintas sektor antara lain
Bappenas, Kemenko PMK, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Hukum dan HAM,
BPJS Kesehatan, BPOM, Kementerian PUPR, Kemenaker, POLRI, Pusat Kesehatan TNI.
Proses FGD menghasilkan:
• Bappenas: Memasukkan program TB ke dalam RKP tahun 2018
• Kemenko PMK: Mendorong PP tentang SPM dan mendorong terbitnya PP
dengan mengkoordinir pertemuan HLM dengan K/L
• Kemendagri:
o Menerbitkan regulasi dukungan percepatan penanggulangan TB
sebagai penguatan SE Mendagri
o Mendorong Pemda menerbitkan kebijakan pelaksanaan pelayanan
bagi orang terduga TB yang diatur dalam PP SPM dan NSPK
pengendalian tuberkulosis
o Melakukan sinkronisasi program penanggulangan TB dalam RPJMD,
RKPD, dan APBD
o Kemenkumham: akan memonitor implementasi skrining TB bagi WBP
dan pengembangan surveilans terintegrasi dengan sistem informasi
program
• Kementerian PUPR: Akan menindaklanjuti data TB terutama daerah yang
memilki beban TB yang tinggi dengan data kawasan kumuh dan tidak layak
huni yang dimiliki Kementerian PUPR
• Kementerian Tenaga Kerja: Telah terbentuk jejaring layanan TB di Fasyankes
perusahaan dengan Puskesmas, namun belum berjalan optimal karena
keterbatasan dana
• BPJS Kesehatan: Akan memfasilitasi pengalokasian biaya jaminan kesehatan
untuk pasien TB pada penggunaan dana kapitasi operasional, serta akses
data pencatatan dan pelaporan penyakit TB di FKTP dan FKRTL yang tercatat
di aplikasi
• BPOM: Segera menindaklanjuti pembuatan regulasi yang menyatakan bahwa
akan membantu mempercepat proses registrasi obat TB
• POLRI: Akan memperkuat jejaring dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
wilayah setempat untuk penanggulangan TB
• Puskes TNI: Meneruskan instruksi pada Fasyankes dalam lingkungan TNI
informasi dan update pedoman dari Kementerian Kesehatan serta
pengembangan pelibatan babinsa untuk merujuk terduga TB.

62
Advokasi oleh Organisasi Masyarakat Sipil di Daerah

Di beberapa daerah telah dilaksanakan beberapa kegiatan yang telah mendorong


peran aktif Organisasi Masyarakat Sipil dalam melakukan gerakan advokasi
kesehatan khususnya TB, dalam skema perencanaan dan penganggaran. Dalam
proses, teridentifikasi empat area keterlibatan masyarakat sipil di dalam upaya
penanggulangan TB, yaitu:
• Advokasi kebijakan dan penganggaran TB
• Advokasi perbaikan layanan TB
• Berpartisipasi aktif mendukung penyediaan layanan TB
• Berpartisipasi aktif melakukan kampanye publik

Penguatan kemitraan dilaksanakan diberbagai daerah, beberapa contoh yang


dilakukan Kota Bandung, Kabupaten Jember, Kota Surakarta Kota Jayapura.

Kota Bandung membuat Koalisi Bandung Hantam TB

Organisasi masyarakat sipil yang terlibat: Yayasan Terus Berjuang (Terjang), Gerakan
Remaja Anti HIV AIDS (Graha), Graha Prima Karya Sejahtera (Grapiks), Aisyiyah, PKPU
Human Initiative, Masyarakat Peduli Posyandu Indonesia, Kesatuan Aksi Mahasiswa
Muslim Indonesia, Komisi Penanggulangan AIDS (KPA), Karang Taruna Kec. Bojongloa
Kaler, BEM Politeknik Kesehatan Kemenkes, LSM Lembaga Pemberdayaan dan
Pembangunan Daerah, Komunitas Masyarakat Peduli TB Kel. Sukaraja, Forum Warga
Peduli AIDS (WPA) Kota Bandung.

Beberapa kesepakatan Koalisi Bandung Hantam TB


• Koalisi memiliki komitmen untuk kesinambungan program
• berbagi peran antar stakeholder

63
• Bergabung dengan program Aisyiyah, untuk TB MDR
• Membuat srikandi TB, karena penderita perempuan ibu dan anak di Bandung
sangat tinggi (direncanakan akan audiensi dengan ibu walikota dan wakil
walikota
• Merintis upaya kerjasama dengan lembaga zakat di Bandung

Koalisi Masyarakat Peduli TB Kota Surakarta

Komunitas yang terlibat di kota Surakarta: Fatayat Nahdlatul Ulama Surakarta, Komisi
Penanggulangan AIDS Kota Surakarta, Yayasan Spek-HAM (Solidaritas Perempuan
untuk Kemanusiaan dan HAM, Yayasan Kakak (Kepedulian untuk Anak Surakarta),
LSM SARI (Social Analysis Research Institute), Lembaga Studi Kemasyarakatan dan
Bina Bakat (LKS Bina Bakat), Lentera (LSM Pendamping anak dengan HIV/AIDS), Gaya
Mahardika (Pendamping TB-HIV), Masyarakat Peduli Pelayanan Publik Surakarta
(MP3S), Yayasan MITRA ALAM (Pusat Pemulihan & Informasi Ketergantungan NAPZA,
SOLO PLUS (Pendamping TB-HIV), Majelis Kesehatan Aisyiyah Kota Surakart,
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Surakarta,Kader Paru Sehat, PATTIRO
Surakarta, Muslimat Nahdlatul Kota Surakarta.

Beberapa kesepakatan Koalisi Masyarakat Peduli TB


• Kegiatan untuk mendorong penanggulangan TB akan masuk ke dalam
kegiatan lembaga anggota koalisi
• Aisyiyah memiliki sumberdaya sampai 2020, bisa digunakan secara bersama
oleh koalisi
• Media massa bisa terus bekerjasama untuk mengawal isu TB
• Pendampingan pasien TB tetap dilakukan, Semar-organisasi pasien TB Jawa
Tengah sudah intens komunikasi dengan koalisi.
• Koalisi sudah diberikan slot untuk melakukan talkshow
• Kontak investigasi terus dilakukan, Aisyiyah per 3 bulan koordinasi dengan
Dinkes

Koalisi Jaring TB Kota Jayapura

Komunitas yang terlibat di kota Jayapura: Yayasan Harapan Ibu (YHI), Pimpinan
Wilayah Aisyiyah Papua, Ilalang Papua, Pemuda Muhammadiyah, Pemuda Perindo,
Alinasi Transparansi Anggaran untuk Papua, LPM Equator Papua, SR Community TB-
HIV Care Aisyiyah Papua, DPD IMM Papua, HMI Komisariat UNIYAP, Pemuda GPI “Jalan
Suci”, Angkatan Muda Kemah Injil (AMKI), SKPKC Fransiskan Papua, ICDP (Institute
Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat Papua), PW Nasyatul Aisyiyah Papua.

64
Beberapa kesepakatan Koalisi Koalisi Jaring TB
• Aisyiah dan Yayasan Harapan Ibu dapat memberikan dukungan
• Ada peluang Bank Muamalat dan Bank Papua untuk mendukung kegiatan
penanggulangan TB

Forum Masyarakat Peduli TB Jember

Komunitas yang terlibat di kota Jember: Muslimat NU Jember, Aisyiyah Jember,


Fatayat NU Jember, Nasyiatul Aisyiyah Jember, Komisi Penanggulangan AIDS (KPA)
Jember, Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Jember, KDS (Kelompok
Dukungan Sebaya) Pelangi, LSM Kelompok Kerja Bisa Sehat (KKBS) BWI, Pimpinan
Cabang IPNU Jember, Tim Penggerak PKK Jember, Public-Private Mix (PPM) Jember,
Pimpinan Cabang IPPNU Jember, Paguyuban TB Sekawans, Pemuda Muhammadiya,
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (P3A) Jember.

65
Gambar V.B.1. Bupati Jember Menandatangani Pakta Integritas sebagai Komitmen Penanggulangan TB
di Kabupaten Jember

Beberapa kesepakatan Koalisi Forum Masyarakat Peduli TB Jember


• Mendorong perubahan hasil advokasi
• Menggerakkan misi penanggulangan TB melalui publik-private mix Jember

Advokasi oleh koalisi organisasi masyarakat sipil di daerah tersebut telah


menghasilkan beberapa dukungaan sebagai berikut:
• Adanya komitmen dari para pemangku kepentingan (bupati, wakil walikota,
kepala dinas, pimpinan ormas, media) untuk melakukan aksi kolaboratif
penanggulangan TB. Komitmen ini tercermin dengan ditandatanganinya Pakta
Integritas untuk penanggulangan TB.
• Adanya komitmen dari pemerintah daerah dan DPRD untuk meningkatkan
alokasi anggaran kegiatan yang berkaitan langsung dengan TB.

Kabupaten Majene Sulawesi Barat membentuk Desa Sadar TB

Kegiatan advokasi dengan lintas sektor terkait yang menghasilkan beberapa


kesepakatan antara lain:
• Semua desa yang bertanda tangan bersedia menjadi desa sadar TB
• Setiap desa bersedia menganggarkan ADD untuk insentif kader dan transport
kegiatan TB
• Semua kader yang ditetapkan oleh kepala desa bersedia menjadi kader TB di
desanya

66
• Dalam pemilihan kader kepala desa berkoordinasi dengan kepala puskesmas
diwilayahnya
• Waktu pelaksanaan tahun 2018
• Hasil penataan kader dilaporkan ke kepala desa kemudian ke puskesmas
selanjutnya ke kabupaten dan kabupaten melaporkan ke provinsi
• Setiap desa bersedia menganggarkan di ADD dengan sharing dana OPD terkait
untuk pemberian makanan tambahan bagi penderita TB
• Pembuatan SK Kader yang ditanda tangani oleh kepala desa setempat
• Dinas kesehatan kabupaten menyediakan logistikuntuk desa sadar TB
termasuk format pencatatan
• Sertifikat desa sadar TB disediakan oleh dinas kesehatan provinsi Sulawesi
Barat.

Para blogger berkontribusi meningkatkan kesadaran masyarakat tentang TB

Indonesia termasuk di antara negara dengan jumlah pengguna media elektronik


tertinggi di dunia. Media sosial menjadi bagian dari intervensi penting untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat tentang TB, terutama di kalangan kelompok
usia produktif di mana kelompok terbanyak yang tertular TB. Penggunaan internet
meningkat dari tahun ke tahun dan
sekitar 53,6% berasal dari kelompok
usia 25-40 tahun. Diperkirakan ada
20 juta blogger aktif di Indonesia.
Program menyelenggarakan
lokakarya bagi komunitas blogger
untuk turut mendidik masyarakat
mengenai masalah TB (tentang
akses layanan, upaya promotif dan
pencegahan, penemuan kasus,
pendidikan tentang TB, pengobatan,
pemantauan pasien). Komunitas
blogger di Indonesia diundang
secara terbuka untuk berpartisipasi
dalam kompetisi blogger dengan 8
subtopik seperti pencegahan, akses
obat TB, beban ekonomi, stigma dan
diskriminasi. Para blogger juga
difasilitasi untuk mengunjungi dan
berdiskusi dengan pasien TB dan
petugas layanan kesehatan. Blogger
membuat dan mengunggah tulisan

67
atau video mereka ke Blog, Facebook, Twitter, YouTube dan media sosial lainnya.
Untuk mempertahankan keterlibatan para blogger, setiap tahun, program
mengadakan lokakarya para blogger untuk memberi mereka informasi TB terbaru.
Sebanyak 279 blogger dari 26 dari 34 provinsi mulai terlibat sejak tahun 2014 dan
579 artikel tentang TB dipublikasikan di media sosial dan lebih dari 2,5 juta
pengguna media sosial terpapar informasi TB.

Kompetisi Film Pendek

Kompetisi dilakukan bersama dengan siswa-siswi tingkat SMA yang bekerja sama
dengan Kemendikbud dilaksanakan di Jakarta, Medan dan Papua. Kegiatan ini
dilakukan dalam mendukung kegiatan Hari TB Sedunia. Kaum muda harus dilibatkan
sejak dini, untuk melibatkan pemuda dalam pengendalian TB melalui media
populer;, memperkuat kemitraan dengan kementerian pendidikan dan kementerian
komunikasi dalam pengendalian TB; dan berpartisipasi dalam Festival Film TB dalam
mendukung acara hari TB sedunia.

Kegiatan ini dilaksanakan di Medan (menghasilkan 8 film) dan Jakarta


(menghasilkan 9 film), Papua (dilaksanakan tgl 20-21 Februari 2018).

Lokakarya Jurnalistik dan Media Kreatif untuk Siswa SMA/K

Sebagai bagian dari kemitraan dan pemberdayaan kaum muda, program TB bekerja
sama dengan Challenge TB mengadakan lokakarya dua hari yang mengajarkan
Tuberkulosis melalui jurnalistik dan media kreatif. Sebanyak 20 siswa dari 10

68
sekolah menengah di Jakarta diundang untuk diberi pengetahuan tentang TB dan
mendorong mereka untuk menghasilkan mediakreatif tentang TB.

Para siswa mampu menghasilkan film pendek dalam waktu satu bulan. Ada 9 film
pendek telah diterima dengan total tampilan 11.199 dalam waktu satu bulan.

Mengenal Tuberkulosis lewat Fotografi

TBGRAPHY adalah pameran fotografi yang mendokumentasikan foto dari pasien


tuberkulosis dan mereka yang telah bekerja aktif dalam penanggulangan TB.
Pameran ini juga menyoroti berbagai teknologi yang digunakan untuk mendeteksi
infeksi tuberkulosis. Pameran ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran
masyarakat akan TB dengan memberikan penekanan pada pentingnya kerja sama
antar sektor untuk memerangi penyakit ini. Pembukaan upacara TBGRAPHY dihadiri
oleh Joseph R. Donovan, Duta Besar AS untuk Indonesia, Asik Surya, mewakili dari
Kementerian Kesehatan dan juga B.J. Habibie Presiden Ketiga Indonesia. Upacara

69
perayaan tersebut juga dihadiri oleh ketua Indonesian Stop TB Partnership, Arifin
Panigoro.

Habibie menyampaikan pengalamannya ketika beliau juga menjadi pasien TB


sewaktu tinggal di Jerman pada tahun 70-an. Pada akhirnya sambutannya berpesan,
“Dengan berobat teratur sesuai anjuran dokter, TB dapat disembuhkan.”

Kompetisi Vlog Tuberkulosis

Kompetesi bertemakan Me and My Story, yang menceritakan pengalamannya dalam


menghadapi masalah tuberkulosis baik yang terjadi pada dirinya, maupun orang lain.
Bagaimana mengatasinya dan pengalaman apa yang bisa menjadi pembelajaran bagi
kita semua agar tidak sakit TB. Kompetisi ini sedang berlangsung dan sudah lebih 10
vlog yang sudah masuk dan memnuhi persyarakat untuk dikompetisikan.

70
BAB VI
INFORMASI TUBERKULOSIS:
DATA UNTUK AKSI STRATEGIS DAN INOVASI
Sistem informasi menjadi bagian penting untuk berjalannya program secara baik.
Dengan informasi ini program dapat melakukan pemetaan, indentifikasi kelemahan
dan bagaimana melakukan tindak lanjut. Sistem informasi strategis tuberkulosis
meliputi sistem surveilans, sistem monitoring dan evaluasi dan penelitian
operasional TB.

Surveilans TB

Sistem surveilans terdiri dari surveilans berbasis indikator yaitu berdasarkan data
pelaporan dan Surveilans berbasis kejadian berupa survei: periodik dan sentinel.
Surveilans berbasis indikator dilaksanakan dengan menggunakan data layanan rutin
yang dilakukan pada pasien TB. Sistem surveilans ini merupakan sistem yang
mudah, murah dan masih bisa dipercaya untuk memperoleh informasi tentang TB.
Data untuk program Penanggulangan TB diperoleh dari sistem pencatatan-
pelaporan TB. Pencatatan menggunakan formulir baku secara manual didukung
dengan sistem informasi secara elektronik, sedangkan pelaporan TB menggunakan
sistem informasi elektronik. Penerapan sistem informasi TB secara elektronik
disemua faskes dilaksanakan secara bertahap dengan memperhatikan ketersediaan
sumber daya di wilayah tersebut.

Sistem pencatatan-pelaporan TB secara elektronik menggunakan Sistem Informasi


TB yang berbasis web dan diintegrasikan dengan sistem informasi kesehatan secara
nasional dan sistem informasi publik yang lain. Pencatatan dan pelaporan TB diatur
berdasarkan fungsi masing-masing tingkatan pelaksana.

Monitoring dan evaluasi program TB merupakan salah satu fungsi manajemen untuk
menilai keberhasilan pelaksanaan program TB. Monitoring dilakukan secara rutin
dan berkala sebagai deteksi awal masalah dalam pelaksanaan kegiatan program
sehingga dapat segera dilakukan tindakan perbaikan. Evaluasi dilakukan untuk
menilai sejauh mana pencapaian tujuan, indikator, dan target yang telah ditetapkan.
Pelaksanaan Monev merupakan tanggung jawab masing-masing tingkat pelaksana
program, mulai dari Fasilitas kesehatan, Kabupaten/Kota, Provinsi hingga Pusat.

Dalam pelaksanaan monitoring dan evaluasi dan kegiatan surveilans, diperlukan


suatu sistem pencatatan dan pelaporan baku yang dilaksanakan dengan baik dan
benar, dengan maksud mendapatkan data yang sah atau valid untuk diolah,

71
dianalisis, diinterpretasi, disajikan dan disebarluaskan untuk dimanfaatkan sebagai
dasar perbaikan program.

Sistem Informasi TB (Penggabungan SITT dan e-TB Manager)

Saat ini sistem infomasi TB terdiri atas Sistem Informasi TB Terpadu (SITT) untuk
pelaporan kasus TB sensitif obat, e-TB Manager untuk pelaporan kasus TB resisten
obat, dan WiFi TB untuk pelaporan kasus TB di Dokter Praktik Mandiri. Untuk
mengoptimalkan fungsi sistem informasi dan melakukan efisiensi (seperti pelatihan,
sumber daya, dan pengawasan), maka diperlukan menggabungkan SITT dan e-TB
Manager ke dalam satu sistem yang kemudian disebut dengan Sistem Informasi TB
(SI TB). Pengembangan SI TB dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Notifikasi Wajib (Mandatory Notification)

TB adalah penyakit menular yang wajib dilaporkan. Setiap fasilitas kesehatan yang
memberikan pelayanan TB wajib mencatat dan melaporkan kasus TB yang
ditemukan dan/atau diobati. Pelanggaran atas kewajiban ini bisa mengakibatkan

72
sanksi administratif sampai pencabutan izin operasional fasilitas kesehatan yang
bersangkutan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Sistem notifikasi wajib dapat dilakukan secara manual atau melalui sistem
elektronik sesuai dengan tata cara dan sistem yang ditentukan oleh program
penanggulangan TB. Notifikasiwajib pasien TB untuk FKTP (klinik dan dokter praktik
mandiri) disampaikan kepada Puskesmas setempat.Puskesmas akanmengkompilasi
laporan kasus TB dari semuaFKTP di wilayah kerjanya dan melaporkan kepada Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota setempat.Mengingat keterbatasan sumber daya di FKTP
(klinik dan dokter praktik mandiri) maka harus disiapkan sistem informasi TB yang
lebih sederhana dan mudah dilaksanakan.

Notifikasi wajib pasien TB dari FKRTL (Rumah Sakit, BP4, Klinik Madya dan Utama)
disampaikan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/kota setempat menggunakan
sistem informasi TB yang baku.

Dinas Kabupaten/Kota bertanggungjawab untuk mengawasi dan membina


pelaksanaan sistem notifikasi wajib di wilayahnya masing-masing sebagai bagian
rutin kegiatan tim PPM.

Inovasi WiFi TB

Wajib notifikasi TB (Wifi TB) adalah aplikasi user-friendly untuk memudahkan dokter
puskesmas, klinik pratama, praktik mandiri (umum dan spesialis), rumah sakit
(pemerintah dan swasta, BP4, BKPM, BBKPM dan fasilitas kesehatan penunjang
(laboratorium) mengumpulkandan melaporkan informasi medis pasien TB secara
digital.

73
Penggunaan Aplikasi Mobile EMPATI

Aplikasi mobile pemantauan dan pendampingan bagi pasien TB (EMPATI – E-TB


Mobile untuk Pendampingan pAsien TB) merupakan alat untuk membantu petugas
kesehatan, manajer kasus, pasien TB, kader dan pendidik sebaya dalam
memastikan pasien TB menyelesaikan pengobatan.

Penggunaan aplikasi mobile dipilih agar pengguna dapat mengupdate / memperoleh


data dan informasi yang diperlukan dimanapun dan kapanpun diperlukan, dan tidak
membutuhkan device (misalnya komputer) yang mahal. Penggunaan aplikasi/fitur
pun oleh pengguna akan diatur sedemikian rupa, sehingga tepat pengguna dan
tepat informasi.

Data Ketepatan Waktu Laporan

Laporan dianggap tepat waktu jika laporan dikirim paling lambat 15 hari setelah
triwulan berakhir.

Tabel VI.1. Persentase Kabupaten/Kota yang Melaporkan Tepat Waktu

Tahun 2016 Tahun 2017


No. Provinsi
TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3
1 Aceh 48 13 57 48 39 13 52
2 Sumatra Utara 36 15 12 24 48 45 76
3 Sumatra Barat 53 68 63 11 11 63 32
4 Riau 50 83 25 50 33 25 58
5 Kepulauan Riau 100 43 86 71 57 71 43
6 Jambi 45 9 0 18 27 0 9
7 Sumatra Selatan 35 41 29 41 59 35 24
8 Bangka Belitung 100 29 86 100 71 100 86
9 Bengkulu 60 0 20 80 60 10 30
10 Lampung 53 0 40 13 27 27 20

74
11 Banten 63 38 13 100 88 88 100
12 DKI Jakarta 83 83 83 83 100 100 83
13 Jawa Barat 56 15 41 44 44 59 59
14 Jawa Tengah 83 71 54 66 60 69 57
15 DI Yogyakarta 100 40 60 60 40 80 100
16 Jawa Timur 63 13 58 74 47 55 58
17 Kalimantan Barat 36 14 7 14 21 7 36
18 Kalimantan Tengah 50 21 36 64 43 43 14
19 Kalimantan Selatan 15 0 31 31 15 23 38
20 Kalimantan Timur 30 20 10 50 50 20 40
21 Kalimantan Utara 0 20 0 0 0 20 40
22 Sulawesi Utara 33 0 47 53 27 40 33
23 Gorontalo 33 17 17 17 0 0 17
24 Sulawesi Tengah 77 0 69 54 31 8 8
25 Sulawesi Selatan 88 13 33 54 17 25 13
26 Sulawesi Barat 50 0 50 33 17 0 17
27 Sulawesi Tenggara 35 29 35 24 12 35 12
28 Bali 78 33 44 89 0 11 56
29 Nusa Tenggara Barat 90 0 50 30 30 30 20
30 Nusa Tenggara Timur 64 18 27 50 36 36 27
31 Maluku 27 0 9 64 45 27 0
32 Maluku Utara 50 10 30 40 0 60 40
33 Papua 45 21 24 21 34 34 31
34 Papua Barat 8 8 0 15 8 0 0
Indonesia 54 23 37 45 36 38 39

Keterangan:
0-49
50-69
70-89
90-100

Pembentukan Jejaring Riset TB (JetSet TB)

Riset menjadi salah satu pilar untuk mendukung strategi dan kebijakan TB berbasis
bukti. Banyak penelitian TB yang tersebar di seluruh Indonesia baik yang
dilaksanakan oleh Universitas maupun Lembaga riset yang ada di bawah Kemenkes,
Kemenristek Dikti maupun Kementerian lain. Kegiatan riset tersebut harus dapat
dimanfaatkan dan diarahkan untuk mendukung akselerasi tercapainya eliminasi TB
di Indonesia.

Untuk mewadahi kegiatan tersebut pada April 2017, telah dibentuk Jejering Riset TB
yang disebut dengan JetSet TB Indonesia, beranggotakan akademisi, profesi,
danpeneliti di bidang TB yang berfungsi sebagai:
• Menghasilkan penelitian TB sebagai evidence policy untuk pengambilan
kebijakan program

75
• Mewadahi komunikasi untuk pertukaran informasi
• Menghasilkan peneliti TB yang berkualitas
• Menjadi mitra strategis program TB Nasional.

JetSet TB bertujuan untuk membangun:


• Basis data penelitian TB yang aktual dan terkini
• Kapasitas peneliti TB yang professional
• Komunikasi efektif antar peneliti dan pengambil kebijakan
• Kemitraan strategis dengan Program TB di seluruh Indonesia.

Rencana Aksi Nasional (RAN) Riset TB Tahun 2017-2020 dibuat agar riset TB sejalan
dengan agenda penelitian TB dan bermanfaat bagi Program TB Nasional. Sedangkan
Panduan Riset TB dibuat sebagai panduan oleh berbagai kelangan perguruan tinggi,
dinas kesehatan provinsi/kabupaten/kota, serta lembaga swadaya masyarakat yang
tertarik dalam kegiatan riset operasional TB, agar terdapat kesamaan dalam
pemahaman tentang pengertian, ruang lingkup, dan metode yang digunakan dalam
riset operasional.

Sosialisasi Hasil: Seminar Nasional Penelitian

Pada tanggal 26-27 Oktober 2017, di Solo Jawa Tengah, telah dilaksanakan Seminar
Nasional Riset Tuberkulosis, bertujuan memperkuat jejaring riset, mempromosikan
riset TB bagi instansi penelitian atau universitas, mengetahui masalah prioritas riset
TB dan agar dapat berkontribusi untuk Program Penanggulangan TB Nasional secara
aktif. Seminar tersebut menjadi media tersebar luasnya berbagai informasi terbaru
hasil riset TB yang bisa dimanfaatkan bagi pelaksanan program, peneliti, praktisi, dan
masyarakat.

76
Kegiatan riset TB yang dilakukan pada tahun 2017 difokuskan kepada isu akselerasi
penemuan pasien TB, antara lain riset tentang:
• Akselerasi Investigasi Kontak Melalui Deteksi Dini Untuk Meningkatkan
Penemuan Kasus TB (Bali)
• Dukungan Keluarga dan Tokoh Agama Informal Dalam Penemuan Terduga
Kasus dan Pendampingan Pasien TB (NTT)
• Peningkatan penemuan kasus melalui Program Terpadu TB-DM (Jateng)
• Strategi pelibatan Dokter Praktik Swasta. (Kalsel, Jatim)
• Perbaikan algoritma diagnosis TB Anak ( DIY, Sumbar)
• Inventory Study (Aceh, Sumbar, Riau, Sumsel, Lampung, Jakarta, Jabar, Jateng,
Jatim, Kalteng, Kaltim, Sulsel, Sulbar, Bali, NTT)
• Analisis Kebijakan Pembiayaan Program TB dalam 3 Tahun Pelaksanaan JKN
(Deli Serdang, Medan, Bogor, Bandung, Jakarta)
• Peningkatan pemanfaatan TCM.

Pemodelan Epidemiologi TB

Model dampak TIME diperkenalkan di Indonesia pada tahun 2016 dan digunakan
untuk pengembangan Concept Note Global Fund 2018-2020. Berbagai skenario
dimodelkan untuk menilai dampak potensial terhadap parameter epidemiologi
seperti kejadian, prevalensi dan mortalitas. Bidang/intervensi utama program yang
dimodelkan sebagai berikut:
1. Meningkatkan hasil pengobatan
2. Ekspansi TCM & peningkatan keterkaitan dengan layanan
3. Intervensi HIV & IPT

Mengingat ada intervensi lain yang tidak dapat dimodelkan dalam TIME, yang
selanjutnya akan mengurangi epidemi ini, Indonesia harus dapat memenuhi
pengurangan 20% kejadian dan penurunan angka kematian sebesar 40% pada
2020, dengan syarat bahwa semua target tercapai.

77
Pemodelan Insidens TB per Kabupaten/Kota (District Modelling)

Hasil survei prevalensi pada 2013/2014 memberikan gambaran perkiraan insidens


di tingkat nasional dan regional. Sementara pendanaan dan pelaksanaan Program
Nasional dilakukan terdesentralisasi pada tingkat kabupaten/kota dan bergantung
pada pendanaan penanggulangan TB oleh 516 kabupaten/kota. Oleh karena itu
diperlukan data mengenai besaran beban TB pada setiap kabupaten/kota.

Pada perhitungannya, estimasi insiden TB tingkat kabupaten, dihitung berdasarkan


perkiraan regional dan faktor risiko. Model terakhir meliputi ukuran populasi, tingkat
urbanisasi, dan indikator sosioekonomi (ruang lantai dan penyelesaian sekolah
menengah). Gambar di bawah menunjukkan walaupun tingkat insiden di Jawa relatif
rendah, diperkirakan total jumlah kasus kejadian lebih tinggi karena tingginya
jumlah penduduk. Sebaliknya terjadi di wilayah Papua, tingkat insiden yang lebih
tinggi namun menurunkan jumlah absolut karena kurang berpenduduk.

78
Estimasi angka cakupan penemuan (CDR) adalah rasio jumlah kasus yang dilaporkan
berbasis layanan terhadap perkiraan insiden TB. Diantara 9 kabupaten/kota yang
memiliki CDR lebih dari 100%, 6 diantaranya adalah perkotaan. Perkotaan memiliki
akses dan layanan yang relatif lebih baik dibandingkan dengan sekitarnya yang
memungkin akan menarik pasien TB dari kabupaten sekitarnya.

Perkiraan insiden TB per kabupaten dan provinsi dimasukkan ke dalam Rencana


Strategis Nasional dan dijadikan acuan untuk menetapkan sasaran temuan kasus
baik di tingkat kabupaten dan provinsi. Informasi mengenai beban dan target TB
digunakan untuk membantu proses perencanaan dan advokasi di tingkat kabupaten
dan provinsi dan merupakan dasar indikator pencapaian sebagai alat untuk
memantau kinerja kabupaten tentang pengendalian TB.

Penguatan Surveilans TB: Menyisir Laporan TB di Rumah Sakit

Dengan adanya missing cases TB yang cukup besar menyimpulkan bahwa sistim
surveilans TB masih lemah, belum mampu membaca situasi sebenarnya, terlalu
rumit dan tidak paktis. Beberapa perbaikan telah dimulai seperti menguatkan sistem
jejaring, memanfaatkan teknologi, memantapkan peranti lunak, memulai dengan
identitas tunggal, dan lain lainnya yang masih memerlukan solusi jangka panjang.
Kasus TB yang hilang harus disikapi selain penyelesaian jangka panjang juga jangka
pendek dengan melakukan surveilans aktif yaitu dengan melakukan penyisiran data
yang belum terunggah di sistem informasi TB terpadu (SITT), salah satunya adalah
menyisir data ke rumah sakit. Kegiatan ini dilakukan mulai awal bulan November
2017, mengambil sampel beberapa Rumah Sakit besar sebagaimana tabel di bawah

79
ini. Kegiatan ini harus dilakukan selagi memperbaiki sistem surveilans yang masih
lemah.

GKM (Gugus Kendali Mutu) TB

“Meningkatkan Cakupan Penemuan Semua Kasus TB (CDR) yang Diobati dengan


Program GET TB di Puskesmas Kecamatan Cipayung (periode April-Juli 2017)”

Gugus Srikandi Charming Puskesmas Kecamatan Cipayung memilih Laboratorium


dan Poli TB sebagai target untuk memberantas Tuberkulosis di wilayah Kecamatan
Cipayung. Masih rendahnya cakupan penemuan semua kasus TB yang diobati (Case
Detection Rate, disebabkan belum CDR) mudahnya akses periksa dahak; kurangnya
sosialisasi TB DOTS klinik swasta; belum adanya akses komunikasi; belum adanya
fiksasi pot dahak; kurangnya media TB; kader TB terbatas; kurangnya sosialisasi
peran lintas sektor (linsek) terhadap TB.

Program GET TB dengan melakukan AJES, membuat jejaring TB DOTS klinik swasta;
SMS Getway; mobile container; leaflet; buku saku kader, membentuk kader cerdas TB,
meningkatkan kepedulian linsek. Cakupan CDR telah meningkat dari 95 pada Maret
2017 menjadi 354 di Juli 2017.

80
81
Surveilans Ketenagaan Program

Untuk berjalannya kegiatan program secara baik diperlukan tenaga yang kompeten,
motivatif dan jumlah yang memadai.

Tabel VI.2. Tenaga Kesehatan di Puskesmas yang Mendukung Program Tuberkulosis.

82
Keterangan:
80-100
60-79.9
0-59.9

Tabel VI.3. Tenaga Kesehatan di Rumah Sakit

83
Inovasi pelatihan jarak jauh (LJJ)

Untuk mempercepat peningkatkan jumlah tenaga kesehatan yang dilatih, perlu


dilakukan terobosan yang cepat melalui Pelatihan Jarak Jauh (LJJ) online. LJJ
merupakan pendekatan pelatihan yang masih relatif baru dan jarang digunakan,
terlebih lagi LJJ berbasis web (LJJ online). Lokakarya LJJ online berlangsung selama
2 bulan dari bulan Oktober awal sampai dengan pertengahan November 2017, ini
merupakan tindak lanjut dari pertemuan Lokakarya LJJ untuk tutor.

84
Preservice Training untuk mendukung Eliminasi Tuberkulosis

Perguruan Tinggi memiliki kewajiban untuk menghasilkan tenaga lulusannya yang


siap pakai. Karena itu perlu dilakukan untuk link and match agar lulusannya juga
memahami kompetensi tuberkulosis. Untuk itu telah disusun Pedoman Penyusunan
Modul Tuberkulosis untuk Pendidikan Dokter di Indonesia.

Gambar VI.1. Pedoman Penyusunan Tuberkulosis untuk Pendidikan Dokter di Indonesia

85
Evaluasi Pasca Pelatihan Wasor

Setelah dilakukan pelatihan wasor di 34 provinsi, harus dilakukan evaluasi pasca


pelatihan untuk memantau kegiatan sudah direncanakan (RTL). Selain melalui surat
kepada Kepala Dinas Kesehatan tingkat Provinsi, Kabupaten/Kota yang diteruskan
kepada wasor yang selesai dilatih, juga melalui grup WhatsApp.

Surveilan Laboratorium

Kualitas laboratorium TB di Indonesia dipantau melalui kegiatan pemantapan mutu


masing-masing laboratorium. Pemantapan mutu laboratorium TB terdiri dari
Pemantapan Mutu Internal (PMI) yang dikerjakan oleh masing-masing laboratorium,
Pemantapan Mutu Eksternal (PME) yang dilakukan oleh laboratorium dengan jenjang
lebih tinggi dan Peningkatan Mutu.

Kualitas Laboratorium Mikroskopis TB

PME laboratorium mikroskopis TB dilakukan melalui kegiatan uji silang dan uji
profisiensi (tes panel). Uji silang mikroskopis TB dilakukan secara rutin tiap triwulan,
dan ditargetkan semua laboratorium mikroskopis TB mengikuti kegiatan tersebut
secara rutin. Indikator uji silang yang dilaporkan adalah partisipasi kabupaten/kota
dalam uji silang, partisipasi fasyankes mikroskopis dalam uji silang, dan proporsi
fasyankes kinerja baik di antara seluruh fasyankes mikroskopis. Partisipasi
kabupaten/kota dalam uji silang per tanggal 1 Maret 2018 adalah sebagaimana yang
digambarkan sesuai grafik berikut:

Cakupan Partisipasi Kab / Kota dalam Uji Silang


Mikroskopis TB 2017 (TW1, 2, dan 3)
250 50%

45%

200 40%

35%

150 30%
Jml Kab/Kota

25%

100 20%

15%

50 10%

5%

0 0%
TW 1 - 2017 TW 2 - 2017 TW 3 - 2017
Partisipasi kab kota 238 201 178
% Partisipasi kab kota 46% 39% 35%

86
Fasyankes ikut Uji Silang & Berkinerja Baik dalam Uji Silang
Mikroskopis Th. 2016-2017
3000 29%

Jml fasyanes mikroskopis TB


28%
2500

27%
2000

26%
1500
25%

1000
24%

500
23%

0 22%
TW 1 - 2017 TW 2 - 2017 TW 3 - 2017
Faskes Ikut CC 2486 2267 2038
Faskes Kinerja Baik 1860 1822 1631
% Faskes Kinerja Baik 28% 27% 24%

Kualitas Laboratorium TCM

PME laboratorium TCM dilakukan melalui monitoring indikator laboratorium TCM


yaitu indikator keberhasilan pemeriksaan (tingkat error), indikator pemanfaatan alat
(tingkat pengunaan alat, proporsi pemeriksaan TB berdasarkan tipe pasien TB,
temuan kasus TB), indikator pemeliharaan alat (status kalibrasi, penanganan
kerusakan alat), dan indikator pencatatan pelaporan (keteraturan pengumpulan
laporan bulanan).

Indikator keberhasilan pemeriksaan TCM dilakukan melalui pemantauan tingkat


error alat TCM yang telah operasional. Secara umum, tingkat error alat di Indonesia
adalah sebesar 2-3 % dengan trend sesuai grafik di bawah.

87
Persentase Test Error Nasional Tahun 2017 Berdasarkan
Laporan Bulanan TCM per 3 Januari 2018
3%
4%
3%
3%
3%
3%
2%
3%
2% 2%
2% 2% 2% 2%
2% 2%

2%

1%

1%

0%
JAN FEB MAR APR MAY JUN JUL AUG SEP OCT NOV DEC

Perhitungan tingkat error dihitung dengan membagi jumlah error dengan total
pemeriksaan, dengan angka yang masih dapat ditoleransi adalah <5%. Dari grafik di
atas diketahui tingkat error alat TCM di Indonesia masih dalam batas normal.

Indikator Tingkat Penggunaan TCM

Tingkat penggunaan alat TCM didefinisikan sebagai persentase jumlah pemeriksaan


TCM per bulan dibandingkan dengan maksimal kapasitas pemeriksaan sesuai
jumlah modul yang operasional. Kapasitas maksimal pemeriksaan TCM adalah 50
tes per modul per bulan. Tren penggunaan alat TCM per bulan secara nasional
tergambar pada grafik di bawah.

88
Gambar VI.4. Tren penggunaan TCM per Bulan pada Tahun 2017

25000 24% 25%

21%
20%
20000 18% 19271 20%
18762
18% 17% 17%
16% 16%
16139
14%
15000 14114 15%
11% 11701

9395
10000 10%
7900 7600
6743 6%
6178
4821 4826
5000 5%
1615 1764 1844 1913 1915
1187 1328 1447
671 944
545 557

0 0%
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sept Okt Nov Des
Modul Total Test Utilisasi

Pada grafik tersebut terlihat peningkatan persentase penggunaan alat TCM walaupun
jumlah modul meningkat, hal ini menunjukkan kemampuan manajerial
laboratorium TCM dalam menghadapi penambahan modul di wilayahnya.

Gambar VI.5. Tingkat Penggunaan TCM per Provinsi Tahun 2017

35000 35%

29%
30000 30%
26%
24%
23%
25000 22% 25%
21%
19% 19% 19%
19% 19%
20000 17% 17%
20%
15% 15%

15000 15%
11% 11%
9% 10% 9% 9%
8%9% 8% 8%
10000 7% 10%
6%7% 6%
5% 5%
3% 3%
5000 5%
0%

0 0%

Modul Total Test Utilisasi

89
Dari grafik di atas terdapat 17 provinsi dengan penggunaan rendah (<10%), 17
provinsi dengan tingkat penggunaan menengah (11-49%). Tidak terdapat provinsi
yang memmiliki tingkat penggunaan tinggi (>50%).

Indikator Proporsi Pemeriksaan TB Berdasarkan Tipe Pasien TB

Perbandingan penggunaan TCM berdasarkan tipe pasien TB pada tahun 2016 dan
2017 terlihat peningkatan penggunaan TCM pada kelompok terduga TB.

Pemeriksaan TCM tahun 2016 Pemeriksaan TCM tahun 2017


1%

100
634
TB MDR
1% 3%
2%
1590 1937
3% TB
TB-HIV
TB RO
37% 53% TB HIV
Pediatric TB TB Anak
TB DM
TB EP
Presumptive TB Lainnya

21027
Others

Indikator Keteraturan Pengumpulan Laporan Bulanan

Laporan bulanan TCM dikumpulkan paling lambat tanggal 5 bulan berikutnya oleh
masing-masing laboratorium TCM. Proporsi laboratorium yang melaporkan laporan
bulanan per bulan terlihat pada grafik berikut.

500 70%

450
60%
400

350 50%

300
40%
250
30%
200

150 20%

100
10%
50

0 0%
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
∑ Site Lapor 75 74 100 152 193 202 220 248 286 287 251 89
∑ Site per Bulan 134 136 165 231 291 326 354 395 432 452 469 469
% Site Lapor 56% 54% 61% 66% 66% 62% 62% 63% 66% 63% 54% 19%

90
Utilisasi TCM

Utilisasi TCM diukur dengan jumlah total pemeriksaan (test) dibagi dengan jumlah
modul yang operasonal x 3 x 20 hari kerja per bulan. Angka 3 adalah jumlah
pemeriksaan per hari.

91
92
93
94
95
96
97
Surveilans Logistik TB

Kelengkapan laporan, sekitar 60% provinsi (kabupaten kota) yang tidak melaporkan
ketersediaan logistik OAT.

Tingkat ketersediaan OAT lini pertama diukur dengan membandingkan jumlah kasus
dengan ketersediaan OAT dihitung dalam bulan ketersediaan. Sebagai contoh
ketersediaan 91,6 bulan artinya OAT tersebut cukup untuk lebih dari 7 tahun.
Beberapa kemungkinan antara lain kasus tidak terlaporkan atau tidak ditemukan
atau tidak ada kegiatan. Sebagai konsekuensi akan terjadi kedaluwarsa terhadap OAT
tersebut bila tidak dilakukan akselerasi penemuan kasus atau manajemen distribusi
yang baik (relokasi).

98
Contoh berikut adalah grafik situasi stock out dan overstock untuk OAT kategori anak.
Terlihat pada beberapa provinsi yang di satu pihak beberapa kabupaten kotanya
mengalami stok out tetapi di kabupaten/kota yang lain mengalami overstock. Hal ini
perlu pembinaan manajemen distribusi logistik TB.

99
LAMPIRAN
Estimasi insiden kasus TB di Indonesia tahun 2017

Estimasi insiden kasus TB per 100.000 penduduk di Indonesia tahun 2017


Insiden per Kabupaten/Kota 2017-2020

Jumlah
Perkiraan insiden TB Case Detection
Provinsi Kabupaten/Kota Penduduk
Rate Tahun 2017
Tahun 2017 2017 2018 2019 2020
ACEH 5.189.466 23.763 23.213 22.299 21.010 27,99%
ACEH ACEH BARAT 201.682 921 902 869 821 22,81%
ACEH ACEH BARAT DAYA 145.726 622 607 582 547 13,02%
ACEH ACEH BESAR 409.109 1.843 1.804 1.736 1.641 16,71%
ACEH ACEH JAYA 89.618 361 352 339 320 38,20%
ACEH ACEH SELATAN 231.893 977 951 909 853 34,18%
ACEH ACEH SINGKIL 119.490 556 544 524 495 41,00%
ACEH ACEH TAMIANG 287.007 1.350 1.314 1.258 1.180 17,33%
ACEH ACEH TENGAH 204.273 912 894 860 812 18,09%
ACEH ACEH TENGGARA 208.481 919 898 865 816 11,97%
ACEH ACEH TIMUR 419.594 1.798 1.758 1.694 1.601 18,74%
ACEH ACEH UTARA 602.554 2.661 2.591 2.479 2.327 47,24%
ACEH BENER MERIAH 142.526 599 585 564 533 7,68%
ACEH BIREUEN 453.224 2.009 1.964 1.895 1.789 36,54%
ACEH GAYO LUES 91.024 400 391 375 354 46,20%
ACEH KOTA BANDA ACEH 259.913 1.620 1.586 1.527 1.447 35,00%
ACEH KOTA LANGSA 171.574 1.005 980 939 882 25,07%
ACEH KOTA LHOKSEUMAWE 198.980 1.160 1.137 1.094 1.034 28,12%
ACEH KOTA SABANG 33.978 185 181 172 162 24,85%
ACEH KOTA SUBULUSSALAM 78.725 352 344 330 310 28,10%
ACEH NAGAN RAYA 161.329 654 640 615 579 26,91%
ACEH PIDIE 432.599 1.808 1.762 1.686 1.583 26,66%
ACEH PIDIE JAYA 154.795 648 636 612 578 20,67%
ACEH SIMEULUE 91.372 403 391 372 348 50,16%
SUMUT 14.262.147 73.488 71.296 68.028 63.668 34,35%
SUMUT ASAHAN 718.718 3.467 3.354 3.192 2.979 28,52%
SUMUT BATU BARA 409.091 1.894 1.835 1.748 1.634 22,33%
SUMUT DAIRI 281.876 1.251 1.207 1.144 1.065 21,18%
SUMUT DELI SERDANG 2.114.627 12.106 11.844 11.394 10.747 34,92%
SUMUT HUMBANG HASUNDUTAN 186.694 810 785 748 699 32,35%
SUMUT KARO 403.207 1.835 1.789 1.716 1.613 28,56%
SUMUT KOTA BINJAI 270.926 1.671 1.621 1.546 1.447 20,17%
SUMUT KOTA GUNUNGSITOLI 139.281 673 654 624 584 21,98%
SUMUT KOTA MEDAN 2.247.425 14.141 13.673 13.004 12.133 65,48%
SUMUT KOTA PADANGSIDIMPUAN 216.013 1.255 1.221 1.169 1.096 42,70%
SUMUT KOTA PEMATANG SIANTAR 251.513 1.609 1.556 1.480 1.382 39,60%
SUMUT KOTA SIBOLGA 87.090 600 577 547 508 45,67%
SUMUT KOTA TANJUNG BALAI 171.187 1.170 1.137 1.086 1.017 14,01%
SUMUT KOTA TEBING TINGGI 160.686 1.034 1.004 959 898 14,12%
SUMUT LABUHAN BATU 478.593 2.316 2.259 2.168 2.039 28,37%
SUMUT LABUHAN BATU SELATAN 326.825 1.430 1.398 1.344 1.267 10,63%
SUMUT LABUHAN BATU UTARA 357.691 1.502 1.454 1.384 1.293 24,51%
SUMUT LANGKAT 1.028.309 4.844 4.682 4.449 4.148 12,20%
SUMUT MANDAILING NATAL 439.505 2.095 2.029 1.933 1.807 43,76%
SUMUT NIAS 137.588 618 596 565 526 45,78%
SUMUT NIAS BARAT 85.801 377 364 346 321 31,81%
SUMUT NIAS SELATAN 314.395 1.308 1.267 1.206 1.127 17,74%
SUMUT NIAS UTARA 136.090 598 578 550 513 22,73%
SUMUT PADANG LAWAS 269.799 1.176 1.153 1.111 1.050 13,78%
SUMUT PADANG LAWAS UTARA 262.895 1.082 1.058 1.018 960 34,18%
SUMUT PAKPAK BHARAT 47.183 193 189 181 171 24,35%
SUMUT SAMOSIR 125.099 536 518 490 456 46,99%
SUMUT SERDANG BEDAGAI 612.924 2.905 2.796 2.649 2.460 25,37%
SUMUT SIMALUNGUN 859.228 3.967 3.827 3.632 3.381 18,86%
SUMUT TAPANULI SELATAN 278.587 1.157 1.117 1.061 989 39,16%
SUMUT TAPANULI TENGAH 363.705 1.781 1.740 1.672 1.575 22,97%
SUMUT TAPANULI UTARA 297.806 1.259 1.216 1.156 1.078 20,98%
SUMUT TOBA SAMOSIR 181.790 825 796 756 704 50,04%
SUMBAR 5.321.489 26.031 25.275 24.139 22.616 31,86%
SUMBAR AGAM 484.288 2.248 2.174 2.067 1.929 30,39%
SUMBAR DHARMASRAYA 235.476 1.113 1.095 1.060 1.006 23,64%
SUMBAR KEPULAUAN MENTAWAI 88.692 372 364 350 330 40,86%
SUMBAR KOTA BUKITTINGGI 126.804 832 811 777 731 30,66%
SUMBAR KOTA PADANG 927.011 5.822 5.661 5.413 5.077 33,91%
SUMBAR KOTA PADANG PANJANG 52.422 335 325 311 292 49,01%
SUMBAR KOTA PARIAMAN 86.618 490 476 454 425 45,74%
SUMBAR KOTA PAYAKUMBUH 131.819 783 762 730 686 20,31%
SUMBAR KOTA SAWAH LUNTO 61.398 341 330 315 294 26,65%
SUMBAR KOTA SOLOK 68.602 446 436 419 394 18,60%
SUMBAR LIMA PULUH KOTA 376.072 1.570 1.520 1.448 1.353 16,69%
SUMBAR PADANG PARIAMAN 411.003 1.897 1.831 1.739 1.620 40,53%
SUMBAR PASAMAN 275.728 1.206 1.169 1.115 1.043 47,84%
SUMBAR PASAMAN BARAT 427.295 1.884 1.843 1.773 1.673 41,78%
SUMBAR PESISIR SELATAN 457.285 1.883 1.821 1.731 1.616 44,78%
SUMBAR SIJUNJUNG 230.104 996 971 931 876 29,52%
SUMBAR SOLOK 368.691 1.531 1.479 1.405 1.311 17,77%
SUMBAR SOLOK SELATAN 165.603 748 730 700 659 27,96%
SUMBAR TANAH DATAR 346.578 1.537 1.479 1.400 1.300 15,10%
RIAU 6.657.911 32.068 31.501 30.432 28.836 23,78%
RIAU BENGKALIS 559.081 2.815 2.736 2.615 2.451 25,19%
RIAU INDRAGIRI HILIR 722.234 3.042 2.957 2.827 2.653 16,31%
RIAU INDRAGIRI HULU 425.897 1.868 1.827 1.757 1.657 15,09%
RIAU KAMPAR 832.387 3.585 3.521 3.401 3.221 28,67%
RIAU KEPULAUAN MERANTI 183.297 872 842 800 746 28,77%
RIAU KOTA DUMAI 297.638 1.674 1.637 1.574 1.484 31,78%
RIAU KOTA PEKANBARU 1.091.088 6.884 6.766 6.539 6.197 28,75%
RIAU KUANTAN SINGINGI 321.216 1.330 1.289 1.228 1.148 7,37%
RIAU PELALAWAN 438.788 1.984 1.999 1.982 1.926 34,74%
RIAU ROKAN HILIR 679.663 3.065 3.018 2.921 2.773 26,85%
RIAU ROKAN HULU 641.208 2.667 2.661 2.610 2.510 12,00%
RIAU SIAK 465.414 2.282 2.248 2.178 2.069 18,40%
KEPRI 2.082.694 12.280 12.101 11.722 11.134 33,38%
KEPRI BINTAN 156.313 843 817 779 729 25,27%
KEPRI KARIMUN 229.194 1.225 1.186 1.128 1.052 34,29%
KEPRI KEPULAUAN ANAMBAS 41.412 196 191 182 170 19,36%
KEPRI KOTA BATAM 1.283.196 7.927 7.884 7.705 7.380 33,96%
KEPRI KOTA TANJUNG PINANG 207.057 1.285 1.246 1.190 1.114 42,34%
KEPRI LINGGA 89.330 434 417 395 367 25,13%
KEPRI NATUNA 76.192 371 360 343 321 22,38%
SUMSEL 8.266.983 40.311 39.174 37.441 35.100 49,40%
SUMSEL BANYU ASIN 833.625 3.739 3.634 3.475 3.258 31,42%
SUMSEL EMPAT LAWANG 244.312 982 954 912 855 30,95%
SUMSEL KOTA LUBUKLINGGAU 226.002 1.311 1.276 1.221 1.146 84,21%
SUMSEL KOTA PAGAR ALAM 136.605 758 734 700 654 31,67%
SUMSEL KOTA PALEMBANG 1.623.099 10.893 10.586 10.116 9.481 56,02%
SUMSEL KOTA PRABUMULIH 182.128 1.078 1.048 1.002 940 29,31%
SUMSEL LAHAT 401.494 1.874 1.817 1.732 1.621 30,94%
SUMSEL MUARA ENIM 618.762 2.701 2.631 2.520 2.368 43,49%
SUMSEL MUSI BANYUASIN 629.791 2.682 2.610 2.498 2.345 32,22%
SUMSEL MUSI RAWAS 394.384 1.511 1.467 1.402 1.314 30,85%
SUMSEL MUSI RAWAS UTARA 187.635 731 710 678 636 45,71%
SUMSEL OGAN ILIR 419.773 1.953 1.897 1.813 1.700 32,06%
SUMSEL OGAN KOMERING ILIR 809.203 3.356 3.262 3.119 2.926 26,70%
SUMSEL OGAN KOMERING ULU 359.092 1.779 1.729 1.652 1.549 219,37%
SUMSEL OGAN KOMERING ULU SELATAN 352.926 1.496 1.453 1.387 1.300 28,28%
SUMSEL OGAN KOMERING ULU TIMUR 663.481 2.622 2.542 2.424 2.269 41,35%
SUMSEL PENUKAL ABAB LEMATANG ILIR 184.671 846 823 788 740 37,95%
BABEL 1.430.865 7.168 7.019 6.760 6.387 25,27%
BABEL BANGKA 324.305 1.602 1.568 1.511 1.427 25,28%
BABEL BANGKA BARAT 204.778 998 978 942 890 16,53%
BABEL BANGKA SELATAN 201.782 878 860 828 782 24,95%
BABEL BANGKA TENGAH 188.603 828 811 781 738 24,75%
BABEL BELITUNG 182.418 957 937 902 852 25,30%
BABEL BELITUNG TIMUR 124.587 667 652 628 594 17,55%
BABEL KOTA PANGKAL PINANG 204.392 1.238 1.212 1.168 1.104 36,99%
JAMBI 3.515.017 16.022 15.614 14.966 14.070 15,83%
JAMBI BATANG HARI 266.971 1.145 1.111 1.061 993 34,33%
JAMBI BUNGO 359.590 1.540 1.509 1.455 1.375 12,54%
JAMBI KERINCI 236.782 927 893 847 788 7,23%
JAMBI KOTA JAMBI 591.134 3.701 3.594 3.432 3.216 15,70%
JAMBI KOTA SUNGAI PENUH 88.918 485 471 449 420 8,46%
JAMBI MERANGIN 377.905 1.544 1.504 1.440 1.353 22,48%
JAMBI MUARO JAMBI 421.179 1.668 1.643 1.591 1.512 15,65%
JAMBI SAROLANGUN 290.231 1.181 1.156 1.114 1.052 25,40%
JAMBI TANJUNG JABUNG BARAT 322.527 1.517 1.482 1.423 1.340 6,46%
JAMBI TANJUNG JABUNG TIMUR 216.777 929 899 855 798 9,47%
JAMBI TEBO 343.003 1.387 1.353 1.299 1.223 12,04%
BENGKULU 1.934.269 8.946 8.719 8.358 7.859 26,04%
BENGKULU BENGKULU SELATAN 155.427 713 691 658 615 26,52%
BENGKULU BENGKULU TENGAH 111.318 455 444 425 400 23,52%
BENGKULU BENGKULU UTARA 298.757 1.204 1.177 1.132 1.068 19,94%
BENGKULU KAUR 118.586 464 450 430 402 19,85%
BENGKULU KEPAHIANG 134.938 607 587 559 522 29,50%
BENGKULU KOTA BENGKULU 368.065 2.305 2.263 2.186 2.071 25,69%
BENGKULU LEBONG 113.042 476 464 445 419 22,89%
BENGKULU MUKOMUKO 185.499 745 731 706 668 62,96%
BENGKULU REJANG LEBONG 258.763 1.238 1.194 1.132 1.053 18,82%
BENGKULU SELUMA 189.874 741 719 685 641 16,20%
LAMPUNG 8.289.577 36.501 35.393 33.754 31.574 21,14%
LAMPUNG KOTA BANDAR LAMPUNG 1.015.910 6.471 6.320 6.072 5.721 27,32%
LAMPUNG KOTA METRO 162.976 993 966 925 868 11,48%
LAMPUNG LAMPUNG BARAT 298.286 1.239 1.199 1.140 1.064 49,16%
LAMPUNG LAMPUNG SELATAN 992.763 4.356 4.221 4.022 3.759 23,14%
LAMPUNG LAMPUNG TENGAH 1.261.498 4.980 4.818 4.585 4.280 8,53%
LAMPUNG LAMPUNG TIMUR 1.027.476 3.941 3.815 3.631 3.390 21,14%
LAMPUNG LAMPUNG UTARA 612.100 2.630 2.535 2.403 2.234 22,39%
LAMPUNG MESUJI 198.092 755 728 691 643 18,02%
LAMPUNG PESAWARAN 435.827 1.729 1.676 1.598 1.495 26,14%
LAMPUNG PESISIR BARAT 152.529 623 603 574 535 45,10%
LAMPUNG PRINGSEWU 393.901 1.797 1.739 1.655 1.545 18,14%
LAMPUNG TANGGAMUS 586.624 2.433 2.359 2.250 2.104 9,95%
LAMPUNG TULANGBAWANG 440.511 1.814 1.762 1.683 1.577 26,47%
LAMPUNG TULANGBAWANG BARAT 269.162 1.059 1.024 974 908 8,69%
LAMPUNG WAY KANAN 441.922 1.681 1.628 1.552 1.450 21,60%
DKI JAKARTA 10.374.235 36.247 35.100 33.434 31.243 123,23%
DKI JAKARTA KEPULAUAN SERIBU 23.897 84 82 78 72 88,99%
DKI JAKARTA KOTA JAKARTA BARAT 2.528.065 9.075 8.817 8.426 7.899 111,75%
DKI JAKARTA KOTA JAKARTA PUSAT 921.344 3.271 3.150 2.986 2.777 171,98%
DKI JAKARTA KOTA JAKARTA SELATAN 2.226.830 7.553 7.311 6.962 6.503 131,29%
DKI JAKARTA KOTA JAKARTA TIMUR 2.892.783 9.793 9.474 9.014 8.415 130,33%
DKI JAKARTA KOTA JAKARTA UTARA 1.781.316 6.471 6.266 5.969 5.577 94,96%
BANTEN 12.448.160 40.277 39.428 37.953 35.830 38,99%
BANTEN KOTA CILEGON 425.103 1.415 1.378 1.319 1.238 84,66%
BANTEN KOTA SERANG 666.600 2.184 2.131 2.045 1.924 54,54%
BANTEN KOTA TANGERANG 2.139.891 7.382 7.235 6.972 6.588 23,87%
BANTEN KOTA TANGERANG SELATAN 1.644.899 5.429 5.373 5.229 4.989 29,34%
BANTEN LEBAK 1.288.103 3.705 3.577 3.396 3.161 35,81%
BANTEN PANDEGLANG 1.205.203 3.576 3.443 3.259 3.026 19,18%
BANTEN SERANG 1.493.591 4.470 4.312 4.091 3.806 55,91%
BANTEN TANGERANG 3.584.770 12.116 11.978 11.643 11.097 44,98%
JABAR 48.037.827 156.149 151.906 145.351 136.430 55,14%
JABAR BANDUNG 3.657.601 12.556 12.247 11.746 11.048 52,18%
JABAR BANDUNG BARAT 1.666.510 5.477 5.310 5.063 4.734 31,77%
JABAR BEKASI 3.500.023 11.380 11.330 11.092 10.649 23,65%
JABAR BOGOR 5.715.009 19.521 19.147 18.467 17.468 55,74%
JABAR CIAMIS 1.181.981 3.501 3.379 3.208 2.990 49,87%
JABAR CIANJUR 2.256.589 6.942 6.674 6.310 5.851 41,05%
JABAR CIREBON 2.159.577 7.350 7.108 6.764 6.317 53,60%
JABAR GARUT 2.588.839 8.314 8.033 7.633 7.112 36,64%
JABAR INDRAMAYU 1.709.994 5.246 5.062 4.806 4.478 48,95%
JABAR KARAWANG 2.316.489 7.374 7.137 6.792 6.339 45,07%
JABAR KOTA BANDUNG 2.497.938 8.564 8.238 7.793 7.229 132,79%
JABAR KOTA BANJAR 182.388 595 573 542 502 105,69%
JABAR KOTA BEKASI 2.859.630 9.455 9.303 9.001 8.542 72,88%
JABAR KOTA BOGOR 1.081.009 3.672 3.576 3.424 3.216 68,95%
JABAR KOTA CIMAHI 601.099 2.068 2.007 1.916 1.793 89,50%
JABAR KOTA CIREBON 313.325 1.054 1.021 973 911 114,53%
JABAR KOTA DEPOK 2.254.513 7.530 7.470 7.286 6.970 48,79%
JABAR KOTA SUKABUMI 323.788 1.124 1.087 1.034 964 114,83%
JABAR KOTA TASIKMALAYA 661.404 2.272 2.185 2.065 1.916 66,69%
JABAR KUNINGAN 1.068.201 3.242 3.129 2.973 2.771 64,81%
JABAR MAJALENGKA 1.193.725 3.704 3.571 3.388 3.155 46,55%
JABAR PANGANDARAN 395.098 1.183 1.141 1.083 1.010 32,46%
JABAR PURWAKARTA 943.337 2.927 2.839 2.708 2.533 36,66%
JABAR SUBANG 1.562.509 4.668 4.527 4.321 4.047 46,47%
JABAR SUKABUMI 2.453.498 7.640 7.353 6.960 6.461 54,58%
JABAR SUMEDANG 1.146.435 3.513 3.381 3.200 2.971 55,94%
JABAR TASIKMALAYA 1.747.318 5.278 5.077 4.802 4.454 41,84%
JATENG 34.257.865 103.840 100.342 95.392 88.980 50,40%
JATENG BANJARNEGARA 912.917 2.647 2.556 2.426 2.261 45,59%
JATENG BANYUMAS 1.665.025 5.144 4.978 4.740 4.429 111,04%
JATENG BATANG 756.079 2.288 2.215 2.108 1.970 32,55%
JATENG BLORA 858.865 2.458 2.368 2.244 2.086 41,78%
JATENG BOYOLALI 974.579 2.817 2.718 2.580 2.403 30,00%
JATENG BREBES 1.796.004 5.559 5.355 5.075 4.719 45,98%
JATENG CILACAP 1.711.627 5.094 4.911 4.658 4.335 59,01%
JATENG DEMAK 1.140.675 3.389 3.284 3.131 2.929 34,52%
JATENG GROBOGAN 1.365.207 3.864 3.725 3.534 3.290 58,83%
JATENG JEPARA 1.223.198 3.871 3.767 3.608 3.389 31,00%
JATENG KARANGANYAR 871.596 2.625 2.540 2.419 2.260 33,61%
JATENG KEBUMEN 1.192.007 3.437 3.307 3.131 2.908 50,33%
JATENG KENDAL 957.024 2.911 2.814 2.677 2.498 33,02%
JATENG KLATEN 1.167.401 3.607 3.474 3.291 3.059 27,36%
JATENG KOTA MAGELANG 121.474 403 388 367 341 254,78%
JATENG KOTA PEKALONGAN 301.870 1.044 1.010 962 899 62,76%
JATENG KOTA SALATIGA 188.928 622 605 579 543 123,56%
JATENG KOTA SEMARANG 1.757.686 5.806 5.662 5.431 5.113 79,53%
JATENG KOTA SURAKARTA 516.102 1.731 1.667 1.579 1.468 101,59%
JATENG KOTA TEGAL 248.094 862 830 787 732 203,81%
JATENG KUDUS 851.478 2.765 2.685 2.564 2.404 35,33%
JATENG MAGELANG 1.268.396 3.667 3.551 3.382 3.160 17,72%
JATENG PATI 1.246.691 3.655 3.527 3.347 3.117 30,20%
JATENG PEKALONGAN 886.197 2.786 2.691 2.558 2.385 40,81%
JATENG PEMALANG 1.296.281 4.078 3.924 3.715 3.450 35,04%
JATENG PURBALINGGA 916.427 2.705 2.621 2.498 2.337 36,71%
JATENG PURWOREJO 714.574 2.044 1.967 1.862 1.730 30,57%
JATENG REMBANG 628.922 1.838 1.777 1.690 1.577 49,03%
JATENG SEMARANG 1.027.489 3.065 2.980 2.849 2.673 29,52%
JATENG SRAGEN 885.122 2.562 2.466 2.336 2.171 48,29%
JATENG SUKOHARJO 878.374 2.793 2.701 2.570 2.399 30,36%
JATENG TEGAL 1.433.515 4.532 4.360 4.128 3.834 67,04%
JATENG TEMANGGUNG 759.128 2.202 2.131 2.029 1.896 24,84%
JATENG WONOGIRI 954.706 2.692 2.590 2.452 2.278 32,28%
JATENG WONOSOBO 784.207 2.279 2.196 2.082 1.937 96,39%
DIY 3.762.167 11.463 11.121 10.614 9.938 27,74%
DIY BANTUL 995.264 3.177 3.084 2.947 2.762 22,72%
DIY GUNUNG KIDUL 729.364 1.991 1.929 1.838 1.718 22,35%
DIY KOTA YOGYAKARTA 422.732 1.381 1.340 1.279 1.196 68,45%
DIY KULON PROGO 421.295 1.147 1.113 1.062 994 22,75%
DIY SLEMAN 1.193.512 3.767 3.655 3.489 3.267 21,43%
JATIM 39.292.972 119.490 115.290 109.430 101.905 44,81%
JATIM BANGKALAN 970.894 2.858 2.766 2.633 2.459 38,27%
JATIM BANYUWANGI 1.604.897 4.988 4.801 4.546 4.224 43,48%
JATIM BLITAR 1.153.803 3.413 3.286 3.112 2.892 19,13%
JATIM BOJONEGORO 1.243.906 3.485 3.353 3.174 2.947 51,10%
JATIM BONDOWOSO 768.912 2.271 2.189 2.076 1.932 25,90%
JATIM GRESIK 1.285.018 3.933 3.816 3.642 3.410 53,87%
JATIM JEMBER 2.430.185 7.397 7.130 6.760 6.289 47,72%
JATIM JOMBANG 1.253.078 3.956 3.813 3.616 3.364 34,51%
JATIM KEDIRI 1.561.392 4.730 4.559 4.322 4.021 36,47%
JATIM KOTA BATU 203.997 678 656 625 584 18,15%
JATIM KOTA BLITAR 139.995 468 452 430 401 58,77%
JATIM KOTA KEDIRI 284.003 960 926 880 820 69,93%
JATIM KOTA MADIUN 176.099 564 543 514 477 112,03%
JATIM KOTA MALANG 861.414 2.863 2.763 2.623 2.443 128,91%
JATIM KOTA MOJOKERTO 127.279 427 413 392 366 106,82%
JATIM KOTA PASURUAN 197.696 681 658 626 584 73,82%
JATIM KOTA PROBOLINGGO 233.123 781 756 720 673 55,94%
JATIM KOTA SURABAYA 2.874.699 9.953 9.588 9.088 8.447 74,87%
JATIM LAMONGAN 1.188.478 3.333 3.200 3.022 2.801 58,33%
JATIM LUMAJANG 1.036.823 3.052 2.937 2.781 2.583 43,45%
JATIM MADIUN 679.888 1.948 1.874 1.773 1.646 52,00%
JATIM MAGETAN 628.609 1.823 1.750 1.653 1.532 23,92%
JATIM MALANG 2.576.596 7.927 7.653 7.267 6.771 27,25%
JATIM MOJOKERTO 1.099.504 3.325 3.218 3.064 2.861 16,39%
JATIM NGANJUK 1.048.799 3.091 2.975 2.817 2.617 17,40%
JATIM NGAWI 829.899 2.334 2.241 2.116 1.961 35,77%
JATIM PACITAN 553.388 1.535 1.476 1.396 1.295 14,01%
JATIM PAMEKASAN 863.004 2.490 2.414 2.302 2.153 45,29%
JATIM PASURUAN 1.605.307 4.892 4.728 4.495 4.192 47,93%
JATIM PONOROGO 869.894 2.498 2.400 2.268 2.103 39,39%
JATIM PROBOLINGGO 1.155.214 3.448 3.328 3.161 2.945 30,11%
JATIM SAMPANG 958.082 2.697 2.617 2.498 2.339 42,85%
JATIM SIDOARJO 2.183.682 7.127 6.944 6.654 6.257 43,37%
JATIM SITUBONDO 676.703 2.061 1.988 1.885 1.754 58,61%
JATIM SUMENEP 1.081.204 3.050 2.938 2.784 2.588 48,69%
JATIM TRENGGALEK 693.104 2.003 1.927 1.823 1.693 20,07%
JATIM TUBAN 1.163.614 3.354 3.231 3.063 2.849 41,57%
JATIM TULUNGAGUNG 1.030.790 3.095 2.984 2.829 2.631 33,53%
BALI 4.246.528 13.315 12.920 12.333 11.549 25,00%
BALI BADUNG 643.474 2.093 2.051 1.976 1.867 22,17%
BALI BANGLI 225.094 638 615 584 544 9,88%
BALI BULELENG 653.604 2.024 1.953 1.854 1.727 31,17%
BALI GIANYAR 503.900 1.565 1.515 1.442 1.347 15,21%
BALI JEMBRANA 274.937 835 807 766 714 12,09%
BALI KARANG ASEM 412.822 1.215 1.172 1.112 1.035 19,83%
BALI KLUNGKUNG 177.384 543 524 497 463 21,35%
BALI KOTA DENPASAR 914.279 3.114 3.042 2.924 2.755 39,98%
BALI TABANAN 441.034 1.287 1.242 1.178 1.098 17,88%
KALBAR 4.932.499 22.106 21.519 20.601 19.345 24,40%
KALBAR BENGKAYANG 247.084 1.076 1.050 1.007 949 17,85%
KALBAR KAPUAS HULU 254.712 1.089 1.063 1.021 961 49,39%
KALBAR KAYONG UTARA 109.101 473 462 443 417 18,81%
KALBAR KETAPANG 495.087 2.208 2.158 2.074 1.955 21,83%
KALBAR KOTA PONTIANAK 627.021 3.055 2.983 2.857 2.686 31,00%
KALBAR KOTA SINGKAWANG 215.296 1.046 1.022 982 925 31,73%
KALBAR KUBU RAYA 562.917 2.522 2.456 2.354 2.213 12,41%
KALBAR LANDAK 367.790 1.588 1.544 1.477 1.386 4,16%
KALBAR MELAWI 202.306 891 868 832 782 50,19%
KALBAR MEMPAWAH 258.216 1.152 1.119 1.069 1.002 18,92%
KALBAR SAMBAS 529.684 2.340 2.259 2.146 1.999 28,93%
KALBAR SANGGAU 457.701 2.012 1.958 1.875 1.760 40,50%
KALBAR SEKADAU 197.683 849 822 785 734 13,67%
KALBAR SINTANG 407.901 1.805 1.756 1.680 1.577 8,92%
KALTENG 2.605.274 11.582 11.353 10.945 10.350 27,31%
KALTENG BARITO SELATAN 134.543 581 562 535 500 8,27%
KALTENG BARITO TIMUR 120.254 517 510 494 470 27,87%
KALTENG BARITO UTARA 129.287 564 544 517 481 36,72%
KALTENG GUNUNG MAS 115.054 505 495 477 452 25,73%
KALTENG KAPUAS 353.844 1.575 1.523 1.448 1.351 26,67%
KALTENG KATINGAN 165.306 717 698 668 628 22,47%
KALTENG KOTA PALANGKA RAYA 275.667 1.301 1.285 1.248 1.189 46,50%
KALTENG KOTAWARINGIN BARAT 295.349 1.343 1.328 1.291 1.230 19,20%
KALTENG KOTAWARINGIN TIMUR 446.094 2.008 1.972 1.904 1.801 23,55%
KALTENG LAMANDAU 78.341 341 336 326 311 43,70%
KALTENG MURUNG RAYA 115.604 504 495 478 452 57,69%
KALTENG PULANG PISAU 126.181 538 519 492 457 17,46%
KALTENG SERUYAN 189.975 826 825 811 782 11,87%
KALTENG SUKAMARA 59.775 262 261 255 246 32,48%
KALSEL 4.119.794 18.726 18.251 17.493 16.445 25,36%
KALSEL BALANGAN 127.503 539 526 504 474 15,40%
KALSEL BANJAR 571.573 2.589 2.522 2.415 2.269 11,12%
KALSEL BARITO KUALA 306.195 1.348 1.310 1.252 1.174 8,61%
KALSEL HULU SUNGAI SELATAN 232.587 1.023 993 948 889 18,86%
KALSEL HULU SUNGAI TENGAH 266.501 1.155 1.121 1.071 1.003 22,07%
KALSEL HULU SUNGAI UTARA 231.594 1.035 1.007 963 904 21,83%
KALSEL KOTA BANJAR BARU 248.423 1.198 1.183 1.149 1.095 14,86%
KALSEL KOTA BANJARMASIN 692.793 3.449 3.349 3.199 2.995 70,13%
KALSEL KOTA BARU 331.326 1.462 1.426 1.369 1.289 25,71%
KALSEL TABALONG 247.106 1.057 1.029 986 926 16,75%
KALSEL TANAH BUMBU 343.193 1.592 1.566 1.515 1.436 2,39%
KALSEL TANAH LAUT 334.328 1.482 1.443 1.382 1.299 11,47%
KALSEL TAPIN 186.672 797 775 741 695 28,86%
KALTIM 3.575.449 16.368 16.033 15.445 14.592 39,03%
KALTIM BERAU 220.601 1.015 1.000 969 921 37,44%
KALTIM KOTA BALIKPAPAN 636.012 3.018 2.941 2.819 2.649 42,05%
KALTIM KOTA BONTANG 170.611 827 810 781 738 61,95%
KALTIM KOTA SAMARINDA 843.446 4.052 3.957 3.802 3.581 47,04%
KALTIM KUTAI BARAT 146.998 614 592 561 521 30,78%
KALTIM KUTAI KARTANEGARA 752.091 3.275 3.216 3.104 2.939 31,33%
KALTIM KUTAI TIMUR 347.468 1.531 1.530 1.503 1.448 40,56%
KALTIM MAHAKAM HULU 26.305 115 111 105 97 40,88%
KALTIM PASIR 274.206 1.216 1.192 1.149 1.087 19,58%
KALTIM PENAJAM PASER UTARA 157.711 706 685 653 611 28,34%
KALTARA 691.058 3.225 3.209 3.140 3.013 36,68%
KALTARA BULUNGAN 135.770 597 586 567 536 55,42%
KALTARA KOTA TARAKAN 253.026 1.291 1.284 1.254 1.202 41,50%
KALTARA MALINAU 83.788 354 353 346 333 59,40%
KALTARA NUNUKAN 193.390 882 882 868 837 11,00%
KALTARA TANA TIDUNG 25.084 101 104 106 105 8,91%
GORONTALO 1.168.190 5.320 5.182 4.966 4.668 18,78%
GORONTALO BOALEMO 158.333 701 691 670 637 13,27%
GORONTALO BONE BOLANGO 157.186 704 684 655 614 33,52%
GORONTALO GORONTALO 374.923 1.716 1.656 1.571 1.463 10,37%
GORONTALO GORONTALO UTARA 112.975 492 477 454 425 19,71%
GORONTALO KOTA GORONTALO 210.782 1.031 1.010 973 920 29,39%
GORONTALO POHUWATO 153.991 676 664 643 609 48,49%
SULUT 2.461.028 10.965 10.626 10.129 9.471 83,87%
SULUT BOLAANG MONGONDOW 240.505 1.025 999 957 899 47,83%
SULUT BOLAANG MONGONDOW SELATAN 64.171 273 266 255 240 71,02%
SULUT BOLAANG MONGONDOW TIMUR 70.610 302 294 281 264 39,06%
SULUT BOLAANG MONGONDOW UTARA 78.437 333 323 309 290 41,17%
SULUT KEPULAUAN SANGIHE 130.493 573 551 522 485 75,76%
SULUT KEPULAUAN TALAUD 90.678 375 363 346 324 29,63%
SULUT KOTA BITUNG 212.409 1.051 1.025 983 924 81,64%
SULUT KOTA KOTAMOBAGU 123.872 583 570 548 517 50,61%
SULUT KOTA MANADO 430.133 2.044 1.970 1.869 1.739 211,98%
SULUT KOTA TOMOHON 103.711 464 452 434 408 119,38%
SULUT MINAHASA 335.321 1.473 1.427 1.359 1.270 39,36%
SULUT MINAHASA SELATAN 208.013 862 833 792 739 49,66%
SULUT MINAHASA TENGGARA 105.714 437 421 400 372 38,48%
SULUT MINAHASA UTARA 200.985 889 859 817 762 40,93%
SULUT SIAU TAGULANDANG BIARO 65.976 282 271 257 238 46,88%
SULTENG 2.966.325 12.900 12.567 12.043 11.320 30,38%
SULTENG BANGGAI 365.616 1.586 1.546 1.482 1.393 44,28%
SULTENG BANGGAI KEPULAUAN 116.811 489 473 450 420 32,08%
SULTENG BANGGAI LAUT 72.298 307 300 289 272 46,58%
SULTENG BUOL 155.593 674 660 637 602 13,20%
SULTENG DONGGALA 299.174 1.296 1.254 1.194 1.116 6,48%
SULTENG KOTA PALU 379.782 1.773 1.728 1.657 1.558 51,21%
SULTENG MOROWALI 117.330 478 466 448 422 54,22%
SULTENG PARIGI MOUTONG 474.339 2.067 2.019 1.940 1.828 13,55%
SULTENG POSO 245.993 1.045 1.025 988 935 31,47%
SULTENG SIGI 234.588 997 967 922 863 37,62%
SULTENG TOJO UNA-UNA 150.820 651 632 603 565 52,83%
SULTENG TOLI-TOLI 230.996 1.022 991 946 885 16,54%
SULTENG MOROWALI UTARA 122.985 515 505 488 462 32,79%
SULSEL 8.690.294 38.456 37.265 35.522 33.217 44,42%
SULSEL BANTAENG 185.581 824 796 756 704 33,61%
SULSEL BARRU 172.767 754 728 690 642 32,87%
SULSEL BONE 751.026 3.219 3.106 2.948 2.746 32,77%
SULSEL BULUKUMBA 415.713 1.797 1.736 1.649 1.537 35,45%
SULSEL ENREKANG 203.320 861 832 792 739 25,80%
SULSEL GOWA 748.200 3.295 3.216 3.086 2.904 46,89%
SULSEL JENEPONTO 359.787 1.524 1.472 1.398 1.302 36,08%
SULSEL KEPULAUAN SELAYAR 133.003 569 552 526 492 46,56%
SULSEL KOTA MAKASSAR 1.489.011 7.186 6.987 6.681 6.269 68,39%
SULSEL KOTA PALOPO 176.907 828 812 783 741 56,78%
SULSEL KOTA PAREPARE 142.097 699 678 647 606 48,10%
SULSEL LUWU 356.305 1.502 1.454 1.384 1.292 39,41%
SULSEL LUWU TIMUR 287.874 1.227 1.202 1.158 1.094 18,90%
SULSEL LUWU UTARA 308.001 1.298 1.256 1.195 1.116 34,98%
SULSEL MAROS 346.383 1.521 1.475 1.406 1.315 35,36%
SULSEL PANGKAJENE DAN KEPULAUAN 329.791 1.437 1.392 1.326 1.239 52,25%
SULSEL PINRANG 372.230 1.617 1.562 1.486 1.386 37,16%
SULSEL SIDENRENG RAPPANG 296.125 1.296 1.257 1.198 1.121 56,32%
SULSEL SINJAI 241.208 1.031 996 947 882 42,27%
SULSEL SOPPENG 226.466 971 933 882 819 31,31%
SULSEL TAKALAR 292.983 1.271 1.232 1.175 1.099 48,08%
SULSEL TANA TORAJA 231.519 986 952 904 842 27,57%
SULSEL TORAJA UTARA 228.414 998 964 916 854 13,92%
SULSEL WAJO 395.583 1.742 1.677 1.588 1.476 51,85%
SULBAR 1.330.961 5.857 5.726 5.507 5.196 30,17%
SULBAR MAJENE 169.072 776 754 723 680 42,68%
SULBAR MAMASA 156.973 673 655 630 591 14,56%
SULBAR MAMUJU 279.393 1.241 1.221 1.182 1.121 40,12%
SULBAR MAMUJU TENGAH 127.601 540 531 514 488 29,26%
SULBAR MAMUJU UTARA 165.230 709 701 678 645 24,13%
SULBAR POLEWALI MANDAR 432.692 1.919 1.863 1.780 1.672 26,63%
SULTRA 2.569.177 11.151 10.918 10.513 9.932 22,32%
SULTRA BOMBANA 175.497 754 742 719 683 17,25%
SULTRA BUTON 270.592 1.170 1.137 1.084 1.017 17%*
SULTRA BUTON SELATAN 16%*
SULTRA BUTON TENGAH 32%*
SULTRA BUTON UTARA 62.088 264 258 247 233 17,40%
SULTRA KOLAKA 194.280 840 826 793 745 5,47%
SULTRA KOLAKA TIMUR 185.394 808 790 762 720 5,45%
SULTRA KOLAKA UTARA 144.681 615 603 581 549 13,01%
SULTRA KONAWE 244.324 1.021 999 965 915 38%*
SULTRA KONAWE KEPULAUAN 25%*
SULTRA KONAWE SELATAN 304.214 1.258 1.228 1.180 1.110 10,49%
SULTRA KONAWE UTARA 60.884 246 242 234 221 16,69%
SULTRA KOTA BAU-BAU 162.780 774 765 741 705 28,80%
SULTRA KOTA KENDARI 370.728 1.721 1.701 1.654 1.577 40,44%
SULTRA MUNA 298.329 1.278 1.241 1.187 1.116 12%*
SULTRA MUNA BARAT 15%*
SULTRA WAKATOBI 95.386 402 387 366 340 9,96%
NTB 4.955.578 22.904 22.245 21.252 19.916 25,64%
NTB BIMA 478.967 1.991 1.931 1.842 1.724 36,16%
NTB DOMPU 245.387 1.048 1.021 977 918 37,01%
NTB KOTA BIMA 166.407 783 767 738 698 19,03%
NTB KOTA MATARAM 468.509 2.380 2.328 2.241 2.116 16,14%
NTB LOMBOK BARAT 675.222 3.246 3.161 3.029 2.847 20,58%
NTB LOMBOK TENGAH 930.797 4.225 4.094 3.900 3.645 22,91%
NTB LOMBOK TIMUR 1.183.204 5.637 5.451 5.186 4.839 29,22%
NTB LOMBOK UTARA 216.515 966 936 892 833 24,95%
NTB SUMBAWA 449.680 2.006 1.944 1.852 1.731 30,45%
NTB SUMBAWA BARAT 140.890 622 613 595 566 15,60%
NTT 5.287.302 23.544 22.960 22.029 20.738 25,56%
NTT ALOR 202.890 912 882 838 782 23,13%
NTT BELU 213.596 963 938 900 845 61,29%
NTT ENDE 272.084 1.238 1.192 1.130 1.050 26,01%
NTT FLORES TIMUR 251.611 1.121 1.085 1.034 965 5,26%
NTT KOTA KUPANG 412.708 1.980 1.952 1.892 1.799 40,35%
NTT KUPANG 372.777 1.577 1.574 1.548 1.500 27,64%
NTT LEMBATA 137.714 594 581 559 528 31,67%
NTT MALAKA 186.312 847 825 791 744 34,61%
NTT MANGGARAI 329.198 1.507 1.467 1.404 1.319 5,18%
NTT MANGGARAI BARAT 263.207 1.146 1.125 1.085 1.027 23,64%
NTT MANGGARAI TIMUR 280.118 1.222 1.186 1.136 1.062 9,01%
NTT NAGEKEO 142.804 603 585 558 522 26,55%
NTT NGADA 159.081 692 673 644 605 18,64%
NTT ROTE NDAO 159.614 686 684 670 646 3,79%
NTT SABU RAIJUA 91.512 405 401 391 375 14,31%
NTT SIKKA 317.292 1.418 1.368 1.298 1.208 13,90%
NTT SUMBA BARAT 125.776 578 564 540 508 60,23%
NTT SUMBA BARAT DAYA 331.894 1.517 1.485 1.429 1.348 28,80%
NTT SUMBA TENGAH 70.719 310 302 289 272 24,84%
NTT SUMBA TIMUR 252.704 1.135 1.102 1.053 988 41,22%
NTT TIMOR TENGAH SELATAN 463.980 2.024 1.951 1.851 1.722 25,20%
NTT TIMOR TENGAH UTARA 249.711 1.071 1.037 988 924 23,53%
MALUKU 1.744.654 7.711 7.529 7.232 6.814 45,16%
MALUKU BURU 135.687 599 592 576 549 10,34%
MALUKU BURU SELATAN 61.330 261 254 244 229 8,06%
MALUKU KEPULAUAN ARU 93.780 443 431 411 386 91,25%
MALUKU KOTA AMBON 444.797 2.060 2.052 2.010 1.928 76,62%
MALUKU KOTA TUAL 71.732 329 324 314 299 57,74%
MALUKU MALUKU BARAT DAYA 72.673 322 309 293 273 32,96%
MALUKU MALUKU TENGAH 371.479 1.603 1.543 1.461 1.358 14,97%
MALUKU MALUKU TENGGARA 99.284 424 408 386 359 105,30%
MALUKU MALUKU TENGGARA BARAT 111.825 491 474 450 419 32,15%
MALUKU SERAM BAGIAN BARAT 170.494 712 686 650 604 10,81%
MALUKU SERAM BAGIAN TIMUR 111.573 468 455 436 409 42,76%
MALUT 1.209.342 5.227 5.114 4.922 4.646 37,90%
MALUT HALMAHERA BARAT 114.502 479 467 448 422 31,55%
MALUT HALMAHERA SELATAN 227.280 963 941 904 851 17,75%
MALUT HALMAHERA TENGAH 52.813 218 215 209 198 16,04%
MALUT HALMAHERA TIMUR 90.070 383 378 366 348 22,46%
MALUT HALMAHERA UTARA 187.104 809 791 760 717 52,91%
MALUT KEPULAUAN SULA 99.196 429 419 404 382 10,02%
MALUT KOTA TERNATE 223.111 1.019 1.000 966 914 65,75%
MALUT KOTA TIDORE KEPULAUAN 99.337 428 416 396 371 76,11%
MALUT PULAU MOROTAI 64.001 279 274 266 253 11,11%
MALUT PULAU TALIABU 51.928 220 213 203 190 18,21%
PAPUA 3.265.202 15.023 14.673 14.096 13.283 56,16%
PAPUA ASMAT 92.909 443 437 421 396 44,51%
PAPUA BIAK NUMFOR 144.697 658 648 628 594 57,14%
PAPUA BOVEN DIGOEL 66.209 290 285 275 265 39,34%
PAPUA DEIYAI 72.206 337 325 310 293 0,30%
PAPUA DOGIYAI 94.997 438 427 409 385 2,51%
PAPUA INTAN JAYA 48.318 216 209 199 190 0,93%
PAPUA JAYAPURA 125.975 559 547 530 500 81,44%
PAPUA JAYAWIJAYA 212.811 947 918 879 823 53,64%
PAPUA KEEROM 55.018 224 218 211 198 20,95%
PAPUA KOTA JAYAPURA 293.690 1.386 1.349 1.284 1.205 177,50%
PAPUA LANNY JAYA 176.687 819 790 752 702 0,00%
PAPUA MAMBERAMO RAYA 22.313 99 100 97 93 17,10%
PAPUA MAMBERAMO TENGAH 47.487 208 203 192 180 0,48%
PAPUA MAPPI 94.671 423 427 418 409 161,27%
PAPUA MERAUKE 223.389 1.030 999 950 886 37,00%
PAPUA MIMIKA 210.413 999 982 946 892 139,22%
PAPUA NABIRE 145.101 661 646 620 585 156,70%
PAPUA NDUGA 97.012 433 418 399 375 0,00%
PAPUA PANIAI 170.193 790 773 747 705 31,00%
PAPUA PEGUNUNGAN BINTANG 73.473 330 320 308 289 6,98%
PAPUA PUNCAK 107.822 525 520 500 472 0,38%
PAPUA PUNCAK JAYA 123.591 589 577 559 536 2,88%
PAPUA SARMI 38.210 170 168 163 154 20,63%
PAPUA SUPIORI 19.104 81 82 80 76 46,85%
PAPUA TOLIKARA 136.576 651 630 601 562 0,15%
PAPUA WAROPEN 29.480 121 121 117 111 28,06%
PAPUA YAHUKIMO 187.021 880 854 814 762 1,25%
PAPUA YALIMO 60.822 284 274 265 251 1,76%
PAPUA YAPEN WAROPEN 95.007 433 426 418 396 80,15%
PAPUA BARAT 915.361 4.016 3.949 3.820 3.624 58,34%
PAPUA BARAT FAKFAK 76.102 331 323 310 292 46,86%
PAPUA BARAT KAIMANA 56.882 258 254 248 236 89,91%
PAPUA BARAT KOTA SORONG 239.815 1.178 1.165 1.133 1.080 27,33%
PAPUA BARAT MANOKWARI 166.780 701 690 668 634 172,52%
PAPUA BARAT MANOKWARI SELATAN 22.983 101 100 97 91 49,32%
PAPUA BARAT MAYBRAT 39.191 156 153 147 139 0,00%
PAPUA BARAT PEGUNUNGAN ARFAK 29.731 125 122 118 112 0,00%
PAPUA BARAT RAJA AMPAT 47.301 191 186 178 167 5,75%
PAPUA BARAT SORONG 84.906 336 331 319 303 45,79%
PAPUA BARAT SORONG SELATAN 45.019 187 183 177 167 21,41%
PAPUA BARAT TAMBRAUW 13.785 58 55 53 49 0,00%
PAPUA BARAT TELUK BINTUNI 61.794 267 262 253 239 28,07%
PAPUA BARAT TELUK WONDAMA 31.072 127 124 120 114 74,13%
INDONESIA 261.857.660 992.441 964.533 922.059 864.702 42,11%

*CDR Kabupaten Buton, Buton Tengah, Buton Selatan, Konawe, Konawe Kepulauan, Muna
dan Muna Barat diproporsikan berdasarkan insiden Kabupaten Sebelum Pemekaran
Keterangan Kategori CDR:
0-39,99%
40-69,99%
70-48,99%
>=90
Profil Program Penanggulangan Tuberkulosis per Kab/Kota
Aceh
Jumlah Penduduk Tahun 2017 : 5,189,466 jiwa
Estimasi Beban TB
Jumlah Rate (per 100.000 Penduduk) Gambar 1. Peta Case Detection Rate TB (%) Tahun 2017
Insiden TB (semua kasus), tahun 2017 23,763 466
Insiden TB Resistan Obat (TB RO), tahun 2017 770 15
Estimasi TB RO diantara kasus dinotifikasi, tahun 2017 216

Penemuan Kasus TB, 2017


Baru Kambuh Total

TB Paru, terkonfirmasi secara bakteriologis 2,859 163 3,022


TB Paru, klinis 3,336 44 3,380
TB Ekstra paru 229 0 229
Total (Baru+kambuh) 6,424 207 6,631
Kasus TB anak (0-14 tahun) 146
Penyisiran Kasus TB di RS 0
Jumlah Rate (per 100.000 Penduduk)
TB pengobatan ulang (selain kambuh) 20
Total Kasus ternotifikasi 6,651 128
Grafik 1. Case Detection Rate TB (%), 2000-2017
1
Kasus TB Berdasarkan Jenis Kelamin, 2017 100
Baru Kambuh Baru dan Kambuh Semua Kasus
90
Laki-Laki 4,118 140 4,258 4,273
Perempuan 2,306 67 2,373 2,378 80
Rasio Laki-laki : Perempuan 1.79 2.09 1.79 1.80 70
60
Penemuan Kasus TB RO, 2017 50
Baru Pengobatan Ulang Total 40
Terduga TB RO yang dites 534 963 1,497 30
Kasus RR/TB MDR yang terkonfirmasi laboratorium 14 66 80
20
Pasien yang memulai pengobatan TB RR/MDR 56
10
Pasien yang memulai pengobatan TB XDR 0
0

2015
2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

2014

2016

2017
Penemuan Kasus TB HIV, 2017
Jumlah (%)
Pasien TB yang mengetahui status HIV-nya 211 3.2%
Pasien TB Positif HIV 9 4.3% Grafik 2. Jumlah Kasus TB RO, 2009-2017
Pasien TB HIV yang mendapatkan ART 0 0.0% 2,000
Insiden TB (semua kasus), tahun 2017 23,763 46628.1%
1,800
1,600
Cakupan Kesehatan Semesta Untuk TB, 2017
(%) 1,400
Cakupan Pengobatan TB/Case Detection Rate (CDR) 28%
1,200
Kasus yang belum ditemukan/belum dilaporkan 72%
1,000
Keberhasilan Pengobatan TB 800
Sembuh Pengobatan lengkap Success Rate
600
Semua kasus, tahun 2016 2,614 2,505 87.5%
Baru dan kambuh, tahun 2016 2,609 2,503 84.4% 400
BTA positif baru, tahun 2016 10,989 1,060 91.9% 200
Pengobatan ulang selain kambuh, tahun 2016 5 2 63.6%
0
TB yang HIV positif, tahun 2016 1 0 0.0% 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
TB RR/MDR, tahun 2015 4 4 34.8%
TB XDR, tahun 2015 0 0 0.0% Terduga Terkonfirmasi Diobati

Pengobatan Pencegahan TB, 2017 Grafik 3. Jumlah Pasien TB-HIV, 2009-2017


Jumlah (%)
250
Anak <5 tahun yang mendapat PP INH (absolut & %) 151 37.6%
ODHA yang mendapatkan PP INH 0 2.5% Pasien TB yang
200 mengetahui status
HIV
Proporsi Pendanaan Kegiatan TB, 2017 (dalam rupiah)
APBN APBD I APBD II Donor (GF,USAID,dll) Total
150
Budget 8,579,224,720 0 3,974,692,183 6,080,261,112 18,634,178,015 Pasien TB yang HIV
positif
Proporsi 46.0% 0.0% 21.3% 32.6% #
100
Perluasan Akses Layanan2 Pasien TB yang HIV
Jumlah Cakupan 50 positif yang
Pembentukan Jejaring PPM berbasis Kab/Kota 0 0% mendapatkan ART
Active Case Finding pada tingkat Puskesmas 0 dan OAT
0 0
Kontak Investigasi pada Pasien TB dg Pendekatan Keluarga
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Grafik 6. Case Detection Rate Kasus TB (%) per Grafik 5. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%) Grafik 4. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%), 2000-2017
Kab/Kota 2017 per Kab/Kota, 2017 100
90
80
SIMEULUE KOTA BANDA ACEH
70
ACEH UTARA ACEH SELATAN 60
GAYO LUES KOTA SUBULUSSALAM 50
40
ACEH SINGKIL ACEH BESAR
30
ACEH JAYA ACEH BARAT DAYA 20
BIREUEN ACEH TAMIANG
10
0
KOTA BANDA ACEH PIDIE
2,000

2,001

2,002

2,003

2,004

2,005

2,006

2,007

2,008

2,009

2,010

2,011

2,012

2,013

2,014

2,015

2,016

2,017

ACEH SELATAN PIDIE JAYA


KOTA LHOKSEUMAWE ACEH TENGAH BTA positif baru Kasus baru dan kambuh
KOTA SUBULUSSALAM NAGAN RAYA
Kasus pengobatan ulang selain kambuh Seluruh kasus TB
NAGAN RAYA ACEH TIMUR
PIDIE ACEH BARAT
KOTA LANGSA GAYO LUES Gambar 2. Pembiayaan P2TB (Dalam Rupiah), 2017
KOTA SABANG ACEH JAYA
Total Kebutuhan: 55 M
ACEH BARAT ACEH SINGKIL
0; 0% Gap (Kesenjangan): 67%
8,579,224,720;
PIDIE JAYA ACEH TENGGARA
15% 3,974,692,183;
ACEH TIMUR KOTA LANGSA 7% APBN
ACEH TENGAH KOTA LHOKSEUMAWE
APBD I
ACEH TAMIANG BENER MERIAH
ACEH BESAR KOTA SABANG APBD II
ACEH BARAT DAYA BIREUEN Donor (GF, USAID, dll)
ACEH TENGGARA SIMEULUE
Gap
BENER MERIAH ACEH UTARA
36,950,794,698 6,080,261,112;
0 20 40 60 80 100 0 20 40 60 80 100
; 67% 11%

1
Hanya untuk data yang dapat didisagregrasi Hal 2
2
Data belum tersedia
Data sementara per 21 Februari 2018
Sumatera Utara
Jumlah Penduduk Tahun 2017 : 14,262,147 jiwa
Estimasi Beban TB
Jumlah Rate (per 100.000 Penduduk) Gambar 1. Peta Case Detection Rate TB (%) Tahun 2017
Insiden TB (semua kasus), tahun 2017 73,488 521
Insiden TB Resistan Obat (TB RO), tahun 2017 2,382 17
Estimasi TB RO diantara kasus dinotifikasi, tahun 2017 709

Penemuan Kasus TB, 2017


Baru Kambuh Total

TB Paru, terkonfirmasi secara bakteriologis 12,855 421 13,276


TB Paru, klinis 7,931 67 7,998
TB Ekstra paru 1,130 7 1,137
Total (Baru+kambuh) 21,916 495 22,411
Kasus TB anak (0-14 tahun) 1,089
Penyisiran Kasus TB di RS 2,731
Jumlah Rate (per 100.000 Penduduk)
TB pengobatan ulang (selain kambuh) 99
Total Kasus ternotifikasi 25,241 177
Grafik 1. Case Detection Rate TB (%), 2000-2017
1
Kasus TB Berdasarkan Jenis Kelamin, 2017 100
Baru Kambuh Baru dan Kambuh Semua Kasus
90
Laki-Laki 14,042 369 14,411 14,484
Perempuan 7,874 126 8,000 8,026 80
Rasio Laki-laki : Perempuan 1.78 2.93 1.80 1.80 70
60
Penemuan Kasus TB RO, 2017 50
Baru Pengobatan Ulang Total 40
Terduga TB RO yang dites 530 2,040 2,570 30
Kasus RR/TB MDR yang terkonfirmasi laboratorium 10 273 283
20
Pasien yang memulai pengobatan TB RR/MDR 202
10
Pasien yang memulai pengobatan TB XDR 18
0

2015
2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

2014

2016

2017
Penemuan Kasus TB HIV, 2017
Jumlah (%)
Pasien TB yang mengetahui status HIV-nya 7,352 29.1%
Pasien TB Positif HIV 405 5.5% Grafik 2. Jumlah Kasus TB RO, 2009-2017
Pasien TB HIV yang mendapatkan ART 100 24.7% 3,000
ODHA yang diskrining TB 2,152 91.2%
2,500
Cakupan Kesehatan Semesta Untuk TB, 2017
(%)
2,000
Cakupan Pengobatan TB/Case Detection Rate (CDR) 34%
Kasus yang belum ditemukan/belum dilaporkan 66%
1,500
Keberhasilan Pengobatan TB
Sembuh Pengobatan lengkap Success Rate 1,000
Semua kasus, tahun 2016 11,220 6,410 88.0%
Baru dan kambuh, tahun 2016 11,201 6,397 75.5% 500
BTA positif baru, tahun 2016 2,857 339 87.9%
Pengobatan ulang selain kambuh, tahun 2016 19 13 76.2%
0
TB yang HIV positif, tahun 2016 307 179 58.3% 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
TB RR/MDR, tahun 2015 37 4 36.9%
TB XDR, tahun 2015 0 0 0.0% Terduga Terkonfirmasi Diobati

Pengobatan Pencegahan TB, 2017 Grafik 3. Jumlah Pasien TB-HIV, 2009-2017


Jumlah (%)
8,000
Anak <5 tahun yang mendapat PP INH (absolut & %) 400 24.1%
ODHA yang mendapatkan PP INH 29 3.3% 7,000 Pasien TB yang
mengetahui status
6,000 HIV
Proporsi Pendanaan Kegiatan TB, 2017 (dalam rupiah)
APBN APBD I APBD II Donor (GF,USAID,dll) Total 5,000
Budget 23,542,512,162 3,239,692,000 2,847,087,608 17,394,047,287 47,023,339,057 Pasien TB yang HIV
4,000 positif
Proporsi 50.1% 6.9% 6.1% 37.0% #
3,000
Perluasan Akses Layanan2 Pasien TB yang HIV
Jumlah Cakupan 2,000
positif yang
Pembentukan Jejaring PPM berbasis Kab/Kota 0 0% 1,000 mendapatkan ART
Active Case Finding pada tingkat Puskesmas 0 dan OAT
0 0
Kontak Investigasi pada Pasien TB dg Pendekatan Keluarga
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Grafik 6. Case Detection Rate Kasus TB (%) per Grafik 5. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%) Grafik 4. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%), 2000-2017
Kab/Kota 2017 per Kab/Kota, 2017 100
90
KOTA MEDAN NIAS
80
TOBA SAMOSIR LANGKAT 70
SAMOSIR TAPANULI TENGAH 60
NIAS DAIRI 50
KOTA SIBOLGA KOTA GUNUNGSITOLI 40
MANDAILING NATAL HUMBANG HASUNDUTAN 30
KOTA PADANGSIDIMPUAN MANDAILING NATAL 20
KOTA PEMATANG SIANTAR KARO 10
TAPANULI SELATAN PADANG LAWAS 0
DELI SERDANG PAKPAK BHARAT
2,000

2,001

2,002

2,003

2,004

2,005

2,006

2,007

2,008

2,009

2,010

2,011

2,012

2,013

2,014

2,015

2,016

2,017

PADANG LAWAS UTARA TOBA SAMOSIR


HUMBANG HASUNDUTAN KOTA PEMATANG SIANTAR
NIAS BARAT LABUHAN BATU BTA positif baru Kasus baru dan kambuh
KARO NIAS BARAT
ASAHAN KOTA TEBING TINGGI Kasus pengobatan ulang selain kambuh Seluruh kasus TB
LABUHAN BATU TAPANULI SELATAN
SERDANG BEDAGAI KOTA SIBOLGA
LABUHAN BATU UTARA SIMALUNGUN Gambar 2. Pembiayaan P2TB (Dalam Rupiah), 2017
PAKPAK BHARAT LABUHAN BATU SELATAN
TAPANULI TENGAH PADANG LAWAS UTARA
Total Kebutuhan: 172 M
NIAS UTARA NIAS UTARA
3,239,692,000; Gap (Kesenjangan): 72%
BATU BARA BATU BARA 23,542,512,162
KOTA GUNUNGSITOLI TAPANULI UTARA ; 14% 2%
DAIRI DELI SERDANG 2,847,087,608;
TAPANULI UTARA
APBN
SERDANG BEDAGAI 2%
KOTA BINJAI SAMOSIR APBD I
SIMALUNGUN KOTA BINJAI
NIAS SELATAN KOTA TANJUNG BALAI APBD II
KOTA TEBING TINGGI ASAHAN
KOTA TANJUNG BALAI NIAS SELATAN Donor (GF, USAID, dll)
PADANG LAWAS LABUHAN BATU UTARA
LANGKAT KOTA MEDAN
Gap
LABUHAN BATU SELATAN KOTA PADANGSIDIMPUAN 124,875,600,15
17,394,047,287
0 20 40 60 80 100 0 20 40 60 80 100 0; 72%
; 10%

1
Hanya untuk data yang dapat didisagregrasi Hal 2
2
Data belum tersedia
Data sementara per 21 Februari 2018
Sumatera Barat
Jumlah Penduduk Tahun 2017 : 5,321,489 jiwa
Estimasi Beban TB
Jumlah Rate (per 100.000 Penduduk) Gambar 1. Peta Case Detection Rate TB (%) Tahun 2017
Insiden TB (semua kasus), tahun 2017 26,031 495
Insiden TB Resistan Obat (TB RO), tahun 2017 844 16
Estimasi TB RO diantara kasus dinotifikasi, tahun 2017 282 PASAMAN BARAT

Penemuan Kasus TB, 2017 KOTA PADANG


Baru Kambuh Total PANJANG
KOTA
PARIAMAN

TB Paru, terkonfirmasi secara bakteriologis 4,541 309 4,850


TB Paru, klinis 2,772 23 2,795
TB Ekstra paru 581 9 590
Total (Baru+kambuh) 7,894 341 8,235
Kasus TB anak (0-14 tahun) 867
Penyisiran Kasus TB di RS 16
Jumlah Rate (per 100.000 Penduduk)
TB pengobatan ulang (selain kambuh) 42
Total Kasus ternotifikasi 8,293 156
Grafik 1. Case Detection Rate TB (%), 2000-2017
1
Kasus TB Berdasarkan Jenis Kelamin, 2017 100
Baru Kambuh Baru dan Kambuh Semua Kasus
90
Laki-Laki 4,912 244 5,156 5,189
Perempuan 2,982 97 3,079 3,088 80
Rasio Laki-laki : Perempuan 1.65 2.52 1.67 1.68 70
60
Penemuan Kasus TB RO, 2017 50
Baru Pengobatan Ulang Total 40
Terduga TB RO yang dites 522 369 891 30
Kasus RR/TB MDR yang terkonfirmasi laboratorium 12 44 56
20
Pasien yang memulai pengobatan TB RR/MDR 53
10
Pasien yang memulai pengobatan TB XDR 0
0

2015
2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

2014

2016

2017
Penemuan Kasus TB HIV, 2017
Jumlah (%)
Pasien TB yang mengetahui status HIV-nya 2,135 25.7%
Pasien TB Positif HIV 60 2.8% Grafik 2. Jumlah Kasus TB RO, 2009-2017
Pasien TB HIV yang mendapatkan ART 9 15.0% 1,000
ODHA yang diskrining TB 170 102.4%
900
800
Cakupan Kesehatan Semesta Untuk TB, 2017
(%) 700
Cakupan Pengobatan TB/Case Detection Rate (CDR) 32%
600
Kasus yang belum ditemukan/belum dilaporkan 68%
500
Keberhasilan Pengobatan TB 400
Sembuh Pengobatan lengkap Success Rate
300
Semua kasus, tahun 2016 3,022 2,158 87.5%
Baru dan kambuh, tahun 2016 3,008 2,157 71.5% 200
BTA positif baru, tahun 2016 2,630 395 81.9% 100
Pengobatan ulang selain kambuh, tahun 2016 14 1 51.7%
0
TB yang HIV positif, tahun 2016 17 11 64.7% 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
TB RR/MDR, tahun 2015 20 0 50.0%
TB XDR, tahun 2015 0 0 0.0% Terduga Terkonfirmasi Diobati

Pengobatan Pencegahan TB, 2017 Grafik 3. Jumlah Pasien TB-HIV, 2009-2017


Jumlah (%)
2,500
Anak <5 tahun yang mendapat PP INH (absolut & %) 446 83.5%
ODHA yang mendapatkan PP INH 0 0.0% Pasien TB yang
2,000 mengetahui status
HIV
Proporsi Pendanaan Kegiatan TB, 2017 (dalam rupiah)
APBN APBD I APBD II Donor (GF,USAID,dll) Total
1,500
Budget 9,597,557,974 107,104,000 1,248,579,300 5,888,147,781 16,841,389,055 Pasien TB yang HIV
positif
Proporsi 57.0% 0.6% 7.4% 35.0% #
1,000
Perluasan Akses Layanan2 Pasien TB yang HIV
Jumlah Cakupan 500 positif yang
Pembentukan Jejaring PPM berbasis Kab/Kota 0 0% mendapatkan ART
Active Case Finding pada tingkat Puskesmas 0 dan OAT
0 0
Kontak Investigasi pada Pasien TB dg Pendekatan Keluarga
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Grafik 6. Case Detection Rate Kasus TB (%) per Grafik 5. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%) Grafik 4. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%), 2000-2017
Kab/Kota 2017 per Kab/Kota, 2017 100
90
80
KOTA PADANG PANJANG DHARMAS RAYA
70
PASAMAN SOLOK SELATAN 60
50
KOTA PARIAMAN KOTA PARIAMAN 40
30
PESISIR SELATAN PESISIR SELATAN
20
PASAMAN BARAT SOLOK 10
0
KEPULAUAN MENTAWAI KOTA SOLOK
2,000

2,001

2,002

2,003

2,004

2,005

2,006

2,007

2,008

2,009

2,010

2,011

2,012

2,013

2,014

2,015

2,016

2,017

PADANG PARIAMAN SIJUNJUNG


BTA positif baru Kasus baru dan kambuh
KOTA PADANG PASAMAN

KOTA BUKITTINGGI
Kasus pengobatan ulang selain kambuh Seluruh kasus TB
KOTA BUKITTINGGI

AGAM PADANG PARIAMAN


Gambar 2. Pembiayaan P2TB (Dalam Rupiah), 2017
SIJUNJUNG TANAH DATAR

SOLOK SELATAN KOTA SAWAH LUNTO


Total Kebutuhan: 61 M
107,104,000;
KOTA SAWAH LUNTO KOTA PADANG PANJANG 9,597,557,974; Gap (Kesenjangan): 72%
0%
16%
DHARMAS RAYA PASAMAN BARAT APBN
KOTA PAYAKUMBUH
1,248,579,300;
KOTA PADANG APBD I
2%
KOTA SOLOK KEPULAUAN MENTAWAI APBD II
SOLOK KOTA PAYAKUMBUH
Donor (GF, USAID, dll)
LIMA PULUH KOTA AGAM
Gap
TANAH DATAR LIMA PULUH KOTA 44,050,222,442
5,888,147,781;
0 20 40 60 80 100 0 20 40 60 80 100
; 72%
10%

1
Hanya untuk data yang dapat didisagregrasi Hal 3
2
Data belum tersedia
Data sementara per 21 Februari 2018
Riau
Jumlah Penduduk Tahun 2017 : 6,657,911 jiwa
Estimasi Beban TB
Jumlah Rate (per 100.000 Penduduk) Gambar 1. Peta Case Detection Rate TB (%) Tahun 2017
Insiden TB (semua kasus), tahun 2017 32,068 493
Insiden TB Resistan Obat (TB RO), tahun 2017 1,040 16
Estimasi TB RO diantara kasus dinotifikasi, tahun 2017 253

Penemuan Kasus TB, 2017


Baru Kambuh Total

TB Paru, terkonfirmasi secara bakteriologis 4,423 201 4,624


TB Paru, klinis 2,343 23 2,366
TB Ekstra paru 562 9 571
Total (Baru+kambuh) 7,328 233 7,561
Kasus TB anak (0-14 tahun) 587
Penyisiran Kasus TB di RS 0
Jumlah Rate (per 100.000 Penduduk)
TB pengobatan ulang (selain kambuh) 66
Total Kasus ternotifikasi 7,627 115
Grafik 1. Case Detection Rate TB (%), 2000-2017
1
Kasus TB Berdasarkan Jenis Kelamin, 2017 100
Baru Kambuh Baru dan Kambuh Semua Kasus
90
Laki-Laki 4,615 171 4,786 4,832
Perempuan 2,713 62 2,775 2,795 80
Rasio Laki-laki : Perempuan 1.70 2.76 1.72 1.73 70
60
Penemuan Kasus TB RO, 2017 50
Baru Pengobatan Ulang Total 40
Terduga TB RO yang dites 254 1,460 1,714 30
Kasus RR/TB MDR yang terkonfirmasi laboratorium 1 76 77
20
Pasien yang memulai pengobatan TB RR/MDR 43
10
Pasien yang memulai pengobatan TB XDR 1
0

2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

2014

2015

2016

2017
Penemuan Kasus TB HIV, 2017
Jumlah (%)
Pasien TB yang mengetahui status HIV-nya 2,122 27.8%
Pasien TB Positif HIV 129 6.1% Grafik 2. Jumlah Kasus TB RO, 2009-2017
Pasien TB HIV yang mendapatkan ART 7 5.4% 2,000
ODHA yang diskrining TB 184 83.7%
1,800
1,600
Cakupan Kesehatan Semesta Untuk TB, 2017
(%) 1,400
Cakupan Pengobatan TB/Case Detection Rate (CDR) 24%
1,200
Kasus yang belum ditemukan/belum dilaporkan 76%
1,000
Keberhasilan Pengobatan TB 800
Sembuh Pengobatan lengkap Success Rate
600
Semua kasus, tahun 2016 2,719 1,734 80.8%
Baru dan kambuh, tahun 2016 2,705 1,733 71.0% 400
BTA positif baru, tahun 2016 1,044 167 83.6% 200
Pengobatan ulang selain kambuh, tahun 2016 14 1 42.9%
0
TB yang HIV positif, tahun 2016 40 24 60.0% 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
TB RR/MDR, tahun 2015 9 5 45.2%
TB XDR, tahun 2015 0 0 0.0% Terduga Terkonfirmasi Diobati

Pengobatan Pencegahan TB, 2017 Grafik 3. Jumlah Pasien TB-HIV, 2009-2017


Jumlah (%)
120,000
Anak <5 tahun yang mendapat PP INH (absolut & %) 205 49.9%
ODHA yang mendapatkan PP INH 35 10.9% Pasien TB yang
100,000 mengetahui status
HIV
Proporsi Pendanaan Kegiatan TB, 2017 (dalam rupiah)
80,000
APBN APBD I APBD II Donor (GF,USAID,dll) Total
Budget 10,285,716,873 190,520,000 280,073,500 5,785,325,789 16,541,636,162 Pasien TB yang HIV
60,000 positif
Proporsi 62.2% 1.2% 1.7% 35.0% #
40,000
Perluasan Akses Layanan2 Pasien TB yang HIV
Jumlah Cakupan
20,000 positif yang
Pembentukan Jejaring PPM berbasis Kab/Kota 0 0% mendapatkan ART
Active Case Finding pada tingkat Puskesmas 0 dan OAT
0 0
Kontak Investigasi pada Pasien TB dg Pendekatan Keluarga
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Grafik 6. Case Detection Rate Kasus TB (%) per Grafik 5. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%) Grafik 4. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%), 2000-2017
Kab/Kota 2017 per Kab/Kota, 2017 100
90
80
PELALAWAN KEPULAUAN MERANTI 70
60
50
KOTA DUMAI INDRAGIRI HULU
40
30
KEPULAUAN MERANTI KUANTAN SINGINGI 20
10
0
KOTA PEKANBARU BENGKALIS
2,000

2,001

2,002

2,003

2,004

2,005

2,006

2,007

2,008

2,009

2,010

2,011

2,012

2,013

2,014

2,015

2,016

2,017

KAMPAR KAMPAR BTA positif baru Kasus baru dan kambuh

Kasus pengobatan ulang selain kambuh Seluruh kasus TB


ROKAN HILIR ROKAN HILIR

BENGKALIS KOTA DUMAI Gambar 2. Pembiayaan P2TB (Dalam Rupiah), 2017

SIAK ROKAN HULU Total Kebutuhan: 75 M


190,520,000;
10,285,716,873 Gap (Kesenjangan): 77,9%
0.3%
INDRAGIRI HILIR
; 13.7%
INDRAGIRI HILIR
APBN
280,073,500;
INDRAGIRI HULU SIAK
0.4% APBD I
APBD II
ROKAN HULU PELALAWAN
Donor (GF, USAID, dll)

KUANTAN SINGINGI
Gap
KOTA PEKANBARU 5,785,325,789;
58,470,970,718 7.7%
0 20 40 60 80 100 0 20 40 60 80 100 ; 77.9%

1
Hanya untuk data yang dapat didisagregrasi Hal 4
2
Data belum tersedia
Data sementara per 21 Februari 2018
Kepulauan Riau
Jumlah Penduduk Tahun 2017 : 2,082,694 jiwa
Estimasi Beban TB
Jumlah Rate (per 100.000 Penduduk) Gambar 1. Peta Case Detection Rate TB (%) Tahun 2017
Insiden TB (semua kasus), tahun 2017 12,280 605
Insiden TB Resistan Obat (TB RO), tahun 2017 398 20
Estimasi TB RO diantara kasus dinotifikasi, tahun 2017 153

Penemuan Kasus TB, 2017


Baru Kambuh Total

TB Paru, terkonfirmasi secara bakteriologis 1,615 114 1,729


TB Paru, klinis 1,813 54 1,867
TB Ekstra paru 379 5 384 KOTA TANJUNG PINANG

Total (Baru+kambuh) 3,807 173 3,980


Kasus TB anak (0-14 tahun) 369
Penyisiran Kasus TB di RS 0
Jumlah Rate (per 100.000 Penduduk)
TB pengobatan ulang (selain kambuh) 119
Total Kasus ternotifikasi 4,099 197
Grafik 1. Case Detection Rate TB (%), 2006-2017
1
Kasus TB Berdasarkan Jenis Kelamin, 2017 100
Baru Kambuh Baru dan Kambuh Semua Kasus
90
Laki-Laki 2,262 102 2,364 2,449
Perempuan 1,545 71 1,616 1,650 80
Rasio Laki-laki : Perempuan 1.46 1.44 1.46 1.48 70
60
Penemuan Kasus TB RO, 2017 50
Baru Pengobatan Ulang Total 40
Terduga TB RO yang dites 1,624 1,139 2,763 30
Kasus RR/TB MDR yang terkonfirmasi laboratorium 7 40 47
20
Pasien yang memulai pengobatan TB RR/MDR 35
10
Pasien yang memulai pengobatan TB XDR 1
0

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

2014

2015

2016

2017
Penemuan Kasus TB HIV, 2017
Jumlah (%)
Pasien TB yang mengetahui status HIV-nya 1,867 45.5%
Pasien TB Positif HIV 213 11.4% Grafik 2. Jumlah Kasus TB RO, 2009-2017
Pasien TB HIV yang mendapatkan ART 87 40.8% 3,000
ODHA yang diskrining TB 680 100.0%
2,500
Cakupan Kesehatan Semesta Untuk TB, 2017
(%)
2,000
Cakupan Pengobatan TB/Case Detection Rate (CDR) 33%
Kasus yang belum ditemukan/belum dilaporkan 67%
1,500
Keberhasilan Pengobatan TB
Sembuh Pengobatan lengkap Success Rate 1,000
Semua kasus, tahun 2016 1,134 2,144 86.2%
Baru dan kambuh, tahun 2016 1,102 2,138 86.2% 500
BTA positif baru, tahun 2016 1,258 79 88.0%
Pengobatan ulang selain kambuh, tahun 2016 32 6 79.2%
0
TB yang HIV positif, tahun 2016 143 103 72.0% 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
TB RR/MDR, tahun 2015 10 0 62.5%
TB XDR, tahun 2015 0 0 0.0% Terduga Terkonfirmasi Diobati

Pengobatan Pencegahan TB, 2017 Grafik 3. Jumlah Pasien TB-HIV, 2009-2017


Jumlah (%)
2,000
Anak <5 tahun yang mendapat PP INH (absolut & %) 158 66.1%
ODHA yang mendapatkan PP INH 16 2.4% Pasien TB yang
mengetahui status
1,500 HIV
Proporsi Pendanaan Kegiatan TB, 2017 (dalam rupiah)
APBN APBD I APBD II Donor (GF,USAID,dll) Total
Budget 3,726,342,326 177,241,000 785,550,000 4,089,702,166 8,778,835,492 Pasien TB yang HIV
1,000 positif
Proporsi 42.4% 2.0% 8.9% 46.6% #

Perluasan Akses Layanan2 Pasien TB yang HIV


Jumlah Cakupan 500
positif yang
Pembentukan Jejaring PPM berbasis Kab/Kota 0 0% mendapatkan ART
Active Case Finding pada tingkat Puskesmas 0 dan OAT
0 0
Kontak Investigasi pada Pasien TB dg Pendekatan Keluarga
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Grafik 6. Case Detection Rate Kasus TB (%) per Grafik 5. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%) Grafik 4. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%), 2006-2017
Kab/Kota 2017 per Kab/Kota, 2017 100
90
80
70
KOTA TANJUNG PINANG KEPULAUAN ANAMBAS 60
50
40
30
KARIMUN KOTA TANJUNG PINANG 20
10
0
2,006

2,017
2,007

2,008

2,009

2,010

2,011

2,012

2,013

2,014

2,015

2,016

KOTA BATAM NATUNA


BTA positif baru Kasus baru dan kambuh

Kasus pengobatan ulang selain kambuh Seluruh kasus TB

BINTAN BINTAN
Gambar 2. Pembiayaan P2TB (Dalam Rupiah), 2017

LINGGA KOTA BATAM


177,241,000; Total Kebutuhan: 29 M
3,726,342,326;
1% Gap (Kesenjangan): 69%
13%
APBN
NATUNA LINGGA 785,550,000; APBD I
3%
APBD II
Donor (GF, USAID, dll)
KEPULAUAN ANAMBAS KARIMUN
Gap
19,946,522,090
; 69% 4,089,702,166;
0 20 40 60 80 100 0 20 40 60 80 100
14%

1
Hanya untuk data yang dapat didisagregrasi Hal 5
2
Data belum tersedia
Data sementara per 21 Februari 2018
Jambi
Jumlah Penduduk Tahun 2017 : 3,515,017 jiwa
Estimasi Beban TB
Jumlah Rate (per 100.000 Penduduk) Gambar 1. Peta Case Detection Rate TB (%) Tahun 2017
Insiden TB (semua kasus), tahun 2017 16,022 463
Insiden TB Resistan Obat (TB RO), tahun 2017 519 15
Estimasi TB RO diantara kasus dinotifikasi, tahun 2017 73

Penemuan Kasus TB, 2017


Baru Kambuh Total

TB Paru, terkonfirmasi secara bakteriologis 1,731 32 1,763


TB Paru, klinis 506 0 506
TB Ekstra paru 163 0 163
Total (Baru+kambuh) 2,400 32 2,432
Kasus TB anak (0-14 tahun) 117
Penyisiran Kasus TB di RS 102
Jumlah Rate (per 100.000 Penduduk)
TB pengobatan ulang (selain kambuh) 2
Total Kasus ternotifikasi 2,536 72
Grafik 1. Case Detection Rate TB (%), 2000-2017
1
Kasus TB Berdasarkan Jenis Kelamin, 2017 100
Baru Kambuh Baru dan Kambuh Semua Kasus
90
Laki-Laki 1,447 22 1,469 1,471
Perempuan 953 10 963 963 80
Rasio Laki-laki : Perempuan 1.52 2.20 1.53 1.53 70
60
Penemuan Kasus TB RO, 2017 50
Baru Pengobatan Ulang Total 40
Terduga TB RO yang dites 19 33 52 30
Kasus RR/TB MDR yang terkonfirmasi laboratorium 1 11 12
20
Pasien yang memulai pengobatan TB RR/MDR 10
10
Pasien yang memulai pengobatan TB XDR 0
0

2015
2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

2014

2016

2017
Penemuan Kasus TB HIV, 2017
Jumlah (%)
Pasien TB yang mengetahui status HIV-nya 231 9.1%
Pasien TB Positif HIV 4 1.7% Grafik 2. Jumlah Kasus TB RO, 2009-2017
Pasien TB HIV yang mendapatkan ART 0 0.0% 60
ODHA yang diskrining TB 127 70.9%
50
Cakupan Kesehatan Semesta Untuk TB, 2017
(%)
40
Cakupan Pengobatan TB/Case Detection Rate (CDR) 16%
Kasus yang belum ditemukan/belum dilaporkan 84%
30
Keberhasilan Pengobatan TB
Sembuh Pengobatan lengkap Success Rate 20
Semua kasus, tahun 2016 1,277 370 86.1%
Baru dan kambuh, tahun 2016 1,277 370 47.3% 10
BTA positif baru, tahun 2016 4,698 311 94.1%
Pengobatan ulang selain kambuh, tahun 2016 0 0 0.0%
0
TB yang HIV positif, tahun 2016 14 0 0.0% 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
TB RR/MDR, tahun 2015 0 0 0.0%
TB XDR, tahun 2015 0 0 0.0% Terduga Terkonfirmasi Diobati

Pengobatan Pencegahan TB, 2017 Grafik 3. Jumlah Pasien TB-HIV, 2009-2017


Jumlah (%)
350
Anak <5 tahun yang mendapat PP INH (absolut & %) 15 5.4%
ODHA yang mendapatkan PP INH 6 7.9% 300 Pasien TB yang
mengetahui status
HIV
Proporsi Pendanaan Kegiatan TB, 2017 (dalam rupiah) 250
APBN APBD I APBD II Donor (GF,USAID,dll) Total
Budget 6,500,321,498 32,044,000 1,142,880,200 2,640,638,385 10,315,884,083 200 Pasien TB yang HIV
positif
Proporsi 63.0% 0.3% 11.1% 25.6% #
150

Perluasan Akses Layanan2 100 Pasien TB yang HIV


Jumlah Cakupan
positif yang
Pembentukan Jejaring PPM berbasis Kab/Kota 0 0% 50 mendapatkan ART
Active Case Finding pada tingkat Puskesmas 0 dan OAT
0 0
Kontak Investigasi pada Pasien TB dg Pendekatan Keluarga
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Grafik 6. Case Detection Rate Kasus TB (%) per Grafik 5. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%) Grafik 4. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%), 2000-2017
Kab/Kota 2017 per Kab/Kota, 2017 100
90
80
BATANG HARI TANJUNG JABUNG TIMUR 70
60
50
SAROLANGUN BUNGO 40
30
20
MERANGIN SAROLANGUN 10
0
2,000

2,001

2,002

2,003

2,004

2,005

2,006

2,007

2,008

2,009

2,010

2,011

2,012

2,013

2,014

2,015

2,016

2,017

KOTA JAMBI KOTA SUNGAI PENUH

BTA positif baru Kasus baru dan kambuh


MUARO JAMBI TEBO
Kasus pengobatan ulang selain kambuh Seluruh kasus TB

BUNGO MUARO JAMBI


Gambar 2. Pembiayaan P2TB (Dalam Rupiah), 2017
TEBO TANJUNG JABUNG BARAT
6,500,321,498; 1,142,880,200; Total Kebutuhan: 37 M
17.3% 3.0%
Gap (Kesenjangan): 72,5%
TANJUNG JABUNG TIMUR KERINCI
APBN
32,044,000;
0.1% APBD I
KOTA SUNGAI PENUH KOTA JAMBI
APBD II

KERINCI BATANG HARI Donor (GF, USAID, dll)


Gap
TANJUNG JABUNG BARAT MERANGIN 27,162,432,543
2,640,638,385;
; 72.5%
7.0%
0 20 40 60 80 100 0 20 40 60 80 100

1
Hanya untuk data yang dapat didisagregrasi Hal 6
2
Data belum tersedia
Data sementara per 21 Februari 2018
Sumatera Selatan
Jumlah Penduduk Tahun 2017 : 8,266,983 jiwa
Estimasi Beban TB
Jumlah Rate (per 100.000 Penduduk) Gambar 1. Peta Case Detection Rate TB (%) Tahun 2017
Insiden TB (semua kasus), tahun 2017 40,311 494
Insiden TB Resistan Obat (TB RO), tahun 2017 1,307 16
Estimasi TB RO diantara kasus dinotifikasi, tahun 2017 423

Penemuan Kasus TB, 2017


Baru Kambuh Total

TB Paru, terkonfirmasi secara bakteriologis 6,202 265 6,467


TB Paru, klinis 5,321 154 5,475
TB Ekstra paru 1,010 5 1,015
Total (Baru+kambuh) 12,533 424 12,957
Kasus TB anak (0-14 tahun) 1,335
Penyisiran Kasus TB di RS 6,928
Jumlah Rate (per 100.000 Penduduk)
TB pengobatan ulang (selain kambuh) 27
Total Kasus ternotifikasi 19,912 241
Grafik 1. Case Detection Rate TB (%), 2000-2017
1
Kasus TB Berdasarkan Jenis Kelamin, 2017 100
Baru Kambuh Baru dan Kambuh Semua Kasus
90
Laki-Laki 7,528 268 7,796 7,819
Perempuan 5,005 156 5,161 5,165 80
Rasio Laki-laki : Perempuan 1.50 1.72 1.51 1.51 70
60
Penemuan Kasus TB RO, 2017 50
Baru Pengobatan Ulang Total 40
Terduga TB RO yang dites 822 725 1,547 30
Kasus RR/TB MDR yang terkonfirmasi laboratorium 4 100 104
20
Pasien yang memulai pengobatan TB RR/MDR 47
10
Pasien yang memulai pengobatan TB XDR 0
0

2015
2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

2014

2016

2017
Penemuan Kasus TB HIV, 2017
Jumlah (%)
Pasien TB yang mengetahui status HIV-nya 1,753 8.8%
Pasien TB Positif HIV 39 2.2% Grafik 2. Jumlah Kasus TB RO, 2009-2017
Pasien TB HIV yang mendapatkan ART 12 30.8% 1,800
ODHA yang diskrining TB 261 0.0%
1,600

Cakupan Kesehatan Semesta Untuk TB, 2017 1,400


(%)
1,200
Cakupan Pengobatan TB/Case Detection Rate (CDR) 49%
Kasus yang belum ditemukan/belum dilaporkan 51% 1,000

800
Keberhasilan Pengobatan TB
Sembuh Pengobatan lengkap Success Rate 600
Semua kasus, tahun 2016 4,822 3,314 93.6%
400
Baru dan kambuh, tahun 2016 4,813 3,313 78.0%
BTA positif baru, tahun 2016 706 39 82.3% 200
Pengobatan ulang selain kambuh, tahun 2016 9 1 62.5%
0
TB yang HIV positif, tahun 2016 14 7 50.0% 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
TB RR/MDR, tahun 2015 18 0 56.3%
TB XDR, tahun 2015 0 0 0.0% Terduga Terkonfirmasi Diobati

Pengobatan Pencegahan TB, 2017 Grafik 3. Jumlah Pasien TB-HIV, 2009-2017


Jumlah (%)
2,000
Anak <5 tahun yang mendapat PP INH (absolut & %) 123 16.1%
ODHA yang mendapatkan PP INH 123 0.9% Pasien TB yang
mengetahui status
1,500 HIV
Proporsi Pendanaan Kegiatan TB, 2017 (dalam rupiah)
APBN APBD I APBD II Donor (GF,USAID,dll) Total
Budget 9,884,972,774 13,600,000 1,485,300,000 7,802,257,964 19,186,130,738 Pasien TB yang HIV
1,000 positif
Proporsi 51.5% 0.1% 7.7% 40.7% #

Perluasan Akses Layanan2 Pasien TB yang HIV


Jumlah Cakupan 500
positif yang
Pembentukan Jejaring PPM berbasis Kab/Kota 0 0% mendapatkan ART
Active Case Finding pada tingkat Puskesmas 0 dan OAT
0 0
Kontak Investigasi pada Pasien TB dg Pendekatan Keluarga
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Grafik 6. Case Detection Rate Kasus TB (%) per Grafik 5. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%) Grafik 4. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%), 2000-2017
Kab/Kota 2017 per Kab/Kota, 2017 100
90
80
OGAN KOMERING ULU EMPAT LAWANG 70
OGAN KOMERING ULU 60
KOTA LUBUKLINGGAU
SELATAN 50
40
KOTA PALEMBANG MUSI RAWAS UTARA
30
MUSI RAWAS UTARA MUSI BANYUASIN 20
10
MUARA ENIM BANYU ASIN 0
2,000

2,001

2,002

2,003

2,004

2,005

2,006

2,007

2,008

2,009

2,010

2,011

2,012

2,013

2,014

2,015

2,016

2,017

OGAN KOMERING ULU


TIMUR OGAN KOMERING ULU

PENUKAL ABAB LEMATANG PENUKAL ABAB LEMATANG BTA positif baru Kasus baru dan kambuh
ILIR ILIR

MUSI BANYUASIN OGAN ILIR Kasus pengobatan ulang selain kambuh Seluruh kasus TB

OGAN ILIR KOTA PALEMBANG


Gambar 2. Pembiayaan P2TB (Dalam Rupiah), 2017
KOTA PAGAR ALAM MUARA ENIM
Total Kebutuhan: 94M
BANYU ASIN MUSI RAWAS 9,884,972,774; 13,600,000;
Gap (Kesenjangan): 79,7%
10.5% 0.0%
EMPAT LAWANG OGAN KOMERING ULU TIMUR
APBN
1,485,300,000;
LAHAT KOTA LUBUKLINGGAU
1.6% APBD I
MUSI RAWAS OGAN KOMERING ILIR APBD II
KOTA PRABUMULIH LAHAT Donor (GF, USAID, dll)
OGAN KOMERING ULU
SELATAN KOTA PRABUMULIH Gap

OGAN KOMERING ILIR KOTA PAGAR ALAM 75,107,527,667 7,802,257,964;


; 79.7% 8.3%
0 20 40 60 80 100 0 20 40 60 80 100

1
Hanya untuk data yang dapat didisagregrasi Hal 7
2
Data belum tersedia
Data sementara per 21 Februari 2018
Kepulauan Bangka Belitung
Jumlah Penduduk Tahun 2017 : 1,430,865 jiwa
Estimasi Beban TB
Jumlah Rate (per 100.000 Penduduk) Gambar 1. Peta Case Detection Rate TB (%) Tahun 2017
Insiden TB (semua kasus), tahun 2017 7,168 511
Insiden TB Resistan Obat (TB RO), tahun 2017 232 17 BANGKA BARAT
Estimasi TB RO diantara kasus dinotifikasi, tahun 2017 61

Penemuan Kasus TB, 2017


Baru Kambuh Total

TB Paru, terkonfirmasi secara bakteriologis 915 57 972


BELITUNG
TB Paru, klinis 657 2 659
TB Ekstra paru 162 1 163
Total (Baru+kambuh) 1,734 60 1,794
Kasus TB anak (0-14 tahun) 239
Penyisiran Kasus TB di RS 0
Jumlah Rate (per 100.000 Penduduk)
TB pengobatan ulang (selain kambuh) 17
Total Kasus ternotifikasi 1,811 127
Grafik 1. Case Detection Rate TB (%), 2000-2017
1
Kasus TB Berdasarkan Jenis Kelamin, 2017 100
Baru Kambuh Baru dan Kambuh Semua Kasus
90
Laki-Laki 1,093 42 1,135 1,150
Perempuan 641 18 659 661 80
Rasio Laki-laki : Perempuan 1.71 2.33 1.72 1.74 70
60
Penemuan Kasus TB RO, 2017 50
Baru Pengobatan Ulang Total 40
Terduga TB RO yang dites 547 236 783 30
Kasus RR/TB MDR yang terkonfirmasi laboratorium 4 28 32
20
Pasien yang memulai pengobatan TB RR/MDR 17
10
Pasien yang memulai pengobatan TB XDR 0
0

2009
2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2010

2011

2012

2013

2014

2015

2016

2017
Penemuan Kasus TB HIV, 2017
Jumlah (%)
Pasien TB yang mengetahui status HIV-nya 327 18.1%
Pasien TB Positif HIV 42 12.8% Grafik 2. Jumlah Kasus TB RO, 2009-2017
Pasien TB HIV yang mendapatkan ART 14 33.3% 900
ODHA yang diskrining TB 492 100.0%
800

Cakupan Kesehatan Semesta Untuk TB, 2017 700


(%)
600
Cakupan Pengobatan TB/Case Detection Rate (CDR) 25%
Kasus yang belum ditemukan/belum dilaporkan 75% 500

400
Keberhasilan Pengobatan TB
Sembuh Pengobatan lengkap Success Rate 300
Semua kasus, tahun 2016 747 513 81.7%
200
Baru dan kambuh, tahun 2016 738 512 80.2%
BTA positif baru, tahun 2016 807 71 94.8% 100
Pengobatan ulang selain kambuh, tahun 2016 9 1 76.9%
0
TB yang HIV positif, tahun 2016 12 9 75.0% 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
TB RR/MDR, tahun 2015 10 4 56.0%
TB XDR, tahun 2015 0 0 0.0% Terduga Terkonfirmasi Diobati

Pengobatan Pencegahan TB, 2017 Grafik 3. Jumlah Pasien TB-HIV, 2009-2017


Jumlah (%)
350
Anak <5 tahun yang mendapat PP INH (absolut & %) 42 38.2%
ODHA yang mendapatkan PP INH 0 0.0% 300 Pasien TB yang
mengetahui status
HIV
Proporsi Pendanaan Kegiatan TB, 2017 (dalam rupiah) 250
APBN APBD I APBD II Donor (GF,USAID,dll) Total
Budget 1,851,042,656 82,068,000 155,667,000 2,779,255,551 4,868,033,207 200 Pasien TB yang HIV
positif
Proporsi 38.0% 1.7% 3.2% 57.1% #
150

Perluasan Akses Layanan2 100 Pasien TB yang HIV


Jumlah Cakupan
positif yang
Pembentukan Jejaring PPM berbasis Kab/Kota 0 0% 50 mendapatkan ART
Active Case Finding pada tingkat Puskesmas 0 dan OAT
0 0
Kontak Investigasi pada Pasien TB dg Pendekatan Keluarga
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Grafik 6. Case Detection Rate Kasus TB (%) per Grafik 5. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%) Grafik 4. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%), 2000-2017
Kab/Kota 2017 per Kab/Kota, 2017 100
90
80
70
KOTA PANGKAL PINANG KOTA PANGKAL PINANG 60
50
40
30
BELITUNG BELITUNG TIMUR 20
10
0
2,014
2,002

2,003

2,004

2,005

2,006

2,007

2,008

2,009

2,010

2,011

2,012

2,013

2,015

2,016

2,017

BANGKA BANGKA TENGAH


BTA positif baru Kasus baru dan kambuh

Kasus pengobatan ulang selain kambuh Seluruh kasus TB

BANGKA SELATAN BANGKA SELATAN


Gambar 2. Pembiayaan P2TB (Dalam Rupiah), 2017

1,851,042,656; Total Kebutuhan: 17 M


BANGKA TENGAH BANGKA BARAT 11% 82,068,000; 0% Gap (Kesenjangan): 71%

155,667,000; APBN
1% APBD I
BELITUNG TIMUR BELITUNG
APBD II
Donor (GF, USAID, dll)
Gap
BANGKA BARAT BANGKA
11,898,567,413
; 71% 2,779,255,551;
17%
0 20 40 60 80 100 0 20 40 60 80 100

1
Hanya untuk data yang dapat didisagregrasi Hal 8
2
Data belum tersedia
Data sementara per 21 Februari 2018
Bengkulu
Jumlah Penduduk Tahun 2017 : 1,934,269 jiwa
Estimasi Beban TB
Jumlah Rate (per 100.000 Penduduk) Gambar 1. Peta Case Detection Rate TB (%) Tahun 2017
Insiden TB (semua kasus), tahun 2017 8,946 470
Insiden TB Resistan Obat (TB RO), tahun 2017 290 15
Estimasi TB RO diantara kasus dinotifikasi, tahun 2017 75

Penemuan Kasus TB, 2017


Baru Kambuh Total

TB Paru, terkonfirmasi secara bakteriologis 1,133 60 1,193


TB Paru, klinis 908 4 912
TB Ekstra paru 213 0 213
Total (Baru+kambuh) 2,254 64 2,318
Kasus TB anak (0-14 tahun) 324
Penyisiran Kasus TB di RS 0
Jumlah Rate (per 100.000 Penduduk)
TB pengobatan ulang (selain kambuh) 12
Total Kasus ternotifikasi 2,330 120
Grafik 1. Case Detection Rate TB (%), 2000-2017
1
Kasus TB Berdasarkan Jenis Kelamin, 2017 100
Baru Kambuh Baru dan Kambuh Semua Kasus
90
Laki-Laki 1,357 44 1,401 1,413
Perempuan 897 20 917 917 80
Rasio Laki-laki : Perempuan 1.51 2.20 1.53 1.54 70
60
Penemuan Kasus TB RO, 2017 50
Baru Pengobatan Ulang Total 40
Terduga TB RO yang dites 89 515 604 30
Kasus RR/TB MDR yang terkonfirmasi laboratorium 0 14 14
20
Pasien yang memulai pengobatan TB RR/MDR 12
10
Pasien yang memulai pengobatan TB XDR 0
0

2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

2014

2015

2016

2017
Penemuan Kasus TB HIV, 2017
Jumlah (%)
Pasien TB yang mengetahui status HIV-nya 719 30.9%
Pasien TB Positif HIV 7 1.0% Grafik 2. Jumlah Kasus TB RO, 2009-2017
Pasien TB HIV yang mendapatkan ART 1 14.3% 700
ODHA yang diskrining TB 195 97.9%
600
Cakupan Kesehatan Semesta Untuk TB, 2017
(%) 500
Cakupan Pengobatan TB/Case Detection Rate (CDR) 26%
Kasus yang belum ditemukan/belum dilaporkan 74% 400

300
Keberhasilan Pengobatan TB
Sembuh Pengobatan lengkap Success Rate
200
Semua kasus, tahun 2016 845 686 89.9%
Baru dan kambuh, tahun 2016 842 685 84.8%
100
BTA positif baru, tahun 2016 4,528 132 94.1%
Pengobatan ulang selain kambuh, tahun 2016 3 1 80.0%
0
TB yang HIV positif, tahun 2016 11 6 54.5% 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
TB RR/MDR, tahun 2015 0 4 66.7%
TB XDR, tahun 2015 0 0 0.0% Terduga Terkonfirmasi Diobati

Pengobatan Pencegahan TB, 2017 Grafik 3. Jumlah Pasien TB-HIV, 2009-2017


Jumlah (%)
800
Anak <5 tahun yang mendapat PP INH (absolut & %) 66 44.9%
ODHA yang mendapatkan PP INH 10 18.9% 700 Pasien TB yang
mengetahui status
600 HIV
Proporsi Pendanaan Kegiatan TB, 2017 (dalam rupiah)
APBN APBD I APBD II Donor (GF,USAID,dll) Total 500
Budget 2,788,085,342 316,760,000 284,340,000 2,656,959,912 6,046,145,254 Pasien TB yang HIV
400 positif
Proporsi 46.1% 5.2% 4.7% 43.9% #
300
Perluasan Akses Layanan2 Pasien TB yang HIV
Jumlah Cakupan 200
positif yang
Pembentukan Jejaring PPM berbasis Kab/Kota 0 0% 100 mendapatkan ART
Active Case Finding pada tingkat Puskesmas 0 dan OAT
0 0
Kontak Investigasi pada Pasien TB dg Pendekatan Keluarga
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Grafik 6. Case Detection Rate Kasus TB (%) per Grafik 5. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%) Grafik 4. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%), 2000-2017
Kab/Kota 2017 per Kab/Kota, 2017 100
90
80
MUKOMUKO LEBONG 70
60
50
KEPAHIANG MUKOMUKO 40
30
20
BENGKULU SELATAN
10
BENGKULU SELATAN
0
2,000

2,001

2,002

2,003

2,004

2,005

2,006

2,007

2,008

2,009

2,010

2,011

2,012

2,013

2,014

2,015

2,016

2,017

KOTA BENGKULU BENGKULU TENGAH


BTA positif baru Kasus baru dan kambuh

BENGKULU TENGAH KEPAHIANG Kasus pengobatan ulang selain kambuh Seluruh kasus TB

LEBONG BENGKULU UTARA


Gambar 2. Pembiayaan P2TB (Dalam Rupiah), 2017

2,788,085,342; 316,760,000; Total Kebutuhan: 21 M


BENGKULU UTARA SELUMA 13.3% 1.5% Gap (Kesenjangan): 71,1%
APBN
284,340,000;
KAUR REJANG LEBONG
1.4% APBD I
APBD II
REJANG LEBONG KOTA BENGKULU Donor (GF, USAID, dll)
Gap
SELUMA KAUR 14,880,760,610
; 71.1% 2,656,959,912;
12.7%
0 20 40 60 80 100 0 20 40 60 80 100

1
Hanya untuk data yang dapat didisagregrasi Hal 9
2
Data belum tersedia
Data sementara per 21 Februari 2018
Lampung
Jumlah Penduduk Tahun 2017 : 8,289,577 jiwa
Estimasi Beban TB
Jumlah Rate (per 100.000 Penduduk) Gambar 1. Peta Case Detection Rate TB (%) Tahun 2017
Insiden TB (semua kasus), tahun 2017 36,501 445
Insiden TB Resistan Obat (TB RO), tahun 2017 1,183 14
Estimasi TB RO diantara kasus dinotifikasi, tahun 2017 247

Penemuan Kasus TB, 2017


Baru Kambuh Total

TB Paru, terkonfirmasi secara bakteriologis 4,250 163 4,413


TB Paru, klinis 2,722 17 2,739
TB Ekstra paru 515 2 517
Total (Baru+kambuh) 7,487 182 7,669
Kasus TB anak (0-14 tahun) 671
Penyisiran Kasus TB di RS 0
Jumlah Rate (per 100.000 Penduduk)
TB pengobatan ulang (selain kambuh) 49
Total Kasus ternotifikasi 7,718 93
Grafik 1. Case Detection Rate TB (%), 2000-2017
1
Kasus TB Berdasarkan Jenis Kelamin, 2017 100
Baru Kambuh Baru dan Kambuh Semua Kasus
90
Laki-Laki 4,460 134 4,594 4,625
Perempuan 3,027 48 3,075 3,093 80
Rasio Laki-laki : Perempuan 1.47 2.79 1.49 1.50 70
60
Penemuan Kasus TB RO, 2017 50
Baru Pengobatan Ulang Total 40
Terduga TB RO yang dites 550 1,322 1,872 30
Kasus RR/TB MDR yang terkonfirmasi laboratorium 5 66 71
20
Pasien yang memulai pengobatan TB RR/MDR 43
10
Pasien yang memulai pengobatan TB XDR 0
0

2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

2014

2015

2016

2017
Penemuan Kasus TB HIV, 2017
Jumlah (%)
Pasien TB yang mengetahui status HIV-nya 3,058 39.6%
Pasien TB Positif HIV 91 3.0% Grafik 2. Jumlah Kasus TB RO, 2009-2017
Pasien TB HIV yang mendapatkan ART 17 18.7% 2,000
ODHA yang diskrining TB 1,294 86.1%
1,800
1,600
Cakupan Kesehatan Semesta Untuk TB, 2017
(%) 1,400
Cakupan Pengobatan TB/Case Detection Rate (CDR) 21%
1,200
Kasus yang belum ditemukan/belum dilaporkan 79%
1,000
Keberhasilan Pengobatan TB 800
Sembuh Pengobatan lengkap Success Rate
600
Semua kasus, tahun 2016 4,689 2,355 93.2%
Baru dan kambuh, tahun 2016 4,665 2,355 76.1% 400
BTA positif baru, tahun 2016 7,159 496 91.3% 200
Pengobatan ulang selain kambuh, tahun 2016 24 0 70.6%
0
TB yang HIV positif, tahun 2016 36 20 55.6% 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
TB RR/MDR, tahun 2015 6 0 46.2%
TB XDR, tahun 2015 0 0 0.0% Terduga Terkonfirmasi Diobati

Pengobatan Pencegahan TB, 2017 Grafik 3. Jumlah Pasien TB-HIV, 2009-2017


Jumlah (%)
3,500
Anak <5 tahun yang mendapat PP INH (absolut & %) 295 41.4%
ODHA yang mendapatkan PP INH 0 0.0% 3,000 Pasien TB yang
mengetahui status
HIV
Proporsi Pendanaan Kegiatan TB, 2017 (dalam rupiah) 2,500
APBN APBD I APBD II Donor (GF,USAID,dll) Total
Budget 7,743,403,145 0 266,586,500 6,089,917,990 14,099,907,635 2,000 Pasien TB yang HIV
positif
Proporsi 54.9% 0.0% 1.9% 43.2% #
1,500

Perluasan Akses Layanan2 1,000 Pasien TB yang HIV


Jumlah Cakupan
positif yang
Pembentukan Jejaring PPM berbasis Kab/Kota 0 0% 500 mendapatkan ART
Active Case Finding pada tingkat Puskesmas 0 dan OAT
0 0
Kontak Investigasi pada Pasien TB dg Pendekatan Keluarga
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Grafik 6. Case Detection Rate Kasus TB (%) per Grafik 5. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%) Grafik 4. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%), 2000-2017
Kab/Kota 2017 per Kab/Kota, 2017 100
90
80
LAMPUNG BARAT PESAWARAN 70
60
PESISIR BARAT LAMPUNG SELATAN 50
40
KOTA BANDAR LAMPUNG LAMPUNG TIMUR 30
20
TULANGBAWANG TULANGBAWANG 10
0
2,000

2,001

2,002

2,003

2,004

2,005

2,006

2,007

2,008

2,009

2,010

2,011

2,012

2,013

2,014

2,015

2,016

2,017

PESAWARAN PRINGSEWU

LAMPUNG SELATAN WAY KANAN BTA positif baru Kasus baru dan kambuh

LAMPUNG UTARA LAMPUNG TENGAH Kasus pengobatan ulang selain kambuh Seluruh kasus TB

WAY KANAN PESISIR BARAT


Gambar 2. Pembiayaan P2TB (Dalam Rupiah), 2017
LAMPUNG TIMUR KOTA BANDAR LAMPUNG

7,743,403,145; 0; 0.0% 266,586,500;Total Kebutuhan: 85 M


PRINGSEWU TANGGAMUS
9.1% 0.3% Gap (Kesenjangan): 83,5%
MESUJI KOTA METRO APBN
APBD I
KOTA METRO LAMPUNG UTARA
APBD II
TANGGAMUS TULANGBAWANG BARAT
Donor (GF, USAID, dll)
TULANGBAWANG BARAT MESUJI Gap
71,281,070,162
LAMPUNG TENGAH LAMPUNG BARAT 6,089,917,990;
; 83.5%
7.1%
0 20 40 60 80 100 0 20 40 60 80 100

1
Hanya untuk data yang dapat didisagregrasi Hal 10
2
Data belum tersedia
Data sementara per 21 Februari 2018
Banten
Jumlah Penduduk Tahun 2017 : 12,448,160 jiwa
Estimasi Beban TB
Jumlah Rate (per 100.000 Penduduk) Gambar 1. Peta Case Detection Rate TB (%) Tahun 2017
Insiden TB (semua kasus), tahun 2017 40,277 330
Insiden TB Resistan Obat (TB RO), tahun 2017 1,306 11
Estimasi TB RO diantara kasus dinotifikasi, tahun 2017 500
KOTA SERANG

Penemuan Kasus TB, 2017


Baru Kambuh Total

TB Paru, terkonfirmasi secara bakteriologis 7,509 468 7,977


TB Paru, klinis 6,028 81 6,109
TB Ekstra paru 660 1 661
Total (Baru+kambuh) 14,197 550 14,747
Kasus TB anak (0-14 tahun) 1,311
Penyisiran Kasus TB di RS 866
Jumlah Rate (per 100.000 Penduduk)
TB pengobatan ulang (selain kambuh) 93
Total Kasus ternotifikasi 15,706 126
Grafik 1. Case Detection Rate TB (%), 2001-2017
1
Kasus TB Berdasarkan Jenis Kelamin, 2017 100
Baru Kambuh Baru dan Kambuh Semua Kasus
90
Laki-Laki 8,436 348 8,784 8,853
Perempuan 5,761 202 5,963 5,987 80
Rasio Laki-laki : Perempuan 1.46 1.72 1.47 1.48 70
60
Penemuan Kasus TB RO, 2017 50
Baru Pengobatan Ulang Total 40
Terduga TB RO yang dites 677 1,495 2,172 30
Kasus RR/TB MDR yang terkonfirmasi laboratorium 26 141 167
20
Pasien yang memulai pengobatan TB RR/MDR 86
10
Pasien yang memulai pengobatan TB XDR 1
0

2009
2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2010

2011

2012

2013

2014

2015

2016

2017
Penemuan Kasus TB HIV, 2017
Jumlah (%)
Pasien TB yang mengetahui status HIV-nya 2,903 18.5%
Pasien TB Positif HIV 85 2.9% Grafik 2. Jumlah Kasus TB RO, 2009-2017
Pasien TB HIV yang mendapatkan ART 11 12.9% 2,500
ODHA yang diskrining TB 2,250 88.2%

2,000
Cakupan Kesehatan Semesta Untuk TB, 2017
(%)
Cakupan Pengobatan TB/Case Detection Rate (CDR) 39%
1,500
Kasus yang belum ditemukan/belum dilaporkan 61%

Keberhasilan Pengobatan TB 1,000


Sembuh Pengobatan lengkap Success Rate
Semua kasus, tahun 2016 7,487 5,907 90.1%
Baru dan kambuh, tahun 2016 7,433 5,898 89.7% 500
BTA positif baru, tahun 2016 7,217 1,212 79.3%
Pengobatan ulang selain kambuh, tahun 2016 54 9 78.8%
0
TB yang HIV positif, tahun 2016 60 27 45.0% 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
TB RR/MDR, tahun 2015 24 1 53.2%
TB XDR, tahun 2015 0 0 0.0% Terduga Terkonfirmasi Diobati

Pengobatan Pencegahan TB, 2017 Grafik 3. Jumlah Pasien TB-HIV, 2009-2017


Jumlah (%)
3,500
Anak <5 tahun yang mendapat PP INH (absolut & %) 317 34.1%
ODHA yang mendapatkan PP INH 5 1.1% 3,000 Pasien TB yang
mengetahui status
HIV
Proporsi Pendanaan Kegiatan TB, 2017 (dalam rupiah) 2,500
APBN APBD I APBD II Donor (GF,USAID,dll) Total
Budget 22,197,501,770 136,745,000 1,125,759,000 9,825,144,976 33,285,150,746 2,000 Pasien TB yang HIV
positif
Proporsi 66.7% 0.4% 3.4% 29.5% #
1,500

Perluasan Akses Layanan2 1,000 Pasien TB yang HIV


Jumlah Cakupan
positif yang
Pembentukan Jejaring PPM berbasis Kab/Kota 0 0% 500 mendapatkan ART
Active Case Finding pada tingkat Puskesmas 0 dan OAT
0 0
Kontak Investigasi pada Pasien TB dg Pendekatan Keluarga
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Grafik 6. Case Detection Rate Kasus TB (%) per Grafik 5. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%) Grafik 4. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%), 2002-2017
Kab/Kota 2017 per Kab/Kota, 2017 100
90
80
70
KOTA CILEGON SERANG
60
50
40
30
SERANG LEBAK
20
10
0
2,005

2,014
2,002

2,003

2,004

2,006

2,007

2,008

2,009

2,010

2,011

2,012

2,013

2,015

2,016

2,017

KOTA SERANG KOTA TANGERANG

BTA positif baru Kasus baru dan kambuh

TANGERANG PANDEGLANG Kasus pengobatan ulang selain kambuh Seluruh kasus TB

Gambar 2. Pembiayaan P2TB (Dalam Rupiah), 2017


LEBAK KOTA SERANG

22,197,501,770 Total Kebutuhan: 75 M


Gap (Kesenjangan): 55,4%
; 29.8%
KOTA TANGERANG SELATAN TANGERANG APBN
APBD I

KOTA TANGERANG KOTA TANGERANG SELATAN


136,745,000; APBD II
0.2%
Donor (GF, USAID, dll)
1,125,759,000;
41,301,258,393 Gap
1.5%
PANDEGLANG KOTA CILEGON ; 55.4%
9,825,144,976;
13.2%
0 20 40 60 80 100 0 20 40 60 80 100

1
Hanya untuk data yang dapat didisagregrasi Hal 11
2
Data belum tersedia
Data sementara per 21 Februari 2018
DKI Jakarta
Jumlah Penduduk Tahun 2017 : 10,374,235 jiwa
Estimasi Beban TB
Jumlah Rate (per 100.000 Penduduk) Gambar 1. Peta Case Detection Rate TB (%) Tahun 2017
Insiden TB (semua kasus), tahun 2017 36,247 353
Insiden TB Resistan Obat (TB RO), tahun 2017 1,175 11
Estimasi TB RO diantara kasus dinotifikasi, tahun 2017 1,383

Penemuan Kasus TB, 2017


Baru Kambuh Total

TB Paru, terkonfirmasi secara bakteriologis 12,894 1,645 14,539


TB Paru, klinis 17,335 491 17,826
TB Ekstra paru 4,192 27 4,219
Total (Baru+kambuh) 34,421 2,163 36,584
Kasus TB anak (0-14 tahun) 5,187
Penyisiran Kasus TB di RS 7,622
Jumlah Rate (per 100.000 Penduduk)
TB pengobatan ulang (selain kambuh) 459
Total Kasus ternotifikasi 44,665 431
Grafik 1. Case Detection Rate TB (%), 2000-2017
1
Kasus TB Berdasarkan Jenis Kelamin, 2017 100
Baru Kambuh Baru dan Kambuh Semua Kasus
90
Laki-Laki 19,528 1,384 20,912 21,235
Perempuan 14,893 779 15,672 15,808 80
Rasio Laki-laki : Perempuan 1.31 1.78 1.33 1.34 70
60
Penemuan Kasus TB RO, 2017 50
Baru Pengobatan Ulang Total 40
Terduga TB RO yang dites 960 3,878 4,838 30
Kasus RR/TB MDR yang terkonfirmasi laboratorium 45 467 512
20
Pasien yang memulai pengobatan TB RR/MDR 394
10
Pasien yang memulai pengobatan TB XDR 6
0

2015
2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

2014

2016

2017
Penemuan Kasus TB HIV, 2017
Jumlah (%)
Pasien TB yang mengetahui status HIV-nya 11,657 26.1%
Pasien TB Positif HIV 1,216 10.4% Grafik 2. Jumlah Kasus TB RO, 2009-2017
Pasien TB HIV yang mendapatkan ART 274 22.5% 6,000
ODHA yang diskrining TB 19,588 62.3%
5,000
Cakupan Kesehatan Semesta Untuk TB, 2017
(%)
4,000
Cakupan Pengobatan TB/Case Detection Rate (CDR) 123%
Kasus yang belum ditemukan/belum dilaporkan -23%
3,000
Keberhasilan Pengobatan TB
Sembuh Pengobatan lengkap Success Rate 2,000
Semua kasus, tahun 2016 8,223 13,579 78.4%
Baru dan kambuh, tahun 2016 8,074 13,540 77.4% 1,000
BTA positif baru, tahun 2016 24,445 3,101 89.7%
Pengobatan ulang selain kambuh, tahun 2016 149 39 65.5%
0
TB yang HIV positif, tahun 2016 805 492 61.1% 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
TB RR/MDR, tahun 2015 98 0 43.8%
TB XDR, tahun 2015 1 0 25.0% Terduga Terkonfirmasi Diobati

Pengobatan Pencegahan TB, 2017 Grafik 3. Jumlah Pasien TB-HIV, 2009-2017


Jumlah (%)
14,000
Anak <5 tahun yang mendapat PP INH (absolut & %) 1,286 101.7%
ODHA yang mendapatkan PP INH 53 1.5% 12,000 Pasien TB yang
mengetahui status
HIV
Proporsi Pendanaan Kegiatan TB, 2017 (dalam rupiah) 10,000
APBN APBD I APBD II Donor (GF,USAID,dll) Total
Budget 8,968,819,820 28,810,000 3,935,237,650 21,083,374,503 34,016,241,973 8,000 Pasien TB yang HIV
positif
Proporsi 26.4% 0.1% 11.6% 62.0% #
6,000

Perluasan Akses Layanan2 4,000 Pasien TB yang HIV


Jumlah Cakupan
positif yang
Pembentukan Jejaring PPM berbasis Kab/Kota 0 0% 2,000 mendapatkan ART
Active Case Finding pada tingkat Puskesmas 0 dan OAT
0 0
Kontak Investigasi pada Pasien TB dg Pendekatan Keluarga
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Grafik 6. Case Detection Rate Kasus TB (%) per Grafik 5. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%) Grafik 4. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%), 2000-2017
Kab/Kota 2017 per Kab/Kota, 2017 100
90
80
70
KODYA JAKARTA PUSAT KODYA JAKARTA BARAT 60
50
40
30
20
KODYA JAKARTA SELATAN
10
KODYA JAKARTA SELATAN
0
2,000

2,001

2,002

2,003

2,004

2,005

2,006

2,007

2,008

2,009

2,010

2,011

2,012

2,013

2,014

2,015

2,016

2,017

BTA positif baru Kasus baru dan kambuh


KODYA JAKARTA TIMUR KODYA JAKARTA TIMUR
Kasus pengobatan ulang selain kambuh Seluruh kasus TB

Gambar 2. Pembiayaan P2TB (Dalam Rupiah), 2017


KODYA JAKARTA BARAT KODYA JAKARTA UTARA

28,810,000; Total Kebutuhan: 64 M


8,968,819,820;
Gap (Kesenjangan): 46,5%
14.1% 0.0%
3,935,237,650; APBN
KODYA JAKARTA UTARA KEPULAUAN SERIBU 6.2%
APBD I
APBD II
29,573,507,455 Donor (GF, USAID, dll)
KEPULAUAN SERIBU KODYA JAKARTA PUSAT ; 46.5%
Gap

21,083,374,503
80 100 0 20 40 60 80 100 ; 33.2%

1
Hanya untuk data yang dapat didisagregrasi Hal 12
2
Data belum tersedia
Data sementara per 21 Februari 2018
Jawa Barat
Jumlah Penduduk Tahun 2017 : 48,037,827 jiwa
Estimasi Beban TB
Jumlah Rate (per 100.000 Penduduk) Gambar 1. Peta Case Detection Rate TB (%) Tahun 2017
Insiden TB (semua kasus), tahun 2017 156,149 330
Insiden TB Resistan Obat (TB RO), tahun 2017 5,062 11
Estimasi TB RO diantara kasus dinotifikasi, tahun 2017 2,699

Penemuan Kasus TB, 2017


Baru Kambuh Total

TB Paru, terkonfirmasi secara bakteriologis 32,518 1,806 34,324 KOTA CIMAHI

TB Paru, klinis 36,792 882 37,674


TB Ekstra paru 8,547 6 8,553
Total (Baru+kambuh) 77,857 2,694 80,551
Kasus TB anak (0-14 tahun) 12,142
Penyisiran Kasus TB di RS 4,991
Jumlah Rate (per 100.000 Penduduk)
TB pengobatan ulang (selain kambuh) 551
Total Kasus ternotifikasi 86,093 179
Grafik 1. Case Detection Rate TB (%), 2000-2017
1
Kasus TB Berdasarkan Jenis Kelamin, 2017 100
Baru Kambuh Baru dan Kambuh Semua Kasus
90
Laki-Laki 43,498 1,583 45,081 45,427
Perempuan 34,359 1,111 35,470 35,675 80
Rasio Laki-laki : Perempuan 1.27 1.42 1.27 1.27 70
60
Penemuan Kasus TB RO, 2017 50
Baru Pengobatan Ulang Total 40
Terduga TB RO yang dites 11,658 6,505 18,163 30
Kasus RR/TB MDR yang terkonfirmasi laboratorium 384 786 1,170
20
Pasien yang memulai pengobatan TB RR/MDR 602
10
Pasien yang memulai pengobatan TB XDR 16
0

2015
2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

2014

2016

2017
Penemuan Kasus TB HIV, 2017
Jumlah (%)
Pasien TB yang mengetahui status HIV-nya 10,767 12.5%
Pasien TB Positif HIV 515 4.8% Grafik 2. Jumlah Kasus TB RO, 2009-2017
Pasien TB HIV yang mendapatkan ART 63 12.2% 25,000
ODHA yang diskrining TB 10,754 80.6%

20,000
Cakupan Kesehatan Semesta Untuk TB, 2017
(%)
Cakupan Pengobatan TB/Case Detection Rate (CDR) 55%
15,000
Kasus yang belum ditemukan/belum dilaporkan 45%

Keberhasilan Pengobatan TB 10,000


Sembuh Pengobatan lengkap Success Rate
Semua kasus, tahun 2016 25,680 37,349 89.0%
Baru dan kambuh, tahun 2016 25,426 37,303 87.1% 5,000
BTA positif baru, tahun 2016 12,571 908 85.2%
Pengobatan ulang selain kambuh, tahun 2016 254 46 68.2%
0
TB yang HIV positif, tahun 2016 308 192 62.3% 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
TB RR/MDR, tahun 2015 146 12 47.6%
TB XDR, tahun 2015 1 0 20.0% Terduga Terkonfirmasi Diobati

Pengobatan Pencegahan TB, 2017 Grafik 3. Jumlah Pasien TB-HIV, 2009-2017


Jumlah (%)
6,000
Anak <5 tahun yang mendapat PP INH (absolut & %) 61 1.6%
ODHA yang mendapatkan PP INH 140 6.2% Pasien TB yang
5,000 mengetahui status
HIV
Proporsi Pendanaan Kegiatan TB, 2017 (dalam rupiah)
4,000
APBN APBD I APBD II Donor (GF,USAID,dll) Total
Budget 45,109,896,213 78,610,000 4,393,588,900 51,620,208,528 101,202,303,642 Pasien TB yang HIV
3,000 positif
Proporsi 44.6% 0.1% 4.3% 51.0% #
2,000
Perluasan Akses Layanan2 Pasien TB yang HIV
Jumlah Cakupan
1,000 positif yang
Pembentukan Jejaring PPM berbasis Kab/Kota 0 0% mendapatkan ART
Active Case Finding pada tingkat Puskesmas 0 dan OAT
0 0
Kontak Investigasi pada Pasien TB dg Pendekatan Keluarga
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Grafik 6. Case Detection Rate Kasus TB (%) per Grafik 5. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%) Grafik 4. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%), 2000-2017
Kab/Kota 2017 per Kab/Kota, 2017 100
90
KOTA BANDUNG
80
PANGANDARAN
70
KOTA SUKABUMI MAJALENGKA
60
KOTA CIREBON SUKABUMI 50
KOTA BANJAR KOTA BANJAR 40
KOTA CIMAHI PURWAKARTA 30
KOTA BEKASI CIAMIS 20
KOTA BOGOR
10
BEKASI
0
KOTA TASIKMALAYA KOTA CIMAHI
2,000

2,008

2,016
2,001

2,002

2,003

2,004

2,005

2,006

2,007

2,009

2,010

2,011

2,012

2,013

2,014

2,015

KUNINGAN INDRAMAYU
SUMEDANG KOTA CIREBON
BTA positif baru Kasus baru dan kambuh
BOGOR SUBANG
SUKABUMI SUMEDANG Kasus pengobatan ulang selain kambuh Seluruh kasus TB
CIREBON TASIKMALAYA
BANDUNG CIANJUR
CIAMIS BANDUNG BARAT Gambar 2. Pembiayaan P2TB (Dalam Rupiah), 2017
INDRAMAYU BANDUNG
KOTA DEPOK 45,109,896,213 Total Kebutuhan: 289 M
KUNINGAN 78,610,000;
; 15.60% Gap (Kesenjangan): 65%
MAJALENGKA GARUT 0.03%
SUBANG KOTA BOGOR APBN
KARAWANG BOGOR 4,393,588,900;
TASIKMALAYA KARAWANG
APBD I
1.52%
CIANJUR KOTA DEPOK APBD II
PURWAKARTA KOTA SUKABUMI
GARUT
Donor (GF, USAID, dll)
CIREBON
PANGANDARAN KOTA BEKASI Gap
BANDUNG BARAT KOTA BANDUNG
187,958,343,15 51,620,208,528
BEKASI KOTA TASIKMALAYA
8; 65.00% ; 17.85%
0 20 40 60 80 100 0 20 40 60 80 100

1
Hanya untuk data yang dapat didisagregrasi Hal 13
2
Data belum tersedia
Data sementara per 21 Februari 2018
Jawa Tengah
Jumlah Penduduk Tahun 2017 : 34,257,865 jiwa
Estimasi Beban TB
Jumlah Rate (per 100.000 Penduduk) Gambar 1. Peta Case Detection Rate TB (%) Tahun 2017
Insiden TB (semua kasus), tahun 2017 103,840 305
Insiden TB Resistan Obat (TB RO), tahun 2017 3,366 10
Estimasi TB RO diantara kasus dinotifikasi, tahun 2017 1,374

Penemuan Kasus TB, 2017


Baru Kambuh Total
KOTA TEGAL
KOTA SEMARANG
TB Paru, terkonfirmasi secara bakteriologis 18,458 768 19,226
TEGAL
TB Paru, klinis 20,746 65 20,811
TB Ekstra paru 3,565 10 3,575 BANYUMAS
Total (Baru+kambuh) 42,769 843 43,612 KOTA MAGELANG
KOTA SURAKARTA

Kasus TB anak (0-14 tahun) 4,899


Penyisiran Kasus TB di RS 8,467
Jumlah Rate (per 100.000 Penduduk)
TB pengobatan ulang (selain kambuh) 261
Total Kasus ternotifikasi 52,340 153
Grafik 1. Case Detection Rate TB (%), 2000-2017
1
Kasus TB Berdasarkan Jenis Kelamin, 2017 100
Baru Kambuh Baru dan Kambuh Semua Kasus
90
Laki-Laki 23,595 499 24,094 24,273
Perempuan 19,174 344 19,518 19,600 80
Rasio Laki-laki : Perempuan 1.23 1.45 1.23 1.24 70
60
Penemuan Kasus TB RO, 2017 50
Baru Pengobatan Ulang Total 40
Terduga TB RO yang dites 16,233 4,670 20,903 30
Kasus RR/TB MDR yang terkonfirmasi laboratorium 142 417 559
20
Pasien yang memulai pengobatan TB RR/MDR 337
10
Pasien yang memulai pengobatan TB XDR 0
0

2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

2014

2015

2016

2017
Penemuan Kasus TB HIV, 2017
Jumlah (%)
Pasien TB yang mengetahui status HIV-nya 18,095 34.6%
Pasien TB Positif HIV 701 3.9% Grafik 2. Jumlah Kasus TB RO, 2009-2017
Pasien TB HIV yang mendapatkan ART 214 30.5% 25,000
ODHA yang diskrining TB 5,574 69.1%

20,000
Cakupan Kesehatan Semesta Untuk TB, 2017
(%)
Cakupan Pengobatan TB/Case Detection Rate (CDR) 50%
15,000
Kasus yang belum ditemukan/belum dilaporkan 50%

Keberhasilan Pengobatan TB 10,000


Sembuh Pengobatan lengkap Success Rate
Semua kasus, tahun 2016 13,107 15,429 84.7%
Baru dan kambuh, tahun 2016 12,977 15,408 73.6% 5,000
BTA positif baru, tahun 2016 1,068 93 83.9%
Pengobatan ulang selain kambuh, tahun 2016 130 21 66.8%
0
TB yang HIV positif, tahun 2016 444 232 52.3% 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
TB RR/MDR, tahun 2015 83 2 50.9%
TB XDR, tahun 2015 0 0 0.0% Terduga Terkonfirmasi Diobati

Pengobatan Pencegahan TB, 2017 Grafik 3. Jumlah Pasien TB-HIV, 2009-2017


Jumlah (%)
20,000
Anak <5 tahun yang mendapat PP INH (absolut & %) 211 8.3%
ODHA yang mendapatkan PP INH 40 2.0% Pasien TB yang
mengetahui status
15,000 HIV
Proporsi Pendanaan Kegiatan TB, 2017 (dalam rupiah)
APBN APBD I APBD II Donor (GF,USAID,dll) Total
Budget 38,196,350,206 1,265,965,000 3,799,804,200 29,403,283,164 72,665,402,570 Pasien TB yang HIV
10,000 positif
Proporsi 52.6% 1.7% 5.2% 40.5% #

Perluasan Akses Layanan2 Pasien TB yang HIV


Jumlah Cakupan 5,000
positif yang
Pembentukan Jejaring PPM berbasis Kab/Kota 0 0% mendapatkan ART
Active Case Finding pada tingkat Puskesmas 0 dan OAT
0 0
Kontak Investigasi pada Pasien TB dg Pendekatan Keluarga
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Grafik 6. Case Detection Rate Kasus TB (%) per Grafik 5. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%) Grafik 4. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%), 2000-2017
Kab/Kota 2017 per Kab/Kota, 2017 100
90
KOTA MAGELANG PEKALONGAN 80
KOTA TEGAL TEGAL 70
KOTA SALATIGA KUDUS 60
BANYUMAS KARANGANYAR
50
KOTA SURAKARTA SRAGEN
40
WONOSOBO DEMAK
KOTA SEMARANG PEMALANG
30
TEGAL BATANG 20
KOTA PEKALONGAN SEMARANG 10
CILACAP WONOGIRI 0
GROBOGAN KOTA PEKALONGAN
2,000

2,001

2,002

2,003

2,004

2,005

2,006

2,007

2,008

2,009

2,010

2,011

2,012

2,013

2,014

2,015

2,016

2,017

KEBUMEN JEPARA
REMBANG MAGELANG
SRAGEN BLORA BTA positif baru Kasus baru dan kambuh
BREBES BANYUMAS
BANJARNEGARA REMBANG Kasus pengobatan ulang selain kambuh Seluruh kasus TB
BLORA BOYOLALI
PEKALONGAN KENDAL
PURBALINGGA KOTA SEMARANG
Gambar 2. Pembiayaan P2TB (Dalam Rupiah), 2017
KUDUS KOTA SALATIGA
PEMALANG SUKOHARJO
DEMAK TEMANGGUNG 38,196,350,206 1,265,965,000; Total Kebutuhan: 192 M
KARANGANYAR KOTA SURAKARTA ; 19.86% Gap (Kesenjangan): 62,2%
KENDAL
0.6583%
WONOSOBO
BATANG GROBOGAN APBN
WONOGIRI BREBES
JEPARA PURBALINGGA APBD I
PURWOREJO KLATEN
3,799,804,200;
SUKOHARJO KOTA MAGELANG 1.98% APBD II
PATI PATI
BOYOLALI
Donor (GF, USAID, dll)
KOTA TEGAL
SEMARANG KEBUMEN Gap
KLATEN BANJARNEGARA
TEMANGGUNG CILACAP 119,628,843,48
MAGELANG
29,403,283,164
PURWOREJO 0; 62.21%
; 15.29%
0 20 40 60 80 100 0 20 40 60 80 100

1
Hanya untuk data yang dapat didisagregrasi Hal 14
2
Data belum tersedia
Data sementara per 21 Februari 2018
DI Yogyakarta
Jumlah Penduduk Tahun 2017 : 3,762,167 jiwa
Estimasi Beban TB
Jumlah Rate (per 100.000 Penduduk) Gambar 1. Peta Case Detection Rate TB (%) Tahun 2017
Insiden TB (semua kasus), tahun 2017 11,463 308
Insiden TB Resistan Obat (TB RO), tahun 2017 372 10
Estimasi TB RO diantara kasus dinotifikasi, tahun 2017 106

Penemuan Kasus TB, 2017


Baru Kambuh Total

TB Paru, terkonfirmasi secara bakteriologis 1,346 89 1,435


TB Paru, klinis 1,071 3 1,074
TB Ekstra paru 637 1 638
Total (Baru+kambuh) 3,054 93 3,147
Kasus TB anak (0-14 tahun) 253
Penyisiran Kasus TB di RS 0
Jumlah Rate (per 100.000 Penduduk)
TB pengobatan ulang (selain kambuh) 33
Total Kasus ternotifikasi 3,180 85
Grafik 1. Case Detection Rate TB (%), 2000-2017
1
Kasus TB Berdasarkan Jenis Kelamin, 2017 100
Baru Kambuh Baru dan Kambuh Semua Kasus
90
Laki-Laki 1,747 59 1,806 1,827
Perempuan 1,307 34 1,341 1,353 80
Rasio Laki-laki : Perempuan 1.34 1.74 1.35 1.35 70
60
Penemuan Kasus TB RO, 2017 50
Baru Pengobatan Ulang Total 40
Terduga TB RO yang dites 492 338 830 30
Kasus RR/TB MDR yang terkonfirmasi laboratorium 3 17 20
20
Pasien yang memulai pengobatan TB RR/MDR 14
10
Pasien yang memulai pengobatan TB XDR 0
0

2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

2014

2015

2016

2017
Penemuan Kasus TB HIV, 2017
Jumlah (%)
Pasien TB yang mengetahui status HIV-nya 939 29.5%
Pasien TB Positif HIV 87 9.3% Grafik 2. Jumlah Kasus TB RO, 2009-2017
Pasien TB HIV yang mendapatkan ART 21 24.1% 1,200
ODHA yang diskrining TB 1,694 90.0%
1,000
Cakupan Kesehatan Semesta Untuk TB, 2017
(%)
800
Cakupan Pengobatan TB/Case Detection Rate (CDR) 28%
Kasus yang belum ditemukan/belum dilaporkan 72%
600
Keberhasilan Pengobatan TB
Sembuh Pengobatan lengkap Success Rate 400
Semua kasus, tahun 2016 1,161 1,501 83.7%
Baru dan kambuh, tahun 2016 1,132 1,499 83.3% 200
BTA positif baru, tahun 2016 20,230 1,451 90.8%
Pengobatan ulang selain kambuh, tahun 2016 29 2 75.6%
0
TB yang HIV positif, tahun 2016 73 50 68.5% 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
TB RR/MDR, tahun 2015 5 0 41.7%
TB XDR, tahun 2015 0 0 0.0% Terduga Terkonfirmasi Diobati

Pengobatan Pencegahan TB, 2017 Grafik 3. Jumlah Pasien TB-HIV, 2009-2017


Jumlah (%)
1,000
Anak <5 tahun yang mendapat PP INH (absolut & %) 186 105.7%
ODHA yang mendapatkan PP INH 4 0.8% Pasien TB yang
800 mengetahui status
HIV
Proporsi Pendanaan Kegiatan TB, 2017 (dalam rupiah)
APBN APBD I APBD II Donor (GF,USAID,dll) Total
600
Budget 3,474,927,246 781,150,000 819,669,500 3,083,075,738 8,158,822,485 Pasien TB yang HIV
positif
Proporsi 42.6% 9.6% 10.0% 37.8% #
400
Perluasan Akses Layanan2 Pasien TB yang HIV
Jumlah Cakupan 200 positif yang
Pembentukan Jejaring PPM berbasis Kab/Kota 0 0% mendapatkan ART
Active Case Finding pada tingkat Puskesmas 0 dan OAT
0 0
Kontak Investigasi pada Pasien TB dg Pendekatan Keluarga
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Grafik 6. Case Detection Rate Kasus TB (%) per Grafik 5. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%) Grafik 4. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%), 2000-2017
Kab/Kota 2017 per Kab/Kota, 2017 100
90
80
70
60
KOTA YOGYAKARTA GUNUNG KIDUL 50
40
30
20
10
0
KULON PROGO
2,000

2,001

2,002

2,003

2,004

2,005

2,006

2,007

2,008

2,009

2,010

2,011

2,012

2,013

2,014

2,015

2,016

2,017

SLEMAN

BTA positif baru Kasus baru dan kambuh

Kasus pengobatan ulang selain kambuh Seluruh kasus TB

BANTUL KULON PROGO


Gambar 2. Pembiayaan P2TB (Dalam Rupiah), 2017

Total Kebutuhan: 21 M
3,474,927,246; Gap (Kesenjangan): 62%
16%
GUNUNG KIDUL KOTA YOGYAKARTA
781,150,000; APBN
4% APBD I
819,669,500; APBD II
4%
SLEMAN BANTUL
Donor (GF, USAID, dll)
Gap
13,069,307,232 3,083,075,738;
0 20 40 60 80 100 0 20 40 60 80 100 ; 62% 14%

1
Hanya untuk data yang dapat didisagregrasi Hal 15
2
Data belum tersedia
Data sementara per 21 Februari 2018
Jawa Timur
Jumlah Penduduk Tahun 2017 : 39,292,972 jiwa
Estimasi Beban TB
Jumlah Rate (per 100.000 Penduduk) Gambar 1. Peta Case Detection Rate TB (%) Tahun 2017
Insiden TB (semua kasus), tahun 2017 119,490 306
Insiden TB Resistan Obat (TB RO), tahun 2017 3,873 10
Estimasi TB RO diantara kasus dinotifikasi, tahun 2017 1,678

Penemuan Kasus TB, 2017


Baru Kambuh Total

TB Paru, terkonfirmasi secara bakteriologis 23,517 1,271 24,788


LAMONGAN
TB Paru, klinis 19,307 220 19,527
KOTA SURABAYA
TB Ekstra paru 5,665 25 5,690
KOTA PASURUAN
Total (Baru+kambuh) 48,489 1,516 50,005 KOTA KEDIRI KOTA PROBOLINGGO

Kasus TB anak (0-14 tahun) 3,232 KOTA MALANG


KOTA BLITAR
Penyisiran Kasus TB di RS 3,054
Jumlah Rate (per 100.000 Penduduk)
TB pengobatan ulang (selain kambuh) 486
Total Kasus ternotifikasi 53,545 136
Grafik 1. Case Detection Rate TB (%), 2000-2017
1
Kasus TB Berdasarkan Jenis Kelamin, 2017 100
Baru Kambuh Baru dan Kambuh Semua Kasus
90
Laki-Laki 27,278 860 28,138 28,413
Perempuan 21,211 656 21,867 22,078 80
Rasio Laki-laki : Perempuan 1.29 1.31 1.29 1.29 70
60
Penemuan Kasus TB RO, 2017 50
Baru Pengobatan Ulang Total 40
Terduga TB RO yang dites 21,096 6,300 27,396 30
Kasus RR/TB MDR yang terkonfirmasi laboratorium 228 733 961
20
Pasien yang memulai pengobatan TB RR/MDR 506
10
Pasien yang memulai pengobatan TB XDR 1
0

2015
2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

2014

2016

2017
Penemuan Kasus TB HIV, 2017
Jumlah (%)
Pasien TB yang mengetahui status HIV-nya 28,422 53.1%
Pasien TB Positif HIV 1,104 3.9% Grafik 2. Jumlah Kasus TB RO, 2009-2017
Pasien TB HIV yang mendapatkan ART 433 39.2% 35,000
ODHA yang diskrining TB 12,418 78.7%
30,000
Cakupan Kesehatan Semesta Untuk TB, 2017
(%) 25,000
Cakupan Pengobatan TB/Case Detection Rate (CDR) 45%
Kasus yang belum ditemukan/belum dilaporkan 55% 20,000

15,000
Keberhasilan Pengobatan TB
Sembuh Pengobatan lengkap Success Rate
10,000
Semua kasus, tahun 2016 21,092 23,877 90.4%
Baru dan kambuh, tahun 2016 20,950 23,855 90.2%
5,000
BTA positif baru, tahun 2016 2,354 162 93.3%
Pengobatan ulang selain kambuh, tahun 2016 142 22 74.5%
0
TB yang HIV positif, tahun 2016 707 385 54.5% 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
TB RR/MDR, tahun 2015 77 17 44.3%
TB XDR, tahun 2015 1 0 50.0% Terduga Terkonfirmasi Diobati

Pengobatan Pencegahan TB, 2017 Grafik 3. Jumlah Pasien TB-HIV, 2009-2017


Jumlah (%)
30,000
Anak <5 tahun yang mendapat PP INH (absolut & %) 930 30.3%
ODHA yang mendapatkan PP INH 36 0.9% Pasien TB yang
25,000 mengetahui status
HIV
Proporsi Pendanaan Kegiatan TB, 2017 (dalam rupiah)
20,000
APBN APBD I APBD II Donor (GF,USAID,dll) Total
Budget 19,152,334,704 0 11,326,348,478 43,465,204,821 73,943,888,003 Pasien TB yang HIV
15,000 positif
Proporsi 25.9% 0.0% 15.3% 58.8% #
10,000
Perluasan Akses Layanan2 Pasien TB yang HIV
Jumlah Cakupan
5,000 positif yang
Pembentukan Jejaring PPM berbasis Kab/Kota 0 0% mendapatkan ART
Active Case Finding pada tingkat Puskesmas 0 dan OAT
0 0
Kontak Investigasi pada Pasien TB dg Pendekatan Keluarga
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Grafik 6. Case Detection Rate Kasus TB (%) per Grafik 5. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%) Grafik 4. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%), 2000-2017
Kab/Kota 2017 per Kab/Kota, 2017 100
90
KOTA MALANG BOJONEGORO 80
KOTA MADIUN MOJOKERTO 70
KOTA MOJOKERTO PAMEKASAN 60
KOTA SURABAYA NGANJUK 50
KOTA PASURUAN MADIUN
KOTA KEDIRI
40
LUMAJANG
KOTA BLITAR SITUBONDO 30
SITUBONDO LAMONGAN 20
LAMONGAN BANGKALAN 10
KOTA PROBOLINGGO MAGETAN 0
GRESIK KEDIRI
2,000

2,001

2,002

2,003

2,004

2,005

2,006

2,007

2,008

2,009

2,010

2,011

2,012

2,013

2,014

2,015

2,016

2,017

MADIUN GRESIK
BOJONEGORO TRENGGALEK
SUMENEP TUBAN
PASURUAN JEMBER BTA positif baru Kasus baru dan kambuh
JEMBER PASURUAN
PAMEKASAN SUMENEP Kasus pengobatan ulang selain kambuh Seluruh kasus TB
BANYUWANGI BANYUWANGI
LUMAJANG KOTA MADIUN
SIDOARJO KOTA MOJOKERTO
SAMPANG PONOROGO Gambar 2. Pembiayaan P2TB (Dalam Rupiah), 2017
TUBAN PROBOLINGGO
PONOROGO JOMBANG
BANGKALAN SIDOARJO 19,152,334,704 Total Kebutuhan: 221 M
KEDIRI BLITAR Gap (Kesenjangan): 66,6%
NGAWI MALANG
; 8.7% 0; 0.0%
JOMBANG TULUNGAGUNG
TULUNGAGUNG KOTA SURABAYA 11,326,348,478 APBN
PROBOLINGGO BONDOWOSO ; 5.1%
MALANG NGAWI APBD I
BONDOWOSO KOTA PROBOLINGGO
MAGETAN KOTA MALANG APBD II
TRENGGALEK KOTA BATU
BLITAR KOTA PASURUAN Donor (GF, USAID, dll)
KOTA BATU KOTA KEDIRI
NGANJUK SAMPANG Gap
MOJOKERTO KOTA BLITAR
PACITAN PACITAN 147,330,833,19 43,465,204,821
0 20 40 60 80 100 0 20 40 60 80 100 5; 66.6% ; 19.6%

1
Hanya untuk data yang dapat didisagregrasi Hal 16
2
Data belum tersedia
Data sementara per 21 Februari 2018
Kalimantan Barat
Jumlah Penduduk Tahun 2017 : 4,932,499 jiwa
Estimasi Beban TB
Jumlah Rate (per 100.000 Penduduk) Gambar 1. Peta Case Detection Rate TB (%) Tahun 2017
Insiden TB (semua kasus), tahun 2017 22,106 455
Insiden TB Resistan Obat (TB RO), tahun 2017 717 15
Estimasi TB RO diantara kasus dinotifikasi, tahun 2017 174

Penemuan Kasus TB, 2017


Baru Kambuh Total

TB Paru, terkonfirmasi secara bakteriologis 3,509 120 3,629


TB Paru, klinis 1,511 10 1,521
TB Ekstra paru 201 3 204
Total (Baru+kambuh) 5,221 133 5,354
Kasus TB anak (0-14 tahun) 299
Penyisiran Kasus TB di RS 0
Jumlah Rate (per 100.000 Penduduk)
TB pengobatan ulang (selain kambuh) 39
Total Kasus ternotifikasi 5,393 109
Grafik 1. Case Detection Rate TB (%), 2000-2017
1
Kasus TB Berdasarkan Jenis Kelamin, 2017 100
Baru Kambuh Baru dan Kambuh Semua Kasus
90
Laki-Laki 3,357 90 3,447 3,475
Perempuan 1,864 43 1,907 1,918 80
Rasio Laki-laki : Perempuan 1.80 2.09 1.81 1.81 70
60
Penemuan Kasus TB RO, 2017 50
Baru Pengobatan Ulang Total 40
Terduga TB RO yang dites 1,377 117 1,494 30
Kasus RR/TB MDR yang terkonfirmasi laboratorium 52 25 77
20
Pasien yang memulai pengobatan TB RR/MDR 46
10
Pasien yang memulai pengobatan TB XDR 0
0

2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

2014

2015

2016

2017
Penemuan Kasus TB HIV, 2017
Jumlah (%)
Pasien TB yang mengetahui status HIV-nya 915 17.0%
Pasien TB Positif HIV 21 2.3% Grafik 2. Jumlah Kasus TB RO, 2009-2017
Pasien TB HIV yang mendapatkan ART 0 0.0% 1,800
ODHA yang diskrining TB 1,112 73.7%
1,600

Cakupan Kesehatan Semesta Untuk TB, 2017 1,400


(%)
1,200
Cakupan Pengobatan TB/Case Detection Rate (CDR) 42%
Kasus yang belum ditemukan/belum dilaporkan 58% 1,000

800
Keberhasilan Pengobatan TB
Sembuh Pengobatan lengkap Success Rate 600
Semua kasus, tahun 2016 2,430 1,427 92.1%
400
Baru dan kambuh, tahun 2016 2,420 1,426 72.7%
BTA positif baru, tahun 2016 1,191 118 86.7% 200
Pengobatan ulang selain kambuh, tahun 2016 10 1 61.1%
0
TB yang HIV positif, tahun 2016 2 2 100.0% 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
TB RR/MDR, tahun 2015 1 12 46.4%
TB XDR, tahun 2015 0 0 0.0% Terduga Terkonfirmasi Diobati

Pengobatan Pencegahan TB, 2017 Grafik 3. Jumlah Pasien TB-HIV, 2009-2017


Jumlah (%)
1,000
Anak <5 tahun yang mendapat PP INH (absolut & %) 0 0.0%
ODHA yang mendapatkan PP INH 67 23.8% Pasien TB yang
800 mengetahui status
HIV
Proporsi Pendanaan Kegiatan TB, 2017 (dalam rupiah)
APBN APBD I APBD II Donor (GF,USAID,dll) Total
600
Budget 7,867,338,165 0 371,891,400 6,477,466,760 14,716,696,325 Pasien TB yang HIV
positif
Proporsi 53.5% 0.0% 2.5% 44.0% #
400
Perluasan Akses Layanan2 Pasien TB yang HIV
Jumlah Cakupan 200 positif yang
Pembentukan Jejaring PPM berbasis Kab/Kota 0 0% mendapatkan ART
Active Case Finding pada tingkat Puskesmas 0 dan OAT
0 0
Kontak Investigasi pada Pasien TB dg Pendekatan Keluarga
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Grafik 6. Case Detection Rate Kasus TB (%) per Grafik 5. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%) Grafik 4. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%), 2000-2017
Kab/Kota 2017 per Kab/Kota, 2017 100
90
80
MELAWI SINTANG 70
60
KAPUAS HULU SAMBAS 50
40
SANGGAU 30
KETAPANG
20
10
KOTA SINGKAWANG SANGGAU
0
2,000

2,001

2,002

2,003

2,004

2,005

2,006

2,007

2,008

2,009

2,010

2,011

2,012

2,013

2,014

2,015

2,016

2,017

KOTA PONTIANAK BENGKAYANG

BTA positif baru Kasus baru dan kambuh


SAMBAS KOTA PONTIANAK

Kasus pengobatan ulang selain kambuh Seluruh kasus TB


KETAPANG MELAWI

MEMPAWAH SEKADAU Gambar 2. Pembiayaan P2TB (Dalam Rupiah), 2017

KAYONG UTARA KAYONG UTARA Total Kebutuhan: 56 M


7,867,338,165;
Gap (Kesenjangan): 73,7%
14.0% 0; 0.0%
BENGKAYANG KOTA SINGKAWANG
APBN
SEKADAU KAPUAS HULU 371,891,400; APBD I
0.7%
KUBU RAYA MEMPAWAH APBD II
Donor (GF, USAID, dll)
SINTANG LANDAK
Gap
LANDAK KUBU RAYA 41,302,833,905
6,477,466,760;
; 73.7%
0 20 40 60 80 100 0 20 40 60 80 100 11.6%

1
Hanya untuk data yang dapat didisagregrasi Hal 18
2
Data belum tersedia
Data sementara per 21 Februari 2018
Kalimantan Tengah
Jumlah Penduduk Tahun 2017 : 2,605,274 jiwa
Estimasi Beban TB
Jumlah Rate (per 100.000 Penduduk) Gambar 1. Peta Case Detection Rate TB (%) Tahun 2017
Insiden TB (semua kasus), tahun 2017 11,582 454
Insiden TB Resistan Obat (TB RO), tahun 2017 375 15
Estimasi TB RO diantara kasus dinotifikasi, tahun 2017 108

Penemuan Kasus TB, 2017


Baru Kambuh Total

TB Paru, terkonfirmasi secara bakteriologis 1,554 86 1,640


TB Paru, klinis 1,324 20 1,344
TB Ekstra paru 136 1 137
Total (Baru+kambuh) 3,014 107 3,121
Kasus TB anak (0-14 tahun) 371
Penyisiran Kasus TB di RS 0
Jumlah Rate (per 100.000 Penduduk)
TB pengobatan ulang (selain kambuh) 42
Total Kasus ternotifikasi 3,163 121
Grafik 1. Case Detection Rate TB (%), 2000-2017
1
Kasus TB Berdasarkan Jenis Kelamin, 2017 100
Baru Kambuh Baru dan Kambuh Semua Kasus
90
Laki-Laki 1,921 85 2,006 2,034
Perempuan 1,093 22 1,115 1,129 80
Rasio Laki-laki : Perempuan 1.76 3.86 1.80 1.80 70
60
Penemuan Kasus TB RO, 2017 50
Baru Pengobatan Ulang Total 40
Terduga TB RO yang dites 176 248 424 30
Kasus RR/TB MDR yang terkonfirmasi laboratorium 0 19 19
20
Pasien yang memulai pengobatan TB RR/MDR 14
10
Pasien yang memulai pengobatan TB XDR 0
0

2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

2014

2015

2016

2017
Penemuan Kasus TB HIV, 2017
Jumlah (%)
Pasien TB yang mengetahui status HIV-nya 655 20.7%
Pasien TB Positif HIV 26 4.0% Grafik 2. Jumlah Kasus TB RO, 2009-2017
Pasien TB HIV yang mendapatkan ART 4 15.4% 500
ODHA yang diskrining TB 207 99.0%
450
400
Cakupan Kesehatan Semesta Untuk TB, 2017
(%) 350
Cakupan Pengobatan TB/Case Detection Rate (CDR) 27%
300
Kasus yang belum ditemukan/belum dilaporkan 73%
250
Keberhasilan Pengobatan TB 200
Sembuh Pengobatan lengkap Success Rate
150
Semua kasus, tahun 2016 1,237 1,066 84.1%
Baru dan kambuh, tahun 2016 1,228 1,066 77.7% 100
BTA positif baru, tahun 2016 2,487 191 89.7% 50
Pengobatan ulang selain kambuh, tahun 2016 9 0 52.9%
0
TB yang HIV positif, tahun 2016 18 10 55.6% 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
TB RR/MDR, tahun 2015 4 2 85.7%
TB XDR, tahun 2015 0 0 0.0% Terduga Terkonfirmasi Diobati

Pengobatan Pencegahan TB, 2017 Grafik 3. Jumlah Pasien TB-HIV, 2009-2017


Jumlah (%)
700
Anak <5 tahun yang mendapat PP INH (absolut & %) 38 21.3%
ODHA yang mendapatkan PP INH 0 0.0% 600 Pasien TB yang
mengetahui status
HIV
Proporsi Pendanaan Kegiatan TB, 2017 (dalam rupiah) 500
APBN APBD I APBD II Donor (GF,USAID,dll) Total
Budget 5,460,450,281 187,959,750 280,123,250 3,381,082,281 9,309,615,562 400 Pasien TB yang HIV
positif
Proporsi 58.7% 2.0% 3.0% 36.3% #
300

Perluasan Akses Layanan2 200 Pasien TB yang HIV


Jumlah Cakupan
positif yang
Pembentukan Jejaring PPM berbasis Kab/Kota 0 0% 100 mendapatkan ART
Active Case Finding pada tingkat Puskesmas 0 dan OAT
0 0
Kontak Investigasi pada Pasien TB dg Pendekatan Keluarga
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Grafik 6. Case Detection Rate Kasus TB (%) per Grafik 5. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%) Grafik 4. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%), 2000-2017
Kab/Kota 2017 per Kab/Kota, 2017 100
90
80
MURUNG RAYA BARITO UTARA 70
60
KOTA PALANGKA RAYA SUKAMARA 50
40
LAMANDAU 30
KOTAWARINGIN BARAT
20
10
BARITO UTARA PULANG PISAU
0
2,000

2,001

2,002

2,003

2,004

2,005

2,006

2,007

2,008

2,009

2,010

2,011

2,012

2,013

2,014

2,015

2,016

2,017

SUKAMARA KOTAWARINGIN TIMUR

BTA positif baru Kasus baru dan kambuh


BARITO TIMUR MURUNG RAYA

Kasus pengobatan ulang selain kambuh Seluruh kasus TB


KAPUAS BARITO SELATAN

GUNUNG MAS GUNUNG MAS Gambar 2. Pembiayaan P2TB (Dalam Rupiah), 2017

KOTAWARINGIN TIMUR KAPUAS


5,460,450,281; 187,959,750; Total Kebutuhan: 29 M
KATINGAN KOTA PALANGKA RAYA 18.6% 0.6% Gap (Kesenjangan): 68,3%
APBN
KOTAWARINGIN BARAT SERUYAN
280,123,250; APBD I
1.0%
PULANG PISAU LAMANDAU APBD II

SERUYAN
Donor (GF, USAID, dll)
BARITO TIMUR
Gap
BARITO SELATAN KATINGAN 20,039,576,205
3,381,082,281;
; 68.3%
0 20 40 60 80 100 0 20 40 60 80 100 11.5%

1
Hanya untuk data yang dapat didisagregrasi Hal 19
2
Data belum tersedia
Data sementara per 21 Februari 2018
Kalimantan Selatan
Jumlah Penduduk Tahun 2017 : 4,119,794 jiwa
Estimasi Beban TB
Jumlah Rate (per 100.000 Penduduk) Gambar 1. Peta Case Detection Rate TB (%) Tahun 2017
Insiden TB (semua kasus), tahun 2017 18,726 462
Insiden TB Resistan Obat (TB RO), tahun 2017 607 15
Estimasi TB RO diantara kasus dinotifikasi, tahun 2017 120

Penemuan Kasus TB, 2017


Baru Kambuh Total

TB Paru, terkonfirmasi secara bakteriologis 1,932 62 1,994


TB Paru, klinis 1,643 9 1,652
TB Ekstra paru 180 0 180
Total (Baru+kambuh) 3,755 71 3,826
Kasus TB anak (0-14 tahun) 362
Penyisiran Kasus TB di RS 904
Jumlah Rate (per 100.000 Penduduk)
TB pengobatan ulang (selain kambuh) 19
Total Kasus ternotifikasi 4,749 115
Grafik 1. Case Detection Rate TB (%), 2000-2017
1
Kasus TB Berdasarkan Jenis Kelamin, 2017 100
Baru Kambuh Baru dan Kambuh Semua Kasus
90
Laki-Laki 2,335 49 2,384 2,399
Perempuan 1,420 22 1,442 1,446 80
Rasio Laki-laki : Perempuan 1.64 2.23 1.65 1.66 70
60
Penemuan Kasus TB RO, 2017 50
Baru Pengobatan Ulang Total 40
Terduga TB RO yang dites 115 418 533 30
Kasus RR/TB MDR yang terkonfirmasi laboratorium 1 34 35
20
Pasien yang memulai pengobatan TB RR/MDR 21
10
Pasien yang memulai pengobatan TB XDR 0
0

2015
2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

2014

2016

2017
Penemuan Kasus TB HIV, 2017
Jumlah (%)
Pasien TB yang mengetahui status HIV-nya 374 7.9%
Pasien TB Positif HIV 33 8.8% Grafik 2. Jumlah Kasus TB RO, 2009-2017
Pasien TB HIV yang mendapatkan ART 17 51.5% 700
ODHA yang diskrining TB 715 100.0%
600
Cakupan Kesehatan Semesta Untuk TB, 2017
(%) 500
Cakupan Pengobatan TB/Case Detection Rate (CDR) 25%
Kasus yang belum ditemukan/belum dilaporkan 75% 400

300
Keberhasilan Pengobatan TB
Sembuh Pengobatan lengkap Success Rate
200
Semua kasus, tahun 2016 2,536 2,282 90.4%
Baru dan kambuh, tahun 2016 2,526 2,282 82.9%
100
BTA positif baru, tahun 2016 2,031 215 91.1%
Pengobatan ulang selain kambuh, tahun 2016 10 0 76.9%
0
TB yang HIV positif, tahun 2016 10 5 50.0% 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
TB RR/MDR, tahun 2015 0 0 0.0%
TB XDR, tahun 2015 0 0 0.0% Terduga Terkonfirmasi Diobati

Pengobatan Pencegahan TB, 2017 Grafik 3. Jumlah Pasien TB-HIV, 2009-2017


Jumlah (%)
400
Anak <5 tahun yang mendapat PP INH (absolut & %) 52 13.5%
ODHA yang mendapatkan PP INH 0 0.0% 350 Pasien TB yang
mengetahui status
300 HIV
Proporsi Pendanaan Kegiatan TB, 2017 (dalam rupiah)
APBN APBD I APBD II Donor (GF,USAID,dll) Total 250
Budget 6,328,507,404 61,250,000 1,336,904,250 4,396,234,279 12,122,895,933 Pasien TB yang HIV
200 positif
Proporsi 52.2% 0.5% 11.0% 36.3% #
150
Perluasan Akses Layanan2 Pasien TB yang HIV
Jumlah Cakupan 100
positif yang
Pembentukan Jejaring PPM berbasis Kab/Kota 0 0% 50 mendapatkan ART
Active Case Finding pada tingkat Puskesmas 0 dan OAT
0 0
Kontak Investigasi pada Pasien TB dg Pendekatan Keluarga
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Grafik 6. Case Detection Rate Kasus TB (%) per Grafik 5. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%) Grafik 4. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%), 2000-2017
Kab/Kota 2017 per Kab/Kota, 2017 100
90
80
KOTA BANJARMASIN BARITO KUALA 70
60
TAPIN KOTA BARU
50
40
30
KOTA BARU HULU SUNGAI TENGAH 20
10
HULU SUNGAI TENGAH KOTA BANJAR BARU 0
2,000

2,001

2,002

2,003

2,004

2,005

2,006

2,007

2,008

2,009

2,010

2,011

2,012

2,013

2,014

2,015

2,016

2,017

HULU SUNGAI UTARA HULU SUNGAI SELATAN


BTA positif baru Kasus baru dan kambuh
HULU SUNGAI SELATAN BANJAR
Kasus pengobatan ulang selain kambuh Seluruh kasus TB

TABALONG HULU SUNGAI UTARA


Gambar 2. Pembiayaan P2TB (Dalam Rupiah), 2017
BALANGAN TABALONG

61,250,000; 0% Total Kebutuhan: 47 M


6,328,507,404; Gap (Kesenjangan): 75%
KOTA BANJAR BARU BALANGAN
13%
1,336,904,250;
APBN
TANAH LAUT TANAH LAUT 3%
APBD I
BANJAR KOTA BANJARMASIN
APBD II

BARITO KUALA TAPIN Donor (GF, USAID, dll)


4,396,234,279; Gap
TANAH BUMBU TANAH BUMBU 9%
35,330,079,238
0 20 40 60 80 100 0 20 40 60 80 100
; 75%

1
Hanya untuk data yang dapat didisagregrasi Hal 20
2
Data belum tersedia
Data sementara per 21 Februari 2018
Kalimantan Timur
Jumlah Penduduk Tahun 2017 : 3,575,449 jiwa
Estimasi Beban TB
Jumlah Rate (per 100.000 Penduduk) Gambar 1. Peta Case Detection Rate TB (%) Tahun 2017
Insiden TB (semua kasus), tahun 2017 16,368 467
Insiden TB Resistan Obat (TB RO), tahun 2017 531 15
Estimasi TB RO diantara kasus dinotifikasi, tahun 2017 194

Penemuan Kasus TB, 2017


Baru Kambuh Total

TB Paru, terkonfirmasi secara bakteriologis 2,607 127 2,734


TB Paru, klinis 2,175 24 2,199
TB Ekstra paru 925 0 925
Total (Baru+kambuh) 5,707 151 5,858
Kasus TB anak (0-14 tahun) 556
Penyisiran Kasus TB di RS 467
Jumlah Rate (per 100.000 Penduduk)
TB pengobatan ulang (selain kambuh) 63
Total Kasus ternotifikasi 6,388 179
Grafik 1. Case Detection Rate TB (%), 2000-2017
1
Kasus TB Berdasarkan Jenis Kelamin, 2017 100
Baru Kambuh Baru dan Kambuh Semua Kasus
90
Laki-Laki 3,243 97 3,340 3,384
Perempuan 2,464 54 2,518 2,537 80
Rasio Laki-laki : Perempuan 1.32 1.80 1.33 1.33 70
60
Penemuan Kasus TB RO, 2017 50
Baru Pengobatan Ulang Total 40
Terduga TB RO yang dites 160 377 537 30
Kasus RR/TB MDR yang terkonfirmasi laboratorium 1 31 32
20
Pasien yang memulai pengobatan TB RR/MDR 16
10
Pasien yang memulai pengobatan TB XDR 0
0

2015
2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

2014

2016

2017
Penemuan Kasus TB HIV, 2017
Jumlah (%)
Pasien TB yang mengetahui status HIV-nya 829 13.0%
Pasien TB Positif HIV 53 6.4% Grafik 2. Jumlah Kasus TB RO, 2009-2017
Pasien TB HIV yang mendapatkan ART 6 11.3% 600
ODHA yang diskrining TB 1,111 62.4%
500
Cakupan Kesehatan Semesta Untuk TB, 2017
(%)
400
Cakupan Pengobatan TB/Case Detection Rate (CDR) 39%
Kasus yang belum ditemukan/belum dilaporkan 61%
300
Keberhasilan Pengobatan TB
Sembuh Pengobatan lengkap Success Rate 200
Semua kasus, tahun 2016 2,153 2,673 91.1%
Baru dan kambuh, tahun 2016 2,119 2,669 91.2% 100
BTA positif baru, tahun 2016 297 91 75.9%
Pengobatan ulang selain kambuh, tahun 2016 34 4 82.6%
0
TB yang HIV positif, tahun 2016 41 20 48.8% 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
TB RR/MDR, tahun 2015 12 0 35.3%
TB XDR, tahun 2015 0 0 0.0% Terduga Terkonfirmasi Diobati

Pengobatan Pencegahan TB, 2017 Grafik 3. Jumlah Pasien TB-HIV, 2009-2017


Jumlah (%)
1,000
Anak <5 tahun yang mendapat PP INH (absolut & %) 41 13.6%
ODHA yang mendapatkan PP INH 0 0.0% Pasien TB yang
800 mengetahui status
HIV
Proporsi Pendanaan Kegiatan TB, 2017 (dalam rupiah)
APBN APBD I APBD II Donor (GF,USAID,dll) Total
600
Budget 5,091,624,891 0 1,304,155,550 4,734,148,381 11,129,928,822 Pasien TB yang HIV
positif
Proporsi 45.7% 0.0% 11.7% 42.5% #
400
Perluasan Akses Layanan2 Pasien TB yang HIV
Jumlah Cakupan 200 positif yang
Pembentukan Jejaring PPM berbasis Kab/Kota 0 0% mendapatkan ART
Active Case Finding pada tingkat Puskesmas 0 dan OAT
0 0
Kontak Investigasi pada Pasien TB dg Pendekatan Keluarga
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Grafik 6. Case Detection Rate Kasus TB (%) per Grafik 5. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%) Grafik 4. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%), 2000-2017
Kab/Kota 2017 per Kab/Kota, 2017 100
90
80
KOTA BONTANG PENAJAM PASER UTARA 70
60
50
KOTA SAMARINDA KUTAI TIMUR 40
30
20
KOTA BALIKPAPAN
10
PASIR
0
2,000

2,001

2,002

2,003

2,004

2,005

2,006

2,007

2,008

2,009

2,010

2,011

2,012

2,013

2,014

2,015

2,016

2,017

MAHAKAM HULU KOTA BALIKPAPAN


BTA positif baru Kasus baru dan kambuh

KUTAI TIMUR KUTAI BARAT Kasus pengobatan ulang selain kambuh Seluruh kasus TB

BERAU KOTA BONTANG


Gambar 2. Pembiayaan P2TB (Dalam Rupiah), 2017

Total Kebutuhan: 41 M
5,091,624,891;
KUTAI KARTANEGARA MAHAKAM HULU 0; 0.0% Gap (Kesenjangan): 73,2%
12.3%
APBN
KUTAI BARAT KOTA SAMARINDA 1,304,155,550;
3.1% APBD I
APBD II
PENAJAM PASER UTARA KUTAI KARTANEGARA
Donor (GF, USAID, dll)
Gap
PASIR BERAU
30,348,102,089
4,734,148,381;
0 20 40 60 80 100 0 20 40 60 80 100
; 73.2%
11.4%

1
Hanya untuk data yang dapat didisagregrasi Hal 21
2
Data belum tersedia
Data sementara per 21 Februari 2018
Kalimantan Utara
Jumlah Penduduk Tahun 2017 : 691,058 jiwa
Estimasi Beban TB
Jumlah Rate (per 100.000 Penduduk) Gambar 1. Peta Case Detection Rate TB (%) Tahun 2017
Insiden TB (semua kasus), tahun 2017 3,225 484
Insiden TB Resistan Obat (TB RO), tahun 2017 105 16
Estimasi TB RO diantara kasus dinotifikasi, tahun 2017 43

Penemuan Kasus TB, 2017


Baru Kambuh Total

TB Paru, terkonfirmasi secara bakteriologis 459 50 509


TB Paru, klinis 526 1 527
TB Ekstra paru 122 0 122
Total (Baru+kambuh) 1,107 51 1,158
Kasus TB anak (0-14 tahun) 128
Penyisiran Kasus TB di RS 0
Jumlah Rate (per 100.000 Penduduk)
TB pengobatan ulang (selain kambuh) 25
Total Kasus ternotifikasi 1,183 171
Grafik 1. Case Detection Rate TB (%), 2015-2017
1
Kasus TB Berdasarkan Jenis Kelamin, 2017 100
Baru Kambuh Baru dan Kambuh Semua Kasus
90
Laki-Laki 696 42 738 758
Perempuan 411 9 420 425 80
Rasio Laki-laki : Perempuan 1.69 4.67 1.76 1.78 70
60
Penemuan Kasus TB RO, 2017 50
Baru Pengobatan Ulang Total 40
Terduga TB RO yang dites 45 212 257 30
Kasus RR/TB MDR yang terkonfirmasi laboratorium 2 9 11
20
Pasien yang memulai pengobatan TB RR/MDR 5
10
Pasien yang memulai pengobatan TB XDR 0
0

2016
2015

2017
Penemuan Kasus TB HIV, 2017
Jumlah (%)
Pasien TB yang mengetahui status HIV-nya 545 46.1%
Pasien TB Positif HIV 45 8.3% Grafik 2. Jumlah Kasus TB RO, 2009-2017
Pasien TB HIV yang mendapatkan ART 18 40.0% 300
ODHA yang diskrining TB 0 #DIV/0!
250
Cakupan Kesehatan Semesta Untuk TB, 2017
(%)
200
Cakupan Pengobatan TB/Case Detection Rate (CDR) 37%
Kasus yang belum ditemukan/belum dilaporkan 63%
150
Keberhasilan Pengobatan TB
Sembuh Pengobatan lengkap Success Rate 100
Semua kasus, tahun 2016 317 469 73.2%
Baru dan kambuh, tahun 2016 311 466 66.7% 50
BTA positif baru, tahun 2016 3,436 228 89.1%
Pengobatan ulang selain kambuh, tahun 2016 6 3 60.0%
0
TB yang HIV positif, tahun 2016 9 1 11.1% 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
TB RR/MDR, tahun 2015 0 0 #DIV/0!
TB XDR, tahun 2015 0 0 0.0% Terduga Terkonfirmasi Diobati

Pengobatan Pencegahan TB, 2017 Grafik 3. Jumlah Pasien TB-HIV, 2009-2017


Jumlah (%)
600
Anak <5 tahun yang mendapat PP INH (absolut & %) 21 37.5%
ODHA yang mendapatkan PP INH 7 8.3% Pasien TB yang
500 mengetahui status
HIV
Proporsi Pendanaan Kegiatan TB, 2017 (dalam rupiah)
400
APBN APBD I APBD II Donor (GF,USAID,dll) Total
Budget 1,811,768,126 0 62,000,000 2,496,345,467 4,370,113,594 Pasien TB yang HIV
300 positif
Proporsi 41.5% 0.0% 1.4% 57.1% #
200
Perluasan Akses Layanan2 Pasien TB yang HIV
Jumlah Cakupan
100 positif yang
Pembentukan Jejaring PPM berbasis Kab/Kota 0 0% mendapatkan ART
Active Case Finding pada tingkat Puskesmas 0 dan OAT
0 0
Kontak Investigasi pada Pasien TB dg Pendekatan Keluarga
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Grafik 6. Case Detection Rate Kasus TB (%) per Grafik 5. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%) Grafik 4. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%), 2016-2017
Kab/Kota 2017 per Kab/Kota, 2017 100
90
80
70
MALINAU
60
TANA TIDUNG
50
40
30
20
10
BULUNGAN 0
MALINAU
2,016

2,017

BTA positif baru Kasus baru dan kambuh

Kasus pengobatan ulang selain kambuh Seluruh kasus TB


KOTA TARAKAN
NUNUKAN
Gambar 2. Pembiayaan P2TB (Dalam Rupiah), 2017

1,811,768,126; Total Kebutuhan: 8 M


22% Gap (Kesenjangan): 46%
NUNUKAN BULUNGAN
3,801,972,646; APBN
0; 0%
46%
APBD I
APBD II
62,000,000; 1%
TANA TIDUNG KOTA TARAKAN Donor (GF, USAID, dll)
Gap
2,496,345,467;
0 20 40 60 80 100 31%
0 20 40 60 80 100

1
Hanya untuk data yang dapat didisagregrasi Hal 22
2
Data belum tersedia
Data sementara per 21 Februari 2018
Sulawesi Utara
Jumlah Penduduk Tahun 2017 : 2,461,028 jiwa
Estimasi Beban TB
Jumlah Rate (per 100.000 Penduduk) Gambar 1. Peta Case Detection Rate TB (%) Tahun 2017
Insiden TB (semua kasus), tahun 2017 10,965 450
Insiden TB Resistan Obat (TB RO), tahun 2017 355 15
Estimasi TB RO diantara kasus dinotifikasi, tahun 2017 209

Penemuan Kasus TB, 2017


Baru Kambuh Total

TB Paru, terkonfirmasi secara bakteriologis 4,311 167 4,478


TB Paru, klinis 1,285 21 1,306
TB Ekstra paru 202 2 204
Total (Baru+kambuh) 5,798 190 5,988 KOTA MANADO
Kasus TB anak (0-14 tahun) 183 KOTA
KOTA TOMOHON BITUNG
Penyisiran Kasus TB di RS 3,104 KOTAMOBAGU
Jumlah Rate (per 100.000 Penduduk)
TB pengobatan ulang (selain kambuh) 104
Total Kasus ternotifikasi 9,196 374
Grafik 1. Case Detection Rate TB (%), 2000-2017
1
Kasus TB Berdasarkan Jenis Kelamin, 2017 100
Baru Kambuh Baru dan Kambuh Semua Kasus
90
Laki-Laki 3,562 130 3,692 3,755
Perempuan 2,236 60 2,296 2,337 80
Rasio Laki-laki : Perempuan 1.59 2.17 1.61 1.61 70
60
Penemuan Kasus TB RO, 2017 50
Baru Pengobatan Ulang Total 40
Terduga TB RO yang dites 157 291 448 30
Kasus RR/TB MDR yang terkonfirmasi laboratorium 21 49 70
20
Pasien yang memulai pengobatan TB RR/MDR 73
10
Pasien yang memulai pengobatan TB XDR 0
0

2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

2014

2015

2016

2017
Penemuan Kasus TB HIV, 2017
Jumlah (%)
Pasien TB yang mengetahui status HIV-nya 1,075 11.7%
Pasien TB Positif HIV 81 7.5% Grafik 2. Jumlah Kasus TB RO, 2009-2017
Pasien TB HIV yang mendapatkan ART 17 21.0% 500
ODHA yang diskrining TB 328 38.7%
450
400
Cakupan Kesehatan Semesta Untuk TB, 2017
(%) 350
Cakupan Pengobatan TB/Case Detection Rate (CDR) 84%
300
Kasus yang belum ditemukan/belum dilaporkan 16%
250
Keberhasilan Pengobatan TB 200
Sembuh Pengobatan lengkap Success Rate
150
Semua kasus, tahun 2016 3,511 904 85.9%
Baru dan kambuh, tahun 2016 3,505 901 83.0% 100
BTA positif baru, tahun 2016 1,032 141 95.2% 50
Pengobatan ulang selain kambuh, tahun 2016 6 3 19.1%
0
TB yang HIV positif, tahun 2016 47 19 40.4% 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
TB RR/MDR, tahun 2015 2 1 9.1%
TB XDR, tahun 2015 0 0 0.0% Terduga Terkonfirmasi Diobati

Pengobatan Pencegahan TB, 2017 Grafik 3. Jumlah Pasien TB-HIV, 2009-2017


Jumlah (%)
1,200
Anak <5 tahun yang mendapat PP INH (absolut & %) 51 14.6%
ODHA yang mendapatkan PP INH 0 0.0% Pasien TB yang
1,000 mengetahui status
HIV
Proporsi Pendanaan Kegiatan TB, 2017 (dalam rupiah)
800
APBN APBD I APBD II Donor (GF,USAID,dll) Total
Budget 7,837,207,207 0 501,856,000 5,842,022,164 14,181,085,372 Pasien TB yang HIV
600 positif
Proporsi 55.3% 0.0% 3.5% 41.2% #
400
Perluasan Akses Layanan2 Pasien TB yang HIV
Jumlah Cakupan
200 positif yang
Pembentukan Jejaring PPM berbasis Kab/Kota 0 0% mendapatkan ART
Active Case Finding pada tingkat Puskesmas 0 dan OAT
0 0
Kontak Investigasi pada Pasien TB dg Pendekatan Keluarga
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Grafik 6. Case Detection Rate Kasus TB (%) per Grafik 5. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%) Grafik 4. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%), 2000-2017
Kab/Kota 2017 per Kab/Kota, 2017 100
90
80
KOTA MANADO MINAHASA UTARA 70
60
KOTA TOMOHON KOTA KOTAMOBAGU 50
40
KOTA BITUNG MINAHASA 30
20
KEPULAUAN SANGIHE BOLAANG MONGONDOW 10
SELATAN
0
BOLAANG MONGONDOW
2,000

2,001

2,002

2,003

2,004

2,005

2,006

2,007

2,008

2,009

2,010

2,011

2,012

2,013

2,014

2,015

2,016

2,017

SELATAN MINAHASA SELATAN

KOTA KOTAMOBAGU KOTA TOMOHON BTA positif baru Kasus baru dan kambuh

MINAHASA SELATAN KEPULAUAN TALAUD Kasus pengobatan ulang selain kambuh Seluruh kasus TB

BOLAANG MONGONDOW BOLAANG MONGONDOW


UTARA
Gambar 2. Pembiayaan P2TB (Dalam Rupiah), 2017
SIAU TAGULANDANG BIARO BOLAANG MONGONDOW
TIMUR
BOLAANG MONGONDOW Total Kebutuhan: 25 M
UTARA KEPULAUAN SANGIHE 7,837,207,207; Gap (Kesenjangan): 45%
30%
MINAHASA UTARA BOLAANG MONGONDOW 11,467,834,677
; 45% APBN
MINAHASA KOTA BITUNG
APBD I
BOLAANG MONGONDOW
TIMUR SIAU TAGULANDANG BIARO APBD II
0; 0%
MINAHASA TENGGARA MINAHASA TENGGARA Donor (GF, USAID, dll)
Gap
KEPULAUAN TALAUD KOTA MANADO 501,856,000;
5,842,022,164; 2%
0 20 40 60 80 100 0 20 40 60 80 100
23%

1
Hanya untuk data yang dapat didisagregrasi Hal 23
2
Data belum tersedia
Data sementara per 21 Februari 2018
Gorontalo
Jumlah Penduduk Tahun 2017 : 1,168,190 jiwa
Estimasi Beban TB
Jumlah Rate (per 100.000 Penduduk) Gambar 1. Peta Case Detection Rate TB (%) Tahun 2017
Insiden TB (semua kasus), tahun 2017 5,320 462
Insiden TB Resistan Obat (TB RO), tahun 2017 172 15
Estimasi TB RO diantara kasus dinotifikasi, tahun 2017 30

Penemuan Kasus TB, 2017


Baru Kambuh Total

TB Paru, terkonfirmasi secara bakteriologis 816 21 837


TB Paru, klinis 98 0 98
TB Ekstra paru 10 0 10
Total (Baru+kambuh) 924 21 945
Kasus TB anak (0-14 tahun) 22
Penyisiran Kasus TB di RS 51
Jumlah Rate (per 100.000 Penduduk)
TB pengobatan ulang (selain kambuh) 3
Total Kasus ternotifikasi 999 86
Grafik 1. Case Detection Rate TB (%), 2001-2017
1
Kasus TB Berdasarkan Jenis Kelamin, 2017 100
Baru Kambuh Baru dan Kambuh Semua Kasus
90
Laki-Laki 529 13 542 544
Perempuan 395 8 403 404 80
Rasio Laki-laki : Perempuan 1.34 1.63 1.34 1.35 70
60
Penemuan Kasus TB RO, 2017 50
Baru Pengobatan Ulang Total 40
Terduga TB RO yang dites 101 215 316 30
Kasus RR/TB MDR yang terkonfirmasi laboratorium 0 10 10
20
Pasien yang memulai pengobatan TB RR/MDR 7
10
Pasien yang memulai pengobatan TB XDR 0
0

2009
2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2010

2011

2012

2013

2014

2015

2016

2017
Penemuan Kasus TB HIV, 2017
Jumlah (%)
Pasien TB yang mengetahui status HIV-nya 203 20.3%
Pasien TB Positif HIV 1 0.5% Grafik 2. Jumlah Kasus TB RO, 2009-2017
Pasien TB HIV yang mendapatkan ART 0 0.0% 350
ODHA yang diskrining TB 86 96.5%
300
Cakupan Kesehatan Semesta Untuk TB, 2017
(%) 250
Cakupan Pengobatan TB/Case Detection Rate (CDR) 19%
Kasus yang belum ditemukan/belum dilaporkan 81% 200

150
Keberhasilan Pengobatan TB
Sembuh Pengobatan lengkap Success Rate
100
Semua kasus, tahun 2016 1,051 266 95.2%
Baru dan kambuh, tahun 2016 1,049 266 65.9%
50
BTA positif baru, tahun 2016 1,691 174 90.5%
Pengobatan ulang selain kambuh, tahun 2016 2 0 100.0%
0
TB yang HIV positif, tahun 2016 0 0 0.0% 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
TB RR/MDR, tahun 2015 0 0 0.0%
TB XDR, tahun 2015 0 0 0.0% Terduga Terkonfirmasi Diobati

Pengobatan Pencegahan TB, 2017 Grafik 3. Jumlah Pasien TB-HIV, 2009-2017


Jumlah (%)
250
Anak <5 tahun yang mendapat PP INH (absolut & %) 9 8.3%
ODHA yang mendapatkan PP INH 8 14.0% Pasien TB yang
200 mengetahui status
HIV
Proporsi Pendanaan Kegiatan TB, 2017 (dalam rupiah)
APBN APBD I APBD II Donor (GF,USAID,dll) Total
150
Budget 2,713,644,704 0 65,500,000 2,202,052,571 4,981,197,276 Pasien TB yang HIV
positif
Proporsi 54.5% 0.0% 1.3% 44.2% #
100
Perluasan Akses Layanan2 Pasien TB yang HIV
Jumlah Cakupan 50 positif yang
Pembentukan Jejaring PPM berbasis Kab/Kota 0 0% mendapatkan ART
Active Case Finding pada tingkat Puskesmas 0 dan OAT
0 0
Kontak Investigasi pada Pasien TB dg Pendekatan Keluarga
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Grafik 6. Case Detection Rate Kasus TB (%) per Grafik 5. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%) Grafik 4. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%), 2002-2017
Kab/Kota 2017 per Kab/Kota, 2017 100
90
80
70
POHUWATO POHUWATO 60
50
40
30
20
BONE BOLANGO
10
BOALEMO
0
2,014
2,002

2,003

2,004

2,005

2,006

2,007

2,008

2,009

2,010

2,011

2,012

2,013

2,015

2,016

2,017

BTA positif baru Kasus baru dan kambuh


KOTA GORONTALO KOTA GORONTALO
Kasus pengobatan ulang selain kambuh Seluruh kasus TB

Gambar 2. Pembiayaan P2TB (Dalam Rupiah), 2017


GORONTALO UTARA GORONTALO

2,713,644,704; Total Kebutuhan: 12 M


0; 0.0% Gap (Kesenjangan): 60%
22%

BOALEMO BONE BOLANGO APBN


65,500,000; 0% APBD I
APBD II
Donor (GF, USAID, dll)
GORONTALO GORONTALO UTARA
Gap
7,462,846,860; 2,202,052,571;
0 20 40 60 80 100 0 20 40 60 80 100 60% 18%

1
Hanya untuk data yang dapat didisagregrasi Hal 24
2
Data belum tersedia
Data sementara per 21 Februari 2018
Sulawesi Tengah
Jumlah Penduduk Tahun 2017 : 2,966,325 jiwa
Estimasi Beban TB
Jumlah Rate (per 100.000 Penduduk) Gambar 1. Peta Case Detection Rate TB (%) Tahun 2017
Insiden TB (semua kasus), tahun 2017 12,900 442
Insiden TB Resistan Obat (TB RO), tahun 2017 418 14
Estimasi TB RO diantara kasus dinotifikasi, tahun 2017 123

Penemuan Kasus TB, 2017


Baru Kambuh Total

TB Paru, terkonfirmasi secara bakteriologis 2,235 74 2,309


TB Paru, klinis 1,432 11 1,443
TB Ekstra paru 155 2 157
Total (Baru+kambuh) 3,822 87 3,909
Kasus TB anak (0-14 tahun) 150
Penyisiran Kasus TB di RS 0
Jumlah Rate (per 100.000 Penduduk)
TB pengobatan ulang (selain kambuh) 10
Total Kasus ternotifikasi 3,919 132
Grafik 1. Case Detection Rate TB (%), 2000-2017
1
Kasus TB Berdasarkan Jenis Kelamin, 2017 100
Baru Kambuh Baru dan Kambuh Semua Kasus
90
Laki-Laki 2,248 48 2,296 2,303
Perempuan 1,574 39 1,613 1,616 80
Rasio Laki-laki : Perempuan 1.43 1.23 1.42 1.43 70
60
Penemuan Kasus TB RO, 2017 50
Baru Pengobatan Ulang Total 40
Terduga TB RO yang dites 109 632 741 30
Kasus RR/TB MDR yang terkonfirmasi laboratorium 4 43 47
20
Pasien yang memulai pengobatan TB RR/MDR 39
10
Pasien yang memulai pengobatan TB XDR 0
0

2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

2014

2015

2016

2017
Penemuan Kasus TB HIV, 2017
Jumlah (%)
Pasien TB yang mengetahui status HIV-nya 183 4.7%
Pasien TB Positif HIV 22 12.0% Grafik 2. Jumlah Kasus TB RO, 2009-2017
Pasien TB HIV yang mendapatkan ART 4 18.2% 900
ODHA yang diskrining TB 143 0.0%
800

Cakupan Kesehatan Semesta Untuk TB, 2017 700


(%)
600
Cakupan Pengobatan TB/Case Detection Rate (CDR) 30%
Kasus yang belum ditemukan/belum dilaporkan 70% 500

400
Keberhasilan Pengobatan TB
Sembuh Pengobatan lengkap Success Rate 300
Semua kasus, tahun 2016 1,735 1,027 89.0%
200
Baru dan kambuh, tahun 2016 1,725 1,027 73.4%
BTA positif baru, tahun 2016 4,951 674 87.4% 100
Pengobatan ulang selain kambuh, tahun 2016 10 0 76.9%
0
TB yang HIV positif, tahun 2016 3 3 100.0% 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
TB RR/MDR, tahun 2015 2 4 46.2%
TB XDR, tahun 2015 0 0 0.0% Terduga Terkonfirmasi Diobati

Pengobatan Pencegahan TB, 2017 Grafik 3. Jumlah Pasien TB-HIV, 2009-2017


Jumlah (%)
200
Anak <5 tahun yang mendapat PP INH (absolut & %) 95 39.9%
ODHA yang mendapatkan PP INH 0 0.0% Pasien TB yang
mengetahui status
150 HIV
Proporsi Pendanaan Kegiatan TB, 2017 (dalam rupiah)
APBN APBD I APBD II Donor (GF,USAID,dll) Total
Budget 4,370,946,501 37,300,000 774,815,550 4,855,842,767 10,038,904,818 Pasien TB yang HIV
100 positif
Proporsi 43.5% 0.4% 7.7% 48.4% #

Perluasan Akses Layanan2 Pasien TB yang HIV


Jumlah Cakupan 50
positif yang
Pembentukan Jejaring PPM berbasis Kab/Kota 0 0% mendapatkan ART
Active Case Finding pada tingkat Puskesmas 0 dan OAT
0 0
Kontak Investigasi pada Pasien TB dg Pendekatan Keluarga
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Grafik 6. Case Detection Rate Kasus TB (%) per Grafik 5. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%) Grafik 4. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%), 2000-2017
Kab/Kota 2017 per Kab/Kota, 2017 100
90
80
MOROWALI MOROWALI 70
60
TOJO UNA-UNA TOJO UNA-UNA
50
40
30
KOTA PALU MOROWALI UTARA 20
10
BANGGAI LAUT BUOL 0
2,000

2,001

2,002

2,003

2,004

2,005

2,006

2,007

2,008

2,009

2,010

2,011

2,012

2,013

2,014

2,015

2,016

2,017

BANGGAI BANGGAI
BTA positif baru Kasus baru dan kambuh
SIGI SIGI
Kasus pengobatan ulang selain kambuh Seluruh kasus TB

MOROWALI UTARA TOLI-TOLI


Gambar 2. Pembiayaan P2TB (Dalam Rupiah), 2017
BANGGAI KEPULAUAN BANGGAI KEPULAUAN

4,370,946,501; Total Kebutuhan: 30 M


POSO DONGGALA Gap (Kesenjangan): 67%
14% 37,300,000; 0%

TOLI-TOLI KOTA PALU 774,815,550; APBN


3% APBD I
PARIGI MOUTONG POSO
APBD II
BUOL PARIGI MOUTONG Donor (GF, USAID, dll)
Gap
DONGGALA BANGGAI LAUT 4,855,842,767;
20,136,684,005
16%
0 20 40 60 80 100 0 20 40 60 80 100 ; 67%

1
Hanya untuk data yang dapat didisagregrasi Hal 25
2
Data belum tersedia
Data sementara per 21 Februari 2018
Sulawesi Selatan
Jumlah Penduduk Tahun 2017 : 8,690,294 jiwa
Estimasi Beban TB
Jumlah Rate (per 100.000 Penduduk) Gambar 1. Peta Case Detection Rate TB (%) Tahun 2017
Insiden TB (semua kasus), tahun 2017 38,456 447
Insiden TB Resistan Obat (TB RO), tahun 2017 1,247 14
Estimasi TB RO diantara kasus dinotifikasi, tahun 2017 295

Penemuan Kasus TB, 2017


Baru Kambuh Total

TB Paru, terkonfirmasi secara bakteriologis 4,314 316 4,630


TB Paru, klinis 3,328 69 3,397
TB Ekstra paru 436 0 436
Total (Baru+kambuh) 8,078 385 8,463
Kasus TB anak (0-14 tahun) 434
Penyisiran Kasus TB di RS 8,573
Jumlah Rate (per 100.000 Penduduk)
TB pengobatan ulang (selain kambuh) 47
Total Kasus ternotifikasi 17,083 197
Grafik 1. Case Detection Rate TB (%), 2000-2017
1
Kasus TB Berdasarkan Jenis Kelamin, 2017 100
Baru Kambuh Baru dan Kambuh Semua Kasus
90
Laki-Laki 4,642 238 4,880 4,911
Perempuan 3,436 147 3,583 3,599 80
Rasio Laki-laki : Perempuan 1.35 1.62 1.36 1.36 70
60
Penemuan Kasus TB RO, 2017 50
Baru Pengobatan Ulang Total 40
Terduga TB RO yang dites 2,614 2,443 5,057 30
Kasus RR/TB MDR yang terkonfirmasi laboratorium 39 173 212
20
Pasien yang memulai pengobatan TB RR/MDR 137
10
Pasien yang memulai pengobatan TB XDR 2
0

2015
2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

2014

2016

2017
Penemuan Kasus TB HIV, 2017
Jumlah (%)
Pasien TB yang mengetahui status HIV-nya 1,213 7.1%
Pasien TB Positif HIV 51 4.2% Grafik 2. Jumlah Kasus TB RO, 2009-2017
Pasien TB HIV yang mendapatkan ART 9 17.6% 6,000
ODHA yang diskrining TB 1,084 74.7%
5,000
Cakupan Kesehatan Semesta Untuk TB, 2017
(%)
4,000
Cakupan Pengobatan TB/Case Detection Rate (CDR) 44%
Kasus yang belum ditemukan/belum dilaporkan 56%
3,000
Keberhasilan Pengobatan TB
Sembuh Pengobatan lengkap Success Rate 2,000
Semua kasus, tahun 2016 5,316 5,037 87.8%
Baru dan kambuh, tahun 2016 5,294 5,032 77.4% 1,000
BTA positif baru, tahun 2016 708 199 89.8%
Pengobatan ulang selain kambuh, tahun 2016 22 5 61.4%
0
TB yang HIV positif, tahun 2016 73 48 65.8% 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
TB RR/MDR, tahun 2015 42 4 51.1%
TB XDR, tahun 2015 0 0 0.0% Terduga Terkonfirmasi Diobati

Pengobatan Pencegahan TB, 2017 Grafik 3. Jumlah Pasien TB-HIV, 2009-2017


Jumlah (%)
1,400
Anak <5 tahun yang mendapat PP INH (absolut & %) 514 63.5%
ODHA yang mendapatkan PP INH 11 1.2% 1,200 Pasien TB yang
mengetahui status
HIV
Proporsi Pendanaan Kegiatan TB, 2017 (dalam rupiah) 1,000
APBN APBD I APBD II Donor (GF,USAID,dll) Total
Budget 11,133,791,877 33,400,000 2,129,060,241 13,194,785,953 26,491,038,071 800 Pasien TB yang HIV
positif
Proporsi 42.0% 0.1% 8.0% 49.8% #
600

Perluasan Akses Layanan2 400 Pasien TB yang HIV


Jumlah Cakupan
positif yang
Pembentukan Jejaring PPM berbasis Kab/Kota 0 0% 200 mendapatkan ART
Active Case Finding pada tingkat Puskesmas 0 dan OAT
0 0
Kontak Investigasi pada Pasien TB dg Pendekatan Keluarga
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Grafik 6. Case Detection Rate Kasus TB (%) per Grafik 5. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%) Grafik 4. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%), 2000-2017
Kab/Kota 2017 per Kab/Kota, 2017 100
90
80
KOTA MAKASSAR BARRU
70
KOTA PALOPO LUWU TIMUR 60
SIDENRENG RAPPANG TORAJA UTARA 50
40
GOWA
30
WAJO TAKALAR 20
KOTA PAREPARE BANTAENG 10
TAKALAR KOTA PALOPO
0
2,000

2,001

2,002

2,003

2,004

2,005

2,006

2,007

2,008

2,009

2,010

2,011

2,012

2,013

2,014

2,015

2,016

2,017

GOWA LUWU
KEPULAUAN SELAYAR PINRANG
BTA positif baru Kasus baru dan kambuh
SINJAI ENREKANG
LUWU SIDENRENG RAPPANG Kasus pengobatan ulang selain kambuh Seluruh kasus TB
PINRANG LUWU UTARA
JENEPONTO
Gambar 2. Pembiayaan P2TB (Dalam Rupiah), 2017
BULUKUMBA MAROS
MAROS WAJO Total Kebutuhan: 90 M
LUWU UTARA KOTA MAKASSAR
11,133,791,877 Gap (Kesenjangan): 71%
33,400,000;
; 12%
BANTAENG BULUKUMBA 0.04%
BARRU BONE APBN
BONE KOTA PAREPARE APBD I
2,129,060,241;
SOPPENG TANA TORAJA 2% APBD II
TANA TORAJA JENEPONTO
ENREKANG SINJAI
Donor (GF, USAID, dll)
LUWU TIMUR SOPPENG Gap
TORAJA UTARA KEPULAUAN SELAYAR 63,462,924,643
; 71% 13,194,785,953
0 20 40 60 80 100 0 20 40 60 80 100 ; 15%

1
Hanya untuk data yang dapat didisagregrasi Hal 26
2
Data belum tersedia
Data sementara per 21 Februari 2018
Sulawesi Barat
Jumlah Penduduk Tahun 2017 : 1,330,961 jiwa
Estimasi Beban TB
Jumlah Rate (per 100.000 Penduduk) Gambar 1. Peta Case Detection Rate TB (%) Tahun 2017
Insiden TB (semua kasus), tahun 2017 5,857 448
Insiden TB Resistan Obat (TB RO), tahun 2017 190 15
Estimasi TB RO diantara kasus dinotifikasi, tahun 2017 57

Penemuan Kasus TB, 2017


Baru Kambuh Total

TB Paru, terkonfirmasi secara bakteriologis 1,279 46 1,325


TB Paru, klinis 368 4 372
TB Ekstra paru 62 1 63
Total (Baru+kambuh) 1,709 51 1,760
Kasus TB anak (0-14 tahun) 60
Penyisiran Kasus TB di RS 0
Jumlah Rate (per 100.000 Penduduk)
TB pengobatan ulang (selain kambuh) 7
Total Kasus ternotifikasi 1,767 133
Grafik 1. Case Detection Rate TB (%), 2006-2017
1
Kasus TB Berdasarkan Jenis Kelamin, 2017 100
Baru Kambuh Baru dan Kambuh Semua Kasus
90
Laki-Laki 1,012 30 1,042 1,047
Perempuan 697 21 718 720 80
Rasio Laki-laki : Perempuan 1.45 1.43 1.45 1.45 70
60
Penemuan Kasus TB RO, 2017 50
Baru Pengobatan Ulang Total 40
Terduga TB RO yang dites 148 28 176 30
Kasus RR/TB MDR yang terkonfirmasi laboratorium 0 6 6
20
Pasien yang memulai pengobatan TB RR/MDR 4
10
Pasien yang memulai pengobatan TB XDR 0
0

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

2014

2015

2016

2017
Penemuan Kasus TB HIV, 2017
Jumlah (%)
Pasien TB yang mengetahui status HIV-nya 130 7.4%
Pasien TB Positif HIV 16 12.3% Grafik 2. Jumlah Kasus TB RO, 2009-2017
Pasien TB HIV yang mendapatkan ART 2 12.5% 250
ODHA yang diskrining TB 40 80.0%

200
Cakupan Kesehatan Semesta Untuk TB, 2017
(%)
Cakupan Pengobatan TB/Case Detection Rate (CDR) 30%
150
Kasus yang belum ditemukan/belum dilaporkan 70%

Keberhasilan Pengobatan TB 100


Sembuh Pengobatan lengkap Success Rate
Semua kasus, tahun 2016 718 401 89.5%
Baru dan kambuh, tahun 2016 716 401 64.3% 50
BTA positif baru, tahun 2016 1,543 125 92.6%
Pengobatan ulang selain kambuh, tahun 2016 2 0 50.0%
0
TB yang HIV positif, tahun 2016 2 0 0.0% 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
TB RR/MDR, tahun 2015 1 1 50.0%
TB XDR, tahun 2015 0 0 0.0% Terduga Terkonfirmasi Diobati

Pengobatan Pencegahan TB, 2017 Grafik 3. Jumlah Pasien TB-HIV, 2009-2017


Jumlah (%)
140
Anak <5 tahun yang mendapat PP INH (absolut & %) 0 0.0%
ODHA yang mendapatkan PP INH 0 0.0% 120 Pasien TB yang
mengetahui status
HIV
Proporsi Pendanaan Kegiatan TB, 2017 (dalam rupiah) 100
APBN APBD I APBD II Donor (GF,USAID,dll) Total
Budget 1,496,337,213 335,010,000 127,963,000 2,016,893,335 3,976,203,548 80 Pasien TB yang HIV
positif
Proporsi 37.6% 8.4% 3.2% 50.7% #
60

Perluasan Akses Layanan2 40 Pasien TB yang HIV


Jumlah Cakupan
positif yang
Pembentukan Jejaring PPM berbasis Kab/Kota 0 0% 20 mendapatkan ART
Active Case Finding pada tingkat Puskesmas 0 dan OAT
0 0
Kontak Investigasi pada Pasien TB dg Pendekatan Keluarga
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Grafik 6. Case Detection Rate Kasus TB (%) per Grafik 5. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%) Grafik 4. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%), 2006-2017
Kab/Kota 2017 per Kab/Kota, 2017 100
90
80
70
MAJENE MAMASA 60
50
40
30
20
MAMUJU
10
MAMUJU
0
2,006

2,017
2,007

2,008

2,009

2,010

2,011

2,012

2,013

2,014

2,015

2,016

BTA positif baru Kasus baru dan kambuh


MAMUJU TENGAH MAMUJU UTARA
Kasus pengobatan ulang selain kambuh Seluruh kasus TB

Gambar 2. Pembiayaan P2TB (Dalam Rupiah), 2017


POLEWALI MANDAR POLEWALI MANDAR
Total Kebutuhan: 14 M
1,496,337,213; 335,010,000; Gap (Kesenjangan): 71%
10.9% 2.4%
APBN
MAMUJU UTARA MAJENE 127,963,000;
0.9% APBD I
APBD II
Donor (GF, USAID, dll)
MAMASA MAMUJU TENGAH
Gap
9,724,742,794;
71.0% 2,016,893,335;
0 20 40 60 80 100 0 20 40 60 80 100 14.7%

1
Hanya untuk data yang dapat didisagregrasi Hal 27
2
Data belum tersedia
Data sementara per 21 Februari 2018
Sulawesi Tenggara
Jumlah Penduduk Tahun 2017 : 2,602,389 jiwa
Estimasi Beban TB
Jumlah Rate (per 100.000 Penduduk) Gambar 1. Peta Case Detection Rate TB (%) Tahun 2017
Insiden TB (semua kasus), tahun 2017 11,151 437
Insiden TB Resistan Obat (TB RO), tahun 2017 361 14
Estimasi TB RO diantara kasus dinotifikasi, tahun 2017 76

Penemuan Kasus TB, 2017


Baru Kambuh Total

TB Paru, terkonfirmasi secara bakteriologis 1,884 38 1,922


TB Paru, klinis 484 1 485
TB Ekstra paru 75 0 75
Total (Baru+kambuh) 2,443 39 2,482
Kasus TB anak (0-14 tahun) 64
Penyisiran Kasus TB di RS 0
Jumlah Rate (per 100.000 Penduduk)
TB pengobatan ulang (selain kambuh) 7
Total Kasus ternotifikasi 2,489 96
Grafik 1. Case Detection Rate TB (%), 2000-2017
1
Kasus TB Berdasarkan Jenis Kelamin, 2017 100
Baru Kambuh Baru dan Kambuh Semua Kasus
90
Laki-Laki 1,468 24 1,492 1,497
Perempuan 975 15 990 992 80
Rasio Laki-laki : Perempuan 1.51 1.60 1.51 1.51 70
60
Penemuan Kasus TB RO, 2017 50
Baru Pengobatan Ulang Total 40
Terduga TB RO yang dites 48 2,153 2,201 30
Kasus RR/TB MDR yang terkonfirmasi laboratorium 0 37 37
20
Pasien yang memulai pengobatan TB RR/MDR 23
10
Pasien yang memulai pengobatan TB XDR 0
0

2015
2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

2014

2016

2017
Penemuan Kasus TB HIV, 2017
Jumlah (%)
Pasien TB yang mengetahui status HIV-nya 386 15.5%
Pasien TB Positif HIV 23 6.0% Grafik 2. Jumlah Kasus TB RO, 2009-2017
Pasien TB HIV yang mendapatkan ART 0 0.0% 3,000
ODHA yang diskrining TB 67 1.5%
2,500
Cakupan Kesehatan Semesta Untuk TB, 2017
(%)
2,000
Cakupan Pengobatan TB/Case Detection Rate (CDR) 42%
Kasus yang belum ditemukan/belum dilaporkan 58%
1,500
Keberhasilan Pengobatan TB
Sembuh Pengobatan lengkap Success Rate 1,000
Semua kasus, tahun 2016 1,556 371 91.7%
Baru dan kambuh, tahun 2016 1,555 371 51.3% 500
BTA positif baru, tahun 2016 1,140 244 89.9%
Pengobatan ulang selain kambuh, tahun 2016 1 0 100.0%
0
TB yang HIV positif, tahun 2016 9 2 22.2% 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
TB RR/MDR, tahun 2015 2 0 22.2%
TB XDR, tahun 2015 0 0 0.0% Terduga Terkonfirmasi Diobati

Pengobatan Pencegahan TB, 2017 Grafik 3. Jumlah Pasien TB-HIV, 2009-2017


Jumlah (%)
500
Anak <5 tahun yang mendapat PP INH (absolut & %) 4 1.6%
ODHA yang mendapatkan PP INH 0 0.0% Pasien TB yang
400 mengetahui status
HIV
Proporsi Pendanaan Kegiatan TB, 2017 (dalam rupiah)
APBN APBD I APBD II Donor (GF,USAID,dll) Total
300
Budget 3,970,912,176 0 1,920,934,436 4,762,561,560 10,654,408,173 Pasien TB yang HIV
positif
Proporsi 37.3% 0.0% 18.0% 44.7% #
200
Perluasan Akses Layanan2 Pasien TB yang HIV
Jumlah Cakupan 100 positif yang
Pembentukan Jejaring PPM berbasis Kab/Kota 0 0% mendapatkan ART
Active Case Finding pada tingkat Puskesmas 0 dan OAT
0 0
Kontak Investigasi pada Pasien TB dg Pendekatan Keluarga
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Grafik 6. Case Detection Rate Kasus TB (%) per Grafik 5. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%) Grafik 4. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%), 2000-2017
Kab/Kota 2017 per Kab/Kota, 2017 100
90
80
KOTA KENDARI MUNA 70
60
KONAWE BUTON SELATAN
50
40
BUTON TENGAH BUTON UTARA
30
KOTA BAU-BAU KONAWE 20
10
KONAWE KEPULAUAN KOTA KENDARI 0
2,000

2,001

2,002

2,003

2,004

2,005

2,006

2,007

2,008

2,009

2,010

2,011

2,012

2,013

2,014

2,015

2,016

2,017

BUTON UTARA KOTA BAU-BAU

BOMBANA BUTON TENGAH BTA positif baru Kasus baru dan kambuh

BUTON KOLAKA UTARA Kasus pengobatan ulang selain kambuh Seluruh kasus TB

KONAWE UTARA KONAWE SELATAN


Gambar 2. Pembiayaan P2TB (Dalam Rupiah), 2017
BUTON SELATAN BOMBANA

MUNA BARAT KOLAKA


Total Kebutuhan: 26 M
3,970,912,176; Gap (Kesenjangan): 59,2%
1,920,934,436;
KOLAKA UTARA BUTON 15.2%
7.4%
0; 0.0% APBN
MUNA WAKATOBI
APBD I
KONAWE SELATAN KONAWE KEPULAUAN
APBD II
WAKATOBI KONAWE UTARA
Donor (GF, USAID, dll)
KOLAKA MUNA BARAT 15,429,636,045
; 59.2% Gap
KOLAKA TIMUR KOLAKA TIMUR
4,762,561,560;
0 20 40 60 80 100 0 20 40 60 80 100 18.3%

1
Hanya untuk data yang dapat didisagregrasi Hal 28
2
Data belum tersedia
Data sementara per 21 Februari 2018
Bali
Jumlah Penduduk Tahun 2017 : 4,246,528 jiwa
Estimasi Beban TB
Jumlah Rate (per 100.000 Penduduk) Gambar 1. Peta Case Detection Rate TB (%) Tahun 2017
Insiden TB (semua kasus), tahun 2017 13,315 317
Insiden TB Resistan Obat (TB RO), tahun 2017 432 9
Estimasi TB RO diantara kasus dinotifikasi, tahun 2017 115

Penemuan Kasus TB, 2017


Baru Kambuh Total

TB Paru, terkonfirmasi secara bakteriologis 1,575 126 1,701


TB Paru, klinis 1,116 8 1,124
TB Ekstra paru 471 2 473
Total (Baru+kambuh) 3,162 136 3,298
Kasus TB anak (0-14 tahun) 195
Penyisiran Kasus TB di RS 0
Jumlah Rate (per 100.000 Penduduk)
TB pengobatan ulang (selain kambuh) 31
Total Kasus ternotifikasi 3,329 78
Grafik 1. Case Detection Rate TB (%), 2000-2017
1
Kasus TB Berdasarkan Jenis Kelamin, 2017 100
Baru Kambuh Baru dan Kambuh Semua Kasus
90
Laki-Laki 1,949 93 2,042 2,064
Perempuan 1,213 43 1,256 1,265 80
Rasio Laki-laki : Perempuan 1.61 2.16 1.63 1.63 70
60
Penemuan Kasus TB RO, 2017 50
Baru Pengobatan Ulang Total 40
Terduga TB RO yang dites 921 578 1,499 30
Kasus RR/TB MDR yang terkonfirmasi laboratorium 4 14 18
20
Pasien yang memulai pengobatan TB RR/MDR 8
10
Pasien yang memulai pengobatan TB XDR 0
0

2015
2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

2014

2016

2017
Penemuan Kasus TB HIV, 2017
Jumlah (%)
Pasien TB yang mengetahui status HIV-nya 2,341 70.3%
Pasien TB Positif HIV 312 13.3% Grafik 2. Jumlah Kasus TB RO, 2009-2017
Pasien TB HIV yang mendapatkan ART 147 47.1% 1,800
ODHA yang diskrining TB 7,222 97.4%
1,600

Cakupan Kesehatan Semesta Untuk TB, 2017 1,400


(%)
1,200
Cakupan Pengobatan TB/Case Detection Rate (CDR) 25%
Kasus yang belum ditemukan/belum dilaporkan 75% 1,000

800
Keberhasilan Pengobatan TB
Sembuh Pengobatan lengkap Success Rate 600
Semua kasus, tahun 2016 1,231 1,505 88.1%
400
Baru dan kambuh, tahun 2016 1,212 1,502 87.3%
BTA positif baru, tahun 2016 2,307 166 93.4% 200
Pengobatan ulang selain kambuh, tahun 2016 19 3 95.7%
0
TB yang HIV positif, tahun 2016 299 199 66.6% 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
TB RR/MDR, tahun 2015 4 0 26.7%
TB XDR, tahun 2015 0 0 0.0% Terduga Terkonfirmasi Diobati

Pengobatan Pencegahan TB, 2017 Grafik 3. Jumlah Pasien TB-HIV, 2009-2017


Jumlah (%)
2,500
Anak <5 tahun yang mendapat PP INH (absolut & %) 71 35.9%
ODHA yang mendapatkan PP INH 0 0.0% Pasien TB yang
2,000 mengetahui status
HIV
Proporsi Pendanaan Kegiatan TB, 2017 (dalam rupiah)
APBN APBD I APBD II Donor (GF,USAID,dll) Total
1,500
Budget 2,556,151,549 1,215,353,496 2,249,711,550 4,539,094,078 10,560,310,673 Pasien TB yang HIV
positif
Proporsi 24.2% 11.5% 21.3% 43.0% #
1,000
Perluasan Akses Layanan2 Pasien TB yang HIV
Jumlah Cakupan 500 positif yang
Pembentukan Jejaring PPM berbasis Kab/Kota 0 0% mendapatkan ART
Active Case Finding pada tingkat Puskesmas 0 dan OAT
0 0
Kontak Investigasi pada Pasien TB dg Pendekatan Keluarga
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Grafik 6. Case Detection Rate Kasus TB (%) per Grafik 5. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%) Grafik 4. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%), 2000-2017
Kab/Kota 2017 per Kab/Kota, 2017 100
90
80
KOTA DENPASAR BADUNG 70
60
50
40
BULELENG KLUNGKUNG 30
20
10
BADUNG KARANG ASEM 0
2,000

2,001

2,002

2,003

2,004

2,005

2,006

2,007

2,008

2,009

2,010

2,011

2,012

2,013

2,014

2,015

2,016

2,017

KLUNGKUNG GIANYAR BTA positif baru Kasus baru dan kambuh

Kasus pengobatan ulang selain kambuh Seluruh kasus TB

KARANG ASEM KOTA DENPASAR


Gambar 2. Pembiayaan P2TB (Dalam Rupiah), 2017

TABANAN JEMBRANA
2,556,151,549; Total Kebutuhan: 25 M
10% Gap (Kesenjangan): 57%
1,215,353,496;
5%
GIANYAR TABANAN APBN
2,249,711,550;
APBD I
9%
JEMBRANA BANGLI
APBD II
Donor (GF, USAID, dll)

BANGLI
Gap
BULELENG
14,096,868,453
; 57% 4,539,094,078;
0 20 40 60 80 100 0 20 40 60 80 100 19%

1
Hanya untuk data yang dapat didisagregrasi Hal 17
2
Data belum tersedia
Data sementara per 21 Februari 2018
Nusa Tenggara Barat
Jumlah Penduduk Tahun 2017 : 4,955,578 jiwa
Estimasi Beban TB
Jumlah Rate (per 100.000 Penduduk) Gambar 1. Peta Case Detection Rate TB (%) Tahun 2017
Insiden TB (semua kasus), tahun 2017 22,904 468
Insiden TB Resistan Obat (TB RO), tahun 2017 742 15
Estimasi TB RO diantara kasus dinotifikasi, tahun 2017 186

Penemuan Kasus TB, 2017


Baru Kambuh Total KOTA

TB Paru, terkonfirmasi secara bakteriologis 3,722 142 3,864


TB Paru, klinis 1,597 7 1,604
TB Ekstra paru 393 0 393
Total (Baru+kambuh) 5,712 149 5,861
Kasus TB anak (0-14 tahun) 246
Penyisiran Kasus TB di RS 5,873
Jumlah Rate (per 100.000 Penduduk)
TB pengobatan ulang (selain kambuh) 12
Total Kasus ternotifikasi 5,873 119
Grafik 1. Case Detection Rate TB (%), 2000-2017
1
Kasus TB Berdasarkan Jenis Kelamin, 2017 100
Baru Kambuh Baru dan Kambuh Semua Kasus
90
Laki-Laki 3,333 96 3,429 3,437
Perempuan 2,379 53 2,432 2,436 80
Rasio Laki-laki : Perempuan 1.40 1.81 1.41 1.41 70
60
Penemuan Kasus TB RO, 2017 50
Baru Pengobatan Ulang Total 40
Terduga TB RO yang dites 984 455 1,439 30
Kasus RR/TB MDR yang terkonfirmasi laboratorium 3 11 14
20
Pasien yang memulai pengobatan TB RR/MDR 15
10
Pasien yang memulai pengobatan TB XDR 0
0

2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

2014

2015

2016

2017
Penemuan Kasus TB HIV, 2017
Jumlah (%)
Pasien TB yang mengetahui status HIV-nya 1,235 21.0%
Pasien TB Positif HIV 22 1.8% Grafik 2. Jumlah Kasus TB RO, 2009-2017
Pasien TB HIV yang mendapatkan ART 1 4.5% 1,800
ODHA yang diskrining TB 0 #DIV/0!
1,600

Cakupan Kesehatan Semesta Untuk TB, 2017 1,400


(%)
1,200
Cakupan Pengobatan TB/Case Detection Rate (CDR) 26%
Kasus yang belum ditemukan/belum dilaporkan 74% 1,000

800
Keberhasilan Pengobatan TB
Sembuh Pengobatan lengkap Success Rate 600
Semua kasus, tahun 2016 2,373 1,314 92.4%
400
Baru dan kambuh, tahun 2016 2,369 1,314 60.7%
BTA positif baru, tahun 2016 2,313 250 91.7% 200
Pengobatan ulang selain kambuh, tahun 2016 4 0 44.4%
0
TB yang HIV positif, tahun 2016 4 3 75.0% 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
TB RR/MDR, tahun 2015 1 0 50.0%
TB XDR, tahun 2015 0 0 0.0% Terduga Terkonfirmasi Diobati

Pengobatan Pencegahan TB, 2017 Grafik 3. Jumlah Pasien TB-HIV, 2009-2017


Jumlah (%)
1,400
Anak <5 tahun yang mendapat PP INH (absolut & %) 131 31.0%
ODHA yang mendapatkan PP INH 0 0.0% 1,200 Pasien TB yang
mengetahui status
HIV
Proporsi Pendanaan Kegiatan TB, 2017 (dalam rupiah) 1,000
APBN APBD I APBD II Donor (GF,USAID,dll) Total
Budget 11,996,296,111 8,865,000 496,003,000 4,109,340,145 16,610,504,255 800 Pasien TB yang HIV
positif
Proporsi 72.2% 0.1% 3.0% 24.7% #
600

Perluasan Akses Layanan2 400 Pasien TB yang HIV


Jumlah Cakupan
positif yang
Pembentukan Jejaring PPM berbasis Kab/Kota 0 0% 200 mendapatkan ART
Active Case Finding pada tingkat Puskesmas 0 dan OAT
0 0
Kontak Investigasi pada Pasien TB dg Pendekatan Keluarga
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Grafik 6. Case Detection Rate Kasus TB (%) per Grafik 5. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%) Grafik 4. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%), 2000-2017
Kab/Kota 2017 per Kab/Kota, 2017 100
90
80
DOMPU SUMBAWA 70
60
50
BIMA LOMBOK UTARA 40
30
20
SUMBAWA 10
LOMBOK TIMUR
0
2,000

2,001

2,002

2,003

2,004

2,005

2,006

2,007

2,008

2,009

2,010

2,011

2,012

2,013

2,014

2,015

2,016

2,017

LOMBOK TIMUR DOMPU


BTA positif baru Kasus baru dan kambuh

LOMBOK UTARA LOMBOK BARAT Kasus pengobatan ulang selain kambuh Seluruh kasus TB

LOMBOK TENGAH KOTA BIMA Gambar 2. Pembiayaan P2TB (Dalam Rupiah), 2017

Total Kebutuhan: 54 M
LOMBOK BARAT KOTA MATARAM
11,996,296,111 Gap (Kesenjangan): 69%
; 22% 8,865,000; 0%
APBN
KOTA BIMA BIMA
APBD I

496,003,000; APBD II
KOTA MATARAM LOMBOK TENGAH
0.9% Donor (GF, USAID, dll)
Gap
SUMBAWA BARAT SUMBAWA BARAT
36,965,452,777
; 69% 4,109,340,145;
0 20 40 60 80 100 60 80 100 8%

1
Hanya untuk data yang dapat didisagregrasi Hal 29
2
Data belum tersedia
Data sementara per 21 Februari 2018
Nusa Tenggara Timur
Jumlah Penduduk Tahun 2017 : 5,287,302 jiwa
Estimasi Beban TB
Jumlah Rate (per 100.000 Penduduk) Gambar 1. Peta Case Detection Rate TB (%) Tahun 2017
Insiden TB (semua kasus), tahun 2017 23,544 452
Insiden TB Resistan Obat (TB RO), tahun 2017 763 15
Estimasi TB RO diantara kasus dinotifikasi, tahun 2017 190

Penemuan Kasus TB, 2017


Baru Kambuh Total

TB Paru, terkonfirmasi secara bakteriologis 3,120 120 3,240


TB Paru, klinis 2,430 29 2,459
TB Ekstra paru 306 0 306
Total (Baru+kambuh) 5,856 149 6,005
Kasus TB anak (0-14 tahun) 415
Penyisiran Kasus TB di RS 0
Jumlah Rate (per 100.000 Penduduk)
TB pengobatan ulang (selain kambuh) 14
Total Kasus ternotifikasi 6,019 114
Grafik 1. Case Detection Rate TB (%), 2000-2017
1
Kasus TB Berdasarkan Jenis Kelamin, 2017 100
Baru Kambuh Baru dan Kambuh Semua Kasus
90
Laki-Laki 3,301 98 3,399 3,409
Perempuan 2,555 51 2,606 2,610 80
Rasio Laki-laki : Perempuan 1.29 1.92 1.30 1.31 70
60
Penemuan Kasus TB RO, 2017 50
Baru Pengobatan Ulang Total 40
Terduga TB RO yang dites 500 625 1,125 30
Kasus RR/TB MDR yang terkonfirmasi laboratorium 4 16 20
20
Pasien yang memulai pengobatan TB RR/MDR 13
10
Pasien yang memulai pengobatan TB XDR 0
0

2015
2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

2014

2016

2017
Penemuan Kasus TB HIV, 2017
Jumlah (%)
Pasien TB yang mengetahui status HIV-nya 1,037 17.2%
Pasien TB Positif HIV 121 11.7% Grafik 2. Jumlah Kasus TB RO, 2009-2017
Pasien TB HIV yang mendapatkan ART 35 28.9% 1,400
ODHA yang diskrining TB 110 97.3%
1,200
Cakupan Kesehatan Semesta Untuk TB, 2017
(%) 1,000
Cakupan Pengobatan TB/Case Detection Rate (CDR) 26%
Kasus yang belum ditemukan/belum dilaporkan 74% 800

600
Keberhasilan Pengobatan TB
Sembuh Pengobatan lengkap Success Rate
400
Semua kasus, tahun 2016 2,375 2,032 89.5%
Baru dan kambuh, tahun 2016 2,368 2,031 69.4%
200
BTA positif baru, tahun 2016 1,029 353 82.2%
Pengobatan ulang selain kambuh, tahun 2016 7 1 61.5%
0
TB yang HIV positif, tahun 2016 26 19 73.1% 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
TB RR/MDR, tahun 2015 0 0 0.0%
TB XDR, tahun 2015 0 0 0.0% Terduga Terkonfirmasi Diobati

Pengobatan Pencegahan TB, 2017 Grafik 3. Jumlah Pasien TB-HIV, 2009-2017


Jumlah (%)
1,200
Anak <5 tahun yang mendapat PP INH (absolut & %) 12 3.3%
ODHA yang mendapatkan PP INH 1 0.8% Pasien TB yang
1,000 mengetahui status
HIV
Proporsi Pendanaan Kegiatan TB, 2017 (dalam rupiah)
800
APBN APBD I APBD II Donor (GF,USAID,dll) Total
Budget 6,460,765,894 150,000,000 1,126,136,500 5,572,151,590 13,309,053,984 Pasien TB yang HIV
600 positif
Proporsi 48.5% 1.1% 8.5% 41.9% #
400
Perluasan Akses Layanan2 Pasien TB yang HIV
Jumlah Cakupan
200 positif yang
Pembentukan Jejaring PPM berbasis Kab/Kota 0 0% mendapatkan ART
Active Case Finding pada tingkat Puskesmas 0 dan OAT
0 0
Kontak Investigasi pada Pasien TB dg Pendekatan Keluarga
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Grafik 6. Case Detection Rate Kasus TB (%) per Grafik 5. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%) Grafik 4. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%), 2000-2017
Kab/Kota 2017 per Kab/Kota, 2017 100
90
80
BELU MALAKA
70
SUMBA BARAT MANGGARAI 60
SUMBA TIMUR
50
TIMOR TENGAH SELATAN
40
KOTA KUPANG BELU 30
MALAKA TIMOR TENGAH UTARA 20
10
LEMBATA MANGGARAI BARAT 0
2,000

2,001

2,002

2,003

2,004

2,005

2,006

2,007

2,008

2,009

2,010

2,011

2,012

2,013

2,014

2,015

2,016

2,017

SUMBA BARAT DAYA FLORES TIMUR

KUPANG SUMBA TENGAH

NAGEKEO BTA positif baru Kasus baru dan kambuh


MANGGARAI TIMUR

ENDE SUMBA BARAT DAYA Kasus pengobatan ulang selain kambuh Seluruh kasus TB
TIMOR TENGAH SELATAN LEMBATA

SUMBA TENGAH SUMBA BARAT


Gambar 2. Pembiayaan P2TB (Dalam Rupiah), 2017
MANGGARAI BARAT SIKKA

TIMOR TENGAH UTARA NGADA 150,000,000; Total Kebutuhan: 60 M


6,460,765,894;
ALOR ENDE 0.3% 10.8% Gap (Kesenjangan): 77,7%
NGADA SUMBA TIMUR APBN
SABU RAIJUA KUPANG
1,126,136,500;
1.9% APBD I
SIKKA ROTE NDAO
APBD II
MANGGARAI TIMUR ALOR

FLORES TIMUR SABU RAIJUA Donor (GF, USAID, dll)


MANGGARAI NAGEKEO Gap
ROTE NDAO KOTA KUPANG 46,354,079,465 5,572,151,590;
0 20 40 60 80 100 0 20 40 60 80 100 ; 77.7% 9.3%

1
Hanya untuk data yang dapat didisagregrasi Hal 30
2
Data belum tersedia
Data sementara per 21 Februari 2018
Maluku
Jumlah Penduduk Tahun 2017 : 1,744,654 jiwa
Estimasi Beban TB
Jumlah Rate (per 100.000 Penduduk) Gambar 1. Peta Case Detection Rate TB (%) Tahun 2017
Insiden TB (semua kasus), tahun 2017 7,711 449
Insiden TB Resistan Obat (TB RO), tahun 2017 250 15
Estimasi TB RO diantara kasus dinotifikasi, tahun 2017 108

Penemuan Kasus TB, 2017


Baru Kambuh Total

TB Paru, terkonfirmasi secara bakteriologis 1,436 47 1,483


TB Paru, klinis 1,774 22 1,796
TB Ekstra paru 189 1 190
Total (Baru+kambuh) 3,399 70 3,469
Kasus TB anak (0-14 tahun) 394
Penyisiran Kasus TB di RS 0
Jumlah Rate (per 100.000 Penduduk)
TB pengobatan ulang (selain kambuh) 13
Total Kasus ternotifikasi 3,482 200
Grafik 1. Case Detection Rate TB (%), 2000-2017
1
Kasus TB Berdasarkan Jenis Kelamin, 2017 100
Baru Kambuh Baru dan Kambuh Semua Kasus
90
Laki-Laki 1,959 38 1,997 2,006
Perempuan 1,440 32 1,472 1,476 80
Rasio Laki-laki : Perempuan 1.36 1.19 1.36 1.36 70
60
Penemuan Kasus TB RO, 2017 50
Baru Pengobatan Ulang Total 40
Terduga TB RO yang dites 146 1,471 1,617 30
Kasus RR/TB MDR yang terkonfirmasi laboratorium 3 32 35
20
Pasien yang memulai pengobatan TB RR/MDR 11
10
Pasien yang memulai pengobatan TB XDR 0
0

2015
2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

2014

2016

2017
Penemuan Kasus TB HIV, 2017
Jumlah (%)
Pasien TB yang mengetahui status HIV-nya 864 24.8%
Pasien TB Positif HIV 115 13.3% Grafik 2. Jumlah Kasus TB RO, 2009-2017
Pasien TB HIV yang mendapatkan ART 24 20.9% 1,800
ODHA yang diskrining TB 22 100.0%
1,600

Cakupan Kesehatan Semesta Untuk TB, 2017 1,400


(%)
1,200
Cakupan Pengobatan TB/Case Detection Rate (CDR) 45%
Kasus yang belum ditemukan/belum dilaporkan 55% 1,000

800
Keberhasilan Pengobatan TB
Sembuh Pengobatan lengkap Success Rate 600
Semua kasus, tahun 2016 1,046 1,836 81.1%
400
Baru dan kambuh, tahun 2016 1,042 1,832 69.3%
BTA positif baru, tahun 2016 450 181 79.9% 200
Pengobatan ulang selain kambuh, tahun 2016 4 4 66.7%
0
TB yang HIV positif, tahun 2016 41 17 41.5% 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
TB RR/MDR, tahun 2015 4 1 55.6%
TB XDR, tahun 2015 0 0 0.0% Terduga Terkonfirmasi Diobati

Pengobatan Pencegahan TB, 2017 Grafik 3. Jumlah Pasien TB-HIV, 2009-2017


Jumlah (%)
1,600
Anak <5 tahun yang mendapat PP INH (absolut & %) 7 3.2%
ODHA yang mendapatkan PP INH 0 0.0% 1,400 Pasien TB yang
mengetahui status
1,200 HIV
Proporsi Pendanaan Kegiatan TB, 2017 (dalam rupiah)
APBN APBD I APBD II Donor (GF,USAID,dll) Total 1,000
Budget 3,571,972,522 200,000,000 1,869,121,200 4,481,712,245 10,122,805,968 Pasien TB yang HIV
800 positif
Proporsi 35.3% 2.0% 18.5% 44.3% #
600
Perluasan Akses Layanan2 Pasien TB yang HIV
Jumlah Cakupan 400
positif yang
Pembentukan Jejaring PPM berbasis Kab/Kota 0 0% 200 mendapatkan ART
Active Case Finding pada tingkat Puskesmas 0 dan OAT
0 0
Kontak Investigasi pada Pasien TB dg Pendekatan Keluarga
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Grafik 6. Case Detection Rate Kasus TB (%) per Grafik 5. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%) Grafik 4. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%), 2000-2017
Kab/Kota 2017 per Kab/Kota, 2017 100
90
80
MALUKU TENGGARA BURU SELATAN 70
60
50
KEPULAUAN ARU KEPULAUAN ARU 40
30
20
KOTA AMBON MALUKU TENGGARA 10
0
2,000

2,001

2,002

2,003

2,004

2,005

2,006

2,007

2,008

2,009

2,010

2,011

2,012

2,013

2,014

2,015

2,016

2,017

KOTA TUAL MALUKU TENGGARA BARAT

BTA positif baru Kasus baru dan kambuh


SERAM BAGIAN TIMUR MALUKU BARAT DAYA
Kasus pengobatan ulang selain kambuh Seluruh kasus TB

MALUKU BARAT DAYA MALUKU TENGAH


Gambar 2. Pembiayaan P2TB (Dalam Rupiah), 2017
MALUKU TENGGARA BARAT BURU

3,571,972,522; 200,000,000; Total Kebutuhan: 23 M


MALUKU TENGAH SERAM BAGIAN TIMUR 1% Gap (Kesenjangan): 55%
16%
APBN
SERAM BAGIAN BARAT KOTA TUAL APBD I
1,869,121,200;
8% APBD II
BURU SERAM BAGIAN BARAT
Donor (GF, USAID, dll)
12,424,326,688 Gap
BURU SELATAN KOTA AMBON ; 55% 4,481,712,245;
20%
0 20 40 60 80 100 0 20 40 60 80 100

1
Hanya untuk data yang dapat didisagregrasi Hal 31
2
Data belum tersedia
Data sementara per 21 Februari 2018
Maluku Utara
Jumlah Penduduk Tahun 2017 : 1,209,342 jiwa
Estimasi Beban TB
Jumlah Rate (per 100.000 Penduduk) Gambar 1. Peta Case Detection Rate TB (%) Tahun 2017
Insiden TB (semua kasus), tahun 2017 5,227 441
Insiden TB Resistan Obat (TB RO), tahun 2017 169 14
Estimasi TB RO diantara kasus dinotifikasi, tahun 2017 48

Penemuan Kasus TB, 2017


Baru Kambuh Total

TB Paru, terkonfirmasi secara bakteriologis 829 58 887


TB Paru, klinis 343 6 349
TB Ekstra paru 101 0 101
Total (Baru+kambuh) 1,273 64 1,337
Kasus TB anak (0-14 tahun) 57
Penyisiran Kasus TB di RS 628
Jumlah Rate (per 100.000 Penduduk)
TB pengobatan ulang (selain kambuh) 16
Total Kasus ternotifikasi 1,981 164
Grafik 1. Case Detection Rate TB (%), 2002-2017
1
Kasus TB Berdasarkan Jenis Kelamin, 2017 100
Baru Kambuh Baru dan Kambuh Semua Kasus
90
Laki-Laki 714 42 756 769
Perempuan 559 22 581 584 80
Rasio Laki-laki : Perempuan 1.28 1.91 1.30 1.32 70
60
Penemuan Kasus TB RO, 2017 50
Baru Pengobatan Ulang Total 40
Terduga TB RO yang dites 234 133 367 30
Kasus RR/TB MDR yang terkonfirmasi laboratorium 6 8 14
20
Pasien yang memulai pengobatan TB RR/MDR 14
10
Pasien yang memulai pengobatan TB XDR 0
0

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

2014

2015

2016

2017
Penemuan Kasus TB HIV, 2017
Jumlah (%)
Pasien TB yang mengetahui status HIV-nya 255 12.9%
Pasien TB Positif HIV 17 6.7% Grafik 2. Jumlah Kasus TB RO, 2009-2017
Pasien TB HIV yang mendapatkan ART 4 23.5% 450
ODHA yang diskrining TB 191 1.6%
400

Cakupan Kesehatan Semesta Untuk TB, 2017 350


(%)
300
Cakupan Pengobatan TB/Case Detection Rate (CDR) 38%
Kasus yang belum ditemukan/belum dilaporkan 62% 250

200
Keberhasilan Pengobatan TB
Sembuh Pengobatan lengkap Success Rate 150
Semua kasus, tahun 2016 486 617 79.1%
100
Baru dan kambuh, tahun 2016 475 612 58.6%
BTA positif baru, tahun 2016 1,873 344 69.2% 50
Pengobatan ulang selain kambuh, tahun 2016 11 5 64.0%
0
TB yang HIV positif, tahun 2016 3 1 33.3% 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
TB RR/MDR, tahun 2015 0 0 0.0%
TB XDR, tahun 2015 0 0 0.0% Terduga Terkonfirmasi Diobati

Pengobatan Pencegahan TB, 2017 Grafik 3. Jumlah Pasien TB-HIV, 2009-2017


Jumlah (%)
300
Anak <5 tahun yang mendapat PP INH (absolut & %) 1 0.8%
ODHA yang mendapatkan PP INH 0 0.0% Pasien TB yang
250 mengetahui status
HIV
Proporsi Pendanaan Kegiatan TB, 2017 (dalam rupiah)
200
APBN APBD I APBD II Donor (GF,USAID,dll) Total
Budget 1,604,547,104 198,580,000 389,725,000 3,017,005,889 5,209,857,993 Pasien TB yang HIV
150 positif
Proporsi 30.8% 3.8% 7.5% 57.9% #
100
Kasus TB Berdasarkan Jenis Kelamin, 2017 1 Pasien TB yang HIV
Jumlah Cakupan
50 positif yang
Pembentukan Jejaring PPM berbasis Kab/Kota 0 0% mendapatkan ART
Active Case Finding pada tingkat Puskesmas 0 dan OAT
0 0
Kontak Investigasi pada Pasien TB dg Pendekatan Keluarga
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Grafik 6. Case Detection Rate Kasus TB (%) per Grafik 5. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%) Grafik 4. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%), 2003-2017
Kab/Kota 2017 per Kab/Kota, 2017 100
90
80
KOTA TIDORE KEPULAUAN HALMAHERA UTARA 70
60
50
KOTA TERNATE HALMAHERA TIMUR 40
30
20
HALMAHERA UTARA
10
KOTA TERNATE
0
2,010
2,003

2,004

2,005

2,006

2,007

2,008

2,009

2,011

2,012

2,013

2,014

2,015

2,016

2,017

HALMAHERA BARAT HALMAHERA BARAT


BTA positif baru Kasus baru dan kambuh

HALMAHERA TIMUR HALMAHERA SELATAN Kasus pengobatan ulang selain kambuh Seluruh kasus TB

PULAU TALIABU KOTA TIDORE KEPULAUAN


Gambar 2. Pembiayaan P2TB (Dalam Rupiah), 2017

1,604,547,104; 198,580,000; Total Kebutuhan: 15 M


HALMAHERA SELATAN KEPULAUAN SULA Gap (Kesenjangan): 66%
10% 1%
389,725,000;
3% APBN
HALMAHERA TENGAH PULAU TALIABU
APBD I
APBD II
PULAU MOROTAI PULAU MOROTAI
Donor (GF, USAID, dll)
Gap
KEPULAUAN SULA HALMAHERA TENGAH
3,017,005,889;
10,073,799,766
0 20 40 60 80 100
20%
0 20 40 60 80 100 ; 66%

1
Hanya untuk data yang dapat didisagregrasi Hal 32
2
Data belum tersedia
Data sementara per 21 Februari 2018
Papua
Jumlah Penduduk Tahun 2017 : 3,265,202 jiwa
Estimasi Beban TB
Jumlah Rate (per 100.000 Penduduk) Gambar 1. Peta Case Detection Rate TB (%) Tahun 2017
Insiden TB (semua kasus), tahun 2017 15,023 468
Insiden TB Resistan Obat (TB RO), tahun 2017 487 15
Estimasi TB RO diantara kasus dinotifikasi, tahun 2017 251

Penemuan Kasus TB, 2017


Baru Kambuh Total
JAYAPURA

TB Paru, terkonfirmasi secara bakteriologis 2,762 142 2,904


TB Paru, klinis 3,150 17 3,167
TB Ekstra paru 1,608 4 1,612
Total (Baru+kambuh) 7,520 163 7,683
Kasus TB anak (0-14 tahun) 1,531
Penyisiran Kasus TB di RS 663
Jumlah Rate (per 100.000 Penduduk)
TB pengobatan ulang (selain kambuh) 90
Total Kasus ternotifikasi 8,436 258
Grafik 1. Case Detection Rate TB (%), 2000-2017
1
Kasus TB Berdasarkan Jenis Kelamin, 2017 100
Baru Kambuh Baru dan Kambuh Semua Kasus
90
Laki-Laki 4,129 94 4,223 4,277
Perempuan 3,391 69 3,460 3,496 80
Rasio Laki-laki : Perempuan 1.22 1.36 1.22 1.22 70
60
Penemuan Kasus TB RO, 2017 50
Baru Pengobatan Ulang Total 40
Terduga TB RO yang dites 924 279 1,203 30
Kasus RR/TB MDR yang terkonfirmasi laboratorium 27 44 71
20
Pasien yang memulai pengobatan TB RR/MDR 49
10
Pasien yang memulai pengobatan TB XDR 0
0

2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

2014

2015

2016

2017
Penemuan Kasus TB HIV, 2017
Jumlah (%)
Pasien TB yang mengetahui status HIV-nya 3,691 43.8%
Pasien TB Positif HIV 894 24.2% Grafik 2. Jumlah Kasus TB RO, 2009-2017
Pasien TB HIV yang mendapatkan ART 383 42.8% 1,800
ODHA yang diskrining TB 3,846 80.8%
1,600

Cakupan Kesehatan Semesta Untuk TB, 2017 1,400


(%)
1,200
Cakupan Pengobatan TB/Case Detection Rate (CDR) 56%
Kasus yang belum ditemukan/belum dilaporkan 44% 1,000

800
Keberhasilan Pengobatan TB
Sembuh Pengobatan lengkap Success Rate 600
Semua kasus, tahun 2016 2,009 4,214 70.1%
400
Baru dan kambuh, tahun 2016 1,948 4,208 64.8%
BTA positif baru, tahun 2016 352 238 71.4% 200
Pengobatan ulang selain kambuh, tahun 2016 61 6 55.8%
0
TB yang HIV positif, tahun 2016 962 507 52.7% 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
TB RR/MDR, tahun 2015 9 0 50.0%
TB XDR, tahun 2015 0 0 0.0% Terduga Terkonfirmasi Diobati

Pengobatan Pencegahan TB, 2017 Grafik 3. Jumlah Pasien TB-HIV, 2009-2017


Jumlah (%)
4,000
Anak <5 tahun yang mendapat PP INH (absolut & %) 78 18.4%
ODHA yang mendapatkan PP INH 15 0.3% 3,500 Pasien TB yang
mengetahui status
3,000 HIV
Proporsi Pendanaan Kegiatan TB, 2017 (dalam rupiah)
APBN APBD I APBD II Donor (GF,USAID,dll) Total 2,500
Budget 5,395,377,022 0 2,881,819,000 9,449,199,893 17,726,395,915 Pasien TB yang HIV
2,000 positif
Proporsi 30.4% 0.0% 16.3% 53.3% #
1,500
Perluasan Akses Layanan2 Pasien TB yang HIV
Jumlah Cakupan 1,000
positif yang
Pembentukan Jejaring PPM berbasis Kab/Kota 0 0% 500 mendapatkan ART
Active Case Finding pada tingkat Puskesmas 0 dan OAT
0 0
Kontak Investigasi pada Pasien TB dg Pendekatan Keluarga
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Grafik 6. Case Detection Rate Kasus TB (%) per Grafik 5. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%) Grafik 4. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%), 2000-2017
Kab/Kota 2017 per Kab/Kota, 2017 100
90
80
KOTA JAYAPURA WAROPEN
70
MAPPI INTAN JAYA
60
NABIRE YALIMO
50
MIMIKA KEEROM 40
JAYAPURA BOVEN DIGOEL 30
YAPEN WAROPEN MAPPI 20
BIAK NUMFOR YAPEN WAROPEN 10
JAYAWIJAYA JAYAPURA 0
2,007

2,016
2,000

2,001

2,002

2,003

2,004

2,005

2,006

2,008

2,009

2,010

2,011

2,012

2,013

2,014

2,015

2,017

SUPIORI SUPIORI
ASMAT MIMIKA
BOVEN DIGOEL DOGIYAI BTA positif baru Kasus baru dan kambuh
MERAUKE KOTA JAYAPURA
PANIAI BIAK NUMFOR Kasus pengobatan ulang selain kambuh Seluruh kasus TB
WAROPEN PANIAI
KEEROM NABIRE
SARMI MERAUKE Gambar 2. Pembiayaan P2TB (Dalam Rupiah), 2017
MAMBERAMO RAYA YAHUKIMO
PEGUNUNGAN BINTANG JAYAWIJAYA
PUNCAK JAYA ASMAT 5,395,377,022; Total Kebutuhan: 43 M
DOGIYAI DEIYAI 12% 0; 0% Gap (Kesenjangan): 60%
YALIMO SARMI
YAHUKIMO PUNCAK APBN
INTAN JAYA
2,881,819,000;
PEGUNUNGAN BINTANG APBD I
MAMBERAMO TENGAH MAMBERAMO TENGAH
7%
PUNCAK PUNCAK JAYA APBD II
DEIYAI MAMBERAMO RAYA Donor (GF, USAID, dll)
TOLIKARA NDUGA
NDUGA LANNY JAYA Gap
LANNY JAYA TOLIKARA 26,198,973,794
9,449,199,893;
0 20 40 60 80 100 0 20 40 60 80 100 ; 60%
21%

1
Hanya untuk data yang dapat didisagregrasi Hal 33
2
Data belum tersedia
Data sementara per 21 Februari 2018
Papua Barat
Jumlah Penduduk Tahun 2017 : 915,361 jiwa
Estimasi Beban TB
Jumlah Rate (per 100.000 Penduduk) Gambar 1. Peta Case Detection Rate TB (%) Tahun 2017
Insiden TB (semua kasus), tahun 2017 4,016 450
Insiden TB Resistan Obat (TB RO), tahun 2017 130 15
Estimasi TB RO diantara kasus dinotifikasi, tahun 2017 63

Penemuan Kasus TB, 2017


Baru Kambuh Total

TB Paru, terkonfirmasi secara bakteriologis 672 48 720


TB Paru, klinis 773 11 784
TB Ekstra paru 251 1 252
Total (Baru+kambuh) 1,696 60 1,756
Kasus TB anak (0-14 tahun) 216
Penyisiran Kasus TB di RS 552
Jumlah Rate (per 100.000 Penduduk)
TB pengobatan ulang (selain kambuh) 35
Total Kasus ternotifikasi 2,343 256
Grafik 1. Case Detection Rate TB (%), 2007-2017
1
Kasus TB Berdasarkan Jenis Kelamin, 2017 100
Baru Kambuh Baru dan Kambuh Semua Kasus
90
Laki-Laki 923 40 963 988
Perempuan 773 20 793 803 80
Rasio Laki-laki : Perempuan 1.19 2.00 1.21 1.23 70
60
Penemuan Kasus TB RO, 2017 50
Baru Pengobatan Ulang Total 40
Terduga TB RO yang dites 278 130 408 30
Kasus RR/TB MDR yang terkonfirmasi laboratorium 8 19 27
20
Pasien yang memulai pengobatan TB RR/MDR 15
10
Pasien yang memulai pengobatan TB XDR 0
0

2012
2007

2008

2009

2010

2011

2013

2014

2015

2016

2017
Penemuan Kasus TB HIV, 2017
Jumlah (%)
Pasien TB yang mengetahui status HIV-nya 772 32.9%
Pasien TB Positif HIV 176 22.8% Grafik 2. Jumlah Kasus TB RO, 2009-2017
Pasien TB HIV yang mendapatkan ART 36 20.5% 600
ODHA yang diskrining TB 61 90.2%
500
Cakupan Kesehatan Semesta Untuk TB, 2017
(%)
400
Cakupan Pengobatan TB/Case Detection Rate (CDR) 58%
Kasus yang belum ditemukan/belum dilaporkan 42%
300
Keberhasilan Pengobatan TB
Sembuh Pengobatan lengkap Success Rate 200
Semua kasus, tahun 2016 383 1,151 72.1%
Baru dan kambuh, tahun 2016 372 1,139 61.9% 100
BTA positif baru, tahun 2016 135,933 14,473 88.5%
Pengobatan ulang selain kambuh, tahun 2016 11 12 63.9%
0
TB yang HIV positif, tahun 2016 199 71 35.7% 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
TB RR/MDR, tahun 2015 4 0 44.4%
TB XDR, tahun 2015 0 0 0.0% Terduga Terkonfirmasi Diobati

Pengobatan Pencegahan TB, 2017 Grafik 3. Jumlah Pasien TB-HIV, 2009-2017


Jumlah (%)
1,000
Anak <5 tahun yang mendapat PP INH (absolut & %) 7 5.6%
ODHA yang mendapatkan PP INH 105 78.9% Pasien TB yang
800 mengetahui status
HIV
Proporsi Pendanaan Kegiatan TB, 2017 (dalam rupiah)
APBN APBD I APBD II Donor (GF,USAID,dll) Total
600
Budget 3,512,169,386 498,350,000 0 5,786,918,010 9,797,437,396 Pasien TB yang HIV
positif
Proporsi 35.8% 5.1% 0.0% 59.1% #
400
Perluasan Akses Layanan2 Pasien TB yang HIV
Jumlah Cakupan 200 positif yang
Pembentukan Jejaring PPM berbasis Kab/Kota 0 0% mendapatkan ART
Active Case Finding pada tingkat Puskesmas 0 dan OAT
0 0
Kontak Investigasi pada Pasien TB dg Pendekatan Keluarga
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Grafik 6. Case Detection Rate Kasus TB (%) per Grafik 5. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%) Grafik 4. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%), 2008-2017
Kab/Kota 2017 per Kab/Kota, 2017 100
90
80
MANOKWARI MANOKWARI SELATAN 70
60
KAIMANA KAIMANA
50
40
30
TELUK WONDAMA SORONG SELATAN 20
10
MANOKWARI SELATAN KOTA SORONG 0
2,008

2,009

2,010

2,011

2,012

2,013

2,014

2,015

2,016

2,017

FAKFAK MANOKWARI
BTA positif baru Kasus baru dan kambuh
SORONG FAKFAK
Kasus pengobatan ulang selain kambuh Seluruh kasus TB

TELUK BINTUNI TELUK WONDAMA


Gambar 2. Pembiayaan P2TB (Dalam Rupiah), 2017
KOTA SORONG SORONG
1,945,891,728; 3,512,169,386; Total Kebutuhan: 12 M
SORONG SELATAN RAJA AMPAT
17% Gap (Kesenjangan): 17%
30%
APBN
RAJA AMPAT TELUK BINTUNI
APBD I
TAMBRAUW TAMBRAUW APBD II
Donor (GF, USAID, dll)
PEGUNUNGAN ARFAK PEGUNUNGAN ARFAK
498,350,000; Gap
4%
MAYBRAT MAYBRAT 5,786,918,010;
49% 0; 0%
0 20 40 60 80 100 0 20 40 60 80 100

1
Hanya untuk data yang dapat didisagregrasi Hal 34
2
Data belum tersedia
Data sementara per 21 Februari 2018
Indonesia
Jumlah Penduduk Tahun 2017 : 261,890,872 jiwa
Estimasi Beban TB
Jumlah Rate (per 100.000 Penduduk) Gambar 1. Peta Case Detection Rate TB (%) Tahun 2017
Insiden TB (semua kasus), tahun 2016 1,020,000 391 SULAWESI
Insiden TB Resistan Obat (TB RO), tahun 2016 32,000 12 UTARA
Estimasi TB RO diantara kasus dinotifikasi, tahun 2016 11,000

Penemuan Kasus TB, 2017


Baru Kambuh Total

TB Paru, terkonfirmasi secara bakteriologis 175,782 9,622 185,404


TB Paru, klinis 154,945 2,400 157,345
TB Ekstra paru 34,033 125 34,158
Total (Baru+kambuh) 364,760 12,147 376,907
Kasus TB anak (0-14 tahun) 38,451
Penyisiran Kasus TB di RS 49,719
Jumlah Rate (per 100.000 Penduduk)
TB pengobatan ulang (selain kambuh) 2,913
Total Kasus ternotifikasi 429,539 164
Grafik 1. Case Detection Rate TB (%), 2000-2017
1
Kasus TB Berdasarkan Jenis Kelamin, 2017 100
Baru Kambuh Baru dan Kambuh Semua Kasus
90
Laki-Laki 211,237 7,616 218,853 220,790
Perempuan 153,523 4,531 158,054 159,030 80
Rasio Laki-laki : Perempuan 1.38 1.68 1.38 1.39 70
60
Penemuan Kasus TB RO, 2017 50
Baru Pengobatan Ulang Total 40
Terduga TB RO yang dites 65,644 42,793 108,437 30
Kasus RR/TB MDR yang terkonfirmasi laboratorium 1,061 3,859 4,920
20
Pasien yang memulai pengobatan TB RR/MDR 2,967
10
Pasien yang memulai pengobatan TB XDR 46
0

2015
2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

2014

2016

2017
Penemuan Kasus TB HIV, 2017
Jumlah (%)
Pasien TB yang mengetahui status HIV-nya 109,261 25.4%
Pasien TB Positif HIV 6,736 6.2% Grafik 2. Jumlah Kasus TB RO, 2009-2017
Pasien TB HIV yang mendapatkan ART 1,970 29.2% 140,000
ODHA yang diskrining TB 74,178 76.4%
120,000
Cakupan Kesehatan Semesta Untuk TB, 2017
(%) 100,000
Cakupan Pengobatan TB/Case Detection Rate (CDR) 42%
Kasus yang belum ditemukan/belum dilaporkan 58% 80,000

60,000
Keberhasilan Pengobatan TB
Sembuh Pengobatan lengkap Success Rate
40,000
Semua kasus, tahun 2016 142,302 148,423 87.0%
Baru dan kambuh, tahun 2016 141,186 148,211 79.7%
20,000
BTA positif baru, tahun 2016 269,325 28,421 90.3%
Pengobatan ulang selain kambuh, tahun 2016 1,116 212 66.8%
0
TB yang HIV positif, tahun 2016 4,740 2,664 56.2% 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
TB RR/MDR, tahun 2015 635 78 49.6%
TB XDR, tahun 2015 3 0 2.9% Terduga Terkonfirmasi Diobati

Pengobatan Pencegahan TB, 2017 Grafik 3. Jumlah Pasien TB-HIV, 2009-2017


Jumlah (%)
120,000
Anak <5 tahun yang mendapat PP INH (absolut & %) 6,024 27.2%
ODHA yang mendapatkan PP INH 622 2.5% Pasien TB yang
100,000 mengetahui status
HIV
Proporsi Pendanaan Kegiatan TB, 2017 (dalam rupiah)
80,000
APBN APBD I APBD II Donor (GF,USAID,dll) Total
Budget 322,709,240,487 9,376,377,246 55,758,883,946 311,001,663,038 698,846,164,717 Pasien TB yang HIV
60,000 positif
Proporsi 46.2% 1.3% 8.0% 44.5% #
40,000
Perluasan Akses Layanan2 Pasien TB yang HIV
Jumlah Cakupan
20,000 positif yang
Pembentukan Jejaring PPM berbasis Kab/Kota 0 0% mendapatkan ART
Active Case Finding pada tingkat Puskesmas 0 dan OAT
0 0
Kontak Investigasi pada Pasien TB dg Pendekatan Keluarga
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Grafik 6. Case Detection Rate Kasus TB (%) per Grafik 5. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%) Grafik 4. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%), 2000-2017
Provinsi 2017 per Provinsi, 2017 100
90
DKI JAKARTA GORONTALO 80
SULUT SUMSEL 70
PAPUA BARAT LAMPUNG 60
PAPUA NTB 50
JABAR KALBAR 40
JATENG SULTRA
30
SUMSEL KALTIM
20
MALUKU KALSEL
JATIM
10
JATIM
SULSEL BANTEN
0
2,000

2,001

2,002

2,003

2,004

2,005

2,006

2,007

2,008

2,009

2,010

2,011

2,012

2,013

2,014

2,015

2,016

2,017

KALTIM BENGKULU
BANTEN SULBAR
MALUT NTT
BTA positif baru Kasus baru dan kambuh
KALTARA SULTENG
SUMUT JABAR
Kasus pengobatan ulang selain kambuh Seluruh kasus TB
KEPRI BALI
SUMBAR SUMUT
SULTENG SULSEL
SULBAR ACEH Gambar 2. Pembiayaan P2TB (Dalam Rupiah), 2017
ACEH SUMBAR
DIY KEPRI Total Kebutuhan: 2,1 T
KALTENG JAMBI 322,709,240,48 9,376,377,246; Gap (Kesenjangan): 67,1%
BENGKULU SULUT
7; 15.2% 0.4%
NTB JATENG
NTT KALTENG APBN
55,758,883,946
KALSEL DIY
BABEL
; 2.6%
BABEL APBD I
BALI MALUKU
KALBAR RIAU APBD II
RIAU MALUT
SULTRA DKI JAKARTA Donor (GF, USAID, dll)
LAMPUNG KALTARA
GORONTALO PAPUA BARAT
Gap
JAMBI PAPUA
1,422,122,764, 311,001,663,03
0 20 40 60 80 100 0 20 40 60 80 100 266; 67.1% 8; 14.7%

1
Hanya untuk data yang dapat didisagregrasi Hal 1
2
Data belum tersedia
Data sementara per 21 Februari 2018
Kontribusi Pembiayaan Program Tuberkulosis
Bersumber APBD Provinsi dan Kab/Kota

Pembiayaan Penanggulangan Tuberkulosis Bersumber APBD I & APBD II Tahun 2015-2017

X
Penanggulangan tuberkulosis bersumber APBD I dan II tahun 2017
Penanggulangan tuberkulosis bersumber APBD I dan II tahun 2016
Penanggulangan tuberkulosis per kapita bersumber APBD I dan II tahun 2017
Kabupaten/kota dengan kontribusi pembiayaan bersumber APBD II >Rp500 juta tahun 2017
Kabupaten/kota dengan kontribusi pembiayaan bersumber APBD II >Rp500 juta tahun 2016
The First WHO Global Ministerial Conference Ending TB in the Sustainable
Development Era: A Multisectoral Response Moscow
Rusia, 16-17 November 2017

Moscow Declaration To END TB

Preamble:

We, the Ministers of Health and from across Governments acknowledge that despite
concerted efforts, tuberculosis (TB), including its drug-resistant forms, causes more deaths
than any other infectious disease worldwidea and is a serious threat to global health security.

TB kills more than five thousand children, women and men each day and leaves no country
untouched.a It is one of the leading killers among people of working age which creates and
reinforces a cycle of ill-health and poverty, with potential catastrophic social and economic
consequences for families, communities, and countries. While recognizing the higher
prevalence of TB among men, women and children are also vulnerable to the consequences
of TB due to gender- and age-related social and health inequalities, such as poor health
literacy, limited access to health services, stigma and discrimination, and exposure to the
infection as carers. Multidrug-resistant TB (MDR-TB) accounts for one-third of all
antimicrobial resistance (AMR)-related deaths, making the global AMR agenda central to
tackling TB. TB is also the principal cause of death among people living with HIV/AIDS. The
global TB targets will not be met without new and more effective tools and innovative
approaches for prevention, diagnosis, treatment and care. Persistent funding gaps impede
progress towards ending TB.

Although a concern to all people, TB disproportionately afflicts the poorest and the most
vulnerable populations. Tobacco smoking, harmful use of alcohol and other substance abuse,
air pollution, exposure to silica dust, living with HIV/AIDS, diabetes and malnutrition increase
the risk of TB. Stigma and discrimination remain critical barriers to TB care.
We reaffirm our commitment to end the TB epidemic by 2030 as envisaged in the Agenda
2030 for Sustainable Development and its Sustainable Development Goals (SDGs), the World
Health Organization (WHO) End TB Strategy, and the Stop TB Partnership Global Plan to End TB
2016-2020. We acknowledge that to fundamentally transform the fight against TB, we need
to: (i) address all the determinantsb of the TB epidemic including through a high-level
commitment to, and implementation of, a multisectoral approachc; (ii) achieve rapid progress
towards the goal of universal health coverage through health systems strengthening, while
also ensuring universal access to quality people-centred TB prevention and care, ensuring
that no one is left behind; (iii) implement measures aimed at minimizing the risk of the
development and spread of drug resistance taking into account global efforts to combat AMR;
(iv) secure sufficient and sustainable financing, especially from domestic sources, and
mobilize, as needed, additional financing from development banks, development partners
and donor agencies; (v) advance research and development, as well as rapid uptake, of new
and more effective tools for diagnosis, treatment, drug regimens, and prevention including
vaccination, and ensure that we translate existing and emerging knowledge into concrete
action to achieve rapid results; (vi) actively engage people and communities affected by, and
at risk of, TB.

Furthermore, an effective TB response requires a global, regional, cross-border and country


specific approach with multisectoral and multi-stakeholder actions, with recognition of: (i)
significant differences among and within countries with high, intermediate and low incidence
of TB and MDRTB, (ii) demographic and social trends such as population ageing and
urbanization, and (iii) needs of the affected individuals and communities, and the challenges
in reaching and identifying all people with TB and providing them with appropriate care.

We recognize this First WHO Global Ministerial Conference, Ending TB in the Sustainable
Development Era: A Multisectoral Response, convened by the WHO and the Government of
the Russian Federation, as a fundamental milestone towards the United Nations General
Assembly (UNGA) High-Level Meeting on TB in 2018. To fulfil the commitments and calls to
action in this Declaration, and to achieve the most from the UNGA High-Level Meeting, we
need to enlist the full engagement of, and collaboration among, heads of state, UN leadership
and other global leaders; technical agencies and academia; private sector and philanthropic
foundations; civil society and other relevant partners (such as patients groups, health
professionals, social and community workers organizations and funding agencies).

Commitments and calls to action:

We commit ourselves to ending TB, which is a political priority defined in the Agenda 2030
and as a contribution to achieving universal health coverage, within national legislative and
policy frameworks, and to implementing the following actions through approaches protecting
and promoting equity, ethics, gender equality, and human rights in addressing TB, and based
on sound, evidence-based, public health principles. We urge WHO, and call upon other UN
organizations and all partners, to provide the support necessary for success:

1) Advancing the TB response within the SDG agenda

We commit to:

Scaling up TB prevention, diagnosis, treatment and care and working towards the goal of
universal health coverage through public and private health care providers to achieve
detection of at least 90 per cent of cases and successful treatment of at least 90 per cent of
those detectedd in all countries through the use of rapid diagnostics (including molecular
diagnostics), appropriate treatment, patient-centred care and support, applying WHO
recommended standards of caree, and harnessing digital healthf.

Prioritizing, as appropriate, notably through the involvement of communities and civil society
and in a non-discriminatory manner, high-risk groups and populations in vulnerable
situations such as women and children, indigenous people, health care workers, the elderly,
migrants, refugees, internally displaced people, prisoners, people living with HIV/AIDS, people
who use drugs, miners, urban and rural poor and under-served populations, without which
TB elimination will not be possible. 

Addressing MDR-TB as a global public health crisis including through a national emergency
response in at least all high MDR-TB burden countries, while ensuring that robust systems
are sustained in all countries to prevent emergence and spread of drug resistance.

Rapidly scaling up access to patient-centred, integrated TB and HIV services and collaborative
activities to end preventable deaths due to TB among people living with HIV/AIDS.

Achieving synergies in managing TB, co-infections and relevant noncommunicable diseases,


undernutrition, mental health and harmful use of alcohol and other substance abuse,
including drug injection.

Working to increase, when relevant, access to new and effective tuberculosis drugs under
strict programmatic monitoring and follow-up.

Ensuring, as appropriate, adequate human resources for TB prevention, treatment and care.

Reducing stigma, discrimination and community isolation, and promoting patient-centred


care including community-based treatment options, as well as psychosocial and
socioeconomic support.

We call upon:

WHO, other UN agencies, the Global Fund to Fight AIDS, TB and Malaria, the Stop TB Partnership,
UNITAID, donors and partners, including from the private sector, academia and philanthropic
foundations, and civil society to support the implementation of this declaration.

WHO, bilateral and multilateral funding agencies and other partners to urgently support high
MDR-TB burden countries in their national emergency response. 

WHO, other UN agencies, bilateral and multilateral funding agencies and technical partners
to address MDR-TB as a major threat to public health securityi by supporting implementation
of the Global Action Plan on AMR in all countries, while we reaffirm the political declaration
of the high-level meeting of the UN General Assembly on antimicrobial resistance.

2) Ensuring sufficient and sustainable financing

We commit to:

Working with heads of state and across ministries and sectors, as appropriate, to mobilize the
domestic financing needed for health systems strengthening with the ultimate goal of
reaching universal health coverage, in keeping with national legislative frameworks, and with
the Addis Ababa Action Agenda of the Third International Conference on Financing for
Development.
Developing and implementing, as appropriate, more ambitious, fully-funded national TB
policies and strategic plans, including for TB research, that are aligned with national health
plans, frameworks and the End TB Strategy and in keeping with national legislative
frameworks.

Identifying and implementing, as appropriate, the actions required to address issues that
cause catastrophic costsl to patients and their households, to ensure social protection
measures, while ensuring that actions are in line with human rights obligations.

We call upon:

Global health financing partners including the Global Fund to Fight AIDS, TB and Malaria, the
Global Financing Facility, bilateral agencies, the World Bank, and regional development banks
to pursue and advocate for additional financing including through blendedm and/or other
forms of innovative financing, with adequate safeguards for ensuring public health impact
and attention to key populations. 

WHO to continue providing strategic and technical leadership, advice and support to Member
States as well as to international institutions.

Academic, technical, civil society, private sector and other relevant partners to continue their
efforts to help countries develop and pursue investment casesn while supporting health
systems strengthening and increased absorption capacity.o

3) Pursuing science, research and innovation

We commit to:

Increasing national and/or regional capacity and funding, as needed, to urgently expand
multidisciplinary TB research and innovation, as well as applied health research, by
establishing and/or strengthening national TB research networks including civil society and
community-based mechanisms, considering TB research as a central element of national TB
and R&D strategies, expanding existing networks to integrate TB research, and reducing
research- and implementation-related regulatory impediments.

Working, when relevant, across ministries, donors, the scientific community and the private
sector, academia, and other key stakeholders for the purpose of research: (a) for development
and evaluation of (i) rapid point of care diagnostics, (ii) new and more effective drugs, and
shorter, high-quality and cost-effective treatment regimens for all forms of TB (including
latent TB infection and drug-resistant TB), and (iii) safe and effective TB vaccines by 2025; and
(b) on environmental and social determinants of TB and effective interventions strategies.

Improving, as appropriate, the coordination of research efforts nationally and globally, and
ensuring that the emerging knowledge is promptly put into action, including by putting in
place appropriate policy frameworks and implementing new medical Technologies.

Strengthening, as appropriate, surveillance systems, improving data collection and reporting


at all levels, utilising innovative approaches and including surveillance in TB research
agendas.

We call upon:
WHO in collaboration with global partners, research organizations, donors, the scientific
community and countries to consider developing a Global Strategy for TB Research taking
into consideration ongoing and new efforts, such as the TB Research Network stated in the
BRICS Leaders Xiamen Declaration.

WHO in collaboration with global health and research partners and countries to make further
progress in enhancing cooperation and coordination of TB research and development,
considering where possible drawing on existing research networks to integrate TB research,
such as the new AMR Research and Development Collaboration Hub proposed in the 2017
G20 Leaders’ Declaration, notably to facilitate rapid scale up of innovative approaches and
tools for TB prevention, diagnosis, treatment and care.

4) Developing a Multisectoral Accountability Framework

To end TB by 2030, we will need reliable data to ensure that our collective knowledge is
transformed into effective and timely action, both globally and domestically, and that we
deliver on the commitments made in this declaration. A new multisectoral accountability
framework should enable the review and monitoring of implementation and provide a
systematic approach to determine additional actions required to achieve the SDG and End TB
Strategy milestones and targets. The accountability framework should build upon evidence,
independent analysis and constructive collaboration among all relevant partners, with an
emphasis on high-burden countries, and should avoid duplication and increased reporting
burden. To maximize impact, a multisectoral accountability framework that is based on
approaches protecting and promoting equity, gender equality, human rights and ethics could,
according to needs, include: a) The convening of national inter-ministerial commissions on
TB, or their equivalent, by Ministries of Health in partnership with civil society and, where
appropriate, with the direct engagement of the Heads of State, and the consideration of
expanding existing intersectoral fora to include actions against TB in consultation with
existing entities the goals of which include combatting TB so as to avoid duplication of efforts;
b) Mechanisms for strengthening advocacy at all levels within all relevant sectors; c) Well-
defined reporting, including sex- and age-disaggregated data, and review processes to
monitor progress toward clear goals; and d) Opportunities for active engagement, monitoring,
reporting and/or audits by civil society, as well as other key stakeholders.

We commit to:

Supporting the development of a multisectoral accountability framework in advance of the


2018 UNGA High-Level Meeting on TB, to track progress towards the SDG target of ending TB
using relevant SDG indicators and the End TB Strategy operational indicators, and applying
financing benchmarks set by the Stop TB Partnership Global Plan to Stop TB 2016-2020.

We call upon:

WHO, working in close cooperation with the UN Special Envoy on TB, Member States, including,
where applicable, regional economic integration organizations, civil society representatives,
UN Organizations, the World Bank and other multilateral development banks, UNITAID, the
Stop TB Partnership, the Global Fund to Fight AIDS, TB and Malaria, research institutes and
other partners, to develop the multisectoral accountability framework for the consideration
of the WHO Governing Bodies, while taking into account existing multisectoral and multi-
stakeholder frameworks, that enables measuring progress both globally and nationally
through an independent, constructive and positive approach, especially in the highest
burden countries, and an independent review of progress by those countries.
WHO, in collaboration with Member States and key stakeholders, to develop a reporting
framework and periodicity for a multisectoral global progress report on TB, subject to
independent review.

Way forward:

We conclude with a commitment to act immediately on this Declaration in coordination with


the WHO, and to engage with leaders and all relevant sectors of Government, UN agencies,
bilateral and multilateral funding agencies and donors, academia, research organizations,
scientific community, civil society and the private sector to prepare for and follow-up on the
UNGA High-Level Meeting on Tuberculosis in 2018 in New York.

Konferensi Tingkat Menteri WHO Pertama yang Mengakhiri TBC di Era Pembangunan
Berkelanjutan: Respon Multisektoral Moskow, Federasi Rusia, 16-17 November 2017
Sambutan Menteri Dalam Negeri
Metodologi Perhitungan Tuberkulosis

Perkiraan Kebutuhan Pembiayaan TB

Perhitungan ini untuk memperkirakan jumlah kebutuhan pembiayaan penanggulangan TB


yang terdiri dari kegiatan operasional, logistik OAT dan non OAT.

Perhitungan diasumsikan sebagai berikut.


1. Satuan biaya untuk kegiatan penemuan dan pengobatan pasien TB sensitif obat
sampai sembuh termasuk di dalamnya biaya operasional lainnya seperti pelatihan,
supervise, dan lain-lain sebesar 172 USD dan untuk pasien TB resistan obat sebesar
US$5.907.
2. Pembagian konstanta provinsi didasarkan pada kemudahan aksesbilitas ke
pelayanan kesehatan, kemudahan transportasi, dan kondisi geografis, yaitu sebagai
berikut:
a. Regional Sumatra, Sulawesi, dan Provinsi Nusa Tenggara Barat sebesar 1,20
b. Regional Jawa dan Provinsi Bali sebesar 0,95
c. Provinsi DKI Jakarta sebesar 0,90
d. Regional Kalimantan dan Provinsi Nusa Tenggara Timur sebesar 1,30
e. Provinsi Maluku, Maluku Utara, Papua, dan Papua Barat sebesar 1,50
3. Penentuan 40% untuk penemuan kasus TB sensitif dari insiden TB dan TB resistan
obat dari insiden TB-RO tahun 2016.

Rumus perhitungan:

Kebutuhan Total = (K x a1 x 40% x b1) + (K x a2 x 40% x b2)

Keterangan:
K: Konstanta regional
a1: Insiden TB sensitif obat
a2: Insiden TB resistan obat
b1: Satuan biaya untuk TB sensitif obat
b2: Satuan biaya untuk TB resistan obat
Estimasi Insiden TB Kabupaten/Kota dan Provinsi

Insiden dibutuhkan untuk menghitung beban TB di provinsi dan kabupaten/kota. Data yang
tersedia adalah insiden di Indonesia tahun 2000-2016 (Global TB Report 2017) dan insiden
per provinsi dan kabupaten/kota tahun 2017 (Modelling). Perhitungan insiden
Kabupaten/kota dan Provinsi sebelum tahun 2017 menggunakan asumsi sebagai berikut:
1. Menghitung proporsi insiden per provinsi dan kabupaten/kota terhadap insiden
nasional pada tahun 2017.
2. Dari masing-masing provinsi dan kabupaten/kota, untuk mendapatkan estimasi
insiden dengan melakukan perkalian antara proporsi pada butir 1 dengan insiden
Indonesia pada tahun tertentu.

Rumus perhitungan:

Insiden a Provinsi Z
Estimasi Insiden
= X 100% X c Tahun Y
Provinsi Z Tahun Y
Insiden b Indonesia

Keterangan:

a: Estimasi Insiden provinsi/kabupaten/kota tahun 2017 (Modelling)


b: Estimasi Insiden Indonesia tahun 2017 (Modelling)
c: EstimasiInsiden Indonesia (Global TB Report 2017)

Estimasi Insiden TB-RO per Provinsi

Insiden TB RO dibutuhkan untuk menghitung beban TB RO di provinsi. Data yang tersedia


adalah insiden per provinsi tahun 2017 (Modelling), proporsi kasus baru (97%) dan
pengobatan ulang (3%) dibandingkan seluruh kasus TB tahun 2016, dan estimated % of TB
cases with MDR/RR-TB: 2,8% dari kasus baru dan 16% dari kasus pengobatan ulang(Global
TB Report 2017). Perhitungan insiden TB RO Provinsi tahun 2016 dan 2017 menggunakan
asumsi sebagai berikut:
1. Menghitung jumlah kasus dengan melakukan penghitungan 97% untuk kasus baru
dan 3% untuk kasus pengobatan ulang dari insiden TB, per provinsi tahun 2016 dan
tahun 2017.
2. Melakukan perhitungan estimasi insiden TB RO dengan mengalikan 2,8% dari jumlah
kasus TB baru dan 16% dari jumlah kasus TB pengobatan ulang yang diperoleh dari
butir 1.

Rumus perhitungan:

Estimasi Insiden TB-RO (a Provinsi Z Tahun Y x 97% x 2,8% ) +


=
Provinsi Z Tahun Y (a Provinsi Z Tahun Y x 3% x 16%)

Keterangan:

a: Estimasi Insiden TB
Publikasi Tuberkulosis
Subdirektorat Tuberkulosis
Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

www.tbindonesia.or.id

Anda mungkin juga menyukai