RAKERKESNAS 2018
PERCEPATAN ELIMINASI
TUBERKULOSIS
KEMENTERIAN KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
DAFTAR ISI
BAB I
Pendahuluan: Beban Tuberkulosis di Indonesia
BAB II
Strategi Eliminasi Tuberkulosis di Indonesia: Tantangan Missing Cases
BAB III
Kepemimpinan Eliminasi Tuberkulosis:
Memperkuat Komitmen di Kabupaten/Kota
BAB IV
Akses Layanan Tuberkulosis: Menuju Universal Health Coverage
BAB V
Kemitraan Multisektoral: Memperkuat Sinergisme Eliminasi Tuberkulosis
BAB VI
Informasi Tuberkulosis: Data untuk Aksi Strategis dan Inovasi
DAFTAR LAMPIRAN
Insiden Tuberkulosis per Kabupaten/Kota 2017-2020
Profil Program Penanggulangan Tuberkulosis per Kab/Kota
Kontribusi Pembiayaan Program Tuberkulosis
Bersumber APBD Provinsi dan Kab/Kota
The First WHO Global Ministerial Conference Ending TB in the Sustainable
Development Era
Kontribusi Lintas Sektoral
Sambutan Menteri Dalam Negeri
Metodologi Perhitungan Tuberkulosis
Publikasi Tuberkulosis
Tim Penyusun
Yang terhormat,
• Bapak Menteri Dalam Negeri,
• Bapak Ketua Komisi IX DPR RI,
• Deputi Bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat, dan Kebudayaan, Kemenko
PMK,
• Para Direktur Utama, Direktur Rumah Sakit Vertikal, RSUD dan RS Swasta,
• Para Kepala Balai /Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat,
• Para Pejabat di lingkungan Kementerian Kesehatan dan Kementerian/Lembaga
lainnya,
• Para Sekretaris Daerah, Kepala Bappeda dan Para Kepala Dinas Kesehatan
Provinsi/Kabupaten/Kota yang hadir,
• Wakil-wakil dari Organisasi Profesi, Organisasi Keagamaan, Organisasi
Kemasyarakatan dan Mitra Internasional,
2
yang mengajak semua pihak untuk bersama-sama memberantas penyakit menular
termasuk Tuberkulosis atau TB.
Saudara-saudara,
Seperti telah kita pahami, Indonesia merupakan salah satu dari negara dengan beban
TB tinggi. WHO Global TB Report 2017 memperkirakan jumlah kasus TB sebanyak 1.020.000
kasus serta mortalitas TB 110.000 kasus. Masyarakat Indonesia berisiko tertular TB karena TB
dapat ditularkan melalui udara. Terutama jika pasien TB berbicara, batuk atau bersin dan
berdekatan dengan orang lain. Risiko penularan dapat dikurangi jika semua pasien TB dapat
ditemukan dan diobati sampai sembuh. Padahal dari 1.020.000 baru 35 persen pasien TB
yang diobati, sisanya masih belum diobati atau sudah diobati tetapi belum dilaporkan
kepada Kementerian Kesehatan sehingga monitoring–evaluasi tentang kemajuan
Penanggulangan TB belum dapat dilakukan dengan tepat. Dengan demikian saat ini kita
masih berisiko tertular TB.
Salah satu tantangan yang perlu kita sikapi dengan sungguh-sungguh adalah
meningkatkan pemahaman dan komitmen para pengambil kebijakan di setiap tingkat
administrasi tentang pentingnya Penanggulangan TB dengan sumber daya yang cukup
untuk
1. penemuan dan pengobatan TB;
2. pencegahan dan penanggulangan faktor risiko;
3. sosialisasi, advokasi, edukasi, dan pemberdayaan masyarakat; serta
4. penelitan dan pengembangan.
Dewasa ini, masih ada kelompok masyarakat yang belum dapat menjangkau layanan
TB. Antara lain, di Daerah Terpencil, Perbatasan dan Kepulauan (DTPK), serta di daerah risiko
tinggi TB seperti daerah kumuh, masyarakat miskin, lokasi padat, perkotaan, pelabuhan,
industri, serta lingkungan terkumpul seperti pondok pesantren/asrama dan lapas/rutan.
Pemerintah telah melaksanakan Program Pengendalian TB Nasional secara
berkelanjutan dan melakukan intensifikasi, akselerasi, ekstensifikasi serta inovasi program
yang mengacu pada
1. Strategi Nasional Pengendalian TB 2016-2020;
2. Peta Jalan Pengendalian TB Nasional untuk Eliminasi TB pada 2030; dan
3. Rencana Aksi Daerah (RAD) di beberapa Provinsi dan Kabupaten/Kota.
Apresiasi saya sampaikan kepada Pemda Provinsi Kabupaten/Kota yang telah berhasil
menyelesaikan penyusunan Rencana Aksi Daerah.
Pada kesempatan yang baik ini, saya menghimbau agar setiap Pemerintah Daerah di
Indonesia mempunyai rencana pengendalian TB yang didukung pembiayaan APBD atau
Swasta. Dengan demikian, setiap daerah mempunyai rencana yang spesifik untuk
pelaksanaan program lima tahun mendatang yang dikerjakan bersama-sama baik oleh Dinas
Kesehatan, Dinas terkait lainnya secara komprehensif dengan kolaborasi multi-sektor.
3
Kolaborasi di tingkat Pemerintah Pusat dan Daerah dan kolaborasi dengan kalangan
swasta dan dunia usaha, organisasi kemasyarakatan/keagamaan/profesi serta berbagai
pemangku kepentingan lainnya untuk bersama-sama mengakhiri TB dan menjadikan TB
sebagai urusan bersama adalah sangat penting. Saya berharap agar Saudara-saudara yang
mewakili Provinsi/Kabupaten/Kota memberikan komitmen kuat dan menjadikan TB sebagai
salah satu agenda prioritas daerah agar masyarakat kita Bebas TB. Pada pertemuan ini kita
akan mengkonsolidasikan tekad dan semangat kita untuk mencapai Eliminasi TB di tahun
2030.
Saudara-saudara,
Bagian yang juga sangat penting dalam Penanggulangan TB dan memerlukan
dukungan lintas sektor Pemerintah adalah pencegahan dan pengendalian faktor risiko TB,
yaitu:
1. mengubah lingkungan yang padat dan kumuh menjadi lingkungan sehat untuk
mencegah risiko penularan TB;
2. menyediakan rumah sehat dengan ventilasi cukup agar keluarga hidup dalam
lingkungan sehat;
3. pembudayaan perilaku bersih dan sehat pada murid sekolah untuk mencegah
penularan penyakit menular, termasuk TB;
4. meningkatkan sosial, ekonomi, dan pendidikan masyarakat; dan
5. meningkatkan dukungan bagi alokasi anggaran yang cukup untuk Penanggulangan
TB.
Saya berharap agar penyediaan dana yang mencukupi sesuai Peta Jalan Eliminasi
Tuberkulosis di Indonesia sepanjang 10-15 tahun ke depan dapat terpenuhi. Kemenkes telah
berkoordinasi dengan Bappenas tentang peningkatan pendanaan dan perencanaan terpadu
yang melibatkan sektor terkait dan komunitas. Peningkatan pendanaan bersumber APBN ini
sangat penting karena bantuan luar negeri untuk Penanggulangan TB di Indonesia akan
segera berakhir. Exit strategy pendanaan Untuk Penanggulangan TB dengan dukungan APBN,
APBD, dan dana yang bersumber dari organisasi masyarakat/filantropis perlu dijajaki.
Saudara-saudara,
Pada kesempatan yang baik ini saya perlu mengingatkan bahwa dengan terbitnya
Permenkes tentang Rumah Sakit dan Balai Kesehatan Pelaksana Layanan TB Resisten Obat,
maka ada 360 rumah sakit dan balai kesehatan yang melaksanakan layanan TB Resisten Obat
di 34 provinsi Indonesia. Saya minta agar semua layanan TB Resisten Obat yang mencakup
tata laksana dan pengobatan TB Resisten dilaksanakan dengan sebaik-baiknya mengacu
pada pedoman yang diterbitkan Kementerian Kesehatan.
Dukungan logistik, berupa alat diagnostik dan obat disediakan oleh Kementerian
Kesehatan. Sedangkan biaya untuk layanan memanfaatkan biaya yang ada di rumah sakit
yang bersumber APBN, bantuan luar negeri, dan JKN – sesuai perjanjian.
4
Saudara-saudara,
Masalah TB adalah masalah kesehatan yang telah lama dihadapi berbagai negara di
dunia, termasuk Indonesia. Oleh karena itu, Pemerintah mempunyai komitmen kuat untuk
segera mencapai Eliminasi TB guna mewujudkan Indonesia Bebas TB. Meski demikian,
komitmen yang kuat saja belum cukup jika tidak didukung oleh seluruh jajaran Pemerintah
di Pusat dan Daerah serta seluruh lapisan masyarakat, termasuk: kalangan swasta, dunia
usaha, organisasi profesi, organisasi keagamaan dan organisasi kemasyarakatan, bahkan
keluarga dan para individu anggota masyarakat.
Dalam the First Global Ministerial Conference Ending TB in the Sustainable
Development Era yang diadakan di Moskow tanggal 16-17 November yang lalu, antara lain
dibahas bahwa:
• dukungan lintas sektor dan dukungan seluruh lapisan masyarakat sangat
menentukan keberhasilan pencapaian eliminasi TB. dukungan yang diperlukan
mencakup dukungan dalam pelaksanaan kegiatan dan dukungan dalam sumber
daya untuk
1. penemuan dan pengobatan kasus TB;
2. sosialisasi, advokasi dan edukasi;
3. pencegahan dan pengendalian faktor risiko; serta
4. penelitian dan pengembangan.
• masalah TB bukan hanya dihadapi negara berkembang, melainkan juga menjadi
masalah di negara maju, terutama karena derasnya arus globalisasi transportasi dan
migrasi penduduk antar negara.
• tantangan berat yang harus disikapi dengan tepat oleh semua negara di dunia adalah
1. menemukan semua kasus TB untuk diobati sampai sembuh;
2. penularan TB melalui udara atau droplet infection berpotensi menyebar dalam
keluarga, tempat kerja, sekolah, dan tempat umum lainnya;
3. pengobatan TB yang makan yang waktu lama berisiko terjadinya
ketidakpatuhan minum obat; dan
4. munculnya masalah TB resisten obat perlu mendapat perhatian dalam
pengobatan dan pencegahan penularannya.
• upaya pencegahan dan penanggulangan faktor risiko TB perlu mendapat perhatian
sungguh-sungguh agar munculnya kasus-baru TB dapat ditekan. selain itu, upaya
penelitian pengembangan harus ditingkatkan karena banyak aspek penyakit dan
penanggulangan TB yang belum dipahami dengan baik serta perlunya ditemukan
vaksin TB untuk orang dewasa dan rejimen pengobatan TB yang lebih pendek.
5
1. Pelaksanaan exit strategy untuk menyikapi berakhirnya program bantuan LN untuk TB;
2. Melaksanakan kampanye germas dan perluasan cakupan pendekatan keluarga;
3. Pelaksanaan active case finding dan pemberdayaan masyarakat;
4. Optimalisasi jaminan kesehatan nasional (jkn) untuk penanggulangan TB;
5. Pengembangan dan pelaksanaan jejaring layanan pemerintah-swasta (public-private mix);
6. Peningkatan penelitian pengembangan di bidang kesehatan masyarakat dan
dukungan manajemen penanggulangan TB.
Saudara-saudara,
Pemerintah bersama seluruh masyarakat mempunyai komitmen kuat untuk
mewujudkan Indonesia Bebas TB. Oleh karena itu, Indonesia mendukung konferensi TB di
Moskow yang bertujuan memperkuat komitmen semua negara di dunia untuk mewujudkan
eliminasi TB tahun 2030 Menuju Dunia Bebas TB dengan dukungan serta kontribusi seluruh
jajaran lintas sektor bersama masyarakat.
Kita bersyukur bahwa seluruh jajaran lintas sektor Indonesia bersama masyarakat
mempunyai komitmen yang kuat dalam mewujudkan Indonesia Bebas TB. Pertemuan ini
dimaksudkan untuk semakin memperkuat kontribusi seluruh jajaran lintas sektor dan
masyarakat dalam mencapai eliminasi TB 2030 Menuju Indonesia Bebas TB. Kontribusi untuk
mencapai eliminasi TB 2030 diperlukan dari masing-masing sektor dan seluruh elemen
masyarakat.
Demikianlah pesan dan harapan saya pada pertemuan yang penting ini. Semoga
pertemuan ini akan menghasilkan kesepakatan bagi suksesnya upaya kita mewujudkan
Indonesia Bebas TB. Akhirnya, dengan mengucapkan Bismillahirrakhmanirrakhim – dengan
ini Pertemuan Akselerasi Menuju Indonesia Bebas TB saya nyatakan dibuka dengan resmi.
Terima kasih.
MENTERI KESEHATAN RI
6
BAB I
PENDAHULUAN:
BEBAN TUBERKULOSIS DI INDONESIA
Tuberkulosis (TB) atau dikenal dengan nama TBC di Indonesia memiliki sejarah yang
panjang, dan bisa ditelusuri dengan membagi beberapa periode. Pada abad ke
delapan kasus TB tercatat pada salah satu relief di candi Borobudur tergambar
penderita yang kurus kering.
Sebelum Indonesia merdeka yaitu di zaman Hindia Belanda ada beberapa catatan
terkait kegiatan TB, yaitu: Perkumpulan Centrale Vereniging Voor Tuberculose
Bestrijding (CVT) dibentuk pada 1908 dan tahun 1939 didirikan 15 sanatorium untuk
perawatan pasien TB paru dan 20 consultatie bureaux yang memberi penyuluhan
dan pengobatan.
Setelah merdeka yaitu pada zaman Orde Lama (1945-1966) didirikan Lembaga
Pemberantasan Penyakit Paru-paru (LP4) didirikan di Yogyakarta. Dikenal dengan
Balai Pemberantasan Penyakit Paru-paru (BP4), lembaga tersebut disebarluaskan
hingga ke 53 lokasi. Pada tahun 1950 Jenderal Soedirman meninggal karena TB.
1
Gambar I.A.2. Patung Jenderal Soedirman di Jakarta
Pada kurun 1976–1994: Masa pengobatan menjadi lebih singkat, yakni dari 1-2
tahun menjadi 6 bulan dimulai uji coba strategi Directly Observed Treatment Short-
course (DOTS) untuk kali pertama.
• 1999: Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Dr. dr. Achmad Sujudi, MHA
membentuk Gerakan Terpadu Nasional TB pada 24 Maret sebagai cikal bakal
kemitraan TB Indonesia.
• 2004: Survei prevalensi TB secara nasional dilakukan bersama Litbangkes
Departemen Kesehatan RI
• 2006: Survei resistensi obat TB dilakukan pertama kali di Indonesia.
• 2009: Program Nasional Pengendalian TB Resistan Obat di Indonesia mulai
diterapkan.
• 2010: Strategi nasional program pengendalian TB berfokus pada penyediaan
layanan TB berkualitas secara universal dengan menerapkan Jejaring
Layanan Pemerintah Swasta atau Public Private Mix (PPM)
• 2013-2014: Survei prevalensi TB secara nasional menggunakan metode yang
sangat sensitif sesuai dengan rekomendasi WHO.
2
• 2014: Sesuai indikator berbasis mikroskopis, Indonesia mencapai target
MDGs dan telah menerima MDGs award atas prestasi yang dicapai.
• 2014: Indonesia meluncurkan pendekatan Keluarga Kesehatan dan Gerakan
Masyarakat Kesehatan yang memasukkan penemuan pasien TB sebagai salah
satu indikatornya. Dalam hal ini Puskesmas bertanggung jawab untuk
melaksankan intervensi pendekatan keluarga termasuk dalam
penanggulangan TB di wilayah mereka.
• 2015: TB menjadi salah satu target Rencana Nasional Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019, dan menjadi program prioritas
Presiden, menjadi salh satu dari 12 standar layanan minimum (SPM), dimana
pemerintah melakukan evaluasi kinerja dan akuntabilitasnya dalam
memberikan pelayanan publik. Saat ini SPM sedang berproses menjadi
rancangan peraturan pemerintah (RPP).
• 2016: Indonesia merivisi strategi penanggulangan TB di Indonesia sesuai
dengan hasil survai prevalens TB terbaru yang jauh lebih akurat. Penemuan
dilakukan secara intensif, aktif dan masif. Jejaring layanan TB disempurnakan
menjadi berbasis kabupaten/kota, district-based public-private mix.
• Pengembangan strategi berdasarkan tantangan yag dihadapi program dan
target yanga harus dicapai. Gambar berikut menampilkan perkebangan
strategi penanggulangan TB yang dikembangkan di Indonesia sejak tahun
1995.
3
B. Beban Tuberkulosis di Indonesia
Jenis Kelamin
Wilayah
Urban/Rural
4
• Laki-laki lebih tinggi angka prevalensi TB-nya dibandingkan dengan
perempuan.
Gambar I.B.1. Tren Beban TB di Indonesia: Sebelum dan Sesudah Survei Prevalensi TB Nasional 2013/2014
Dengan insiden sebesar 1.020.000 kasus pertahun dan notifikasi kasus TB sebesar
365.565 kasus maka masih ada sekitar 64% yang belum ternotifikasi baik yang
belum terjangkau, belum terdeteksi maupun tidak terlaporkan.
Data berikut menunjukkan besar masalah TB baik dari data yang tidak terlaporkan
maupun insiden kasus TB Indonesia pada tingkat global.
5
Gambar I.B.2. Kasus yang tidak terlaporkan dan insiden TB Indonesia pada tingkat global
WHO memperkirakan ada 32.000 kasus MDR di Indonesia. Pada 2016 kasus TB yang
tercatat di program ada sejumlah 330.000 kasus, yang mana dari kasus tersebut
diperkirakan ada 8.800-13.000 MDR/RR-TB, (perkiraan 2,8% dari yang baru dan 16%
dari pasien TB yang diobati sebelumnya), tetapi cakupan yang diobati baru sekitar
20%.
Gambar I.B.3. Kecenderungan insidens dan kematian TB di Indonesia sejak tahun 2000.
6
Tabel I.B.2. Hasil survei prevalensi TB Tahun 2013-2014 dan estimasi beban TB
Gambaran beban kasus atau jumlah kasus TB absolut per kabupaten/kota bervariasi
besar. Pada gambar di bawah nampak bahwa semakin gelap semakin besar beban
kasus TB-nya. Seluruh Kabupaten/kota di pulau Jawa dan sebagian besar di pulau
Sumatera tergolong kabupaten dengan beban TB yang tinggi. Hal ini mengingat
jumlah penduduk di wilayahnya juga tinggi sehingga secara absolut tinggi. Situasi
sebaliknya terjadi di sebagian besar wilayah Indonesia timur, walaupun angka
insidens per 100.000 penduduk tergolong tinggi, sebagaimana ditunjukkan pada
gambar berikut.
Gambar I.B.4. Beban atau jumlah kasus TB absolut per kabupaten/kota pada 2016
7
Gambar I.B.5. Insiden TB per/100.000 penduduk per kabupaten/kota pada tahun 2016
8
Berdasarkan hasil Survei Prevalensi TB tahun 2013-2014, di antara Di antara
partisipan yang mendapat pengobatan TB, sebesar 63% partisipan berobat ke
fasilitas pemerintah. Masih ada 1,6% berobat ke praktek perawat/bidan, apotik dan
lainnya. Dari partisipan yang mendapat pengobatan TB ternyata masih ada 40,2%
sudah tidak minum obat lagi sebelum dinyatakan sembuh oleh tenaga kesehatan
diantaranya alasan terbanyak karena sudah merasa enakan/ tidak ada gejala lagi.
Dari partisipan yang pernah didiagnosis TB, partisipan di antaranya tidak pernah
mendapat pengobatan dengan alasan tidak mempunyai uang, tidak mempunyai
transportasi atau orang yang mengambil obat, tidak ada obat di fasilitas kesehatan,
takut efek samping, dan alasan lainnya.
Biaya dibagi menjadi 4 golongan, yaitu biaya layanan media, biaya rumah tangga,
kehilangan produktivitas karena sakit/kecacatan dan kehilangan produktivitas
karena kematian dini karena TB.
Beban terbesar dari total biaya berasal dari kehilangan waktu produktif karena
kecacatan dan kematian dini.
9
Tabel I.D.1. Beban dan Kerugian Ekonomis Pasien
Biaya layanan
3.182.314 140.527.162
medis
Biaya rumah
191.212 5.654.412 191.212 5.654.412
tangga
Kehilangan
produktivitas 4.288.612 9.656.206 41.861.770 41.861.770
kecacatan
Kehilangan
produktivitas 21.702.562 84.105.964 112.965.318 223.704.382
kematian dini
US$1 = Rp13.658
10
BAB II
STRATEGI ELIMINASI TB DI INDONESIA:
TANTANGAN MISSING CASES
A. Pencapaian Program Penanggulangan TB di Indonesia
Gambar II.A.1.1. menunjukkan penemuan kasus relatif landai dari 2011 sampai
2015, yaitu pada kisasran 30% dari total kasus yang diperkirakan, baik yang belum
terakses, maupun yang belum ternotifikasi. Pada 2016 dan 2017 notifikasi kasus TB
kecenderungan meningkat drastis, setelah diperkenalkannya perubahan strategi
nasional yang baru terutama dalam hal penemuan kasus TB. Dari perkiraan
1.020.000 kasus TB sebanyak 360.565 kasus TB dilaporkan ke program menjadikan
angka penemuan kasus menjadi 36% dan hal ini semakin mengurangi missing
cases dari 680.000 pada 2015 menjadi sekitar 640.000 pada 2016. Pada 2017,
terjadi peningkatan dan 401.130 kasus TB dilaporkan ke dalam SITT.
11
Secara epidemiologis agar memberikan dampak yang bermakna dalam penurunan
prevalens dan insiden maka program diharapkan minimal mencapai angka
penemuan kasus diatas 70% dan angka keberhasilan pengobatan lebih dari 85%.
Berdasarkan hasil laporan tahun 2017, belum ada satu pun provinsi yang mencapai
kedua indikator tersebut, yaitu angka keberhasilan di atas 85% dan angka cakupan
lebih dari 70%. Tetapi banyak provinsi yang telah mencapai salah satu dari target
indikator tersebut. Secara skematis pencapaian ke dua indikator tersebut dapat
digambarkan sebagai berikut.
Gambar II.A.1.2. Angka Penemuan Kasus TB dan Angka Keberhsilan Pengobatan TB 1999-2016
50 PAPUA BARAT
40
30
20
10
-
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Angka penemuan kasus diharapkan terus meningkat, minimal lebih dari 70%.
Provinsi yang mencapai lebih dari 70% adalah DKI Jakarta (118% dari pasien yang
diperkirakan ada di wilayah DKI Jakarta). Hal ini bisa dimaklumi selain kemudahan
terhadap akses, banyak layanan yang menjadi pusat rujukan nasional juga pasien
dari wilayah sekitar, seperti Tangerang, Bekasi, Depok, dan Bogor yang lebih mudah
akses ke layanan di DKI Jakarta.
12
Gambar II.A.1.3. Angka Penemuan Kasus TB Tahun 2017
Gambaran lebih detail hasil pengobatan yang meliputi angka keberhasilan, gagal,
default/lost-to-followup/mangkir, meninggal, pindah dan tidak dievaluasi, dapat
dilihat pada gambar berikut.
13
Gambar II.A.1.5. Detail Hasil Pengobatan Kasus TB 2017
PAPUA BARAT
PAPUA
MALUT
MALUKU
NTT
NTB
BALI
SULTRA
SULBAR
SULSEL
SULTENG
GORONTALO Success Rate
SULUT
KALTARA Meninggal
KALTIM
KALSEL Gagal
KALTENG
KALBAR
JATIM Default
DIY
JATENG Pindah
JABAR
DKI JAKARTA Tidak
BANTEN Dievaluasi
LAMPUNG
BENGKULU
BABEL
SUMSEL
JAMBI
KEPRI
RIAU
SUMBAR
SUMUT
ACEH
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%
Gambar II.A.1.6. Angka deteksi kasus TB per kabupaten pada tahun 2016
Secara umum kecenderungan penemuan kasus semakin meningkat. Pada 2016 dan
notifikasi kasus TB kecenderungan meningkat drastis, setelah diperkenalkannya
perubahan strategi nasional yang baru terutama dalam hal penemuan kasus TB dan
14
pada 2017 mencapai di atas 40%. Tingkat keberhasilan pengobatan TB nasional
terus dipertahankan sesuai dengan minimal target WHO, yaitu di atas 85% dan tahun
2017 mencapai di atas 87%.
Gambar II.A.1.7. Tren Angka Penemuan dan Pengobatan Kasus TB Sampai Tahun 2017
Gambar II.A.1.8. Tren Angka Keberhasilan Pengobatan Kasus Sampai Tahun 2017
15
Gambar II.A.1.9. Pemetaan Distribusi Kasus TB per Penduduk
70000
Jabar
60000
50000 Jatim
40000
Jateng
30000
DKI Jakarta
Sumut
20000
Sulteng Banten
10000 Sumsel
0 Sulsel
-100000 4900000 9900000 14900000 19900000 24900000 29900000 34900000 39900000 44900000 49900000
-10000
Estimasi WHO dalam Global Report 2017 insiden TB RO (TB resistan obat) baik
resistan Rifampisisn maupun multi resistans (RR/MDR TB) sebanyak 32.000 kasus.
Estimasi jumlah kasus TB RO diantara total pasien TB yang terlaporkan sebesar
11.000 kasus. Kasus yang dapat dikonfirmasi sejumlah 2757 dan yang memulai
16
pengobatan sebanyak 1931 kasus. Sekitar 30% tidak menjalankan pengobatan. Data
lengkap dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel II.A.2.2. Tren Penemuan Kasus TB-RO (Global TB Report per Tahun)
Kasus
383 428 912 1812 2163 2757
Tercatat
17
3. Memetakan Under-Reporting: Tuberculosis Inventory Study
Dari 1.020.000 kasus insiden TB di tahun 2016, hanya 35% yang ternotifikasi.
Sisanya adalah kasus yang sudah didiagnosis atau diobati tetapi tidak dilaporkan
(under-reporting) atau belum didiagnosis (under-diagnosis). Untuk mengetahui
seberapa banyak jumlah kasus TB yang tidak dilaporkan (under-reporting).
Perhitungan jumlah kasus yang tidak dilaporkan tersebut akan membantu kita
dalam memperkirakan insiden TB. Inventory study menggunakan desain penelitian
kohort prospektif yang dilaksanakan di 23 kabupaten/kota di 15 provinsi.
Karakteristik % 95% CI N
Kepemilikan
Jenis Faskes
18
Tabel II.A.3.2. Under-reporting Kasus TB Menurut Karakteristik Wilayah (Region)
Wilayah
Jumlah pasien TB yang telah dilakukan pengobatan mencapai sekitar 730.000 kasus
tetapi yang terlaporkan sampai saat ini sebesar 360.000. lebih dari 50% pasien TB
yang telah diobati tidak terlaporkan. Dengan demikian mising TB cases di Indonesia
lebih banyak disebabkan oleh under-reporting.
19
• Memberlakukan secara intensif dan ekstensif Notifikasi Wajib (mandatory
notification) kepada dinas kesehatan kabupaten/kota bagi seluruh layanan
yang ada di wilayahnya yang ikut melakukan pengobatan pasien TB.
• Penguatan sistem dan menyederhanakan pelaporan SITT, serta mealukan
surveilans secara proaktif terhadap semua layanan yang ikut mengobati
pasien TB.
• Intensifikasi pendekatan layanan yang terintegrasi (HIV, DM, gizi buruk,
smoking, penyakit paru, dsb.)
• Penguatan sistem rujukan dan rujuk balik ke puskesmas tetap terpantau
kepatuhan minum obatnya.
• Bekerja sama dengan BPJS untuk pelaporan kasus dan pembiayaan layanan
serta meregulasi pemenafaatan pembiayaan berupa insentif kapitasi
maupun kalim layanan pasien TB.
• Penguatan kerja sama dengan Koalisi Profesi yang terdiri dari 13 organisasi
profesi untuk mendudkung pelalsanaan PPM berbasis Kab/kota.
Hasil Survei Prevalensi TB Nasional 2013/2014 telah diterbitkan pada 2015 dan telah
disikapi menjadi salah satu dasar dasar perubahan kebijakan dan strategi
penanggulangan TB 2016-2020 serta peta jalan dan milestone menuju eliminasi TB.
Peta Jalan Nasional menetapkan arah dan target yang jelas dalam mengeliminasi TB
di Indonesia, sejalan dengan tujuan SDGs 2030 dan End TB Strategy 2035.
1. Milestone
20
Gambar II.B.1.2. Target Milestone Eliminasi TB di Indonesia
Milestone 2016-2020
• Penguatan PPM dan penerapan penemuan aktif
• Pemanfaatan TCM dan mikroskopis
• Desentralisasi kegiatan kepada Kabupaten/kota
• Penguatan regulasi dan kepemimpinan program
• Menerapkan exit strategy ketergantungan dari donor.
• Penerapan kegiatan penurunan risiko penularan
• Penerapan shoterm regiment untuk MDR-TB
• Akselerasi pengobatan kasus TB mencapai 70% dan angka keberhasilan
pengobatan diatas 85%.
Milestone 2020-2025
• Mempertahankan cakupan pengobatan tetap di atas 70% dan angka
kesuksesan pengobatan di atas 85%.
• Optimalisasi desentralisasi kegiatan TB kepada kabupaten/kota.
• Mencegah pembiayaan katastropik TB
• Penguatan pengendalian faktor risiko: profilaksis dan pengobatan TB laten
• Maksimalisasi pemanfaatan diagnosis TCM dan mikroskopis
• Desentralisasi kegiatan kepada Kabupaten/kota
• Penerapan short-term regiment untuk TB sensitif
Milestone 2025-2030
• Mempertahankan cakupan pengobatan tetap di atas 80% dan angka
kesuksesan pengobatan di atas 95%.
• Menerapkan cakupan semesta untuk TB.
• Mengendalikan pembiayaan katastropik TB
• Akselerasi pengobatan profilaksis dan pengobatan TB laten
21
• Inovasi diagnosis TB
• Penguatan surveilans TB
• Penerapan short-term regiment untuk TB laten
• Penerapan vaksin TB
2030-2035
• Penguatan surveilans kasus TB termasuk surveilans migrasi
• Mempertahankan cakupan pengobatan milestone tetap di atas 95% dan
angka kesuksesan pengobatan di atas 95%
• Menerapkan cakupan semesta untuk TB
• Mencegah pembiayaan katastropik TB
• Mempertahankan pengobatan profilaksis dan pengobatan TB laten tinggi
• Meningkatkan Inovasi dalam diagnosis dan pengobatan TB
• Akselerasi penggunaan vaksin TB
22
• Kolaborasi multisektoral dan koalisi yang kuat dengan organisasi
masyarakat
• Peningkatan pembiayaan, terutama dari pendanaan bersumber
dalam negeri
• Koordinasi, harmonisasi, sinkronisasi dan sinergi untuk mencapai
kinerja program yang terbaik.
23
• Pemberdayaan masyarakat melalui integrasi TB ke dalam pelayanan
kesehatan berbasis keluarga dan masyarakat
Angka keberhasilan
pengobatan pasien TB 90% 90% 90% 90% 90%
semua kasus
Angka keberhasilan
pengobatan pasien TB 65% 70% 70% 75% 75%
resistan obat
24
3. Strategi Dunia dalam Penanggulangan TB
25
Gambar II.B.3.1. Rencana Strategi Daerah
26
BAB III
KEPEMIMPINAN ELIMINASI TUBERKULOSIS:
MEMPERKUAT KOMITMEN DI KABUPATEN/KOTA
A. Penguatan Regulasi dan Pembiayaan Tuberkulosis
Kegiatan ini sejak imulai pada tahun 2016 telah menghasilkan banyak dokumen dan
praktik yang baik bagaimana menyusun peraturan daerah dan rencana aksi daerah.
27
Sampai akhir 2017 sejumlah kabupaten/kota yang menjadi inisiasi telah
menyelesaikan proses perencanaan yang lengkap dan RAD telah secara resmi
ditandatangani oleh Bupati/Walikota. Dengan adanya RAD ini menjanjikan bahwa
pendanaan di tingkat kabupaten/kota merupakan sumber pembiayaan yang akan
berkesinambungan secara memadai kedepan. Maka dapat memastikan
transisi/pergeseran pembiayaan dari Global Fund ke sumber APBD dan atau biaya
lainnya.
28
• Tercapainya indikator program penanggulangan TB
29
Gambar III.A.3. Pengembangan Regulasi di Daerah
30
5. Salah satu dampak dari tersedianya RAD di Kabupaten/ Kota adalah berupa
peningkatan alokasi anggaran yangsignifikan. Contoh : Alokasi APBD tahun 2018
untuk Program Penanggulangan TB di Kabupaten Tulungagung telah meningkat
sebesar 16 kali dibandingkan dengan alokasi di tahun 2016. Hal yang sama
terjadi di Kota Semarang, dengan peningkatan 4 kali lipat dan Kota Surakarta
dengan peningkatan 6 kali lipat.
Gambar III.A.4. Wali Kota Surakarta, F.X. Hadi Rudyatmo, memberikan sambutan dalam Peluncuran
Peraturan Wali Kota (Perwali) Surakarta
31
Tabel III.A.1. Kabupaten/Kota dengan APBD II lebih dari Rp500 Juta pada 2016 dan 2017
32
BAB IV
AKSES LAYANAN TB:
MENUJU UNIVERSAL HEALTH COVERAGE
Penemuan kasus dan layanan pengobatan Tuberkulosis dilakukan dengan
pendekatan:
• Penemuan secara pasif, intensif berbasis fasilitas layanan kesehatan
• Penemuan secara aktif, masif berbasis komunitas
33
Dasar pembentukan PPM adalah merupakan bagian dari akselerasi penemuan
kasus, melalui penguatan sistem kesehatan, memiliki 2 komponen kegiatan meliputi
UKM dan UKP dan bagian dari upaya menuju kesinambungan program.
Strategi
34
• Penguatan sistem pencatatan dan pelaporan Program TB.
• Penguatan pelaksanaan Wajib Lapor (mandatory notification).
• Penguatan pembinaan dengan supervisi dan mentoring
• Monitoring dan Evaluasi.
Target PPM
• Semua kabupaten/kota membentuk dan melaksanakan PPM secara paripurna
agar semua kasus TB dapat ditemukan dan diobati sampai tuntas.
• Seluruh fasilitas layanan kesehatan menatalaksana pasien TB sesuai standar
• Seluruh fasilitas layanan kesehatan melaporkan pasien TB yang diobati ke
dalam sistem informasi Program TB
Target
Baseline
Fasilitas Kesehatan
2016
2017 2018 2019 2020
Pemerintah
Swasta
35
Dokter Praktek Mandiri 1.314 23.269 46.538 69.806 93.075
Baseline TARGET
2016 2017 2018 2019 2020
No Fasilitas Kesehatan
Jml yg Jumlah yg
Jml % Jml % Jml % Jml %
tercatat melapor
Pemerintah
1 Puskesmas 9.982 9.001 9.483 95 9.982 100 9.982 100 9.982 100
2 BP4 20 20 20 100 20 100 20 100 20 100
3 Klinik 1.076 6 323 30 430 40 538 50 646 60
4 Klinik di Lapas/Rutan 471 79 240 51 260 55 280 59 300 64
5 RS Pemerintah 926 575 829 89 849 92 890 96 926 100
Swasta
1 RS Swasta 1.648 491 890 54 1.055 64 1.137 69 1.252 76
2 Klinik Pratama/Swasta 4.476 67 224 5 448 10 985 22 1.119 25
3 Dokter Praktek Mandiri 4.250 24 425 10 850 20 1.275 30 1.700 40
36
6. Memastikan peran dan fungsi masing-masing faskes yang terlibat dalam PPM
melalui pembinaan, monitoring dan evaluasi yang terintegrasi
Jejaring PPM berbasis kabupaten/ kota bertujuan untuk memastikan akses terhadap
diagnosis dan pengobatan TB lebih luas dan mudah pada tingkat layanan
primer,maupun rujukan pasien ke layanan sekunder serta memastikan rujukan
balikyang terjamin. Selain itu untuk mendorong layanan swasta mengikuti layanan
standar sebagaimana yang diterapkan oleh program berdasarkan pedoman maupun
standar international layanan TB (International Standard for TB Care/ISTC). Pada
tingkat layanan primer, PPM ini mencakup semua penyedia layanan kesehatan
primer termasuk swasta dan organisasi kemasyarakatan. Kegiatan dikoordinasi oleh
Puskesmas (PKM).
Pembentukan Tim PPM di Kota Malang, setelah pembentukan tim Public Private Mix
(PPM) pada tahun 2015, ada hasil yang signifikan dalam hal temuan yang
disumbangkan oleh rumah sakit dan penyedia layanan swasta.
Peningkatan yang signifikan pada tahun 2016 adalah meningkatnya kontribusi dari
rumah sakit dan penyedia layanan swasta. Tim PPM terdiri dari Dinas Kesehatan,
37
organisasi profesi, rumah sakit swasta, organisasi masyarakat yang bekerja secara
baik antara semua pemangku kepentingan.
Kota dengan jumlah penduduk yang padat dan banyaknya layanan swasta memiliki
keunikan tersendiri melibatkan pemerintah kota, dinas kesehatan, fasilitas layanan
dan perwakilan masyarakat profesional – Ikatan Dokter Indonesia, Perhimpunan
38
Dokter Paru Indonesia, Perhimpunan Dokter Penyakit Dalam, Ikatan Dokter Anak
Indonesia, Ikatan Apoteker Indonesia, Ikatan Laboratorium Kesehatan Indonesia,
Asosiasi rumah sakit serta pengusaha, akademisi dan organisasi masyarakat sipil.
Tujuannya adalah advokasi, mobilisasi sumber daya dan pembentukan tim PPM
untuk mengkoordinasikan, memantau dan evaluasi kegiatan upaya PPM di
perkotaan. Di Jakarta, telah dibentuk kemitraan untuk Kota Bebas TB oleh gubernur
Jakarta pada hari ulang tahun ibu kota.
Di sisi lain, kota-kota besar memiliki transportasi dan jaringan komunikasi (IT,
internet) yang lebih baik. Tingkat pendidikan yang lebih tinggi di daerah perkotaan
menyebabkan kesadaran masyarakat dan tuntutan akan kesehatan yang lebih baik,
hal ini didorong juga oleh pola konsumerisme dan baiknya system informasi dan
alat komunikasi. Ketersediaan layanan kesehatan lebih banyak dan beragam,
menyebabkan masyarakat kota dapat memilih berbagai penyedia layanan
kesehatan dalam satu kurun waktu tertentu.
39
Gambar IV.A.2. Pemetaan Jaringan Hotspot TB di Kota Bandung
40
Inovasi WiFi TB di Tulungangung dan Jakarta
Gambar IV.A.4. Pemberitahuan di SITT (TB Integrated Information System) dan WiFi TB di Tulungangung
dan Jakarta Periode April-September 2017
Pada tahun 2012 TCM diperkenalkan untuk diagnosis TB dan TB yang resistan
terhadap obat pada ODHA dan anak-anak; Pada tahun 2016 TCM juga menjadi tes
diagnostik utama untuk semua pasien TB. Perencanaan dilakukan secara akseleratif
sebagaimana tersebut dalam tabel dibawah.
Akses ke TCM berkembang dengan cepat, dengan semakin banyaknya TCM yang
tersedia. Sampai akhir 2017 telah install sekitar 515 buah. Sedang dalam
41
pemasangan sebanyak 425 TCM. Total jumlah yang terpasang dan yang dalam
proses pemasangan sampai akhir 2018, setidaknya akan menjadi 940 buah.
42
Akselerasi Pengembangan Laboratorium Pemeriksan TB
43
terhadap pelayanan laboratorium TB di Puskesmas adalah 60%. Proporsi Puskesmas
yang memiliki pelayanan laboratorium mikroskopis TB per provinsi terdapat pada
tabel dibawah.
Tabel IV.A.5. Proporsi Puskesmas dengan Layanan Laboratorium Mikroskopis TB per Provinsi
Proporsi
No. Provinsi PRM PPM PS Jumlah Puskesmas
mikroskopis TB
Nusa Tenggara
19
Timur 66 210 101 377 73%
44
23 Kalimantan Timur 18 63 13 94 86%
25 Gorontalo 21 18 54 93 42%
45
Pada tahun 2017, terdapat 124 LRI di 19 provinsi. Sebanyak 15 provinsi belum
memiliki LRI yaitu Riau, Kep. Riau, Jambi, Bengkulu, Bali, NTT, Kalteng, Kaltim, Kaltara,
Sulut, Gorontal, Sulteng, Sulbar, Maluku Utara, Papua Barat sehingga rujukan
pemeriksaan uji silang di provinsi tersebut dilaksanakan di LRP. Pemetaan LRI di
Indonesia tahun 2017 terdapat grafik berikut.
Jejaring pemantapan mutu laboratorium TCM terdiri dari jenjang paling bawah ke
jenjang diatasnya yaitu laboratorium fasyankes TCM, LRP TCM dan LRN. Pada tahun
46
2017 telah dilakukan pembentukan LRP TCM di 34 provinsi yang berfungsi membina
semua laboratorium TCM di wilayahnya.
47
25. Gorontalo RSUD Aloei Saboe
Inovasi peningkatan akses layanan yang disebut “Gancang Aron” diluncurkan oleh
Pemerintah Kabupaten Banyuwangi. Kegiatan ini bersifat proaktif dengan mengantar
obat TB ke rumah pasien oleh tim farmasi RS Balambangan Banyuwangi. Mereka juga
mengunjungi rumah pasien untuk memantau langsung pasien minum obat TB,
menilai lingkungan pasien, mempelajari perilaku dan memberi pendidikan kepada
anggota rumah tangga. “Gancang Aron” berarti “cepat sembuh”, tapi juga akronim
untuk Gugus Antisipasi Cegah Antrian Panjang Dengan Apoteker Antar ke Rumah
Pasien.
48
B. Penemuan Secara Aktif, Masif Berbasis Komunitas
Pendekatan keluarga adalah salah satu cara kerja Puskesmas untuk meningkatkan
jangkauan sasaran dan mendekatkan/meningkatkan akses pelayanan kesehatan di
wilayah kerjanya dengan mengunjungi keluarga. Pendekatan keluarga ini
dimaksudkan untuk:
• Mengintegrasikan semua program yang ada di Puskesmas
• Meningkatkan akses keluarga terhadap pelayanan kesehatan yang
komprehensif
• Mendukung pencapaian SPM Kab/Kota.
• Mendukung pelaksanaan JKN
• Mendukung tercapainya program indonesia sehat
Dalam rangka pelaksanaaan Program Indonesia Sehat ada 12 indikator utama untuk
penanda status kesehatan sebuah keluarg, yaitu.
1. Keluarga mengikuti program Keluarga Berencana (KB)
2. Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan
3. Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap
4. Bayi mendapat air susu ibu (ASI) eksklusif
5. Balita mendapatkan pematauan pertumbuhan
6. Penderita tuberkulosis paru mendapatkan pengobatan sesuai standar
7. Penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur
8. Penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak ditelantarkan
9. Anggota keluarga tidak ada yang merokok
49
10. Keluarga sudah menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
11. Keluarga mempunyai akses sarana air bersih
12. Keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban sehat
Pendataan 12 Indikator PIS-PK dan SPM oleh petugas Puskesmas bisa didampingi
kader kesehatan dan kader organisasi masyarakat seperti Aisyiyah, NU, Perdhaki, dll,
kegiatan tersebut. Apabila terdeteksi keluarga dengan TB atau kasus kesehatan
lainnya akan dirujuk ke Puskesmas (UKP&UKM) dengan beberapa implikasi kegiatan
(TB sensitif, TB tanpa penyulit, pencegahan dan pengobatan profilaksis, investigasi
kontak pelacakan pasien mangkir) dan alur rujukan lainnya sesui dengan
kebutuhan.
Keluarga
• Memastikan jika ada anggota keluarga memiliki gejala TB untuk
memeriksakan diri segera datang ke layanan/puskesmas terdekat
• Memastikan anggota keluarga yang menderita TB sedang berobat di
Puskesmas dipastikan kepatuhan dalam pengobatan
• Menjadi Pengawas Menelan Obat (PMO) jika ada anggota keluarga sakit TB
untuk meminum obat secara teratur dan sampai tuntas
50
UKBM
Skrining terduga TB (yang memiliki gejala TB dan faktor risiko lainnya pada
masyarakat yang datang ke UKBM & edukasi TB.
Puskesmas
• Melakukan pemetaan wilayah, rumah tangga yang berisiko
• Skrining terduga TB terintegrasi di dalam layanan: TB-KIA (ibu hamil, anak),
TB-MTBS/Gizi, TB-ODHA, TB-DM, TB pada gejala penyakit paru, TB-perokok
• Pencatatan dan pelaporan
• Biaya operasional kegiatan (BOK) dan dapat bekerja sama memanfaatkan
dana desa
• Akses pelayanan dan pengobatan tersedia
Dinas Kabupaten/Kota/Provinsi
• Perencanaan Program termasuk menghitung jumlah target sasaran kasus TB
• Penyediaan logistik TB (reagen, pot dahak, kaca slide)
• Penyediaan Media Promosi Kesehatan terkait TB terintegrasi
• Pelatihan untuk petugas TB ( dokter, bagian lab, pemegang program)
• Bimtek dan asistensi kegiatan PIS-PK
• Dukungan Biaya operasional sebagai salah satu implementasi SPM
Nilai Indeks Keluarga Sehat (IKS) PIS-PK per Desember 2017, dari 12 indikator
nasional, ada 6 indikator yang sudah bagus, 6 indikaktor dengan cakupan <50%,
yang terbawah adalah berturut-turut:
• ODGJ Berat 10%
• Hipertensi 25%
• Tuberkulosis 33%
• Tidak merokok 42%
• KB 44%
• JKN 45%
Rendahnya indeks keluarga sehat pada aspek Tuberculosis (sekitar 33%) bisa jadi
disebabkan karena adanya denominator yang sebagian besar memasukkan suspek
TB.
51
tinggal di pemukiman padat dan kumuh, daerah yang selama ini kurang melaporkan
adanya pasien TB, daerah dengan banyak gizi buruk, orang tua, orang dengan HIV,
pasien DM, penyakit paru dan banyak perokok. Bekerja sama dengan organisasi
masyarakat, Puskemas melakukan kunjungan ke rumah sasaran. Melakukan Ketok
Pintu. Setelah mempelajari dan melakukan asesmen lingkungan, kondisi rumah,
perilaku maka dilakukan edukasi tentang TB, mulai dari cara penularan, gejala,
pengobatan dan pencegahannya. Dilanjutkan dengan melakukan skrining adakah
dari mereka yang bergejala TB. Mereka yang menjadi suspek TB diambil dahaknya
untuk diperiksa lebih lanjut di Puskesmas.
52
BAB V
KEMITRAAN MULTISEKTORAL:
MEMPERKUAT SINERGISME ELIMINASI
TUBERKULOSIS
A. Kontribusi Multisektoral
Peran multi sektoral menjadi sangat penting bagi keberhasilan program mencapai
eliminasi TB secara tuntas di Indonesia. TB menjadi penyakit yang bukan hanya
sistemik secara medis tetapi juga secara sosial. Pemerintah telah menjalankan
pendekatan multi sektoral untuk memetakan dan kontribusi yang dapat diberikan
oleh sektor terkait. Penguatan telah dilakukan selain melalui peraturan juga melalui
pertemuan dengan mengambil tema kontribusi multisektoral. Respon cepat
pemerintah Indonesia terhadap deklarasi Moskow dalam upaya mendorong
akselerasi eliminasi tuberkulosis di Indonesia yang ditargetkan pada tahun 2030
telah menjadi tema sentral didalam pertemuan high level meeting pada tingkat
kementerian. Pertemuan mendapat arahan dari Ibu Menkes dan Bapak Mendagri
serta menghadirkan lintas sektor kementerian/lembaga (Komisi IX DPR RI
Kementerian Dalam Negeri, Kemenko PMK, Kementerian Keuangan, Bappenas,
Kemendesi PDTT, Kemenakertrans, Kemenhan, TNI/Polri, dan perwakilan pemerintah
daerah yang terdiri dari Sekretaris Daerah, Kepala Bappeda dan Kepala Dinas
Kesehatan dari 34 provinsi, dan beberapa perwakilan Kepala Daerah Kabupten/Kota
serta mitra lembaga masyarakat. Sambutan dan arahan disampaikan oleh Bapak
Mendagri dan Ibu Menkes selain memeberikan arahan juga membuka pertemuan
tersebut.
53
Peta dukungan Multisektoral Dalam Akselerasi Eliminasi Tuberkulosis di Indonesia
Pada pertemuan tingkat kementerian yang juga dihadiri oleh pemerintah daerah
provinsi pada 4 Desember telah dilakukan pemetaan dukungan dan kesepakatan
untuk mendukung akselerasi eliminasi Tuberkulosis di Indonesia, sebagaimana
tersebut dibawah.
54
16. Kementerian Perdagangan: Regulasi tentang tembakau dan ketersediaan
farmasi dan alat kesehatan TB
17. Kementerian Keuangan:Menjamin ketersediaan dana untuk penanggulangan
TB di pusat, daerah, dan lintas sektor
18. Kementerian Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi:
Ketersediaan SDM yang kompeten, profesional, dan melayani untuk
mendukung eliminasi TB
19. Kementerian Komunikasi dan Informatika: Kampanye dan edukasi TB melalui
media cetak, elektronik, dan online
20. Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak:
Pemberdayaan perempuan dalam edukasi TB, stigma dan masalah gender
21. Badan Pengawas Obat dan Makanan:Dukungan proses registrasi obat dan reagen
TB yang baru, serta pengawasan kualitas obat TB dan peredaran di pasaran
22. Badan Pembiayaan Jaminan Kesehatan: Optimalisasi JKN untuk layanan dan
notifikasi kasus TB, pembiayaan katastropik TB, dan peningkatan kegiatan UKM
23. Gubernur/Bupati/Walikota: Memastikan adanya regulasi, sinkronisasi program
dan jaminan ketersediaan sumber daya (dana, tenaga, sarpras) yang
mencukupi untuk mendukung pencapaian SPM dalam mencapai Eliminasi TB
24. Lembaga Yudikatif: Dukungan terhadap hak-hak dan keadilan sosial pasien TB
25. Pelaku usaha: Mobilisasi dana CSR untuk TB, dukungan pencegahan dan
pelayanan TB di fasilitas kesehatan (RS dan klinik) milik pelaku usaha
26. Organisasi profesi: Penguatan Public-Private Mix (PPM) dan penguatan
kompetensi anggota untuk penemuan, pengobatan dan mandatori notifikasi TB
27. Organisasi keagamaan/organisasi kemasyarakatan: Edukasi, penguatan
penemuan dan pendampingan pengobatan
28. Keluarga dan anggota keluarga: Deteksi dini kasus TB di keluarga/masyarakat,
pendampingan pengobatan, pencegahan dan pengendalian faktor risiko
29. Media massa: Edukasi TB yang benar dan efektif, serta penghapusan stigma/
diskriminasi
55
B. Kemitraan
56
Koalisi organisasi profesi berperan:
• Memberikan dukungan dalam pelaksanaan Program TB ke Provinsi dan
kab/kota termasuk penyusunan NSPK (Norma Standar Prosedur dan Kriteria)
• IDI sebagai induk organisasi profesi mensosialisasikan regulasi yang
mewajibkan anggotanya untuk melakukan tatalaksana TB sesuai standar
serta melaporkan kasus TB yang ditemukan dan atau diobati.
• IDI, PDPI, PAPDI, IDAI, PDUI, PERDOKI, PDS PATKLIN, PATELKI, PDKI, PAMKI, PPNI,
PDSRI, dan IAI sebagai organisasi profesi yang menangani TB memberikan
informasi teknis tentang manajemen kasus TB dan memberikan anjuran
kepada anggotanya melakukan wajib lapor berdasarkan laporan Dinas
Kesehatan Kab/Kota.
• IAI sebagai induk organisasi apoteker akan mengeluarkan surat edaran
kepada anggotanya agar (1) tidak melayani pembelian OAT tanpa resep, (2)
melakukan konfirmasi kepada dokter yang memberikan resep OAT yang tidak
sesuai dengan standar, dan (3) menganjurkan orang dengan gejala TB untuk
memeriksakan diri ke fasyankes.
57
Koalisi organisasi profesional menguatkan kemitraan
58
Koalisi profesi berperan dalam:
• Melakukan advokasi kepada para pembuat kebijakan di tingkat pusat dalam
rangka menciptakan situasi yang mendukung kegiatan program TB;
• Memastikan partisipasi organisasi profesi dalam koalisi di tingkat provinsi
dan kabupaten/kota dalam PPM berbasis kabupaten/kota;
• Memberikan dukungan dalam penerapan NSPK (Norma Standar Prosedur dan
Kriteria) kepada Program Nasional Penanggulangan TB; dan
• Memastikan pelaksanaan aturan wajib lapor (mandatory notification) kasus
TB bagi anggotanya.
59
dan (2) memastikan semua pasien sugestif TB berdasarkan pemeriksaan
radiologis TB mendapatkan tata laksana lanjutan diagnosis sesuai standar.
• Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) sebagai induk organisasi apoteker akan
mengeluarkan surat edaran kepada anggotanya agar (1) tidak melayani
pembelian OAT tanpa resep; (2) melakukan konfirmasi kepada dokter
memberikan resep OAT yang tidak sesuai standar; dan (3) memastikan orang
dengan gejala TB untuk memeriksakan diri ke fasyankes.
• Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) sebagai indukmorganisasi
perawat akan mengeluarkan surat edaran kepada anggotanya agar (1)
memastikan orang dengan gejala TB mendapatkan pemeriksaan sesuai
standar; (2) mendukung pengobatan TB sesuai standar; dan (3) Memberikan
edukasi dan informasi tentang penanggulangan TB kepada keluarga dan
masyarakat.
Banyak sektor swasta telah berpartisipasi dalam program pengendalian TB, dalam
kemitraan dengan transportasi umum, pesan TB dapat ditempatkan di berbagai media.
Di Medan, pesan TB telah ditempatkan pada sepeda motor becak dan di Jakarta, pesan
TB telah ditempatkan di bus kota TransJakarta di DKI Jakarta. Di beberapa daerah ini
dilakukan kerja sama dengan LSM dan Dinas Perhubungan untuk memenfaatkan
angkutan sebagai media pendidikan masyarakat untuk meningkatkan kesadaran
masyarakat tentang masalah tuberkulosis di lingkungan kita.
60
Kemitraan dalam Advokasi, Komunikasi dan Mobilisasi Sosial
Advokasi adalah upaya atau proses terencana untuk memperoleh komitmen dan
dukungan dari pemangku kebijakan yang dilakukan secara persuasif, dengan
menggunakan informasi yang akurat dan tepat. Advokasi Program Penanggulangan
TB adalah suatu perangkat kegiatan yang terencana, terkoordinasi dengan tujuan:
• Menempatkan TB sebagai hal/perhatian utama dalam agenda politik
mendorong komitmen politik dari pemangku kebijakan yang ditandai adanya
peraturan atau produk hukum untuk program penanggulangan TB
• Meningkatkan dan mempertahankan kesinambungan pembiayaan dan
sumber daya lainnya untuk TB. Advokasi akan lebih efektif bila dilaksanakan
dengan prinsip kemitraan melalui forum kerjasama.
Beberapa upaya advokasi yang telah dilaksanakan selama tahun 2017 adalah:
Joint External Monitoring Mission for Tuberculosis (TB) control (JEMM TB),
berlangsung pada 16-27 Januari 2017 di Indonesia. Acara yang dilaksanakan oleh
Kementerian Kesehatan ini didukung oleh Komite ahli TB, WHO Indonesia,
Universitas, sektor nonpemerintah, Organisasi Masyarakat Sipil (OMS) dan pakar ahli
TB internasional sebagai mitra Indonesia dalam memerangi Tuberkulosis. Kegiatan
ini bertujuan untuk menyediakan analisa kondisi TB dan upaya pengendalian
Tuberkulosis di Indonesia, serta memberikan rekomendasi untuk memperkuat
layanan pengendalian Tuberkulosis dalam mencapai target yang tercantum dalam
Strategi Nasional Pengendalian TB, 2015-2019, The END TB strategy serta target dari
Sustainable Development Goals yang terkait TB. Salah satu kegiatan dalam rangkaian
kegiatan JEMM ini meliputi kunjungan ke beberapa lembaga utama bidang
kesehatan, kunjungan ke Bappenas yang dihadiri oleh lintas sektor dan lintas
program kementerian terkait yang salah satunya membahas kontribusi lintas
program lintas sektor terkait penanggulangan TB, serta kunjungan ke Komisi IX DPR
dari hasil kunjungan tersebut tim JEMM menghasilkan satu rekomendasi terkait
kontribusi lintas sektor dan program berupa perlunya membuat kesepakatan yang
rinci dengan berkolaborasi dengan kementerian terkait dalam pengendalian TB,
dengan pembagian tanggung jawab yang jelas, hasil/ouput, target dan waktu
pelaksanaan kegiatan.
61
Advokasi dengan perwakilan lintas Sektor
Kegiatan advokasi melalui diskusi bersama dengan lintas sektor antara lain
Bappenas, Kemenko PMK, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Hukum dan HAM,
BPJS Kesehatan, BPOM, Kementerian PUPR, Kemenaker, POLRI, Pusat Kesehatan TNI.
Proses FGD menghasilkan:
• Bappenas: Memasukkan program TB ke dalam RKP tahun 2018
• Kemenko PMK: Mendorong PP tentang SPM dan mendorong terbitnya PP
dengan mengkoordinir pertemuan HLM dengan K/L
• Kemendagri:
o Menerbitkan regulasi dukungan percepatan penanggulangan TB
sebagai penguatan SE Mendagri
o Mendorong Pemda menerbitkan kebijakan pelaksanaan pelayanan
bagi orang terduga TB yang diatur dalam PP SPM dan NSPK
pengendalian tuberkulosis
o Melakukan sinkronisasi program penanggulangan TB dalam RPJMD,
RKPD, dan APBD
o Kemenkumham: akan memonitor implementasi skrining TB bagi WBP
dan pengembangan surveilans terintegrasi dengan sistem informasi
program
• Kementerian PUPR: Akan menindaklanjuti data TB terutama daerah yang
memilki beban TB yang tinggi dengan data kawasan kumuh dan tidak layak
huni yang dimiliki Kementerian PUPR
• Kementerian Tenaga Kerja: Telah terbentuk jejaring layanan TB di Fasyankes
perusahaan dengan Puskesmas, namun belum berjalan optimal karena
keterbatasan dana
• BPJS Kesehatan: Akan memfasilitasi pengalokasian biaya jaminan kesehatan
untuk pasien TB pada penggunaan dana kapitasi operasional, serta akses
data pencatatan dan pelaporan penyakit TB di FKTP dan FKRTL yang tercatat
di aplikasi
• BPOM: Segera menindaklanjuti pembuatan regulasi yang menyatakan bahwa
akan membantu mempercepat proses registrasi obat TB
• POLRI: Akan memperkuat jejaring dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
wilayah setempat untuk penanggulangan TB
• Puskes TNI: Meneruskan instruksi pada Fasyankes dalam lingkungan TNI
informasi dan update pedoman dari Kementerian Kesehatan serta
pengembangan pelibatan babinsa untuk merujuk terduga TB.
62
Advokasi oleh Organisasi Masyarakat Sipil di Daerah
Organisasi masyarakat sipil yang terlibat: Yayasan Terus Berjuang (Terjang), Gerakan
Remaja Anti HIV AIDS (Graha), Graha Prima Karya Sejahtera (Grapiks), Aisyiyah, PKPU
Human Initiative, Masyarakat Peduli Posyandu Indonesia, Kesatuan Aksi Mahasiswa
Muslim Indonesia, Komisi Penanggulangan AIDS (KPA), Karang Taruna Kec. Bojongloa
Kaler, BEM Politeknik Kesehatan Kemenkes, LSM Lembaga Pemberdayaan dan
Pembangunan Daerah, Komunitas Masyarakat Peduli TB Kel. Sukaraja, Forum Warga
Peduli AIDS (WPA) Kota Bandung.
63
• Bergabung dengan program Aisyiyah, untuk TB MDR
• Membuat srikandi TB, karena penderita perempuan ibu dan anak di Bandung
sangat tinggi (direncanakan akan audiensi dengan ibu walikota dan wakil
walikota
• Merintis upaya kerjasama dengan lembaga zakat di Bandung
Komunitas yang terlibat di kota Surakarta: Fatayat Nahdlatul Ulama Surakarta, Komisi
Penanggulangan AIDS Kota Surakarta, Yayasan Spek-HAM (Solidaritas Perempuan
untuk Kemanusiaan dan HAM, Yayasan Kakak (Kepedulian untuk Anak Surakarta),
LSM SARI (Social Analysis Research Institute), Lembaga Studi Kemasyarakatan dan
Bina Bakat (LKS Bina Bakat), Lentera (LSM Pendamping anak dengan HIV/AIDS), Gaya
Mahardika (Pendamping TB-HIV), Masyarakat Peduli Pelayanan Publik Surakarta
(MP3S), Yayasan MITRA ALAM (Pusat Pemulihan & Informasi Ketergantungan NAPZA,
SOLO PLUS (Pendamping TB-HIV), Majelis Kesehatan Aisyiyah Kota Surakart,
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Surakarta,Kader Paru Sehat, PATTIRO
Surakarta, Muslimat Nahdlatul Kota Surakarta.
Komunitas yang terlibat di kota Jayapura: Yayasan Harapan Ibu (YHI), Pimpinan
Wilayah Aisyiyah Papua, Ilalang Papua, Pemuda Muhammadiyah, Pemuda Perindo,
Alinasi Transparansi Anggaran untuk Papua, LPM Equator Papua, SR Community TB-
HIV Care Aisyiyah Papua, DPD IMM Papua, HMI Komisariat UNIYAP, Pemuda GPI “Jalan
Suci”, Angkatan Muda Kemah Injil (AMKI), SKPKC Fransiskan Papua, ICDP (Institute
Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat Papua), PW Nasyatul Aisyiyah Papua.
64
Beberapa kesepakatan Koalisi Koalisi Jaring TB
• Aisyiah dan Yayasan Harapan Ibu dapat memberikan dukungan
• Ada peluang Bank Muamalat dan Bank Papua untuk mendukung kegiatan
penanggulangan TB
65
Gambar V.B.1. Bupati Jember Menandatangani Pakta Integritas sebagai Komitmen Penanggulangan TB
di Kabupaten Jember
66
• Dalam pemilihan kader kepala desa berkoordinasi dengan kepala puskesmas
diwilayahnya
• Waktu pelaksanaan tahun 2018
• Hasil penataan kader dilaporkan ke kepala desa kemudian ke puskesmas
selanjutnya ke kabupaten dan kabupaten melaporkan ke provinsi
• Setiap desa bersedia menganggarkan di ADD dengan sharing dana OPD terkait
untuk pemberian makanan tambahan bagi penderita TB
• Pembuatan SK Kader yang ditanda tangani oleh kepala desa setempat
• Dinas kesehatan kabupaten menyediakan logistikuntuk desa sadar TB
termasuk format pencatatan
• Sertifikat desa sadar TB disediakan oleh dinas kesehatan provinsi Sulawesi
Barat.
67
atau video mereka ke Blog, Facebook, Twitter, YouTube dan media sosial lainnya.
Untuk mempertahankan keterlibatan para blogger, setiap tahun, program
mengadakan lokakarya para blogger untuk memberi mereka informasi TB terbaru.
Sebanyak 279 blogger dari 26 dari 34 provinsi mulai terlibat sejak tahun 2014 dan
579 artikel tentang TB dipublikasikan di media sosial dan lebih dari 2,5 juta
pengguna media sosial terpapar informasi TB.
Kompetisi dilakukan bersama dengan siswa-siswi tingkat SMA yang bekerja sama
dengan Kemendikbud dilaksanakan di Jakarta, Medan dan Papua. Kegiatan ini
dilakukan dalam mendukung kegiatan Hari TB Sedunia. Kaum muda harus dilibatkan
sejak dini, untuk melibatkan pemuda dalam pengendalian TB melalui media
populer;, memperkuat kemitraan dengan kementerian pendidikan dan kementerian
komunikasi dalam pengendalian TB; dan berpartisipasi dalam Festival Film TB dalam
mendukung acara hari TB sedunia.
Sebagai bagian dari kemitraan dan pemberdayaan kaum muda, program TB bekerja
sama dengan Challenge TB mengadakan lokakarya dua hari yang mengajarkan
Tuberkulosis melalui jurnalistik dan media kreatif. Sebanyak 20 siswa dari 10
68
sekolah menengah di Jakarta diundang untuk diberi pengetahuan tentang TB dan
mendorong mereka untuk menghasilkan mediakreatif tentang TB.
Para siswa mampu menghasilkan film pendek dalam waktu satu bulan. Ada 9 film
pendek telah diterima dengan total tampilan 11.199 dalam waktu satu bulan.
69
perayaan tersebut juga dihadiri oleh ketua Indonesian Stop TB Partnership, Arifin
Panigoro.
70
BAB VI
INFORMASI TUBERKULOSIS:
DATA UNTUK AKSI STRATEGIS DAN INOVASI
Sistem informasi menjadi bagian penting untuk berjalannya program secara baik.
Dengan informasi ini program dapat melakukan pemetaan, indentifikasi kelemahan
dan bagaimana melakukan tindak lanjut. Sistem informasi strategis tuberkulosis
meliputi sistem surveilans, sistem monitoring dan evaluasi dan penelitian
operasional TB.
Surveilans TB
Sistem surveilans terdiri dari surveilans berbasis indikator yaitu berdasarkan data
pelaporan dan Surveilans berbasis kejadian berupa survei: periodik dan sentinel.
Surveilans berbasis indikator dilaksanakan dengan menggunakan data layanan rutin
yang dilakukan pada pasien TB. Sistem surveilans ini merupakan sistem yang
mudah, murah dan masih bisa dipercaya untuk memperoleh informasi tentang TB.
Data untuk program Penanggulangan TB diperoleh dari sistem pencatatan-
pelaporan TB. Pencatatan menggunakan formulir baku secara manual didukung
dengan sistem informasi secara elektronik, sedangkan pelaporan TB menggunakan
sistem informasi elektronik. Penerapan sistem informasi TB secara elektronik
disemua faskes dilaksanakan secara bertahap dengan memperhatikan ketersediaan
sumber daya di wilayah tersebut.
Monitoring dan evaluasi program TB merupakan salah satu fungsi manajemen untuk
menilai keberhasilan pelaksanaan program TB. Monitoring dilakukan secara rutin
dan berkala sebagai deteksi awal masalah dalam pelaksanaan kegiatan program
sehingga dapat segera dilakukan tindakan perbaikan. Evaluasi dilakukan untuk
menilai sejauh mana pencapaian tujuan, indikator, dan target yang telah ditetapkan.
Pelaksanaan Monev merupakan tanggung jawab masing-masing tingkat pelaksana
program, mulai dari Fasilitas kesehatan, Kabupaten/Kota, Provinsi hingga Pusat.
71
dianalisis, diinterpretasi, disajikan dan disebarluaskan untuk dimanfaatkan sebagai
dasar perbaikan program.
Saat ini sistem infomasi TB terdiri atas Sistem Informasi TB Terpadu (SITT) untuk
pelaporan kasus TB sensitif obat, e-TB Manager untuk pelaporan kasus TB resisten
obat, dan WiFi TB untuk pelaporan kasus TB di Dokter Praktik Mandiri. Untuk
mengoptimalkan fungsi sistem informasi dan melakukan efisiensi (seperti pelatihan,
sumber daya, dan pengawasan), maka diperlukan menggabungkan SITT dan e-TB
Manager ke dalam satu sistem yang kemudian disebut dengan Sistem Informasi TB
(SI TB). Pengembangan SI TB dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
TB adalah penyakit menular yang wajib dilaporkan. Setiap fasilitas kesehatan yang
memberikan pelayanan TB wajib mencatat dan melaporkan kasus TB yang
ditemukan dan/atau diobati. Pelanggaran atas kewajiban ini bisa mengakibatkan
72
sanksi administratif sampai pencabutan izin operasional fasilitas kesehatan yang
bersangkutan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Sistem notifikasi wajib dapat dilakukan secara manual atau melalui sistem
elektronik sesuai dengan tata cara dan sistem yang ditentukan oleh program
penanggulangan TB. Notifikasiwajib pasien TB untuk FKTP (klinik dan dokter praktik
mandiri) disampaikan kepada Puskesmas setempat.Puskesmas akanmengkompilasi
laporan kasus TB dari semuaFKTP di wilayah kerjanya dan melaporkan kepada Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota setempat.Mengingat keterbatasan sumber daya di FKTP
(klinik dan dokter praktik mandiri) maka harus disiapkan sistem informasi TB yang
lebih sederhana dan mudah dilaksanakan.
Notifikasi wajib pasien TB dari FKRTL (Rumah Sakit, BP4, Klinik Madya dan Utama)
disampaikan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/kota setempat menggunakan
sistem informasi TB yang baku.
Inovasi WiFi TB
Wajib notifikasi TB (Wifi TB) adalah aplikasi user-friendly untuk memudahkan dokter
puskesmas, klinik pratama, praktik mandiri (umum dan spesialis), rumah sakit
(pemerintah dan swasta, BP4, BKPM, BBKPM dan fasilitas kesehatan penunjang
(laboratorium) mengumpulkandan melaporkan informasi medis pasien TB secara
digital.
73
Penggunaan Aplikasi Mobile EMPATI
Laporan dianggap tepat waktu jika laporan dikirim paling lambat 15 hari setelah
triwulan berakhir.
74
11 Banten 63 38 13 100 88 88 100
12 DKI Jakarta 83 83 83 83 100 100 83
13 Jawa Barat 56 15 41 44 44 59 59
14 Jawa Tengah 83 71 54 66 60 69 57
15 DI Yogyakarta 100 40 60 60 40 80 100
16 Jawa Timur 63 13 58 74 47 55 58
17 Kalimantan Barat 36 14 7 14 21 7 36
18 Kalimantan Tengah 50 21 36 64 43 43 14
19 Kalimantan Selatan 15 0 31 31 15 23 38
20 Kalimantan Timur 30 20 10 50 50 20 40
21 Kalimantan Utara 0 20 0 0 0 20 40
22 Sulawesi Utara 33 0 47 53 27 40 33
23 Gorontalo 33 17 17 17 0 0 17
24 Sulawesi Tengah 77 0 69 54 31 8 8
25 Sulawesi Selatan 88 13 33 54 17 25 13
26 Sulawesi Barat 50 0 50 33 17 0 17
27 Sulawesi Tenggara 35 29 35 24 12 35 12
28 Bali 78 33 44 89 0 11 56
29 Nusa Tenggara Barat 90 0 50 30 30 30 20
30 Nusa Tenggara Timur 64 18 27 50 36 36 27
31 Maluku 27 0 9 64 45 27 0
32 Maluku Utara 50 10 30 40 0 60 40
33 Papua 45 21 24 21 34 34 31
34 Papua Barat 8 8 0 15 8 0 0
Indonesia 54 23 37 45 36 38 39
Keterangan:
0-49
50-69
70-89
90-100
Riset menjadi salah satu pilar untuk mendukung strategi dan kebijakan TB berbasis
bukti. Banyak penelitian TB yang tersebar di seluruh Indonesia baik yang
dilaksanakan oleh Universitas maupun Lembaga riset yang ada di bawah Kemenkes,
Kemenristek Dikti maupun Kementerian lain. Kegiatan riset tersebut harus dapat
dimanfaatkan dan diarahkan untuk mendukung akselerasi tercapainya eliminasi TB
di Indonesia.
Untuk mewadahi kegiatan tersebut pada April 2017, telah dibentuk Jejering Riset TB
yang disebut dengan JetSet TB Indonesia, beranggotakan akademisi, profesi,
danpeneliti di bidang TB yang berfungsi sebagai:
• Menghasilkan penelitian TB sebagai evidence policy untuk pengambilan
kebijakan program
75
• Mewadahi komunikasi untuk pertukaran informasi
• Menghasilkan peneliti TB yang berkualitas
• Menjadi mitra strategis program TB Nasional.
Rencana Aksi Nasional (RAN) Riset TB Tahun 2017-2020 dibuat agar riset TB sejalan
dengan agenda penelitian TB dan bermanfaat bagi Program TB Nasional. Sedangkan
Panduan Riset TB dibuat sebagai panduan oleh berbagai kelangan perguruan tinggi,
dinas kesehatan provinsi/kabupaten/kota, serta lembaga swadaya masyarakat yang
tertarik dalam kegiatan riset operasional TB, agar terdapat kesamaan dalam
pemahaman tentang pengertian, ruang lingkup, dan metode yang digunakan dalam
riset operasional.
Pada tanggal 26-27 Oktober 2017, di Solo Jawa Tengah, telah dilaksanakan Seminar
Nasional Riset Tuberkulosis, bertujuan memperkuat jejaring riset, mempromosikan
riset TB bagi instansi penelitian atau universitas, mengetahui masalah prioritas riset
TB dan agar dapat berkontribusi untuk Program Penanggulangan TB Nasional secara
aktif. Seminar tersebut menjadi media tersebar luasnya berbagai informasi terbaru
hasil riset TB yang bisa dimanfaatkan bagi pelaksanan program, peneliti, praktisi, dan
masyarakat.
76
Kegiatan riset TB yang dilakukan pada tahun 2017 difokuskan kepada isu akselerasi
penemuan pasien TB, antara lain riset tentang:
• Akselerasi Investigasi Kontak Melalui Deteksi Dini Untuk Meningkatkan
Penemuan Kasus TB (Bali)
• Dukungan Keluarga dan Tokoh Agama Informal Dalam Penemuan Terduga
Kasus dan Pendampingan Pasien TB (NTT)
• Peningkatan penemuan kasus melalui Program Terpadu TB-DM (Jateng)
• Strategi pelibatan Dokter Praktik Swasta. (Kalsel, Jatim)
• Perbaikan algoritma diagnosis TB Anak ( DIY, Sumbar)
• Inventory Study (Aceh, Sumbar, Riau, Sumsel, Lampung, Jakarta, Jabar, Jateng,
Jatim, Kalteng, Kaltim, Sulsel, Sulbar, Bali, NTT)
• Analisis Kebijakan Pembiayaan Program TB dalam 3 Tahun Pelaksanaan JKN
(Deli Serdang, Medan, Bogor, Bandung, Jakarta)
• Peningkatan pemanfaatan TCM.
Pemodelan Epidemiologi TB
Model dampak TIME diperkenalkan di Indonesia pada tahun 2016 dan digunakan
untuk pengembangan Concept Note Global Fund 2018-2020. Berbagai skenario
dimodelkan untuk menilai dampak potensial terhadap parameter epidemiologi
seperti kejadian, prevalensi dan mortalitas. Bidang/intervensi utama program yang
dimodelkan sebagai berikut:
1. Meningkatkan hasil pengobatan
2. Ekspansi TCM & peningkatan keterkaitan dengan layanan
3. Intervensi HIV & IPT
Mengingat ada intervensi lain yang tidak dapat dimodelkan dalam TIME, yang
selanjutnya akan mengurangi epidemi ini, Indonesia harus dapat memenuhi
pengurangan 20% kejadian dan penurunan angka kematian sebesar 40% pada
2020, dengan syarat bahwa semua target tercapai.
77
Pemodelan Insidens TB per Kabupaten/Kota (District Modelling)
78
Estimasi angka cakupan penemuan (CDR) adalah rasio jumlah kasus yang dilaporkan
berbasis layanan terhadap perkiraan insiden TB. Diantara 9 kabupaten/kota yang
memiliki CDR lebih dari 100%, 6 diantaranya adalah perkotaan. Perkotaan memiliki
akses dan layanan yang relatif lebih baik dibandingkan dengan sekitarnya yang
memungkin akan menarik pasien TB dari kabupaten sekitarnya.
Dengan adanya missing cases TB yang cukup besar menyimpulkan bahwa sistim
surveilans TB masih lemah, belum mampu membaca situasi sebenarnya, terlalu
rumit dan tidak paktis. Beberapa perbaikan telah dimulai seperti menguatkan sistem
jejaring, memanfaatkan teknologi, memantapkan peranti lunak, memulai dengan
identitas tunggal, dan lain lainnya yang masih memerlukan solusi jangka panjang.
Kasus TB yang hilang harus disikapi selain penyelesaian jangka panjang juga jangka
pendek dengan melakukan surveilans aktif yaitu dengan melakukan penyisiran data
yang belum terunggah di sistem informasi TB terpadu (SITT), salah satunya adalah
menyisir data ke rumah sakit. Kegiatan ini dilakukan mulai awal bulan November
2017, mengambil sampel beberapa Rumah Sakit besar sebagaimana tabel di bawah
79
ini. Kegiatan ini harus dilakukan selagi memperbaiki sistem surveilans yang masih
lemah.
Program GET TB dengan melakukan AJES, membuat jejaring TB DOTS klinik swasta;
SMS Getway; mobile container; leaflet; buku saku kader, membentuk kader cerdas TB,
meningkatkan kepedulian linsek. Cakupan CDR telah meningkat dari 95 pada Maret
2017 menjadi 354 di Juli 2017.
80
81
Surveilans Ketenagaan Program
Untuk berjalannya kegiatan program secara baik diperlukan tenaga yang kompeten,
motivatif dan jumlah yang memadai.
82
Keterangan:
80-100
60-79.9
0-59.9
83
Inovasi pelatihan jarak jauh (LJJ)
84
Preservice Training untuk mendukung Eliminasi Tuberkulosis
85
Evaluasi Pasca Pelatihan Wasor
Surveilan Laboratorium
PME laboratorium mikroskopis TB dilakukan melalui kegiatan uji silang dan uji
profisiensi (tes panel). Uji silang mikroskopis TB dilakukan secara rutin tiap triwulan,
dan ditargetkan semua laboratorium mikroskopis TB mengikuti kegiatan tersebut
secara rutin. Indikator uji silang yang dilaporkan adalah partisipasi kabupaten/kota
dalam uji silang, partisipasi fasyankes mikroskopis dalam uji silang, dan proporsi
fasyankes kinerja baik di antara seluruh fasyankes mikroskopis. Partisipasi
kabupaten/kota dalam uji silang per tanggal 1 Maret 2018 adalah sebagaimana yang
digambarkan sesuai grafik berikut:
45%
200 40%
35%
150 30%
Jml Kab/Kota
25%
100 20%
15%
50 10%
5%
0 0%
TW 1 - 2017 TW 2 - 2017 TW 3 - 2017
Partisipasi kab kota 238 201 178
% Partisipasi kab kota 46% 39% 35%
86
Fasyankes ikut Uji Silang & Berkinerja Baik dalam Uji Silang
Mikroskopis Th. 2016-2017
3000 29%
27%
2000
26%
1500
25%
1000
24%
500
23%
0 22%
TW 1 - 2017 TW 2 - 2017 TW 3 - 2017
Faskes Ikut CC 2486 2267 2038
Faskes Kinerja Baik 1860 1822 1631
% Faskes Kinerja Baik 28% 27% 24%
87
Persentase Test Error Nasional Tahun 2017 Berdasarkan
Laporan Bulanan TCM per 3 Januari 2018
3%
4%
3%
3%
3%
3%
2%
3%
2% 2%
2% 2% 2% 2%
2% 2%
2%
1%
1%
0%
JAN FEB MAR APR MAY JUN JUL AUG SEP OCT NOV DEC
Perhitungan tingkat error dihitung dengan membagi jumlah error dengan total
pemeriksaan, dengan angka yang masih dapat ditoleransi adalah <5%. Dari grafik di
atas diketahui tingkat error alat TCM di Indonesia masih dalam batas normal.
88
Gambar VI.4. Tren penggunaan TCM per Bulan pada Tahun 2017
21%
20%
20000 18% 19271 20%
18762
18% 17% 17%
16% 16%
16139
14%
15000 14114 15%
11% 11701
9395
10000 10%
7900 7600
6743 6%
6178
4821 4826
5000 5%
1615 1764 1844 1913 1915
1187 1328 1447
671 944
545 557
0 0%
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sept Okt Nov Des
Modul Total Test Utilisasi
Pada grafik tersebut terlihat peningkatan persentase penggunaan alat TCM walaupun
jumlah modul meningkat, hal ini menunjukkan kemampuan manajerial
laboratorium TCM dalam menghadapi penambahan modul di wilayahnya.
35000 35%
29%
30000 30%
26%
24%
23%
25000 22% 25%
21%
19% 19% 19%
19% 19%
20000 17% 17%
20%
15% 15%
15000 15%
11% 11%
9% 10% 9% 9%
8%9% 8% 8%
10000 7% 10%
6%7% 6%
5% 5%
3% 3%
5000 5%
0%
0 0%
89
Dari grafik di atas terdapat 17 provinsi dengan penggunaan rendah (<10%), 17
provinsi dengan tingkat penggunaan menengah (11-49%). Tidak terdapat provinsi
yang memmiliki tingkat penggunaan tinggi (>50%).
Perbandingan penggunaan TCM berdasarkan tipe pasien TB pada tahun 2016 dan
2017 terlihat peningkatan penggunaan TCM pada kelompok terduga TB.
100
634
TB MDR
1% 3%
2%
1590 1937
3% TB
TB-HIV
TB RO
37% 53% TB HIV
Pediatric TB TB Anak
TB DM
TB EP
Presumptive TB Lainnya
21027
Others
Laporan bulanan TCM dikumpulkan paling lambat tanggal 5 bulan berikutnya oleh
masing-masing laboratorium TCM. Proporsi laboratorium yang melaporkan laporan
bulanan per bulan terlihat pada grafik berikut.
500 70%
450
60%
400
350 50%
300
40%
250
30%
200
150 20%
100
10%
50
0 0%
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
∑ Site Lapor 75 74 100 152 193 202 220 248 286 287 251 89
∑ Site per Bulan 134 136 165 231 291 326 354 395 432 452 469 469
% Site Lapor 56% 54% 61% 66% 66% 62% 62% 63% 66% 63% 54% 19%
90
Utilisasi TCM
Utilisasi TCM diukur dengan jumlah total pemeriksaan (test) dibagi dengan jumlah
modul yang operasonal x 3 x 20 hari kerja per bulan. Angka 3 adalah jumlah
pemeriksaan per hari.
91
92
93
94
95
96
97
Surveilans Logistik TB
Kelengkapan laporan, sekitar 60% provinsi (kabupaten kota) yang tidak melaporkan
ketersediaan logistik OAT.
Tingkat ketersediaan OAT lini pertama diukur dengan membandingkan jumlah kasus
dengan ketersediaan OAT dihitung dalam bulan ketersediaan. Sebagai contoh
ketersediaan 91,6 bulan artinya OAT tersebut cukup untuk lebih dari 7 tahun.
Beberapa kemungkinan antara lain kasus tidak terlaporkan atau tidak ditemukan
atau tidak ada kegiatan. Sebagai konsekuensi akan terjadi kedaluwarsa terhadap OAT
tersebut bila tidak dilakukan akselerasi penemuan kasus atau manajemen distribusi
yang baik (relokasi).
98
Contoh berikut adalah grafik situasi stock out dan overstock untuk OAT kategori anak.
Terlihat pada beberapa provinsi yang di satu pihak beberapa kabupaten kotanya
mengalami stok out tetapi di kabupaten/kota yang lain mengalami overstock. Hal ini
perlu pembinaan manajemen distribusi logistik TB.
99
LAMPIRAN
Estimasi insiden kasus TB di Indonesia tahun 2017
Jumlah
Perkiraan insiden TB Case Detection
Provinsi Kabupaten/Kota Penduduk
Rate Tahun 2017
Tahun 2017 2017 2018 2019 2020
ACEH 5.189.466 23.763 23.213 22.299 21.010 27,99%
ACEH ACEH BARAT 201.682 921 902 869 821 22,81%
ACEH ACEH BARAT DAYA 145.726 622 607 582 547 13,02%
ACEH ACEH BESAR 409.109 1.843 1.804 1.736 1.641 16,71%
ACEH ACEH JAYA 89.618 361 352 339 320 38,20%
ACEH ACEH SELATAN 231.893 977 951 909 853 34,18%
ACEH ACEH SINGKIL 119.490 556 544 524 495 41,00%
ACEH ACEH TAMIANG 287.007 1.350 1.314 1.258 1.180 17,33%
ACEH ACEH TENGAH 204.273 912 894 860 812 18,09%
ACEH ACEH TENGGARA 208.481 919 898 865 816 11,97%
ACEH ACEH TIMUR 419.594 1.798 1.758 1.694 1.601 18,74%
ACEH ACEH UTARA 602.554 2.661 2.591 2.479 2.327 47,24%
ACEH BENER MERIAH 142.526 599 585 564 533 7,68%
ACEH BIREUEN 453.224 2.009 1.964 1.895 1.789 36,54%
ACEH GAYO LUES 91.024 400 391 375 354 46,20%
ACEH KOTA BANDA ACEH 259.913 1.620 1.586 1.527 1.447 35,00%
ACEH KOTA LANGSA 171.574 1.005 980 939 882 25,07%
ACEH KOTA LHOKSEUMAWE 198.980 1.160 1.137 1.094 1.034 28,12%
ACEH KOTA SABANG 33.978 185 181 172 162 24,85%
ACEH KOTA SUBULUSSALAM 78.725 352 344 330 310 28,10%
ACEH NAGAN RAYA 161.329 654 640 615 579 26,91%
ACEH PIDIE 432.599 1.808 1.762 1.686 1.583 26,66%
ACEH PIDIE JAYA 154.795 648 636 612 578 20,67%
ACEH SIMEULUE 91.372 403 391 372 348 50,16%
SUMUT 14.262.147 73.488 71.296 68.028 63.668 34,35%
SUMUT ASAHAN 718.718 3.467 3.354 3.192 2.979 28,52%
SUMUT BATU BARA 409.091 1.894 1.835 1.748 1.634 22,33%
SUMUT DAIRI 281.876 1.251 1.207 1.144 1.065 21,18%
SUMUT DELI SERDANG 2.114.627 12.106 11.844 11.394 10.747 34,92%
SUMUT HUMBANG HASUNDUTAN 186.694 810 785 748 699 32,35%
SUMUT KARO 403.207 1.835 1.789 1.716 1.613 28,56%
SUMUT KOTA BINJAI 270.926 1.671 1.621 1.546 1.447 20,17%
SUMUT KOTA GUNUNGSITOLI 139.281 673 654 624 584 21,98%
SUMUT KOTA MEDAN 2.247.425 14.141 13.673 13.004 12.133 65,48%
SUMUT KOTA PADANGSIDIMPUAN 216.013 1.255 1.221 1.169 1.096 42,70%
SUMUT KOTA PEMATANG SIANTAR 251.513 1.609 1.556 1.480 1.382 39,60%
SUMUT KOTA SIBOLGA 87.090 600 577 547 508 45,67%
SUMUT KOTA TANJUNG BALAI 171.187 1.170 1.137 1.086 1.017 14,01%
SUMUT KOTA TEBING TINGGI 160.686 1.034 1.004 959 898 14,12%
SUMUT LABUHAN BATU 478.593 2.316 2.259 2.168 2.039 28,37%
SUMUT LABUHAN BATU SELATAN 326.825 1.430 1.398 1.344 1.267 10,63%
SUMUT LABUHAN BATU UTARA 357.691 1.502 1.454 1.384 1.293 24,51%
SUMUT LANGKAT 1.028.309 4.844 4.682 4.449 4.148 12,20%
SUMUT MANDAILING NATAL 439.505 2.095 2.029 1.933 1.807 43,76%
SUMUT NIAS 137.588 618 596 565 526 45,78%
SUMUT NIAS BARAT 85.801 377 364 346 321 31,81%
SUMUT NIAS SELATAN 314.395 1.308 1.267 1.206 1.127 17,74%
SUMUT NIAS UTARA 136.090 598 578 550 513 22,73%
SUMUT PADANG LAWAS 269.799 1.176 1.153 1.111 1.050 13,78%
SUMUT PADANG LAWAS UTARA 262.895 1.082 1.058 1.018 960 34,18%
SUMUT PAKPAK BHARAT 47.183 193 189 181 171 24,35%
SUMUT SAMOSIR 125.099 536 518 490 456 46,99%
SUMUT SERDANG BEDAGAI 612.924 2.905 2.796 2.649 2.460 25,37%
SUMUT SIMALUNGUN 859.228 3.967 3.827 3.632 3.381 18,86%
SUMUT TAPANULI SELATAN 278.587 1.157 1.117 1.061 989 39,16%
SUMUT TAPANULI TENGAH 363.705 1.781 1.740 1.672 1.575 22,97%
SUMUT TAPANULI UTARA 297.806 1.259 1.216 1.156 1.078 20,98%
SUMUT TOBA SAMOSIR 181.790 825 796 756 704 50,04%
SUMBAR 5.321.489 26.031 25.275 24.139 22.616 31,86%
SUMBAR AGAM 484.288 2.248 2.174 2.067 1.929 30,39%
SUMBAR DHARMASRAYA 235.476 1.113 1.095 1.060 1.006 23,64%
SUMBAR KEPULAUAN MENTAWAI 88.692 372 364 350 330 40,86%
SUMBAR KOTA BUKITTINGGI 126.804 832 811 777 731 30,66%
SUMBAR KOTA PADANG 927.011 5.822 5.661 5.413 5.077 33,91%
SUMBAR KOTA PADANG PANJANG 52.422 335 325 311 292 49,01%
SUMBAR KOTA PARIAMAN 86.618 490 476 454 425 45,74%
SUMBAR KOTA PAYAKUMBUH 131.819 783 762 730 686 20,31%
SUMBAR KOTA SAWAH LUNTO 61.398 341 330 315 294 26,65%
SUMBAR KOTA SOLOK 68.602 446 436 419 394 18,60%
SUMBAR LIMA PULUH KOTA 376.072 1.570 1.520 1.448 1.353 16,69%
SUMBAR PADANG PARIAMAN 411.003 1.897 1.831 1.739 1.620 40,53%
SUMBAR PASAMAN 275.728 1.206 1.169 1.115 1.043 47,84%
SUMBAR PASAMAN BARAT 427.295 1.884 1.843 1.773 1.673 41,78%
SUMBAR PESISIR SELATAN 457.285 1.883 1.821 1.731 1.616 44,78%
SUMBAR SIJUNJUNG 230.104 996 971 931 876 29,52%
SUMBAR SOLOK 368.691 1.531 1.479 1.405 1.311 17,77%
SUMBAR SOLOK SELATAN 165.603 748 730 700 659 27,96%
SUMBAR TANAH DATAR 346.578 1.537 1.479 1.400 1.300 15,10%
RIAU 6.657.911 32.068 31.501 30.432 28.836 23,78%
RIAU BENGKALIS 559.081 2.815 2.736 2.615 2.451 25,19%
RIAU INDRAGIRI HILIR 722.234 3.042 2.957 2.827 2.653 16,31%
RIAU INDRAGIRI HULU 425.897 1.868 1.827 1.757 1.657 15,09%
RIAU KAMPAR 832.387 3.585 3.521 3.401 3.221 28,67%
RIAU KEPULAUAN MERANTI 183.297 872 842 800 746 28,77%
RIAU KOTA DUMAI 297.638 1.674 1.637 1.574 1.484 31,78%
RIAU KOTA PEKANBARU 1.091.088 6.884 6.766 6.539 6.197 28,75%
RIAU KUANTAN SINGINGI 321.216 1.330 1.289 1.228 1.148 7,37%
RIAU PELALAWAN 438.788 1.984 1.999 1.982 1.926 34,74%
RIAU ROKAN HILIR 679.663 3.065 3.018 2.921 2.773 26,85%
RIAU ROKAN HULU 641.208 2.667 2.661 2.610 2.510 12,00%
RIAU SIAK 465.414 2.282 2.248 2.178 2.069 18,40%
KEPRI 2.082.694 12.280 12.101 11.722 11.134 33,38%
KEPRI BINTAN 156.313 843 817 779 729 25,27%
KEPRI KARIMUN 229.194 1.225 1.186 1.128 1.052 34,29%
KEPRI KEPULAUAN ANAMBAS 41.412 196 191 182 170 19,36%
KEPRI KOTA BATAM 1.283.196 7.927 7.884 7.705 7.380 33,96%
KEPRI KOTA TANJUNG PINANG 207.057 1.285 1.246 1.190 1.114 42,34%
KEPRI LINGGA 89.330 434 417 395 367 25,13%
KEPRI NATUNA 76.192 371 360 343 321 22,38%
SUMSEL 8.266.983 40.311 39.174 37.441 35.100 49,40%
SUMSEL BANYU ASIN 833.625 3.739 3.634 3.475 3.258 31,42%
SUMSEL EMPAT LAWANG 244.312 982 954 912 855 30,95%
SUMSEL KOTA LUBUKLINGGAU 226.002 1.311 1.276 1.221 1.146 84,21%
SUMSEL KOTA PAGAR ALAM 136.605 758 734 700 654 31,67%
SUMSEL KOTA PALEMBANG 1.623.099 10.893 10.586 10.116 9.481 56,02%
SUMSEL KOTA PRABUMULIH 182.128 1.078 1.048 1.002 940 29,31%
SUMSEL LAHAT 401.494 1.874 1.817 1.732 1.621 30,94%
SUMSEL MUARA ENIM 618.762 2.701 2.631 2.520 2.368 43,49%
SUMSEL MUSI BANYUASIN 629.791 2.682 2.610 2.498 2.345 32,22%
SUMSEL MUSI RAWAS 394.384 1.511 1.467 1.402 1.314 30,85%
SUMSEL MUSI RAWAS UTARA 187.635 731 710 678 636 45,71%
SUMSEL OGAN ILIR 419.773 1.953 1.897 1.813 1.700 32,06%
SUMSEL OGAN KOMERING ILIR 809.203 3.356 3.262 3.119 2.926 26,70%
SUMSEL OGAN KOMERING ULU 359.092 1.779 1.729 1.652 1.549 219,37%
SUMSEL OGAN KOMERING ULU SELATAN 352.926 1.496 1.453 1.387 1.300 28,28%
SUMSEL OGAN KOMERING ULU TIMUR 663.481 2.622 2.542 2.424 2.269 41,35%
SUMSEL PENUKAL ABAB LEMATANG ILIR 184.671 846 823 788 740 37,95%
BABEL 1.430.865 7.168 7.019 6.760 6.387 25,27%
BABEL BANGKA 324.305 1.602 1.568 1.511 1.427 25,28%
BABEL BANGKA BARAT 204.778 998 978 942 890 16,53%
BABEL BANGKA SELATAN 201.782 878 860 828 782 24,95%
BABEL BANGKA TENGAH 188.603 828 811 781 738 24,75%
BABEL BELITUNG 182.418 957 937 902 852 25,30%
BABEL BELITUNG TIMUR 124.587 667 652 628 594 17,55%
BABEL KOTA PANGKAL PINANG 204.392 1.238 1.212 1.168 1.104 36,99%
JAMBI 3.515.017 16.022 15.614 14.966 14.070 15,83%
JAMBI BATANG HARI 266.971 1.145 1.111 1.061 993 34,33%
JAMBI BUNGO 359.590 1.540 1.509 1.455 1.375 12,54%
JAMBI KERINCI 236.782 927 893 847 788 7,23%
JAMBI KOTA JAMBI 591.134 3.701 3.594 3.432 3.216 15,70%
JAMBI KOTA SUNGAI PENUH 88.918 485 471 449 420 8,46%
JAMBI MERANGIN 377.905 1.544 1.504 1.440 1.353 22,48%
JAMBI MUARO JAMBI 421.179 1.668 1.643 1.591 1.512 15,65%
JAMBI SAROLANGUN 290.231 1.181 1.156 1.114 1.052 25,40%
JAMBI TANJUNG JABUNG BARAT 322.527 1.517 1.482 1.423 1.340 6,46%
JAMBI TANJUNG JABUNG TIMUR 216.777 929 899 855 798 9,47%
JAMBI TEBO 343.003 1.387 1.353 1.299 1.223 12,04%
BENGKULU 1.934.269 8.946 8.719 8.358 7.859 26,04%
BENGKULU BENGKULU SELATAN 155.427 713 691 658 615 26,52%
BENGKULU BENGKULU TENGAH 111.318 455 444 425 400 23,52%
BENGKULU BENGKULU UTARA 298.757 1.204 1.177 1.132 1.068 19,94%
BENGKULU KAUR 118.586 464 450 430 402 19,85%
BENGKULU KEPAHIANG 134.938 607 587 559 522 29,50%
BENGKULU KOTA BENGKULU 368.065 2.305 2.263 2.186 2.071 25,69%
BENGKULU LEBONG 113.042 476 464 445 419 22,89%
BENGKULU MUKOMUKO 185.499 745 731 706 668 62,96%
BENGKULU REJANG LEBONG 258.763 1.238 1.194 1.132 1.053 18,82%
BENGKULU SELUMA 189.874 741 719 685 641 16,20%
LAMPUNG 8.289.577 36.501 35.393 33.754 31.574 21,14%
LAMPUNG KOTA BANDAR LAMPUNG 1.015.910 6.471 6.320 6.072 5.721 27,32%
LAMPUNG KOTA METRO 162.976 993 966 925 868 11,48%
LAMPUNG LAMPUNG BARAT 298.286 1.239 1.199 1.140 1.064 49,16%
LAMPUNG LAMPUNG SELATAN 992.763 4.356 4.221 4.022 3.759 23,14%
LAMPUNG LAMPUNG TENGAH 1.261.498 4.980 4.818 4.585 4.280 8,53%
LAMPUNG LAMPUNG TIMUR 1.027.476 3.941 3.815 3.631 3.390 21,14%
LAMPUNG LAMPUNG UTARA 612.100 2.630 2.535 2.403 2.234 22,39%
LAMPUNG MESUJI 198.092 755 728 691 643 18,02%
LAMPUNG PESAWARAN 435.827 1.729 1.676 1.598 1.495 26,14%
LAMPUNG PESISIR BARAT 152.529 623 603 574 535 45,10%
LAMPUNG PRINGSEWU 393.901 1.797 1.739 1.655 1.545 18,14%
LAMPUNG TANGGAMUS 586.624 2.433 2.359 2.250 2.104 9,95%
LAMPUNG TULANGBAWANG 440.511 1.814 1.762 1.683 1.577 26,47%
LAMPUNG TULANGBAWANG BARAT 269.162 1.059 1.024 974 908 8,69%
LAMPUNG WAY KANAN 441.922 1.681 1.628 1.552 1.450 21,60%
DKI JAKARTA 10.374.235 36.247 35.100 33.434 31.243 123,23%
DKI JAKARTA KEPULAUAN SERIBU 23.897 84 82 78 72 88,99%
DKI JAKARTA KOTA JAKARTA BARAT 2.528.065 9.075 8.817 8.426 7.899 111,75%
DKI JAKARTA KOTA JAKARTA PUSAT 921.344 3.271 3.150 2.986 2.777 171,98%
DKI JAKARTA KOTA JAKARTA SELATAN 2.226.830 7.553 7.311 6.962 6.503 131,29%
DKI JAKARTA KOTA JAKARTA TIMUR 2.892.783 9.793 9.474 9.014 8.415 130,33%
DKI JAKARTA KOTA JAKARTA UTARA 1.781.316 6.471 6.266 5.969 5.577 94,96%
BANTEN 12.448.160 40.277 39.428 37.953 35.830 38,99%
BANTEN KOTA CILEGON 425.103 1.415 1.378 1.319 1.238 84,66%
BANTEN KOTA SERANG 666.600 2.184 2.131 2.045 1.924 54,54%
BANTEN KOTA TANGERANG 2.139.891 7.382 7.235 6.972 6.588 23,87%
BANTEN KOTA TANGERANG SELATAN 1.644.899 5.429 5.373 5.229 4.989 29,34%
BANTEN LEBAK 1.288.103 3.705 3.577 3.396 3.161 35,81%
BANTEN PANDEGLANG 1.205.203 3.576 3.443 3.259 3.026 19,18%
BANTEN SERANG 1.493.591 4.470 4.312 4.091 3.806 55,91%
BANTEN TANGERANG 3.584.770 12.116 11.978 11.643 11.097 44,98%
JABAR 48.037.827 156.149 151.906 145.351 136.430 55,14%
JABAR BANDUNG 3.657.601 12.556 12.247 11.746 11.048 52,18%
JABAR BANDUNG BARAT 1.666.510 5.477 5.310 5.063 4.734 31,77%
JABAR BEKASI 3.500.023 11.380 11.330 11.092 10.649 23,65%
JABAR BOGOR 5.715.009 19.521 19.147 18.467 17.468 55,74%
JABAR CIAMIS 1.181.981 3.501 3.379 3.208 2.990 49,87%
JABAR CIANJUR 2.256.589 6.942 6.674 6.310 5.851 41,05%
JABAR CIREBON 2.159.577 7.350 7.108 6.764 6.317 53,60%
JABAR GARUT 2.588.839 8.314 8.033 7.633 7.112 36,64%
JABAR INDRAMAYU 1.709.994 5.246 5.062 4.806 4.478 48,95%
JABAR KARAWANG 2.316.489 7.374 7.137 6.792 6.339 45,07%
JABAR KOTA BANDUNG 2.497.938 8.564 8.238 7.793 7.229 132,79%
JABAR KOTA BANJAR 182.388 595 573 542 502 105,69%
JABAR KOTA BEKASI 2.859.630 9.455 9.303 9.001 8.542 72,88%
JABAR KOTA BOGOR 1.081.009 3.672 3.576 3.424 3.216 68,95%
JABAR KOTA CIMAHI 601.099 2.068 2.007 1.916 1.793 89,50%
JABAR KOTA CIREBON 313.325 1.054 1.021 973 911 114,53%
JABAR KOTA DEPOK 2.254.513 7.530 7.470 7.286 6.970 48,79%
JABAR KOTA SUKABUMI 323.788 1.124 1.087 1.034 964 114,83%
JABAR KOTA TASIKMALAYA 661.404 2.272 2.185 2.065 1.916 66,69%
JABAR KUNINGAN 1.068.201 3.242 3.129 2.973 2.771 64,81%
JABAR MAJALENGKA 1.193.725 3.704 3.571 3.388 3.155 46,55%
JABAR PANGANDARAN 395.098 1.183 1.141 1.083 1.010 32,46%
JABAR PURWAKARTA 943.337 2.927 2.839 2.708 2.533 36,66%
JABAR SUBANG 1.562.509 4.668 4.527 4.321 4.047 46,47%
JABAR SUKABUMI 2.453.498 7.640 7.353 6.960 6.461 54,58%
JABAR SUMEDANG 1.146.435 3.513 3.381 3.200 2.971 55,94%
JABAR TASIKMALAYA 1.747.318 5.278 5.077 4.802 4.454 41,84%
JATENG 34.257.865 103.840 100.342 95.392 88.980 50,40%
JATENG BANJARNEGARA 912.917 2.647 2.556 2.426 2.261 45,59%
JATENG BANYUMAS 1.665.025 5.144 4.978 4.740 4.429 111,04%
JATENG BATANG 756.079 2.288 2.215 2.108 1.970 32,55%
JATENG BLORA 858.865 2.458 2.368 2.244 2.086 41,78%
JATENG BOYOLALI 974.579 2.817 2.718 2.580 2.403 30,00%
JATENG BREBES 1.796.004 5.559 5.355 5.075 4.719 45,98%
JATENG CILACAP 1.711.627 5.094 4.911 4.658 4.335 59,01%
JATENG DEMAK 1.140.675 3.389 3.284 3.131 2.929 34,52%
JATENG GROBOGAN 1.365.207 3.864 3.725 3.534 3.290 58,83%
JATENG JEPARA 1.223.198 3.871 3.767 3.608 3.389 31,00%
JATENG KARANGANYAR 871.596 2.625 2.540 2.419 2.260 33,61%
JATENG KEBUMEN 1.192.007 3.437 3.307 3.131 2.908 50,33%
JATENG KENDAL 957.024 2.911 2.814 2.677 2.498 33,02%
JATENG KLATEN 1.167.401 3.607 3.474 3.291 3.059 27,36%
JATENG KOTA MAGELANG 121.474 403 388 367 341 254,78%
JATENG KOTA PEKALONGAN 301.870 1.044 1.010 962 899 62,76%
JATENG KOTA SALATIGA 188.928 622 605 579 543 123,56%
JATENG KOTA SEMARANG 1.757.686 5.806 5.662 5.431 5.113 79,53%
JATENG KOTA SURAKARTA 516.102 1.731 1.667 1.579 1.468 101,59%
JATENG KOTA TEGAL 248.094 862 830 787 732 203,81%
JATENG KUDUS 851.478 2.765 2.685 2.564 2.404 35,33%
JATENG MAGELANG 1.268.396 3.667 3.551 3.382 3.160 17,72%
JATENG PATI 1.246.691 3.655 3.527 3.347 3.117 30,20%
JATENG PEKALONGAN 886.197 2.786 2.691 2.558 2.385 40,81%
JATENG PEMALANG 1.296.281 4.078 3.924 3.715 3.450 35,04%
JATENG PURBALINGGA 916.427 2.705 2.621 2.498 2.337 36,71%
JATENG PURWOREJO 714.574 2.044 1.967 1.862 1.730 30,57%
JATENG REMBANG 628.922 1.838 1.777 1.690 1.577 49,03%
JATENG SEMARANG 1.027.489 3.065 2.980 2.849 2.673 29,52%
JATENG SRAGEN 885.122 2.562 2.466 2.336 2.171 48,29%
JATENG SUKOHARJO 878.374 2.793 2.701 2.570 2.399 30,36%
JATENG TEGAL 1.433.515 4.532 4.360 4.128 3.834 67,04%
JATENG TEMANGGUNG 759.128 2.202 2.131 2.029 1.896 24,84%
JATENG WONOGIRI 954.706 2.692 2.590 2.452 2.278 32,28%
JATENG WONOSOBO 784.207 2.279 2.196 2.082 1.937 96,39%
DIY 3.762.167 11.463 11.121 10.614 9.938 27,74%
DIY BANTUL 995.264 3.177 3.084 2.947 2.762 22,72%
DIY GUNUNG KIDUL 729.364 1.991 1.929 1.838 1.718 22,35%
DIY KOTA YOGYAKARTA 422.732 1.381 1.340 1.279 1.196 68,45%
DIY KULON PROGO 421.295 1.147 1.113 1.062 994 22,75%
DIY SLEMAN 1.193.512 3.767 3.655 3.489 3.267 21,43%
JATIM 39.292.972 119.490 115.290 109.430 101.905 44,81%
JATIM BANGKALAN 970.894 2.858 2.766 2.633 2.459 38,27%
JATIM BANYUWANGI 1.604.897 4.988 4.801 4.546 4.224 43,48%
JATIM BLITAR 1.153.803 3.413 3.286 3.112 2.892 19,13%
JATIM BOJONEGORO 1.243.906 3.485 3.353 3.174 2.947 51,10%
JATIM BONDOWOSO 768.912 2.271 2.189 2.076 1.932 25,90%
JATIM GRESIK 1.285.018 3.933 3.816 3.642 3.410 53,87%
JATIM JEMBER 2.430.185 7.397 7.130 6.760 6.289 47,72%
JATIM JOMBANG 1.253.078 3.956 3.813 3.616 3.364 34,51%
JATIM KEDIRI 1.561.392 4.730 4.559 4.322 4.021 36,47%
JATIM KOTA BATU 203.997 678 656 625 584 18,15%
JATIM KOTA BLITAR 139.995 468 452 430 401 58,77%
JATIM KOTA KEDIRI 284.003 960 926 880 820 69,93%
JATIM KOTA MADIUN 176.099 564 543 514 477 112,03%
JATIM KOTA MALANG 861.414 2.863 2.763 2.623 2.443 128,91%
JATIM KOTA MOJOKERTO 127.279 427 413 392 366 106,82%
JATIM KOTA PASURUAN 197.696 681 658 626 584 73,82%
JATIM KOTA PROBOLINGGO 233.123 781 756 720 673 55,94%
JATIM KOTA SURABAYA 2.874.699 9.953 9.588 9.088 8.447 74,87%
JATIM LAMONGAN 1.188.478 3.333 3.200 3.022 2.801 58,33%
JATIM LUMAJANG 1.036.823 3.052 2.937 2.781 2.583 43,45%
JATIM MADIUN 679.888 1.948 1.874 1.773 1.646 52,00%
JATIM MAGETAN 628.609 1.823 1.750 1.653 1.532 23,92%
JATIM MALANG 2.576.596 7.927 7.653 7.267 6.771 27,25%
JATIM MOJOKERTO 1.099.504 3.325 3.218 3.064 2.861 16,39%
JATIM NGANJUK 1.048.799 3.091 2.975 2.817 2.617 17,40%
JATIM NGAWI 829.899 2.334 2.241 2.116 1.961 35,77%
JATIM PACITAN 553.388 1.535 1.476 1.396 1.295 14,01%
JATIM PAMEKASAN 863.004 2.490 2.414 2.302 2.153 45,29%
JATIM PASURUAN 1.605.307 4.892 4.728 4.495 4.192 47,93%
JATIM PONOROGO 869.894 2.498 2.400 2.268 2.103 39,39%
JATIM PROBOLINGGO 1.155.214 3.448 3.328 3.161 2.945 30,11%
JATIM SAMPANG 958.082 2.697 2.617 2.498 2.339 42,85%
JATIM SIDOARJO 2.183.682 7.127 6.944 6.654 6.257 43,37%
JATIM SITUBONDO 676.703 2.061 1.988 1.885 1.754 58,61%
JATIM SUMENEP 1.081.204 3.050 2.938 2.784 2.588 48,69%
JATIM TRENGGALEK 693.104 2.003 1.927 1.823 1.693 20,07%
JATIM TUBAN 1.163.614 3.354 3.231 3.063 2.849 41,57%
JATIM TULUNGAGUNG 1.030.790 3.095 2.984 2.829 2.631 33,53%
BALI 4.246.528 13.315 12.920 12.333 11.549 25,00%
BALI BADUNG 643.474 2.093 2.051 1.976 1.867 22,17%
BALI BANGLI 225.094 638 615 584 544 9,88%
BALI BULELENG 653.604 2.024 1.953 1.854 1.727 31,17%
BALI GIANYAR 503.900 1.565 1.515 1.442 1.347 15,21%
BALI JEMBRANA 274.937 835 807 766 714 12,09%
BALI KARANG ASEM 412.822 1.215 1.172 1.112 1.035 19,83%
BALI KLUNGKUNG 177.384 543 524 497 463 21,35%
BALI KOTA DENPASAR 914.279 3.114 3.042 2.924 2.755 39,98%
BALI TABANAN 441.034 1.287 1.242 1.178 1.098 17,88%
KALBAR 4.932.499 22.106 21.519 20.601 19.345 24,40%
KALBAR BENGKAYANG 247.084 1.076 1.050 1.007 949 17,85%
KALBAR KAPUAS HULU 254.712 1.089 1.063 1.021 961 49,39%
KALBAR KAYONG UTARA 109.101 473 462 443 417 18,81%
KALBAR KETAPANG 495.087 2.208 2.158 2.074 1.955 21,83%
KALBAR KOTA PONTIANAK 627.021 3.055 2.983 2.857 2.686 31,00%
KALBAR KOTA SINGKAWANG 215.296 1.046 1.022 982 925 31,73%
KALBAR KUBU RAYA 562.917 2.522 2.456 2.354 2.213 12,41%
KALBAR LANDAK 367.790 1.588 1.544 1.477 1.386 4,16%
KALBAR MELAWI 202.306 891 868 832 782 50,19%
KALBAR MEMPAWAH 258.216 1.152 1.119 1.069 1.002 18,92%
KALBAR SAMBAS 529.684 2.340 2.259 2.146 1.999 28,93%
KALBAR SANGGAU 457.701 2.012 1.958 1.875 1.760 40,50%
KALBAR SEKADAU 197.683 849 822 785 734 13,67%
KALBAR SINTANG 407.901 1.805 1.756 1.680 1.577 8,92%
KALTENG 2.605.274 11.582 11.353 10.945 10.350 27,31%
KALTENG BARITO SELATAN 134.543 581 562 535 500 8,27%
KALTENG BARITO TIMUR 120.254 517 510 494 470 27,87%
KALTENG BARITO UTARA 129.287 564 544 517 481 36,72%
KALTENG GUNUNG MAS 115.054 505 495 477 452 25,73%
KALTENG KAPUAS 353.844 1.575 1.523 1.448 1.351 26,67%
KALTENG KATINGAN 165.306 717 698 668 628 22,47%
KALTENG KOTA PALANGKA RAYA 275.667 1.301 1.285 1.248 1.189 46,50%
KALTENG KOTAWARINGIN BARAT 295.349 1.343 1.328 1.291 1.230 19,20%
KALTENG KOTAWARINGIN TIMUR 446.094 2.008 1.972 1.904 1.801 23,55%
KALTENG LAMANDAU 78.341 341 336 326 311 43,70%
KALTENG MURUNG RAYA 115.604 504 495 478 452 57,69%
KALTENG PULANG PISAU 126.181 538 519 492 457 17,46%
KALTENG SERUYAN 189.975 826 825 811 782 11,87%
KALTENG SUKAMARA 59.775 262 261 255 246 32,48%
KALSEL 4.119.794 18.726 18.251 17.493 16.445 25,36%
KALSEL BALANGAN 127.503 539 526 504 474 15,40%
KALSEL BANJAR 571.573 2.589 2.522 2.415 2.269 11,12%
KALSEL BARITO KUALA 306.195 1.348 1.310 1.252 1.174 8,61%
KALSEL HULU SUNGAI SELATAN 232.587 1.023 993 948 889 18,86%
KALSEL HULU SUNGAI TENGAH 266.501 1.155 1.121 1.071 1.003 22,07%
KALSEL HULU SUNGAI UTARA 231.594 1.035 1.007 963 904 21,83%
KALSEL KOTA BANJAR BARU 248.423 1.198 1.183 1.149 1.095 14,86%
KALSEL KOTA BANJARMASIN 692.793 3.449 3.349 3.199 2.995 70,13%
KALSEL KOTA BARU 331.326 1.462 1.426 1.369 1.289 25,71%
KALSEL TABALONG 247.106 1.057 1.029 986 926 16,75%
KALSEL TANAH BUMBU 343.193 1.592 1.566 1.515 1.436 2,39%
KALSEL TANAH LAUT 334.328 1.482 1.443 1.382 1.299 11,47%
KALSEL TAPIN 186.672 797 775 741 695 28,86%
KALTIM 3.575.449 16.368 16.033 15.445 14.592 39,03%
KALTIM BERAU 220.601 1.015 1.000 969 921 37,44%
KALTIM KOTA BALIKPAPAN 636.012 3.018 2.941 2.819 2.649 42,05%
KALTIM KOTA BONTANG 170.611 827 810 781 738 61,95%
KALTIM KOTA SAMARINDA 843.446 4.052 3.957 3.802 3.581 47,04%
KALTIM KUTAI BARAT 146.998 614 592 561 521 30,78%
KALTIM KUTAI KARTANEGARA 752.091 3.275 3.216 3.104 2.939 31,33%
KALTIM KUTAI TIMUR 347.468 1.531 1.530 1.503 1.448 40,56%
KALTIM MAHAKAM HULU 26.305 115 111 105 97 40,88%
KALTIM PASIR 274.206 1.216 1.192 1.149 1.087 19,58%
KALTIM PENAJAM PASER UTARA 157.711 706 685 653 611 28,34%
KALTARA 691.058 3.225 3.209 3.140 3.013 36,68%
KALTARA BULUNGAN 135.770 597 586 567 536 55,42%
KALTARA KOTA TARAKAN 253.026 1.291 1.284 1.254 1.202 41,50%
KALTARA MALINAU 83.788 354 353 346 333 59,40%
KALTARA NUNUKAN 193.390 882 882 868 837 11,00%
KALTARA TANA TIDUNG 25.084 101 104 106 105 8,91%
GORONTALO 1.168.190 5.320 5.182 4.966 4.668 18,78%
GORONTALO BOALEMO 158.333 701 691 670 637 13,27%
GORONTALO BONE BOLANGO 157.186 704 684 655 614 33,52%
GORONTALO GORONTALO 374.923 1.716 1.656 1.571 1.463 10,37%
GORONTALO GORONTALO UTARA 112.975 492 477 454 425 19,71%
GORONTALO KOTA GORONTALO 210.782 1.031 1.010 973 920 29,39%
GORONTALO POHUWATO 153.991 676 664 643 609 48,49%
SULUT 2.461.028 10.965 10.626 10.129 9.471 83,87%
SULUT BOLAANG MONGONDOW 240.505 1.025 999 957 899 47,83%
SULUT BOLAANG MONGONDOW SELATAN 64.171 273 266 255 240 71,02%
SULUT BOLAANG MONGONDOW TIMUR 70.610 302 294 281 264 39,06%
SULUT BOLAANG MONGONDOW UTARA 78.437 333 323 309 290 41,17%
SULUT KEPULAUAN SANGIHE 130.493 573 551 522 485 75,76%
SULUT KEPULAUAN TALAUD 90.678 375 363 346 324 29,63%
SULUT KOTA BITUNG 212.409 1.051 1.025 983 924 81,64%
SULUT KOTA KOTAMOBAGU 123.872 583 570 548 517 50,61%
SULUT KOTA MANADO 430.133 2.044 1.970 1.869 1.739 211,98%
SULUT KOTA TOMOHON 103.711 464 452 434 408 119,38%
SULUT MINAHASA 335.321 1.473 1.427 1.359 1.270 39,36%
SULUT MINAHASA SELATAN 208.013 862 833 792 739 49,66%
SULUT MINAHASA TENGGARA 105.714 437 421 400 372 38,48%
SULUT MINAHASA UTARA 200.985 889 859 817 762 40,93%
SULUT SIAU TAGULANDANG BIARO 65.976 282 271 257 238 46,88%
SULTENG 2.966.325 12.900 12.567 12.043 11.320 30,38%
SULTENG BANGGAI 365.616 1.586 1.546 1.482 1.393 44,28%
SULTENG BANGGAI KEPULAUAN 116.811 489 473 450 420 32,08%
SULTENG BANGGAI LAUT 72.298 307 300 289 272 46,58%
SULTENG BUOL 155.593 674 660 637 602 13,20%
SULTENG DONGGALA 299.174 1.296 1.254 1.194 1.116 6,48%
SULTENG KOTA PALU 379.782 1.773 1.728 1.657 1.558 51,21%
SULTENG MOROWALI 117.330 478 466 448 422 54,22%
SULTENG PARIGI MOUTONG 474.339 2.067 2.019 1.940 1.828 13,55%
SULTENG POSO 245.993 1.045 1.025 988 935 31,47%
SULTENG SIGI 234.588 997 967 922 863 37,62%
SULTENG TOJO UNA-UNA 150.820 651 632 603 565 52,83%
SULTENG TOLI-TOLI 230.996 1.022 991 946 885 16,54%
SULTENG MOROWALI UTARA 122.985 515 505 488 462 32,79%
SULSEL 8.690.294 38.456 37.265 35.522 33.217 44,42%
SULSEL BANTAENG 185.581 824 796 756 704 33,61%
SULSEL BARRU 172.767 754 728 690 642 32,87%
SULSEL BONE 751.026 3.219 3.106 2.948 2.746 32,77%
SULSEL BULUKUMBA 415.713 1.797 1.736 1.649 1.537 35,45%
SULSEL ENREKANG 203.320 861 832 792 739 25,80%
SULSEL GOWA 748.200 3.295 3.216 3.086 2.904 46,89%
SULSEL JENEPONTO 359.787 1.524 1.472 1.398 1.302 36,08%
SULSEL KEPULAUAN SELAYAR 133.003 569 552 526 492 46,56%
SULSEL KOTA MAKASSAR 1.489.011 7.186 6.987 6.681 6.269 68,39%
SULSEL KOTA PALOPO 176.907 828 812 783 741 56,78%
SULSEL KOTA PAREPARE 142.097 699 678 647 606 48,10%
SULSEL LUWU 356.305 1.502 1.454 1.384 1.292 39,41%
SULSEL LUWU TIMUR 287.874 1.227 1.202 1.158 1.094 18,90%
SULSEL LUWU UTARA 308.001 1.298 1.256 1.195 1.116 34,98%
SULSEL MAROS 346.383 1.521 1.475 1.406 1.315 35,36%
SULSEL PANGKAJENE DAN KEPULAUAN 329.791 1.437 1.392 1.326 1.239 52,25%
SULSEL PINRANG 372.230 1.617 1.562 1.486 1.386 37,16%
SULSEL SIDENRENG RAPPANG 296.125 1.296 1.257 1.198 1.121 56,32%
SULSEL SINJAI 241.208 1.031 996 947 882 42,27%
SULSEL SOPPENG 226.466 971 933 882 819 31,31%
SULSEL TAKALAR 292.983 1.271 1.232 1.175 1.099 48,08%
SULSEL TANA TORAJA 231.519 986 952 904 842 27,57%
SULSEL TORAJA UTARA 228.414 998 964 916 854 13,92%
SULSEL WAJO 395.583 1.742 1.677 1.588 1.476 51,85%
SULBAR 1.330.961 5.857 5.726 5.507 5.196 30,17%
SULBAR MAJENE 169.072 776 754 723 680 42,68%
SULBAR MAMASA 156.973 673 655 630 591 14,56%
SULBAR MAMUJU 279.393 1.241 1.221 1.182 1.121 40,12%
SULBAR MAMUJU TENGAH 127.601 540 531 514 488 29,26%
SULBAR MAMUJU UTARA 165.230 709 701 678 645 24,13%
SULBAR POLEWALI MANDAR 432.692 1.919 1.863 1.780 1.672 26,63%
SULTRA 2.569.177 11.151 10.918 10.513 9.932 22,32%
SULTRA BOMBANA 175.497 754 742 719 683 17,25%
SULTRA BUTON 270.592 1.170 1.137 1.084 1.017 17%*
SULTRA BUTON SELATAN 16%*
SULTRA BUTON TENGAH 32%*
SULTRA BUTON UTARA 62.088 264 258 247 233 17,40%
SULTRA KOLAKA 194.280 840 826 793 745 5,47%
SULTRA KOLAKA TIMUR 185.394 808 790 762 720 5,45%
SULTRA KOLAKA UTARA 144.681 615 603 581 549 13,01%
SULTRA KONAWE 244.324 1.021 999 965 915 38%*
SULTRA KONAWE KEPULAUAN 25%*
SULTRA KONAWE SELATAN 304.214 1.258 1.228 1.180 1.110 10,49%
SULTRA KONAWE UTARA 60.884 246 242 234 221 16,69%
SULTRA KOTA BAU-BAU 162.780 774 765 741 705 28,80%
SULTRA KOTA KENDARI 370.728 1.721 1.701 1.654 1.577 40,44%
SULTRA MUNA 298.329 1.278 1.241 1.187 1.116 12%*
SULTRA MUNA BARAT 15%*
SULTRA WAKATOBI 95.386 402 387 366 340 9,96%
NTB 4.955.578 22.904 22.245 21.252 19.916 25,64%
NTB BIMA 478.967 1.991 1.931 1.842 1.724 36,16%
NTB DOMPU 245.387 1.048 1.021 977 918 37,01%
NTB KOTA BIMA 166.407 783 767 738 698 19,03%
NTB KOTA MATARAM 468.509 2.380 2.328 2.241 2.116 16,14%
NTB LOMBOK BARAT 675.222 3.246 3.161 3.029 2.847 20,58%
NTB LOMBOK TENGAH 930.797 4.225 4.094 3.900 3.645 22,91%
NTB LOMBOK TIMUR 1.183.204 5.637 5.451 5.186 4.839 29,22%
NTB LOMBOK UTARA 216.515 966 936 892 833 24,95%
NTB SUMBAWA 449.680 2.006 1.944 1.852 1.731 30,45%
NTB SUMBAWA BARAT 140.890 622 613 595 566 15,60%
NTT 5.287.302 23.544 22.960 22.029 20.738 25,56%
NTT ALOR 202.890 912 882 838 782 23,13%
NTT BELU 213.596 963 938 900 845 61,29%
NTT ENDE 272.084 1.238 1.192 1.130 1.050 26,01%
NTT FLORES TIMUR 251.611 1.121 1.085 1.034 965 5,26%
NTT KOTA KUPANG 412.708 1.980 1.952 1.892 1.799 40,35%
NTT KUPANG 372.777 1.577 1.574 1.548 1.500 27,64%
NTT LEMBATA 137.714 594 581 559 528 31,67%
NTT MALAKA 186.312 847 825 791 744 34,61%
NTT MANGGARAI 329.198 1.507 1.467 1.404 1.319 5,18%
NTT MANGGARAI BARAT 263.207 1.146 1.125 1.085 1.027 23,64%
NTT MANGGARAI TIMUR 280.118 1.222 1.186 1.136 1.062 9,01%
NTT NAGEKEO 142.804 603 585 558 522 26,55%
NTT NGADA 159.081 692 673 644 605 18,64%
NTT ROTE NDAO 159.614 686 684 670 646 3,79%
NTT SABU RAIJUA 91.512 405 401 391 375 14,31%
NTT SIKKA 317.292 1.418 1.368 1.298 1.208 13,90%
NTT SUMBA BARAT 125.776 578 564 540 508 60,23%
NTT SUMBA BARAT DAYA 331.894 1.517 1.485 1.429 1.348 28,80%
NTT SUMBA TENGAH 70.719 310 302 289 272 24,84%
NTT SUMBA TIMUR 252.704 1.135 1.102 1.053 988 41,22%
NTT TIMOR TENGAH SELATAN 463.980 2.024 1.951 1.851 1.722 25,20%
NTT TIMOR TENGAH UTARA 249.711 1.071 1.037 988 924 23,53%
MALUKU 1.744.654 7.711 7.529 7.232 6.814 45,16%
MALUKU BURU 135.687 599 592 576 549 10,34%
MALUKU BURU SELATAN 61.330 261 254 244 229 8,06%
MALUKU KEPULAUAN ARU 93.780 443 431 411 386 91,25%
MALUKU KOTA AMBON 444.797 2.060 2.052 2.010 1.928 76,62%
MALUKU KOTA TUAL 71.732 329 324 314 299 57,74%
MALUKU MALUKU BARAT DAYA 72.673 322 309 293 273 32,96%
MALUKU MALUKU TENGAH 371.479 1.603 1.543 1.461 1.358 14,97%
MALUKU MALUKU TENGGARA 99.284 424 408 386 359 105,30%
MALUKU MALUKU TENGGARA BARAT 111.825 491 474 450 419 32,15%
MALUKU SERAM BAGIAN BARAT 170.494 712 686 650 604 10,81%
MALUKU SERAM BAGIAN TIMUR 111.573 468 455 436 409 42,76%
MALUT 1.209.342 5.227 5.114 4.922 4.646 37,90%
MALUT HALMAHERA BARAT 114.502 479 467 448 422 31,55%
MALUT HALMAHERA SELATAN 227.280 963 941 904 851 17,75%
MALUT HALMAHERA TENGAH 52.813 218 215 209 198 16,04%
MALUT HALMAHERA TIMUR 90.070 383 378 366 348 22,46%
MALUT HALMAHERA UTARA 187.104 809 791 760 717 52,91%
MALUT KEPULAUAN SULA 99.196 429 419 404 382 10,02%
MALUT KOTA TERNATE 223.111 1.019 1.000 966 914 65,75%
MALUT KOTA TIDORE KEPULAUAN 99.337 428 416 396 371 76,11%
MALUT PULAU MOROTAI 64.001 279 274 266 253 11,11%
MALUT PULAU TALIABU 51.928 220 213 203 190 18,21%
PAPUA 3.265.202 15.023 14.673 14.096 13.283 56,16%
PAPUA ASMAT 92.909 443 437 421 396 44,51%
PAPUA BIAK NUMFOR 144.697 658 648 628 594 57,14%
PAPUA BOVEN DIGOEL 66.209 290 285 275 265 39,34%
PAPUA DEIYAI 72.206 337 325 310 293 0,30%
PAPUA DOGIYAI 94.997 438 427 409 385 2,51%
PAPUA INTAN JAYA 48.318 216 209 199 190 0,93%
PAPUA JAYAPURA 125.975 559 547 530 500 81,44%
PAPUA JAYAWIJAYA 212.811 947 918 879 823 53,64%
PAPUA KEEROM 55.018 224 218 211 198 20,95%
PAPUA KOTA JAYAPURA 293.690 1.386 1.349 1.284 1.205 177,50%
PAPUA LANNY JAYA 176.687 819 790 752 702 0,00%
PAPUA MAMBERAMO RAYA 22.313 99 100 97 93 17,10%
PAPUA MAMBERAMO TENGAH 47.487 208 203 192 180 0,48%
PAPUA MAPPI 94.671 423 427 418 409 161,27%
PAPUA MERAUKE 223.389 1.030 999 950 886 37,00%
PAPUA MIMIKA 210.413 999 982 946 892 139,22%
PAPUA NABIRE 145.101 661 646 620 585 156,70%
PAPUA NDUGA 97.012 433 418 399 375 0,00%
PAPUA PANIAI 170.193 790 773 747 705 31,00%
PAPUA PEGUNUNGAN BINTANG 73.473 330 320 308 289 6,98%
PAPUA PUNCAK 107.822 525 520 500 472 0,38%
PAPUA PUNCAK JAYA 123.591 589 577 559 536 2,88%
PAPUA SARMI 38.210 170 168 163 154 20,63%
PAPUA SUPIORI 19.104 81 82 80 76 46,85%
PAPUA TOLIKARA 136.576 651 630 601 562 0,15%
PAPUA WAROPEN 29.480 121 121 117 111 28,06%
PAPUA YAHUKIMO 187.021 880 854 814 762 1,25%
PAPUA YALIMO 60.822 284 274 265 251 1,76%
PAPUA YAPEN WAROPEN 95.007 433 426 418 396 80,15%
PAPUA BARAT 915.361 4.016 3.949 3.820 3.624 58,34%
PAPUA BARAT FAKFAK 76.102 331 323 310 292 46,86%
PAPUA BARAT KAIMANA 56.882 258 254 248 236 89,91%
PAPUA BARAT KOTA SORONG 239.815 1.178 1.165 1.133 1.080 27,33%
PAPUA BARAT MANOKWARI 166.780 701 690 668 634 172,52%
PAPUA BARAT MANOKWARI SELATAN 22.983 101 100 97 91 49,32%
PAPUA BARAT MAYBRAT 39.191 156 153 147 139 0,00%
PAPUA BARAT PEGUNUNGAN ARFAK 29.731 125 122 118 112 0,00%
PAPUA BARAT RAJA AMPAT 47.301 191 186 178 167 5,75%
PAPUA BARAT SORONG 84.906 336 331 319 303 45,79%
PAPUA BARAT SORONG SELATAN 45.019 187 183 177 167 21,41%
PAPUA BARAT TAMBRAUW 13.785 58 55 53 49 0,00%
PAPUA BARAT TELUK BINTUNI 61.794 267 262 253 239 28,07%
PAPUA BARAT TELUK WONDAMA 31.072 127 124 120 114 74,13%
INDONESIA 261.857.660 992.441 964.533 922.059 864.702 42,11%
*CDR Kabupaten Buton, Buton Tengah, Buton Selatan, Konawe, Konawe Kepulauan, Muna
dan Muna Barat diproporsikan berdasarkan insiden Kabupaten Sebelum Pemekaran
Keterangan Kategori CDR:
0-39,99%
40-69,99%
70-48,99%
>=90
Profil Program Penanggulangan Tuberkulosis per Kab/Kota
Aceh
Jumlah Penduduk Tahun 2017 : 5,189,466 jiwa
Estimasi Beban TB
Jumlah Rate (per 100.000 Penduduk) Gambar 1. Peta Case Detection Rate TB (%) Tahun 2017
Insiden TB (semua kasus), tahun 2017 23,763 466
Insiden TB Resistan Obat (TB RO), tahun 2017 770 15
Estimasi TB RO diantara kasus dinotifikasi, tahun 2017 216
2015
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2016
2017
Penemuan Kasus TB HIV, 2017
Jumlah (%)
Pasien TB yang mengetahui status HIV-nya 211 3.2%
Pasien TB Positif HIV 9 4.3% Grafik 2. Jumlah Kasus TB RO, 2009-2017
Pasien TB HIV yang mendapatkan ART 0 0.0% 2,000
Insiden TB (semua kasus), tahun 2017 23,763 46628.1%
1,800
1,600
Cakupan Kesehatan Semesta Untuk TB, 2017
(%) 1,400
Cakupan Pengobatan TB/Case Detection Rate (CDR) 28%
1,200
Kasus yang belum ditemukan/belum dilaporkan 72%
1,000
Keberhasilan Pengobatan TB 800
Sembuh Pengobatan lengkap Success Rate
600
Semua kasus, tahun 2016 2,614 2,505 87.5%
Baru dan kambuh, tahun 2016 2,609 2,503 84.4% 400
BTA positif baru, tahun 2016 10,989 1,060 91.9% 200
Pengobatan ulang selain kambuh, tahun 2016 5 2 63.6%
0
TB yang HIV positif, tahun 2016 1 0 0.0% 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
TB RR/MDR, tahun 2015 4 4 34.8%
TB XDR, tahun 2015 0 0 0.0% Terduga Terkonfirmasi Diobati
Grafik 6. Case Detection Rate Kasus TB (%) per Grafik 5. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%) Grafik 4. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%), 2000-2017
Kab/Kota 2017 per Kab/Kota, 2017 100
90
80
SIMEULUE KOTA BANDA ACEH
70
ACEH UTARA ACEH SELATAN 60
GAYO LUES KOTA SUBULUSSALAM 50
40
ACEH SINGKIL ACEH BESAR
30
ACEH JAYA ACEH BARAT DAYA 20
BIREUEN ACEH TAMIANG
10
0
KOTA BANDA ACEH PIDIE
2,000
2,001
2,002
2,003
2,004
2,005
2,006
2,007
2,008
2,009
2,010
2,011
2,012
2,013
2,014
2,015
2,016
2,017
1
Hanya untuk data yang dapat didisagregrasi Hal 2
2
Data belum tersedia
Data sementara per 21 Februari 2018
Sumatera Utara
Jumlah Penduduk Tahun 2017 : 14,262,147 jiwa
Estimasi Beban TB
Jumlah Rate (per 100.000 Penduduk) Gambar 1. Peta Case Detection Rate TB (%) Tahun 2017
Insiden TB (semua kasus), tahun 2017 73,488 521
Insiden TB Resistan Obat (TB RO), tahun 2017 2,382 17
Estimasi TB RO diantara kasus dinotifikasi, tahun 2017 709
2015
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2016
2017
Penemuan Kasus TB HIV, 2017
Jumlah (%)
Pasien TB yang mengetahui status HIV-nya 7,352 29.1%
Pasien TB Positif HIV 405 5.5% Grafik 2. Jumlah Kasus TB RO, 2009-2017
Pasien TB HIV yang mendapatkan ART 100 24.7% 3,000
ODHA yang diskrining TB 2,152 91.2%
2,500
Cakupan Kesehatan Semesta Untuk TB, 2017
(%)
2,000
Cakupan Pengobatan TB/Case Detection Rate (CDR) 34%
Kasus yang belum ditemukan/belum dilaporkan 66%
1,500
Keberhasilan Pengobatan TB
Sembuh Pengobatan lengkap Success Rate 1,000
Semua kasus, tahun 2016 11,220 6,410 88.0%
Baru dan kambuh, tahun 2016 11,201 6,397 75.5% 500
BTA positif baru, tahun 2016 2,857 339 87.9%
Pengobatan ulang selain kambuh, tahun 2016 19 13 76.2%
0
TB yang HIV positif, tahun 2016 307 179 58.3% 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
TB RR/MDR, tahun 2015 37 4 36.9%
TB XDR, tahun 2015 0 0 0.0% Terduga Terkonfirmasi Diobati
Grafik 6. Case Detection Rate Kasus TB (%) per Grafik 5. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%) Grafik 4. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%), 2000-2017
Kab/Kota 2017 per Kab/Kota, 2017 100
90
KOTA MEDAN NIAS
80
TOBA SAMOSIR LANGKAT 70
SAMOSIR TAPANULI TENGAH 60
NIAS DAIRI 50
KOTA SIBOLGA KOTA GUNUNGSITOLI 40
MANDAILING NATAL HUMBANG HASUNDUTAN 30
KOTA PADANGSIDIMPUAN MANDAILING NATAL 20
KOTA PEMATANG SIANTAR KARO 10
TAPANULI SELATAN PADANG LAWAS 0
DELI SERDANG PAKPAK BHARAT
2,000
2,001
2,002
2,003
2,004
2,005
2,006
2,007
2,008
2,009
2,010
2,011
2,012
2,013
2,014
2,015
2,016
2,017
1
Hanya untuk data yang dapat didisagregrasi Hal 2
2
Data belum tersedia
Data sementara per 21 Februari 2018
Sumatera Barat
Jumlah Penduduk Tahun 2017 : 5,321,489 jiwa
Estimasi Beban TB
Jumlah Rate (per 100.000 Penduduk) Gambar 1. Peta Case Detection Rate TB (%) Tahun 2017
Insiden TB (semua kasus), tahun 2017 26,031 495
Insiden TB Resistan Obat (TB RO), tahun 2017 844 16
Estimasi TB RO diantara kasus dinotifikasi, tahun 2017 282 PASAMAN BARAT
2015
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2016
2017
Penemuan Kasus TB HIV, 2017
Jumlah (%)
Pasien TB yang mengetahui status HIV-nya 2,135 25.7%
Pasien TB Positif HIV 60 2.8% Grafik 2. Jumlah Kasus TB RO, 2009-2017
Pasien TB HIV yang mendapatkan ART 9 15.0% 1,000
ODHA yang diskrining TB 170 102.4%
900
800
Cakupan Kesehatan Semesta Untuk TB, 2017
(%) 700
Cakupan Pengobatan TB/Case Detection Rate (CDR) 32%
600
Kasus yang belum ditemukan/belum dilaporkan 68%
500
Keberhasilan Pengobatan TB 400
Sembuh Pengobatan lengkap Success Rate
300
Semua kasus, tahun 2016 3,022 2,158 87.5%
Baru dan kambuh, tahun 2016 3,008 2,157 71.5% 200
BTA positif baru, tahun 2016 2,630 395 81.9% 100
Pengobatan ulang selain kambuh, tahun 2016 14 1 51.7%
0
TB yang HIV positif, tahun 2016 17 11 64.7% 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
TB RR/MDR, tahun 2015 20 0 50.0%
TB XDR, tahun 2015 0 0 0.0% Terduga Terkonfirmasi Diobati
Grafik 6. Case Detection Rate Kasus TB (%) per Grafik 5. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%) Grafik 4. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%), 2000-2017
Kab/Kota 2017 per Kab/Kota, 2017 100
90
80
KOTA PADANG PANJANG DHARMAS RAYA
70
PASAMAN SOLOK SELATAN 60
50
KOTA PARIAMAN KOTA PARIAMAN 40
30
PESISIR SELATAN PESISIR SELATAN
20
PASAMAN BARAT SOLOK 10
0
KEPULAUAN MENTAWAI KOTA SOLOK
2,000
2,001
2,002
2,003
2,004
2,005
2,006
2,007
2,008
2,009
2,010
2,011
2,012
2,013
2,014
2,015
2,016
2,017
KOTA BUKITTINGGI
Kasus pengobatan ulang selain kambuh Seluruh kasus TB
KOTA BUKITTINGGI
1
Hanya untuk data yang dapat didisagregrasi Hal 3
2
Data belum tersedia
Data sementara per 21 Februari 2018
Riau
Jumlah Penduduk Tahun 2017 : 6,657,911 jiwa
Estimasi Beban TB
Jumlah Rate (per 100.000 Penduduk) Gambar 1. Peta Case Detection Rate TB (%) Tahun 2017
Insiden TB (semua kasus), tahun 2017 32,068 493
Insiden TB Resistan Obat (TB RO), tahun 2017 1,040 16
Estimasi TB RO diantara kasus dinotifikasi, tahun 2017 253
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
Penemuan Kasus TB HIV, 2017
Jumlah (%)
Pasien TB yang mengetahui status HIV-nya 2,122 27.8%
Pasien TB Positif HIV 129 6.1% Grafik 2. Jumlah Kasus TB RO, 2009-2017
Pasien TB HIV yang mendapatkan ART 7 5.4% 2,000
ODHA yang diskrining TB 184 83.7%
1,800
1,600
Cakupan Kesehatan Semesta Untuk TB, 2017
(%) 1,400
Cakupan Pengobatan TB/Case Detection Rate (CDR) 24%
1,200
Kasus yang belum ditemukan/belum dilaporkan 76%
1,000
Keberhasilan Pengobatan TB 800
Sembuh Pengobatan lengkap Success Rate
600
Semua kasus, tahun 2016 2,719 1,734 80.8%
Baru dan kambuh, tahun 2016 2,705 1,733 71.0% 400
BTA positif baru, tahun 2016 1,044 167 83.6% 200
Pengobatan ulang selain kambuh, tahun 2016 14 1 42.9%
0
TB yang HIV positif, tahun 2016 40 24 60.0% 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
TB RR/MDR, tahun 2015 9 5 45.2%
TB XDR, tahun 2015 0 0 0.0% Terduga Terkonfirmasi Diobati
Grafik 6. Case Detection Rate Kasus TB (%) per Grafik 5. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%) Grafik 4. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%), 2000-2017
Kab/Kota 2017 per Kab/Kota, 2017 100
90
80
PELALAWAN KEPULAUAN MERANTI 70
60
50
KOTA DUMAI INDRAGIRI HULU
40
30
KEPULAUAN MERANTI KUANTAN SINGINGI 20
10
0
KOTA PEKANBARU BENGKALIS
2,000
2,001
2,002
2,003
2,004
2,005
2,006
2,007
2,008
2,009
2,010
2,011
2,012
2,013
2,014
2,015
2,016
2,017
KUANTAN SINGINGI
Gap
KOTA PEKANBARU 5,785,325,789;
58,470,970,718 7.7%
0 20 40 60 80 100 0 20 40 60 80 100 ; 77.9%
1
Hanya untuk data yang dapat didisagregrasi Hal 4
2
Data belum tersedia
Data sementara per 21 Februari 2018
Kepulauan Riau
Jumlah Penduduk Tahun 2017 : 2,082,694 jiwa
Estimasi Beban TB
Jumlah Rate (per 100.000 Penduduk) Gambar 1. Peta Case Detection Rate TB (%) Tahun 2017
Insiden TB (semua kasus), tahun 2017 12,280 605
Insiden TB Resistan Obat (TB RO), tahun 2017 398 20
Estimasi TB RO diantara kasus dinotifikasi, tahun 2017 153
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
Penemuan Kasus TB HIV, 2017
Jumlah (%)
Pasien TB yang mengetahui status HIV-nya 1,867 45.5%
Pasien TB Positif HIV 213 11.4% Grafik 2. Jumlah Kasus TB RO, 2009-2017
Pasien TB HIV yang mendapatkan ART 87 40.8% 3,000
ODHA yang diskrining TB 680 100.0%
2,500
Cakupan Kesehatan Semesta Untuk TB, 2017
(%)
2,000
Cakupan Pengobatan TB/Case Detection Rate (CDR) 33%
Kasus yang belum ditemukan/belum dilaporkan 67%
1,500
Keberhasilan Pengobatan TB
Sembuh Pengobatan lengkap Success Rate 1,000
Semua kasus, tahun 2016 1,134 2,144 86.2%
Baru dan kambuh, tahun 2016 1,102 2,138 86.2% 500
BTA positif baru, tahun 2016 1,258 79 88.0%
Pengobatan ulang selain kambuh, tahun 2016 32 6 79.2%
0
TB yang HIV positif, tahun 2016 143 103 72.0% 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
TB RR/MDR, tahun 2015 10 0 62.5%
TB XDR, tahun 2015 0 0 0.0% Terduga Terkonfirmasi Diobati
Grafik 6. Case Detection Rate Kasus TB (%) per Grafik 5. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%) Grafik 4. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%), 2006-2017
Kab/Kota 2017 per Kab/Kota, 2017 100
90
80
70
KOTA TANJUNG PINANG KEPULAUAN ANAMBAS 60
50
40
30
KARIMUN KOTA TANJUNG PINANG 20
10
0
2,006
2,017
2,007
2,008
2,009
2,010
2,011
2,012
2,013
2,014
2,015
2,016
BINTAN BINTAN
Gambar 2. Pembiayaan P2TB (Dalam Rupiah), 2017
1
Hanya untuk data yang dapat didisagregrasi Hal 5
2
Data belum tersedia
Data sementara per 21 Februari 2018
Jambi
Jumlah Penduduk Tahun 2017 : 3,515,017 jiwa
Estimasi Beban TB
Jumlah Rate (per 100.000 Penduduk) Gambar 1. Peta Case Detection Rate TB (%) Tahun 2017
Insiden TB (semua kasus), tahun 2017 16,022 463
Insiden TB Resistan Obat (TB RO), tahun 2017 519 15
Estimasi TB RO diantara kasus dinotifikasi, tahun 2017 73
2015
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2016
2017
Penemuan Kasus TB HIV, 2017
Jumlah (%)
Pasien TB yang mengetahui status HIV-nya 231 9.1%
Pasien TB Positif HIV 4 1.7% Grafik 2. Jumlah Kasus TB RO, 2009-2017
Pasien TB HIV yang mendapatkan ART 0 0.0% 60
ODHA yang diskrining TB 127 70.9%
50
Cakupan Kesehatan Semesta Untuk TB, 2017
(%)
40
Cakupan Pengobatan TB/Case Detection Rate (CDR) 16%
Kasus yang belum ditemukan/belum dilaporkan 84%
30
Keberhasilan Pengobatan TB
Sembuh Pengobatan lengkap Success Rate 20
Semua kasus, tahun 2016 1,277 370 86.1%
Baru dan kambuh, tahun 2016 1,277 370 47.3% 10
BTA positif baru, tahun 2016 4,698 311 94.1%
Pengobatan ulang selain kambuh, tahun 2016 0 0 0.0%
0
TB yang HIV positif, tahun 2016 14 0 0.0% 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
TB RR/MDR, tahun 2015 0 0 0.0%
TB XDR, tahun 2015 0 0 0.0% Terduga Terkonfirmasi Diobati
Grafik 6. Case Detection Rate Kasus TB (%) per Grafik 5. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%) Grafik 4. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%), 2000-2017
Kab/Kota 2017 per Kab/Kota, 2017 100
90
80
BATANG HARI TANJUNG JABUNG TIMUR 70
60
50
SAROLANGUN BUNGO 40
30
20
MERANGIN SAROLANGUN 10
0
2,000
2,001
2,002
2,003
2,004
2,005
2,006
2,007
2,008
2,009
2,010
2,011
2,012
2,013
2,014
2,015
2,016
2,017
1
Hanya untuk data yang dapat didisagregrasi Hal 6
2
Data belum tersedia
Data sementara per 21 Februari 2018
Sumatera Selatan
Jumlah Penduduk Tahun 2017 : 8,266,983 jiwa
Estimasi Beban TB
Jumlah Rate (per 100.000 Penduduk) Gambar 1. Peta Case Detection Rate TB (%) Tahun 2017
Insiden TB (semua kasus), tahun 2017 40,311 494
Insiden TB Resistan Obat (TB RO), tahun 2017 1,307 16
Estimasi TB RO diantara kasus dinotifikasi, tahun 2017 423
2015
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2016
2017
Penemuan Kasus TB HIV, 2017
Jumlah (%)
Pasien TB yang mengetahui status HIV-nya 1,753 8.8%
Pasien TB Positif HIV 39 2.2% Grafik 2. Jumlah Kasus TB RO, 2009-2017
Pasien TB HIV yang mendapatkan ART 12 30.8% 1,800
ODHA yang diskrining TB 261 0.0%
1,600
800
Keberhasilan Pengobatan TB
Sembuh Pengobatan lengkap Success Rate 600
Semua kasus, tahun 2016 4,822 3,314 93.6%
400
Baru dan kambuh, tahun 2016 4,813 3,313 78.0%
BTA positif baru, tahun 2016 706 39 82.3% 200
Pengobatan ulang selain kambuh, tahun 2016 9 1 62.5%
0
TB yang HIV positif, tahun 2016 14 7 50.0% 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
TB RR/MDR, tahun 2015 18 0 56.3%
TB XDR, tahun 2015 0 0 0.0% Terduga Terkonfirmasi Diobati
Grafik 6. Case Detection Rate Kasus TB (%) per Grafik 5. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%) Grafik 4. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%), 2000-2017
Kab/Kota 2017 per Kab/Kota, 2017 100
90
80
OGAN KOMERING ULU EMPAT LAWANG 70
OGAN KOMERING ULU 60
KOTA LUBUKLINGGAU
SELATAN 50
40
KOTA PALEMBANG MUSI RAWAS UTARA
30
MUSI RAWAS UTARA MUSI BANYUASIN 20
10
MUARA ENIM BANYU ASIN 0
2,000
2,001
2,002
2,003
2,004
2,005
2,006
2,007
2,008
2,009
2,010
2,011
2,012
2,013
2,014
2,015
2,016
2,017
PENUKAL ABAB LEMATANG PENUKAL ABAB LEMATANG BTA positif baru Kasus baru dan kambuh
ILIR ILIR
MUSI BANYUASIN OGAN ILIR Kasus pengobatan ulang selain kambuh Seluruh kasus TB
1
Hanya untuk data yang dapat didisagregrasi Hal 7
2
Data belum tersedia
Data sementara per 21 Februari 2018
Kepulauan Bangka Belitung
Jumlah Penduduk Tahun 2017 : 1,430,865 jiwa
Estimasi Beban TB
Jumlah Rate (per 100.000 Penduduk) Gambar 1. Peta Case Detection Rate TB (%) Tahun 2017
Insiden TB (semua kasus), tahun 2017 7,168 511
Insiden TB Resistan Obat (TB RO), tahun 2017 232 17 BANGKA BARAT
Estimasi TB RO diantara kasus dinotifikasi, tahun 2017 61
2009
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
Penemuan Kasus TB HIV, 2017
Jumlah (%)
Pasien TB yang mengetahui status HIV-nya 327 18.1%
Pasien TB Positif HIV 42 12.8% Grafik 2. Jumlah Kasus TB RO, 2009-2017
Pasien TB HIV yang mendapatkan ART 14 33.3% 900
ODHA yang diskrining TB 492 100.0%
800
400
Keberhasilan Pengobatan TB
Sembuh Pengobatan lengkap Success Rate 300
Semua kasus, tahun 2016 747 513 81.7%
200
Baru dan kambuh, tahun 2016 738 512 80.2%
BTA positif baru, tahun 2016 807 71 94.8% 100
Pengobatan ulang selain kambuh, tahun 2016 9 1 76.9%
0
TB yang HIV positif, tahun 2016 12 9 75.0% 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
TB RR/MDR, tahun 2015 10 4 56.0%
TB XDR, tahun 2015 0 0 0.0% Terduga Terkonfirmasi Diobati
Grafik 6. Case Detection Rate Kasus TB (%) per Grafik 5. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%) Grafik 4. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%), 2000-2017
Kab/Kota 2017 per Kab/Kota, 2017 100
90
80
70
KOTA PANGKAL PINANG KOTA PANGKAL PINANG 60
50
40
30
BELITUNG BELITUNG TIMUR 20
10
0
2,014
2,002
2,003
2,004
2,005
2,006
2,007
2,008
2,009
2,010
2,011
2,012
2,013
2,015
2,016
2,017
155,667,000; APBN
1% APBD I
BELITUNG TIMUR BELITUNG
APBD II
Donor (GF, USAID, dll)
Gap
BANGKA BARAT BANGKA
11,898,567,413
; 71% 2,779,255,551;
17%
0 20 40 60 80 100 0 20 40 60 80 100
1
Hanya untuk data yang dapat didisagregrasi Hal 8
2
Data belum tersedia
Data sementara per 21 Februari 2018
Bengkulu
Jumlah Penduduk Tahun 2017 : 1,934,269 jiwa
Estimasi Beban TB
Jumlah Rate (per 100.000 Penduduk) Gambar 1. Peta Case Detection Rate TB (%) Tahun 2017
Insiden TB (semua kasus), tahun 2017 8,946 470
Insiden TB Resistan Obat (TB RO), tahun 2017 290 15
Estimasi TB RO diantara kasus dinotifikasi, tahun 2017 75
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
Penemuan Kasus TB HIV, 2017
Jumlah (%)
Pasien TB yang mengetahui status HIV-nya 719 30.9%
Pasien TB Positif HIV 7 1.0% Grafik 2. Jumlah Kasus TB RO, 2009-2017
Pasien TB HIV yang mendapatkan ART 1 14.3% 700
ODHA yang diskrining TB 195 97.9%
600
Cakupan Kesehatan Semesta Untuk TB, 2017
(%) 500
Cakupan Pengobatan TB/Case Detection Rate (CDR) 26%
Kasus yang belum ditemukan/belum dilaporkan 74% 400
300
Keberhasilan Pengobatan TB
Sembuh Pengobatan lengkap Success Rate
200
Semua kasus, tahun 2016 845 686 89.9%
Baru dan kambuh, tahun 2016 842 685 84.8%
100
BTA positif baru, tahun 2016 4,528 132 94.1%
Pengobatan ulang selain kambuh, tahun 2016 3 1 80.0%
0
TB yang HIV positif, tahun 2016 11 6 54.5% 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
TB RR/MDR, tahun 2015 0 4 66.7%
TB XDR, tahun 2015 0 0 0.0% Terduga Terkonfirmasi Diobati
Grafik 6. Case Detection Rate Kasus TB (%) per Grafik 5. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%) Grafik 4. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%), 2000-2017
Kab/Kota 2017 per Kab/Kota, 2017 100
90
80
MUKOMUKO LEBONG 70
60
50
KEPAHIANG MUKOMUKO 40
30
20
BENGKULU SELATAN
10
BENGKULU SELATAN
0
2,000
2,001
2,002
2,003
2,004
2,005
2,006
2,007
2,008
2,009
2,010
2,011
2,012
2,013
2,014
2,015
2,016
2,017
BENGKULU TENGAH KEPAHIANG Kasus pengobatan ulang selain kambuh Seluruh kasus TB
1
Hanya untuk data yang dapat didisagregrasi Hal 9
2
Data belum tersedia
Data sementara per 21 Februari 2018
Lampung
Jumlah Penduduk Tahun 2017 : 8,289,577 jiwa
Estimasi Beban TB
Jumlah Rate (per 100.000 Penduduk) Gambar 1. Peta Case Detection Rate TB (%) Tahun 2017
Insiden TB (semua kasus), tahun 2017 36,501 445
Insiden TB Resistan Obat (TB RO), tahun 2017 1,183 14
Estimasi TB RO diantara kasus dinotifikasi, tahun 2017 247
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
Penemuan Kasus TB HIV, 2017
Jumlah (%)
Pasien TB yang mengetahui status HIV-nya 3,058 39.6%
Pasien TB Positif HIV 91 3.0% Grafik 2. Jumlah Kasus TB RO, 2009-2017
Pasien TB HIV yang mendapatkan ART 17 18.7% 2,000
ODHA yang diskrining TB 1,294 86.1%
1,800
1,600
Cakupan Kesehatan Semesta Untuk TB, 2017
(%) 1,400
Cakupan Pengobatan TB/Case Detection Rate (CDR) 21%
1,200
Kasus yang belum ditemukan/belum dilaporkan 79%
1,000
Keberhasilan Pengobatan TB 800
Sembuh Pengobatan lengkap Success Rate
600
Semua kasus, tahun 2016 4,689 2,355 93.2%
Baru dan kambuh, tahun 2016 4,665 2,355 76.1% 400
BTA positif baru, tahun 2016 7,159 496 91.3% 200
Pengobatan ulang selain kambuh, tahun 2016 24 0 70.6%
0
TB yang HIV positif, tahun 2016 36 20 55.6% 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
TB RR/MDR, tahun 2015 6 0 46.2%
TB XDR, tahun 2015 0 0 0.0% Terduga Terkonfirmasi Diobati
Grafik 6. Case Detection Rate Kasus TB (%) per Grafik 5. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%) Grafik 4. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%), 2000-2017
Kab/Kota 2017 per Kab/Kota, 2017 100
90
80
LAMPUNG BARAT PESAWARAN 70
60
PESISIR BARAT LAMPUNG SELATAN 50
40
KOTA BANDAR LAMPUNG LAMPUNG TIMUR 30
20
TULANGBAWANG TULANGBAWANG 10
0
2,000
2,001
2,002
2,003
2,004
2,005
2,006
2,007
2,008
2,009
2,010
2,011
2,012
2,013
2,014
2,015
2,016
2,017
PESAWARAN PRINGSEWU
LAMPUNG SELATAN WAY KANAN BTA positif baru Kasus baru dan kambuh
LAMPUNG UTARA LAMPUNG TENGAH Kasus pengobatan ulang selain kambuh Seluruh kasus TB
1
Hanya untuk data yang dapat didisagregrasi Hal 10
2
Data belum tersedia
Data sementara per 21 Februari 2018
Banten
Jumlah Penduduk Tahun 2017 : 12,448,160 jiwa
Estimasi Beban TB
Jumlah Rate (per 100.000 Penduduk) Gambar 1. Peta Case Detection Rate TB (%) Tahun 2017
Insiden TB (semua kasus), tahun 2017 40,277 330
Insiden TB Resistan Obat (TB RO), tahun 2017 1,306 11
Estimasi TB RO diantara kasus dinotifikasi, tahun 2017 500
KOTA SERANG
2009
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
Penemuan Kasus TB HIV, 2017
Jumlah (%)
Pasien TB yang mengetahui status HIV-nya 2,903 18.5%
Pasien TB Positif HIV 85 2.9% Grafik 2. Jumlah Kasus TB RO, 2009-2017
Pasien TB HIV yang mendapatkan ART 11 12.9% 2,500
ODHA yang diskrining TB 2,250 88.2%
2,000
Cakupan Kesehatan Semesta Untuk TB, 2017
(%)
Cakupan Pengobatan TB/Case Detection Rate (CDR) 39%
1,500
Kasus yang belum ditemukan/belum dilaporkan 61%
Grafik 6. Case Detection Rate Kasus TB (%) per Grafik 5. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%) Grafik 4. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%), 2002-2017
Kab/Kota 2017 per Kab/Kota, 2017 100
90
80
70
KOTA CILEGON SERANG
60
50
40
30
SERANG LEBAK
20
10
0
2,005
2,014
2,002
2,003
2,004
2,006
2,007
2,008
2,009
2,010
2,011
2,012
2,013
2,015
2,016
2,017
1
Hanya untuk data yang dapat didisagregrasi Hal 11
2
Data belum tersedia
Data sementara per 21 Februari 2018
DKI Jakarta
Jumlah Penduduk Tahun 2017 : 10,374,235 jiwa
Estimasi Beban TB
Jumlah Rate (per 100.000 Penduduk) Gambar 1. Peta Case Detection Rate TB (%) Tahun 2017
Insiden TB (semua kasus), tahun 2017 36,247 353
Insiden TB Resistan Obat (TB RO), tahun 2017 1,175 11
Estimasi TB RO diantara kasus dinotifikasi, tahun 2017 1,383
2015
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2016
2017
Penemuan Kasus TB HIV, 2017
Jumlah (%)
Pasien TB yang mengetahui status HIV-nya 11,657 26.1%
Pasien TB Positif HIV 1,216 10.4% Grafik 2. Jumlah Kasus TB RO, 2009-2017
Pasien TB HIV yang mendapatkan ART 274 22.5% 6,000
ODHA yang diskrining TB 19,588 62.3%
5,000
Cakupan Kesehatan Semesta Untuk TB, 2017
(%)
4,000
Cakupan Pengobatan TB/Case Detection Rate (CDR) 123%
Kasus yang belum ditemukan/belum dilaporkan -23%
3,000
Keberhasilan Pengobatan TB
Sembuh Pengobatan lengkap Success Rate 2,000
Semua kasus, tahun 2016 8,223 13,579 78.4%
Baru dan kambuh, tahun 2016 8,074 13,540 77.4% 1,000
BTA positif baru, tahun 2016 24,445 3,101 89.7%
Pengobatan ulang selain kambuh, tahun 2016 149 39 65.5%
0
TB yang HIV positif, tahun 2016 805 492 61.1% 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
TB RR/MDR, tahun 2015 98 0 43.8%
TB XDR, tahun 2015 1 0 25.0% Terduga Terkonfirmasi Diobati
Grafik 6. Case Detection Rate Kasus TB (%) per Grafik 5. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%) Grafik 4. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%), 2000-2017
Kab/Kota 2017 per Kab/Kota, 2017 100
90
80
70
KODYA JAKARTA PUSAT KODYA JAKARTA BARAT 60
50
40
30
20
KODYA JAKARTA SELATAN
10
KODYA JAKARTA SELATAN
0
2,000
2,001
2,002
2,003
2,004
2,005
2,006
2,007
2,008
2,009
2,010
2,011
2,012
2,013
2,014
2,015
2,016
2,017
21,083,374,503
80 100 0 20 40 60 80 100 ; 33.2%
1
Hanya untuk data yang dapat didisagregrasi Hal 12
2
Data belum tersedia
Data sementara per 21 Februari 2018
Jawa Barat
Jumlah Penduduk Tahun 2017 : 48,037,827 jiwa
Estimasi Beban TB
Jumlah Rate (per 100.000 Penduduk) Gambar 1. Peta Case Detection Rate TB (%) Tahun 2017
Insiden TB (semua kasus), tahun 2017 156,149 330
Insiden TB Resistan Obat (TB RO), tahun 2017 5,062 11
Estimasi TB RO diantara kasus dinotifikasi, tahun 2017 2,699
2015
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2016
2017
Penemuan Kasus TB HIV, 2017
Jumlah (%)
Pasien TB yang mengetahui status HIV-nya 10,767 12.5%
Pasien TB Positif HIV 515 4.8% Grafik 2. Jumlah Kasus TB RO, 2009-2017
Pasien TB HIV yang mendapatkan ART 63 12.2% 25,000
ODHA yang diskrining TB 10,754 80.6%
20,000
Cakupan Kesehatan Semesta Untuk TB, 2017
(%)
Cakupan Pengobatan TB/Case Detection Rate (CDR) 55%
15,000
Kasus yang belum ditemukan/belum dilaporkan 45%
Grafik 6. Case Detection Rate Kasus TB (%) per Grafik 5. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%) Grafik 4. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%), 2000-2017
Kab/Kota 2017 per Kab/Kota, 2017 100
90
KOTA BANDUNG
80
PANGANDARAN
70
KOTA SUKABUMI MAJALENGKA
60
KOTA CIREBON SUKABUMI 50
KOTA BANJAR KOTA BANJAR 40
KOTA CIMAHI PURWAKARTA 30
KOTA BEKASI CIAMIS 20
KOTA BOGOR
10
BEKASI
0
KOTA TASIKMALAYA KOTA CIMAHI
2,000
2,008
2,016
2,001
2,002
2,003
2,004
2,005
2,006
2,007
2,009
2,010
2,011
2,012
2,013
2,014
2,015
KUNINGAN INDRAMAYU
SUMEDANG KOTA CIREBON
BTA positif baru Kasus baru dan kambuh
BOGOR SUBANG
SUKABUMI SUMEDANG Kasus pengobatan ulang selain kambuh Seluruh kasus TB
CIREBON TASIKMALAYA
BANDUNG CIANJUR
CIAMIS BANDUNG BARAT Gambar 2. Pembiayaan P2TB (Dalam Rupiah), 2017
INDRAMAYU BANDUNG
KOTA DEPOK 45,109,896,213 Total Kebutuhan: 289 M
KUNINGAN 78,610,000;
; 15.60% Gap (Kesenjangan): 65%
MAJALENGKA GARUT 0.03%
SUBANG KOTA BOGOR APBN
KARAWANG BOGOR 4,393,588,900;
TASIKMALAYA KARAWANG
APBD I
1.52%
CIANJUR KOTA DEPOK APBD II
PURWAKARTA KOTA SUKABUMI
GARUT
Donor (GF, USAID, dll)
CIREBON
PANGANDARAN KOTA BEKASI Gap
BANDUNG BARAT KOTA BANDUNG
187,958,343,15 51,620,208,528
BEKASI KOTA TASIKMALAYA
8; 65.00% ; 17.85%
0 20 40 60 80 100 0 20 40 60 80 100
1
Hanya untuk data yang dapat didisagregrasi Hal 13
2
Data belum tersedia
Data sementara per 21 Februari 2018
Jawa Tengah
Jumlah Penduduk Tahun 2017 : 34,257,865 jiwa
Estimasi Beban TB
Jumlah Rate (per 100.000 Penduduk) Gambar 1. Peta Case Detection Rate TB (%) Tahun 2017
Insiden TB (semua kasus), tahun 2017 103,840 305
Insiden TB Resistan Obat (TB RO), tahun 2017 3,366 10
Estimasi TB RO diantara kasus dinotifikasi, tahun 2017 1,374
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
Penemuan Kasus TB HIV, 2017
Jumlah (%)
Pasien TB yang mengetahui status HIV-nya 18,095 34.6%
Pasien TB Positif HIV 701 3.9% Grafik 2. Jumlah Kasus TB RO, 2009-2017
Pasien TB HIV yang mendapatkan ART 214 30.5% 25,000
ODHA yang diskrining TB 5,574 69.1%
20,000
Cakupan Kesehatan Semesta Untuk TB, 2017
(%)
Cakupan Pengobatan TB/Case Detection Rate (CDR) 50%
15,000
Kasus yang belum ditemukan/belum dilaporkan 50%
Grafik 6. Case Detection Rate Kasus TB (%) per Grafik 5. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%) Grafik 4. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%), 2000-2017
Kab/Kota 2017 per Kab/Kota, 2017 100
90
KOTA MAGELANG PEKALONGAN 80
KOTA TEGAL TEGAL 70
KOTA SALATIGA KUDUS 60
BANYUMAS KARANGANYAR
50
KOTA SURAKARTA SRAGEN
40
WONOSOBO DEMAK
KOTA SEMARANG PEMALANG
30
TEGAL BATANG 20
KOTA PEKALONGAN SEMARANG 10
CILACAP WONOGIRI 0
GROBOGAN KOTA PEKALONGAN
2,000
2,001
2,002
2,003
2,004
2,005
2,006
2,007
2,008
2,009
2,010
2,011
2,012
2,013
2,014
2,015
2,016
2,017
KEBUMEN JEPARA
REMBANG MAGELANG
SRAGEN BLORA BTA positif baru Kasus baru dan kambuh
BREBES BANYUMAS
BANJARNEGARA REMBANG Kasus pengobatan ulang selain kambuh Seluruh kasus TB
BLORA BOYOLALI
PEKALONGAN KENDAL
PURBALINGGA KOTA SEMARANG
Gambar 2. Pembiayaan P2TB (Dalam Rupiah), 2017
KUDUS KOTA SALATIGA
PEMALANG SUKOHARJO
DEMAK TEMANGGUNG 38,196,350,206 1,265,965,000; Total Kebutuhan: 192 M
KARANGANYAR KOTA SURAKARTA ; 19.86% Gap (Kesenjangan): 62,2%
KENDAL
0.6583%
WONOSOBO
BATANG GROBOGAN APBN
WONOGIRI BREBES
JEPARA PURBALINGGA APBD I
PURWOREJO KLATEN
3,799,804,200;
SUKOHARJO KOTA MAGELANG 1.98% APBD II
PATI PATI
BOYOLALI
Donor (GF, USAID, dll)
KOTA TEGAL
SEMARANG KEBUMEN Gap
KLATEN BANJARNEGARA
TEMANGGUNG CILACAP 119,628,843,48
MAGELANG
29,403,283,164
PURWOREJO 0; 62.21%
; 15.29%
0 20 40 60 80 100 0 20 40 60 80 100
1
Hanya untuk data yang dapat didisagregrasi Hal 14
2
Data belum tersedia
Data sementara per 21 Februari 2018
DI Yogyakarta
Jumlah Penduduk Tahun 2017 : 3,762,167 jiwa
Estimasi Beban TB
Jumlah Rate (per 100.000 Penduduk) Gambar 1. Peta Case Detection Rate TB (%) Tahun 2017
Insiden TB (semua kasus), tahun 2017 11,463 308
Insiden TB Resistan Obat (TB RO), tahun 2017 372 10
Estimasi TB RO diantara kasus dinotifikasi, tahun 2017 106
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
Penemuan Kasus TB HIV, 2017
Jumlah (%)
Pasien TB yang mengetahui status HIV-nya 939 29.5%
Pasien TB Positif HIV 87 9.3% Grafik 2. Jumlah Kasus TB RO, 2009-2017
Pasien TB HIV yang mendapatkan ART 21 24.1% 1,200
ODHA yang diskrining TB 1,694 90.0%
1,000
Cakupan Kesehatan Semesta Untuk TB, 2017
(%)
800
Cakupan Pengobatan TB/Case Detection Rate (CDR) 28%
Kasus yang belum ditemukan/belum dilaporkan 72%
600
Keberhasilan Pengobatan TB
Sembuh Pengobatan lengkap Success Rate 400
Semua kasus, tahun 2016 1,161 1,501 83.7%
Baru dan kambuh, tahun 2016 1,132 1,499 83.3% 200
BTA positif baru, tahun 2016 20,230 1,451 90.8%
Pengobatan ulang selain kambuh, tahun 2016 29 2 75.6%
0
TB yang HIV positif, tahun 2016 73 50 68.5% 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
TB RR/MDR, tahun 2015 5 0 41.7%
TB XDR, tahun 2015 0 0 0.0% Terduga Terkonfirmasi Diobati
Grafik 6. Case Detection Rate Kasus TB (%) per Grafik 5. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%) Grafik 4. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%), 2000-2017
Kab/Kota 2017 per Kab/Kota, 2017 100
90
80
70
60
KOTA YOGYAKARTA GUNUNG KIDUL 50
40
30
20
10
0
KULON PROGO
2,000
2,001
2,002
2,003
2,004
2,005
2,006
2,007
2,008
2,009
2,010
2,011
2,012
2,013
2,014
2,015
2,016
2,017
SLEMAN
Total Kebutuhan: 21 M
3,474,927,246; Gap (Kesenjangan): 62%
16%
GUNUNG KIDUL KOTA YOGYAKARTA
781,150,000; APBN
4% APBD I
819,669,500; APBD II
4%
SLEMAN BANTUL
Donor (GF, USAID, dll)
Gap
13,069,307,232 3,083,075,738;
0 20 40 60 80 100 0 20 40 60 80 100 ; 62% 14%
1
Hanya untuk data yang dapat didisagregrasi Hal 15
2
Data belum tersedia
Data sementara per 21 Februari 2018
Jawa Timur
Jumlah Penduduk Tahun 2017 : 39,292,972 jiwa
Estimasi Beban TB
Jumlah Rate (per 100.000 Penduduk) Gambar 1. Peta Case Detection Rate TB (%) Tahun 2017
Insiden TB (semua kasus), tahun 2017 119,490 306
Insiden TB Resistan Obat (TB RO), tahun 2017 3,873 10
Estimasi TB RO diantara kasus dinotifikasi, tahun 2017 1,678
2015
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2016
2017
Penemuan Kasus TB HIV, 2017
Jumlah (%)
Pasien TB yang mengetahui status HIV-nya 28,422 53.1%
Pasien TB Positif HIV 1,104 3.9% Grafik 2. Jumlah Kasus TB RO, 2009-2017
Pasien TB HIV yang mendapatkan ART 433 39.2% 35,000
ODHA yang diskrining TB 12,418 78.7%
30,000
Cakupan Kesehatan Semesta Untuk TB, 2017
(%) 25,000
Cakupan Pengobatan TB/Case Detection Rate (CDR) 45%
Kasus yang belum ditemukan/belum dilaporkan 55% 20,000
15,000
Keberhasilan Pengobatan TB
Sembuh Pengobatan lengkap Success Rate
10,000
Semua kasus, tahun 2016 21,092 23,877 90.4%
Baru dan kambuh, tahun 2016 20,950 23,855 90.2%
5,000
BTA positif baru, tahun 2016 2,354 162 93.3%
Pengobatan ulang selain kambuh, tahun 2016 142 22 74.5%
0
TB yang HIV positif, tahun 2016 707 385 54.5% 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
TB RR/MDR, tahun 2015 77 17 44.3%
TB XDR, tahun 2015 1 0 50.0% Terduga Terkonfirmasi Diobati
Grafik 6. Case Detection Rate Kasus TB (%) per Grafik 5. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%) Grafik 4. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%), 2000-2017
Kab/Kota 2017 per Kab/Kota, 2017 100
90
KOTA MALANG BOJONEGORO 80
KOTA MADIUN MOJOKERTO 70
KOTA MOJOKERTO PAMEKASAN 60
KOTA SURABAYA NGANJUK 50
KOTA PASURUAN MADIUN
KOTA KEDIRI
40
LUMAJANG
KOTA BLITAR SITUBONDO 30
SITUBONDO LAMONGAN 20
LAMONGAN BANGKALAN 10
KOTA PROBOLINGGO MAGETAN 0
GRESIK KEDIRI
2,000
2,001
2,002
2,003
2,004
2,005
2,006
2,007
2,008
2,009
2,010
2,011
2,012
2,013
2,014
2,015
2,016
2,017
MADIUN GRESIK
BOJONEGORO TRENGGALEK
SUMENEP TUBAN
PASURUAN JEMBER BTA positif baru Kasus baru dan kambuh
JEMBER PASURUAN
PAMEKASAN SUMENEP Kasus pengobatan ulang selain kambuh Seluruh kasus TB
BANYUWANGI BANYUWANGI
LUMAJANG KOTA MADIUN
SIDOARJO KOTA MOJOKERTO
SAMPANG PONOROGO Gambar 2. Pembiayaan P2TB (Dalam Rupiah), 2017
TUBAN PROBOLINGGO
PONOROGO JOMBANG
BANGKALAN SIDOARJO 19,152,334,704 Total Kebutuhan: 221 M
KEDIRI BLITAR Gap (Kesenjangan): 66,6%
NGAWI MALANG
; 8.7% 0; 0.0%
JOMBANG TULUNGAGUNG
TULUNGAGUNG KOTA SURABAYA 11,326,348,478 APBN
PROBOLINGGO BONDOWOSO ; 5.1%
MALANG NGAWI APBD I
BONDOWOSO KOTA PROBOLINGGO
MAGETAN KOTA MALANG APBD II
TRENGGALEK KOTA BATU
BLITAR KOTA PASURUAN Donor (GF, USAID, dll)
KOTA BATU KOTA KEDIRI
NGANJUK SAMPANG Gap
MOJOKERTO KOTA BLITAR
PACITAN PACITAN 147,330,833,19 43,465,204,821
0 20 40 60 80 100 0 20 40 60 80 100 5; 66.6% ; 19.6%
1
Hanya untuk data yang dapat didisagregrasi Hal 16
2
Data belum tersedia
Data sementara per 21 Februari 2018
Kalimantan Barat
Jumlah Penduduk Tahun 2017 : 4,932,499 jiwa
Estimasi Beban TB
Jumlah Rate (per 100.000 Penduduk) Gambar 1. Peta Case Detection Rate TB (%) Tahun 2017
Insiden TB (semua kasus), tahun 2017 22,106 455
Insiden TB Resistan Obat (TB RO), tahun 2017 717 15
Estimasi TB RO diantara kasus dinotifikasi, tahun 2017 174
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
Penemuan Kasus TB HIV, 2017
Jumlah (%)
Pasien TB yang mengetahui status HIV-nya 915 17.0%
Pasien TB Positif HIV 21 2.3% Grafik 2. Jumlah Kasus TB RO, 2009-2017
Pasien TB HIV yang mendapatkan ART 0 0.0% 1,800
ODHA yang diskrining TB 1,112 73.7%
1,600
800
Keberhasilan Pengobatan TB
Sembuh Pengobatan lengkap Success Rate 600
Semua kasus, tahun 2016 2,430 1,427 92.1%
400
Baru dan kambuh, tahun 2016 2,420 1,426 72.7%
BTA positif baru, tahun 2016 1,191 118 86.7% 200
Pengobatan ulang selain kambuh, tahun 2016 10 1 61.1%
0
TB yang HIV positif, tahun 2016 2 2 100.0% 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
TB RR/MDR, tahun 2015 1 12 46.4%
TB XDR, tahun 2015 0 0 0.0% Terduga Terkonfirmasi Diobati
Grafik 6. Case Detection Rate Kasus TB (%) per Grafik 5. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%) Grafik 4. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%), 2000-2017
Kab/Kota 2017 per Kab/Kota, 2017 100
90
80
MELAWI SINTANG 70
60
KAPUAS HULU SAMBAS 50
40
SANGGAU 30
KETAPANG
20
10
KOTA SINGKAWANG SANGGAU
0
2,000
2,001
2,002
2,003
2,004
2,005
2,006
2,007
2,008
2,009
2,010
2,011
2,012
2,013
2,014
2,015
2,016
2,017
1
Hanya untuk data yang dapat didisagregrasi Hal 18
2
Data belum tersedia
Data sementara per 21 Februari 2018
Kalimantan Tengah
Jumlah Penduduk Tahun 2017 : 2,605,274 jiwa
Estimasi Beban TB
Jumlah Rate (per 100.000 Penduduk) Gambar 1. Peta Case Detection Rate TB (%) Tahun 2017
Insiden TB (semua kasus), tahun 2017 11,582 454
Insiden TB Resistan Obat (TB RO), tahun 2017 375 15
Estimasi TB RO diantara kasus dinotifikasi, tahun 2017 108
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
Penemuan Kasus TB HIV, 2017
Jumlah (%)
Pasien TB yang mengetahui status HIV-nya 655 20.7%
Pasien TB Positif HIV 26 4.0% Grafik 2. Jumlah Kasus TB RO, 2009-2017
Pasien TB HIV yang mendapatkan ART 4 15.4% 500
ODHA yang diskrining TB 207 99.0%
450
400
Cakupan Kesehatan Semesta Untuk TB, 2017
(%) 350
Cakupan Pengobatan TB/Case Detection Rate (CDR) 27%
300
Kasus yang belum ditemukan/belum dilaporkan 73%
250
Keberhasilan Pengobatan TB 200
Sembuh Pengobatan lengkap Success Rate
150
Semua kasus, tahun 2016 1,237 1,066 84.1%
Baru dan kambuh, tahun 2016 1,228 1,066 77.7% 100
BTA positif baru, tahun 2016 2,487 191 89.7% 50
Pengobatan ulang selain kambuh, tahun 2016 9 0 52.9%
0
TB yang HIV positif, tahun 2016 18 10 55.6% 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
TB RR/MDR, tahun 2015 4 2 85.7%
TB XDR, tahun 2015 0 0 0.0% Terduga Terkonfirmasi Diobati
Grafik 6. Case Detection Rate Kasus TB (%) per Grafik 5. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%) Grafik 4. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%), 2000-2017
Kab/Kota 2017 per Kab/Kota, 2017 100
90
80
MURUNG RAYA BARITO UTARA 70
60
KOTA PALANGKA RAYA SUKAMARA 50
40
LAMANDAU 30
KOTAWARINGIN BARAT
20
10
BARITO UTARA PULANG PISAU
0
2,000
2,001
2,002
2,003
2,004
2,005
2,006
2,007
2,008
2,009
2,010
2,011
2,012
2,013
2,014
2,015
2,016
2,017
GUNUNG MAS GUNUNG MAS Gambar 2. Pembiayaan P2TB (Dalam Rupiah), 2017
SERUYAN
Donor (GF, USAID, dll)
BARITO TIMUR
Gap
BARITO SELATAN KATINGAN 20,039,576,205
3,381,082,281;
; 68.3%
0 20 40 60 80 100 0 20 40 60 80 100 11.5%
1
Hanya untuk data yang dapat didisagregrasi Hal 19
2
Data belum tersedia
Data sementara per 21 Februari 2018
Kalimantan Selatan
Jumlah Penduduk Tahun 2017 : 4,119,794 jiwa
Estimasi Beban TB
Jumlah Rate (per 100.000 Penduduk) Gambar 1. Peta Case Detection Rate TB (%) Tahun 2017
Insiden TB (semua kasus), tahun 2017 18,726 462
Insiden TB Resistan Obat (TB RO), tahun 2017 607 15
Estimasi TB RO diantara kasus dinotifikasi, tahun 2017 120
2015
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2016
2017
Penemuan Kasus TB HIV, 2017
Jumlah (%)
Pasien TB yang mengetahui status HIV-nya 374 7.9%
Pasien TB Positif HIV 33 8.8% Grafik 2. Jumlah Kasus TB RO, 2009-2017
Pasien TB HIV yang mendapatkan ART 17 51.5% 700
ODHA yang diskrining TB 715 100.0%
600
Cakupan Kesehatan Semesta Untuk TB, 2017
(%) 500
Cakupan Pengobatan TB/Case Detection Rate (CDR) 25%
Kasus yang belum ditemukan/belum dilaporkan 75% 400
300
Keberhasilan Pengobatan TB
Sembuh Pengobatan lengkap Success Rate
200
Semua kasus, tahun 2016 2,536 2,282 90.4%
Baru dan kambuh, tahun 2016 2,526 2,282 82.9%
100
BTA positif baru, tahun 2016 2,031 215 91.1%
Pengobatan ulang selain kambuh, tahun 2016 10 0 76.9%
0
TB yang HIV positif, tahun 2016 10 5 50.0% 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
TB RR/MDR, tahun 2015 0 0 0.0%
TB XDR, tahun 2015 0 0 0.0% Terduga Terkonfirmasi Diobati
Grafik 6. Case Detection Rate Kasus TB (%) per Grafik 5. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%) Grafik 4. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%), 2000-2017
Kab/Kota 2017 per Kab/Kota, 2017 100
90
80
KOTA BANJARMASIN BARITO KUALA 70
60
TAPIN KOTA BARU
50
40
30
KOTA BARU HULU SUNGAI TENGAH 20
10
HULU SUNGAI TENGAH KOTA BANJAR BARU 0
2,000
2,001
2,002
2,003
2,004
2,005
2,006
2,007
2,008
2,009
2,010
2,011
2,012
2,013
2,014
2,015
2,016
2,017
1
Hanya untuk data yang dapat didisagregrasi Hal 20
2
Data belum tersedia
Data sementara per 21 Februari 2018
Kalimantan Timur
Jumlah Penduduk Tahun 2017 : 3,575,449 jiwa
Estimasi Beban TB
Jumlah Rate (per 100.000 Penduduk) Gambar 1. Peta Case Detection Rate TB (%) Tahun 2017
Insiden TB (semua kasus), tahun 2017 16,368 467
Insiden TB Resistan Obat (TB RO), tahun 2017 531 15
Estimasi TB RO diantara kasus dinotifikasi, tahun 2017 194
2015
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2016
2017
Penemuan Kasus TB HIV, 2017
Jumlah (%)
Pasien TB yang mengetahui status HIV-nya 829 13.0%
Pasien TB Positif HIV 53 6.4% Grafik 2. Jumlah Kasus TB RO, 2009-2017
Pasien TB HIV yang mendapatkan ART 6 11.3% 600
ODHA yang diskrining TB 1,111 62.4%
500
Cakupan Kesehatan Semesta Untuk TB, 2017
(%)
400
Cakupan Pengobatan TB/Case Detection Rate (CDR) 39%
Kasus yang belum ditemukan/belum dilaporkan 61%
300
Keberhasilan Pengobatan TB
Sembuh Pengobatan lengkap Success Rate 200
Semua kasus, tahun 2016 2,153 2,673 91.1%
Baru dan kambuh, tahun 2016 2,119 2,669 91.2% 100
BTA positif baru, tahun 2016 297 91 75.9%
Pengobatan ulang selain kambuh, tahun 2016 34 4 82.6%
0
TB yang HIV positif, tahun 2016 41 20 48.8% 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
TB RR/MDR, tahun 2015 12 0 35.3%
TB XDR, tahun 2015 0 0 0.0% Terduga Terkonfirmasi Diobati
Grafik 6. Case Detection Rate Kasus TB (%) per Grafik 5. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%) Grafik 4. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%), 2000-2017
Kab/Kota 2017 per Kab/Kota, 2017 100
90
80
KOTA BONTANG PENAJAM PASER UTARA 70
60
50
KOTA SAMARINDA KUTAI TIMUR 40
30
20
KOTA BALIKPAPAN
10
PASIR
0
2,000
2,001
2,002
2,003
2,004
2,005
2,006
2,007
2,008
2,009
2,010
2,011
2,012
2,013
2,014
2,015
2,016
2,017
KUTAI TIMUR KUTAI BARAT Kasus pengobatan ulang selain kambuh Seluruh kasus TB
Total Kebutuhan: 41 M
5,091,624,891;
KUTAI KARTANEGARA MAHAKAM HULU 0; 0.0% Gap (Kesenjangan): 73,2%
12.3%
APBN
KUTAI BARAT KOTA SAMARINDA 1,304,155,550;
3.1% APBD I
APBD II
PENAJAM PASER UTARA KUTAI KARTANEGARA
Donor (GF, USAID, dll)
Gap
PASIR BERAU
30,348,102,089
4,734,148,381;
0 20 40 60 80 100 0 20 40 60 80 100
; 73.2%
11.4%
1
Hanya untuk data yang dapat didisagregrasi Hal 21
2
Data belum tersedia
Data sementara per 21 Februari 2018
Kalimantan Utara
Jumlah Penduduk Tahun 2017 : 691,058 jiwa
Estimasi Beban TB
Jumlah Rate (per 100.000 Penduduk) Gambar 1. Peta Case Detection Rate TB (%) Tahun 2017
Insiden TB (semua kasus), tahun 2017 3,225 484
Insiden TB Resistan Obat (TB RO), tahun 2017 105 16
Estimasi TB RO diantara kasus dinotifikasi, tahun 2017 43
2016
2015
2017
Penemuan Kasus TB HIV, 2017
Jumlah (%)
Pasien TB yang mengetahui status HIV-nya 545 46.1%
Pasien TB Positif HIV 45 8.3% Grafik 2. Jumlah Kasus TB RO, 2009-2017
Pasien TB HIV yang mendapatkan ART 18 40.0% 300
ODHA yang diskrining TB 0 #DIV/0!
250
Cakupan Kesehatan Semesta Untuk TB, 2017
(%)
200
Cakupan Pengobatan TB/Case Detection Rate (CDR) 37%
Kasus yang belum ditemukan/belum dilaporkan 63%
150
Keberhasilan Pengobatan TB
Sembuh Pengobatan lengkap Success Rate 100
Semua kasus, tahun 2016 317 469 73.2%
Baru dan kambuh, tahun 2016 311 466 66.7% 50
BTA positif baru, tahun 2016 3,436 228 89.1%
Pengobatan ulang selain kambuh, tahun 2016 6 3 60.0%
0
TB yang HIV positif, tahun 2016 9 1 11.1% 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
TB RR/MDR, tahun 2015 0 0 #DIV/0!
TB XDR, tahun 2015 0 0 0.0% Terduga Terkonfirmasi Diobati
Grafik 6. Case Detection Rate Kasus TB (%) per Grafik 5. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%) Grafik 4. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%), 2016-2017
Kab/Kota 2017 per Kab/Kota, 2017 100
90
80
70
MALINAU
60
TANA TIDUNG
50
40
30
20
10
BULUNGAN 0
MALINAU
2,016
2,017
1
Hanya untuk data yang dapat didisagregrasi Hal 22
2
Data belum tersedia
Data sementara per 21 Februari 2018
Sulawesi Utara
Jumlah Penduduk Tahun 2017 : 2,461,028 jiwa
Estimasi Beban TB
Jumlah Rate (per 100.000 Penduduk) Gambar 1. Peta Case Detection Rate TB (%) Tahun 2017
Insiden TB (semua kasus), tahun 2017 10,965 450
Insiden TB Resistan Obat (TB RO), tahun 2017 355 15
Estimasi TB RO diantara kasus dinotifikasi, tahun 2017 209
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
Penemuan Kasus TB HIV, 2017
Jumlah (%)
Pasien TB yang mengetahui status HIV-nya 1,075 11.7%
Pasien TB Positif HIV 81 7.5% Grafik 2. Jumlah Kasus TB RO, 2009-2017
Pasien TB HIV yang mendapatkan ART 17 21.0% 500
ODHA yang diskrining TB 328 38.7%
450
400
Cakupan Kesehatan Semesta Untuk TB, 2017
(%) 350
Cakupan Pengobatan TB/Case Detection Rate (CDR) 84%
300
Kasus yang belum ditemukan/belum dilaporkan 16%
250
Keberhasilan Pengobatan TB 200
Sembuh Pengobatan lengkap Success Rate
150
Semua kasus, tahun 2016 3,511 904 85.9%
Baru dan kambuh, tahun 2016 3,505 901 83.0% 100
BTA positif baru, tahun 2016 1,032 141 95.2% 50
Pengobatan ulang selain kambuh, tahun 2016 6 3 19.1%
0
TB yang HIV positif, tahun 2016 47 19 40.4% 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
TB RR/MDR, tahun 2015 2 1 9.1%
TB XDR, tahun 2015 0 0 0.0% Terduga Terkonfirmasi Diobati
Grafik 6. Case Detection Rate Kasus TB (%) per Grafik 5. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%) Grafik 4. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%), 2000-2017
Kab/Kota 2017 per Kab/Kota, 2017 100
90
80
KOTA MANADO MINAHASA UTARA 70
60
KOTA TOMOHON KOTA KOTAMOBAGU 50
40
KOTA BITUNG MINAHASA 30
20
KEPULAUAN SANGIHE BOLAANG MONGONDOW 10
SELATAN
0
BOLAANG MONGONDOW
2,000
2,001
2,002
2,003
2,004
2,005
2,006
2,007
2,008
2,009
2,010
2,011
2,012
2,013
2,014
2,015
2,016
2,017
KOTA KOTAMOBAGU KOTA TOMOHON BTA positif baru Kasus baru dan kambuh
MINAHASA SELATAN KEPULAUAN TALAUD Kasus pengobatan ulang selain kambuh Seluruh kasus TB
1
Hanya untuk data yang dapat didisagregrasi Hal 23
2
Data belum tersedia
Data sementara per 21 Februari 2018
Gorontalo
Jumlah Penduduk Tahun 2017 : 1,168,190 jiwa
Estimasi Beban TB
Jumlah Rate (per 100.000 Penduduk) Gambar 1. Peta Case Detection Rate TB (%) Tahun 2017
Insiden TB (semua kasus), tahun 2017 5,320 462
Insiden TB Resistan Obat (TB RO), tahun 2017 172 15
Estimasi TB RO diantara kasus dinotifikasi, tahun 2017 30
2009
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
Penemuan Kasus TB HIV, 2017
Jumlah (%)
Pasien TB yang mengetahui status HIV-nya 203 20.3%
Pasien TB Positif HIV 1 0.5% Grafik 2. Jumlah Kasus TB RO, 2009-2017
Pasien TB HIV yang mendapatkan ART 0 0.0% 350
ODHA yang diskrining TB 86 96.5%
300
Cakupan Kesehatan Semesta Untuk TB, 2017
(%) 250
Cakupan Pengobatan TB/Case Detection Rate (CDR) 19%
Kasus yang belum ditemukan/belum dilaporkan 81% 200
150
Keberhasilan Pengobatan TB
Sembuh Pengobatan lengkap Success Rate
100
Semua kasus, tahun 2016 1,051 266 95.2%
Baru dan kambuh, tahun 2016 1,049 266 65.9%
50
BTA positif baru, tahun 2016 1,691 174 90.5%
Pengobatan ulang selain kambuh, tahun 2016 2 0 100.0%
0
TB yang HIV positif, tahun 2016 0 0 0.0% 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
TB RR/MDR, tahun 2015 0 0 0.0%
TB XDR, tahun 2015 0 0 0.0% Terduga Terkonfirmasi Diobati
Grafik 6. Case Detection Rate Kasus TB (%) per Grafik 5. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%) Grafik 4. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%), 2002-2017
Kab/Kota 2017 per Kab/Kota, 2017 100
90
80
70
POHUWATO POHUWATO 60
50
40
30
20
BONE BOLANGO
10
BOALEMO
0
2,014
2,002
2,003
2,004
2,005
2,006
2,007
2,008
2,009
2,010
2,011
2,012
2,013
2,015
2,016
2,017
1
Hanya untuk data yang dapat didisagregrasi Hal 24
2
Data belum tersedia
Data sementara per 21 Februari 2018
Sulawesi Tengah
Jumlah Penduduk Tahun 2017 : 2,966,325 jiwa
Estimasi Beban TB
Jumlah Rate (per 100.000 Penduduk) Gambar 1. Peta Case Detection Rate TB (%) Tahun 2017
Insiden TB (semua kasus), tahun 2017 12,900 442
Insiden TB Resistan Obat (TB RO), tahun 2017 418 14
Estimasi TB RO diantara kasus dinotifikasi, tahun 2017 123
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
Penemuan Kasus TB HIV, 2017
Jumlah (%)
Pasien TB yang mengetahui status HIV-nya 183 4.7%
Pasien TB Positif HIV 22 12.0% Grafik 2. Jumlah Kasus TB RO, 2009-2017
Pasien TB HIV yang mendapatkan ART 4 18.2% 900
ODHA yang diskrining TB 143 0.0%
800
400
Keberhasilan Pengobatan TB
Sembuh Pengobatan lengkap Success Rate 300
Semua kasus, tahun 2016 1,735 1,027 89.0%
200
Baru dan kambuh, tahun 2016 1,725 1,027 73.4%
BTA positif baru, tahun 2016 4,951 674 87.4% 100
Pengobatan ulang selain kambuh, tahun 2016 10 0 76.9%
0
TB yang HIV positif, tahun 2016 3 3 100.0% 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
TB RR/MDR, tahun 2015 2 4 46.2%
TB XDR, tahun 2015 0 0 0.0% Terduga Terkonfirmasi Diobati
Grafik 6. Case Detection Rate Kasus TB (%) per Grafik 5. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%) Grafik 4. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%), 2000-2017
Kab/Kota 2017 per Kab/Kota, 2017 100
90
80
MOROWALI MOROWALI 70
60
TOJO UNA-UNA TOJO UNA-UNA
50
40
30
KOTA PALU MOROWALI UTARA 20
10
BANGGAI LAUT BUOL 0
2,000
2,001
2,002
2,003
2,004
2,005
2,006
2,007
2,008
2,009
2,010
2,011
2,012
2,013
2,014
2,015
2,016
2,017
BANGGAI BANGGAI
BTA positif baru Kasus baru dan kambuh
SIGI SIGI
Kasus pengobatan ulang selain kambuh Seluruh kasus TB
1
Hanya untuk data yang dapat didisagregrasi Hal 25
2
Data belum tersedia
Data sementara per 21 Februari 2018
Sulawesi Selatan
Jumlah Penduduk Tahun 2017 : 8,690,294 jiwa
Estimasi Beban TB
Jumlah Rate (per 100.000 Penduduk) Gambar 1. Peta Case Detection Rate TB (%) Tahun 2017
Insiden TB (semua kasus), tahun 2017 38,456 447
Insiden TB Resistan Obat (TB RO), tahun 2017 1,247 14
Estimasi TB RO diantara kasus dinotifikasi, tahun 2017 295
2015
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2016
2017
Penemuan Kasus TB HIV, 2017
Jumlah (%)
Pasien TB yang mengetahui status HIV-nya 1,213 7.1%
Pasien TB Positif HIV 51 4.2% Grafik 2. Jumlah Kasus TB RO, 2009-2017
Pasien TB HIV yang mendapatkan ART 9 17.6% 6,000
ODHA yang diskrining TB 1,084 74.7%
5,000
Cakupan Kesehatan Semesta Untuk TB, 2017
(%)
4,000
Cakupan Pengobatan TB/Case Detection Rate (CDR) 44%
Kasus yang belum ditemukan/belum dilaporkan 56%
3,000
Keberhasilan Pengobatan TB
Sembuh Pengobatan lengkap Success Rate 2,000
Semua kasus, tahun 2016 5,316 5,037 87.8%
Baru dan kambuh, tahun 2016 5,294 5,032 77.4% 1,000
BTA positif baru, tahun 2016 708 199 89.8%
Pengobatan ulang selain kambuh, tahun 2016 22 5 61.4%
0
TB yang HIV positif, tahun 2016 73 48 65.8% 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
TB RR/MDR, tahun 2015 42 4 51.1%
TB XDR, tahun 2015 0 0 0.0% Terduga Terkonfirmasi Diobati
Grafik 6. Case Detection Rate Kasus TB (%) per Grafik 5. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%) Grafik 4. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%), 2000-2017
Kab/Kota 2017 per Kab/Kota, 2017 100
90
80
KOTA MAKASSAR BARRU
70
KOTA PALOPO LUWU TIMUR 60
SIDENRENG RAPPANG TORAJA UTARA 50
40
GOWA
30
WAJO TAKALAR 20
KOTA PAREPARE BANTAENG 10
TAKALAR KOTA PALOPO
0
2,000
2,001
2,002
2,003
2,004
2,005
2,006
2,007
2,008
2,009
2,010
2,011
2,012
2,013
2,014
2,015
2,016
2,017
GOWA LUWU
KEPULAUAN SELAYAR PINRANG
BTA positif baru Kasus baru dan kambuh
SINJAI ENREKANG
LUWU SIDENRENG RAPPANG Kasus pengobatan ulang selain kambuh Seluruh kasus TB
PINRANG LUWU UTARA
JENEPONTO
Gambar 2. Pembiayaan P2TB (Dalam Rupiah), 2017
BULUKUMBA MAROS
MAROS WAJO Total Kebutuhan: 90 M
LUWU UTARA KOTA MAKASSAR
11,133,791,877 Gap (Kesenjangan): 71%
33,400,000;
; 12%
BANTAENG BULUKUMBA 0.04%
BARRU BONE APBN
BONE KOTA PAREPARE APBD I
2,129,060,241;
SOPPENG TANA TORAJA 2% APBD II
TANA TORAJA JENEPONTO
ENREKANG SINJAI
Donor (GF, USAID, dll)
LUWU TIMUR SOPPENG Gap
TORAJA UTARA KEPULAUAN SELAYAR 63,462,924,643
; 71% 13,194,785,953
0 20 40 60 80 100 0 20 40 60 80 100 ; 15%
1
Hanya untuk data yang dapat didisagregrasi Hal 26
2
Data belum tersedia
Data sementara per 21 Februari 2018
Sulawesi Barat
Jumlah Penduduk Tahun 2017 : 1,330,961 jiwa
Estimasi Beban TB
Jumlah Rate (per 100.000 Penduduk) Gambar 1. Peta Case Detection Rate TB (%) Tahun 2017
Insiden TB (semua kasus), tahun 2017 5,857 448
Insiden TB Resistan Obat (TB RO), tahun 2017 190 15
Estimasi TB RO diantara kasus dinotifikasi, tahun 2017 57
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
Penemuan Kasus TB HIV, 2017
Jumlah (%)
Pasien TB yang mengetahui status HIV-nya 130 7.4%
Pasien TB Positif HIV 16 12.3% Grafik 2. Jumlah Kasus TB RO, 2009-2017
Pasien TB HIV yang mendapatkan ART 2 12.5% 250
ODHA yang diskrining TB 40 80.0%
200
Cakupan Kesehatan Semesta Untuk TB, 2017
(%)
Cakupan Pengobatan TB/Case Detection Rate (CDR) 30%
150
Kasus yang belum ditemukan/belum dilaporkan 70%
Grafik 6. Case Detection Rate Kasus TB (%) per Grafik 5. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%) Grafik 4. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%), 2006-2017
Kab/Kota 2017 per Kab/Kota, 2017 100
90
80
70
MAJENE MAMASA 60
50
40
30
20
MAMUJU
10
MAMUJU
0
2,006
2,017
2,007
2,008
2,009
2,010
2,011
2,012
2,013
2,014
2,015
2,016
1
Hanya untuk data yang dapat didisagregrasi Hal 27
2
Data belum tersedia
Data sementara per 21 Februari 2018
Sulawesi Tenggara
Jumlah Penduduk Tahun 2017 : 2,602,389 jiwa
Estimasi Beban TB
Jumlah Rate (per 100.000 Penduduk) Gambar 1. Peta Case Detection Rate TB (%) Tahun 2017
Insiden TB (semua kasus), tahun 2017 11,151 437
Insiden TB Resistan Obat (TB RO), tahun 2017 361 14
Estimasi TB RO diantara kasus dinotifikasi, tahun 2017 76
2015
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2016
2017
Penemuan Kasus TB HIV, 2017
Jumlah (%)
Pasien TB yang mengetahui status HIV-nya 386 15.5%
Pasien TB Positif HIV 23 6.0% Grafik 2. Jumlah Kasus TB RO, 2009-2017
Pasien TB HIV yang mendapatkan ART 0 0.0% 3,000
ODHA yang diskrining TB 67 1.5%
2,500
Cakupan Kesehatan Semesta Untuk TB, 2017
(%)
2,000
Cakupan Pengobatan TB/Case Detection Rate (CDR) 42%
Kasus yang belum ditemukan/belum dilaporkan 58%
1,500
Keberhasilan Pengobatan TB
Sembuh Pengobatan lengkap Success Rate 1,000
Semua kasus, tahun 2016 1,556 371 91.7%
Baru dan kambuh, tahun 2016 1,555 371 51.3% 500
BTA positif baru, tahun 2016 1,140 244 89.9%
Pengobatan ulang selain kambuh, tahun 2016 1 0 100.0%
0
TB yang HIV positif, tahun 2016 9 2 22.2% 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
TB RR/MDR, tahun 2015 2 0 22.2%
TB XDR, tahun 2015 0 0 0.0% Terduga Terkonfirmasi Diobati
Grafik 6. Case Detection Rate Kasus TB (%) per Grafik 5. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%) Grafik 4. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%), 2000-2017
Kab/Kota 2017 per Kab/Kota, 2017 100
90
80
KOTA KENDARI MUNA 70
60
KONAWE BUTON SELATAN
50
40
BUTON TENGAH BUTON UTARA
30
KOTA BAU-BAU KONAWE 20
10
KONAWE KEPULAUAN KOTA KENDARI 0
2,000
2,001
2,002
2,003
2,004
2,005
2,006
2,007
2,008
2,009
2,010
2,011
2,012
2,013
2,014
2,015
2,016
2,017
BOMBANA BUTON TENGAH BTA positif baru Kasus baru dan kambuh
BUTON KOLAKA UTARA Kasus pengobatan ulang selain kambuh Seluruh kasus TB
1
Hanya untuk data yang dapat didisagregrasi Hal 28
2
Data belum tersedia
Data sementara per 21 Februari 2018
Bali
Jumlah Penduduk Tahun 2017 : 4,246,528 jiwa
Estimasi Beban TB
Jumlah Rate (per 100.000 Penduduk) Gambar 1. Peta Case Detection Rate TB (%) Tahun 2017
Insiden TB (semua kasus), tahun 2017 13,315 317
Insiden TB Resistan Obat (TB RO), tahun 2017 432 9
Estimasi TB RO diantara kasus dinotifikasi, tahun 2017 115
2015
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2016
2017
Penemuan Kasus TB HIV, 2017
Jumlah (%)
Pasien TB yang mengetahui status HIV-nya 2,341 70.3%
Pasien TB Positif HIV 312 13.3% Grafik 2. Jumlah Kasus TB RO, 2009-2017
Pasien TB HIV yang mendapatkan ART 147 47.1% 1,800
ODHA yang diskrining TB 7,222 97.4%
1,600
800
Keberhasilan Pengobatan TB
Sembuh Pengobatan lengkap Success Rate 600
Semua kasus, tahun 2016 1,231 1,505 88.1%
400
Baru dan kambuh, tahun 2016 1,212 1,502 87.3%
BTA positif baru, tahun 2016 2,307 166 93.4% 200
Pengobatan ulang selain kambuh, tahun 2016 19 3 95.7%
0
TB yang HIV positif, tahun 2016 299 199 66.6% 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
TB RR/MDR, tahun 2015 4 0 26.7%
TB XDR, tahun 2015 0 0 0.0% Terduga Terkonfirmasi Diobati
Grafik 6. Case Detection Rate Kasus TB (%) per Grafik 5. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%) Grafik 4. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%), 2000-2017
Kab/Kota 2017 per Kab/Kota, 2017 100
90
80
KOTA DENPASAR BADUNG 70
60
50
40
BULELENG KLUNGKUNG 30
20
10
BADUNG KARANG ASEM 0
2,000
2,001
2,002
2,003
2,004
2,005
2,006
2,007
2,008
2,009
2,010
2,011
2,012
2,013
2,014
2,015
2,016
2,017
TABANAN JEMBRANA
2,556,151,549; Total Kebutuhan: 25 M
10% Gap (Kesenjangan): 57%
1,215,353,496;
5%
GIANYAR TABANAN APBN
2,249,711,550;
APBD I
9%
JEMBRANA BANGLI
APBD II
Donor (GF, USAID, dll)
BANGLI
Gap
BULELENG
14,096,868,453
; 57% 4,539,094,078;
0 20 40 60 80 100 0 20 40 60 80 100 19%
1
Hanya untuk data yang dapat didisagregrasi Hal 17
2
Data belum tersedia
Data sementara per 21 Februari 2018
Nusa Tenggara Barat
Jumlah Penduduk Tahun 2017 : 4,955,578 jiwa
Estimasi Beban TB
Jumlah Rate (per 100.000 Penduduk) Gambar 1. Peta Case Detection Rate TB (%) Tahun 2017
Insiden TB (semua kasus), tahun 2017 22,904 468
Insiden TB Resistan Obat (TB RO), tahun 2017 742 15
Estimasi TB RO diantara kasus dinotifikasi, tahun 2017 186
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
Penemuan Kasus TB HIV, 2017
Jumlah (%)
Pasien TB yang mengetahui status HIV-nya 1,235 21.0%
Pasien TB Positif HIV 22 1.8% Grafik 2. Jumlah Kasus TB RO, 2009-2017
Pasien TB HIV yang mendapatkan ART 1 4.5% 1,800
ODHA yang diskrining TB 0 #DIV/0!
1,600
800
Keberhasilan Pengobatan TB
Sembuh Pengobatan lengkap Success Rate 600
Semua kasus, tahun 2016 2,373 1,314 92.4%
400
Baru dan kambuh, tahun 2016 2,369 1,314 60.7%
BTA positif baru, tahun 2016 2,313 250 91.7% 200
Pengobatan ulang selain kambuh, tahun 2016 4 0 44.4%
0
TB yang HIV positif, tahun 2016 4 3 75.0% 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
TB RR/MDR, tahun 2015 1 0 50.0%
TB XDR, tahun 2015 0 0 0.0% Terduga Terkonfirmasi Diobati
Grafik 6. Case Detection Rate Kasus TB (%) per Grafik 5. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%) Grafik 4. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%), 2000-2017
Kab/Kota 2017 per Kab/Kota, 2017 100
90
80
DOMPU SUMBAWA 70
60
50
BIMA LOMBOK UTARA 40
30
20
SUMBAWA 10
LOMBOK TIMUR
0
2,000
2,001
2,002
2,003
2,004
2,005
2,006
2,007
2,008
2,009
2,010
2,011
2,012
2,013
2,014
2,015
2,016
2,017
LOMBOK UTARA LOMBOK BARAT Kasus pengobatan ulang selain kambuh Seluruh kasus TB
LOMBOK TENGAH KOTA BIMA Gambar 2. Pembiayaan P2TB (Dalam Rupiah), 2017
Total Kebutuhan: 54 M
LOMBOK BARAT KOTA MATARAM
11,996,296,111 Gap (Kesenjangan): 69%
; 22% 8,865,000; 0%
APBN
KOTA BIMA BIMA
APBD I
496,003,000; APBD II
KOTA MATARAM LOMBOK TENGAH
0.9% Donor (GF, USAID, dll)
Gap
SUMBAWA BARAT SUMBAWA BARAT
36,965,452,777
; 69% 4,109,340,145;
0 20 40 60 80 100 60 80 100 8%
1
Hanya untuk data yang dapat didisagregrasi Hal 29
2
Data belum tersedia
Data sementara per 21 Februari 2018
Nusa Tenggara Timur
Jumlah Penduduk Tahun 2017 : 5,287,302 jiwa
Estimasi Beban TB
Jumlah Rate (per 100.000 Penduduk) Gambar 1. Peta Case Detection Rate TB (%) Tahun 2017
Insiden TB (semua kasus), tahun 2017 23,544 452
Insiden TB Resistan Obat (TB RO), tahun 2017 763 15
Estimasi TB RO diantara kasus dinotifikasi, tahun 2017 190
2015
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2016
2017
Penemuan Kasus TB HIV, 2017
Jumlah (%)
Pasien TB yang mengetahui status HIV-nya 1,037 17.2%
Pasien TB Positif HIV 121 11.7% Grafik 2. Jumlah Kasus TB RO, 2009-2017
Pasien TB HIV yang mendapatkan ART 35 28.9% 1,400
ODHA yang diskrining TB 110 97.3%
1,200
Cakupan Kesehatan Semesta Untuk TB, 2017
(%) 1,000
Cakupan Pengobatan TB/Case Detection Rate (CDR) 26%
Kasus yang belum ditemukan/belum dilaporkan 74% 800
600
Keberhasilan Pengobatan TB
Sembuh Pengobatan lengkap Success Rate
400
Semua kasus, tahun 2016 2,375 2,032 89.5%
Baru dan kambuh, tahun 2016 2,368 2,031 69.4%
200
BTA positif baru, tahun 2016 1,029 353 82.2%
Pengobatan ulang selain kambuh, tahun 2016 7 1 61.5%
0
TB yang HIV positif, tahun 2016 26 19 73.1% 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
TB RR/MDR, tahun 2015 0 0 0.0%
TB XDR, tahun 2015 0 0 0.0% Terduga Terkonfirmasi Diobati
Grafik 6. Case Detection Rate Kasus TB (%) per Grafik 5. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%) Grafik 4. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%), 2000-2017
Kab/Kota 2017 per Kab/Kota, 2017 100
90
80
BELU MALAKA
70
SUMBA BARAT MANGGARAI 60
SUMBA TIMUR
50
TIMOR TENGAH SELATAN
40
KOTA KUPANG BELU 30
MALAKA TIMOR TENGAH UTARA 20
10
LEMBATA MANGGARAI BARAT 0
2,000
2,001
2,002
2,003
2,004
2,005
2,006
2,007
2,008
2,009
2,010
2,011
2,012
2,013
2,014
2,015
2,016
2,017
ENDE SUMBA BARAT DAYA Kasus pengobatan ulang selain kambuh Seluruh kasus TB
TIMOR TENGAH SELATAN LEMBATA
1
Hanya untuk data yang dapat didisagregrasi Hal 30
2
Data belum tersedia
Data sementara per 21 Februari 2018
Maluku
Jumlah Penduduk Tahun 2017 : 1,744,654 jiwa
Estimasi Beban TB
Jumlah Rate (per 100.000 Penduduk) Gambar 1. Peta Case Detection Rate TB (%) Tahun 2017
Insiden TB (semua kasus), tahun 2017 7,711 449
Insiden TB Resistan Obat (TB RO), tahun 2017 250 15
Estimasi TB RO diantara kasus dinotifikasi, tahun 2017 108
2015
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2016
2017
Penemuan Kasus TB HIV, 2017
Jumlah (%)
Pasien TB yang mengetahui status HIV-nya 864 24.8%
Pasien TB Positif HIV 115 13.3% Grafik 2. Jumlah Kasus TB RO, 2009-2017
Pasien TB HIV yang mendapatkan ART 24 20.9% 1,800
ODHA yang diskrining TB 22 100.0%
1,600
800
Keberhasilan Pengobatan TB
Sembuh Pengobatan lengkap Success Rate 600
Semua kasus, tahun 2016 1,046 1,836 81.1%
400
Baru dan kambuh, tahun 2016 1,042 1,832 69.3%
BTA positif baru, tahun 2016 450 181 79.9% 200
Pengobatan ulang selain kambuh, tahun 2016 4 4 66.7%
0
TB yang HIV positif, tahun 2016 41 17 41.5% 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
TB RR/MDR, tahun 2015 4 1 55.6%
TB XDR, tahun 2015 0 0 0.0% Terduga Terkonfirmasi Diobati
Grafik 6. Case Detection Rate Kasus TB (%) per Grafik 5. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%) Grafik 4. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%), 2000-2017
Kab/Kota 2017 per Kab/Kota, 2017 100
90
80
MALUKU TENGGARA BURU SELATAN 70
60
50
KEPULAUAN ARU KEPULAUAN ARU 40
30
20
KOTA AMBON MALUKU TENGGARA 10
0
2,000
2,001
2,002
2,003
2,004
2,005
2,006
2,007
2,008
2,009
2,010
2,011
2,012
2,013
2,014
2,015
2,016
2,017
1
Hanya untuk data yang dapat didisagregrasi Hal 31
2
Data belum tersedia
Data sementara per 21 Februari 2018
Maluku Utara
Jumlah Penduduk Tahun 2017 : 1,209,342 jiwa
Estimasi Beban TB
Jumlah Rate (per 100.000 Penduduk) Gambar 1. Peta Case Detection Rate TB (%) Tahun 2017
Insiden TB (semua kasus), tahun 2017 5,227 441
Insiden TB Resistan Obat (TB RO), tahun 2017 169 14
Estimasi TB RO diantara kasus dinotifikasi, tahun 2017 48
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
Penemuan Kasus TB HIV, 2017
Jumlah (%)
Pasien TB yang mengetahui status HIV-nya 255 12.9%
Pasien TB Positif HIV 17 6.7% Grafik 2. Jumlah Kasus TB RO, 2009-2017
Pasien TB HIV yang mendapatkan ART 4 23.5% 450
ODHA yang diskrining TB 191 1.6%
400
200
Keberhasilan Pengobatan TB
Sembuh Pengobatan lengkap Success Rate 150
Semua kasus, tahun 2016 486 617 79.1%
100
Baru dan kambuh, tahun 2016 475 612 58.6%
BTA positif baru, tahun 2016 1,873 344 69.2% 50
Pengobatan ulang selain kambuh, tahun 2016 11 5 64.0%
0
TB yang HIV positif, tahun 2016 3 1 33.3% 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
TB RR/MDR, tahun 2015 0 0 0.0%
TB XDR, tahun 2015 0 0 0.0% Terduga Terkonfirmasi Diobati
Grafik 6. Case Detection Rate Kasus TB (%) per Grafik 5. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%) Grafik 4. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%), 2003-2017
Kab/Kota 2017 per Kab/Kota, 2017 100
90
80
KOTA TIDORE KEPULAUAN HALMAHERA UTARA 70
60
50
KOTA TERNATE HALMAHERA TIMUR 40
30
20
HALMAHERA UTARA
10
KOTA TERNATE
0
2,010
2,003
2,004
2,005
2,006
2,007
2,008
2,009
2,011
2,012
2,013
2,014
2,015
2,016
2,017
HALMAHERA TIMUR HALMAHERA SELATAN Kasus pengobatan ulang selain kambuh Seluruh kasus TB
1
Hanya untuk data yang dapat didisagregrasi Hal 32
2
Data belum tersedia
Data sementara per 21 Februari 2018
Papua
Jumlah Penduduk Tahun 2017 : 3,265,202 jiwa
Estimasi Beban TB
Jumlah Rate (per 100.000 Penduduk) Gambar 1. Peta Case Detection Rate TB (%) Tahun 2017
Insiden TB (semua kasus), tahun 2017 15,023 468
Insiden TB Resistan Obat (TB RO), tahun 2017 487 15
Estimasi TB RO diantara kasus dinotifikasi, tahun 2017 251
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
Penemuan Kasus TB HIV, 2017
Jumlah (%)
Pasien TB yang mengetahui status HIV-nya 3,691 43.8%
Pasien TB Positif HIV 894 24.2% Grafik 2. Jumlah Kasus TB RO, 2009-2017
Pasien TB HIV yang mendapatkan ART 383 42.8% 1,800
ODHA yang diskrining TB 3,846 80.8%
1,600
800
Keberhasilan Pengobatan TB
Sembuh Pengobatan lengkap Success Rate 600
Semua kasus, tahun 2016 2,009 4,214 70.1%
400
Baru dan kambuh, tahun 2016 1,948 4,208 64.8%
BTA positif baru, tahun 2016 352 238 71.4% 200
Pengobatan ulang selain kambuh, tahun 2016 61 6 55.8%
0
TB yang HIV positif, tahun 2016 962 507 52.7% 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
TB RR/MDR, tahun 2015 9 0 50.0%
TB XDR, tahun 2015 0 0 0.0% Terduga Terkonfirmasi Diobati
Grafik 6. Case Detection Rate Kasus TB (%) per Grafik 5. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%) Grafik 4. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%), 2000-2017
Kab/Kota 2017 per Kab/Kota, 2017 100
90
80
KOTA JAYAPURA WAROPEN
70
MAPPI INTAN JAYA
60
NABIRE YALIMO
50
MIMIKA KEEROM 40
JAYAPURA BOVEN DIGOEL 30
YAPEN WAROPEN MAPPI 20
BIAK NUMFOR YAPEN WAROPEN 10
JAYAWIJAYA JAYAPURA 0
2,007
2,016
2,000
2,001
2,002
2,003
2,004
2,005
2,006
2,008
2,009
2,010
2,011
2,012
2,013
2,014
2,015
2,017
SUPIORI SUPIORI
ASMAT MIMIKA
BOVEN DIGOEL DOGIYAI BTA positif baru Kasus baru dan kambuh
MERAUKE KOTA JAYAPURA
PANIAI BIAK NUMFOR Kasus pengobatan ulang selain kambuh Seluruh kasus TB
WAROPEN PANIAI
KEEROM NABIRE
SARMI MERAUKE Gambar 2. Pembiayaan P2TB (Dalam Rupiah), 2017
MAMBERAMO RAYA YAHUKIMO
PEGUNUNGAN BINTANG JAYAWIJAYA
PUNCAK JAYA ASMAT 5,395,377,022; Total Kebutuhan: 43 M
DOGIYAI DEIYAI 12% 0; 0% Gap (Kesenjangan): 60%
YALIMO SARMI
YAHUKIMO PUNCAK APBN
INTAN JAYA
2,881,819,000;
PEGUNUNGAN BINTANG APBD I
MAMBERAMO TENGAH MAMBERAMO TENGAH
7%
PUNCAK PUNCAK JAYA APBD II
DEIYAI MAMBERAMO RAYA Donor (GF, USAID, dll)
TOLIKARA NDUGA
NDUGA LANNY JAYA Gap
LANNY JAYA TOLIKARA 26,198,973,794
9,449,199,893;
0 20 40 60 80 100 0 20 40 60 80 100 ; 60%
21%
1
Hanya untuk data yang dapat didisagregrasi Hal 33
2
Data belum tersedia
Data sementara per 21 Februari 2018
Papua Barat
Jumlah Penduduk Tahun 2017 : 915,361 jiwa
Estimasi Beban TB
Jumlah Rate (per 100.000 Penduduk) Gambar 1. Peta Case Detection Rate TB (%) Tahun 2017
Insiden TB (semua kasus), tahun 2017 4,016 450
Insiden TB Resistan Obat (TB RO), tahun 2017 130 15
Estimasi TB RO diantara kasus dinotifikasi, tahun 2017 63
2012
2007
2008
2009
2010
2011
2013
2014
2015
2016
2017
Penemuan Kasus TB HIV, 2017
Jumlah (%)
Pasien TB yang mengetahui status HIV-nya 772 32.9%
Pasien TB Positif HIV 176 22.8% Grafik 2. Jumlah Kasus TB RO, 2009-2017
Pasien TB HIV yang mendapatkan ART 36 20.5% 600
ODHA yang diskrining TB 61 90.2%
500
Cakupan Kesehatan Semesta Untuk TB, 2017
(%)
400
Cakupan Pengobatan TB/Case Detection Rate (CDR) 58%
Kasus yang belum ditemukan/belum dilaporkan 42%
300
Keberhasilan Pengobatan TB
Sembuh Pengobatan lengkap Success Rate 200
Semua kasus, tahun 2016 383 1,151 72.1%
Baru dan kambuh, tahun 2016 372 1,139 61.9% 100
BTA positif baru, tahun 2016 135,933 14,473 88.5%
Pengobatan ulang selain kambuh, tahun 2016 11 12 63.9%
0
TB yang HIV positif, tahun 2016 199 71 35.7% 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
TB RR/MDR, tahun 2015 4 0 44.4%
TB XDR, tahun 2015 0 0 0.0% Terduga Terkonfirmasi Diobati
Grafik 6. Case Detection Rate Kasus TB (%) per Grafik 5. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%) Grafik 4. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%), 2008-2017
Kab/Kota 2017 per Kab/Kota, 2017 100
90
80
MANOKWARI MANOKWARI SELATAN 70
60
KAIMANA KAIMANA
50
40
30
TELUK WONDAMA SORONG SELATAN 20
10
MANOKWARI SELATAN KOTA SORONG 0
2,008
2,009
2,010
2,011
2,012
2,013
2,014
2,015
2,016
2,017
FAKFAK MANOKWARI
BTA positif baru Kasus baru dan kambuh
SORONG FAKFAK
Kasus pengobatan ulang selain kambuh Seluruh kasus TB
1
Hanya untuk data yang dapat didisagregrasi Hal 34
2
Data belum tersedia
Data sementara per 21 Februari 2018
Indonesia
Jumlah Penduduk Tahun 2017 : 261,890,872 jiwa
Estimasi Beban TB
Jumlah Rate (per 100.000 Penduduk) Gambar 1. Peta Case Detection Rate TB (%) Tahun 2017
Insiden TB (semua kasus), tahun 2016 1,020,000 391 SULAWESI
Insiden TB Resistan Obat (TB RO), tahun 2016 32,000 12 UTARA
Estimasi TB RO diantara kasus dinotifikasi, tahun 2016 11,000
2015
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2016
2017
Penemuan Kasus TB HIV, 2017
Jumlah (%)
Pasien TB yang mengetahui status HIV-nya 109,261 25.4%
Pasien TB Positif HIV 6,736 6.2% Grafik 2. Jumlah Kasus TB RO, 2009-2017
Pasien TB HIV yang mendapatkan ART 1,970 29.2% 140,000
ODHA yang diskrining TB 74,178 76.4%
120,000
Cakupan Kesehatan Semesta Untuk TB, 2017
(%) 100,000
Cakupan Pengobatan TB/Case Detection Rate (CDR) 42%
Kasus yang belum ditemukan/belum dilaporkan 58% 80,000
60,000
Keberhasilan Pengobatan TB
Sembuh Pengobatan lengkap Success Rate
40,000
Semua kasus, tahun 2016 142,302 148,423 87.0%
Baru dan kambuh, tahun 2016 141,186 148,211 79.7%
20,000
BTA positif baru, tahun 2016 269,325 28,421 90.3%
Pengobatan ulang selain kambuh, tahun 2016 1,116 212 66.8%
0
TB yang HIV positif, tahun 2016 4,740 2,664 56.2% 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
TB RR/MDR, tahun 2015 635 78 49.6%
TB XDR, tahun 2015 3 0 2.9% Terduga Terkonfirmasi Diobati
Grafik 6. Case Detection Rate Kasus TB (%) per Grafik 5. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%) Grafik 4. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (%), 2000-2017
Provinsi 2017 per Provinsi, 2017 100
90
DKI JAKARTA GORONTALO 80
SULUT SUMSEL 70
PAPUA BARAT LAMPUNG 60
PAPUA NTB 50
JABAR KALBAR 40
JATENG SULTRA
30
SUMSEL KALTIM
20
MALUKU KALSEL
JATIM
10
JATIM
SULSEL BANTEN
0
2,000
2,001
2,002
2,003
2,004
2,005
2,006
2,007
2,008
2,009
2,010
2,011
2,012
2,013
2,014
2,015
2,016
2,017
KALTIM BENGKULU
BANTEN SULBAR
MALUT NTT
BTA positif baru Kasus baru dan kambuh
KALTARA SULTENG
SUMUT JABAR
Kasus pengobatan ulang selain kambuh Seluruh kasus TB
KEPRI BALI
SUMBAR SUMUT
SULTENG SULSEL
SULBAR ACEH Gambar 2. Pembiayaan P2TB (Dalam Rupiah), 2017
ACEH SUMBAR
DIY KEPRI Total Kebutuhan: 2,1 T
KALTENG JAMBI 322,709,240,48 9,376,377,246; Gap (Kesenjangan): 67,1%
BENGKULU SULUT
7; 15.2% 0.4%
NTB JATENG
NTT KALTENG APBN
55,758,883,946
KALSEL DIY
BABEL
; 2.6%
BABEL APBD I
BALI MALUKU
KALBAR RIAU APBD II
RIAU MALUT
SULTRA DKI JAKARTA Donor (GF, USAID, dll)
LAMPUNG KALTARA
GORONTALO PAPUA BARAT
Gap
JAMBI PAPUA
1,422,122,764, 311,001,663,03
0 20 40 60 80 100 0 20 40 60 80 100 266; 67.1% 8; 14.7%
1
Hanya untuk data yang dapat didisagregrasi Hal 1
2
Data belum tersedia
Data sementara per 21 Februari 2018
Kontribusi Pembiayaan Program Tuberkulosis
Bersumber APBD Provinsi dan Kab/Kota
X
Penanggulangan tuberkulosis bersumber APBD I dan II tahun 2017
Penanggulangan tuberkulosis bersumber APBD I dan II tahun 2016
Penanggulangan tuberkulosis per kapita bersumber APBD I dan II tahun 2017
Kabupaten/kota dengan kontribusi pembiayaan bersumber APBD II >Rp500 juta tahun 2017
Kabupaten/kota dengan kontribusi pembiayaan bersumber APBD II >Rp500 juta tahun 2016
The First WHO Global Ministerial Conference Ending TB in the Sustainable
Development Era: A Multisectoral Response Moscow
Rusia, 16-17 November 2017
Preamble:
We, the Ministers of Health and from across Governments acknowledge that despite
concerted efforts, tuberculosis (TB), including its drug-resistant forms, causes more deaths
than any other infectious disease worldwidea and is a serious threat to global health security.
TB kills more than five thousand children, women and men each day and leaves no country
untouched.a It is one of the leading killers among people of working age which creates and
reinforces a cycle of ill-health and poverty, with potential catastrophic social and economic
consequences for families, communities, and countries. While recognizing the higher
prevalence of TB among men, women and children are also vulnerable to the consequences
of TB due to gender- and age-related social and health inequalities, such as poor health
literacy, limited access to health services, stigma and discrimination, and exposure to the
infection as carers. Multidrug-resistant TB (MDR-TB) accounts for one-third of all
antimicrobial resistance (AMR)-related deaths, making the global AMR agenda central to
tackling TB. TB is also the principal cause of death among people living with HIV/AIDS. The
global TB targets will not be met without new and more effective tools and innovative
approaches for prevention, diagnosis, treatment and care. Persistent funding gaps impede
progress towards ending TB.
Although a concern to all people, TB disproportionately afflicts the poorest and the most
vulnerable populations. Tobacco smoking, harmful use of alcohol and other substance abuse,
air pollution, exposure to silica dust, living with HIV/AIDS, diabetes and malnutrition increase
the risk of TB. Stigma and discrimination remain critical barriers to TB care.
We reaffirm our commitment to end the TB epidemic by 2030 as envisaged in the Agenda
2030 for Sustainable Development and its Sustainable Development Goals (SDGs), the World
Health Organization (WHO) End TB Strategy, and the Stop TB Partnership Global Plan to End TB
2016-2020. We acknowledge that to fundamentally transform the fight against TB, we need
to: (i) address all the determinantsb of the TB epidemic including through a high-level
commitment to, and implementation of, a multisectoral approachc; (ii) achieve rapid progress
towards the goal of universal health coverage through health systems strengthening, while
also ensuring universal access to quality people-centred TB prevention and care, ensuring
that no one is left behind; (iii) implement measures aimed at minimizing the risk of the
development and spread of drug resistance taking into account global efforts to combat AMR;
(iv) secure sufficient and sustainable financing, especially from domestic sources, and
mobilize, as needed, additional financing from development banks, development partners
and donor agencies; (v) advance research and development, as well as rapid uptake, of new
and more effective tools for diagnosis, treatment, drug regimens, and prevention including
vaccination, and ensure that we translate existing and emerging knowledge into concrete
action to achieve rapid results; (vi) actively engage people and communities affected by, and
at risk of, TB.
We recognize this First WHO Global Ministerial Conference, Ending TB in the Sustainable
Development Era: A Multisectoral Response, convened by the WHO and the Government of
the Russian Federation, as a fundamental milestone towards the United Nations General
Assembly (UNGA) High-Level Meeting on TB in 2018. To fulfil the commitments and calls to
action in this Declaration, and to achieve the most from the UNGA High-Level Meeting, we
need to enlist the full engagement of, and collaboration among, heads of state, UN leadership
and other global leaders; technical agencies and academia; private sector and philanthropic
foundations; civil society and other relevant partners (such as patients groups, health
professionals, social and community workers organizations and funding agencies).
We commit ourselves to ending TB, which is a political priority defined in the Agenda 2030
and as a contribution to achieving universal health coverage, within national legislative and
policy frameworks, and to implementing the following actions through approaches protecting
and promoting equity, ethics, gender equality, and human rights in addressing TB, and based
on sound, evidence-based, public health principles. We urge WHO, and call upon other UN
organizations and all partners, to provide the support necessary for success:
We commit to:
Scaling up TB prevention, diagnosis, treatment and care and working towards the goal of
universal health coverage through public and private health care providers to achieve
detection of at least 90 per cent of cases and successful treatment of at least 90 per cent of
those detectedd in all countries through the use of rapid diagnostics (including molecular
diagnostics), appropriate treatment, patient-centred care and support, applying WHO
recommended standards of caree, and harnessing digital healthf.
Prioritizing, as appropriate, notably through the involvement of communities and civil society
and in a non-discriminatory manner, high-risk groups and populations in vulnerable
situations such as women and children, indigenous people, health care workers, the elderly,
migrants, refugees, internally displaced people, prisoners, people living with HIV/AIDS, people
who use drugs, miners, urban and rural poor and under-served populations, without which
TB elimination will not be possible.
Addressing MDR-TB as a global public health crisis including through a national emergency
response in at least all high MDR-TB burden countries, while ensuring that robust systems
are sustained in all countries to prevent emergence and spread of drug resistance.
Rapidly scaling up access to patient-centred, integrated TB and HIV services and collaborative
activities to end preventable deaths due to TB among people living with HIV/AIDS.
Working to increase, when relevant, access to new and effective tuberculosis drugs under
strict programmatic monitoring and follow-up.
Ensuring, as appropriate, adequate human resources for TB prevention, treatment and care.
We call upon:
WHO, other UN agencies, the Global Fund to Fight AIDS, TB and Malaria, the Stop TB Partnership,
UNITAID, donors and partners, including from the private sector, academia and philanthropic
foundations, and civil society to support the implementation of this declaration.
WHO, bilateral and multilateral funding agencies and other partners to urgently support high
MDR-TB burden countries in their national emergency response.
WHO, other UN agencies, bilateral and multilateral funding agencies and technical partners
to address MDR-TB as a major threat to public health securityi by supporting implementation
of the Global Action Plan on AMR in all countries, while we reaffirm the political declaration
of the high-level meeting of the UN General Assembly on antimicrobial resistance.
We commit to:
Working with heads of state and across ministries and sectors, as appropriate, to mobilize the
domestic financing needed for health systems strengthening with the ultimate goal of
reaching universal health coverage, in keeping with national legislative frameworks, and with
the Addis Ababa Action Agenda of the Third International Conference on Financing for
Development.
Developing and implementing, as appropriate, more ambitious, fully-funded national TB
policies and strategic plans, including for TB research, that are aligned with national health
plans, frameworks and the End TB Strategy and in keeping with national legislative
frameworks.
Identifying and implementing, as appropriate, the actions required to address issues that
cause catastrophic costsl to patients and their households, to ensure social protection
measures, while ensuring that actions are in line with human rights obligations.
We call upon:
Global health financing partners including the Global Fund to Fight AIDS, TB and Malaria, the
Global Financing Facility, bilateral agencies, the World Bank, and regional development banks
to pursue and advocate for additional financing including through blendedm and/or other
forms of innovative financing, with adequate safeguards for ensuring public health impact
and attention to key populations.
WHO to continue providing strategic and technical leadership, advice and support to Member
States as well as to international institutions.
Academic, technical, civil society, private sector and other relevant partners to continue their
efforts to help countries develop and pursue investment casesn while supporting health
systems strengthening and increased absorption capacity.o
We commit to:
Increasing national and/or regional capacity and funding, as needed, to urgently expand
multidisciplinary TB research and innovation, as well as applied health research, by
establishing and/or strengthening national TB research networks including civil society and
community-based mechanisms, considering TB research as a central element of national TB
and R&D strategies, expanding existing networks to integrate TB research, and reducing
research- and implementation-related regulatory impediments.
Working, when relevant, across ministries, donors, the scientific community and the private
sector, academia, and other key stakeholders for the purpose of research: (a) for development
and evaluation of (i) rapid point of care diagnostics, (ii) new and more effective drugs, and
shorter, high-quality and cost-effective treatment regimens for all forms of TB (including
latent TB infection and drug-resistant TB), and (iii) safe and effective TB vaccines by 2025; and
(b) on environmental and social determinants of TB and effective interventions strategies.
Improving, as appropriate, the coordination of research efforts nationally and globally, and
ensuring that the emerging knowledge is promptly put into action, including by putting in
place appropriate policy frameworks and implementing new medical Technologies.
We call upon:
WHO in collaboration with global partners, research organizations, donors, the scientific
community and countries to consider developing a Global Strategy for TB Research taking
into consideration ongoing and new efforts, such as the TB Research Network stated in the
BRICS Leaders Xiamen Declaration.
WHO in collaboration with global health and research partners and countries to make further
progress in enhancing cooperation and coordination of TB research and development,
considering where possible drawing on existing research networks to integrate TB research,
such as the new AMR Research and Development Collaboration Hub proposed in the 2017
G20 Leaders’ Declaration, notably to facilitate rapid scale up of innovative approaches and
tools for TB prevention, diagnosis, treatment and care.
To end TB by 2030, we will need reliable data to ensure that our collective knowledge is
transformed into effective and timely action, both globally and domestically, and that we
deliver on the commitments made in this declaration. A new multisectoral accountability
framework should enable the review and monitoring of implementation and provide a
systematic approach to determine additional actions required to achieve the SDG and End TB
Strategy milestones and targets. The accountability framework should build upon evidence,
independent analysis and constructive collaboration among all relevant partners, with an
emphasis on high-burden countries, and should avoid duplication and increased reporting
burden. To maximize impact, a multisectoral accountability framework that is based on
approaches protecting and promoting equity, gender equality, human rights and ethics could,
according to needs, include: a) The convening of national inter-ministerial commissions on
TB, or their equivalent, by Ministries of Health in partnership with civil society and, where
appropriate, with the direct engagement of the Heads of State, and the consideration of
expanding existing intersectoral fora to include actions against TB in consultation with
existing entities the goals of which include combatting TB so as to avoid duplication of efforts;
b) Mechanisms for strengthening advocacy at all levels within all relevant sectors; c) Well-
defined reporting, including sex- and age-disaggregated data, and review processes to
monitor progress toward clear goals; and d) Opportunities for active engagement, monitoring,
reporting and/or audits by civil society, as well as other key stakeholders.
We commit to:
We call upon:
WHO, working in close cooperation with the UN Special Envoy on TB, Member States, including,
where applicable, regional economic integration organizations, civil society representatives,
UN Organizations, the World Bank and other multilateral development banks, UNITAID, the
Stop TB Partnership, the Global Fund to Fight AIDS, TB and Malaria, research institutes and
other partners, to develop the multisectoral accountability framework for the consideration
of the WHO Governing Bodies, while taking into account existing multisectoral and multi-
stakeholder frameworks, that enables measuring progress both globally and nationally
through an independent, constructive and positive approach, especially in the highest
burden countries, and an independent review of progress by those countries.
WHO, in collaboration with Member States and key stakeholders, to develop a reporting
framework and periodicity for a multisectoral global progress report on TB, subject to
independent review.
Way forward:
Konferensi Tingkat Menteri WHO Pertama yang Mengakhiri TBC di Era Pembangunan
Berkelanjutan: Respon Multisektoral Moskow, Federasi Rusia, 16-17 November 2017
Sambutan Menteri Dalam Negeri
Metodologi Perhitungan Tuberkulosis
Rumus perhitungan:
Keterangan:
K: Konstanta regional
a1: Insiden TB sensitif obat
a2: Insiden TB resistan obat
b1: Satuan biaya untuk TB sensitif obat
b2: Satuan biaya untuk TB resistan obat
Estimasi Insiden TB Kabupaten/Kota dan Provinsi
Insiden dibutuhkan untuk menghitung beban TB di provinsi dan kabupaten/kota. Data yang
tersedia adalah insiden di Indonesia tahun 2000-2016 (Global TB Report 2017) dan insiden
per provinsi dan kabupaten/kota tahun 2017 (Modelling). Perhitungan insiden
Kabupaten/kota dan Provinsi sebelum tahun 2017 menggunakan asumsi sebagai berikut:
1. Menghitung proporsi insiden per provinsi dan kabupaten/kota terhadap insiden
nasional pada tahun 2017.
2. Dari masing-masing provinsi dan kabupaten/kota, untuk mendapatkan estimasi
insiden dengan melakukan perkalian antara proporsi pada butir 1 dengan insiden
Indonesia pada tahun tertentu.
Rumus perhitungan:
Insiden a Provinsi Z
Estimasi Insiden
= X 100% X c Tahun Y
Provinsi Z Tahun Y
Insiden b Indonesia
Keterangan:
Rumus perhitungan:
Keterangan:
a: Estimasi Insiden TB
Publikasi Tuberkulosis
Subdirektorat Tuberkulosis
Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
www.tbindonesia.or.id