Anda di halaman 1dari 7

EKSTRAKSI OLEORESIN KENCUR (Kaempferia galanga) PADA BERBAGAI

LAMA MICROWAVE ASSISTED EXTRACTION

Kencur’s Oleoresin (Kaempferia galanga) At The Various Extraction


Microwave Assisted Extraction Time.

Riski Nur Huda1, Ery Pratiwi1. Bambang Kunarto2


1
Mahasiswa Teknologi Hasil Pertanian Universitas Semarang
2,
Staff Pengajar Teknologi Hasil Pertanian Universitas Semarang
Jl. Soekarno-Hatta Tlogosari Semarang-50196

ABSTRAK
Rimpang kencur diketahui mengandung senyawa aktif. Hasil skrining fitokimia ekstrak
etanol rimpang kencur mengandung senyawa flavonoid, polifenol, tanin, kuinon, dan
monoterpen/sekuiterpen. Keuntungan penggunaan oleoresin bagi industri makanan adalah
pertama, oleoresin yang diekstrak menggunakan pelarut organik akan steril sehingga dapat
mengurangi pencemaran mikroba terhadap rempah-rempah; kedua penggunaan oleoresin lebih
efisien, karena oleoresin merupakan ekstrak rempah-rempah, sehingga untuk mencapai tingkat
flavor yang diinginkan memerlukan tingkat oleoresin yang lebih sedikit dibandingkan dengan
serbuk atau ekstrak cair rempah – rempah. Microwave adalah salah satu yang diharapkan dapat
menjadi alternatif yang lebih baik dalam proses ekstraksi oleoresin ini. Keuntungan sistem
pemanasan microwave dibandingkan dengan sistem konvensional (konveksi, konduksi, dan
radiasi) lain adalah bahwa laju pemanasan dengan microwave relatif lebih tinggi
Penelitian ini berlangsung pada bulan Juli – Swptember 2017 di Laboratorium Rekayasa
Pangan dan Laboratorium Kimia Pangan Universitas Semarang. Rancangan percobaan yang
diggunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) 5 perlakuan 5 kali
ulangan. Adapun perlakuan yang telah ditetapkan adalah sebagai berikut K1 (MAE selama 5
menit), K2 (MAE selama 7.5 meniit). K3 (MAE selama 10 menit), K4 (MAE selama 12.5
menit), dan K5 (MAE selama 15 menit).
Hasil menunjukkan bahwa perlakuan lama MAE berpengaruh nyata (p<0,05) terhadap
seluruh variable pengamatan yang diamati yaitu kadar fenolat, kadar tanin, kadar flavonoid,
dan aktivitas antioksidan. Dipilih perlakuan K4 (lama MAE 12,5 menit) sebagai perlakuan
terbaik dengan karakteristik sebagai berikut rendemen 14,792%, kadar tanin 5,2557 %, kadar
flavonoid 927,092 mg/100 g, dan aktivitas antioksidan sebesar 15,407 %.

Kata Kunci : Kencur, Oleoresin, MAE

ABTSRACT
Kencur’s rhizome is known to contain active compounds. The results of phytochemical
screening of ethanol extract of kencur rhizome contain flavonoid compound, polyphenol,
tannin, quinone, and monoterpen / sequester. The advantage of using oleoresin for the food
industry are, the oleoresin extracted using organic solvents will be sterile in order to reduce
microbial contamination of the spices; uses of oleoresin are more efficient, because oleoresin
is a spice extract, so to achieve the desired flavor level requires less oleoresin levels compared
with the powder or liquid spice extract. Microwave is one that is expected to be a better
alternative in this oleoresin extraction process. The advantage of microwave heating systems
compared to conventional systems (convection, conduction, and radiation) is that the rate of
heating with microwaves is relatively higher.

1
This study was conducted in July – October 2017 at Food Engineering Laboratory and
Food Chemistry Laboratory of Semarang University. The experimental design used in this
study was Completely Randomized Design (RAL) 5 treatment 5 replications. The treatment
that has been determined is as follows K1 (MAE for 5 minutes), K2 (MAE for 7.5 min). K3
(MAE for 10 min), K4 (MAE for 12.5 min), and K5 (MAE for 15 min).
The results showed that MAE treatment had significant effect (p <0,05) on all observed
variables, ie yield, tannin, flavonoid, and antioxidant activity. Preferred treatment K4 (MAE
for12.5 min) as the best treatment with the following characteristics yield 14,792%, tannin
5,2557 %, flavonoid 927,092 mg/100 g, dan value of antioxidant activity 15,407 %.

Keywords : Kencur, Oleoresin, MAE

1)
Riski Nur Huda, 2018. Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian
Universitas Semarang. Ds. Trangkil RT 02 RW 03 Kecamatan Trangkil. Kabupaten Pati.
59153. riskihuda2017@gmail.com. 085867852539

PENDAHULUAN
Rimpang kencur diketahui mengandung dengan serbuk atau ekstrak cair rempah –
senyawa aktif. Hasil penelitian Gholib rempah.
(2011) menyatakan bahwa hasil skrining Umumnya hingga saat ini proses
fitokimia ekstrak etanol rimpang kencur pemisahan pelarut pada saat ekstraksi
mengandung senyawa flavonoid, polifenol, menggunakan pemanas listrik. Microwave
tanin, kuinon, dan monoterpen/sekuiterpen. adalah salah satu yang diharapkan dapat
Kencur dapat dimanfaatkan sebagai menjadi alternatif yang lebih baik dalam
antioksidan, antialergi, antiinflamasi, dan proses ekstraksi oleoresin ini. Keuntungan
antihipertensi. Suatu tanaman dapat sistem pemanasan microwave
dikatakan memiliki aktivitas antioksidan dibandingkan dengan sistem konvensional
apabila mempunyai senyawa penangkal (konveksi, konduksi, dan radiasi) lain
radikal bebas seperti senyawa flavonoid adalah bahwa laju pemanasan dengan
dan fenol. microwave relatif lebih tinggi (Rukmana,
Ekstraksi oleoresin kencur merupakan 1994)
salah satu upaya untuk mengatasi sifat
kamba (kurang padat) dan tidak tahan lama RUMUSAN MASALAH, TUJUAN,
pada kencur segar. Oleoresin merupakan MANFAAT DAN HIPOTESIS
ekstrak yang tidak menguap yang Perumusan masalah dalam penelitian
memberikan rasa khas pada rempah- ini adalah apakah lama waktu dan cepatnya
rempah. Menurut Rukmana (1994), ekstraksi menggunakan metode Microwave
keuntungan penggunaan oleoresin bagi Assisted Extraction (MAE) dapat
industri makanan adalah pertama, oleoresin mempengaruhi rendemen, aktivitas
yang diekstrak menggunakan pelarut antioksidan, flavonoid, dan tanin oleoresin
organik akan steril sehingga dapat kencur yang dihasilkan.
mengurangi pencemaran mikroba terhadap Tujuan penelitian ini adalah
rempah-rempah; kedua penggunaan mengetahui pengaruh lama waktu dan
oleoresin lebih efisien, karena oleoresin cepatnya ekstraksi menggunakan metode
merupakan ekstrak rempah-rempah, Microwave Assisted Extraction (MAE)
sehingga untuk mencapai tingkat flavor terhadap rendemen, aktivitas antioksidan,
yang diinginkan memerlukan tingkat flavonoid, dan tanin oleoresin kencur serta
oleoresin yang lebih sedikit dibandingkan mengetahui lama waktu ekstraksi
menggunakan metode Microwave Assisted

2
Extraction (MAE) yang menghasilkan Prosedur penelitian dilakukan
rendemen, aktivitas antioksidan, flavonoid, sebagai berikut:.membersihkan 5 kg kencur
dan tanin terbaik pada oleoresin kencur dari kotoran dan mengiris rimpang kencur
Manfaat utama dari penelitian ini dengan ketebalan yang kurang lebih sama;
adalah memberi informasi berupa data Irisan – irisan kencur kemudian
rendemen, aktivitas antioksidan, flavonoid, dikeringkan dan dimasukkan dalam cabinet
dan tanin oleoresin kencur sekaligus dryer yang diatur pada suhu pemanasan 50
o
memberi informasi pada masyarakat C selama 48 jam.; Irisan kencur yang telah
tentang pengaruh ekstraksi menggunakan kering kemudian dihaluskan menggunakan
metode Microwave Assisted Extraction blender selama ± 3 menit. Bubuk kencur
(MAE) pada oleoresin kencur. kemudian diayak menggunakan ayakan
Hipotesis yang diajukan adalah berukuran 40 mesh supaya menjadi
diduga lama waktu ekstraksi menggunakan homogeny; sebanyak 100 g bubuk kencur
metode Microwave Assisted Extraction dituang ke dalam glass beaker lalu dituang
(MAE) berpengaruh terhadap rendemen, sebanyak 500 ml pelarut etanol, Campurn
aktivitas antioksidan, flavonoid, dan tanin etanol dan bubuk kencur didiamkan selama
oleoresin kencur. ± 24 jam.; Kemudian dilakukan Microwave
Assisted Extraction dengan memasukkan
METODE PENELITIAN glass beaker ke dalam microwave sesuai
Waktu dan Tempat dengan waktu yang telah ditentukan pada
Penelitian ini berlangsung pada bulan suhu 50oC; Setelah dilakukan proses
Juli - September 2017 di Laboratorium Microwave Assisted Extraction, oleoresin
Rekayasa Pangan dan Laboratorium Kimia kemudian dievaporasi menggunakan
Pangan Universitas Semarang. waterbath selama ± 10 menit pada suhu
50oC.; Oleoresin yang dihasilkan kemudian
Bahan dan Alat disaring menggunakan kertas saring untuk
Bahan baku: Rimpang kencur segar memisahkan oleoresin dengan pelarut
yang diperoleh dari Lottemart Semarang etanol, sehingga dihasilkan oleoresin
Bahan kimia untuk analisis : etanol 95%, kencur segar; Oleoresin yang dihasilkan
larutan DPPH (1,1-Diphenyl-2-picryl- kemudian di analisis rendemen, tanin,
hydrazyl), kertas saring. flavonoid, dan aktivitas antioksidan.
Alat untuk pembuatan bubuk kencur :
Blender, ayakan 40 mesh, pisau, dan Metode Analisis Rendemen (Guenther,
baskom. Alat untuk ekstraksi oleoresin : 1987)
Oven Microwave, Cabinet Dryer, Stirer, Rendemen dihitung berdasarkan bobot
spektrofotometer, pipet, glass beaker. oleoresin yang dihasilkan dibandingkan
dengan bobot bubuk kencur yang
Rancangan Percobaan digunakan untuk ekstraksi oleoresin.
Rancangan percobaan dilakukan Rendemen oleoresin dinyatakan dalam
berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh volume per berat, sehingga perhitungannya
Purwanto dkk (2010). Rancangan berdasarkan berat kering. Kadar rendemen
percobaan yang diggunakan dalam sebagai berikut
penelitian ini adalah Rancangan Acak 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑜𝑙𝑒𝑜𝑟𝑒𝑠𝑖𝑛 (𝑚𝑙)
Lengkap (RAL) 5 perlakuan 4 kali ulangan. 𝑅𝑒𝑛𝑑𝑒𝑚𝑒𝑛 ∶ × 100%
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑏𝑢𝑏𝑢𝑘 𝑘𝑒𝑛𝑐𝑢𝑟 (𝑔)
Adapun perlakuan yang telah ditetapkan
adalah sebagai berikut: K1 : MAE selama 5 Metode Analisis Total Flavonoid (Chang
menit; K2: MAE selama 7.5 menit; K3: dkk, 2002)
MAE selama 10 menit; K4: MAE selama Standar kuersetin dibuat dengan
12.5 menit; K5 MAE selama 15 menit variasi konsentrasi 20 - 60 ppm. Sebanyak
Metode Pembuatan Oleorein Kencur 0,5 mL yang diukur absorbansinya pada

3
panjang gelombang 400-800 nm. dicampurkan dengan 10 ml DPPH 0,5 mM
Kemudian sebanyak 20 mg sampel dalam etanol. Campuran tersebut kemudian
ditimbang dan dilarutkan dalam 10 mL dikocok dengan kuat dan dibiarkan pada
etanol teknis kemudian disentrifuge suhu 25°C dalam gelap selama 25 menit.
sehingga diperoleh konsentrasi 2000 ppm. Larutan blanko dibuat untuk setiap larutan
Sebanyak 0,5 mL sampel uji ditambahkan sampel dengan mencampurkan 2 ml larutan
dengan 0,1 mL AlCl310%, 0,1 mL natrium sampel dan 10 ml etanol. Sebagai kontrol
asetat 1 M dan 2,8 mL aqudes. Setelah negatif adalah 1,0 ml larutan DPPH 0,5mM
diinkubasi selama 30 menit. Absorbansi ditambahkan 2,0 ml etanol. Absorbansi
diukur menggunakan spektrofotometer (Abs) diukur pada panjang gelombang 518
UV-Vis pada panjang gelombang nm menggunakan spektrofotometer.
maksimum kuersetin 437,55 nm. Adapun rumus penghitungan aktivitas
antioksidan adalah sebagai berikut :
Metode Analisis Tanin (Suhardi, 1997) % Aktivitas Antioksidan =
𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙+𝑘𝑜𝑡𝑟𝑜𝑙
Sebanyak 1 mL sampel dimasukkan × 100%
𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑘𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙
dalam labu takar 10 mL kemudian Analisis Data
ditambahkan 0,5 mL pereaksi Follin Denis Analisa data statistik dilakukan
dan 8,5 ml natrium karbonat 5% kemudian dengan metode ANOVA, bila terjadi
dikocok dan dibiarkan 40 menit. Setelah itu perbedaan dilakukan uji lanjut dengan uji
diukur absorbansinya pada panjang Duncan (DMRT) pada taraf 5 %..
gelombang 725 nm dan dihitung kadar
taninnya. Sebagai blanko digunakan air
sebagai pengganti sampel. Sebagai standar HASIL DAN PEMBAHASAN
digunakan asam tanat pada berbagai Perlakuan lama MAE berpengaruh
konsentrasi. nyata (p<0,05) terhadap seluruh variabel
yang diamati yaitu rendemen, kadar tanin,
Metode Analisis Aktivitas Antioksidan kadar flavonoid, dan aktivitas antioksidan..
Sebanyak 20 ml larutan ekstrak pada Rendemen, kadar tanin, kadar flavonoid,
beberapa konsentrasi yang diencerkan dua dan aktivitas antioksidan oleorein kencur
kali (2,5-40 µg/ml) dalam etanol ditampilkan pada Gambar 1. Dan Tabel 1

Rendemen Kadar Tanin


AKadae Tanin %)

5.161 5.256
Rendemen (%)

15.792 15.758
20 12.679 12.807 13.599 6 3.727 4.353 4.177
4
10
2
0 0
K1 K2 K3 K4 K5 K1 K2 K3 K4 K5
Perlakuan Perlakuan

Gambar 1 a Gambar 1 b

4
Kadar Flavonoid Aktivitas Antioksidan
Kadar Flavonoid (mg/100 g)

Aktivitas Antioksidan (%)


929.066 937.372 927.092 2.565
950 899.15 3 2.053
1.675 1.54
900 846.08 2 1.113
850 1
800 0
K1 K2 K3 K4 K5 K1 K2 K3 K4 K5
Perlakuan Perlakuan

Gambar 1 c Gambar 1 d

Gambar 1. 1a)Rendemen, 1b) Tanin, 1c) Flavonoid, 1d) Aktvitas Antioksidan

Tabel 1. Rendemen, Tanin Flavonoid, Aktivitas Antioksidan Oleoresin Kencur


Perlakuan Rendemen* Kadar Kadar Aktivitas
(%) Tanin*(%) flavonoid* Antioksidan*
(mg/100 g (%)
P0 12.679a 3.7270a 899.150b 11.132a
P1 12.807b 4.3535c 929.066c 16.752c
P2 13.599c 5.1605d 937.372d 20.538d
P3 14.792d 5.2557e 927.092e 25.548e
P4 15.758e 4.1766b 846.080a 15.407b
P5 12.679a 3.7270a 899.150b 11.132a
Keterangan: *) Angka yang ditandai superskrip yang tidak sama pada kolom menunjukkan
perbedaan yang nyata (P<0.05)

Rendemen antara 1 jam – 2 jam menghasilkan rerata


Rerata rendemen oleoresin kencur rendemen sebesar 17,02%
yang didapatkan adalah 12.679 % - 15.575 Hal ini karena pada proses
%. Rendemen oleoresin kencur dinyatakan peradiasian menggunakan gelombang
dalam % volume per berat. Rerata mikro, komponen polar dapat terpisah dan
rendemen oleoresin kencur yang dihasilkan terlarut dalam ethanol dengan mudah,
dari penelitian ini (K1 – K5) adalah adanya thermal stress akibar timbulnya
13.931% atau lebih pekat dibandingkan gelombang panas yang cepat membuat
dengan ekstraksi oleoresin kayu manis pelarut dapat lebih cepat menguap dan
dengan pelarut etanol menggunakan rendemen yang dihasilkan menjadi lebih
metode ultrasonik selama 66 menit yang pekat (Chen dkk, 2007).
menghasilkan rendemen sebesar 17,97%
(Jos dkk, 2011). serta lebih pekat dari Kadar Tanin
oleoresin jahe yang dihasilkan dalam Rerata kadar tanin oleoresin kencur
penelitian Lestari (2006) yang melakukan yang didapatkan adalah 3.7270 %– 5.2557
ekstraksi metode perkolasi dengan bantuan % Semakin lama waktu MAE tanin yang
panas pada berbagai lama pemanasan terekstrak cenderung semakin besar hal ini
karena semakin banyak komponen bioaktif

5
yang dapat terekstrak oleh pelarut dibanding senyawa aktif lainnya seperti
(Harborne, 1996). Pada penelitian ini, senyawa fenol, tanin, saponin, alkaloid dan
proses ekstraksi dengan pelarut etanol lainnya.
mengalami peningkatan kadar tanin pada
waktu 15 menit MAE Menurut Veggi dkk Aktivitas Antioksidan
(2009), konsentrasi tanin berkurang, karena Rerata aktivitas antioksidan
adanya tanin yang terdegradasi apabila oleoresin kencur yang didapatkan adalah
waktu ekstraksi telah melalui batas optimal. 11,132% - 25.548%.Aktivitas antioksidan
Lebih lanjut Nurlita dkk (2016) tertinggi diperoleh dari K4 yaitu oleoresin
menjelaskan bahwa dalam ekstraksi kencur yang memiliki kadar tanin dan
menggunakan gelombang mikro cairan flavonoid tertinggi diketahui bahwa
bahan yang diekstrak menyerap gelombang oleoresin yang kadar flavonoid dan tanin
radiasi yang selanjutnya bereaksi dengan yang tinggi mempunyai aktivitas
berbagai senyawa yang terkandung dalam antioksidan yang tinggi. flavonoid dan
oleoresin. Pada saat MAE terjadi proses tanin merupakan senyawa aktif yang
radiolisis, eksitasi, dan ionisasi berbagai berpotensi sebagai antioksidan alami. Hal
senyawa aktif yang terus meningkat seiring ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
dengan semakin lamanya MAE hingga oleh Lestari (2006) bahwa peningkatan
tercapai waktu optimal ekstraksi. Menurut waktu ekstraksi cenderung meningkatkan
Quoc dkk (2015) ekstraksi dengan MAE bahan atau senyawa target yang diekstrak.
menghasilkan kadar tanin teh yang lebih Hal ini disebabkan karena semakin lama
tinggi dibandingkan dengan ekstraksi waktu antara pelarut dengan bahan proses
menggunakan refluks, Ultrasound assisted penetrasi pelarut dalam sel bahan (sampel)
extraction (UAE) dan maserasi. Metode cenderung semakin banyak senyawa aktif
ekstraksi yang berbasis gelombang mikro yang berdifusi jeluar sel (Suryandari,
memiliki transfer massa dan panas yang 1981).
lebih baik sehingga distribusi panas akan Penurunan presentase aktivitas
merata dan energi yang dibutuhkan untuk antioksidan pada K5 disebabkan karena
menghasilkan panas cenderung lebih kecil. proses ekstraksi teah mencapai titik jenuh.
Pudjaatmaka dan Handayana (1984)
Total Flavonoid menyatakan bahwa pada saat ekstraksi
Rerata kadar flavonoid oleoresin pelarut mengandung zat terlarut dalam
kencur yang didapatkan adalah 899.150 jumlah yang diperlukan untuk adanya
mg/100 g – 937.372 mg/100g. kesetimbangan antara zat terlarut yang larut
Senyawa flavonoid merupakan dan yang tak terlarut. Pada saat itulah
golongan senyawa polifenol yang memiliki tercapai titik jenuh
banyak gugus hidroksi (OH). Atom
hidrogen dari hidroksi tersebut dapat SIMPULAN DAN SARAN
didonorkan pada senyawa radikal sehingga
senyawa tersebut dapat terstabilkan. Perlakuan lama MAE berpengaruh
Harborne (1996) menyebutkan bahwa nyata (p<0,05) terhadap seluruh variabel
flavonoid berperan sebagai antioksidan yang diamati yaitu rendemen, kadar tanin,
dengan cara mendonasikan atom kadar flavonoid, dan aktivitas antioksidan..
hidrogennya atau melalui kemampuannya Semakin lama waktu MAE, cenderung
mengkelat logam, berada dalam bentuk meningkatkan kadar dari variabel yang
glukosida diamati seluruh variabel yang diamati yaitu
Hasil uji kualitatatif yang dilakukan rendemen, kadar tanin, kadar flavonoid,
oleh Ghalib (2011), menyebutkan bahwa dan aktivitas antioksidan. Karakteristik K4
flavonoid adalah senyawa aktif yang paling (MAE 12,5 menit) sebagai perlakuan
banyak terkandung dalam ekstrak kencur terbaik adalah sebagai berikut rendemen
14,792%, kadar tanin 5,2557 %, kadar
6
flavonoid 927,092 mg/100 g, dan aktivitas oleoresin kencur, selain itu dapat juga
antioksidan sebesar 15,407 %. dilakukan penelitian perbandingan yang
mengekstrak oleoresin kencur
Perlu dilakukan penelitian lebih menggunakan metode MAE yang juga
lanjut aplikasi oleoresin kencur terbaik didahului proses maserasi namun sekaligus
yang dihasilkan dalam penelitian pada digabung dengan proses pengadukan
produk makanan atau minuman untuk lebih dengan pelaksanaan penetian dan perlakuan
mengetahui ketahanan atribut mutu waktu yang sama

DAFTAR PUSTAKA

Chang, C.C., Yang., M.H., Wem, H.M., Chern, J.C., 2002, Estimation of Total Flavonoid
Content in Propolis by Two Complementary Colorimetric Methods. Journal of Food
and Drug Analysis.
Chen, Y., Xie, M.Y., Gong, X.F., 2007, Microwave assisted extraction used for the isolation
of total triterpenoid saponins from Ganoderma atrum, Journal of Food Engineering.
Gholib, D. 2011. Uji daya antifungi ekstrak etanol rimpang kencur (Kaemfera galanga L.)
terhadap pertumbuhan jamur Trichophyton verrucosum secara in vitro. Seeminar
Nasional Teknologi dan Veteriner. Balai Besar Penelitian Veteriner, Bogor.
Guenther, E. 1987.Minyak Atsiri. UI Press, Jakarta
Harborne, J. B. 1996. Metode Fitokimia. Penerbit Institut Teknologi Bandung, Bandung.
Jos, B. B. Pramudono, dan Apriantono. 2011. Ekstraksi oleoresin dari kayu manis berbantu
ultrasonik dengan menggunakan pelarut alcohol. Jurnal Reaktor. Universitas
Diponegoro, Semarang.
Lestari, W. 2006. pengaruh nisbah rimpang dengan pelarut dan lama ekstraksi terhadap mutu
oleoresin jahe merah (Zingiber officinale var. rubrum). Skripsi. Intitut Pertanian Bogor,
Bogor.
Nurlita, S, B.L. Sari, D.P. Rahayu. 2016. Penetapan kadar flavonoid ekstrak etanol 60 % daun
teh putih (Camellia sinensis l.) dan benalu teh (Scurulla atropurpurea bl. dans) hasil
iradiasi gamma. Junal Fitofarmaka.. Universitas Pakuan, Bogor.
Pudjaatmaka. A. Hadayana. 1984. Kimia Untuk Universitas Penerbit Erlangga, Jakarta.
Suhardi. 1997. Analisis Senyawa Polifenol Produk Buah-buahan dan Sayuran Vol.3.
Laboratorium Kimia-Biokimia Pengolahan. Universitas Gajah Mada, Yogyakarta
Rukmana, R. 1994. Kencur. Kanisius, Yogyakarta.
Suryandari, S. 1981. Pengambilan Oleoresin Dengan Cara Solvent Extraction. Balai Besar
Industri Hasil Perkebunan, Bogor.
Quoc, L. P. T., Huyen, V. T. N., Hue, L. T. N., Hue, N. T. H., Thuan, N. H. D., Tam, N. T.
T., Thuan, N. N., Duy, T. H., 2015, Extraction of pectin from pomelo (citrus maxima)
peels with the assistance of microwave and tartaric acid. International Food Research
Journal.
Veggi, Priscilla C, Julian Martinez, dan M. Angela A. Meireles. 2013. Microwave-assisted
Extraction for Bioactive Compounds Theory and Practice. Springer, New Yo

Anda mungkin juga menyukai