PENGAUDITAN II
“PENGAMBILAN SAMPEL AUDIT UNTUK PENGUJIAN PERINCIAN SALDO”
Oleh :
JURUSAN AKUNTANSI
PROGRAM REGULER DENPASAR
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2019
Perbedaan utama dari pengujian pengendalian, pengujian substantif atas transaksi dan
pengujian perincian saldo terletak pada bagian mana yang diukur oleh auditor.
Terdapat 3 (tiga) jenis metode utama dalam pengambilan sampel yang digunakan untuk
menghitung salah saji nilai rupiah dalam saldo akun:
1. Pengambilan Sampel Nonstatistik
Persamaan dan perbedaan antara pengambilan sampel audit untuk pengujian
perincian saldo dengan pengambilan sampel audit untuk pengujian pengendalian dan
pengujian substantif atas transaksi.
Langkah-Pengambilan Sampel Audit Langkah-Pengambilan Sampel Audit
untuk Pengujian Perincian Atas Saldo untuk Pengujian Pengendalian dan
Pengujian Substantif atas Transaksi:
Merencanakan sampel Merencanakan sampel
1. Menetapkan tujuan dari 1. Menetapkan tujuan dari pengujian
pengujian audit audit.
2. Menentukan adanya 2. Menentukan adanya pengambilan
pengambilan sampel sampel.
3. Menetapkan salah saji 3. Menetapkan kekhasan dan kondisi
pengecualian.
4. Menetapkan populasi 4. Menetapkan populasi.
5. Menetapkan unit pengambilan 5. Menetapkan unit pengambilan
sampel sampel.
6. Menetapkan salah saji yang 6. Menetapkan tingkat pengecualian
dapat diterima. yang dapat diterima.
7. Menetapkan risiko yang dapat 7. Menetapkan risiko yang diterima
diterima atas kesalahan. jika risiko pengendalian terlalu
rendah.
8. Mengestimasi salah saji dalam 8. Mengestimasikan tingkat
populasi. pengecualian populasi.
9. Menentukan jumlah sampel 9. Menetukan jumlah sampel awal.
awal.
Memilih sampel dan melakukan Memilih sampel dan melakukan
Prosedur audit Prosedur audit
10. Memilih sampel 10. Memilih sampel
11. melakukan prosedur audit 11. melakukan prosedur audit
Mengevaluasi hasil Mengevaluasi hasil
12. Membuat generalisasi dari 12. Membuat generalisasi dari sampel ke
sampel ke populasi populasi.
13. Menganalisis salah saji 13. menganalisis tingkat pengecualian
14. Menentukan keberterimaan 14. Menentukan keberterimaan popuasi.
populasi
Risiko Bawaan Dan Risiko Risiko Jika Prosedur Substantif Tidak Mampu
Pengendalian Mendeteksi Salah Saji Material
Sedikit dibawah
Maks Maks Sedang Rendah
Maksimum 3 2,7 2,3 2
Sedang Di Bawah Maksimum 2,7 2,4 2 1,6
Sedang 2,3 2,1 1,6 1,2
Rendah 2 1,6 1,2 1
Berdasarkan hasil sampel dari batas salah saji dalam tabel, auditor dapat
menyimpulkan dengan risiko pengambilan sampel 5%, bahwa sebanyak 3%
dari unit moneter dalam populasi tidak mengalami salah saji. Untuk
mengonversikan persentase ini dalam rupiah, auditor harus membuat asumsi
dengan persentase rata-rata salah saji dalam populasi tersebut. Asumsi ini
secara signifikan memegaruhi batas-batas salah saji. Berikut ini contoh asumsi
yang dibuat untuk mengilustrasikan hal tersebut:
Asumsi 1 : jumlah lebih saji adalah 100%, jumlah salah saji adalah 100% batas
salah saji pada aria 5% adalah:
Batas salah saji atas = Rp 1.200.000.000 X 3% X100% = Rp.36.000.000,-
Batas salah saji bawah =Rp.1.200.000.000 X 3% X 100% = Rp.36.000.000,-
Diasumsikan secara rata-rata, bagian populasi ini telah salah saji sebesar total uang
dari nilai tercatat. Oleh karena batas salah saji adalah 3%, maka nilai salah saji
mungkin tidak melebihi Rp.36.000.000,- Jika seluruh jumlah ternyata lebih saji,
maka terdapat lebih saji sebesar Rp.36.000.000,-. Jika seluruhnya kurang saji, maka
terdapat kurang saji sebesar Rp.36.000.000,-
Asumsi 100% salah saji tersebut sebenarnya sangat konservatif, terutama untuk
lebih saji. Asumsikan tingkat pengecualian populasi aktual adalah 3%. Di bawah ini
merupakan dua kondisi yang muncul sebelum nilai Rp.36.000.000,- secara tepat
menunjukkan jumlah salah saji sebenarnya:
Seluruh jumlah salah saji. Saling hapus (offsetting) akan mengurangi jumlah
salah saji.
Seluruh bagian populasi yang salah saji harus 100% salah saji. Oleh karena itu
tidak mungkin, misalnya salah saji sebesar Rp.226.000,- dicatat sebesar
Rp.262.000,- berarti hanya ada 13,71% salah saji (262.000-226.000 = 36.000
lebih saji; 36.000/262.000 = 13,7%).
Dalam perhitungan lebih saji dan salah saji sebesar Rp.36.000.000,- diatas,
auditor tidak menghitung titik estimasi dan kesalahan dalam pengambilan
sampel. Hal ini disebabkan karena tabel menggunakan keduanya, baik titik
estimasi maupun jumlah presisi untuk memperoleh tingkat pengecualian batas
atas. Meskipun titik estimasi dan jumlah presisi tidak dihitung dalam MUS,
keduanya masuk dalam perhitungan batas-batas salah saji secara implisit dan
dapat ditentukan pula dari tabel. Pada Ilustrasi ini, titik estimasi adalah nol
dan jumlah presisi statistik adalah Rp.36.000.000,-.
Asumsi 2: Jumlah lebih saji adalah 10%, jumlah kurang saji adalah 10% batas atas
salah saji pada ARIA 5% yaitu:
Saldo akun dapat lebih saji atau kurang saji. ARIA merupakan pengujian statistik satu
ekor. Koefisien keyakinan untuk ARIA berbeda dengan tingkat keyakinan. (tingkat
keyakinan = 1–2 X ARIA. Jadi, jika ARIA sama dengan 10% maka tingkat keyakinannya
adalah 80%).
ARIR adalah risiko statistik yang muncul akibat auditor menyimpulkan bahwa populasi
secara material telah salah saji, padahal tidak. ARIR memegaruhi tindakan auditor hanya
jika mereka menyimpulkan bahwa suatu populasi tidak disajikan secara wajar, mereka
biasanya akan menambah jumlah sampel atau melakukan pengujian lain.
Keputusan Audit Aktual Salah Saji Material Salah Saji Tidak Material
Kesimpulan bahwa populasi Keputusan yg benar-tanpa Keputusan yg salah-risiko
Salah saji secara material risiko ARIR
Kesimpulan bahwa populasi Keputusan yang salah-risiko Keputusan yang benar-tanpa
tidak salah saji secara ARIA risiko
material
Daftar Pustaka
Jusup, Haryono. 2014. Auditing (Pengauditan Berbasis ISA), Edisi 2. Yogyakarta : STIE
YKPN.