PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
merasa kurang percaya pada orang lain, menjadi pemalu, dan kurang inisiatif.
Kurangnya memaksimalkan pengembangan pribadi pada masa kanak-kanak semacam
ini tentu kurang baik bagi perkembangan anak selanjutnya. Mengingat pentingnya
pendidikan anak usia dini, peran orang tua dan guru dalam lembaga pendidikan
sangat mempengaruhi kreatifitas anak. Penerapan penggunaan pola asuh yang tepat
akan membantu anak untuk mengembangkan kreatifitas yang dimilikinya.
Pengembangan kreatifitas pada anak usia dini sangat diperlukan untuk bekal dalam
kehidupan selanjutnya.
Kreativitas tidak lahir secara tiba-tiba dalam diri anak, agar dapat tumbuh dan
berkembang secara optimal, penting bagi orang tua untuk menyiapkan landasan yang
kukuh, yaitu landasan psikologis untuk belajar yang harus dimulai sejak bayi
dilahirkan dan harus sudah cukup mantap saat anak mencapai usia tiga tahun. 1
Kreativitas mengalami perkembangan sejak anak bayi hingga dewasa. Oleh karena
itu, bakat kreatifitas perlu dirancang sejak dini agar anak menjadi cerdas, cakap,
terampil serta berhasil dimasa mendatang. Sebab ada perbedaan tantangan dan
1
Joan Freeman dan Utami Munandar, Cerdas dan cemerlang (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
1997) hlmn 1
2
kebutuhan antara generasi yang ada sekarang dan generasi yang akan datang kelak.
Dalam hal ini fleksibilitas guru dalam mengajar sangat memegang peranan sangat
penting.
2
Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini DAlam Islalm (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hlm 110
3
Sylvi Dewajani, “Membangun Karakter Kuat Anak Melalui Jiwa Enterpreneurship” dalam
http://sylvipsy.wordpress.com/2008/03/10/membangun-karakter-kuat-anak-memalui-jiwa-
enterpreneurship/, diakses tanggal 4 Maret 2014.
3
lebih mengarah pada pendidikan “akademik” dan “industry kerja, artinya sistem
pendidikan lebih mengarah pada upaya pembentuk manusia untuk menjadi pintar
disekolah saja dan menjadi “pekerja” bukan menjadi “manusia seutuhnya”.4
Fenomena ini sangat ironis, jika tidak segera diatasi maka dikhawatirkan akan
berdampak pada perkembangan perekonomian indonesia yang semakin memburuk,
karena bangsanya tidak memiliki jiwa wirausaha. Setelah melihat peristiwa di atas,
mestinya pendidikan tidak hanya mengedepankan sisi kognitif saja, namun juga
pembentukan kreativitas anak untuk menuju indonesia yang lebih maju.
Dunia pendidikan ada beberapa hal yang mendasari pentingnya
pengembangan kreativitas anak yang perlu dikembangkan sejak dini dengan melihat
beberapa aspek diantaranya diperlukannya terobosan-terobosan dan inovasi baru
dalam pengembangan pendidikan, secara lebih mendasar dan terpadu, namun relevan
dan aplikatif sesuai dengan tuntutan kebutuhan dan perkembangan zaman5. Selain itu,
dunia islam sangat identik dengan dunia entrepreneurship. Pentingnya menanamkan
nilai-nilai entrepreneuership kepada anak-anak sedini mungkin (golden age),
sehingga mereka bercita-cita ingin menjadi entrepreneur, bukannya pekerja.
Sesuai dengan falsafah Ki Hajar Dewantara (Tut Wuri Handayani), peran
seorang guru didepan murid-muridnya sebagai pembimbing dan model (teladan),
diantaranya murid-muridnya sebagai fasilitator, dan di belakang murid-muridnya
sebagai motivator. Sebagai fasilitator, guru memberikan kemudahan, dan sebagai
motivator guru mendorong siswa untuk mengembangkan prakarsa dalam menjajaki
tugas-tugas baru. Oleh karena itu, sangatlah penting pendidik mendorong proses
pemikiran, tidak mengenai data yang sudah ada, tetapi juga mengenai kemungkinan-
kemungkinan yang terbuka, merangsang daya imajinasi dan kreativitas sehingga anak
kelak tidak hanya menjadi pelaksana, tetapi juga menjadi pemikir, penemu, pencipta,
dan inovator6. Guru mampu menjadi model dalam pengembangan yang sedang di
proses oleh anak, termasuk pengembangan jiwa entrepreneuship.
4
Yeni Rachmawati dan Euis Kurniawati, Strategi Pengembangan kreatifitas Pada Anak (Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2010), hlm 9.
5
Anwar Nurul Yamin, Taman Mini Ajaran Islam. Alternatif mempelajari Islam (Bandung: Remaja Rosda
Karya, 2004), hlm 2
6
Anima, “Kreativitas Anak dan Strategi Pengembangannya”, Indonesia Psychological Journal. Vol 15:4,
Juli 2000, hlm.393
4
Mengembangkan jiwa entrepreneurship, bukan berarti menciptakan pedagang
atau wirausaha, namun lebih dari itu, jiwa kewirausahaan ini masih dipandang
sebagai satu cirri karakter yang memiliki kekuatan pribadi dalam mengahadapi
tantanganan dunia. Seorang dengan jiwa entrepreneurship ini diharapkan mampu
menjadi penggerak kemajuan bangsa.7 Dalam mengembangkan potensi kreatif yang
dimiliki anak sejak usia dini dengan pendidikan yang berbasis entrepreneurship akan
memberikan solusi yang tepat dalam memberikan pondasi yang kuat untuk
pendidikan anak ketingkat selanjutnya.
Dunia yang cepat berubah ini, menuntut kreativitas sebagai penentu
keunggulan dalam area kompetisi. Bahkan dengan sumber daya alam yang terbatas
sekalipun, kekuatan kompetitif suatu bangsa dapat dicapai bila ada sumber daya
manusia yang kreatif didalamnya. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang semakin pesat yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan menggali
potensi semaksimal mungkin, maka diperlukan tenaga terampil untuk
mengembangkan kemampuan anak. tidak dapat dipungkiri bahwa kesejahteraan dan
kejayaan masyarakat dan Negara bergantung pada sumbangan kreatif yang berupa
ide-ide baru, penemuan-penemuan baru, dan teknologi baru dari anggota masyarakat 8.
Namun masih kurangnya pembelajaran yang mengembangkan aspek kreativitas pada
anak, kebanyakan pada sebuah lembaga tertitik pada pengembangan kognitif.
Adapun dari pengembangan kreativitas yang dilakukan oleh guru tidak
menggunakan metode yang inovatif sehingga hasilnya kurang maksimal. Setengah
jumlah siswa di RA Nurul Hidayah kurang maksimal dalam hasil pembelajaran
kreatifitas. RA Nurul Hidayah adalah lembaga taman kanak- kanak yang terdapat
diwilayah Ngronggot, Nganjuk. Lembaga tersebut terdiri dari 2 kelas, yakni A (23
murid) dan B (24 murid). 15 anak dari siswa kelas B menampakkan kurang
berminatnya pada materi seni kreatifitas. Ditunjukkan pada kegiatan melukis yang
kurang diminati oleh 15 anak tersebut. Kebanyakan dari murid kelas B ialah anak
laki-laki. Pengembangan kreatifitas pada anak usia dini sangat diperlukan untuk bekal
7
Anwar Nurul Yamin, Taman Mini … hlm 8
8
Utami Munandar, Mengembangkan Bakat Dan Kreatifitas Anak Sekolah (Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 1997), hlm 1
5
persiapan anak ketika dewasa melalui kegiatan pembelajaran yang berbasis
entrepreneurship.
Oleh karena itu Seni kreatifitas pada anak usia dini mampu dikembangkan
dengan penerapan pembelajaran berbasis entrepeneurship. Entrepeneuship
merupakan pengembangan dari kemampuan kreatifitas. Usaha meningkatkan
kreatifitas pada anak usia dini yang dikemas dalam bentuk entrepeneurship mampu
dilakukan dengan beberapa upaya yakni toleransi pada hasil anak, melatih kreatifitas
anak, memberikan fasilitas berupa peralatan, memberikan penghargaan serta
memperlihatkan contoh- contoh kreatifitas yang sudah ada.
B. Fokus Masalah
Memerhatikan situasi diatas, kondisi yang ada pada saat ini adalah :
1. Pembelajaran dalam pengembangan kreativitas di kelas masih berjalan
dengan monoton.
2. Belum ditemukannya metode yang tepat untuk pengembangan kreativitas
anak.
3. Metode yang digunakan hanya metode lembar kerja siswa.
4. Rendahnya kualitas belajar dalam bidang kreativitas.
5. Rendahnya prestasi peserta didik untuk bidang kreativitas.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, permasalahan yang dapat
dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana menerapan pembelajaran berbasis entepreneurship agar dapat
meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa dalam pengembangan
kreativitas anak ?
2. Apakah penggunaan pembelajaran berbasis entrepreneurship dapat
meningkatkan hasil belajar dan aktivitas anak dalam pengembangan
kreatifitas anak?
D. Kegunaan Penelitian
Peneltian tindakan kelas ini diharapkan bermanfaat bagi:
1. Teoretis
Sebagai kajian ilmu strategi pembelajaran serta mata kuliah
entrepreneuhship.
2. Praktis
a. Siswa
Proses belajar mengajar menjadi menarik dan menyenangkan serta
hasil belajar menjadi meningkat.
6
b. Guru
1. Menambah dan melatih keahlian guru dalam membangun
kreatifitas anak
2. Bermanfaat bagi guru dalam memberikan kebijakan sekolah untuk
meningkatkan kualitas anak.
c. Peneliti
Penelitian ini bermanfaat untuk peneliti selanjutkan dalam rangka
memberikan pengalaman dan dapat memperbaiki kekurangan dalam
penelitian sebelumnya
d. Sekolah
Meningkatkan mutu dan kualitas sekolah melalui peningkatan hasil
belajar siswa pada pengembangan aspek kreativitas.
e. Orang Tua
Orang tua dapat mengetahui bakat dan minat pada anaknya
7
BAB II
KAJIAN TEORETIK
9
Kunandar. 2012. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru.
Depok: Pt Rajagrafindo Persada
8
pembelajaran didalam kelas melalui refleksi diri dalam upaya untuk memecahkan
masalah dengan cara melakukan berbagai tindakan yang terencana serta dianalisis
setiap pengaruh dari perlakuan tersebut10. Disimpulakan bahwa penelitian tidakan
kelas merupakan suatu kegiatan dalam kelas yang menghadirkan metode atau strategi
baru dalam upaya meningkatkan hasil belajar anak pada bidang tertentu. Penelitian
tindakan kelas ini diharapkan pembelajaran didalam kelas mampu meningkat sesuai
dengan yang diharapkan oleh guru.
2. Karakteristik PTK
PTK memiliki beberapa arakteristiksebagai berikut :
a. Ond the job problem oriented (masalah yang diteliti adalah masalah yang riil
atau yang nyata yang muncul dari dunia kerja peneliti atau yang ada dalam
kewenangan atau tanggung jawab peneliti). Dengan demikian, PTK didasaran
pada masalah yang benar – benar dihadapi guru dalam proses belajar
mengajar di kelas.
b. Problem solving oriented (berorientasi pada pemecahan masalah). PTK yang
dlakukan oleh guru dilakukan sebagai upaya untuk pemecahan masalah yang
dihadapioleh guru dalam PBM di kelasnya melalui suatu tindakan tertentu
sebagai upaya menyempurnakan proses belajar di kelasnya. PTK akan
dilaksanakan jika guru sejak awal dini menyadari ada permasalahan di dalam
praktek pembelajara sehari – hari yang dihadapi guru. Jika guru merasa apa
yang dilakukannya di kelas dalam PBM tidak bermasalah, PTK tidak
diperlukan. Dengan kata lain, PTK diperluan jika guru merasa guru merasa
ada yang tidak beres dalam PBM di kelas dan ia merasa perlu untuk
memperbaiki secara profesional.
c. Improvemen – oriented (berorientasi pada penngkatan mutu). PTK
dilaksanakan dalam kerangka untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu
PBM yang dilakukan guru di kelasnya. Dengan peningkatan mutu PBM, pada
akhirnya dapat meningkatkan mutu pendidikan secara makro. PTK bertujuan
memperbaiki atau meningkatkan kualitas pembelajaran dengan asumsi bahwa
10
Wina Sanjaya. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
9
semakin baik kualitas proses pembelajaran maka semakin baik pula hasil
belajar yang dicapai siswa.
d. Ciclic ( siklus )
Konsep tindakan (action) dalam PTK diterapkan melalui urutan yang terdiri
dari beberapa tahap berdaur ulang (cyclical). Siklus dalam PTK terdiri dari
empat tahapan, yakni perencanaan tindakan, melakukan tindakan pengamatan
atau observasi analisia satu refleksi.
e. Action Oriented
Tindakan action yang dimaksud untuk mengatasi masalah yang dihadapi,
bukan untuk mengembangkan atau menguji sebuah teori dan juga tidak
dimaksudkan untuk mencari solusi yang berlaku umum disetiap situasi dan
kondisi. Di samping adanya tindakan, dalam PTK tindakan yang dilakukan
harus ditelaah, kelebihan dan kekurangannya, pelaksanannya, kesesuaiannya
dengan tujuan semula.
f. Pengkajian terhadap dampak tindakan. Dampak tindakan yang dilakukan
harus dikaji apakah sesuai dengan tujuan, apakah memberikan dampak positif
lain yang tidak diduga sebelumnya atau bahkan menimbulkan dampak negatif
yang merugikan peserta didik.
g. Specifics contextual.
Aktivitas PTK dipicu oleh permasalahan praktis yang dihadapi oleh guru
dalam PBM di kelas. Permasalahan dalam PTK adalah permasalaham yang
sifatnya spesifik kontekstual dan situasional sesuai dengan karakteristik siswa
dalam kelas tersebut. Metodologi dalam PTK bersifat longgar dan fleksibel
tidak terlalalu mengedpankan pembakuan instrumen. Tujuan PTK bukan
menemukan pengetahuan baru yang dapat digeneralisasikan, tetapi bersifat
pragmatis dan praktis, yakni memperbaiki atau meningkatkan mutu PNM di
kelas.
h. Partisipatory (Collaborative)
Di sebuah PTK perlu ada partisipasi dari pihak lain yang berperan sebagai
pengamat. Hal ini diperlukan untuk mendukung objektivitas dari hasil PTK.
i. Peneliti sealigus sebagai praktisi yang melakukan refleksi.
Kegiatan refleksi ini banyak hal yang harus dilakukan, yaitu mulai dari
mengevaluasi tindakan sampai dengan memutuskan apakah masalah itu tuntas
atau perlu tindakan lain dalam siklus berikutnya. Refleksi adalah
10
merenungkan apa yang sudah kita kerjakan baik di dalam kelas maupun di
luar kelas.
j. Dilaksanakan dalam rangkaian langkah dengan beberapa siklus di mana dalam
satu siklus terdiri dari tahapan perencanaan (planning), tindakan (action),
pengamatan (observation) dan refleksi (reflection) dan selanjutnya diulang
kembali dalam beberapa siklus.
3. Model- model PTK
Banyak model yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam merancang dan
melaksanakan PTK. Kita dapat memilih salah satu model sesuai dengan kondisi dan
situasi yang ada, yaitu:
a. Model Kurt Lewin
Model Kurt Lewin merupakan model yang menjadi acuan dasar dari adanya
berbagai model penelitian tindakan lainnya. Kurt Lewin menjelaskan bahwa ada 4 hal
yang harus dilakukan dalam proses penelitian tindakan yakni, perencanaan, tindakan,
observasi dan refleksi. Pelaksanaan penelitian tindakan adalah proses yang terjadi
dalam suatu lingkaran yang terus – menerus.
11
Pada tahap ini yang harus dilaksanakan adalah mengamati perilaku siswa
dalam pembelajaran.
- Refleksi (reflecting) adalah kegiatan analisis tentang hasil observasi hingga
memunculkan program atau perencanaan baru.
Pada tahap ini yang dilakukan adalah mencatat hasil observasi, mengevaluasi
hasil observasi, menganalisis, mencatat kekurangan – kekurangan untuk
dijadikan bahan untuk menyusun rancangan siklus berikutnya.
12
b. Penelitian Model John Elliot
Model Elliot adalah model yang menekankan kepada proses untuk mencoba
hal – hal baru dalam proses pembelajaran.
13
c. Model Ebbut, beranggapan bahwa suatu penelitian tindakan harus dimulai
dari adanya gagasan awal.
Pada siklus yang digambarkan oleh Ebbut, memberikan pemikiran bahwa jika dalam
pelaksanaan dan reconnaissance setelah tindakan ada masalah mendasar yang
dialami, maka perlu perubahan perencanaan dan kembali melaksanakan bagian siklus
tertentu yang sudah dijalani.
14
Gambar 2.4 PTK Model Hopkins
Anak usia dini merupakan usia yang sangat penting bagi perkembangan dan
pertumbuhan anak dalam menentukan kehidupan masa datang, sehingga disebut
dengan usia keemasan. Menurut Mansur (2007:87) mengungkapkan bahwa: Anak
usia dini adalah anak pada rentang usia 0-6 tahun yang berada pada proses
15
pertumbuhan dan perkembangan koordinasi motorik (halus dan kasar), intelengensi
(daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, dan kecerdasan spiritual), sosial emosional
(sikap, perilaku, dan moral agama), bahasa dan komunikasi yang khusus sesuai
dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak. Pertumbuhan dan
perkembangan anak perlu diarahkan pada peletakan dasar-dasar yang tepat bagi
pertumbuhan dan perkembangan manusia seutuhnya. Anak usia dini sangat peka
untuk menerima berbagai macam rangsangan, rangsangan ini berguna untuk
menunjang perkembangan jasmani dan rohani anak yang akan menentukan
keberhasilannya. Menurut Mutiah (2010:2).
Anak usia dini merupakan anak yang memiliki rentang waktu sejak anak lahir
hingga usia enam tahun, dimana dilakukan melalui pemberian rangsangan
pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani
agar anak memiliki kesiapan dalam memenuhi pendidikan lebih lanjut.
Pendidikan bagi anak bukan hanya berfungsi untuk memberikan pengalaman
kepada anak, melainkan yang lebih penting memberikaan stimulus yang tidak terbatas
pada proses pembelajaran. Anak memerlukan program pendidikan yang mampu
membuka kapasitas kemampuan anak melalui pembelajaran bermakna sedini
mungkin dalam pendidikan anak usia dini yang dapat membantu memberikan
rangsangan perkembangan baik jasmani maupun rohani anak.
Menurut Hasnida (2014:56) : Anak usia dini adalah seorang anak yang
usianya belum memasuki suatu lembaga pendidikan formal seperti Sekolah Dasar
(SD), dan biasanya mereka tetap tinggal di rumah atau mengikuti kegiatan dalam
bentuk berbagai lembaga pendidikan pra-sekola, seperti kelompok bermain, tempat
penitipan anak, atau taman kanak-kanak. Anak merupakan pribadi yang unik dan
melewati berbagai tahap perkembangan kepribadian, maka lingkungan yang
diupayakan oleh pendidik dan orang tua dapat memberikan kesempatan pada anak
untuk mengeksplorasi berbagai pengalaman dengan berbagai suasana yang
menyenangkan dan disesuaikan dengan tahap perkembangan kepribadian anak.
b) Karakteristik Anak Usia Dini
Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang harus dikembangkan.
Anak memiliki karakteristik tertentu yang khas dan tidak sama dengan orang dewasa,
16
mereka selalu aktif, dinamis, antusias, dan ingin tahu terhadap apa yang dilihat,
didengar, dan dirasakan. Anak bersifat egosentris, memiliki rasa ingin tahu secara
alamiah, merupakan makhluk sosial, unik, kaya dengan fantasi, memiliki daya
perhatian yang pendek, dan merupakan masa yang paling potensial untuk belajar.
1. Anak bersifat egosentris, senderung melihat dan memahami sesuatu dari sudut
pandangnya sendiri.
2. Anak memiliki rasa ingin tahu yang besar, keinginan anak sangat bervariasi
karena tergantung dengan apa yang diminati anak.
3. Anak adalah makhluk sosial, anak akan membangun kepuasan melalui
penghargaan diri ketika diberi kesempatan untuk bekerjasama dengan
temannya.
4. Anak bersifat unik, karena setiap anak memiliki kepriadian yang berbeda-
beda
5. Anak umumnya kaya akan fantasi, dikarenakan imajinasi anak berkembang
melebihi apa yang dilihatnya.
6. Anak memiliki daya konsentrasi yang pendek, karena perhatian anak mudah
teralihkan.
7. Anak merupakan masa belajar yang paling potensial. Melalui bermain, semua
pekerjaan dapat anak kerjakan.
Anak memandang dunia luar dari pandangannya sendiri, sesuai dari
pengetahuan dan pemahamannya, serta dibatasi oleh perasaan dan pikiran yang masih
sempit. Anak belum memahami arti sebenarnya dari suatu peristiwa dan belum
mampu menempatkan dirinya ke dalam kehidupan orang lain.
17
b. Pengembangan Emosi, melalui bermain anak dapat belajar menerima,
berekspresi, dan mengatasi masalah dengan cara yang positif.
c. Pengembangan Sosialisai, bermain memberikan jalan bagi perkembangan
sosial anak ketika berbagi dengan anak lain.
d. Pengembangan Komunikasi, bermain merupakan alat yang paling kuat untuk
membelajarkan kemampuan berbahasa anak.
e. Pengembangan Kognitif, bermain dapat memenuhi kebutuhan anak untuk
secara aktif terlibat dengan lingkungan, untuk bermain dan bekerja dalam
menghasilkan suatu karya.
f. Pengembangan Kemampuan Motorik, kesempatan yang luas untuk bergerak,
pengalaman belajar untuk menemukan , dan aktivitas sensori-motor.
Enam aspek tersebut akan mengalami perkembangan yang optimal apabila
dilakukan melalui kegiatan bermain. Menurut Martinis dan Jamilah (2012:97)
mengungkapkan bahwa:
Aspek perkembangan anak usia dini, yaitu :
a. Aspek Fisik, merupakan dasar bagi setiap individu untuk mencapai
kematangan dalam aspek perkembangan lainnya.
b. Aspek Bahasa, menggunakan bahasa sebagai pemahaman bahasa pasif dan
dapat berkomunikasi secara efektif yang bermanfaat untuk berfikir dan belajar
dengan baik.
c. Aspek Kognitif, memiliki kemampuan berfikir secara logis, kritis, dapat
memberi alasan, mampu memecahkan masalah, dan menemukan hubungan
sebab-akibat dalam memecahkan masalah yang dihadapi.
d. Aspek Sosial Emosional, kemampuan dan kompetensi serta hasil belajar yang
ingin dicapai adalah mengenal lingkungan sekitar, mengenal alam, mengenal
lingkungan sosial, peranan masyarakat, dan menghargai keberagaman sosial
serta budaya yang ada di sekitar anak.
18
a. Aspek Nilai Agama dan Moral, meliputi berprilaku jujur, penolong, sopan,
hormat, sportif, menjaga kebersihan diri dan lingkungan, mengetahui hari
besar agama, menghormati, dan toleran terhadap agam orang lain.
b. Aspek Fisik-Motorik, meliputi motorik kasar, motorik halus, serta kesehatan
dan perilaku keselamatan
c. Aspek Kognitif, meliputi belajar dan pemecahan masalah, berfikir logis, dan
berfikir simbolik.
d. Aspek Bahasa, meliputi memahami bahasa reseptif, mengekspresikan bahasa,
dan keaksaraan.
e. Aspek Sosial-Emosional, meliputi kesadaran diri, rasa tanggung jawab untuk
diri dan orang lain, dan perilaku prososial.
f. Aspek Seni, meliputi kemampuan, mengeksplorasi dan mengekspresikan
diri, berimajinasi dengan gerakan, musik, drama, dan beragam bidang seni
lainnya (seni lukis, seni rupa, kerajinan), serta mampu mengapresiasi karya
seni, gerak dan tari, serta drama.
2. Hakikat Kreativitas
a) Pengertian Kreativitas
Kreativitas anak merupakan segala proses yang dilalui anak dalam rangka
melakukan, mempelajari, dan menemukan sesuatu yng berguna bagi kehidupan
dirinya dan orang lain terutama yang berada disekitar anak11. Kreativitas anak
dikaitkan dengan kemampuan ia dalam kesiapan di masa mendatang. Kreatifitas
menurut Agus Sachari (Agus P. 2005) bahwa kreatifitas diakui sebagai dorongan jiwa
dalam. Sehingga dengan kreatif manusia mempunyai gairah, semangat, vitalitas, cita-
cita, dan proyeksi masa depannya.
11
Wahyudin. 2007. A to Z Anak Kreatif. Depok: Gema Insani hal 15
19
Sebagian orang yang kreatif akan memandang suatu benda dari sisi yang
berbeda dan hasil yang berbeda dari kebanyakan orang lainnya. Menurut Zimmerer
dalam buku yang ditulis Suryana (2003:24), mengungkapkan bahwa ide kreatifitas
sering muncul ketika wirausaha melihat sesuatu yang lama dan berfikir sesuatu yang
berbeda. Orang kreatif memilih dan memilah barang yang kurang bermanfaat menjadi
benda yang mengandung nilai guna serta manfaat. Pendapat lain tentang kreativitas
ialah James J. Gallagher (1985) mengatakan bahwa “Creativity is a mental by which
an individual creates new ideas or products, or recombiner existing ideas and
product, in fashion that is novel to him or her” (kreatifitas merupakan suatu proses
mental yang dilakukan individu berupa gagasan ataupun produk baru, atau
mengombinasikan antara keduanya yang pada akhirnya akan melekat pada dirinya).
Ciri khas dari kreativitas seseorang akan nampak jika produknya mulai dikenal orang.
b) Manfaat Kreativitas
- Lincah dalam berfikir dan ditandai dengan rasa ingin tahu yang besar.
- Tepat dan cermat dalam bertindak dan memperhitungkan berbagai
konsekuen yang muncul.
- Mempunyai semangat bersaing yang tinggi baik terhadap diri sendiri
maupun orang lain.
-
Selalu berkeinginan untuk menjadi lebih baik dari waktu ke waktu
-
Mampu memiliki kepekaan yang tinggi
-
Mampu mengendalikan diri dengan baik.
c) Indikator Kreativitas
- Anak mampu menggambar berbagai macam bentuk yang beragam di dalam
produk yang akan dihasilkan
- Anak mampu melukis dengan berbagai macam cara dan objek
- Anak mampu membuat karya seperti bentuk sesungguhnya dari berbagai
bahan seperti kertas, plastisin dan blok
3. Hakikat Entrepreneurship
12
Yeni Rachmawati. 2012. Strategi Pengembangan Kreativitas Pada Anak Usia Taman Kanak- kanak.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group
20
a) Pengertian Entrepreneurship
21
b) Manfaat Entrepreneurship
c) Indikator Entrepreneurship
a. Anak memiliki jiwa berwirausaha dengan jujur
b. Anak mampu mengembangkan bakat berwirausaha tidak hanya di sekolah
saja
c. Anak memiliki potensi atau bekal untuk berwirausaha.
22
C. Penelitian Yang Relevan
Tabel 2.1 Penelitian yang Relevan
23
Kelompok B di kelompok B di KBI-RA Menerapkan sejenis
Kelompok Taqiyya Kartasura. Hal ini permainan yakni
Bermain Islam dibuktikan dari hasil entrepreneur dalam
dan Raudhatul penelitian yang menunjukkan upaya peningkatannya.
Athfal Taqiyya bahwa terjadi peningkatan
Mangkuben, Rt prosentase kemampuan
02/Rw 01 peningkatan kreativitas anak
Ngadirejo sebelum tindakan adalah
Kartasura 44,81%, siklus I 60,90% dan
Sukoharjo” siklus II 71,72%.
2012
4. Katarina Puty Penerapan model pembelajaran Penelitian ini juga
Arista kooperatif peta konsep tipe menggunakan penelitian
“Meningkatkan network tree pada siswa kelas 3 tindakan kelas. Variabel
Kreativitas SDN Kupang 03 Ambarawa, yang ditingkatkan sama
Siswa dengan dapat meningkatkan kreativitas dengan penelitian ini
Menggunakan siswa. Hal tersebut dapat yakni kreativitas. Namun
Model dibuktikan dengan kreativitas berbeda pada upaya yang
Pembelajaran siswa yang selalu mengalami digunakan. Penelitian ini
Kooperatif Peta peningkatan pada kondisi awal menggunakan
Konsep Tipe dan setiap siklusnya. pembelajaran berbasis
Network Tree” entrepreneur
2017
` `
25
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kreativitas anak
dalam penerapkan pembelajaran yang berbasis enterpreneurship di kelompok B di RA
Nurul Hidayah Nganjuk. Sedangkan secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk
1. Menerapakan pembelajaran berbasis entepreneurship agar dapat
meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa dalam pengembangan
kreativitas anak di RA Nurul Hidayah Nganjuk.
2. Untuk mengetahui ketercapaian penggunaan pembelajaran berbasis
entrepreneurship dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas anak dalam
pengembangan kreatifitas anak.
C. Metode Penelitian
1. Metode penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan. Metode penelitian ini
bertujuan untuk memperbaiki pembelajaran secara bertahap dan terus menerus,
selama kegiatan penelitian dilakukan. Prosedur penelitian yang digunakan berbentuk
siklus yang mengacu pada model Kemmis dan Mc Taggart. PTK mempunyai tujuan
untuk memperbaiki mutu praktik pembelajaran dikelas dan perilaku siswa dikelas
2. Desain Intervensi Penelitian Tindakan
26
Di dalam PTK terdapat beberapa model atau desain penelitian yang digunakan
ketika peneliti melakukan PTK. Desain – desain tersebut diantaranya adalah : model
Kurt Lewin, model, model Kemmis Mc Taggart, Model John Elliot, model Hopkins,
model McKernan, model Dave Ebbut. Dalam hal ini, peneliti melakukan PTK dengan
menggunakan model Kemmis and Mc Taggart, karena desain penelitian ini dianggap
mudah dalam prosedur tahapannya.
27
Langkah - langkah yang ditempuh dalam penelitian ini yaitu :
a. Perencanaan tindakan,
b. Pelaksanaan tindakan
c. Pengamatan,
d. refleksi
PTK ini dilaksanakan melalui 2 siklus untuk melihat peningkatan hasil belajar
dan aktivitas siswa dalam mengikuti materi kreativitas melalui pembelajaran berbasis
entrepreneurship.
Siklus I
1. Observasi awal
Pada kegiatan observasi awal peneliti mengadakan wawancara pada guru kelas pada
sekolah tersebut. Menanyakan bagaimana pembelajaran yang pada setiap harinya.
Materi apa saja yang kurang diminati oleh anak serta melihat langsung pembelajaran
yang dilaksanakan oleh guru saat pembelajaran.
2. Perencanaan Jadwal Penelitian Tindakan Kelas
a) Tim peneliti melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui kompetensi
dasar yang akan disampaikan kepada peserta didik dengan menggunakan
pembelajaran berbasis entrepreneur
b) Membuat rencana pembelajaran berbasis entrepreneur
c) Membuat perangkat pembelajaran berbasis entrepreneur
d) Membuat instrumen yang digunakan dalam siklus PTK
e) Menyusun alat evaluasi pembelajaran
3. Pelaksanaan Tindakan
a) Membagi siswa dalam 5 kelompok
b) Menyajikan materi pembelajaran
c) Memberikan contoh produk kreativitas
d) Guru mengarahkan kelompok untuk diskusi dan bekerjasama dalam membuat
produk
e) Siswa diberikan kesempatan untuk saling memberi tanggapan
f) Guru mendisplay hasil produk dari karya anak
g) Penguatan dan kesimpulan bersama
h) Melakukan pengamatan dan observasi
i) Jadwal Pelaksanaan
Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan
28
Waktu Minggu Ke –
No Jenis Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Persiapan √
2 Menyususn konsep √ √
pelaksanaan
3 Menyusun instrumen √
4 Pelaksanaan √
5 Melakukan tindakan 1 √
6 Melakukan tindakan 2 √
7 Penyusunan laporan √
8 Menyusun konsep laporan √
9 Menyempurnakan laporan √
4. Observasi
a) Situasi kegiatan belajar mengajar
b) Keaktifan siswa
c) Kemampuan siswa dalam diskusi dan bekerjasama
d) Antusias siswa dalam pembelajaran menggunakan metode entrepreneur
5. Refleksi
Dalam tahapan refleksi peneliti melakukan analisis data dengan melakukan
kategorisasi dan penyimpulan data yang telah terkumpul dalam tahapan pengamatan.
Dalam tahapan refleksi, peneliti juga melakukan evaluasi terhadap kekurangan atau
kelemahan dari implementasi tindakan sebagai bahan dan pertimbangan untuk
perbaikan di siklus berikutnya.
Siklus II
Seperti halnya siklus pertama, siklus keduapun terdiri dari perencanaa,
pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.
1. Perencanaan Jadwal Penelitian Tindakan Kelas
Tim peneliti membuat rencana pembelajaran berdasarkan hasil refleksi pada
siklus pertama
2. Pelaksanaan Tindakan
Guru melaksanakan pembelajaran berbasis entrepreneurship berdasarkan
rencana pembelajaran hasil refleksi pada siklus pertama.
3. Observasi
Tim peneliti melakukan pengamatan terhadap aktifitas pembelajaran berbasis
entrepreneurship
4. Refleksi
29
Tim peneliti melakukan refleksi terhadap pelaksanaan siklus kedua dan
menganalisis untuk serta mengambil kesimpulan atas pelaksanaan
pembelajaran berbasis entrepreneurship dalam peningkatan aktifitas dan hasil
belajar siswa dalam pembelajara kreativitas.
F. Sumber Data
Semua sumber data dalam penelitian ini terdiri dari beberapa sumber, yakni
siswa, guru, dan teman sejawat serta kolaborator
1. Siswa
Untuk mendapatkan data tentang hasil belajar dan aktivitas siswa
dalam proses pembelajaran
2. Guru
Untuk melihat tingkat keberhasilan implementasi pembelajaran
berbasis entrepreneur dan hasil belajar serta aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran
3. Teman Sejawat dan Kolaborator
Teman sejawat dan kolaborator dimaksudkan sebagai sumber data
untuk melihat implementasi PTK secara komprehensif, baik dari sisi siswa
maupun guru.
30
G. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara,
dan diskusi.
a. Observasi: dipergunakan untuk mengumpulkan data tentang partisipasi siswa
dalam PBM dan implementasi berbasis entrepreneur
b. Wawancara: untuk mendapatkan data tentang tingkst keberhasilan
implementasi pembelajaran berbasis entrepreneur
c. Diskusi antara guru dan teman sejawat dan kolaborator untuk refleksi hasil
siklus PTK
31
mempunyai gairah, semangat, vitalitas, cita-cita, dan proyeksi masa
depannya.
4. Definisi Operasional
Pada pelaksanaannya kegiatan tersebut telah terlaksana dengan baik.
32
Mandiri 8. Anak memiliki 13, 14, 15, 16 4
jiwa
entrepreneurship
33
Tabel 3.3 Intrumen Pengembangan Kreativitas
34
7. Berani menawarkan produknya 13. Anak mampu menjual produk
kepada orang lain hasil karyanya
35
H. VALIDASI DATA
Validasi data atau keabsahan data merupakan derajat ketepatan antara data
yang terjadi pada obyek penelitian dengan daya yang dapat dilaporkan oleh peneliti.
Dalam memeriksa keabsahan data peneliti menggunakan uji kredibilitas. Uji
kredibilitas data terhadap hasil penelitian antara lain dilakukan dengan perpanjangan
pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan
teman sejawat, analisis kasus negatif, dan membercheck.13 Namun dalam penelitian
ini peneliti hanya menggunakan triangulasi dan membercheck.
1) Triangulasi Sumber
Untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan dengan cara mengecek data
yang telah diperoleh melalui beberapa sumber
Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan dengan cara
mengecek data kepada sumber yang sama tapi dengan teknik yang berbeda.
Dalam penelitian kualitatif peneliti menggunakan metode wawancara,
observasi dan dokumentasi. Bila dengan tiga dengan pengujian kredibilitas
data tersebut menghasilkan data yang berbeda – beda, maka peneliti
melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang bersangkutan atau
yang lain, untuk memastikan data mana yang dianggap benar atau mungkin
semuanya benar, karena sudut pandangnya berbeda – beda.
3) Triangulasi Waktu
13
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung :Alfabeta. Hal:270
36
Data yang dikumpulkan dilakukan dalam waktu atau situasi yang berbeda.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
analisis data interaktif. Menurut Miles dan Hubermen mengemukakan bahwa
“aktivitas dalam menganalisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan
berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya tidak jenuh”.
14
Aktifitas dalam analisis data, yaitu :
3. Penarikan Kesimpulan
14
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta. Hal : 246
37
BAB IV
38
awal yang suda disepakati oleh sekolah. Anak berdatangan mulai pukul
06.45- 07.15 WIB. Ketika sudah pukul 07.30 WIB guru piket memulai baris-
berbaris dihalaman sekolah, saat baris berbaris anak- anak dipandu oleh guru
piket dalam menyanyikan beberapa lagu dan gerakan, melantunkan asmaul
husna beserta artinya, membaca doa- doa awal pembelajaran. Ketika baris-
berbaris guru juga menyematkan olahraga yang sederhana kepada anak-
anak. Pukul 08.00 WIB guru mempersilahkan anak untuk masuk kedalam
kelas secara antre dan bersalaman dengan guru. Saat anak sudah memasuki
kelas semua, guru mengambil tugasnya sesuai dengan peran masing- masing.
Guru kelas kelompok B bernama ibu mudah dan ibu binti, bu mudah
merangkap sebagai kepala sekolah dan bu binti sebagai bendahara sekolah.
Awal pembelajaran dimulai dengan menyanyikan lagu “bang bing bung kita
nabung” yang saat itu dipandu oleh bu binti. Dilanjutkan dengan
menyanyikan lagu dan apersepsi tentang materi pada hari itu. Guru mengajak
anak bernyanyi dan apersepsi selama kurang lebih 15 menit, sampai pukul
08.15 WIB. Pukul 08.15- 09.30 WIB kegiatan pembelajaran berlangsung,
kebetulan pada saat itu pembelajaran dengan materi kreatifitas. Awalnya anak
mengikuti kegiatan dengan antusias, namun pembelajaran saat itu
menggunakan LKS sehingga sudah biasanya dilakukan oleh anak. Kegiatan
diisi dengan menggunting objek pada bagian suatu benda yang kosong
kemudian ditempelkan pada bagian yang kosong tersebut dan mewarnainya.
Kegiatan tersebut diikuti oleh semua siswa kelompok B yang kebanyakan
diisi oleh anak laki- laki. Proses belajar anak pada hari itu menunjukkan
pembelajaran pada materi kreatifitas kurang memuaskan. Hal ini dibuktikan
dengan hasil belajar yang diperoleh anak. Maka dari itu diperlukannya
inovasi dalam pembelajaran pada RA Nurul Hidayah khususnya pada materi
pengembangan kreatifitas.
b. Assesmen Awal Pra Siklus 1
Assesmen awal dilakukan pada tanggal 28 April 2018 di dalam ruangan
kelas kelompok B RA Nurul Hidayah Nganjuk. Pada assesmen awal ini
39
peneliti melakukan kerjasama dengan guru dan wali murid dan satu orang
observer dalam hal penilaian instrumen. Nilai dari yang didapatkan oleh
observer akan digabungkan menjadi rata- rata setiap anak. Assesmen awal ini
dilakukan untuk mengetahui kondisi awal kemampuan kreatifitas anak.
Kegiatan assesmen awal ini melibatkan seluruh anak pada kelas kelompok B.
Instrumen yang kami gunakan ialah 16 butir dengan 5 aspek. Adapun rentang
skor yang digunakan oleh peneliti yaitu.
St (Skor tertinggi) : 64
Sr (Skor terendah) : 16
Range : 64 – 16 = 48
Jika peneliti menghendaki banyaknya kelas ada 4, maka
Lebar kelas = = 12
Intervalnya yaitu
16 sampai 27
28 sampai 39
40 sampai 51
52 sampai 64
40
Berikut Hasil Pra Siklus 1 yang disajikan dalam tabel :
Tabel 4.2 Hasil Pra Siklus
HASIL Pra Siklus
Nama Siswa Observer 1 Observer 2 skor %
Aldo 19 19 19 29,69
Rani 20 19 19,5 30,47
Dani 24 22 23 35,94
Dimas 19 24 21,5 33,59
Rizal 24 24 24 37,50
Rafi 23 24 23,5 36,72
Ulya 18 20 19 29,69
Ibrahim 24 22 23 35,94
Rico 24 26 25 39,06
Rahma 16 18 17 26,56
Afida 16 16 16 25,00
Fahrizal 22 22 22 34,38
Faisal 16 17 16,5 25,78
Nina 20 20 20 31,25
Lida 16 16 16 25,00
20,07 20,6 20,33 31,77
Berikut hasil assesmen pra siklus yang disajikan dalam bentuk grafik.
41
Berdasarkan grafik diatas, diperoleh data dari hasil pra siklus menunjukkan
bahwa kemampuan kreatifitas anak masih dibawah rata- rata sehingga
diperlukan kegiatan untuk meningkatkan kemampuan kreatifitas anak.
Peneliti mengusung pembelajaran berbasis entrepreneur dengan hasta karya
untuk meningkatkat kemampuan kreatifitas anak.
c. Assesmen Pelaksanaan Siklus 1
Proses pelaksanaan tindakan pada siklus pertama adalah penigkatan
kemampuan kreatifitas anak melalui kegiatan berbasis enterpreneurship.
Langkah-langkah dalam proses penelitian ini terdiri atas langkah
perencanan, pelaksanaan, observasi, evaluasi serta refleksi dalam
peningkatan kemampuan kreatifitas. Lankah-langkah tersebut sebagai
berikut:
1. Perencanaan :
Pada tahap perencanaan penelititi melakukan langkah langkah, yaitu:
mendesain kegiatan peningkan kreatifitas melalui RPPH, menetapkan
jadwal pelaksanaan program peningkatan kemampuan kreatifitas anak,
Membuat lembar observsi wawancara anak, partner yang meliputi
walimurid, guru, dan kepala sekolah, merencanakan langkah-langkah
kegiatan unuk setiap kegiatan, mempersiapkan media yang digunakan.
Peneliti dan patner menyepakati untuk memberikan program kegiatan
peningkatan kreatifitas anak melalui pembelajaran berbasis
enterpreneurship di dalam sekolah. Entrepreneurship adalah kegiatan
yang dikaji dengan menentukan cara mengaplikasikan peraturan, dan alat
yang digunkan untuk melatih anak dalam mengasah kemampuan
kreativitas anak dalam hal menyajikan, mendisplay produk, serta
memberikan daya tarik sehingga anak akan lebih termotivasi untuk
membuat karya.
Jadwal perencanaan pelaksanaan program kegiatan peningkatan
kemapuan kreatifitas anak kami desain sebagai berikut :
42
Tabel 4.3 Jadwal Pelaksanaan Intrvensi Siklus 1
Pertemuan Waktu Pelaksanaan Intervensi
1 Kamis, 3 Mei 2018 Pengenalan barang bekas (sedotan),
08.15 – 09.30 WIB memperlihatkan contoh karya, praktik
membuat gelang dari sedotan.
2 Jumat, 4 Mei 2018 Pengenalan alat dan bahan berupa
08.00 – 09.15 WIB manik- manik, mengkombinasikan
warna dan bentuk dalam membuat
sebuah karya (kalung)
3 Sabtu, 5 Mei 2018 Mendisplay hasil karya untuk
08.15 – 09.30 WIB dipasarkan atau dibazarkan.
Bekerjasama dengan paguyupan wali
murid.
2. Pelaksanaan Tindakan
Berdasakan jadwal yang sudah ditetukan pelaksanaan intervensi
tindakan siklus 1 dilakukan dalam 3 kali pertemuan. Selama proses pemberian
tindakan berupa kegiatan pembelajaran berbasis entrepreneurship. Peneliti dan
partner mengamati jalannya kegiatan untuk melihat kesesuaian tindakan
kegiatan sesuai dengan perencanaan dari peneliti. Tindakan siklus 1
dilaksanakan sebanyak 3 kali pertemuan. Pertemuan pertama dilaksanakan
pada hari kamis, pertemuan kedua pada hari jumat dan pertemuan ketiga pada
hari jumat.
a. Pertemuan pertama pada siklus 1
Pertemuan pertama dimulai pada pukul 08.15 WIB, dimulai dengan
perkenalan peneliti kepada anak- anak dan dilanjutkan dengan intervensi awal
yakni mengenalkan barang bekas yang akan digunakan untuk membuat karya.
Kemudian guru mencontohkan kepada anak langkah- langkah pembuatan.
Anak disilahkan untuk mengambil bahan dan alat yang akan digunakan untuk
membuat gelang. Guru mengamati dan membimbing anak saat pembuatan.
Serta memberikan penilaian terhadap hasil kerja anak.
b. Pertemuan kedua pada siklus 1
43
Pertemuan kedua pada siklus 1 dilaksanakan hampir sama dengan pertemuan
pertama yang dimulai pukul 08.00 WIB-. Pertemuan kedua peneliti
mengadakan kegiatan pengembangan dengan memperkenalkan alat dan bahan
berupa manik- manik. Kemudian memberikan pengetahuan tentang
mengkombinasikan warna dan bentuk manik- manik yang tersedia hingga
membentuk sebuah karya yang estetis. Hasta karya yang dihasilkan pada
pertemuan kedua ialah kalung. Kemudian guru mencontohkan kepada anak
langkah- langkah pembuatan. Anak disilahkan untuk mengambil bahan dan
alat yang akan digunakan untuk membuat kalung. Guru mengamati dan
membimbing anak saat pembuatan. Serta memberikan penilaian terhadap hasil
kerja anak.
c. Pertemuan keiga pada siklus 1
Pada pertemuan ketiga kali ini peneliti mengadakan kegiatan mendisplay
produk yang telah dibut oleh anak. Memeberikan wadah pada hasta karya
anak masing- masing dan memberikan harga sesuai dengan yang dianjurkan.
Guru mencontohkan cara mengemas yang baik dan rapi agar orang yang
melihatnya tertarik.
3. Pengamatan Siklus 1
Selama proses pembelajaran berbasis entrepreneurship peneliti dapat
melakukan proses pengamatan. Peneliti dan partner mengamati proses
pembelajaran dan proses ketika anak melakukan kegiatan untuk meningkatkan
kreativitas dan ditemukan hasil pengamatan menunjukkan bahwa pelaksanaan
tindakan yang sudah berjalan sesuai dengan perencanaan. Berikut adalah hasil
pengamatan peneliti dan partner mengenai pelaksanaan pemberian tindakan
berdasarkan instrumen pemantau tindakan.
44
Tabel 4.4 Aspek Pengamatan
45
Pengaturan alokasi Alokasi waktu yang telah disepakati 40 menit
waktu saat pemberian namun tidak terlaksana dengan baik karena
tindakan masih ada beberapa anak yang memerlukan
bimbingan.
4. Refleksi Siklus I
Pada proses pembelajaran yang telah dilakukan pada siklus I masih terdapat
beberapa aspek yang harus diperbaiki, hal ini terlihat dari aktivitas guru dan anak.
Oleh karena itu perlu adanya lamgkah – langkah yang akan dilaksanakan dalam
pembelajan selanjutnya.
46
Proses keberhasilan penerapan pembelajaran berbasis enterpreneurship untuk
meningkatkan kreativitas anak yang dilakukan oleh guru dapat dilihat dari lembar
observasi. Berdasarkan pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus I terlihat bahwa
beberapa aspek yang telah dicapai dengan baik antara lain :
47
pada siklus 1. Hasil asesmen setelah pemberian tindakan pada siklus 1
adalah sebagai berikut.
Tabel 4.5 Tabel Asesmen Siklus I
Nama Observer 1 Observer 2 Skor Presentase Ket
Aldo 26 28 27,0 42,19 BB
Rani 27 29 28,2 44,01 MB
Dani 30 28 29,0 45,31 MB
Dimas 29 32 30,5 47,66 MB
Rizal 30 32 30,8 48,18 MB
Rafi 27 32 29,5 46,09 MB
Ulya 26 32 29,0 45,31 MB
Ibrahim 30 33 31,5 49,22 MB
Rico 29 35 32,0 50,00 MB
Rahma 23 28 25,2 39,32 BB
Afida 24 28 25,8 40,36 BB
Fahrizal 28 33 30,7 47,92 MB
Faisal 29 27 27,7 43,23 BB
Nina 27 29 28,0 43,75 MB
Lida 25 24 24,7 38,54 BB
Rata- rata 44, 74
48
melaksanakan siklus II, dilakukan perencanaan terlebih dahulu, hal ini
dimanfaatkan untuk mempersiapkan segala sesuatu sebelum tindakan
dilaksanakan. Persiapan tindakan ini adalah membuat skenario pembelajaran,
membuat lembar observasi,membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Harian (RPPH), mempersiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan.
2. Pelaksanaan Tindakan Siklus II
Pelaksanaan tindakan siklus II dilakukan tiga kali pertemuan yaitu pada hari
kamis – sabtu / 10 – 12 Mei 2018. Berikut jadwal pelaksanaan tindakan siklus
II :
49
Jadwal Pelaksanaan Siklus II
Pertemuan pertama siklus kedua berlangsung pada hari Kamis 10 Mei 2018
pukul 08.15 – 09.30 WIB. Seluruh siswa hadir sebanyak 24 siswa yang terdiri atas 14
laki – laki dan 10 perempuan. Guru berperan sebagai pemimpin jalannya kegiatan
pembelajaran berbasis entrepreneurship yang digunakan untuk meningkatkan
keterampilan anak yaitu Ibu Mahmudah, sedangkan obsever bertugas sebagai
pengamat selama kegiatan berlangsung. Pelaksanaan pembelajaran dimulai dengan
mengenalkan alat dan bahan yang akan digunakan, selanjutnya guru mengenalkan
macam – macam karya dua dimensi seperti foto, lukisan, gambar dan sebagainya,
guru memberi instruksi atau menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan, kegiatan hari
ini adalah membuat produk 2 dimensi berupa finger paintin, yang alat dan bahannya
sudah disiapkan. Guru membagikan alat dan bahan kepada tiap ana dan membatu jika
ada anak yang mengalami kesulitan dalam pembuatan produk.
50
Pertemun kedua ini berlangsung pada hari jumat tanggal 11 Mei 2018 dimulai
pukul 08.00 – 09.15 WIB. Seluruh siswa hadir sebanyak 24 siswa yang terdiri atas 14
laki – laki dan 10 perempuan. Guru berperan sebagai pemimpin jalannya kegiatan
pembelajaran berbasis entrepreneurship yang digunakan untuk meningkatkan
keterampilan anak yaitu Ibu Mahmudah, sedangkan obsever bertugas sebagai
pengamat selama kegiatan berlangsung. Pelaksanaan pembelajaran dimulai dengan
mengenalkan bahan dan alat yag digunakan, guru menjelaskan peraturan dan instruksi
kegiatan, kegiatan pembelajaran hari ini membuat produk pigora dari kardus
sekaligus finishing dari seluruh karya. Finishing dalam hal ini berarti produk –
produk yang telah dibuat anak di kumpulkan, dihias, dan dikemas.
Pertemun ketiga ini berlangsung pada hari sabtu tanggal 12 Mei 2018 dimulai
pukul 08.15 – 09.30 WIB. Seluruh siswa hadir sebanyak 24 siswa yang terdiri atas 14
laki – laki dan 10 perempuan. Pada kegiatan kali ini juga dihadiri oleh wali murid
anak. Guru berperan sebagai pemimpin jalannya kegiatan pembelajaran berbasis
entrepreneurship yang digunakan untuk meningkatkan keterampilan anak yaitu Ibu
Mahmudah, sedangkan obsever bertugas sebagai pengamat selama kegiatan
berlangsung. Pada pertemuan ketiga di siklus ini diadakan kegiatan bazar dimana
peserta didik memasarkan produk – produknya yang sidah dibuat selama di siklus I –
siklus II. Kegiatan ini adalah kegiatan puncak dari kegiatan – kegiatan intervensi di
siklus II. Selain itu guru juga menilai produk – produk yang dibuat anak didiknya.
3. Pengamatan Siklus II
51
kreativitas anak yang berbasis entrepreneurship pada siklus I. Anak terlihat lebih aktif
dan lebih antusias. Berikut deskripsi pengamatan :
a) Guru
b) Anak didik
Berdasarkan pembelajaran yang yang dilakukan pada siklus II maka
ditemukan peningkatan dalam hasil belajar anak di RA Nurul Hidayah Nganjuk. Pada
pelaksanaan intervensi siklus II, anak sudah mulai nampak ketertarikannya dengan
materi kreatifitas. Selain menampilakan skill kreatifitas anak juga tertarik pada
suasana kompetisi sebagai penjual. Hal demikian membuat anak menjadi lebih
termotivasi dan tertantang untuk meningkatkan produk mereka dengan menciptakan
karya yang lebih baik lagi. Dari hasil yang diperoleh pada siklus II menunjukkan
anak mampu memenuhi rata- rata yang ditentukan. Sehingga penenliti tidak perlu lagi
melanjutkan pada siklus berikutnya.
Adapun langkah – langkah perbaikan untuk proses pembelajaran selanjutnya
yaitu sebagai berikut :
1). Anak hendaknya menjaga sportifitasnya untuk terus berinovasi
2). Siswa dibantu untuk mengembangkan produk- produk yang lainnya
3). Anak hendaknya lebih bersemangat dalam proses pembelajaran
4. Refleksi Siklus II
52
Berdasarkan hasil pengamatan aktivitas guru pada siklus II ada beberapa poin
yang sebelumnya pada siklus I masih kategori cukup dan pada siklus II sudah mejadi
ketegori baik, yaitu sebagai berikut :
a) Guru menyampaikan apersepsi kepada anak didik
b) Guru memotivasi, memberi penguatan agar siswa semangat dan
berantusias
c) Guru telah menguasai dan mengkondisikan kelas dengan baik
d) Guru telah memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan
perasaannya selama kegiatan pembelajaran
Berdasarkan hasil refleksi di atas dapat dapat dikatakan bahwa aktivitas
pada siklus II secara keseluruhan sudah mencapai semua indikator yang
telah ditetapkan pada lembar observasi. Namun demikian pembelajaran
dengan menerapkan pembelajaran berbasis entrepreneurship ini perlu
ditingkatkan dan dipertahankan.
f. Assesmen Siklus II
Setelah pemberian tindakan pada siklus II, maka peneliti dan partner
melakukan asesmen terhadap kemampuan kreatifitas. Hal ini dilakukan
untuk mengetahui skor yang diperoleh anak setelah pemberian tindakan
pada siklus II. Hasil asesmen setelah pemberian tindakan pada siklus II
adalah sebagai berikut.
53
Tabel. 4.7 Hasil Asesmen Siklus II
Hasil Asesmen Siklus II
Nama Siswa Observer 1 Observer 2 Skor Presentase Ket
Aldo 58 59 59 91,56 BSB
Rani 58 60 59 92,03 BSB
Dani 57 60 59 91,56 BSB
Dimas 56 58 57 89,06 BSB
Rizal 58 60 59 92,34 BSB
Rafi 57 60 58 91,25 BSB
Ulya 55 57 56 87,81 BSB
Ibrahim 59 60 60 93,59 BSB
Rico 58 59 58 91,25 BSB
Rahma 59 60 59 92,34 BSB
Afida 58 59 59 91,56 BSB
Fahrizal 57 59 58 90,63 BSB
Faisal 60 60 60 93,75 BSB
Nina 57 58 58 90,47 BSB
Lida 60 61 60 94,06 BSB
Rata- rata 91,55
54
Gambar. 4.2 Grafik perbandingan asesmen pra siklus, siklus I dan siklus II
55
B. Pembahasan
Indikator keberhasilan tindakan dalam penelitian ini adalah terjadinya
peningkatan kemampuan kreatifitas anak. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa kemampuan kreatifitas anak dapat meningkat melalui kegiatan
pembelajaran berbasis entrepreneurship. Hal ini terbukti pada proses tindakan
dimana guru menerapkan kegiatan pembelajaran berbasis entrepreneurship dan
hasil belajar yang semakin meningkat. Penelitian ini menggunakan 2 siklus
dimana sebelum pelaksanaan siklus I peneliti mengadakan pra siklus atau
pemangatan awal. Pada pengamatan awal atau pra siklus peneliti memperoleh
data sebagai berikut.
56
motivasi belajar yang dikemas dengan apik. Peneliti memberikan intervensi
berupa pembelajaran berbasis entrepreneurship untuk mengembagkan
kemampuan kreatifitas anak. Hal ini diperkuat oleh pendapat Zimmerer
dalam buku yang ditulis Suryana (2003:24), mengungkapkan bahwa ide
kreatifitas sering muncul ketika wirausaha melihat sesuatu yang lama dan
berfikir sesuatu yang berbeda. Pendapat tersebut menjelaskan bahwa ketika
seseorang sedang melakukan wirausaha maka seseorang dituntut untuk
meningkatkan produknya dan selalu berinovasi. Begitu pula dengan pendapat
Agus Sachari tentang kreatifitas, menurutnya (Agus P. 2005) bahwa
kreatifitas diakui sebagai dorongan jiwa dalam. Sehingga dengan kreatif
manusia mempunyai gairah, semangat, vitalitas, cita-cita, dan proyeksi masa
depannya. Semangat tersebut akan terwadahi dengan baik jika kemas dalam
bentuk entrepreneurship.
Pembelajaran berbasis entrepreneur juga melibatkan disiplin ilmu yang
lainya, sehingga tidak hanya perkembangan kreatifitas. Namun juga
menstimulus perkembangan yang lainnya diantaranya perkembangan kognitif,
motorik kasar dan motorik halus, serta psikologi anak dalam kesiapan
menerima metode baru. Berikut gambaran disiplin ilmu yang digunakan.
Perkembangan
Perkembaan Motorik Kasar
Kognitif dan Motorik
Halus
Perkembangan
Kreatifitas
Psikologi
Anak
57
Setelah mengetahui data dari pengamatan maka kegiatan dilanjutkan
dengan pelaksanaan intervensi siklus I dan dilanjutkan siklus II. Hal tersebut
dikarenakan pada siklus I asesmen yang ditunjukkan anak kurang mengalami
peningkatan, sehingga peneliti harus menambah siklus. Setelah pelaksanaan
siklus II peneliti menemukan hasil yang meningkat pesat. Berikut kami
sajikan grafik perbandingan peningkatan kemampuan kreatifitas anak dari pra
siklus, siklus I dan siklus II.
58
Rafi 36,72 46,09 91,25
Ulya 29,69 45,31 87,81
Ibrahim 35,94 49,22 93,59
Rico 39,06 50,00 91,25
Rahma 26,56 39,32 92,34
Afida 25,00 40,36 91,56
Fahrizal 34,38 47,92 90,63
Faisal 25,78 43,23 93,75
Nina 31,25 43,75 90,47
Lida 25,00 38,54 94,06
Rata- Rata 31,77 44,74 91,55
59
meningkat menjadi 91,55%. Dari peningkatan-peningkatan tersebut,
membuktikan bahwa pembelajaran berbasis entrepreneurship sangat
membantu guru untuk lebih meningkatkan kreatifitas anak.
60
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
61
d. Menambah wawasan guru dalam memilih strategi yang tepat, dan melatih
keterampilan guru dalam mengelola kelas.
B. SARAN
1. Kepada Siswa
Siawa diharapkan untuk lebih antusias dalam proses pembelajaran.
Agar pembelajaran dapat berjalan dengan lancar dan menyenangkan.
2. Kepada Guru
a. Guru hendaknya memanfaatkan bahan bekas yang lebih banyak lagi
untuk menyalurkan ide-ide kreatif anak agar dalam pembelajaran tidak
membuat anak jenuh dan memberi variasi-variasi dalam pembelajaran.
b. Mengingat kemampuan kreativitas tiap anak berbeda-beda, guru
hendaknya membuat kegiatan yang menyenangkan agar dapat
mendorong munculnya ide kreatif dan membuat anak tertarik
mengikuti pembelajaran sehingga tujuan untuk meningkatka kualitas
pada anak dapat tercapai dengan baik.
3. Kepada Peneliti Berikutnya
Peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian yang serupa, tetapi
dengan materi dan pendekatan yang berbeda untuk mendapatkan temuan
yang lebih baik lagi.
4. Kepada Sekolah
Harusnya sekolah lebih banyak lagi memfasilitasi segala keperluan
guru dan anak untuk meningkatkan mutu dan kualitas sekolah
5. Kepada Orang Tua Anak Didik
Orang tua hendaknya selalu memberikan kebebasan dan motivasi pada
anak dan tidak menuntut dalam hal kognitif saja, sehingga terpenuhinya rasa
ingin tahu anak, dapat juga diterapkan saat anak berada dirumah
62
DAFTAR PUSTAKA
Rachmawati, Yeni & Kurniati, Euis. 2012. Strategi Pengembangan Kreativitas Pada
Anak Usia Taman Kanak- kanak. Jakarta: KENCANA PRENADA MEDIA
GROUP
Alfabeta.
63
Lampiran
64
Instrumen
65
c. Berani menawarkan - Anak mampu menunjukkan / mengungkapkan
produknya kepada orang perasaanya
- Anak tidak malu menceritakan hasil karyanya
lain
di depan kelas
- Anak mampu menjual produk hasil karyanya
Mandiri Anak memiliki jiwa - Mampu membuat karya dengan tepat waktu
- Mampu menyeselesaikan tugasnya sendiri
entrepreneurship
- Menghasilkan karya
- Anak mampu memotong, membentuk, melipat
sesuai pola
66
Rubrik Penilaian
67
bantuan guru bantuan guru
6. Berani menceritakan hasil Anak mampu Anak mampu Anak mampu Anak belum mampu
karyanya mengkombinasikan mengkombinasikan mengkombinasikan mengkombinasikan
warna dengan baik warna tanpa warna dengan warna
dan tepat bantuan guru bantuan guru
7. Berani menawarkan produknya Anak berani Anak berani Anak berani Anak belum berani
pada orang lain memasarkan memasarkan memasarkan memasarkan
produknya dengan produknya tanpa produknya dengan produknya
bersemangat bantuan guru bantuan guru
8. Anak memiliki jiwa Anak mampu Anak mempu Anak mempu Anak belum mampu
entrepreneurship mengembangkan mengemangkan mengemangkan mengemangkan
produknya secara produknya secara produknya dengan produknya
berkelanjutan berkelanjutan bantuan guru dan
tanpa bantuan guru orang tua
68
Hasil Perhitungan Excel Pra Siklus
69
Hasil Perhitungan Siklus I
rata-
nama pertemuan 1 pertemuan 2 pertemuan 3 rata-rata rata %
observer 1 observer 2 observer 1 observer 2 observer 1 observer 2 observer 1 observer 2 siklus 1
Aldo 19 19 24 27 36 37 26 28 27 42,19
Rani 20 19 28 29 33 40 27 29 28 44,01
Dani 24 22 29 27 37 35 30 28 29 45,31
Dimas 19 24 30 34 37 39 29 32 31 47,66
Rizal 24 24 29 31 37 40 30 32 31 48,18
Rafi 23 24 24 32 34 40 27 32 30 46,09
Ulya 18 20 25 33 36 42 26 32 29 45,31
Ibrahim 24 22 29 36 36 42 30 33 32 49,22
Rico 24 26 29 36 35 42 29 35 32 50,00
Rahma 16 18 21 31 31 34 23 28 25 39,32
Afida 16 16 24 28 32 39 24 28 26 40,36
Fahrizal 22 22 28 35 35 42 28 33 31 47,92
Faisal 16 17 33 27 37 36 29 27 28 43,23
Nina 20 20 27 29 34 38 27 29 28 43,75
Lida 16 16 22 20 38 36 25 24 25 38,54
29 44,74
70
Nama Observer 1 Observer 2 Skor Presentase Ket
Aldo 26 28 27,0 42,19 BB
Rani 27 29 28,2 44,01 MB
Dani 30 28 29,0 45,31 MB
Dimas 29 32 30,5 47,66 MB
Rizal 30 32 30,8 48,18 MB
Rafi 27 32 29,5 46,09 MB
Ulya 26 32 29,0 45,31 MB
Ibrahim 30 33 31,5 49,22 MB
Rico 29 35 32,0 50,00 MB
Rahma 23 28 25,2 39,32 BB
Afida 24 28 25,8 40,36 BB
Fahrizal 28 33 30,7 47,92 MB
Faisal 29 27 27,7 43,23 BB
Nina 27 29 28,0 43,75 MB
Lida 25 24 24,7 38,54 BB
28,6 44,74
71
Hasil Perhitungan Siklus II
rata-
nama pertemuan 4 pertemuan 5 pertemuan 6 rata-rata rata %
observer 1 observer 2 observer 1 observer 2 observer 1 observer 2 observer 1 observer 2 siklus 2
Aldo 56 54 60 59 61 62 58 59 59 91,56
Rani 55 56 60 59 61 62 58 60 59 92,03
Dani 51 55 60 59 62 63 57 60 59 91,56
Dimas 52 53 58 57 60 62 56 58 57 89,06
Rizal 54 56 59 59 64 61 58 60 59 92,34
Rafi 51 58 56 61 60 63 57 60 58 91,25
Ulya 51 51 57 57 59 63 55 57 56 87,81
Ibrahim 54 58 62 60 63 59 59 60 60 93,59
Rico 56 51 61 56 64 64 58 59 58 91,25
Rahma 54 57 61 58 63 59 59 60 59 92,34
Afida 53 56 58 59 63 61 58 59 59 91,56
Fahrizal 53 57 56 60 60 61 57 59 58 90,63
Faisal 60 55 63 57 64 62 60 60 60 93,75
Nina 54 56 58 60 59 59 57 58 58 90,47
Lida 56 56 62 61 63 62 60 61 60 94,06
91,55
72
Hasil Asesmen Siklus II
Nama Siswa Observer 1 Observer 2 Skor Presentase Ket
Aldo 58 59 59 91,56 BSB
Rani 58 60 59 92,03 BSB
Dani 57 60 59 91,56 BSB
Dimas 56 58 57 89,06 BSB
Rizal 58 60 59 92,34 BSB
Rafi 57 60 58 91,25 BSB
Ulya 55 57 56 87,81 BSB
Ibrahim 59 60 60 93,59 BSB
Rico 58 59 58 91,25 BSB
Rahma 59 60 59 92,34 BSB
Afida 58 59 59 91,56 BSB
Fahrizal 57 59 58 90,63 BSB
Faisal 60 60 60 93,75 BSB
Nina 57 58 58 90,47 BSB
Lida 60 61 60 94,06 BSB
Rata- rata 91,55
73
Perbandingan Prosentase Pra Siklus, Siklus 1 dan Siklus 2
Nama Siswa Pra Siklus Siklus 1 Siklus 2
Aldo 29,69 42,19 91,56
Rani 30,47 44,01 92,03
Dani 35,94 45,31 91,56
Dimas 33,59 47,66 89,06
Rizal 37,50 48,18 92,34
Rafi 36,72 46,09 91,25
Ulya 29,69 45,31 87,81
Ibrahim 35,94 49,22 93,59
Rico 39,06 50,00 91,25
Rahma 26,56 39,32 92,34
Afida 25,00 40,36 91,56
Fahrizal 34,38 47,92 90,63
Faisal 25,78 43,23 93,75
Nina 31,25 43,75 90,47
Lida 25,00 38,54 94,06
Rata- Rata 31,77 44,74 91,55
74
75
DOKUMENTASI
76