Modul Ii-1

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 16

MODUL II

EKONOMI MIKRO

PENDAHULUAN
1. Deskripsi Singkat, Manfaat, dan Relevansi
Dilihat dari ruang lingkupnya, ilmu ekonomi dibagi menjadi dua yakni 1) teori ekonomi
mikro (micro economic theory),dan 2) teori ekonomi makro (makro economic theory).
Untuk membedakan keduanya tidaklah terlalu sulit.. Kalau dibaratkan seperti sebuah hutan
pepohononan, maka ekonomi mikro membicarakan tentang pohon-pohon yang ada di dalam
hutan tersebut, sedangkan teori ekonomi makro, membicarakan tentang hutannya secara
keseluruhan. Ruang lingkup ekonomi mikro membicarakan tentang bagian-bagian suatu
perekonomian, seperti perusahaan-perusahaannya, pasar-pasarnya, serta penetapan harga
didalamnya dan lain sebagainya. Misalnya saja, terdapat 20 orang perawat di Rumah Sakit X,
mengundurkan diri dan pindah ke Rumah Sakit P, maka bagi Rumah Sakit X tersebut
merupakanh masala ekonomi mikro. Tetapi secara makro ekonomi, bukan merupakan
masalah karena perpindahan perawat tersebut merupakan keuntungan bagi rumah sakit P.
Pelayanan sector kesehatan dewasa ini merupakan salah satu perusahaan atau unit
usaha yang tidak berbeda dengan perusahaan lainnya. Pemahaman tentang teori ekonomi
mikro bagi mahasiswa kesehatan, sangatlah penting untuk dapat memahami tentang
bagaimana sebuaah perusahaan mengetahui need dan demandnya, apa saja cirri-ciri demand
dalam pelayanan kesehatan, factor apa sajakah yang mempengaruhi demand suatu
perusahaan, bagaimana perusahaan mengatur supllynya serta factor apa saja yang
mempengaruhi supply pelayanannya, apakah pelayanan yang dihasilkan cukup elastic dengan
perubahan factor yang mempengaruhi demand dan supplynya, serta bagaimana melakukan
analisis keseimbangan/equilibrium perusahaannya. Modul ini diharapkan dapat bermanfaat
bagi mahasiswa selain menambah ilmu pengetahuan, juga dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan untuk diteliti dalam tugas akhir terkait masalah ekonomi mikro dalam sektor
kesehatan.
2. Kompetensi Khusus
Kompetensi khusus yang akan dicapai pada Modul II adalah mahasiswa diharapkan
mampu:
a. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi ekonomi mikro.
b. Mahasiswa mampu menjelaskan yang dimaksud dengan need, demand, supplay dan
factor-faktor yang mempengaruhinya.
c. Mahasiswa mampu menjelaskan maksud dari elastisitas dan equilibrium.
3. Bahan Kajian
a. Need
b. Demand
c. Supplay
d. Elastisitas
e. Equilibrium
4. Petunjuk Belajar
Dibutuhkan ketekunan dan keseriusan dalam membaca modul ini secara teratur dan
berurutan yang dimulai dari Need, Demand, Supply, Elastisitas, dan Equilibrium. Apabila
dalam mempelajari bagian ini, mahasiswa belum sepenuhnya menguasai, maka perlu diulang
kembali bagian materi yang belum dikuasai dan dianjurkan untuk dapat membaca buku-buku
yang termasuk dalam referensi.

PENYAJIAN
1. Need
Pada Modul I telah dikemukakan bahwa persoalan ekonomi muncul karena adanya
need atau kebutuhan manusia yang tak terhingga, dan pada sisi yang lain ketersediaan barang
dan jasa untuk memenuhi kebutuhan tersebut sangatlah terbatas. Kebuthan manusi itu
sangatlah banyak jenis dan jumlahnya. Abraham Maslow, membagi kebutuhan manusia
dalam lima tingkatan milai dari kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan
social, kebutuhan terhadap penghargaan atau kebanggaan sampai dengan kebutuhan untuk
mengaktualisasikan diri atau mengekspresikan diri. Sedangkan jumlah kebutuhan manusia
sangatlah tergantung pada laju pertumbuhan penduduk.
Pengertian kebutuhan itu sendiri kalau dirumuskan secara sederhana, adalah
merupakan “suatu perasaan kekurangan”. Misalnya: seseorang membutuhkan makanan,
karena ada perasaan kekurangan energy dalam tubuhnya untuk beraktivitas sehingga harus
terpenuhi dengan makan. Kebutuhan akan kesehatan terjadi karena seseorang merasa fisiknya
kurang sehat sehingga harus dipenuhi dengan “membeli” pelayanan kesehatan, dan lain
sebagainya.
Dalam konteks pelayanan kesehatan, need merupakan suatu keinginan yang
diwujudkan dalam tindakan sesorang untuk mendaptkan pelayanan kesehatan yang baik
menurut pengertian pribadi. Keinginan tersebut belum tentu dapat direalisasikan karena
memang hal itu tidak diperlukan, atau yang bersangkutan tidak memiliki resources untuk
mendaptkannya. Gambaran secara lengap tentang fenomena ini, disajikan pada gambar 3.
Gambar 3. menunjukkan bahwa persepsi seseorang mengenai perasaan membutuhkan
pelayanan kesehatan menjadi pemicu awal dari wnts dan demand. Jika seseorang merasakan
ada masalah kesehatan (perceived need), maka yang bersangkutan akan berpikir untuk
mencari jalan untuk pemenuhan kebutuhannya (evaluated need). Tetapi jika yang
bersangkutan tidak merasakan adanya kebutuhan akan pelayanan kesehatan, maka dia akan
tenang-tenang saja atau tidak melakukan apa-apa. Kesadaran yang tinggi akan pemenuhan
kebutuhan pelayanan kesehatan akan menumbuhkan kehendak yang kuat dalam diri (wants)
untuk membeli pelayanan kesehatan, tetapi jika tidak memiliki kesedaran dalam dirinya,
maka dia akan tenang-tenang saja atau tidak melakukan apa-apa. Kehendak yang kuat untuk
membeli pelayanan kesehatan jika diwujudkan dengan membeli atau melakukan permintaan
pelayanan kesehatan, akan memunculkan pebelian dalam bentuk utilisasi pelayanan
kesehatan (demands). Namun jika sudah ada kehendak yang kuat namun tidak melakukan
utilisasi (mungkin karena alasan kemampuan keuangan, dan sebagainya) maka orang tersebut
akan tenang-tenang saja sehingga dalam hal ini tidak akan berakhir dengan demand.

Gambar 1. Kerangka Konsep Neesd, Want dan Demand


Pendekatan needs di sini didasari kepada pengertian tentang merit goods. Merit goods
adalah setiap bentuk pengeluaran masyarakat yang nampaknya secara umum dapat dipahami,
tetapi sulit untuk diperhitungkan dengan menggunakan teori permintaan yang biasa (Margolis
(1982). Dengan demikian konsep need di sini bertentangan dengan konsep tentang consumer
sovereignity (kedaulatan konsumen). Perlu beberapa pembetulan atau bahkan penggantian
dengan yang lebih sesuai dengan “ketidaktahuan” konsumen supaya preferensinya bisa
berlaku.
Dalam kenyataannya, need akan pelayanan kesehatan cenderung menimbulkan salah
kaprah. Asumsi bahwa bila ada seseorang pasien dengan kondisi yang dapat dirawat, maka
(1) dia harus dirawat dan (2) dia harus dirawat dengan cara terbaik yang bisa dilakukan.
Kedua persyaratan tersebut mengabaikan kenyataan bahwa sumber daya itu langka dan
penggunaan sumber daya yang lebih baik akan dapat diperoleh dari pemanfaatan pelayanan
yang sedikit kurang efektif tetapi dilakukan dengan menggunakan pendekatan yang lebih
murah.
Dalam setiap pembahasan soal need, perlu diingat bahwa tidak seluruh need akan
dapat dipenuhi. Harus ada sebuah rangking need, dimana kita akan lebih memilih satu need
untuk dipenuhi dibanding need yang lain. Need yang dipilih adalah yang akan memberikan
manfaat yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang lain. Kemungkinan untuk memenuhi
suatu need merupakan fungsi dari biaya dan manfaat yang terkandung di belakangnya; yaitu
biaya dan manfaat yang marjinal. Need bukan merupakan sesuatu yang absolut maupun
terbatas (finit)., namun merupakan sesuatu yang dinamis dan cenderung untuk terus tumbuh
bersama dengan berjalannya waktu. Pertumbuhan need tersebut akan bisa dilihat dari
perkembangan penawaran fasilitas pelayanan kesehatan.
Culyer, dkk (1971) mengungkapkan banyak hal yang berkaitan dengan need dibidang
pelayanan kesehatan melalui dua pendekatan yakni pendekatan korva kemungkinan produksi,
dan pendekatan menggunakan kurva isowelfare:
1) Pendekatan Kurva kemungkinan produksi (KKP)
Kurva Kemungkinan Produksi (KKP) adalah kurva yang menunjukkan berbagai
gabungan atau kombinasi barang dan jasa yang dapat diproduksikan oleh suatu
perekonomian. Penggunaan KKP ini di dasari atas asumsi berikut:
a. Barang dan jasa yang dihasilkan dalam perekonomian terdiri dari dua jenis barang/jasa,
misalnya pemilihan antara meningkatkan kondisi pendidikan ataukah meningkatkan
kondisi kesehatan.
b. Sumber daya berada dalam keadaan terbatas
c. Perekonomian dalam keadaan full employment, artinya semua sumber digunakan secara
penuh, tidak ada yang menganggur.
d. Keadaan tekhnologi tidak mengalami perubahan, artinya tekhnologi berada dalam
keadaan statis/tertentu.
Dengan asumsi di atas, maka tidak mungkin untuk memperbaiki kondisi kesehatan
maupun memperbaiki kondisi pendidikan dalam jumlah yang tidak terbatas. Untuk lebih
jelasnya, mari kita lihat dan ikuti penjelasannya pada gambar 4.
Gambar 2. Kurva Kemungkinan Produksi
Dari gambar 4. dapat dilihat bahwa:
a. KKP tersebut menunjukkan berbagai kemungkinan kombinasi pendidikan dan kesehatan
pada budget tertentu yg ditunjukkan dengan titik P dan K.
b. Jika seluruh budget yang ada digunakan untuk membiayai pendidikan maka akan
diperoleh produksi pendidikan sebanyak OA dan tidak ada produksi kesehatan sama
sekali.
c. Bila semua anggaran digunakan untuk membiayai kesehatan, maka akan diperoleh
produksi kesehatan sebanyak OD dan tidak ada sama sekali produksi pendidikan.
d. Titik yang terdapat disepanjang KKP diantara P dan K menunjukkan berbagai kombinasi
produk pendidikan dan kesehatan yang mungkin dihasilkan pada sejumlah budget yang
tersedia. Kurva tersebut menunjukkan trade-off antara pendidikan dan kesehatan, artinya
opportunity cost dari setiap usaha untuk meningkatkan produksi kesehatan akan
menyebabkan hilangnya produk pendidikan dan sebaliknya upaya untuk meningkatkan
penggunaan anggaran untuk memperbaiki kondisi kesehatan, harus diikuti dengan
penurunan jumlah anggaran untuk memperbaiki kondisi pendidikan. Misalnya, dalam
grafik 4. dapat dilihat, jika budget untuk perbaikan pendidikan yang ada, dinaikkan
jumlahnya dari OK” ke OK’, maka akan terjadi pengurangan penggunaan anggaran untuk
perbaikan kondisi pendidikan dari OP’ ke OP”.
2) Pendekatan Kurva Isowelfare
Kurva isowalfare, adalah kurva yang menghubungkan titik yang menunjukkan tingkat
kepuasan yang sama untuk berbagai barang/jasa yang dikonsumsi. Penjelasan selanjutnya
dapat diikuti sambil melihat gambar 2.3. Dalam Gambar 5. terlihat bahwa korva isowelfare
dilukiskan pada kurva W0, W1, W2, dan W3. Terlihat bahwa kurva W0, memotong titik H,
artinya output pendidikan dan kesehatan sepanjang kurva Wo sama memuaskannya, dengan
tidak ada produksi pendidikan sama sekali. Sehingga dengan menggeser kombinasi ke atas
(disepanjang kurva Wo) berarti akan mengorbankan output kesehatan cukup banyak untuk
memperoleh output pendidikan.
Nampaknya hal ini bisa dipahami mengingat bila sebelumnya seluruh anggaran
pendidikan diberikan kepada sektor kesehatan, maka bila kita kemudian ingin menaikkan
sedikit saja berarti output pendidikan akan mengorbankan output kesehatan yang cukup
besar. Akan tetapi biila kita terus menggeser ke atas (tetap sepanjang kurva tesebut), yaitu
mengorbankan output kesehatan terus menerus bagi pendidikan, maka output pendidikan
yang akan dia peroleh akan makin sedikit. Hingga tercapai titik tertinggi dari kurva tersebut
dimana pengorbanan output kesehatan yang hanya sedikit saja akan menghasilkan output
pendidikan yang sangat besar. Dari keadaan tersebutlah maka kita akan dapat memahami
mengapa kurva isowelfare itu berbentuk cekung (convex) ke atas.

Gambar 3. Kurva Isowelfare


Dengan demikian maka setiap kombinasi output pendidikan dan kesehatan yang
terdapat dalam kurva tersebut bersifar indifferent, cateris paribus. Para ekonom menyebut
kurva ini sebagai indifferent curve. Hal yang sama terjadi di kurva W1 hingga W4, hanya
pada kurva – kurva yang lebih jauh dari titik pusat O berarti semakin banyak output
pendidikan maupun output kesehatan yang indifference dibdandingkan dengan yang terdapat
pada kurva yang lebih dekat ke titik pusat O.
Selanjutnya bila kita ingin mendapatkan titik kombinasi penggunaan sejumlah budget
yang optimum, dapat dilakukan dengan mempertemukan kedua kurva KKP dan kurva
isowelfare tersebut di atas, sebagaimana ditunjukkan pada gambar 6. .
Gambar 4. Kurva KKP dan Isowelfare
Gambar 6, memperlihatkan:
1) Output kesehatan lebih banyak dapat dihasilkan daripada pendidikan, yang ditandai
denganm semakin menjauhnya titik potong KKP dengan sumbu kondisi kesehatan dari
titik nol
2) Pergeseran tersebut diakibatkan misalnya oleh perkembangan tehnologi dalam pengobatan
sehingga output kesehatan yang dapat lebih banyak dari sebelumnya.
3) Titik optimum tercapai ketika isowelfare menyinggung KKP pada titik terrendah (titik a)
Titik a1, a2 dan a3 bukan merupakan titik optimum karena tidak bersinggungan pada
titik terrendah dari kurva isowelfare.
2. Demand dan Ciri Demand Pelayanan Kesehatan
1) Demand Pelayanan Kesehatan
Dalam kehidupan sehari-hari sering sekali kita berhadapan dengan persoalan kenaikan
harga barang dan jasa yang kita butuhkan. Dalam situasi seperti ini kadang kita merasa ragu
untuk membeli barang dan jasa atau paling tidak mengatur jumlah barang dan jasa yang kita
beli untuk disesuaikan dengan kemampuan daya beli kita. Dalam ilmu ekonomi persoalan
seperti ini berhubungan dengan teori demand atau permintaan.
Demand atau permintaan dirumuskan sebagai sejumlah barang dan atau jasa yang
mau dan mampu dibeli konsumen pada suatu tingkat harga tertentu dan pada periode waktu
tertentu. Terdapat unsure utama dalam konsep ini, yakni: kemauan dan kemampuan membeli,
tingkat harga, dan periode waktu. Kemauan dan kemampuan membeli menunjukkan adanya
pengelompokan kedalam jenis permintaani potensial dan permintaan riil. Permintaan
potensial merupakan permintaan yang hanya memenuhi salah satu unsure saja dari
kemampuan dan kemauan membeli, sedangkan permintaan riil jika kedua unsure kemampuan
dan kemauan membeli semuanya terpenuhi. Unsure harga menunjukkan jenis dan jumlah
barang dan jasa yang mampu dan mau dibeli oleh konsumen. Karena perubahan harga itu
selalu terjadi dalam periode waktu tertentu, maka periode waktu merupakan unsure yang
terakhir dari permintaan.
Jika kita menghubungkan antara tingkat harga dan jumlah barang dan jasa yang mau
dibeli, akan menghasilkan sebuah kurva yang disebut dengan kurva permintaan. Kurva
permintaan adalah kurva yang menunjukkan hubungan antara bernagai harga dengan
berbagai jumlah barang dan jasa yang akan dibeli oleh konsumen. Oleh karena antara harga
dan jumlah permintaan memiliki sifat hubungan yang terbalik, maka kurva permintaan
berbentuk garis yang turun dari kiri atas ke kanan bawah. Selanjutnya dapat dilihat pada
gambar 7.

Gambar 5. Kurva Permintaan Barang dan Jasa


Gambar 7. menunjukkan:
a) Kurva A,B,C,D merupakan representasi dari kurva permintaan. Kita dapat membuat
banyak lagi titik pertemuan antara tingkat harga (Px) dan jumlah barang dan jasa yang
dapat dibeli (Qx) pada sepanjang kurva permintaan tersebut
b) Jika harga barang dan jasa sebesar P4, maka jumlah permintaan sebanyak Q4, (titik D).
Namun jika harga barang dan jasa naik menjadi P3, maka jumlah permintaan akan turun
dari P4 menjadi P3 (titik C), demikian seterusnya dengan titik B dan titik A.
c) Kenaikan tingkat harga yang diikuti dengan penurunan jumlah permintaan, menunjukkan
adanya hubungan yang negatif/terbalik antara tingkat harga dan jimlah permintaan,
segingga kurvanya berslope negatif.
Dalam dunia kesehatan, hal ini ditunjukkan dengan jumlah permintaan kelas VIP
rumah sakit yang tidak dapat dijangkau oleh masyarakat ekonomi lemah sehingga sering
menimbulkan masalah BOR VIP yang rendah, dan sebagainya.
2) Ciri Demand dalam Pelayanan Kesehatan
Terdapat beberapa ciri demand dalam pelayanana kesehatan sebagai berikut:
a) Asymetry of Information (ketidakseimbangan informasi antara pasien dan petudan medis).
Dalam hal ini, masyarakat selaku konsumen tidak memiliki banyak informasi tentang
jenis pelayanan rumah sakit, baik dari aspek prosedur pelayanannya maupun bentuk
pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan yang mendasari permintaannya. Yang diketahui
konsumen ketika menggunakan pelayanan kesehatan adalah mendatangi rumah sakit dan
berharap mendapatkan pelayanan terbaik. Semua keputusan tentang prosedur sampai
dengan jenis pelayanan kesehatan sangat tergantung pada petugas medis.
b) Consumer Ignorance (ketidak tahuan konsumen): dimana konsumen dalam keadaan yang
tidak tahu dan ”tidak mau tahu” dengan pelayanan kesehatan yang mereka dapatkan.
Ketidak tahuan dan ketidak mau tahuan tersebut dapat dipahami karena adanya ”lack of
information” seperti di atas.
c) Uncertainty (Ketidakpastian), artinya permintaan akan pelayanan kesehatan tersebut
tidak secara pasti dapat memenuhi kebutuhan konsumen, karena pelayanan rumah sakit itu
memang sifatnya hanya menjanjikan upaya/usaha bukan menjanjikan kepastian untuk
mendapatkan kesembuhan.
d) Supplier Induced Demand (permintaan diciptakan oleh supplier ), artinya konsumen tidak
bisa menentukan sendiri jenis pelayanan yang diinginkan dan dibutuhkannya melainkan
ditentukan oleh pemberi pelayanan (petugas medis). Seorang ibu hamil yang hendak
melahirkan anaknya secara normal belum tentu dapat terwujud kalau seandainya dengan
berbagai pertimbangan dokter menganjurkan untuk melakukan proses persalinan secara
SC (operasi), maka mau tidak mau ibu tersebut harus menempuh proses persalinan yang
dianjurkan tersebut. Sebaliknya bisa juga terjadi, seorang pasien dengan keluhan sesak
napas, masuk melalui UGD dengan harapan untuk mendapatkan pelayanan rawat inap,
jika menurut dokter tidak perlu rawat inap,tetapi cukup dengan rawat jalan saja, maka
terpaksa pasien tersebut mengikutinya.
e) Adanya hubungan keagenan (agency relationship), artinya kadang-kadang penentuan
tentang jenis pelayanan dan harus dirawat di rumah sakin yang mana, sangat ditentukan
oleh pihak lain seperti perusahaan dimana orang tersebut bekerja.
f) Kepercayaan tentang penyebab penyakit akan menentukan pilihan dalam suatu pengobatan
(pelayanan) sehingga biaya dan status ekonomi seseorang menjadi kurang penting dalam
pengambilan keputusan suatu pengobatan (pelayanan).
Dari beberapa cirri di atas, maka dapat disimpilkan bahwa: konsumen pelayanan
kesehatan ada dalam posisi yang sangat lemah oleh karena umumnya tidak tahu tentang apa
yg dibutuhkannya sebab tidak memiliki informasi yang sempurna. Selain itu, permintaan
terhadap pelayanan kesehatan sebagian besar bukan keputusan individu bersangkutan.
3. Faktor Yang Mempengaruhi Demand
1) Harga barang atau jasa bersangkutan.
Harga barang atau jasa bersangkutan dengan jumlah permintaan, berhubungan secara
negative, artinya semakin tinggi harga barang tersebut, maka jumlah permintaannya akan
semakin berkurang. Factor ini merupakan teori permintaan itu sendiri.
2) Harga komoditi lain yang berkaitan
Pengaruh harga komoditi lain terhadap permintaan, sangat tergantung pada sifat
barang dan jasa lain tersebut, apakah bersifat substitusi ataukah bersifat komplementer.
Barang dan jasa substitusi adalah komoditi dapat saling menggantikan, seperti beras dengan
jagung, dan lain sebagainya. Komoditi yang bersifat substitusi, berhubungan secara positif
dengan jumlah permintaan, artinya jika harga salah satu komoditi (misalnya beras)
meningkat, maka jumlah permintaan terhadap komoditi substitusi lainnya (misalnya) jagung
akan semakin bertambah (ceteris paribus atau factor lainnya dianggap tetap). Komoditi
komplementer adalah barang dan jasa yang dalam penggunaannya saling melengkapi satu
sama lainnya, misalnya antara mobil dengan bensin. Komoditi seperti ini memiliki sifat
hubungan yang negative, artinya jika harga salah satu komoditi (misalnya mobil) mengelami
peningkatan, maka jumlah permintaan terhadap komoditi komplementer lainnya (misalnya
bensin) akan mengalami penurunan (ceteris paribus). Oleh karena saling melengkapi maka
ketika harga mobil meningkat, permintaan akan mobil tersebut mengalami penurunan
sehingga jumlah pembelian terhadap bensin-pun akan berkurang.
3) Pendapatan masyarakat.
Pengaruh perubahan pendapatan masyarakat akan mempengaruhi jumlah permintaan,
tergantung pada jenis barang dan jasa, apakah barang normal, barang netral ataukah barang
inferior. Pengaruh kenaikan pendapatan keluarga terhadap jumlah permintaan barang dan jasa
normal, bersifat positif, artinya semakin baik pendapatan masyarakat maka jumlah
permintaan terhadap komoditi normal tersebut semakin bertambah. Barang dan jasa netral,
adalah komoditi yang jumlah permintaannya tidak terpengaruh dengan perubahan tingkat
pendapatan masyarakat. (misalnya garam dapur). Oleh karena jumlah permintaan komoditi
netral tersebut tidak terpengaruh dengan perubahan tingkat pendapatan masyarakat, maka
hubungannya bersifat tak terhingga (~), (ceteris paribus). Sedangkan terhadap permintaan
barang dan jasa inferior, sifat hubungannya adalah negative, artinya semakin baik tingkat
pendapatan keluarga/masyarakat, maka jumlah permintaan terhadap komoditi inferior
tersebut semakin berkurang (ceteris paribus). Barang dan jasa inferior sendiri adalah komoditi
yang dianggap lebih rendah nilainya disbanding dengan komoditi serupa lainnya. Dalam
dunia pelayanan kesehatan misalnya, permintaan terhadap pelayanan kesehatan yang terlalu
berbelit-belit akan semakin berkurang jumlahnya seiring dengan peningkatan pendapatan
keluarga, karena akan beralih kepada penggunaan dokter keluarga.
4) Selera Konsumen
Selera atau preferensi konsumen tidak sulit untu dipahami pengaruhnya terhadap
permintaan. Semakin tinggi selera atau preferensi konsumen terhadap komoditi tertentu maka
jumlah permintaannya akan semakin bertambah atau sifat hubungannya positif (ceteris
peribus). Dalam dunia pelayanan kesehatan yang semakin kompetitif, misalnya, fasilitas
pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan yang sesuai dengan standard mutu pasien,
akan semakin diminati oleh masyarakat disbanding dengan yang tidak atau kurang memenuhi
harapan pasien.
5) Jumlah Penduduk.
Pengaruh jumlah penduduk terhadap jumlah permintaan adalah bersifat positif
(ceteris paribus). Artinya, semakin banyak jumlah penduduk maka jumlah permintaan akan
semakin banyak pula.
6) Distribusi Pendapatan.
Distribusi pendapatan artinya pemerataan tingkat pendapatan antar warga
Negara/masyarakat. Semakin baik tingkat distribusi pendapatan, maka akan semakin tinggi
pula jumlah permintaan terhadap barang dan jasa (ceteris peribus).
7) Informasi/Iklan.
Pengaruh adanya informasi atau iklan akan berhubungan secara positif dengan jumlah
permintaan barang dan jasa (ceteris peribus).
8) Harapan Konsumen.
Harapan/ekspektasi konsumen adalah ramalan terhadap kemungkinan yang akan
terjadi di masa dating. Misalnya harapan bahwa pada beberapa waktu mendatang akan terjadi
kenaikan harga terhadap komoditi tertentu, maka jumlah permintaan terhadap komoditi
tersebut pada saat sekarang akan mengalami peningkatan atau berhubungan secara pisitif
(ceteris peribus). Tetapi kalau sebaliknya terjadi maka jumlah permintaan terhadap komoditi
tersebut saat sekarang akan berkurang atau berhubungan secara negatif (ceteris peribus).
Berkaitan dengan factor yang mempengaruhi demand tersebut di atas, maka secara
garis besar ada dua kelompok factor yang mempengaruhi permintaan, yakni 1) factor harga
barang dan jasa itu sendiri (factor 1), dan 2) factor-faktor lain selain harga barang itu sendiri
(factor 2 sampai dengan 8). Untuk membedakan kedua kelompok ini maka akan dijelaskan
dalam gambar 8.
Gambar 6. Pergeseran dan Pergerakan Kurva Permintaan
Gambar 8. memperlihatkan bahwa pengaruh factor harga barang dan jasa itu sendiri
akan menyebabkan terjadinya pergerakan sepanjang kurva permintaan ABCDE (movement
along demand curve). Pergerakan kurva permintaan ke atas (kea arah titik A), menunjukkan
penurunan jumlah permintaan akibat kenaikan harga, sebaliknya pergerakan kearah bawah
(titik E), menunjukkan peningkatan jumlah permintaan akibat turunnya harga.
Pengaruh perubahan factor lain selain factor harga barang dan jasa itu sendiri akan
menyebabkan terjadinya pergeseran kurva permintaan ke atas atau ke bawah dari kurva
permintaan semula (shift in the demand curve) atau kurva permintaan bergeser dari kurva
semula (d0) ke atas (d2) dank e bawah (d1). Pergeseran kurva dari permintaan dari d0 ke d2
menunjukkan terjadi pengaruh yang positif dari perubahan factor-faktor selain harga barang
itu sendiri terhadap jumlah permintaan, danm sebaliknya pergeseran kurva permintaan dari
d0 ke d1 menunjukkan adanya pengaruh yang negative dari perubahan factor-faktor lain
selain harga barang itu sendiri terhadap jumlah permintaan barang dan jasa.
4. Supply
Supply atau penawaran barang dan jasa merupakan respon yang diberikan oleh
perusahaan atas permintaan masyarakat atau konsumen. Penawaran adalah sejumlah barang
dan jasa yang dijual atau ditawarkan oleh perusahaan atau produsen pada suatu tingkat harga
tertentu dan pada periode waktu tertentu pula. Semakin tinggi harga barang dan jasa, maka
jumlah penawarannya akan semakin banyak pula. Hal ini dapat dimaklumi karena setiap
perusahaan pasti akan selalu beroryentasi untuk mendapatkan keuntungan yang setinggi-
tingginya. Karena sifat hubungan yang lurus antara harga barang dan jasa dengan jumlah
penawarannya, maka kurva penawaran selalu berslope positif atau kurvanya berbentuk garis
yang naik dari kiri bawah ke kanan atas, sebagaimana ditunjukkan pada gambar 9.
Gambar 7. Kurva Penawaran

Gambar 9, menunjukkan kepada kita karakter dari kurva penawaran ABCDE, yakni
semakin tinggi harga barang maka jumlah penawarannya semakin banyak pula atau menanjak
dari titik A ke titik E, (ceteris paribus) dan sebaliknya semakin turun harga barang, maka
semakin sedikit pula jumlah permintaannya atau menurun dari titik E ke titik A, (ceteris
paribus).
5. Faktor Yang Mempengaruhi Supply
Jumlah penawaran barang dan jasa dipengaruhi oleh beberapa factor, antara lain:
1) Harga barang atau jasa itu semdiri, semakin tinggi harga barang dan jasa itu sendiri maka
semakin banyak pula jumlah penawarannya (ceteris paribus). Dengan demikian sifat
hubungannya adalah positif
2) Harga barang dan jasa lainnya, sangat tergantung pada sifat barang dan jasa tersebut
apakah merupakan barang substitusi ataukah barang komplemebter. Kenaikan harga suatu
barag dan jasa substitusi akan menurunkan jumlah penawaran barang dan jasa substitusi
lainnya (ceteris paribus). Sedangkan penurunan harga suatu barang substitusi, akan
meningkatkan jumlah penawaran terhadap barang dan jasa substitusi lainnya (ceteris
paribus).
3) Harga factor produksi atau factor input, kenaikan harga factor produksi akan
menyebabkan membengkaknya ongkos produksi, sehingga jumlah penawaran barang dan
jasa akan menurun (ceteris paribus) dan sebaliknya.
4) Tingkat penggunaan tekhmnologi yang ada, semakin baik penggunaan tekhnologi, maka
ongkos produksi akan semakin murah sehingga semakin banyak barang dan jasa yang
dihasilkan perusahaan. Oleh karena itu, tingkat penggunaan tekhnologi akan menyebankan
jumlah penawaran barang dan jasa akan semakin meningkat (ceteris paribus).
5) Banyaknya produsen, semakin banyak jumlah produsen akan semakin banyak pula barang
dan jasa yang diproduksi, sehingga jumlah penawaran barang dan jasa pun akan
meningkat (ceteris paribus).
6) Tujuan produsen. Jika tujuan produsen adalah untuk mendapatkan keuntungan sebanyak-
banyaknya, maka jumlah penawaran barang dan jasa akan semakin banyak (ceteris
paribus). Tetapi kalu tujuannya adalah untuk mempertahankan pasar dan untuk pelayanan
social, maka jumlah penawaran barang dan jasa tidak terpengaruh apa apa.
7) Harapan dimasa mendatang. Jika prediksi tentang kebutuhan masyarakat mengenai
penggunaan suatu barang dan jasa dimasa mendatang semakin meningkat, maka jumlah
produksi barang dan jasa tersebut akan semakin meningkat sehingga jumlah
penawarannyapun akan semakin banyak (ceteris paribus). Tetapi jika sebaliknya yang
terjadi atau prediksi kebutuhan masyarakat akan barang dan jasa tersebut dimasa datang
berkurang, maka jumlah penawarannya akan semakin berkurang pula.

6. Elastisitas

Dimana:
Ed = elasticity of demand = koefisien elastisitas permintaan
ΔQd = perubahan jumlah yang dibeli (Q1 – Q)
ΔP = perubahan harga (P1 – P)
Q1 = jumlah yang dibeli sesudah ada perubahan harga
Q = jumlah yang dibeli mula-mula
P1 = harga yang baru
P = harga mula-mula
Contoh: pada tingkat harga Rp. 50.000, jumlah pembelian terhadap sebuah produk
kesehatan, sebanyak 40 unit. Pada saat harga produk tersebut turun menjadi Rp. 30.000, maka
jumlah pembeliaannya naik menjadi 70 unit, maka koefisien elastisitas demandnya adalah:
Ed = 70 – 40 : 30.000 – 50.000
40 50.000
Ed = 0.75 : -0.4
Ed = -1.87
Karena hubungan antara jumlah pembelian dengan kenaikan harga berbanding
terbalik, maka koefisien Ed selalu bernilai negative. Namun dalam perhitungan elastisitas,
yang diambil adalah angka mutlaknya saja, sedangkan tanda negative atau tanda plus hanya
menunjukkan sifat hubungannya. Dengan demikian maka dari contoh di atas, dihasilkan
koefisien elastisitas permintaan sebesar 1.87. Angka tersebut adalah lebih besar dari satu
artinya hasil tersebut bersifat elastis, artinya jumlah penurunan jumlah permintaan jauh lebih
besar dari kenaikan tingkat harga.
Berikut ini adalah gambar dan besaran elastisitas menurut jenis-jenis elastisitas
permintaan sebagaimana ditunjukkan pada gambar 10.

Gambar 8. Jenis-jenis Elastisitas Penawaran

7. Keseimbangan atau Equilibrium


Keseimbangan Permintaan dan penawaran adalah terjadinya kesesuaian antara jumlah
yang diminta dengan jumlah yang ditawarkan pada tingkat harga tertentu. Pada tingkat harga
di atas harga keseimbangan akan terjadi kelebihan penawaran (excess supply) sehingga
mekanisme permintaan dan penawaran akan terjadi gejolak yang mendorong penurunan
harga menuju ke harga keseimbangan, dan sebaliknya pada saat harga berada di bawah harga
keseimbangan maka akan terjadi terjadi kelebihan permintaan sehingga diimbangi lagi
dengan berkurangnya barang dan jasa yang menyebabkan harga akan naik lagi menuju
keseimbangan. Wilayah dibawah harga keseimbangan adalah terjadi kelebihan permintaan
(excess demand). Penjelasan selanjutnya dapat dilihat pada gambar 11.
Gambar 9. Equilibrium, Excess Supply dan Excess Demand

8. Tugas Mandiri
Untuk memantapkan pemahaman anda tentang konsep dasar ilmu ekonomi dan
ekonomi kesehatan, coba anda kerjakan latihan berikut ini.
1. Jelaskan apa yang dimaksudkan dengan need (kebutuhan)!
2. Jelaskan bagaimana pendekatan untuk memahami need dengan menggunakan Kurva
Kemungkinan Produksi (KKP) dan Kurva Isowalfare !
3. Jelaskan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi permintaan !
4. Jelaskan apa perbedaan antara shift in the demand curva dan movement along the demand
curva !
5. Jelaskan apa yang dimaksudkan dengan elastisitas dan apa saja jenis-jenis elastisitas
tersebut !
6. Ketika tarif Bangsal VIP RS X sebesar 450.000 per hari, jumlah permintaan sebanyak
13.000, dan pada saat tarifnya meningkat menjadi 500.000 per hari maka jumlah
permintaannya turun menjadi 12.000. Hitung berapa besar koefisien elastisitasnya, dan
bagaimana jenis elastisitasnya !
7. Jelaskan dengan menggunakan bantuan kurva, bagaimanakah proses terciptanya titik
keseimbangan (equilibrium point) !
Untuk dapat menjawab dengan tepat pertanyaan-pertanyaan dalam latihan, pelajari
dengan cermat materi dalam modul 2. Diskusikan dengan teman untuk lebih memperteguh
pemahaman anda.

Anda mungkin juga menyukai