Anda di halaman 1dari 3

Etika Jawa

1. Ngluruk Tanpa Bala, Menang Tanpa Ngasorake, Sekti Tanpa Aji-Aji, Sugih
Tanpa Bandha (Berjuang tanpa perlu membawa massa; Menang tanpa merendahkan
atau mempermalukan; Berwibawa tanpa mengandalkan kekuasaan, kekuatan; kekayaan
atau keturunan; Kaya tanpa didasari kebendaan)

2. Sepi ing Pamrih Rame ing Gawe, Banter tan Mbancangi, Dhuwur tan
Ngungkuli (Bekerja keras dan bersemangat tanpa pamrih; Cepat tanpa harus mendahului;
Tinggi tanpa harus melebihi)

3. Ngunduh wohing pakarti. (Orang dapat menerima akibat dari ulahnya sendiri)

4. Ajining dhiri saka lathi lan budi. (Berharganya diri pribadi tergantung ucapan dan
akhlaknya)

5. Pangucap iku bisa dadi jalaran kebecikan. Pangucap uga dadi jalaraning pati,
kesangsaran, pamitran. Pangucap uga dadi jalaraning wirang. (Ucapan itu dapat menjadi
sarana kebaikan, sebaliknya ucapan bisa pula menyebabkan kematian, kesengsaraan.
Ucapan bisa menjadi penyebab menanggung malu)

6. Mulat salira, tansah eling kalawan waspada. (Jadi orang harus selalu mawas diri,
eling dan waspadha)

7. Andhap asor. (Bersikap sopan dan santun)

8. Sing sapa salah seleh. (Siapapun yang bersalah akan menanggung celaka)

9. Sugih ora nyimpen. (Orang kaya namun dermawan)

10. Sekti tanpa maguru. (Sakti tanpa berguru, alias dengan menjalani laku prihatin
yang panjang)

11. Mumpung anom ngudiya laku utama. (Selagi muda berusahalah selalu berbuat
baik)

12. Yen sira dibeciki ing liyan, tulisen ing watu, supaya ora ilang lan tansah kelingan.
Yen sira gawe kebecikan marang liyan tulisen ing lemah, supaya enggal ilang lan ora
kelingan. (Jika kamu menerima kebaikan orang lain, tulislah di atas batu supaya tidak
hilang dari ingatan. Namun bila kamu berbuat baik kepada orang lain hendaknya ditulis
di atas tanah, supaya segera hilang dari ingatan)

13. Sing sapa temen tinemu. (Siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil)
14. Melek nggendhong lali. (Pamrih menyebabkan lupa diri)

15. Sing sapa gelem gawe seneng marang liyan, iku bakal oleh wales kang luwih
gedhe katimbang apa kang wis ditindakake. (Barang siapa gemar membuat orang lain
bahagia, anda akan mendapatkankan balasan yang lebih besar dari apa yang telah anda
lakukan)

16. Narimo ing pandum :: Accept the challenges of life with enthusiasm | Menerima
segala rintangan dengan ikhlas

17. Asih, asah, asuh :: live life loving, educating and caring for one another | Hidup
penuh kasih, belajar dan peduli kepada sesama

18. Desa Mawa Cara, Negara Mawa Tata”: Artinya: Setiap kelompok punya budaya
adat istiadat

19. Angon mongso: melihat/mempertimbangkan keadaan

20. Ngono yo ngono ning ojo ngono; Maksudnya mengarahkan hidup ,agar bisa
menyesuaikan diri,dan bisa "angon mongso",hendaknya dalam pergaulan bisa menempatkan
ruang dan waktu.Jangan asal nyeplos (asbun) dan bertindak.Falsafah madya semacam ini akan
mengarahkan hidup orang Jawa agar bertindak anoraga (merendahkan diri), aja adigang-
adigung-adiguna, dan aja dumeh (mengunggulkan diri, merendahkan orang lain, menghina
orang yang tidak punya). Aja mung golek wah (jangan gila pujian), sing prasaja (hiduplah
sederhana), gong lumaku tinabuh (jika menjadi orang pandai, janganlah mengobral kepandaian).
Aja golek menange dhewe (jangan mencari kemenangan sendiri), sementara orang lain harus
dikalahkan dengan berbagai cara.

21. Bener ning durung mesthi pener (sesuatu yang di anggap benar belum tentu pas dan
cocok untuk kebanyakan orang) ;Maksudnya bahwa dalam tindakan senantiasa diarahkan pada
hal yang cocok, pas, cukup dan sesuai. Lebih ke arah pener / trep.

22. yen kroso enak uwiso yen kroso ora enak terusno;Maksudnya adalah mengandung
pelajaran agar dalam hidup bermasyarakat, orang senantiasa menahan diri, mengendalikan
hawa nafsu. Ambisi boleh, tetapi jangan ambisius. Jabatan adalah sebuah amanat, jangan
diminta. Kedudukan jangan disalahgunakan. Sebaliknya, jika tidak memiliki jabatan, tidak perlu
kecil hati. Falsafah ini mengarahkan orang Jawa agar tidak bertindak aji mumpung, jangan
memanfaatkan kesempatan. Seperti halnya orang yang sedang makan gula, lalu lupa
denganmanisnya.

23. yen kroso enak uwiso yen kroso ora enak terusno;Maksudnya adalah mengandung
pelajaran agar dalam hidup bermasyarakat, orang senantiasa menahan diri, mengendalikan
hawa nafsu. Ambisi boleh, tetapi jangan ambisius. Jabatan adalah sebuah amanat, jangan
diminta. Kedudukan jangan disalahgunakan. Sebaliknya, jika tidak memiliki jabatan, tidak perlu
kecil hati. Falsafah ini mengarahkan orang Jawa agar tidak bertindak aji mumpung, jangan
memanfaatkan kesempatan. Seperti halnya orang yang sedang makan gula, lalu lupa
denganmanisnya.

24. Empan papan (tahu/paham menempatkan) diri

Anda mungkin juga menyukai