Tidak ada seorangpun yang dilahirkan di dunia ini bercita-cita
menjadi orang gagal. Cobalah bertanya kepada orang di sekitar mengenai impian mereka dalam hidup ini. Banyak yang mengatakan bermimpi itu mudah; ironisnya begitu banyak orang justru takut bahkan menyerah untuk bermimpi. Akan tetapi, harus diingat ada pepatah mengatakan “Ada seribu jalan menuju ke Roma”. Pepatah tersebut senada dengan ada begitu banyak cara untuk mencapai mimpi. Pencapaian mimpi bagi satu orang dengan yang lain belum tentu sama. Seperti halnya mimpi, kisah dan perjalan hidup seseorang juga berbeda-beda. Perjalanan kehidupan tersebut tentu memberikan bekal- bekal yang menjadikan kita menjadi semakin dewasa dalam menyikapi kehidupan. Setiap orang juga mempunyai hari-hari terbaik atau bahkan hari terburuk di sepanjang perjalanan kehidupan. Hari-hari terbaik bisa berupa kemenangan, keberhasilan, sukacita atau mungkin sebuah keberuntungan. Sedangkan hari terburuk sering kali dikaitkan pada hal- hal yang kurang mujur, tersudut, atau termarjinalkan. Ada satu jeda yang memberikan perbedaan antara manusia sukses dan gagal. Jeda tersebut akan tampak sederhana, namun memberikan dampak besar bagi kehidupan seseorang. Suatu jeda yang memberikan warna berbeda. Kesuksesan adalah hasil proses tahap demi tahap, dari sekedar biji sampai masak pohon. Boleh saja kita berharap mendapatkan rejeki mendadak. Tapi awas, harapan-harapan seperti ini bisa menjadi bumerang karena menghalangi kita memajukan diri. Malah, kemalasan bisa timbul dan daya kreatif pun mati. Setiap kesuksesan membutuhkan biaya. Tengoklah pengorbanan para atlet olah raga kelas dunia yang bergemilang prestasi, harta dan ketenaran. Sebagai atlet kasta tertinggi, mereka mencapai itu semua setelah merelakan masa muda mereka sirna. Petenis Maria Sharapova (Rusia) dan pegolf Annika Sorenstam (Swedia) rela menghabiskan kesehariannya sewaktu remaja dahulu untuk berlatih, bersekolan, dan berlatih lagi. Mereka tahu, kesuksesan menuntut terciptanya kebiasaan terlebih dahulu. Kebiasaan sendiri adalah perwujudan dari kedisiplinan. Disiplin menjadi sebuah pola yang mendasari aktivitas untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Widarso (2002) memberikan dua definisi terhadap kata “sukses” yaitu: (1) the achievement of something desired, planned, or attempted (pencapaian sesuatu prestasi yang diinginkan, direncanakan, atau dicoba); the gaining of frame or prosperity (pencapaian kemasyuran atau kemakmuran). Banyak orang memberikan pemaknaan kata sukses dengan mengaitkan pencapaian dalam hal kekayaan materi atau jabatan yang tinggi. Sehingga ketika ada orang yang kaya raya atau jabatannya tinggi kemudian dikatakan “wah, orang itu sukses” tanpa kemudian mempertanyakan bagaimana kedudukan atau kekayaan tersebut dapat diraih seseorang. Kepemilikan kekayaan materi sesungguhnya tidak tepat untuk dijadikan tolak ukur terhadap kesuksesan karena untuk menjadi sukses diperlukan upaya yang ditempuh dengan cara berpikir dan bertindak secara positif. Sedangkan kekayaan materi dapat diperoleh dari banyak arah seperti warisan orang tua, usaha dalam koridor yang positif, dan atau koridor yang negatif seperti eksploitasi terhadap sesama, korupsi, kolusi, manipulasi, dan sebagainya. Pencapaian prestasi lebih sesuai untuk dijadikan indikator dalam mengukur kesuksesan seseorang, sehingga dapat dikatakan bahwa orang yang sukses adalah “high achiever” (orang yang sangat berprestasi) atau “peak performer” (orang yang berada di puncak kinerjanya). Dan sangatlah mungkin seorang high achiever atau peak performer ini memiliki kehidupan yang sederhana, dan tidak kaya. Sehingga tidaklah pantas orang yang kaya tanpa prestasi kemudian dikatakan sebagai orang yang sukses. Bill Gates misalnya, kesuksesan yang diperolehnya berasal dari pencapaian prestasi dalam hal penciptaan software komputer yang mengagumkan, dan kekayaan materi hanya berlaku sebagai reward yang menyertai prestasinya. Untuk mempersiapkan kesuksesan anda, Widarso (2002) memberikan beberapa kiat yang perlu dilakukan dalam upaya berpikir dan bertindak positif sebagai berikut : 1. Berpikir Positif Apapun atau bagamanapun diri kita, harus kita terima dengan bangga dan lapang dada : inilah aku! Aku adalah unik. Kebanggan ini bukanlah sesuatu yang mengada-ada, karena hal tersebut memanglah ada, hanya kita mau memilih melihat dan mengakuinya atau tidak. Ralph Waldo Emerson (1803-1882) penyair dan pemikir Amerika pernah membuat sebuah puisi yang menggambarkan optimisme dan cara berpikir yang positif yang direpresentasikannya dalam analogi perdebatan antara gunung dan tupai” sebagai berikut : “If’i’m not so large as you, you’re not so small as I, And not half so spry; I’ll not deny, you make A very pretty squirrel track, Talents differ; all is well and wisely put! If Icannot carry forests on my bag, Neither can you crack a nut.” Jikalau aku tidak sebesar kamu Kamupun tidak semungil aku Dan sedikitpun tidak selincah aku; Aku takkan mengingkari, engkau membuatlintasan tupai yang demikian indah, Bakat memang berbeda; semua baik adanya Dan secara bijaksama dikaruniakan! Jika aku tidak bisa menggendong hutan di punggungku, Engkaupun tidak bisa mengupas kacang.
2. Ikutilah Jalan Pikiran Anda Sendiri “Think for yourself” artinya lakukan apa yang menurut dirimu sendiri baik dilakukan demi kemajuan / perkembangan pribadi, tentu disertai dengan keputusan yang bukan impulsi (perbuatan tanpa landasan berpikir yang masak). Jangan biarkan pendapat umum mendikte dan membuatmu melakukan apa yang menurut orang lain baik untuk dilakukan karena keberhasilan sebagian besar terletak pada perjuangan diri sendiri, bukan pada pendapat / penilaian orang lain. Berpikirlah bahwa kita bisa melakukan / menjadi sesuatu karena kita punya potensi untuk itu dengan jalan/caramu sendiri untuk berhasil, sebagaimana lagu “My Way” ciptaan Paul Anka yang menggambarkan kesuksesan dengan “I did it my Way”. 3. Lakukan Apa yang Menjadi Kelebihan Anda Temukan kelebihan anda, apapun bentuknya, dan kemudian kembangkan semaksimal mungkin. Kenali potensi diri dengan sebaik mungkin sebagai titik awal dimana anda akan mulai berjalan. Tetap bertahan dari segala tantangan dan godaan untuk menyerah. 4. Milikilah Komitmen Komitmen dalam bahasa inggris “commitment” berarti keterlibattan secara terus menerus (pengabdian) pada suatu hal atau suatu bidang. Kemajuan atau kemunduran dalam hal atau bidang itu dengan sendirinya menjadi tanggung jawabnya. Contoh komitmen yang menngetarkan hati dapat ditemui dalam diri Mochtar Lubis, yang berprofesi sebagai wartawan, novelis dan cendekiawan yang kritikan- kritikannya terutama lewat harian Indonesia Raya yang dipimpinnya selalu pedas, lugas, dan pas. Baik selama orde lama maupun orde baru, ia pernah dijebloskan ke penjara karena tulisan- tulisannya.Namun berada di penjara tidak membuatnya merasa sedih yang berkepanjangan, patah semangat, dankemudian “mati”. Dalampenjara ia terus menulis dan tetap garang menyuarakan isi hati nuraninya. Buku “Catatan Subversif (Sinar Harapan,1980)” adalah tulisannya yang dibuat selama dalam penjara pada Orde Lama. Dan “Nirbaya-sebuah buku harian dalam tempat Tahanan” adalah tulisannya yang dibuat selama dalam penjara Nirbaya dekat Taman Mini Indonesia Indah. Orang kaya memiliki komitmen kuat seperti Mochtar Lubis mampu bekerja keras sendirian tanpa mengandalkan bantuan orang lain dan juga tidak mengandalkan “kehangatan kelompok”. Orang yang mempunyai komitmen juga mampu berkorban demi apa yang diyakininya, dengan demikian menunda kesenangannya. Sementara yang lain tifur nyenayk, ia terjaga untuk membaca dan mewujudkan gagasannya. Sementara yang lain berteduh karena hujan dan panas, ia pergi ke lapangan untuk mengumpulkan fakta. Komitmen merupakan pendorong bagi pencapaian prestasi, karena itu, milikilah komitmen. 5. Berbangga dengan Apa yang Anda Kerjakan Berbanggalah dengan apa yang anda kerjakan, betapapun tidak populernya bidang ilmu atau pekerjaan yang dilakukan dari waktu ke waktu. Jangan pernah berpikir bahwa “ilmu yang aku tekuni ini tidak berarti” atau “pekerjaanku ini adalahpekerjaan yang rendah dan tidak mempunyai nilai”. W.S. Rendra, seorang penyair terkenal pernah berujar bahwa dalam ilmu silat ada tidak ada juara dua, sedang dalam ilmu surat tidak ada juara satu. Dalam ilmu silat auatu dikenal dengan pertarungan antara dua jago silat akan terjadi duel dan salah satunya akan tewas sehingga berarti tidak akan ada juaran dua. Berbeda dengan ilmu surat (ilmu yang mengandalkan kemampuan intelek, otak dan bukan otot, yang biasanya diungkapkan dengan dan disimpan dalam bahasa tulis atau surat) tidak ada juara satu karena dalam kehidupan ini terdiri dari berbagai macam ilmu pengetahuan dalam semua aspek kehidupan sehingga terlampau besar untuk “dimuat” dalam satu diri manusia. Satu aspek harus didukung aspek yang lain dan akan saling membutuhkan sehingga tidak ada yang terbaik atau yang terhebat. Semuanya baik dan semuanya hebat. Semuanya penting dan berguna. Semuanya unggul dan saling membutuhkan serta saling melengkapi. Orang yang tidak bangga pada bidang ia geluti tidak akan berprestasi karena hidupnya disibukkan dengan perasaan rendah diri dan membandingkan popularitas bidangnya dengan bidang yang ditekuni orang lain. Energi yang dipergunakan untuk membandingkan itu semestinya dapat diarahkan untuk berprestasi. 6. Capailah Hasil, Jangan Kesempurnaan Tidak berarti bertindak ngawur tanpa berpikir. Tetapi dalam berkarya, janganlah terpaku untuk memikirkan kesempurnaan karena beban tersebut akan menjadikan kita takut untuk melangkah, kemudian menunggu dan menunggu hingga datang saat yang sempurna, menunggu fasilitas yang sempurna, menunggu konsentrasi yang sempurna, menunggu pemusatan tenaga yang sempurna, dan sekian “menunggu lagi”. Akhirnya tidak dihasilkan apapun sehingga penting untuk diingat mengenai pencapaian hasil, jangan kesempurnaan. Contohnya adalah Bunda Teresa yang memiliki tekad serta itikad baik untuk menyelamatkan anak-anak dan keluarga miskin dari kehancuran. Bunda Teresa tidak memikirkan apakah segala program pelayanan cinta kasihnya itu dirumuskan sempurna atau tidak menurut sebuah rumusan formal organisasi serta sudahkah sarana terpenuhi. Yang penting adalah bertindak dulu untuk meringankan beban penderitaan para kaum pinggiran, dan baginya penyempurnaan dapat dilakukan dalam perjalanan aktivitas tersebut. 7. Perluaslah Pergaulan dan Galanglah Persahabatan Pergaulan atau persahabatan penting bagi kehidupan pribadi karena menjadikan diri semakin manusiawi. Persahabatan juga menciptakan jaringan kerja informal yang efektif dan efisien. 8. Bersainglah dengan Diri Sendiri Yang terpenting adalah sudah dan selalu berusaha melakukan yang terbaik. Bagaimanapun juga, kesuksesan bukanlah tujuan, kesuksesan adalah sarana bagi kita untuk menjadi lebih manusiawi karena apalah arti kesuksesan ketika harus mengorbankan manusia lainnya. Perlu disadari bahwa kerja atau karya (termasuk di dalamnya gaji, jabatan, tingkat kesuksesan, dan lain-lain) haruslah diabdikan untuk kemajuan umat manusia. Kita tidak semestinya iri melihat orang lain sukses, tidak semestinya frustasi jika tidak bisa menjadi lebih sukses daripada sebelumnya. Tetapi sebaliknya, tidak perlu sombong jika kebetulan kita lebih sukses dari pada orang lain. Kerja atau karya hanyalah sebagai sarana untuk memanusiakan diri kita sendiri dan sesama. Apalah artinya kesuksesan yang dicapai dengan cara yang tidak menjunjung serta memuliakan manusia dan kemanusiaan, tetapi justru merendahkan dan menginjak injak martabat manusia dan kemanusiaan? 9. Hitunglah Berkah Anda “Apalah untungnya bagi seorang manusia jika seandainya ia mendapatkan seluruh dunia tetapi kehilangan jiwanya?” kata-kata bijak ini mengingatkan agar orang tidak mencari harta kekayaan atau mengejar prestasi sedemikian hebatnya sehingga melupakan kehidupan rohaninya : menjadijauh dari Tuhan dan sesamanya. Harta benda atau prestasinya melimpah ruah, tetapi kehidupan rohaninya kering kerontang. 10. Sisihkan Satu Jam Sehari “productive work, love and thought are possible only if a person can be, when necessary, quiet, and alone with himself” (kerja, cinta, dan pikiran yang produktif hanya mungkin kalau seseorang, manakala perlu, bisa berdiam diri, dengan tenag dan berada dalam kesendirian). Anda bisa menyisihkan waktu untuk menyendiri dan menikmati apapun yang menjadi hobi anda dengan rentang waktu yang bervariasi dalam setiap harinya. Sebaiknya jangan terlalu singkat karena akann berakhir ketika anda belum memperoleh kebahagiaan, dan sebaiknya jangan terlalu lama karena pekerjaan dapat terbengkalai. Satu ajam agaknya alokasi waktu yang ideal, entah pagi, siang, sore, atau malam hari. Mengapa tidak? Satu jam yang teduh tepat sekali digunakan untuk berefleksi. 11. Tanamkanlah Kehendak untuk Membuat Hidup Lebih Berarti Ironis memang, saat ini justru banyak dijumpai dalam kehidupan yang makmur justru orang tidak tahu mau berbuat apa dengan kehidupannya. Baik yang sukses maupun yang gagal sama-sama merasa frustasi dan merasa bosan dengan hidup. Alternatif tindakan yang tidak masuk akal kemudian dilakukan seperti menelan pil ekstasi, menyedot heroin atau kokain, menyuntikkan morfin, mengisap ganja dan sebagainya. Sungguh tindakan yang bodoh dan tidak masuk akal karena merupakan bentuk penyiksaan diri. Salah satu penyebab orang menyia-nyiakan hidupnya adalah karena tidak adanya tujuan hidup yang altruistik. Milikilah kehendak untuk berarti dalam hidup atau “will to meaning”, kehendak untuk hidup lebih berarti bagi diri pribadi dan sesama atau tujuan hiduo yang altruistik sebagai energi agar semangat hidup tetap menyala. Dalam pencapaian mimpi dan prestasi menjadi high achiever atau peak performance, karakter mempunyai peranan penting. Karakter merupakan potret diri seseorang yang sebenarnya. Setiap orang memiliki karakter dan karakter dapat menggambarkan diri seseorang apakah baik atau buruk. Karakter sebenarnya terjadi pada saat apa yang kita lakukan tidak ada yang memperhatikan tingkah kita. Perilaku berkaitan dengan karakter , dimana perilaku ialah apa yang dilakukan sedangkan karakter adalah kumpulan perilaku yang tampil didepan umum maupun saat sendiri dirangkai secara konsisten didalam kehidupan, pola perilaku yang berulang – ulang apakah itu baik, buruk atau membentuk dan memperkuat karakter seseorang. Ketiadaan karakter yang mendukung dalam pencapaian sukses mengakibatkan banyak hal buruk yang terjadi pada hidup, termasuk dalam mencapai kesuksesan. Fokus kekuatan karakter, akan memberikan umur panjang dalam pencapaian kesuksesan. Bertahannya pencapaian sukses harus dibangun diatas karakter yang baik karena karakter yang baik akan melindungi pencapaian (prestasi) dan mencegah terjadinya penyesalan. Menurut Haryanto Kandani (2010) ada tujuh karakter yang harus dibangun di dalam diri kita sebagai seorang achiever yaitu: 1. Keberanian (Courage) Suatu kualitas pikiran dan tindakan seseorang untuk menghadapi rasa takutnya. Berani melangkah untuk menggapai impian yang tinggi dan meninggalkan zona nyaman. Dalam mencapai hidup yang sukses membutuhkan keberanian yang disertai dengan keyakinan yang matang. Cara untuk menambah keberanian adalah melakukan apa yang kita takuti. 2. Kedisiplinan (Discipline) Kemampuan untuk mengarahkan diri sendiri untuk melakukan apa yang seharusnya dilakukan, bukan melakukan apa yang diinginkan saja. Sikap yang membawa pencapaian kesuksesan yaitu menanamkan kedisiplinan. Kebiasaan baik membutuhkan kedisiplinan. 3. Kejujuran (Honesty) Keselarasan antara pikiran, perkataan, dan tindakan yang menuju kebenaran. Menggapai sukses dengan mempertahankan kualitas karakter. Kualitas kejujuran menunjukan integritas seseorang. Dengan memiliki integritas maka akan membawa kehidupan seseorang lebih baik dan terhormat. Seseorang yang mempunyai integritas tinggi, akan selalu konsisten dengan nilai-nilai hidupnya, sehingga akan menarik peluang yang datang. “ Kejujuran menunjukkan siapa diri kita sebenarnya “ 4. Kebaikan (Kindness) Kualitas sikap dan tindakan menunjukkan kepedulian besar terhadap orang lain dengan mengorbankan kepentingan diri sendiri. Seperti halnya bersikap baik kepada orang lain maka kebaikan tersebut akan berbalik pada diri sendiri. Hidup seperti bumerang, apa yang kita miliki akan bisa lepas dan akan kembali lagi pada diri kita. 5. Kerendahan Hati (Humility) Sikap hati yang tidak membanggakan diri sendiri. Rendah hati tidak sama dengan rendah diri atau yang mengarah pada rasa minder. Rendah hati merupakan suatu tanda kebesaran seseorang yang dimiliki oleh high achiever, agar tidak menjadinya sombong ketika mencapai suatu kesuksesan yang dia gapai. Kesuksesan dan kerendahan hati harus berjalan seiring. Jangan sampai pencapaian kesuksesan akan kandas. Rendah hati akan membuat seseorang yang diatasnya merasa lebih nyaman dan membuat seseorang yang dibawahnya tidak merasa minder. Seseorang yang memiliki sikap rendah hati selalu mengakui jika kemampuannya berasal dari Tuhan, dan tanpa Tuhan tidak dapat berbuat apa-apa. Kerendahan hati yang sebenarnya, tidak memandang rendah orang lain. 6. Ketekunan (Persistent) Upaya yang terus menerus dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu tanpa menyerah, hingga meraih keberhasilan. Tidak ada sesuatu yang bernilai dapat diraih tanpa adanya ketekunan. Seseorang harus menghadapi berbagai tantangan dan yakin bahwa yang dilakukannya adalah benar. Orang biasa dengan ketekunan yang luar biasa, mereka memiliki keinginan yang kuat untuk mengerjakan apapun, asalkan mampu mencapai tujuan. 7. Kegigihan (Perseverance) Kekuatan jiwa seseorang untuk bertahan menghadapi berbagai tekanan dan tantangan hidup. Karakter kegigihan tidak akan mudah menyerah dan tahan banting dengan adanya suatu cobaan yang dihadapi. Dengan kegigihan, maka seseorang akan menemukan berbagai cara untuk mencapai sesuatu.
Setiawan (2013) dalam bukunya Life Will Never be the Same
menuliskan kisah tentang pemuda dengan perjuangan habis-habisan yang senada dengan 5 kunci produktivitas dari Brian Tracy, yaitu : 1. Kerja keras Penjual kerupuk dan kacang goreng telah melakukan sebuah kebiasaan brilian yang tidak semua orang lakukan, yakni kerja keras. Percayakah jika mereka pun membutuhkan waktu untuk membangun kebiasaan mereka untuk bekerja keras? Kita harus percaya karena tidak ada sesuatu yang sifatnya kebetulan. Air hjan pun tidak pernah turun secara kebetulan bukan? 2. Bekerja dengan cepat Banyak dari kita bereaksi sangat lambat atau bahkan tidak bereaksi sama sekali terhadap peluang besar yang berada di hadapan kita. 3. Bekerja dengan cerdas Orang rata-rata menyibukkan diri mereka agar tampak seolah mereka benar- benar sibuk. Sadarkah, bahwa tindakan yang dilakukan adalah membunuh diri sendiri secara perlahan tanpa disadari. Benjamin Tregoe menuliskan bahwa “penggunaan waktu yang sangat buruk adalah melakukan dengan baik sesuatu yang seharusnya tidak dilakukan”. Penggunaan waktu untuk bekerja dengan cerdas adalah kunci mendapatkan uang. 4. Bekerja dengan kekuatan Kekuatan sejati seseorang yang sebenarnya terlihat justru dalam keadaan kritis. Semakin banyak waktu yang digunakan unutk melakukan sesuatu, seseorang akan semakin baik dalam melakukan aktivitas tersebut. 5. Bekerja dengan lebih efisien Bekerja di saat yang tepat untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Dalam suatu cerita, ada penjual asongan yang berjualan di jalan pada saat jam biasa. Kebanyakan para pedagang berjualan pada jam-jam sibuk atau saat istirahat kantor. Namun, penjual ini justru berjualan saat yang sebaliknya, karena pada jam sibuk para pengguna jalan berfokus pada tujuannya agar mereka dapat segera sampai, sedangkan pada situasi biasa sangat mungkin pengguna jalan untuk lebih memperhatikan keadaan di sekitarnya sehingga memungkinkan produk mereka dibeli. Di sini penjual jalanan itu telah membuktikan bahwa kerja cerdas dan efisien jauh lebih mendatangkan keuntungan. 6. Bekerja lebih baik “If better is possible, Good is not enough”, tentu pepatah ini tidak asing lagi. Pepatah tersebut menekankan dengan jelas, jika melakukan sesuatu dengan baik saja tidak cukup karena kompetitor melakukan sesuatu yang jauh lebih dahsyat dari apa yang kita lakukan.
Sehingga, kehidupan seperti apayang kita inginkan dalam hidup ini?
Mimpi mana yang ingin diwujudkan? Jika menginginkan hidup yang biasa saja, kita cukup mengambil tindakan yang biasa orang lain lakukan. Tetapi jika menginginkan kehidupan yng berbeda, mulailah tindakan dengan tindakan yang berbeda saat ini juga. Orang sukses dan gagal sama-sama seorang pemimpi. Perbedaannya, orang gagal adalah mereka yang terlelap dalam mimpi yang seakan-akan keadaan itu akan membawa impian menjadi kenyataan, sedangkan orang sukses adalah mereka yang terus bermimpi dan mewujudkan impian itu menjadi kenyataan dengan action. If we can DREAM it, we can ACHIEVE it! Just do your best! DAFTAR PUSTAKA
Kandani, Haryanto. 2010. The Achiever. Jakarta : PT Elex Media Komputindo
Kelompok Gramedia Anggota IKAPI
Setiawan, Davit. 2013. Life Will Never be the Same. Jakarta : PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia Anggota IKAPI
Widarso, Wishnusubroto. 2002. Berpikir dan Bertindak Positif : 11 Kiat untuk