Pedoman Praktikum Mekanika Fluida PDF
Pedoman Praktikum Mekanika Fluida PDF
M e k a n i k a F l u i d a
d a n
H I d r o l I k a
Buku pedoman praktikum Mekanika Fluida & Hidrolika ini disusun untuk digunakan
dalam praktikum Mekanika Fluida & Hidrolika, di Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas
Indonesia.
Buku ini terdiri atas 6 (enam) modul praktikum yang masing-masing modul
menggunakan alat yang berbeda, akan tetapi dengan satu alat pendukung yang sama yaitu
Meja Hidrolika (Hydraulic Bench).
Selanjutnya pada pedoman ini dijelaskan pula tujuan, kegunaan dan cara
pengoperasian setiap alat agar mahasiswa dapat mengatahui fungsi dari masing-masing alat
tersebut serta hubungannya dengan teori yang diperoleh dari materi perkuliahan.
Kata Pengantar
Daftar Isi
Pelaksanaan
PEDOMAN PRAKTIKUM
I. PENDAHULUAN
H. 02 Tekanan Hidrostatis
H. 04 Teori Bernoully
H. 05 Pengukur Aliran
Daftar Pustaka.
( y .x )
i i
b i 1
n
(x
i 1
i
2
)
n n n
n
xi n. xi
2
x i n. x i 2
i 1 i 1
i1 i1
dimana :
n = jumlah data
i = menunjukkan data ke-dari suatu seri data
c. Koefisien Korelasi (r)
f ( xi ) y
n
2
i1
r2 (sama untuk semua kondisi)
yi y
n
2
i 1
Depok, 2013
Mekanika fluida telah berkembang sebagai suatu disiplin analitik dari aplikasi hukum-
hukum klasik dari statika, dinamika dan termodinamika untuk situasi dimana cairan dapat
dianggap sebagai suatu media yang berkesinambungan.
Hukum yang digunakan adalah konservasi massa, energi dan momentum dan dalam
penggunaannya hukum-hukum tersebut disederhanakan untuk dapat menggambarkan sifat-
sifat cairan secara kuantitatif
Untuk itu rak modul yang disebut “Meja Hidrolika” (Hydraulic Bench).dirancang
untuk kegunaan berbagai macam praktikum model hidrolika agar dapat mendemonstrasikan
aspek-aspek khusus dari teori hidrolika.
2.1. DESKRIPSI
Pompa sentrifugal (9) otomatik mengambil air dari tangki air (6), dan mengalirkannya
kesuatu pipa vertikal yang transparan (8). Suatu katup pengatur (2) yang dilengkapi dengan
papan panel untuk mengatur aliran dalam pipa yang berakhir di suatu penghubung yang
dapat mengalirkan air dengan cepat, ditempatkan pada dasar dari saluran (13).
Penghubung laki-laki (11) memungkinkan untuk memudahkan pergantian peralatan
pelengkap yang menerima suplai melalui pipa yang lentur yang berakhir penghubung
perempuan. Pada keperluan khusus penghubung aliran dapat disambungkan dengan
memutar lepas penghubung laki-laki (11) tadi. Dalam operasi ini tidak memerlukan bantuan
alat-alat.
Sebuah katup pembuang (5), terpasang pada dinding tangki air untuk keperluan
pembuangan air / pengosongan tangki.
Dibagian atas meja Hidrolika terdapat catatan saluran terbuka (13), berikut saluran-saluran
samping (10) untuk menyangga peralatan pada waktu percobaan. Disamping pada saluran
terbuka sehubungan adanya penghubung laki-laki (11) yang berfungsi sebagai pipa masuk,
terdapat juga sepasang celah dinding (12) dan pemegang bendung (14), untuk dipakai pada
percobaan dengan peralatan pelengkap Bendung Dasar F1 - 13.
Air yang mengalir keluar dari alat yang sedang melakukan percobaan dikumpulkan
dalam tangki pengukur volume (16). Tangki tersebut bertangga untuk mengukur
memungkinkan mengukur debit rendah maupun debit tinggi serta dilengkapi pula dengan
tangki peredam (15) untuk mengurangi turbulensi. Suatu pipa tembus pandang berskala
yang dihubungkan dengan suatu keran (17) pada dasar tangki pengukur volume tadi
berfungsi untuk mengetahui keadaan paras air dari waktu ke waktu.
Katup pembuang (18), yang terletak pada dasar tangki pengukur volume bekerja
dengan suatu penggerak jarak jauh (4). Dengan mengangkat penggerak tersebut, maka
katup pembuang terbuka sehingga memungkinkan air keluar dan ditampung kembali dalam
tangki penyimpan air (6) untuk daur selanjutnya. Bila katup pembuang dalam posisi terbuka,
maka suatu penahan bersudut 90 derajat akan menahan katup supaya tetap terbuka.
Disamping itu ada suatu pelimpah (19) disamping tangki air (6), mengalirkan kelebihan
air kembali kedalam tangki.
Listrik untuk motor pompa (9) disuplai melalui suatu stater (3).
Gambar Meja Hidrolika (Hydraulic Bench)
Keterangan Gambar Meja Hidrolika :
Dengan mengacu kepada gambar yang seperti disajikan dalam halaman sebelumnya,
maka panduan pengoperasiannya adalah sebagai berikut:
Untuk memudahkan mobilitas, meja hidrolika di dukung oleh empat buah roda yang
dua buah diantaranya dilengkapi dengan rem. Lepaskan rem dan tempatkan meja hidrolika
ke tempat yang dekat dengan keran suplai air.
Sebelum di isi dengan air, maka periksa dulu apakah semua pembungkus sudah
disingkirkan dari meja hidrolika dan katup penguras (5) sudah dalam posisi tertutup,
pasangkan kembali rem pada roda.
Buka katup pengatur aliran (2), dan alirkan air dengan slang pengisi kedalam lubang
pelimpah (19) yang akan menghubungkannya dengan tangki air (6) sehingga akan terisi
dengan air yang bersih dan segar. Dengan katup pengatur aliran dalam keadaan terbuka
pengisian air dalam tangki dapat dipantau melalui pipa vertikal tembus pandang (b). Setelah
tangki berisi air, matikan keran pengisian air kemudian lepaskan kembal rem roda dan
pindahkan meja hidrolika ketempat yang cocok untuk melakukan percobaan yang tentunya
juga di daerah yang terjangkau dari tempat suplai listrik.
Pasang penyekat tangki peredam (15), sehingga sekarang terdapat/terbentuk kolam
pengumpul. Pemasangan dilakukan pada tangki pengukur sedemikian rupa sehingga ujung
bagian atasnya tepat berada dibagian keluarnya aliran pada saluran terbuka (13). Pasang
penghubung pembuang cepat (11) pada pipa aliran keluar yang terdapat didasar saluran
terbuka dan hubungkan pipa lentur dan tempatkan ujung yang terbuka dalam kolam/tangki
peredam yang terdapat di tangki pengukur volume.
Tutup katup pengukur aliran (2) sebelim menghubungkannya dengan suplai listrik.
Hidupkan motor pompa dengan stater (3) dan pastikan bahwa pompa sudah berfungsi. Buka
katup pengukur aliran perlahan-lahan dan periksa apakah air telah mengalir kedalam tangki
pengukur.
Sedikit air pada pipa tembus pandang (1) dapat diberikan melalui pipa pelimpah pada
bagian atas. Hal ini akan menghilangkan kabut yang terdapat pada pipa, sehingga
memudahkan pembacaan.
Angkat penggerak katup pembuang (4) dan katup keran dibagian bawah/dasar tangki
pengukur. Pastikan bahwa ujung pipa suplai air yang terbuka berada didalam tangki
pengukur, kemudian buka katup pengukur aliran.
Isi tangki pengukur volume sampai air mengalir kedalam tangki air melalui lubang
pelimpah (19). Kemudia periksa pipa tembus pandang (1) apakah sudah penuh dan tidak
terdapat lagi gelembung udara didalamnya. Ulangi prosedur tersebut sehingga di dalam pipa
tembus pandang benar-benar bebas dari gelembung udara.
Atur permukaan air didalam tangki air (6) sampai permukaannya rata dengan tangga
yang ada. Longgarkan sekrup bagian atas dan bawah dari pemegang pipa tembus pandang
untuk mengatur posisi skala agar permukaan air dalam pipa tembus pandang berada pada
garis datum hitam antara skala besar dan skala kecil. Hal ini akan menjamin bacaan skala
yang teliti dan sesuai dengan keadaan didalam tangki pengukur baik untuk pengukur kecil
maupun besar.
Meja hidrolika sekarang siap dipakai.
Uraian detail mengenai cara pengukuran volume aliran diberikan pada Bagian III
berikut ini.
Catatan : Semua pembacaan pengukuran volume harus dilakukan dalam keadaan tangki
peredam terpasang, sebab kalibrasi telah dilakukan pada kondisi tersebut.
III. PENGUKURAN VOLUME ALIRAN.
Keterangan yang diberikan disini berkaitan dengan gambar meja hidrolika seperti yang
disajikan pada halaman 3.
Pengukur aliran
Bagian atas meja hidrolika mempunyai tangki pengukur volume (16) yang bertangga
sehingga dapat mengukur baik untuk keperluan aliran dengan debit kecil maupun besar.
Suatu tangki peredam (15) ditempatkan setelah saluran terbuka (13) untuk mengurangi
turbulensi.
Pipa tembus pandang dengan skala (1) yang dihubungkan dengan suatu keran (17) pada
dasar tangki menunjukkan paras air dari waktu ke waktu. Skala pembacaan terpisah dalam
dua bagian masing-masing untuk pembacaan volume air dalam tangki pengukur bagian atas
dan /atau bawah tangga.
Katup pembuang (18) pada dasar tangki pengukur volume (16) yang bekerja melalui
penggerak katup jarak jauh (4) berfungsi mengalirkan kembali air dari dalam tangki pengukur
volume ke tangki air (6). Bila model tes sudah dalam keadaan stabil, maka katup pembuang
diturunkan sehingga air tertahan didalam tangki pengukur.
Pencatatan waktu aliran dilakukan pada selang waktu kenaikan paras air didalam
tangki pengukur volume. Aliran dengan debit kecil dipantau pada skala bagian bawah
sehubungan dengan bagian volume kecil dibagian bawah tangga tangki pengukur. Untuk
volume dengan debit aliran yang lebih besar dipantau pada bagian atas pada skala
sehubungan dengan volume air yang lebih besar dalam tangki pengukur.
Pencatatan waktu dengan menggunakan stop watch dimulai saat air melalui paras nol
dan berhenti pada paras yang diinginkan. Lebih lama selang waktu pemantauan lebih baik
dan tepat hasil pengukurannya.
Sebelum mulai, terlebih dahulu posisi skala disesuaikan dengan keadaan ditangki pengukur
sebagaimana dijelaskan pada panduan pengoperasian meja hidrolika pada halaman-
halaman sebelumnya.
Apabila aliran yang harus diukur sangat kecil maka yang harus dipakai adalah silinder
pengukur (7) karena hasilnya akan lebih teliti dari pada menggunakan tangki pengukur.
Pada pemakaian silinder pengukur maka pengalihan aliran ke dan dari silinder
pengukur dilakukan dengan seteliti dan setepat mungkin dengan waktu mulai dan waktu
akhir dari penekanan tombol stop watch.
Hindari cara menentukan terlebih dahulu waktu tertentu atau volume tertentu
H. 02 TEKANAN HIDROSTATIS
2.1. Tujuan :
1. Mencari besarnya gaya hidrostatis pada bidang vertikal
2. Mencari hubungan antara tinggi muka air dan massa beban pada alat peraga
2.2. Teori :
Setiap benda yang berada di dalam air akan mendapat tekanan tegak lurus permukaannya
sebesar .g.h ( adalah massa jenis air)
Gambar H. 02.1
y
m.L = 0,5. .b.y2 (a + d - ) ...
3
b ba d
(3)
m
2
…(4)
y 6L 2L
Gambar H.02.2
d
ycg = y -
2
…(6)
2.3. Alat-alat :
1. Meja hidrolika 4. Mistar
2. Alat peraga Tekanan Hidrostatis 5. Jangka sorong
3. Beban
Gambar H. 02.4
Keterangan Gambar :
1. Bejana / Tangki
2. Penyipat datar (nivo)
3. Lengan piringan beban
4. Lengan timbangan
5. Benda kuadran
6. Sekrup pemegang lengan timbangan
7. Lengan timbangan
8. Poros tajam
9. Beban pengatur keseimbangan
10. Skala muka air
11. Bidang permukaan segi empat
12. Katup penguras
13. Kaki penyangga berulir.
2.4. Cara kerja :
1. Ukur panjang a, L, d dan b pada alat peraga
2. Atur kaki penyangga agar bejana benar-benar datar
3. Letakkan piringan beban pada ujung lengan timbangan
4. Atur beban pengatur keseimbangan sampai lengan timbangan kembali datar (seimbang)
5. Letakkan beban pada piringan beban
6. Tutup katup penguras dan isi bejana dengan air sedikit demi sedikit sampai lengan
timbangan kembali mendatar
7. Catat ketinggian muka air (y) pada kolom data yang sesuai
8. Lakukan langkah 5 s/d 7 sampai ketinggian muka air maksimum
9. Kurangi beban, sesuai dengan penambahannya
10. Turunkan muka air dengan membuka katup penguras sampai lengan timbangan kembali
mendatar
11. Catat ketinggian muka air (y) pada kolom data yang sesuai
12. Lakukan langkah 9 s/d 11 sampai ketinggian minimum.
2.5. Tugas :
1. Buktikan rumus (3) dan (5) dengan menggunakan rumus (1) dan (2)
m
2. Buat grafik hubungan y (X) terhadap (Y) dari data percobaan “tenggelam sebagian”
y2
3. Hitung kemiringan grafik dan perpotongan dengan ordinat. Bandingkan kemiringan dan
.b .b.(a d)
perpotongan tersebut berturut-turut dengan - dan
6.L 2.L
4. Buat grafik y (X) terhadap m (Y) dari data percobaan “tenggelam seluruhnya”
5. Hitung kemiringan grafik dan perpotongan dengan axis, bandingkan kemiringan dan
d
.b.d a
2 .b.d2 d 3a
perpotongan tersebut berturut-turut dengan dan -
L 6.L
H. 03 STABILITAS BENDA TERAPUNG
3.1. Tujuan :
Menentukan tinggi titik Metacentrum
3.2. Teori :
M
M
G
G
B B B’
a.) b.)
x
Gambar H. 03.1
Titik Metacentrum adalah titik perpotongan antara garis vertikal yang melalui titik
berat benda dalam keadaan stabil (G) dengan garis vertikal yang melalui pusat
apung setelah benda digoyangkan (B’)
Tinggi Metacentrum adalah jarak antara titik G dan titik M
Titik apung B adalah titik tangkap dari gaya apung atau titik tangkap dari resultan
tekanan apung
Jarak bagian dasar ponton ke titik apung B adalah setengah jarak bagian dasar
ponton ke permukaan air (setengah jarak bagian ponton yang terendam atau
tenggelam)
Biasanya penyebab posisi (B) pada gambar di atas adalah bergeraknya suatu
benda tertentu (w) sejauh x dari titik G, sehingga untuk mengembalikan ke posisi
semula harus memenuhi persamaan berikut:
w.x w.x
GM = = , <<<
W.Sin W. tan
GM = BM - BG
dengan,
Imin d
BM = dan BG = (y - )
V 2
dimana :
W = berat ponton
w = berat pengatur beban tranversal
= sudut putar ponton
GM = tinggi titik metacentrum
BM = jarak antara titik apung dan titik metacentrum
BG = jarak antara titik apung dan titik berat ponton
Ix = momen inersia arah c dari luasan dasar ponton
V = volume zat cair yang dipindahkan
y = jarak antara titik berat ponton dan dasar ponton
d = kedalaman bagian ponton yang terbenam air
3.3. Alat-alat :
1. Meja Hidrolika
2. Perangkat alat Percobaan Stabilitas Benda Apung
d
400 mm
ff
c e
350 mm 200 mm
Gambar H 03.2
Keterangan Gambar :
a. Kotak Ponton
b. Tiang vertical
c. Skala derajat
d. Pengatur beban geser
e. Skala jarak
f. Pengatur beban transversal
g. Unting – unting
Spesifikasi :
- Dimensi ponton : Panjang : 350 mm
Lebar : 200 mm
Tinggi : 75 mm
5. Isi tangki pengatur volume pada meja Hidrolika dan apungkan ponton di atasnya
6. Terlebih dahulu set unting-untingnya, dimana dalam keadaan stabil sudut bacaannya nol
derajat.
7. Hitung kedalaman bagian ponton yang terbenam (d), untuk kemudian tentukan titik pusat
gaya apung dari dasar ponton dalam keadaan stabil (B).
8. Gerakkan beban tranversal ke sebelah kanan tiap 15 mm, catat perubahan sudutnya
pada tiap penggeseran yang dilakukan.
9. Gerakkan kembali beban tranversal ke arah semula tiap 15 mm, sampai kembali ke titik
awal (0).
10. Ulangi langkah ke 8 dan 9, untuk penggeseran beban tranversal ke sebelah kiri.
11. Ulangi kembali langkah ke 4, dimulai dari poin b, sampai dengan langkah 10 dengan
menaikkan beban geser tiap 50 mm sampai posisi massa geser di puncak tiang vertikal.
3.5. Tugas :
1. Untuk tiap titik berat plot hubungan x dengan sin , lalu lakukan analisis regresi untuk
mendapatkan nilai GM.
2. Untuk setiap titik berat, hitunglah GM menggunakan persamaan yang diturunkan secara
teoritis.
3. Bandingkanlah hasil tugas ke 1 dan ke 2 dengan menyajikan nilai persentase perbedaan
antara keduanya.
4. Buat analisa tentang nilai GM, untuk setiap perubahan letak titik G.
5. Jelaskan apa yang akan terjadi jika letak titik G berada diatas titik M. (nilai GM negatif)
6. Buat Kesimpulan berdasarkan analisa diatas.
H.04-B TEORI BERNOULLY
4.1. Tujuan :
Menyelidiki keabsahan teori Bernoully pada aliran dalam pipa bundar dengan perubahan
diameter.
4.2. Teori :
Hukum Bernoully :
“Jumlah tinggi tempat, tinggi tekanan dan tinggi kecepatan pada setiap titik dari suatu aliran
zat cair ideal selalu mempunyai harga yang konstan.”
Sehubungan dengan aliran dalam pipa pada dua penampang, persamaan Bernoully tersebut
dapat ditulis sebagai berikut :
2 2
v1 P v P
+ 1 + z1 = 2 + 2 + z2
2.g .g 2.g .g
dimana :
v2
= tinggi kecepatan
2. g
P
= tinggi tekanan
.g
z = tinggi tempat
indeks 1, 2 = menunjukkan titik tinjauan
v = kecepatan aliran
g = percepatan gravitasi
4.3. Alat-alat :
1. Stop Watch
2. Meja Hidrolika
3. Alat Peraga Teori Bernoully
4. Tabung Pengukur Volume
3
2 Keterangan Gambar :
Gambar H. 04
1. Pipa aliran masuk
4.4. Cara Kerja :
2. Tabung Manometer
3. Katup masuk untuk pemompaan
4. Bagian benda uji
1 5. Sumbat
10 6. Hipodermis untuk mengetahui total
head
5 7. Kaki penyangga
8
8. Penyangga
9. Pompa tangan
10. Outlet dari benda uji
9 4 6 7
Gambar H.04
4.5. Tugas-tugas:
1. Turunkan persamaan Bernoully di atas dan sebutkan asumsi-asumsi yang digunakan
2. Buat perhitungan dan nyatakan dalam suatu tabulasi, data untuk masing-masing debit
3. Plot Total Head Teoritis terhadap Total Head Percobaan, buat persamaan regresinya
(nilai kelengkungan grafik tersebut merepresentasikan besar penyimpangan dari nilai
teoritis dengan nilai dari percobaan)
4. Apa komentar anda mengenai keabsahan teori bernoully pada sistem benda uji untuk
aliran konvergen dan divergen?
4.6. Analisa
Buat analisa secara detail mengenai keabsahan teori Bernoully pada sistem benda uji
ini serta analisa kelengkungan grafik dan persamaan regresi.
H.05 PENGUKURAN DEBIT ALIRAN
10
4
5
7
8
3
6
Gambar H.05
Keterangan Gambar :
Venturi meter, lempengan lubang aliran (orifice) dan pipa pitot adalah alat-alat yang sesuai
untuk mengukur debit dalam pipa.
Dimana :
Q = debit yang mengalir melalui pipa
Cd = koefisien debit empiris yang didapat dari hasil percobaan
h1 = total head
h2 = tinggi tekanan
5.5. Tugas :
1. Buat tabulasi data pembacaan manometer, dan hitung selisih pembacaan manometer
pada bagian hulu dan hilir, untuk masing-masing alat ukur.
2. Hitung debit aliran dengan data tersebut, tanpa memasukkan nilai Cd .
3. Plot nilai debit hasil perhitungan vs debit dari pengukuran menggunakan gelas ukur dan
stopwatch. Hitung persamaan garis yang mewakili sebaran data tersebut, dengan
melakukan analisa regresi.
4. Nilai kelengkungan grafik yang didapat, adalah nilai Cd untuk masing-masing alat ukur,
dan untuk penampang berubah, merupakan nilai kalibrasi alat
5. Bandingkan kehilangan tinggi tekanan untuk masing-masing alat ukur, dimana
kehilangan tersebut adalah selisih h pada bagian hulu dan hilir. Kehilangan tersebut,
tergantung dari tinggi kecepatan, dan hubungannya dinyatakan dalam persamaan :
v2
hhulu hhilir k.
2g
dimana :
k = koefisien kehilangan empiris
v = kecepatan aliran
g = gravitasi
6. Cari nilai k untuk masing-masing alat ukur, dengan melakukan analisa regresi, sesuaii
petunjuk asisten.
7. Jelaskan hal-hal apa saja yang mempengaruhi besarnya koefisien pengaliran /debit (Cd),
dan koefisien kehilangan (k).
8. Buat analisa dengan melakukan perbandingan antara satu alat ukur dengan alat ukur
yang lain, kemudian buat kesimpulan.
H 06 ALIRAN MELALUI LUBANG
6A.1. Tujuan :
Mendapatkan besaran koefisien kecepatan aliran melalui lubang kecil.
6A.2. Teori :
Kecepatan aliran melalui lubang (orifice) dapat dinyatakan sebagai berikut :
V Cv. 2.g.h
Sedangkan dari percobaan ini harga Cv diperoleh dari hubungan :
X
Cv
2 h.Y
dimana :
V = kecepatan aliran yang melewati lubang.
Cv = koefisien kecepatan.
g = Gravitasi
h = tinggi air terhadap lubang
X = jarak horizontal pancaran air dari bidang vena contracta.
Y = jarak vertikal pancaran air.
Titik nol ( 0 ) untuk pengukuran sumbu X, diambil dari bidang vena contracta, demikian juga
dengan luas penampang yang dipakai adalah luas penampang pada bidang vena contracta,
dimana hubungan antara luas penampang lubang (AP) dengan luas bidang vena contacta
(AV) dinyatakan sebagai berikut :
A v Cc.Ap
dimana Cc adalah nilai koefisien kontraksi
6.A.3. Alat-alat :
1. Meja Hidrolika
2. Kertas grafik
3. Perangkat alat percobaan aliran melalui lubang
Gambar H 06.1
Keterangan gambar :
6A.5. Tugas-tugas :
X2
1. Hitung dan buat tabulasi
h
X2
2. Plot hubungan antara terhadap Y.
h
3. Dapatkan nilai Cv dari kemiringan grafik tersebut di atas.
4. Turunkan rumus diatas dan tunjukkan bahwa dari kemiringan tersebut didapat harga Cv.
5. Hitung seberapa jauh tingkat pengaruh kesalahan pengukuran X dan Y terhadap hasil
percobaan.
6. Buat analisa dan kesimpulan.
6B.1. Tujuan :
Mendapatkan besaran koefisien debit aliran melalui lubang kecil dalam keadaan :
1. Aliran dengan tekanan tetap
2. Aliran dengan tekanan berubah
6B.2. Teori :
Selain koefisien kecepatan (Cv) pada aliran melalui lubang dikenal juga dengan istilah
koefisien Cd, yaitu perbandingan antara debit yang sebenarnya dengan debit teoritis.
T
2.A T
. h1 h 2 (aliran dengan tekanan berubah)
Cd.A. 2.g
dimana :
Q = besarnya debit aliran yang melalui lubang.
Cd = koefisien debit
A = luas penampang lubang
g = percepatan gravitasi
h = tinggi air terhadap lubang
T = waktu pengosongan tabung / tangki ( t2 - t1 )
AT = luas tangki utama
h1 = tinggi air pada waktu t1
h2 = tinggi air pada waktu t2
6B.3. Alat-alat :
1. Meja Hidrolika
2. Stop Watch
3. Gelas ukur
4. Perangkat Alat Percobaan / Peraga Aliran Melalui Lubang
5. Jangka Sorong.
7.1 Tujuan :
Menentukan Koefisien Kehilangan Energi dari lengkungan, perubahan penampang dan
katup pada pipa.
7.2 Teori :
Untuk menyatakan kehilangan tekanan (Energi) h, sehubungan dengan head kecepatan
yang hilang pada bentuk lengkungan, perubahan penampang dan katup dalam jaringan pipa
pada percobaan ini, dinyatakan:
k 2
h .v
2.g
dimana :
k = Koefisien Kehilangan Energi
v = Kecepatan Aliran yang Tinggi
g = Percepatan Gravitasi
7.3. Alat-alat :
1. Meja Hidrolika
2. Perangkat peraga Kehilangan Energi Pada Aliran Melalui Pipa yang dilengkapi pipa
6
5
8
4
3
10
2
11
12
1
13
Gambar H.07
Keterangan Gambar :
7.5 Tugas-tugas :
Keterangan :
pipa = 20 mm kecuali untuk hilir dari contraction / hulu dari enlargment = 35 mm
h1 adalah pembacaan manometer hulu, h2 adalah pembacaan manometer hilir.
h = | ( h1 + v12 / 2g ) – ( h2 + v22 / 2g ) |
DAFTAR PUSTAKA
LAPORAN PRAKTIKUM
MEKANIKA FLUIDA DAN HIDROLIKA
Kelompok XIII:
1 M Ikhwan 0460010677
2 Youstin Ellyan B 0460010692
3 Winuhoro H.B 0461010687
4 Dewi Setiawati 0462010697
5 M Jimmy H 0462010707
6 Harnadi Irawan 0463010701
PJ Kelompok : Subagyo
Asisten Modul : Ven Te Chow
Tanggal Praktikum : 30 September 1965
Tanggal Disetujui : 5 Oktober 1965
Nilai Laporan :
Paraf Asisten :
LAPORAN PRAKTIKUM
MEKANIKA FLUIDA DAN HIDROLIKA
Kelompok XIII:
1 M Ikhwan 0460010677
2 Youstin Ellyan B 0460010692
3 Winuhoro H.B 0461010687
4 Dewi Setiawati 0462010697
5 M Jimmy H 0462010707
6 Harnadi Irawan 0463010701
PJ Kel.: Subagyo