Riset
Riset
PESAWAT ATWOOD
DI SUSUN OLEH
LABORATORIUM FISIKA
FARMASI
UNIVERSITAS PAKUAN
2013
BAB I
PENDAHULUAN
Pada laporan percobaan ini, kita akan mencoba menjawab pertanyaan “Apa yang
menyebabkan benda bergerak?”. Bangsa Yunani, sejak zaman dahulu telah yakin bahwa tarikan
atau dorongan, yang disebut gaya, adalah yang menyebabkan sebuah benda bergerak dan tanpa
adanya gaya, sebuah benda yang sedang bergerak akan segera berhenti. Sebuah benda yang
sedang diam, yang berarti bahwa bila tidak ada gaya yang bekerja, sebuah benda akan terus
diam. Tampaknya, pandangan bangsa Yunani ini beralasan, tetapi akan kita ketahui nanti bahwa
ternyata pandangan tersebut tidak tepat.
Orang yang pertama menyangkal pandangan kuno bangsa Yunani tersebut adalah
Galileo. Menurut “prinsip inersia” yang diusulkan Galileo, sebuah benda yang sedang bergerak
pada permukaan horizontal yang licin sempurna (tanpa gesekan) akan tetap terus bergerak
dengan kelajuan sempurna.
1. Hukum I Newton
Hukum I Newton menyatakan “Sebuah benda akan berada dalam keadaan diam atau bergerak
lurus beraturan apabila resultan gaya yang bekerja pada benda sama dengan nol”.
Secara matematis, Hukum I Newton dinyatakan dengan persamaan:
∑F = O
Hukum di atas menyatakan bahwa jika suatu benda mula-mula diam maka benda
selamanya akan diam. Benda hanya akan bergerak jika pada suatu benda itu diberi gaya luar.
Sebaliknya, jika benda sedang bergerak maka benda selamanya akan bergerak, kecuali bila ada
gaya yang menghentikannya. Konsep Gaya dan Massa yang dijelaskan oleh Hukum Newton
yaitu Hukum I Newton mengungkap tentang sifat benda yang cenderung mempertahankan
keadaannya atau dengan kata lain sifat kemalasan benda untuk mengubah keadaannya. Sifat ini
kita ini kita sebut kelembaman atau inersia. Oleh karena itu, Hukum I Newton disebut juga
Hukum Kelembaman.
2. Hukum II Newton
“Setiap benda yang dikenai gaya maka akan mengalami percepatanyang besarnya
berbanding lurus dengan besarnya gaya dan berbanding tebalik dengan besarnya massa
benda.”
Keterangan :
F
a = percepatan benda (ms-2)
a ∑F = ma
m = massa benda (kg) m
F = Gaya (N)
Kesimpulan dari persamaan diatas yaitu arah percepatan benda sama dengan arah gaya
yang bekerja pada benda tersebut. Besarnya percepatan sebanding dengan gayanya. Jadi bila
gayanya konstan, maka percepatan yang timbul juga akan konstan Bila pada benda bekerja gaya,
maka benda akan mengalami percepatan, sebaliknya bila kenyataan dari pengamatan benda
mengalami percepatan maka tentu akan ada gaya yang menyebabkannya. Persamaan gerak untuk
percepatan yang tetap.
Keterangan :
Vt = kecepatan akhir (m/s)
V0 = kecepatan awal (m/s)
V = kecepatan (m/s)
Jika sebuah benda dapat bergerak melingkar melalui porosnya, maka pada gerak
melingkar ini akan berlaku persamaan gerak yang ekivalen dengan persamaan gerak linear.
Dalam hal ini ada besaran fisis momen inersia (momen kelembaman) I yang ekivalen dengan
besaran fisis massa (m) pada gerak linear. Momen inersia (I) suatu benda pada poros tertentu
harganya sebanding dengan massa benda terhadap porosnya.
I~m I ~ r2
Dimana harga tersebut adalah harga yang tetap
Faksi = -Freaksi
Suatu pasangan gaya disebut aksi-reaksi apabila memenuhi syarat sebagai berikut :
1. Sama besar
2. Berlawanan arah
3. Bekerja pada satu garis kerja gaya yang sama
4. Tidak saling meniadakan
5. Bekerja pada benda yang berbeda
4. Gerak Translasi
Gerak lurus adalah gerak suatu obyek yang lintasannya berupa garis lurus. Dapat pula
jenis gerak ini disebut sebagai suatu translasi beraturan. Pada rentang waktu yang sama terjadi
perpindahan yang besarnya sama. Gerak lurus dapat dikelompokkan menjadi gerak lurus
beraturan dan gerak lurus berubah beraturan yang dibedakan dengan ada dan tidaknya
percepatan.
A. Gerak Lurus Beraturan (GLB)
Gerak lurus beraturan (GLB) adalah gerak lurus suatu obyek, dimana dalam gerak ini
kecepatannya tetap atau tanpa percepatan, sehingga jarak yang ditempuh dalam gerak lurus
beraturan adalah kelajuan kali waktu. Merupakan gerak lurus yang kelajuannya konstan, artinya
benda bergerak lurus tanpa ada percepatan atau a = 0 m/s2. Secara matematis gerak lurus
beraturan dapat dirumuskan sebagai berikut:
keterangan : S = jarak tempuh benda
v = kelajuan
t = waktu tempuh
Merupakan gerak lurus dengan kelajuan berubah beraturan, dengan percepatan a adalah konstan.
S= S0+v0t +1/2 at2 keterangan S = jarak yang ditempuh
S0= jarak awal
v0= kecepatan awal
t = waktu
GLBB dibagi menjadi 2 macam :
a. GLBB dipercepat
GLBB dipercepat adalah GLBB
yang kecepatannya makin lama makin
cepat, contoh GLBB dipercepat adalah
gerak buah dari pohonnya.Grafik hubungan antara v terhadap t pada GLBB dipercepat
adalah:
b. GLBB diperlambat
GLBB diperlambat adalah GLBB yang kecepatannya makin lama makin kecil (lambat).
Contoh GLBB diperlambat adalah gerak benda dilempar keatas.
Grafik hubungan antara v terhadap t pada GLBB diperlambat :
Grafik hubungan antara s terhadap t pada GLBB diperlambat
Yang perlu diperhatikan dalam menggunakan persamaan diatas adalah saat GLBB
dipercepat tanda yang digunakan adalah (+). Untuk GLBB diperlambat tanda yang digunakan
adalah (-) , catatan penting disini adalah nilai percepatan (a) yang dimasukkan pada GLBB
diperlambat bernilai positif karena dirumusnya sudah menggunakan tanda negatif.
Jika kita tinjau dari gaya-gaya yang bekerja dan gerak yang terjadi pada pesawa atwood,
maka kita akan membaginya menjadi beberapa gerak, yaitu:
Gerakan dari C ke A
Benda m1 bergerak dipercepat beraturan ke atas, dan benda m2 bergerak dipercepat ke
bawah. Jika gesekan katrol FK diperhitungkan, maka akan diperoleh gaya-gaya sebagai berikut:
∑F = ma
W2 - W1 – Fk = m tota
(m2-m1)g – Fk = (m1 + m2 + mk) a
(m2-m1)g – Fk = (m1 + m2 + I/R2) a
a= (m2 -m1)g-Fk / (m1 + m2 + I/R2)
Jika m2 = m1 + m, maka akan dipeoleh nilai a
a= mg – Fk
(m1 + m2 + I/R2)
Gerakan dari A ke B
Jika waktu dari A ke B adalah tAB dan jarak tempuhnya adalah SAB, maka akan diperoleh
hubungan : SAB = vtAB
Gerakan dari A ke B merupakan gerak beraturan, jadi benda tidak mengalami penambahan
kelajuan, sehingga percepatannya sama dengan nol (a=0).
5. Gerak Rotasi
Gerak dengan lintasan berupa lingkaran.
Dari diagram di atas, diketahui benda bergerak sejauh ω° selama sekon, maka benda
dikatakan melakukan perpindahan sudut.
Benda melalukan 1 putaran penuh. Besar perpindahan linear adalah atau keliling lingkaran.
Besar perpindahan sudut dalam 1 putaran penuh adalah radian atau 360°.
Gerak melingkar atau gerak rotasi merupakan gerak melingkar suatu benda pada
porosnya pada suatu lintasan melingkar. Bila sebuah benda mengalami gerak rotasi melalui
porosnya, ternyata pada gerak ini akan berlaku persamaan gerak yang ekivalen dengan
persamaan gerak linier.
Gerak melingkar ini ada yang disebut gerak melingkar beraturan dengan pengertian gerak
suatu benda yang menempuh lintasan berbentuk lingkaran dengan laju liner (besaran kecepatan
linier) tetap. Sebagai contoh, bila roda sepeda diangkat sehingga rodanya tidak bersentuhan
dengan bidang datar (tanah atau lantai), kemudian pedalnya dikayuh, maka roda akan tetap
berputar. Bila pedal dikayuh dengan kelajuan tetap maka laju putaran roda juga tetap.
Momen inersia merupakan representasi dari tingkat kelembaman benda yang bergerak
rotasi. Semakin besar momen inersia suatu benda, semakin malas dia berputar dari keadaan
diam, dan semakin malas pula ia untuk mengubah kecepatan sudutnya ketika sedang berputar.
Sebagai contoh, dalam ukuran yang sama sebuah silinder yang terbuat dari sebuah besi memiliki
momen inersia yang lebih besar daripada silinder kayu. Hal ini bisa diperkirakan karena terasa
lebih berat lagi bagi kita untuk memutar silinder besi dibandingkan dengan memutar silinder
kayu. Momen inersia pada gerak rotasi bisa dianalogikan dengan massa pada gerak translasi.
Sedangkan gaya pada gerak translasi dapat dianalogikan dengan momen gaya pada gerak
translasi. Jika gaya menyebabkan timbulnya percepatan pada gerak translasi maka momen gaya
itulah yang menyebabkan timbulnya percepatan sudut pada gerak rotasi. Saat kita memutar
sebuah roda atau membuka daun pintu, saat itu kita sedang memberikan momen gaya pada
benda-benda tersebut.
Dengan memanfaatkan pengertian momen gaya, kita dapat mengadaptasi Hukum II
Newton untuk diterapkan pada gerak rotasi. Bentuk persamaan Hukum II Newton adalah:
∑F = ma
Dengan menganalogikan gaya dengan momen gaya, massa dengan momen inersia, dan
percepatan dengan percepatan sudut, akan kita temukan hasil adaptasi dari Hukum II Newton
dalam gerak rotasi sebagai berikut:
� = ��
Keterangan: � = momen gaya (Nm)
� = momen inersia (����)
� = percepatan sudut (���⁄��)
Untuk memudahkan pemahaman mengenai besaran-besaran pada gerak rotasi, kita bisa
menganalogikannya dengan besaran-besaran pada gerak lurus. Berikut merupakan analogi antara
besaran-besaran pada gerak translasi dan besaran-besaran pada gerak rotasi.
Gerak Melingkar Beraturan (GMB) adalah gerak melingkar dengan besar kecepatan
sudut tetap. Besar Kecepatan sudut diperolah dengan membagi kecepatan tangensial
dengan jari-jari lintasan .
Arah kecepatan linier dalam GMB selalu menyinggung lintasan, yang berarti arahnya
sama dengan arah kecepatan tangensial . Tetapnya nilai kecepatan akibat konsekuensi
dar tetapnya nilai . Selain itu terdapat pula percepatan radial yang besarnya tetap dengan
arah yang berubah. Percepatan ini disebut sebagai percepatan sentripetal, di mana arahnya selalu
menunjuk ke pusat lingkaran.
Bila adalah waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan satu putaran penuh dalam
dengan adalah sudut yang dilalui pada suatu saat , adalah sudut mula-mula dan
adalah kecepatan sudut (yang tetap nilainya).
Keterangan:
Keterangan:
t= waktu (s)
Bila dianggap M1 = M2 = M
7. Pesawat Atwood
Pesawat atwood adalah alat yang digunakan untuk yang menjelaskan hubungan antara
tegangan, energi pontensial dan energi kinetik dengan menggunakan 2 pemberat (massa berbeda)
dihubungkan dengan tali pada sebuah katrol. Benda yang yang lebih berat diletakan lebih tinggi
posisinya dibanding yang lebih ringan. Jadi benda yang berat akan turun karena gravitasi dan
menarik benda yang lebih ringan karena ada tali dan katrol.
Gambar 1. Pesawat Atwood
BAB II
ALAT DAN BAHAN
Catatan :
Selama serangkaian pengamatan berlangsung jangan mengubah kedudukan jarak antara A dan B.
3.2 Gerak Lurus Berubah Beraturan
1. Rangkaian Pesawat Atwood diatur kembali seperti percobaan gerak lurus baraturan.
2. Kedudukan A dan B di catat (secara tabel)
3. Bila beban m1 di lepas, maka m2 dan m3 akan melakukan gerak lurus berubah
beraturan antara A dan B, catatlah waktu yang diperlukan untuk gerak ini.
4. Percobaan diatas diulangi dengan mengubah ubah kedudukan B. Jarak AB dan waktu
yang diperlukan selalu dicatat.
5. Percobaan diatas diulangi dengan mengubah beban m3.
BAB IV
DATA PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN
4.2 PERHITUNGAN
2M = 206,5 gr
d = 12,96 cm
R = 6,48 cm
Pada percobaan praktikum kali ini mengenai Pesawat Atwood yang merupakan alat
eksperimen, yang digunakan untuk mengamati hukum mekanika gerak yang berubah beraturan
dan digunakan untuk menjelaskan hubungan antara tegangan, energi pontensial dan energi
kinetik dengan menggunakan 2 pemberat (massa berbeda) dihubungkan dengan tali pada sebuah
katrol. Pada percobaan ini, dari 2 kali percobaan, yang pertama dengan jarak 20 cm dan 25 cm
dalam satu kali percobaan. Praktikan harus mengamati gerak apa yang terjadi pada bandul
tersebut serta hitung waktu yang di butuhkan bandul tersebut dalam satu kali percobaan pada
sebuah katrol sederhana. Percobaan dilihat dari Gerak Lurus Beraturan (GLB), perbedaan hanya
pada kecepatan dari 2 jarak yang berbeda. Percepatan pada GLB = 0 , yang telah di bahas pada
bab dasar teori sebelumnya.
Percepatan yang di alami oleh bandul hanya terdapat pada Gerak Lurus Berubah
Beraturan (GLBB) didapatkan hasil yang berbeda-beda dari hasil kecepatan dan percepatan
yang terjadi pada bandul di setiap lempeng yang berbeda massa nya. Sehingga di dapatkan lah
hasil akhir yaitu momen inersia dari gerak lurus berubah beraturan ini, yaitu sebesar . yang dapat
jika gerak bandul di beri beban atau lempeng dan hasil apa yang didapat jika beban atau lempeng
pada bandul di hilangkan. sehingga percepatan atau perlambatan kah yang
BAB VI
SIMPULAN
BAB VII
DAFTAR PUSTAKA
Nurfauziawati, Nova. Fisika Dasar Modul 2-Pesawat Atwood. 2010. Universitas Padjajaran.
Bandung.