PENDAHULUAN
1
2
tinggi. Konverter yang akan akan dibuat mendapatkan input dari jaringan PLN
220V, 50Hz, dengan output 8kV pada frekuensi pen-saklaran 25kHz dan
berkapasitas 160W serta diharapkan dapat bekerja dengan efesiensi ≥80%..
Berdasarkan uraian diatas dan diagram yang diperlihatkan pada gambar 2.1.
sistem yang akan dibuat terdiri atas :
1. Rangkaian penyearah 1 fasa jembatan dioda yang dilengkapi dengan
kapasitor perata tengangan.
2. Half-bridge resonant converter
5
6
negatifnya akan mengalir ke beban melalui D3 dan D4. Bentuk arus dan tegangan
keluaran penyearah satu fasa jembatan ditunjukkan pada Gambar.
Gambar 2.3. Tegangan dan Arus Keluaran Penyearah Satu Fasa Jembatan
Berdasarkan gambar 2.2 dan Gambar 2.3, nilai rata-rata tegangan pada beban
adalah:
(2.1)
(2.2)
(2.3)
(2.4)
(2.5)
(2.6)
8
(2.7)
(2.8)
(2.9)
(2.10)
(2.11)
(2.12)
Keterangan:
- Vdc = Tegangan keluaran rata-rata penyearah (V)
- T = Perioda (detik)
- = Tegangan pada beban (V)
- Vm = Tegangan maksimum (V)
- VL = Tegangan keluaran efektif (RMS) penyearah (V)
- Idc = Arus keluaran rata-rata penyearah (A)
- R = Resistansi beban (Ω)
- IL = Arus keluaran efektif (RMS) penyearah (V)
kapasitor dapat menyimpan energi. Pada saat tegangan sumber naik, kapasitor
akan terisi sampai mencapai tegangan maksimum. Pada saat tegangan sumber
menurun, kapasitor akan melepaskan energi yang disimpannya melalui beban
(karena pada saat ini dioda tidak konduksi). Dengan demikian beban akan tetap
memperoleh aliran energi walaupun dioda tidak konduksi. Selanjutnya bila dioda
konduksi lagi, kapasitor akan terisi dan eneri yang tersimpan ini akan dilepaskan
lagi pada waktu dioda tidak konduksi; dan demikian seterusnya. Gambar 2.5
menunjukkan penyearah satu fasa gelombang penuh dengan filter kapasitor.
Gelombang arus dan tegangan ditunjukkan pada Gambar 2.6.
Gambar 2.4. Penyearah Satu Fasa Gelombang Penuh dengan Filter Kapasitor
Gambar 2.5. Bentuk Gelombang Tegangan dan Arus Penyearah Satu Fasa
Gelombang Penuh dengan Filter Kapasitor
(2.13)
(2.14)
Keterangan:
- fr = Frekuensi riak (ripple) keluaran penyearah (Hz)
- r = Persentase riak (ripple), direkomendasikan ≤ 1%
- RL = Resistansi beban (Ω)
(2.18)
(2.19)
(2.20)
(2.21)
(2.22)
(2.23)
Keterangan:
- XL = Tegangan keluaran rata-rata penyearah (V)
- Xc = Tegangan keluaran rata-rata penyearah (V)
- L = Induktansi (H)
- C = Kapasitansi (F)
- Lr = Induktansi resonan (H)
- Cr = Kapasitansi resonan(F)
12
Topologi resonant converter terbagi menjadi dua tipe dasar, yaitu Series Resonant
Converter (SRC) dan Paralllel Resonant Converter (PRC). Pada tugas akhir ini
akan digunakan resonant converter tipe SRC.
Half-Bridge SRC atau SRC setengah jembatan merupakan SRC yang hanya
menggunakan dua buah saklar elektronik untuk menghasilkan input gelombang
kotak. Sakalar yang umum digunakan adalah MOSFET. Gambar 2.8
memperlihatkan rangkaian half-bridge LLC series resonant converter. LLC
singkatan dari induktor resonant (Lr), induktansi magnetisasi (Lm) dan kapasitor
resonan (Cr).
Gambar 2.8 menunjukkan rangkaian daya dari half-bridge LLC SRC. Pada
gambar half-bridge LLC SRC terbagi atas dua bagian, yaitu : generator
gelombang kotak (Square-Wave Generator) dan rangkaian resonan (Resonant
Circuit). Pada aplikasi tertentu ditambahkan rangkaian penyearah diantara
rangkaian resonan dan beban sehingga didapatkan keluaran berupa tegangan
searah.
14
Oleh karena antara S dan D tidak ada kanal-N (yang mempunyai banyak
elektron bebas), maka meskipun VDS diberi tegangan positif yang cukup besar,
arus ID tetap tidak mengalir atau ID = 0. Antara Source dan Drain adalah bahan
tipe-P dimana elektron adalah sebagai pembawa minoritas, sehingga saat VGS = 0
dan VDS positif yang mengalir adalah arus bocor saja. Disinilah perbedaannya
dengan D-MOSFET yang mengalirkan arus ID pada saat VGS = 0 dan VDS positif.
Apabila VGS dinaikan kearah positif, maka muatan positif pada gate ini akan
menolak hole dari substrat-P menjauhi perbatasannya dengan SiO2. Dengan
demikian daerah substrat-P yang berdekatan dengan gate akan kekurangan
pembawa mayoritas hole. Sebaliknya elektron dari substrat-P akan tertarik oleh
muatan positif gate dan mendekati perbatasan substrat dengan SiO2. Perlu diingat
bahwa elektron tidak bisa masuk ke gate karena substrat dan gate ada pembatas
SiO2, sehingga IG tetap sama dengan nol.
Bila tegangan VGS dinaikan terus hingga jumlah elektron yang berada di
dekat perbatasan dengan SiO2 cukup banyak untuk menghasilkan arus ID saat VDS
positif, maka VGS ini disebut dengan tegangan threshold (VT). Pada beberapa buku
data VT ini disebut juga VGS(th). Setelah mencapai tegangan VT ini, maka dengan
memperbesar harga VGS, arus ID semakin besar. Hal ini karena semakin besar VGS
berarti jumlah elektron yang tersedia antara source dan drain semakin banyak.
17
Kurva tranfer dan karakteristik E-MOSFET kanal-N dapat dilihat pada gambar
2.14.
Istilah peningkatan (enhancement) dalam E-MOSFET ini menunjuk pada
fenomena bahwa saat VGS masih nol, arus ID tidak ada karena tidak terdapat
elektron antara source dan drain. Kemudian apabila VGS dibuat positif hingga
melebihi VT, maka terjadi peningkatan jumlah elektron antara source dan drain
yang berakibat meningkatnya arus ID bila tegangan VDS positif diperbesar. Pada
saat VGS > VT, apabila VDS masih kecil arus ID naik dengan cepat, namun bila VDS
dinaikkan terus hingga mencapai VDSsat, maka arus ID akan konstan. Hal ini karena
dengan memperbesar VDS sementara VGS tetap, maka tegangan relatif antara G dan
D makin kecil sehingga mengurangi daya tarik elektron pada sisi D-G. Akibatnya
arus ID akan jenuh dan kenaikan VDS lebih jauh tidak akan memperbesar arus ID.
Harga VDS ini disebut dengan VDSsat (atau VDS saturasi). Dengan melihat kurva
karakteristik E-MOSFET ternyata terdapat hubungan antara VDSsat dengan VGS.
Hubungan tersebut adalah dengan semakin tingginya harga VGS, VDSsat makin
tinggi juga. Pada saat VGS = VT yang mana arus ID mulai mengalir dengan cukup
berarti, maka VDSsat = 0. Hal ini karena arus ID sudah mengalami kejenuhan sejak
VDS dinaikkan.
Dalam fungsinya sebagai saklar, hal utama yang merupakan perbedaa
prinsip kerja transistor MOSFET enhancement-mode dibandingkan dengan JFET
adalah jika pada tegangan VDS = 0, transistor JFET sudah bekerja atau ON, maka
transistor MOSFET enhancement-mode masih OFF. Dikatakan bahwa JFET
adalah komponen normally ON dan MOSFET adalah komponen normally OFF.
Gambar merupakan gamaber kurva karakteristik arus drain ID terhadap tegangan
VGS. Tegangan VGS semua bernilai positif. Garis kurva paling bawah adalah garis
kurva dimana transistor mulai ON. Tegangan VGS pada kurva ini disebut tegangan
threshold VGS(th).
18
PWM berbanding lurus dengan amplitudo sinyal asli yang belum termodulasi.
Artinya, sinyal PWM memiliki frekuensi gelombang yang tetap namun dengan
duty cycle yang bervariasi antara 0% hingga 100%. Duty cycle adalah
perbandingan lama waktu sinyal berada dalam kondisi high dengan lama waktu
sinyal dalam kondisi high + low atau lamanya waktu kondisi high dalam satu
perioda.
Untuk membangkitkan sinyal PWM digunakan komparator. Komparator
merupakan piranti yang digunakan untuk membandingkan dua buah sinyal
masukan. Dua sinyal masukan yang dibandingkan adalah gelombang segitiga
dengan tegangan referensi. Hasil keluaran dari komparator adalah sinyal PWM
berupa pulsa-pulsa persegi yang berulang-ulang. Lebar pulsa dapat dimodulasi
dengan cara mengubah sinyal referensi.
posisi low dan Ttotal adalah waktu satu siklus atau penjumlahan antara Ton dan Toff
atau biasa disebut dengan perioda satu gelombang.
(2.24)
Untuk mencarai nilai duty cycle dalam satu siklus kerja dapat dituliskan
persamaan berikut:
(2.25)
(2.26)
Keterangan:
- Ttotal = Periode satu pulsa (detik)
- D = Duty cycle (%)
- Ton = Waktu pulsa on atau high (detik)
- Toff = Waktu pulsa off atau low (detik)
Pada tugas akhir ini akan digunakan IC SG3524 sebagai penghasil PWM.
Dimana PWM digunakan untuk mengatur pen-saklaran (switching) dua buah
MOSFET pada resonant converter.
Rangkaian kontrol IC SG3524 digunakan untuk menghasilkan sinyal PWM.
Yang mana sinyal PWM ini akan di gunakan untuk mengatur pen-saklaran
(switching) dua buah MOSFET pada resonant converter. Konfigurasi pin IC
SG3524 dan blok diagram IC SG3524 dapat dilihat pada Gambar 2.16 dan
Gambar 2.17.
(2.27)
Keterangan:
- f = Frekuensi kerja (Hz)
- RT = Resistansi (kΩ)
- CT = Kapasitansi (µF)
Input berupa tegangan 1 Fasa 220 V, 50 Hz. Tegangan input akan diturunkan dari
220 V ke 12 V menggunakan transformator step-down. Selanjutnya tegangan akan
disearahkan menggunakan penyearah satu fasa jembatan dioda. Keluaran
penyearah akan diteruskan ke filter untuk menekan riak sehingga gelombang
tegangan yang dihasilkan mendekati DC murni. Filter yang digunakan adalah
filter kapasitor. Untuk mengantisipasi lonjakan tegangan digunakan regulator
tegangan (voltage regulator). Regulator tegangan yang digunakan berupa IC,
yaitu IC LM7812 yang mempertahankan tegangan sebesar 12 Volt.
(2.33)
(2.35)
atau
(2.36)
dengan
(2.37)
dan
(2.39)
sehingga
24
(2.40)
dan
(2.41)
Keterangan:
- Ap = area product (mm4)
- Po2 = daya keluaran transformator (W)
- η = efesiensi transformator
- Kf = form factor
- Bm = rapat fluks magnetik maksimum (T)
- J = rapat arus penghantar (A/m2)
- Kw = faktor penggunaan jendela inti transformator
- fs = frekuensi switching (Hz)
- N1 = jumlah lilitan belitan primer transformator
- N2 = jumlah lilitan belitan sekunder transformator
- E1 = tegangan sisi primer transformator (V)
- E2 = tegangan sisi sekunder transformator (V)
- I1 = arus sisi primer transformator (A)
- I2 = arus sisi sekunder transformator (A)
- a1 = luas penampang kawat kumparan primer (m2)
- a2 = luas penampang kawat kumparan sekunder (m2)
- d1 = diameter penampang kawat kumparan primer (m)
- d2 = diameter penampang kawat kumparan sekunder (m)
induktansinya. Pada tugas akhir ini induktor yang dirancang digunakan sebagai
komponen resonan pada resonant converter.
Induktor yang akan dirancang direncanakan menggunakan ferit sebagai
intinya. Induktor ini haruslah dapat beroperasi pada frekuensi tinggi. Digunakan
ferit sebagai inti dengan pertimbangan bahwa ferit memiliki rugi-rugi arus (eddy
current losses) yang rendah dan dapat digunakan untuk frekuensi tinggi hingga
500 Mhz.
Perancangan induktor dilakukan dengan menentukan parameter-parameter berikut
ini :
1. Menentukan nilai induktansi induktor
Induktor digunakan sebagai komponen resonan, ditentukan menggunakan
persamaan (2.39).
(2.42)
(2.44)
(2.45)
sehingga
26
(2.47)
Keterangan:
- Im = arus puncak (A)
- Io = arus yang melewati induktor (A)
- ∆I = toleransi arus keluaran yang melewati induktor (A)
- Ac = area core (mm2)
- Aw = area window (mm2)
- a = luas penampang kawat (m2)
- d = diameter penampang kawat (m)
- N = jumlah lilitan induktor
- E = energi yang mampu dihasilkan induktor (J)
BAB III
PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT
3.1. Umum
Tujuan dari perancangan adalah untuk bisa memberikan kemudahan dan
perancangan sistematika yang baik dalam pembuatan alat. Oleh karena itu,
diperlukan faktor penunjang yaitu buku-buku referensi, fasilitas bengkel dan
laboratorium. Semua faktor tersebut sangat mendukung keberhasilan dalam proses
perancangan dan pembuatan alat ini.
3.2. Diagram
Konverter AC-AC yang akan dirancang dan dibuat akan menggunakan
suplai PLN 220 VAC, 50 Hz yang akan disearahkan menggunakan penyearah 1
fasa jembatan dioda. Tegangan yang telah disearahkan diteruskan ke rangkaian
half-bridge resonant converter yang akan mengkonversikan menjadi tegangan AC
8 kVAC, 25 kHz. Rangkaian half-bridge resonant converter menggunakan dua
buah MOSFET. Proses switching pada MOSFET akan diatur menggunakan
metode PWM oleh rangkaian kontrol MOSFET menggunakan IC SG3524.
Rangkaian kontrol MOSFET ini memerlukan catu daya untuk bekerja. Catu daya
akan berasal dari suplai PLN yang telah disearahkan dan akan memberikan
tegangan 12 VDC sebagai suplai untuk rangkaian kontrol MOSFET.
Diagram sistem yang dibuat diperlihatkan pada gambar 3.1.
Berdasarkan uraian diatas dan diagram yang diperlihatkan pada gambar 3.1.
sistem yang akan dibuat terdiri atas :
1. Rangkaian kontrol MOSFET
2. Catu daya rangkaian kontrol MOSFET
3. Rangkaian penyearah 1 fasa jembatan dioda yang dilengkapi dengan
kapasitor perata tengangan.
4. Half-bridge resonant converter
Pada rangkaian yang dibuat digunakan resistor tetap yang di seri dengan
potensiometer sehingga frekuensi keluaran rangkaian dapat disesuaikan.
Selanjutnya duty-cycle diatur sebesar 25% pada frekuensi 25kH berdasarkan
persamaan (2.26).
Diketahui :
- f = 25kHz
- D = 25%
Gambar 3.3. Diagram Rangkaian Kontrol MOSFET
30
31
COM
220:12 D1 D3
T1 D4 D2
Dibuat catu daya seperti pada diagram diatas sebanyak 3 buah untuk
memisahkan terminal source MOSFET yang terhubung pada negatif catu daya
rangkaian kontrol MOSFET.
32
Diketahui:
- f = 25kHz
- Cr = 1,5µF
34
Inti ferit yang digunakan adalah inti ferit tipe E16. Inti ferti tipe E16 memiliki
nilai Ac 20,1 mm2 dan nilai Aw 22,3 mm2 serta Ap 448,23 mm4.
35
Ukuran kawat tembaga yang digunakan adalah 0,55 mm. Dipasaran kawat
tembaga dijual berdasarkan hitungan beratnya, untuk mengetahui berapa berat
kawat tembaga yang diperlukan dapat digunakan persamaan berikut. Nilai berat
per panjang dapat ditemukan pada wire gauge chart.
Diketahui:
- Panjang sisi bobin (untuk E16) = 6,1 mm
- N = 20
- Berat per panjang (untuk kawat 0,55 mm) =0,00219 kg/m
36
Inti ferit yang digunakan adalah inti ferit tipe ETD49. Inti ferti tipe ETD49
memiliki nilai Ac 211 mm2 dan nilai Aw 269,4 mm2 serta Ap 56843,4 mm4.
Ukuran kawat tembaga yang digunakan untuk belitan primer adalah 0,45 mm dan
untuk belitan sekunder 0,1 mm. Selanjutnya adalah menentukan berat kawat
tembaga yang diperlukan.
Diketahui:
- Diameter bobin (untuk ETD49) = 19,3 mm
- N1 = 67
- N2 = 3416
- Berat per panjang (untuk kawat 0,45 mm) =0,00181 kg/m
- Berat per panjang (untuk kawat 0,1 mm) =72,3 mg/m
5 / 5,75
7,5 / 9,28
10 / 13,65
12,5 /
17,02
48
15 / 20,22
17,5
/23,94
20 /27,69
10 / 13,65 9 180 18
Berdasarkan tabel 4.2 transformasi konverter yang dibuat adalah 18,09. Dengan
menggunakan rasio ini dapat diperkirakan tegangan nominal keluaran konverter
dengan nilai tegangan input yang berbeda.
5.1. Kesimpulan
Tugas akhir ini bertujuan untuk membuat konverter yang mampu
memberikan tegangan keluaran 8kVAC, 25kHz dengan tegangan masukan
220VAC, 50Hz. Setelah dilakukan pengujian dan analisa beberapa hal yang dapat
disimpulkan adalah sebagai berikut:
1. Konverter yang dibuat mampu menghasilkan tegangan keluaran yang
diharapkan. Yaitu tegangan bolak-balik dengan frekuensi 25kHz dan
tegangan puncak hingga 3,98kV. Nilai ini masih lebih rendah dari pada yang
diharapkan. Adapun penyebab tidak tecapainya hasil penelitian adalah
sebagai berikut:
a. Kemungkinan terbesar gagalnya konverter mencapai level tegangan yang
diinginkan adalah rasio transformator yang tidak tepat.
b. Terjadi jatuh tegangan pada penyearah jembatan dioda saat penyearah
dihubungkan ke rangkaian resonant converter.
c. Dua buah MOSFET pada rangkaian half-bridge berfungsi sebagai pembagi
tengangan, sehingga keluaran dari rangkaian half-bridge ini adalah sebesar
setengah dari tegangan masukan. Tegangan ini merupaka paramerter
penting dalam perancangan transformator yang diperlukan pada alat
serupa.
2. Salah satu fungsi kapasitor dan induktor (resonant tank) pada konverter yang
dibuat adalah untuk memberikan karakteristik yang sama pada sisi positif dan
negatif dari tegangan kotak dari rangkaian half-bridge.
5.2. Saran
Beberapa hal yang dapat penulis sarankan setelah mengerjakan tugas akhir
ini antara lain:
1. Merubah duty cycle pada signal kontrol MOSFET tidak merubah bentuk
gelombang kotak yang dihasilkan. Disarankan memberikan duty cycle sekecil
50
51