Anda di halaman 1dari 26

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 TRANSFORMATOR
2.1.1 UMUM
Transformator (trafo) merupakan peralatan mesin listrik stasis yang
bekerja berdasarkan prinsip induksi elektromagnetik, yang dapat
mentransformasikan enegri listrik dari teganan tinggi ke tegangan rendah
ataupun sebaliknya. Dalam sistem tenaga listrik, transformator digunakan
untuk memindahkan engeri dari satu rangkaian listrik ke rangkaian
berikutnya tanpa merubah frekuensi.
Pada sistem distribusi, transfrmator digunakan untuk menurunkan
tegangan 20kV ke tegangan 400/231 V (untuk sistem fasa tiga). Untuk
fungsi tersebut, trafo dapat berupa trafo satu phasa (gambar 2.1) yang
secara umum memiliki kapasitas ≤ 160 KVA dengan vektor Yzn5
sedangkan trafo tiga fasa ( gambar 2.2) memiliki kapasitas ≥ 160 KVA
dengan vektor Dyn5 (berdasarkan SPLN 50 tahun 1997, serta SPLN
D3.002-1 :2007).

Gambar 2.1 trafo satu fasa Gambar 2.2 trafo tiga fasa

Pada pemakaian transformator pada sistem distribusi dapat dibagi


menjadi tiga diantaranya :

http://digilib.mercubuana.ac.id/
6

a. Trafo penaik tegangan (step-up)


Trafo ini dapat disebut juga sebagai Trafo Daya, trafo ini berfungsi
untuk menaikkan tegangan. Trafo ini digunakan untuk menaikkan daya
pembangkitan yang kemudian disaluran ke gardu gardu induk. Trafo
daya ini biasa digunakan di Gardu Induk Pembangkit dan Gardu Induk
Distribusi dimana trafo memiliki kapasitas daya yang besar, untuk
Gardu pembangkit memiliki kapasitas daya 150/500 kV dan untuk
Gardu Induk Distribusi memiliki kapasitas daya 11,6 / 20 kV

Gambar 2.3 transformator step up (transformator daya)

b. Trafo penurun tegangan (step-down)


Trafo ini dapat disebut juga trafo distribusi, yang berfungsi untuk
menurunkan tegangan. Trafo distribusi yang biasa digunakan adalah
trafo step down 20kV/400V. Tegangan fasa ke fasa pada sistem
jaringan tegangan rendah adalah 380 Volt.

Gambar 2.4 single line diagram trafo step down

http://digilib.mercubuana.ac.id/
7

Gambar 2.5 transformator dan konstruksi gardu pada gardu tiang

Gamabr 2.6 transformator pada gardu beton

c. Trafo pengukuran (trafo instrument)


Untuk pemasangan alat ukur dan proteksi pada jaringan tegangan
tinggi diperlukan trafo pengukuran. Trafo pengukuran ini terdiri dari :
1. Trafo tegangan (Voltage Transformator)
Trafo ini berfungsi untuk mentransformasikan dari tegangan tinggi
ke tegangan rendah untuk pengukuran atau proteksi dan sebagai
isolasi antara sisi tegangan yang diukur atau diproteksikan dengan
alat ukurnya atau proteksinya

http://digilib.mercubuana.ac.id/
8

(a) (b)
Gambar 2.7 transformator tegangan dan simbol transformator
tegangan

2. Trafo Arus (Current Transformator)


Trafo ini berfungsi untuk mentransformasikan dari arus yang besar
ke arus yang kecil untuk pengukuran dan proteksi, sebagai alat
isolasi dan penggunaan standart arus pengenal untuk alat sisi
sekundernya

(a) (b)

Gambar 2.8 transformator arus dan simbol transformator arus

http://digilib.mercubuana.ac.id/
9

2.1.2 PRINSIP KERJA TRANSFORMATOR


Prinsip kerja trafo adalah berdasarkan induksi elektro mangetik.
Untuk memahami prinsip kerja tersebut perhatikan gambar dibawah ini
(gambar 2.1)

gambar 2.9 Prinsip Kerja Transformator

Sisi belitan X1 dan X2 adalah sisi tegangan rendah dan sisi belitan
H1 dan H2 adalah sisi tegangan tinggi. Bila salah satu sisi baik tegangan
tinggi ataupun sisi tegangan rendah di hubungkan ke sumber tegangan
bolak balik maka sisi tersebut akan disebut sebagai sisi primer dan sisi
lainnya yang akan dihubungkan dengan beban akan disebut dengan sisi
sekunder.

Sisi belitan X1 dan X2 dihubungkan dengan sumber tegangan bolak


balik sebesar V1 atau sama dengan Vp, maka fluks bolak balik akan di
bangkitkan pada inti sebesar Ømax yang melingkar dan menghubungkan
belitan kawat primer dengan belitan kawat sekunder serta menghasilkan
tegangan induksi (EMF / GGL) baik pada belitan primer sebesar E1 atau
sama dengan Ep, maupun pada belitan sekunder sebesar E2 atau sama
dengan Es, seperti persamaan berikut

E1 = Ep = 4.44 x f x Np x Ømax x 10-8 Volt (2.1)

E2 = Es = 4.44 x f x Np x Ømax x 10-8 Volt (2.2)

Kemudian karena sifat frekuensi dan fluksnya sama, maka

𝐸1 𝑁1
= (2.3)
𝐸2 𝑁2

http://digilib.mercubuana.ac.id/
10

Jika rugi rugi trafo tidak diperhitungkan dan efesiensi 100%, maka
secara praktis factor daya primer (PF1) sama dengan factor daya sekunder
(PF2) sehingga besarnya daya primer sama dengan daya sekunder seperti
persamaan berikut :

I1 x E1 x PF1 = I2 x E2 x PF2 (2.4)

Maka;

𝐸1 𝐼2
= (2.5)
𝐸2 𝐼1

Sehingga untuk rumus umum perbandingan belitan trafo adalah :

𝐸1 𝑁1 𝐼2
= 𝑁2 = =𝑎 (2.6)
𝐸2 𝐼1

Untuk trafo ideal, berlaku persamaan

E1 = N1 = Vp = EP (2.7)

E2 = N2 = VS = ES (2.8)

Dimana ;

E1 = V1 : tegangan induksi yang dibangkitkan sisi primer (V)

E2 = V2 : tegangan induksi yang dibangkitkan sisi sekunder (V)

N1 = N1 : banyak lilitan pada sisi primer

N2 = N2 : banyaknya lilitan pada sisi sekunder

Ømax : fluks maximum dalam besaran maxwell

f : frekuensi arus dan tegangan sistem (Hz)

V1 = VP : tegangan sumber yang masuk di primer (Volt)

V2 = VS : tegangan sekunder ke beban (Volt)

a : rasio transformator (%)

PF1 : faktor daya

http://digilib.mercubuana.ac.id/
11

2.2 KONSTRUKSI TRANSFORMATOR


Suatu transformator terdiri dari beberapa bagian konstruksi yang
mempunyai fungsi fungsi masing masing diantaranya:
a. Bagian utama
b. Peralatan bantu
2.2.1. Bagian utama transformator terdiri dari :
a. Inti besi
Bahan inti besi yang paling banyak digunakan cold-rolled grain
oriented (CGO), baja elektrical berbentuk pelat tipis yang dilaminasi
dengan silikon. Pada penerapannya, pelat tipis tersebut dapat
dikonstruksi secara tersusun (stacked type) atau digulung (wound type)

Gambar 2.10 jenis pembentukan inti besi

b. Kumparan transformator
Beberapa lilitan kawat terisolasi membentuk suatu kumparan dan
kumparan tersebut diisolasi baik terhadap inti besi maupun terhadap
kumparan lain dengan menggunakan isoalsi padat seperti karton,
pertinax. Pada transformator terdapat kumparan primer dan kumparan
sekunder, jika kumparan primer dihubungkan dengan tegangan atau
arus bolak balik maka pada kumparan tersebut timbul fluks yang akan
menimbulkan induksi tegangan, bila pada rangkaian sekunder ditutup
(rangkaian beban) maka mengalirlah arus pada kumparan tersebut
sehingga kumparan ini berfungsi sebagai alat transformasi tegangan
dan arus.

http://digilib.mercubuana.ac.id/
12

c. Minyak Transformator
Minyak transformator adalah minyak yang berbasis mineral yang
digunakan karena keunggulan sifat kimia dan kekuatan dielektrik.
Minyak berfungsi sebagai isolasi dan sekaligus media pendingin.
Karakteristik minyak transformator dapat dilihat pada tabel 2.1. kualitas
minyak akan mempengaruhi sifat insulasi dan pendingin.

Tabel 2.1 Karakteristik minyak trafo berdasarkan IEC 60422:2005

No. Parameter Baik Cukup Buruk

1 Warna dan penampakan Clear - Gelap

2 Tegangan tembus [kV/2,5 mm] > 40 30 - 40 < 30

3 Kadar air pada 20°C [mg/kg] < 10 10 - 25 > 25

4 Keasaman [mgKOH/g] < 0,15 0,15 - 0,30 > 0,30

5 tanδ pada 90 oC <0,1 0,1 – 0,5 0,5

Tahanan jenis pada 90 oC >3 0,2 - 3 < 0,2


6
[GΩ.m]

7 Sedimen [% berat] < O,02

8 Tegangan antar muka [mN/m] > 28 22 - 28 < 22

9 Titik nyala [oC] Maks penurunan 13°C

Minyak transformator dapat menahan partikel air bergantung pada


suhu minyak. Jika minyak pada titik jenuhnya, free water pada bagian
bawah transformator. Kekuatan dielektrik akan menurun dengan
hadirnya air pada minyak dan direkomendasi untuk dilakukan
degasifikasi. Jika kadar air tinggi mengalirkan keluar minyak panas
perlu dipertimbangkan walau lebih mahal daripada degasifikasi, karena
mengeluarkan juga minyak pada inti besi dan rakitan belitan.

Pemerikasaan tegangan tembus dianjurkan 3 tahun pertama setelah


transformator dioperasikan. Pada penggantian minyak sebaiknya
dilakukan pada kondisi offline dan vakum.Jika tangki tidak tahan
vakum maka,minyak harus didegasifikasi dan disirkulasi melalui

http://digilib.mercubuana.ac.id/
13

degasifier 3 kali dari volume tangki untuk membantu menghilangkan


lembab pada insulasi transformator.

d. Bushing
Hubungan antara kumparan transformator ke jaringan luar melalui
sebuah bushing, sebuah konduktor yang diselubungi oleh isolator. Dam
bushing berfungsi penyekat antara konduktor tersebut dengan tangki
transformator. Bushing sisi sekunder menggunakan bushing keramik
sedangkan jenis bushing primer tergantung dari jenis konstruksi
transformator. Transformator pasang luar menggunakan bushing
keramik sedangkan transformastor pasang dalam pada umumnya
menggunakan plug in bushing. Parameter dalam pemeliharaan bushing
primer adalah jarak rambat yang ditentukan oleh tingkat polusi dari
lokasi terpasangnya transformator (SPLN 50 : 1979 dan SPLN D3.002-
1 : 2007)

Gambar 2.11 bushing trafo

e. konservator
Apabila suatu trafo mempunyai beban yang tinggi atau kenaikan suhu
udara luar, maka minyak trafo akan mengembang. Pengembangan
minyak ini diterima oleh Conservator expansion tank. Udara diatas
permukaan minyak didalam conservator terdesak keluar melalui silica
gel dan alat pernapasan udara (air breather) apabila minyak trafo dingin,

http://digilib.mercubuana.ac.id/
14

maka udara dari luar akan masuk melalui alat pernapasan, silica gel dan
kembali ke conservator. Tinggi rendahnya minyak didalam conservator
dapat dilihat dalam gelas pendingin yang menempel pada conservator
tersebut.

Gambar 2.12 konservator

2.2.2. Peralatan bantu


a. Alat pernafasan (silica gel)
Karena pengaruh naik turunnya beban trafo maupun suhu udara luar,
maka suhu minyakpun akan berubah-ubah mengikuti keadaan tersebut.
Bila suhu minyak tinggi, minyak akan memuai dan mendesak udara di
atas permukaan minyak keluar dari dalam tangki, sebaliknya bila suhu
minyak turun, minyak menyusut maka udara luar akan masuk ke dalam
tangki.
Kedua proses di atas disebut pernapasan trafo. Permukaan minyak
trafo akan selalu bersinggungan dengan udara luar yang menurunkan
nilai tegangan tembus minyak trafo, maka untuk mencegah hal tersebut,
pada ujung pipa penghubung udara luar dilengkapi tabung berisi kristal
zat hygroskopis.

http://digilib.mercubuana.ac.id/
15

Gambar 2.13 alat pernafasan trafo

b. Tap changer (pengubah sadapan)


Tap changer merupakan lengkapan yang dipasang pada belitan primer
untuk maksud pengaturan tegangan keluaran transformator. Prinsip
dasar ptap changer adalah pengaturan jumlah lilitan dari belitan sisi
primer. Jenis tap changer yang digunakan off-circuit, sehingga untuk
merubah posisi sadapan, transformator harus dalam kondisi tidak
bertegangan. Posissi yang ditempatkan oleh pabrikan pada saat
pengiriman adalah pada sadapan utama 3. Terminal pengubah sadapan
harus terendam minyak, hal ini terkait dengan posisi peletakan
transformator khususnya untuk transformator sesuai SPLN 50 : 1997.

http://digilib.mercubuana.ac.id/
16

Tabel 2.2 Posisi sadapan (Tap Changer) berdasarkan SPLN

No. SPLN 1 2 3 4 5 6 7
SPLN 50 : 1982 21 20,5 20 19,5 19 - -

SPLN 50 : 1997 22 21 20 19 18 - -

21 20 19 - - - -

SPLN D3.002-1 : 21 20,5 20 19,5 19 18,5 18


2007
21 20,5 20 19,5 19 - -

c. Indikator pada transformator


Pada dasarnya setiap transformator dilengkapi dengan indicator,
diantaranya :
1. Gelas Penduga atau Oil Level Indikator (OLI)
Gelas penduga bisa disebut juga Oil Level Indikator (OLI). Gelas
penduga berfungsi memberikan indikasi level tinggi minyak.
Keberadaannya diperlukan untuk beberapa komponen dan
pengubah sadapan berpotensi mengalami kegagalan tegangan bila
tidak terendam minyak. Untuk trafo tipe hermatic, level
terpasangnya tap changer merupakan batasan ketinggian minimum.

Gambar 2.14 Oil Level Indicator

http://digilib.mercubuana.ac.id/
17

2. Oil Temperature Indikator (OTI)


Oil Temperature Indikator berfungsi untuk mengetahui kondisi
temperature minyak dalam transformator. Dalam pemasangan
indikator ini terendam minyak, melalui indikator ini dapat melihat
dua rekaman panas yang terjadi di dalam trafo yaitu pada saat trafo
sedang beroperasi (jarum hitam) maupun kondisi panas maksimum
yang pernah terjadi didalam trafo (jarum merah).

Gambar 2.15 Oil Temperatur Indicator

2.3 JENIS TRANSFORMATOR


secara umum terdapat dua jenis transformator distribusi yang banyak
digunakan pada jaringan distribusi diantaranya:
a. Transformator konvensional
Bila dipandang dari sisi luar, konstruksi terdiri dari tangki dan
konservator. Konservator berfungsi untuk menampung pemuaian
minya saat transformator berbeban. Pada gambar 2.4 ini adalah
bentuk transformator konvensional

Gambar 2.16 transformator konvensional

http://digilib.mercubuana.ac.id/
18

Pada transformator konservator, ketika terjadi pemuaian dan


penyusutan minyak transformator, konservator difungsikan
menampung minyak ketika memuai atau mensuplai minyak ketika
minyak menyusut . pada tipe ini, udara luar masih memungkinkan
untuk keluar masuk kedalam transformator melalui konservator .
untuk mengantisipasi adanya udara luar yang lembab masuk
kedalam transformator, maka dilengkapi dengan silica gel air
breather untuk menyaring udara luar yang akan masuk ke dalam
transformator. Silica gel yang baik ditandai dengan warna biru atau
orange sebagai warna awal dan akan berubah menjadi pink atau
coklat setelah silica gel jenuh, seperti gambar 2.5 dibawah ini

Silica gel Jenuh


Silica gel Awal

Gambar 2.17 warna awal dan warna jenuh silica gel

Silica gel yang telah jenuh dapat direaktivasi dengan cara


pemanasan pada suhu 1050 C – 1300 C selama 4 samapi 6 jam untuk
menurunkan kadar air ke tingkat ≤ 2 % berat dan kembali kewarna
awal. Resiko dari tipe ini adalah ketika minyak berinteraksi dengan
udara luar, sangat memungkinkan bahwa minyak akan
terkontaminasi oleh air yang terkandung dalam udara tersebut.
Dapat disimpulkan bahwa kemampuan silika gel dalam
menyaring lembab merupakan faktor penentu dalam menjaga
kualitas sistem dielektrik. Meningkatnya kadar air di dalam minyak
akan menurunkan ketahanan tegangan transformator. Bila nilai
tegangan tembus minyak telah berada di bawah ambang batas

http://digilib.mercubuana.ac.id/
19

minimal, minyak perlu dipelihara (purifying) untuk menurunkan


kadar air dan membuang partikel fisika lainnya, sehingga
transformator konvensional perlu pemeriksaan dan pemeliharaan
secara reguler. Periode pemeliharaan dan pemeriksaan bergantung
pada kondisi lingkungan lokal dan tingkat pembebanan
transformator.

b. Transformator hermatical
Konsep lain dari memproteksi transformator dari udara lembab
adalah dengan sistem tangki kedap (hermatically sealed). Pada
sistem ini konservator dan sistem pipa untuk hubungan dengan
atmosfer luar sudah tidak digunakan lagi. Ada dua jenis sistem
hermatik pada transformator distribusi dengan pendekatan
teknolagi berbeda yaitu dengan bantalan gas (hermatically sealed
inert gas cushion) dan minyak penuh (fully filled)

1. hermatically sealed inert gas cushion


sistem hermatik jenis ini menggunakan bentuk tangki rigid
dengan menerapkan bantalan gas (nitrogen) pada ruang diatas
level minyak. Volume untuk ruang gas diperhitungkan agar
mampu mempung ekspansi minyak yang terjadi pada saat beban
maksimum . Minyak dan gas berperan bersama-sama dalam
membentuk tekanan tangki. Pemanasan minyak oleh rugi-rugi
transformator dan peningkatan suhu gas akibat sentuhan dari
minyak panas tersebut, ditambah dengan konstruksi tangki yang
rigid menyebabkan peningkatan tekanan tangki relatif tinggi.
Untuk menjaga keberadaan nitrogen, pembatas tekanan yang
digunakan harus dari jenis konstruksi khusus yang tidak mudah
membuka oleh tekanan pada beban operasi, namun dapat
mereduksi tekanan eksesif saat kondisi gangguan.

http://digilib.mercubuana.ac.id/
20

Gambar 2.18 Hermatically sealed inert gas cushion

Busing dan pengubah sadapan yang direkomendasikan


untuk menggunakan desain wall mounted (terpasang pada
dinding tangki)

2. fully filled
konsep hermatik lainnya adalah dengan mengisi seluruh ruang
didalam tangki dengan minyak. Sistem ini diterapkan pada
tangki yang dikonstruksi dengan sirip pendingin dari pelat
corrugated. Bantalan gas tidak digunakan lagi dan perannya
dalam menangani ekspansi minyak diambil ahli oleh
kelenturan sirip dari pelat fleksibel (corrugated). Penggunaan
sirip lentur membuat volume tangki bersifat variable,
membesar saat beban tinggi dan kembali mengecil saat beban
yang lebih rendah.

http://digilib.mercubuana.ac.id/
21

Untuk dapat mengangani kondisi ini, bahan logam pelat dari


sirip radiator harus fleksibel namun kuat menahan tekanan
tangki.

Gambar 2.19 Fully filled

2.4 SISTEM PENDINGINAN TRANSFORMATOR


Panas yang ditimbulkan oleh tugi rugi transformator berpotensi merusak
ketahanan komponen komponen dari sistem insulasi (kertas atau enameled
wire) transformator. Untuk menjaga agar suhu pada semua bagian insulasi
selalu berada dibawah batas ketahanan termalnya, maka diperlukan
pendinginan. Media yang digunalan pada sistem pendinginan dapat berupa
udara atau gas, minyak dan air. Sistem pendingin transformator dapat
dikelompokkan sebagai berikut :
a. ONAN (oil natural air natural)
Ialah pendinginan minyak pada kumparan transformator dan udara
sebagai pendingin luar, dimana keduanya bersikulasi secara alami. Jenis
ini biasa digunakan untuk transformator dengan kapasitas kecil
b. ONAF (oil natural air force)
Ialah pendinginan minyak yang bersikulasi secara alami dan udara yang
bersikulasi secara paksa yakni menggunakan hembusan kipas angin
yang digerakkan oleh motor listrik. Pada umumnya operasi
transformator dimulai dari ONAF tetapi hanya sebagian kipas angin
yang berputar, apabila suhu transformator meningkat, kipas angin akan
berputar secara bertahap

http://digilib.mercubuana.ac.id/
22

c. OFAF (oil force air force)


Ialah minyak dipompakan dari tangki utama secara paksa melewati
udara yang dipaksakan. Pada sistem pendinginan ini, minyak berfungsi
sebagai pendingin kumparan transformator yang bersikulasi sedcara
paksa dan dengan udara sebagai pendingin luar transformator yang
bersikulasi secara paksa
d. OFWF (oil force water force)
Ialah minyak dipompakan dari tangki utama melewati air pendingin.
Pada sistem pendingin ini, minyak sebagai kumparan transformator
yang bersikulasi secara paksa dengan air sebagai pendingin luar
transformator yang bersikulasi secara paksa.
Berikut ini merupakan (tabel 2.3) berisikan klasifikasi tipe pendingin
transformator

Tabel 2.3 Tipe Pendingin Transformator

Media
macam sistem didalam transformator diluar transformator
no
pendingin
sirkulasi
sirkulasi paksa sirkulasi alami sirkulasi paksa
alami
1 AN - - udara -
2 AF - - - Udara
3 ONAN minyak - udara -
4 ONAF minyak - - udara
5 OFAN - Minyak Udara -
6 OFAF - Minyak - Udara
7 OFWF Minyak - Air
8 ONAN / ONAF kombinasi 3 dan 4
9 ONAN / OFAN kombinasi 3 dan 5
10 ONAN / OFAF kombinasi 3 dan 6
11 ONAN / OFWF kombinasi 3 dan 7

http://digilib.mercubuana.ac.id/
23

Keterangan:
A : air (udara) O : Oil (minyak)
N : Natural (alamiah) F : Forced (paksa / tekanan)

2.3.1. Media pendingin


Kemampuan tahanan isolasi belitan trasformator terhadap panas
dibedakan atas jenis isolasi yang digunakan. Tabel 2.4 menunjukkan
kelas kelas isolasi dan batas ketahanan terhadap suhu. Pemilihan kelas
isolasi untuk belitan secara langsung menentukan batas kapasitas dan
umur suatu transformator. Untuk transformator dengan kelas suhu A,
seperti halnya kebanyakan transformator distribusi, desain ketahanan
termal ditentukan pada suhu ruang maksimum 40°C.

Tabel 2.4 Kelas Thermal Insulasi menurut VDE 0532

Kelas Suhu kerja maksimal (0C)

Y 90
A 105
E 120
B 130
F 155
H 180
C ≥180
*(Abdul kadir.transformator.115)

Minyak mineral merupakan jenis material yang paling banyak


digunakan sebagai pendingin transformator distribusi. Selain berfungsi
sebagai media pendingin, minyak mineral juga berfungsi untuk
mengisolasi tegangan yang timbul pada setiap bagian-bagian
transformator.

http://digilib.mercubuana.ac.id/
24

2.5 UMUR TRANSFORMATOR


Umur transformator merupakan fungsi dari umur sistem insulasi. Umur
insulasi berakhir bila kekuatan mekanikalnya telah menurun hingga 50%
kekuatan awal. Pada batas ini transformator masih dapat beroperasi namun
rentan terhadap berbagai gangguan. Untuk kelas suhu insulasi, seperti
halnya transformator didesain SPLN 17 tahun 1997 (publikasi IEC
354(1972)) penurunan ini dicapai pada 180.000 (20,55 tahun) bila
transformator di operasikan pada kapa sitas penuh secara kontinyu sehingga
transformator mempunyai susut umur normal 0,0137 % perhari.

Sistem insulasi didesain untuk beroperasi pada suhu belitan rata rata
650C dan suhu belitan hottest-spot 800C diatas suhu ambient rata rata 300C.
Dengan kondisi ini suhu operasi transformator diantaranya :
a. 65°C kenaikan suhu rata-rata + 30°C suhu ambient = 95°C suhu rata-
rata belitan
b. 80°C kenaikan hottest-spot + 30°C suhu ambient = 110°C suhu hottest-
spot

Sistem insulasi di atas menggunakan material thermal upgraded


paper yang merupakan hasil improvement dari material generasi
sebelumnya yang mempunyai suhu operasi lebih rendah, yaitu:
a. 55°C kenaikan suhu rata-rata + 30°C suhu ambien = 85°C suhu rata-
rata belitan
b. 65°C kenaikan hottest-spot + 30°C suhu ambien = 95°C suhu hottest-
spot

http://digilib.mercubuana.ac.id/
25

10.000.000

1.000.000
103

117
Umur trafo [jam]
100.000

10.000
42,60 tahun 10,17 tahun

1.000
20,55 tahun

100
80 90 100 110 120 130 140 150

Suhu [°C]

Gambar 2.20 kurva Umur Transformator

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa variasi suhu 7oC dari batas suhu
operasi akan terjadi faktor kelipatan dua. Pada suhu 117oC, umur
transformator akan berkurang separuhnya akibat penuaan progresif oleh suhu
tinggi terhadap sistem insulasi sedangkan pada suhu 107oC umur akan lebih
panjang dua kalinya.
Selain itu pula, dengan adanya thermal stress yang sangat tinggi
tersebut akan merusak kertas isolasi trafo itu sendiri. Pada gambar 2.20
berikut ini merupakan contoh figur kerusakan isolasi trafo (kraft paper) pada
suhu 150 0C yang terendam dalam mineral oil dengan waktu variable waktu:

Gambar 2.21 figur warna penuaan kertas isolasi trafo

http://digilib.mercubuana.ac.id/
26

Dapat dilihat bahwa ketika isolasi menerima suhu berlebih (150 0C), akan
mengalami penurunan kualitas yang sangat signifikan dalam waktu kurang
dari 6 bulan

2.6 FAKTOR YANG MEMPERCEPAT PENUAAN


Secara proses kimiawi, ada tiga mekanisme pada degradasi dan penuaan
insulasi transformator, yaitu oksidasi, hydrolysis dan pyrolisis, dengan suhu, air
dan oksigen berperan sebagai agen utama. Hydrolysis (dekomposisi akibat
reaksi dengan air dan asam) dan pyrolysis merupakan reaksi yang melibatkan
suhu, namun tingkat aktivasinya berbeda. Proses pyrolisis akan merusak kertas
secara langsung dengan memutus ikatan glukose sedangkan hydrolysis akan
mendekomposisi polimer dengan bantuan air dan asam (asam bertindak sebagai
katalisator). Oksidasi relatif tidak terkait langsung dengan depolimerisasi
selulose, namun beberapa jenis dari proses oksidasi, seperti halnya pada
hydrolysis, akan memproduksi sejumlah molekul air.

Ketiga mekanisme tersebut berlangsung secara simultan dan membentuk


proses berantai, dimana produk dari suatu hasil reaksi akan berkontribusi,
mempengaruhi kecepatan, dan menjadi bahan baku dari proses reaksi
berikutnya. Selain suhu tinggi, penuaan pada sistem insulasi dapat dipercepat
oleh kelembaban dan oksidasi.

Pada suhu beban normal, oksidasi dan lembab cenderung lebih berperan
dalam merusak sistem insulasi. Hasil dari siklus ini adalah pengningkatan kadar
keasaman (acidity) pada minyak, lihat gambar 2.22

http://digilib.mercubuana.ac.id/
27

CO2 CO

H2O

Oksidasi selulose Oksidasi minyak

H2O Suhu tinggi O2

Asam Hydrolysis Pyrolysis

Pemecahan
Depolimerisasi
levoglucosane

Dehidrasi
Fragmentasi
levoglucosane

Furan

Asam CO2 CO H2O î2

Gambar 2.22 Proses Oksidasi, hydrolisi dan pyrolisis

Kadar keasaman mempunyai korelasi terhadap pembentukan sludge


(endapan), yang keberadaanya akan merusak kemampuan heat transfer minyak.
Asam akan membentuk sludge yang menetap pada belitan transformator,
menghasilkan berkurangnya kemampuan minyak dalam mendisipasi panas. Suhu
operasi belitan yang menjadi lebih panas akan membentuk lebih banyak sludge dan
menimbulkan lebih panas lagi. Kadar asam yang tinggi dan pengingkatan suhu
operasi akan mempercepat pemburukan kualitas insulasi minyak.

2.7 PENGAMAN TRANSFORMATOR


Hubung singkat dan arus lebih yang terjadi di sepanjang jaringan yang
dipasok oleh transformator, dapat menimbulkan stress thermal dan
mekanial pada struktur belitan transformator. Arus gangguan yang mengalir
dalam durasi tertentu pada belitan, menimbulkan panas tinggi yang merusak
sistem isolasi dan dielektrik dan menyebakan penuaan dipercepat. Oleh
karena iitu, pemilihan rating pengaman pun harus dilakukan secara cepat

http://digilib.mercubuana.ac.id/
28

dan tepat sesuai dengan kapasitas transformator (rating proteksi tidak terlalu
besar atau kecil)

Tabel 2.5 dan 2.6 merupakan rekomendasi pemilihan rating proteksi sisi
primer berdasarkan IEC 282-2(1974) jenis letupan yang digunakan untk
trafo pasang luar dan standar IEC 282-2 (1970) jenis pembatas arus / current
limiting (HRC) untuk trafo pasang dalam

Tabel 2.5 rekomendasi pemilihan rating pelebur untuk trafo pasang dalam

Keterangan :
Tipe H : pelebur tahan surya
Tipe T : pelebur tipe lambat
Tipe K : pelebut tipe cepat

Tabel 2.6 rekomendasi pemilihan rating pelebur untuk trafo pasang luar
trafo distribusi arus pengenal (A)
tiga fasa 20 KV
daya pengenal arus pengenal tipe T tipe K
(KVA) (A) min maks min maks
50 1,4434 - - 6,3 6,3
100 2,8867 6,3 8 6,3 10
160 4,6188 10 12,5 10 12,5

http://digilib.mercubuana.ac.id/
29

200 5,7735 10 12,5 16 20


250 7,2169 16 16 16 25
315 9,0933 20 25 20 31,5
400 11,547 25 25 25 40
500 14,4337 25 31,5 31,5 40
630 18,1865 40 40 40 63
800 23,094 50 63 50 80
1000 28,8675 63 63 63 100

Garis batas ketahanan pelebur (menurut SPLN diatas) bagi trafo distribusi
umum ditentukan oleh titik titik berikut :
a. 2 x In selama 100 detik : arus beban lebih
b. 12 x In selama 0,1 detik : arus inrush trafo
c. 25 x In selama 2 detik : arus hubung singkat
d.
2.8 PEMELIHARAAN TRANSFORMATOR
Pemeliharaan adalah peningkatan kehandalan yang dilakukan dalam
melaksanakan kegiatan untuk menjaga kondisi sebuah peralatan agar dapat
melakukan fungsinya. Pemeliharan akan dapat meningkatkan kehandalan dan
efesiensi maksimal pada biaya serendah rendahnya, dengan demikian akan
dicapai optimalisasi peralatan melakukan aktivitas pengelolahan peralatan.

2.6.1 Jenis jenis pemeliharaan


Dalam pelaksamaannya kegiatan pemeliharan transformator
distribusi di bagi menjadi tiga jenis pemeliharaan diantaranya :
a. Pemeliharaan preventive
Pemeliharaan preventive adalah kegiatan pemeliharan untuk
mencegah terjadinya kerusakan peralatan yang lebih parah dan
untuk mempertahankan unjuk kerja transformator agar tetap
beroperasi dengan kehandalan dan efesiensi yang tinggi. Dalam
pelaksanaannya pemeliharaan ini diawali dengan pemeriksaan
untuk diikuti dengan rekomendasi dari hasil tersebut. adapun
kegiatan pemliharan preventive diantaranya : pembersihan fisik

http://digilib.mercubuana.ac.id/
30

dari kotoran, pemeriksaan kondisi baut baut pada bushing,


pemeriksaan indikasi minyak transformator.

b. Pemeliharaan berdasarkan kondisi


Pemeliharan berdasarkan kondisi adalah pemeliharan
transformator distribusi yang dilakukan untuk mengetahui
kondisi trafo untuk kemudian di prediksi kemungkinan
kerusakan yang terjadi sehingga dapat dilakukan pemeliharaan.
Adapun aktifitas dari pemeliharan berdasarkan kondisi antara
lain pengukuran tahanan pembumian, pengujian temperature
dengan thermovision.

c. Pemeliharaan korektif
Pemeliharaan korektif adalah tindakan perbaikan transformator
distribusi yang diakibatkan terjadinya gangguan. Adapun
aktifitas pemeliharan korektif diantaranya : pergantian
komponen atau aksesoris transformator, pengencangan atau
pergantian sambungan (konektor) bushing

http://digilib.mercubuana.ac.id/

Anda mungkin juga menyukai