PENDAHULUAN
1
Pengalaman belajar klinik di komunitas memberikan bekal bagi mahasiswa
untuk memperoleh pengalaman nyata dalam memberikan asuhan keperawatan bagi
keluarga yang mengalami masalah kesehatan khususnya dengan menerapkan
proses keperawatan sebagai pendekatan pemecahan masalah. Dalam hal ini
mahasiswa di harapkan mampu memodifikasi suatu rencana yang telah di susun di
sesuaikan dengan keadaan keluarga yang sesungguhnya agar rencana tersebut
benar-benar dapat di laksanakan di keluarga.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
2.1.2 Tipe Keluarga
Menurut Mubarak, 2006 tipe keluarga antara lain :
1) Tradisional Nuclear
Keluarga inti yang terdiri dari : ayah, ibu dan anak yang tinggal dalam satu
rumah ditetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu ikatan perkawinan, satu atau
keduanya dapat bekerja di luar rumah.
2) Extended Family
Adalah keluarga inti ditambah dengan sanak saudara misalnya : nenek, kakek,
keponakan, saudara sepupu, paman, bibi dan lainnya sebagainya.
3) Reconstituted Nuclear
Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali suami/istri,
tinggal dalam pembentukan satu rumah dengan anak-anaknya, baik itu bawaan dari
perkawinan lama maupun hasil dari perkawinan yang baru.Satu atau keduanya
dapat bekerja diluar rumah.
4) Niddle Age/ Aging Couple
Suami sebagai pencari uang, istri dirumah /kedua-duanya bekerja dirumah,
anak-anak sudah meninggalkan rumah karena sekolah/perkawinan/meniti karier.
5) Dyadic Nuclear
Suami istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai anak, keduanya/salah
satu bekerja di luar rumah.
6) Single Parent
Satu orangtua sebagai akibat perceraian/kematian pasangannya dan anak-
anaknya dapat tinggal dirumah/diluar rumah.
7) Dual Carrier
Suami istri atau keduanya orang karier dan tanpa anak.
8) Commuter Married
Suami istri/keduanya orang karier dan tinggal terpisah pada jarak tertentu,
keduanya saling mencari pada waktu-waktu tertentu.
9) Single Adult
Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri karena pilihannya atau perpisahan
(perceraian/ditinggal mati).
4
10) Three Generation.
Tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah.
11) Institusional
Anak-anak atau orang-orang dewasa tinggal dalam suatu panti.
12) Comunal
Satu rumah terdiri dari dua/ lebih pasangan yang monogami dengan anak-
anaknya dan bersama-sama dalam penyediaan fasilitas.
13) Group Marriage
Satu perumahan terdiri dari orangtua dan keturunannya didalam satu kesatuan
keluarga dan tiap individu adalah kawin dengan yang lain dan semua adalah
orangtua dari anak-anak.
14) Unmaried Parent and Child
Ibu dan anak dimana perkawinan tidak dikehendaki, anaknya diadopsi.
15) Cohibing Couple
Dua orang/satu pasangan yang tinggal bersama tanpa kawin.
5
1) Untuk meneruskan keturunan.
2) Memelihara dan membesarkan anak.
3) Memenuhi kebutuhan gizi keluarga.
b. Fungsi psikologis
1) Memberikan kasih sayang dan rasa aman bagi keluarga
2) Memberikan perhatian diantara keluarga
3) Memberikan kedewasaan kepribadian anggota keluarga
4) Memberikan identitas keluarga
c. Fungsi sosialisasi
1) Membina sosialisasi pada anak
2) Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat
perkembangan masing-masing.
3) Meneruskan nilai-nilai budaya.
d. Fungsi ekonomi
1) Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga
2) Menabung untuk memenuhi kebutuhan keluarga dimasa yang akan datang.
e. Fungsi pendidikan
1) Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, keterampilan dan
membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimilikinya.
2) Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam
memenuhi peranannya sebagaimana orang dewasa.
3) Mendidik anak sesuai dengan tingkat perkembangannya.
6
2.1.6 Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan Keluarga
1. Faktor fisik
Ross, Mirowsky, dan Goldstein (1990) memberikan gambaran bahwa ada
hubungan positif antara perkawinan dengan kesehatan fisik
2. Faktor psikis
Terbentuknya keluarga akan menimbulkan dampak psikologis yang besar,
perasaan nyaman karena saling memperhatikan, saling memberikan penguatan
atau dukungan.
3. Faktor Sosial
Status social memiliki dampak yang signifikan terhadap fungsi kesehatan
sebuah keluarga.
4. Faktor Budaya
Faktor keluarga terdiri dari (Setiawati, 2008 : 22 ) :
a. Keyakinan dan praktek kesehatan
b. Nilai-nilai keluarga
c. Peran dan pola komunikasi keluarga
d. Koping keluarga
7
gagal mendengar, diskualifikasi, opensif (bersifat negatif), terjadi miskomunikasi
dan kurang atau tidak valid.
2) Struktur peran
Struktur peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai posisi sosial
yang diberikan, jadi pada struktur peran bisa bersifat formal atau informal.
3) Struktur kekuatan
Struktur kekuatan adalah kemampuan dari individu untuk mengontrol atau
mempengaruhi atau merubah perilaku orang lain: legitimate power ( hak, referent
power) ditiru, expert power (keahlian), reward power ( hadiah), coercive power
(paksa) dan affektif power.
4) Struktur nilai dan norma
Nilai adalah sistem ide-ide, sikap keyakinan yang mengikat anggota keluarga
dalam budaya tertentu, sedangkan norma adalah pola perilaku yang diterima pada
lingkungan sosial tertentu berarti disini adalah lingkungan keluarga dan lingkungan
masyarakat sekitar keluarga.
8
Anak sensitif terhadap pengaruh lingkungan dan tugas keluarga adalah mulai
menanamkan norma-norma kehidupan, norma-norma agama, norma-norma
sosial budaya.
e. Tahap menghadapi anak sekolah
Tugas keluarga adalah bagaimana mendidik anak, mengajari anak untuk
mempersiapkan masa depannya, membiasakan anak belajar secara teratur,
mengontrol tugas-tugas sekolah anak, dan meningkatkan pengetahuan umum
anak.
f. Tahap menghadapi anak remaja
Tahap ini paling rawan, karena pada tahap ini anak akan mencari identitas diri
dalam membentuk kepribadiannya, oleh karena itu suri tauladan dari kedua
orangtua sangat diperlukan. Komunikasi dan saling pengertian antara kedua
orang tua dengan anak perlu dipelihara dan dikembangkan.
g. Tahap melepas anak ke masyarakat
Melepasanak ke masyarakat dalam memulai kehidupannya yang sesungguhnya,
dalam tahap ini anak akan memulai kehidupan berumah tangga
h. Tahap berdua kembali
Setelah anak besar dan menempuh kehidupan keluarga sendiri-sendiri,
tinggallah suami istri berdua saja. Dalam tahap ini keluarga akan merasa sepi,
dan bila tidak dapat menerima kenyataan akan dapat menimbulkan depresi dan
stress.
i. Tahap masa tua
Tahap ini masuk ke tahap lansia, dan kedua orang tua mempersiapkan diri untuk
meninggalkan dunia fana ini.
9
keluarga. Kemampuan pendidik ini perlu di dukung kemampuan tentang
pemahaman bagaimana keluarga dapat melakukan proses belajar mengajar.
2. Kordinator
Koordinasi merupakan salah satu peran utama perawat yang bekerja dengan
keluarga. Klien yang pulang dari rumah sakit memerlukan perawatan lanjutan
dirumah, maka perlu koordinasi lanjutan asuhan keperawatan di rumah.
3. Pelaksana perawatan dan pengawas perawatan langsung.
Kontak pertama perawat kepada keluarga dapat melalui anggota keluarganya
yang sakit. Perawat yang bekerja dengan klien dan keluarga baik di rumah, klinik
maupun di rumah sakit bertanggung jawab dalam memberikan perawatan langsung
atau mengawasi keluarga memberikan perawatan pada anggota yang sakit di rumah
sakit, perawat melakukan perawatan langsung atau demonstrasi asuhan yang
disaksikan oleh keluarga dengan harapan keluarga mampu melakukan dirumah,
perawat dapat mendemonstrasikan dan mengawasi keluarga melakukan peran
langsung selama di rumah sakit atau di rumah oleh perawat kesehatan.
4. Pengawas kesehatan
Perawat mempunyai tugas melakukan home visit yang teratur untuk
mengidentifikasi atau melakukan pengkajian tentang kesehatan keluarga.
5. Konsultan dan penasehat
Perawat sebagai nara sumber bagi keluarga didalam mengatasi masalah
kesehatan. Hubungan perawat-keluarga harus dibina dengan baik, perawat harus
bersikap terbuka dan dapat dipercaya dengan demikian keluarga mau meminta
nasehat kepada perawat tentang masalah yang bersifat pribadi.Pada situasi ini
perawat sangat dipercaya sebagai narasumber dalam mengatasi masalah kesehatan
keluarga.
6. Kolaborasi
Perawat komunitas juga harus bekerja sama dengan pelayanan rumah sakit atau
anggota tim kesehatan yang lain untuk mencapai tahap kesehatan keluarga yang
optimal.
7. Advokasi
Keluarga seringkali tidak mendapatkan pelayanan yang sesuai di masyarakat,
kadang kala keluarga tidak menyadari mereka telah dirugikan, sebagai advokat
10
klien perawat berkewajiban melindungi hak keluarga, misalnya keluarga dengan
sosial ekonomi lemah sehingga keluarga tidak mampu memenuhi kebutuhannya,
perawat juga dapat membantu keluarga mencari bantuan yang mungkin dapat
memenuhi kebutuhan keluarga.
8. Fasilitator
Peran perawat komunitas disini adalah membantu keluarga didalam
menghadapi kendala untuk meningkatkan derajat kesehatannya.Keluarga sering
tidak dapat menjangkau pelayanan kesehatan karena berbagai kendala yang
ada.Kendala yang sering dialami keluarga adalah keraguan didalam menggunakan
pelayanan kesehatan, masalah ekonomi dan masalah sosial budaya. Agar dapat
melaksanakan peran fasilitator dengan baik maka perawat komunitas harus
mengetahui sistem pelayanan kesehatan misalnya sistem rujukan dan dana sehat.
9. Penemu kasus
Peran perawat komunitas yang juga sangat penting adalah mengidentifikasi
masalah kesehatan secara dini, sehingga tidak terjadi ledakan penyakit atau wabah.
10. Modifikasi lingkungan
Perawat komunitas juga harus dapat memodifikasi lingkungan baik lingkungan
rumah maupun lingkungan masyarakat agar dapat tercipta lingkungan yang sehat.
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tindakan yang digunakan oleh perawat untuk mngukur
keadaan klien (keluarga) dengan memakai norma-norma kesehatan keluarga
maupun sosial. Pengkajian merupakan penjajakan tahap satu. Dalam pengkajian
dilakukan pengumpulan data.
11
1) Pengumpulan Data
Pengumpulan data dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, diantaranya:
(1) Wawancara; yang berkaitan dengan hal-hal yang perlu diketahui, baik aspek
fisik, mental, sosial, budaya, ekonomi, kebiasaa lingkungan dan sebagainya.
(2) Pengamatan; pengamatan terhadap hal-hal yang tidak perlu ditanyakan
karena sudah dianggap cukup melalui pengamatan saja, diantaranya yang
berkaitan dengan lingkungan fisik, misalnya ventilasi, penerangan,
kebersihan dan sebagainya.
(3) Studi Dokumentasi; studi berkaitan dengan perkembangan kesehatan
anak,diantaranya melalui Kartu Menuju Sehat (KMS).
(4) Pemeriksaan Fisik; dilakukan tehadap anggota keluarga yang mempunyai
masalah kesehatan dan keperawatan, berkaitan dengan keadaan fisik,
misalnya kehamilan organ tubuh dan tanda-tanda penyakit. Data yang
dikumpulkan meliputi hal-hal sebagai berikut:
2) Menentukan masalah
Dalam menentukan masalah kesehatan dan keperawatan keluarga ada 5 (lima)
hal yang harus diperhatikan yaitu :
(1) Menentukan tipologi kesehatan dan keperawatan keluarga
(2) Menentukan ketidakmampuan keluarga dalam melaksanakan tugas-tugas
kesehatan dan keperawatan merupakan penjajakan tahap kedua.
Ketidakmampuan keluarga dalam melaksanakan tugas-tugas kesehatan dan
keperawatan terdiri dari 5 hal, yaitu:
a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan keluarga
disebabkan oleh :
a) Kurang pengetahuan/ketidaktahuan fakta
b) Rasa takut akibat masalah yang diketahui.
b. Ketidakmampuan kelurga membuat keputusan dalam melakukan
tindakan yang yepat, sisebabkan oleh :
a) Tidak memahami sifat, berat dan luasnya masalah
b) Tidak sangguo memilih tindakan diantara beberapa pilihan
c) Ketidak cocockan pendapat dari anggota keluarga.
12
c. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarag yang sakit,
disebabkan oleh :
a) Tidak tahu cara perawatan.
b) Tidak mengetahui tentang perkembangan yang dilakukan
c) Sikap negative terhadap yang sakit
d) Perilaku yang mementingkan diri sendiri
d. Ketidakmampuan keluarga memodifikasi atau memelihara lingkungan
rumah yang dapat mempengaruhi kesehatan, disebabkan:
a) Sumber-sumber keluarag yang tidak cukup
b) Kurang dapat melihat keuntungan dan manfaat pemeliharaan
lingkungan rumah.
c) Ketidaktahuan tentang pentingnya sanitasi lingkungan
d) Ketidaktahuan tentang usaha pencegahan penyakit.
e. Ketidaktahuan keluarga menggunakan sumber atau fasilitas pelayanan
kesehatan, disebabkan oleh :
a) Tidak memehami keuntungan yang diperoleh
b) Kurang percaya terhadap petugas kesehatn dan lembaga kesehatan
c) Menentukan criteria prioritas masalah
a. Sifat masalah
a) Ancaman masalah
b) Keadaan sakit atau kurang sehat
c) Situasi kritis
b. Kemungkinan masalah dapat diubah
Adalah kemungkinan keberhasilan untuk mengurangi masalah bila
dilakukan intervensi keperawatan dan kesehatan.
c. Potensi masalah untuk dicegah
Adalah sifat dan beratnya masalah yang akan timbul dan dapat dicegah
melalui tindakan keperawatan
d. Masalah yang menonjol
13
Adalah cara keluarga melihat dan memilai masalah dalam hal beratnya
dan mendesaknya untuk diatasi melalui intervensi keperawatan dan
kesehatan.
2. Perencanaan
1) Masalah kesehatan
2) Masalah keperawatan
3) Sasaran
4) Tujuan
5) Kriteria
6) Standar
7) Intervensi
14
4. Merupakan suatu proses yang berlangsung secara terus-menerus
3. Implementasi
Pelaksanaan tindakan keperawtan terhadap kel;uarga, didasarkan kepada
rencana asuhan keperawatan yang telah disusun. Hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam pelaksanaan tindakan keperawatan terhadap keluarga :
1. Sumber daya keluarga (keuangan)
2. Tingkat pendidikan keluarga
3. Adat istiadat yang berlaku
4. Respon dan penerimaan keluargasarana dan prasarana dalam keluarga
4. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap yang menentukan apakah tujuan tercapai atau tidak.
Evaluasi berkaitan dengan tujuan. Tolok ukur yang dipergunakan dalam evaluasi
adalah :
1. Kriteria keberhasilan
2. Standar keperawatan
3. Keadaan fisik, misalnya peningkatan BB anak
4. Pengetahuan dan perubahan, keluarga melaksanakan petunjuk-petunjuk tentang
perawatan dan kesehatan yang telah diberikan oleh perawat.
5. Psikologi dan sikap, misalnya berkembangnya sikap positif keluarga terhadap
perawat dalam memberikan asuhan di rumah.
15
2. Wawancara, mewawancarai keluarga yang berkaitan dengan perubahan
sikap apakah telah menjalankan anjuran yang telah diberiakn oleh perawat.
3. Memeriksa laporan. Dapat lihat dari rencana asuhan keperawatan yang di
buat dan tindakan yang dilaksanakan sesuai dengan rencana
4. Latihan stimulasi, latihan stimulasi berguna dalm menentukan
perkembangan kesanggupan melaksanakan asuhan keperawatan.
Sumber : Perawatan Kesehatan Masyarakat, Nasrul Effendi, 1998
16
BAB III
TINJAUAN TEORI KASUS
3.1 Konsep Dasar
3.1.1 Definisi
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg. (Smith
Tom, 1995)
Hipertensi dikategorikan ringan apabila tekanan diastoliknya antara 95 – 104
mmHg, hipertensi sedang jika tekanan diastoliknya antara 105 dan 114 mmHg, dan
hipertensi berat bila tekanan diastoliknya 115 mmHg atau lebih. Pembagian ini
berdasarkan peningkatan tekanan diastolik karena dianggap lebih serius dari
peningkatan sistolik (Smith Tom, 1995).
3.1.2 Etiologi
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan
besar yaitu : ( Lany Gunawan, 2001 )
1. Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak diketahui
penyebabnya
2. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain
Hipertensi primer terdapat pada lebih dari 90% penderita hipertensi, sedangkan
10% sisanya disebabkan oleh hipertensi sekunder. Meskipun hipertensi primer
belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan
beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor tersebut
adalah sebagai berikut :
1. Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih
besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi.
17
2. Ciri Perseorengan
3. Pola Hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah
konsumsi garam yang tinggi (melebihi dari 30 gr), kegemukan atau makan
berlebihan, stress dan pengaruh lain misalnya merokok, minum alcohol, minum
obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin ) pada usia lanjut, penyebab
perubahan tekanan darah adalah karena adanya ateroslerosis, hilangnya elastisitas
pembuluh darah, menurunnya distensi dan daya regang pembuluh darah.
3.1.3 Patofisiologi
Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya “hipertensi palsu”
disebabkan kekakuan arteri brachialis sehingga tidak dikompresi oleh cuff
sphygmomanometer (Darmojo, 1999).
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak
dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras
saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna
medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat
vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui
system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion
melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke
pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan
konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu
dengan hipertensi sangat sensitiv terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui
dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan
tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang
18
menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid
lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah.
Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan
pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian
diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan
retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra
vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural dan
fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan
tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi
aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi
otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi
dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang
kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung
(volume sekuncup) mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan
tahanan perifer (Smeltzer, 2001).
19
3.1.4 Pathway
20
3.1.5 Manifestasi Klinis
a. Manifestasi klinis beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu :
b. Mengeluh sakit kepala
c. Pusing lemas
d. Kelelahan
e. Sesak nafas
f. Gelisah
g. Mual muntah
h. Kesadaran menurun.
3.1.6 Komplikasi
Efek pada organ :
a. Otak
Pemekaran pembuluh darah
Perdarahan
Kematian sel otak : stroke
b. Ginjal
Malam banyak kencing
Kerusakan sel ginjal
Gagal ginjal
c. Jantung
Membesar
Sesak nafas (dyspnoe)
Cepat lelah
Gagal jantung
21
3. Glukosa: Hiperglikemi (Diabetes Melitus adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh pengeluaran Kadar ketokolamin (meningkatkan
hipertensi).
4. Kalium serum: Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron
utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
5. Kalsium serum: Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan
hipertensi
6. Kolesterol dan trigliserid serum: Peningkatan kadar dapat mengindikasikan
pencetus untuk/ adanya pembentukan plak ateromatosa ( efek
kardiovaskuler )
7. Pemeriksaan tiroid: Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan
hipertensi
22
7. Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien
tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat
mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
1. Aktivitas / istirahat
2. Sirkulasi
3. Integritas Ego
4. Eliminasi
5. Makanan / Cairan
23
Tanda : BB normal atau obesitas, adanya edema
6. Neurosensori
7. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : Angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit kepala oksipital
berat, nyeri abdomen
8. Pernapasan
9. Keamanan
24
2. Nyeri ( sakit kepala ) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler
serebral
3. Resiko perubahan perfusi jaringan: serebral, ginjal, jantung berhubungan
dengan gangguan sirkulasi
4. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
proses penyakit dan perawatan diri
3.2.3 Intervensi
Diagnosa 1 :
Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan
peningkatan afterload, vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular
Tujuan :
- Afterload tidak meningkat, tidak terjadi vasokonstriksi, tidak terjadi iskemia
miokard
Hasil yang diharapkan :
Intervensi :
25
Diagnosa 2 :
Intervensi :
Diagnosa 3 :
Tujuan :
26
Tanda-tanda vital stabil
Intervensi :
1. Observasi TTV
2. Pertahankan tirah baring; tinggikan kepala tempat tidur
3. Anjurkan untuk tidak terlalu banyak berfikir berat (stress)
4. Kolaborasikan obat dengan dokter
Diagnosa 4 :
Tujuan :
Intervensi :
3.2.4 Implementasi
Diagnosa 1 :
1. Mnegobservasi TTV secara berkala
2. Mengamati warna kulit, kelembaban, suhu dan masa pengisian kapiler
27
3. Memberikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas.
4. Mempertahankan pembatasan aktivitas seperti istirahat ditemapt tidur/kursi
5. Menganjurkan tehnik relaksasi, panduan imajinasi, aktivitas pengalihan
6. Memerikan pembatasan cairan dan diit natrium sesuai indikasi
7. Mengkolaborasi untuk pemberian obat-obatan sesuai indikasi dengan
dokter
Diagnosa 2 :
Diagnosa 3 :
1. Mengobservasi TTV
2. Mempertahankan tirah baring; tinggikan kepala tempat tidur
3. Menganjurkan untuk tidak terlalu banyak berfikir berat (stress)
4. Mengkolaborasikan obat dengan dokter
Diagnosa 4 :
3.2.5 Evaluasi
Menurut Setiadi (2012;27), tahan evaluasi adalah perbandingan yang
sistematis dan terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah
28
ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan
pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya.
1.1 Pengkajian
1. Data Umum Keluarga
A. Kepala Keluarga
Nama Kepala Keluarga : Tn. D
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 57 tahun
Alamat : Jl.A.Yani VI
Pekerjaan : Swasta
Pendidikan : SD
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
B. Daftar Anggota Keluarga
No Nama L/P Umur Hub. Klg Pekerjaan Pendidikan
1. Ny. K P 65 Istri Ibu Rumah Tangga SD
2. An.B L 45 Anak Swasta SD
3. An.S P 25 Anak Swasta SMA
4. An.I P 23 Anak Belum bekerja S1
5. An.S L 19 Anak Pelajar SMA
29
Keterangan :
: Laki-laki : Garis keturunan
: Perempuan : Tinggal serumah
/ : Meninggal : Pasien
D. Tipe Keluarga
Keluarga Tn.D termasuk keluarga inti terdiri dari ayah, ibu dan anak.
E. Latar Belakang Keluarga
1. Latar Belakang Budaya Keluarga dan Anggota Keluarga
Tn.D berasal dari suku Jawa dan Ny.K berasal dari suku Jawa juga.
Bahasa yang digunakan sehari-hari adalah Bahasa Jawa, Tn.D dan
keluarganya sudah lama tinggal di A.Yani. Tn.D tidak mempunyai
pekerjaan yang tetap hanya sebagai buruh lepas. Ny.K hanya sebagai
ibu rumh tangga. Tn.D dan Ny.K memiliki 4 orang anak, anak yang
pertama laki-laki sudah bekerja tapi tidak menetap, anak yang kedua
perempuan dan sudah bekerja tetap, dan anak yang ketiga perempuan
masih mengganggur, serta anak ke empat masih kuliah. Tn.D dan
keluarganya jika sakit hanya dapat pergi kepuskesmas terdekat untuk
melakukan pemeriksaan dan mendapat pengobatan.
2. Bahasa Yang Digunakan
Keluarga Tn.D sehari-hari menggunakan bahasa jawa.
3. Pengaruh Budaya Terhadap Kesehatan Keluarga
Kebudayaan yang dianut keluarga Tn.D tidak ada yang bertentangan
dengan masalah kesehatan.
F. Identifikasi Agama
Keluarga Tn.D beragama Islam dan menjalankan ajaran agama seperti
sholat, puasa. Di dalam agama yang dianut keluarga Tn.D tidak ada yang
mempengaruhi kesehatan keluarga.
G. Status Kelas Sosial
Penghasilan keluarga didapat dari Tn.D dan anak perempuan yang bekerja
sebagai pekerja tetap. Penghasilan keluarga perbulan ≤ Rp 3.000.000.
H. Rekreasi Keluarga dan Pemanfaatan Waktu Luang
30
Keluarga Tn.D lebih sering memanfaatkan waktu dirumah dengan
beristirahat dan menonton televisi.
2. Tahap Perkembangan Dan Sejarah Keluarga
1. Tahap Perkembangan dan Tugas Perkembangan Keluarga Saat Ini
Keluarga Tn.D berada pada tahap ke 6 yaitu keluarga dengan anak dewasa.
Tugas perkembangannya yaitu :
1) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.
2) Mempertahankan keintiman pasangan.
3) Membantu orang tua memasuki masa tua.
4) Membantu anak untuk mandiri di masyarakat.
5) Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga.
2. Tugas Perkembangan yang Belum Terpenuhi
Dari semua tugas perkembangan di atas yang masih belum terpenuhi adalah
memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar, karena baru anak pertama
dari Tn.D yang menikah.
3. Riwayat Kesehatan keluarga Inti
Ny.K saat ini sedang menderita penyakit Hipertensi. Sementara untuk Tn.D
dan anak-anaknya dalam kondisi sehat.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga Sebelumnya
Riwayat kesehatan keluarga Tn.D dalam waktu 6 bulan terakhir yaitu Ny.K
menderita penyakit Hipertensi. Tn.D dan anak-anak keluarga Tn. D dalam
kondisi sehat.
3. Data Lingkungan
1. Karakteristik Rumah
Rumah yang ditempati oleh keluarga Tn.D adalah rumah sendiri dengan luas
70 m2 (10 m x 7 m) tipe bangunan rumah semi permanen. Rumah tediri atas
1 lantai, lantai terbuat dari kayu. Penataan alat/perabotan rumah tangga tidak
terlihat rapi, pakaian digantung di dinding rumah, sekat antara kamar satu
dengan kamar lainnya dibuat. Ventilasi dan pencahayaan rumah bagus,
ventilasi dan pencahayaan di kamar tidur bagus, ventilasi dan jendela ada
disemua ruangan, di kamar mandi atau WC terdapat ventilasi. keluarga
memiliki kamar mandi atau WC sendiri keadaannya cukup bersih. Sumber
31
air mandi /air mencuci pakaian berasal dari air sumur bor yang ada di
samping rumah sedangkan untuk air minum dan untuk keperluan memasak
menggunakan air gallon isi ulang. Air tidak berasa, tidak berbau dan tidak
berwarna. Tempat jemuran pakaian berada di belakang rumah.
Denah rumah :
P
Ruang Tamu
Kamar
Kamar
Kamar
Dapur
jemba
tan
Kamar
Mandi dan
WC
32
Tn.D dengan tetangga cukup baik, karena Tn.D selalu terbuka dengan
tetangga sekitar.
3. Mobilitas Geografis Keluarga
Keluarga Tn.D sudah lama menempati rumahnya yang sekarang.
Rumah Tn.D tidak jauh dari jalan raya, jika Ny.K ingin berbelanja
tinggal beli di warung di dekat jalan raya dengan berjalan kaki.
4. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi Dengan Masyarakat
Keluarga Tn.D biasanya berkumpul saat waktu senggang saat sedang
menonton televisi bersama. Keluarga Tn.D selalu berinteraksi dengan
masyarakat sekitar.
5. Sistem Pendukung Keluarga
Keluarga Tn.D memiliki fasilitas jaminan kesehatan yaitu BPJS yang
dapat digunakan untuk melakukan pengobatan dan perawatan jika ada
keluarga Tn.D yang sakit.
4. Struktur Keluarga
1. Pola Komunikasi Keluarga
Pola komunikasi yang digunakan di keluarga Tn.D adalah komunikasi
terbuka. Mereka dapat mengungkapkan pendapatnya masing-masing.
2. Struktur Kekuatan Keluarga
Keluarga kalau ada masalah, yang memutuskan masalah adalah Tn.D.
Keputusan diambil dengan cara bermusyawarah bersama.
3. Struktur Peran
Tn.D berperan sebagai kepala keluarga dan juga yang mencari nafkah,
selain Tn.D anak keduanya juga mencari nafkah untuk keluarga. Ny.K
berperan sebagai ibu rumah tangga yang mengurus rumah dan
kebutuhan keluarga, anak yang pertama sudah berumah tangga dan
tinggal bersama istri, dan anak kedua sudah bekerja untuk membantu
orang tuanya mencari nafkah, sedangkan anak ketiga yang perempuan
masih belum mendapat pekerjaan.
4. Nilai-Nilai Keluarga
Dalam keluarga Tn.D menekankan etika dan sopan santun dengan orang
lain, saling menghormati dan menghargai.
33
5. Fungsi Keluarga
1. Fungsi Afektif
Keluarga Tn.D termasuk keluarga yang harmonis dan interaksi dalam
keluarga terjalin dengan erat dan baik.
2. Fungsi Sosialisasi
Keluarga Tn.D sosialisasinya sangat baik dengan tetangga sekitar.
Keluarga Tn.D mengajarkan kepada anak-anaknya untuk hidup mandiri
dan hidup menerima apa adanya, dapat hidup dengan sabar.
3. Fungsi Perawatan Kesehatan
Keluarga Tn. D tidak mengetahui dengan jelas mengenai informasi
atau masalah kesehatan yang dialami Ny. K sekarang.
Keluarga Tn.D mampu mengambil keputusan untuk membawa
Ny.K ke Puskesmas terdekat.
Keluarga Tn.D tidak mengetahui mengenai cara perawatan tentang
masalah kesehatan yang dialami Ny. K sekarang.
Keluarga Tn.D tidak mampu membuat suasana/lingkungan rumah
yang sehat.
Keluarga Tn.D dapat dengan mudah memanfaatkan fasilitas
pelayanan kesehatan terdekat seperti puskesmas.
4. Fungsi Reproduksi
Tn.D dan Ny.K memiliki emapt orang anak, dua orang anak laki-laki,
dan dua anak perempuan.
6. Pemeriksaan fisik
Hari/Tanggal : 30 Mei 2016
Nama Klien : Ny.K
Penampilan Umum
Penampilan Ny.K bersih, menggunakan baju sesuai situasi, muka tenang, dan
keluarga tampak sehat.
34
RR: 22x/menit
S : 36,5ºC
Pemeriksaan Fisik
1. Kepala : Saat pemeriksaan kulit kepala tampak bersih, rambut beruban dan
panjang serta tidak ada kelainan lain.
2. Mata: Saat pemeriksaan konjungtiva merah muda, kornea pudar, pupil isokor.
3. Hidung: Saat pemeriksaan hidung klien dapat mencium bau-bauan, ukuran
simetris.
4. Leher: Saat pemeriksaan tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan vena
jugularis.
5. Dada: Saat pemeriksaan bentuk simetris, tidak kembung, tidak teraba massa.
6. Genitalia: Lengkap.
7. Anus: tidak ada haemoroid
8. Ektremitas atas dan bawah: Saat pemeriksaan tidak ada kekakuan dan tidak
ada kelainan lain.
9. Warna kulit: Saat pemeriksaan sawo matang, turgor kulit baik.
7. HARAPAN KELUARGA
Keluarga Tn. D berharap agar semua anggota keluarganya dalam keadaan sehat
selalu dan keluarga menyatakan merasa sangat senang dengan kehadiran
perawat dan berharap sangat membantu keluarga mencegah penyakit pada
keluarga.
35
Mahasiswa,
8. Analisa Data
36
IX. MASALAH KEPERAWATAN KELUARGA
a. Diagnosa Keperawatan Keluarga
Nyeri berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga Tn. M merawat
anggota keluarga yang sakit terutama pada Ny. A.
No. Kriteria Perhitungan Pembenaran
1. Sifat masalah : Aktual 3/3x 1 = 1 Sifat masalah ini
aktual karena sedang
dialami oleh Ny.A
37
kemungkinan
masalah dapat
diubah.
3. Potensial Masalah Untuk Dicegah : 3/3x 1= 2 Masalah dapat
Tinggi diubah dengan
mudah kalau
ditunjang
kemampuan
keluarga dalam
merespon adanya
masalah
4. Menonjolnya 2/2x1=1 Ny. A menganggap
Masalah : Masalah berat harus penyakit vertigo ini
segera ditangani harus diberikan
pengobatan karena
mengganggu
kegiatan sehari-hari
Skor Total 5
38
No. Kriteria Perhitungan Pembenaran
1. Sifat masalah : Ancaman Kesehatan 2/3x 1 = 0,66 Sifat masalah ini ancaman
karena masih belum terjadi
dan dapat dicegah dengan
memberikan penyuluhan.
2. Kemungkinan masalah untuk diubah 2/2x 2= 1 Setelah diberikan
: Mudah pendidikan atau
penyuluhan kesehatan
terutama tentang vertigo
kemungkinan masalah
dapat diubah.
3. Potensial Masalah Untuk Dicegah : 3/3x 1= 2 Dengan diberikannya
Tinggi informasi maka keluarga
Tn.M dapat mengetahui
tentang penanganan
vertigo
4. Menonjolnya masalah : Ada 1/2x1=0,5 Keluarga menganggap jika
masalah, tapi tidak perlu ditangani terjadi vertigo langsung
dibawa
kepuskesmas/rumah sakit.
Tanpa perlu ditangani
sendiri dirumah untuk
mengurangi rasa nyeri.
Skor Total 4,16
39
a. Nyeri berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga Tn. M merawat
anggota keluarga yang sakit terutama pada Ny. A.
b. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan ketidakmamapuan keluarga Tn. M mengenal
masalah kesehatan keluarga.
40
BAB IV
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Vertigo adalah perasaan seolah-olah penderita bergerak atau berputar, atau
seolah-olah benda di sekitar penderita bergerak atau berputar, yang biasanya
disertai dengan mual dan kehilangan keseimbangan.
Vertigo bisa disebabkan oleh kelainan di dalam telinga, di dalam saraf yang
menghubungkan telinga dengan otak dan di dalam otaknya sendiri. Vertigo juga
bisa berhubungan dengan kelainan penglihatan atau perubahan tekanan darah yang
terjadi secara tiba-tiba. Vertigo timbul jika terdapat ketidakcocokan informasi
aferen yang disampaikan ke pusat kesadaran. Susunan aferen yang terpenting dalam
sistem ini adalah susunan vestibuler atau keseimbangan, yang secara terus menerus
menyampaikan impulsnya ke pusat keseimbangan. Susunan lain yang berperan
41
ialah sistem optik dan pro-prioseptik, jaras-jaras yang menghubungkan nuklei
vestibularis dengan nuklei N. III, IV dan VI, susunan vestibuloretikularis, dan
vestibulospinalis.
Pengobatan tergantung pada penyebabnya. Obat untuk mengurangi vertigo
yang ringan adalah meklizin, dimenhidrinat, perfenazin dan skopolamin. Langkah-
langkah penatalaksanaan untuk meringankan atau mencegah gejala vertigo: tarik
napas dalam-dalam dan pejamkan mata, tidur dengan posisi kepala yang agak
tinggi, buka mata pelan-pelan, miringkan badan atau kepala ke kiri dan ke kanan,
bangun secara perlahan dan duduk dulu sebelum beranjak dari tempat tidur,
hindari posisi membungkuk bila mengangkat barang, gerakkan kepala secara hati-
hati.
1.2 Saran
Dengan dibuatnya makalah tentang manajemen asuhan keperawatan vertigo,
diharapkan nantinya akan memberikan manfaat bagi para pembaca terutama
pemahaman yang berhubungan dengan bagaimana melakukan sebuah manajemen
asuhan keperawatan terutama pada pasien yang mengalami vertigo.
DAFTAR PUSTAKA
Carpernito, L.J.1999. Rencana Asuhan Keperawatan dan Dokumentasi
Keperawatan, Diagnosis Keperawatan dan Masalah Kolaboratif, Ed
2.Jakarta: EGC.
42
http://yayanakhyar.files.wordpress.com/2009/01/vertigo_files-of-
drsmed.pdf. (diakses tanggal 29 Mei 2016 pukul 11.45).
43