Anda di halaman 1dari 15

5

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dukungan Keluarga


2.1.1 Pengertian Dukungan Keluarga
Menurut Friedman (2010) Dukungan keluarga yaitu sikap, tindakan
penerimaan keluarga terhadap anggota keluargannya, berupa dukungan
informasional, dukungan penilaian, dukungan instrumental dan dukungan
emosional (Friedman, 2010). Dukungan keluarga adalah suatu bentuk hubungan
interpersonal yang meliputi sikap, tindakan dan penerimaan terhadap anggota
keluarga, sehingga anggota keluarga merasa ada yang memperhatikannya. Jadi
dukungan sosial keluarga mengacu kepada dukungan-dukungan sosial yang
dipandang oleh anggota keluarga sebagai sesuatu yang dapat diakses atau
diadakan untuk keluarga yang selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan
jika diperlukan (Erdiana, 2015). Berdasarkan pengertian menurut dua penulis
dapat ditarik dukungan keluarga adalah suatu bentuk hubungan interpersonal yang
melindungi seseorang dari efek stres.
2.1.2 Sumber Dukungan Keluarga
Menurut Caplan (1974) dalam Friedman (2010) terdapat tiga sumber
dukungan sosial umum, sumber ini terdiri atas jaringan informal yang spontan:
dukungan terorganisasi yang tidak diarahkan oleh petugas kesehatan professional,
dan upaya terorganisasi oleh professional kesehatan. Dukungan sosial keluarga
mengacu kepada dukungan-dukungan sosial yang di pandang oleh anggota
keluarga sebagai sesuatu yang dapat diakses atau diadakan untuk keluarga
(dukungan sosial bisa atau tidak digunakan, tetapi anggota keluarga memandang
bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan
bantuan jika diperlukan) (Friedman, 2010).
2.1.3 Tujuan Dukungan Keluarga
Sangatlah luas diterima bahwa orang yang berada dalam lingkungan sosial
yang suportif umumnya memiliki kondisi yang lebih baik dibandingkan rekannya
yang tanpa keuntungan ini. Lebih khususnya, karena dukungan sosial dapat
dianggap mengurangi atau menyangga efek serta meningkatkan kesehatan mental

5
6

individu atau keluarga secara langsung, dukungan sosial adalah strategi penting
yang harus ada dalam masa stress bagi keluarga (Friedman, 2010). Sistem
dukungan keluarga ini berupa membantu berorientasi tugas sering kali diberikan
oleh keluarga besar, teman, dan tetangga. Bantuan dari keluarga besar juga
dilakukan dalam bentuk bantuan langsung, termasuk bantuan financial yang terus-
menerus dan intermiten, berbelanja, merawat anak, perawatan fisik lansia,
melakukan tugas rumah tangga, dan bantuan praktis selama masa krisis
(Friedman, 2010).
2.1.4 Jenis Dukungan Keluarga
Menurut Friedman (2010) menyatakan bahwa keluarga berfungsi sebagai
sistem pendukung bagi anggotanya. Anggota keluarga memandang bahwa orang
yang bersifat mendukung, selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika
diperlukan. Terdapat empat dimensi dari dukungan keluarga yaitu:
2.1.4.1 Dukungan emosional berfungsi sebagai pelabuhanistirahat dan pemulihan
serta membantu penguasaan emosional serta meningkatkan moral keluarga
(Friedman, 2010). Dukungan emosianal melibatkan ekspresi empati,
perhatian, pemberian semangat, kehangatan pribadi, cinta, atau bantuan
emosional. Dengan semua tingkah laku yang mendorong perasaan nyaman
dan mengarahkan individu untuk percaya bahwa ia dipuji, dihormati, dan
dicintai, dan bahwa orang lain bersedia untuk memberikan perhatian
(Sarafino, 2011
2.1.4.2 Dukungan informasi, keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan
disseminator (penyebar) informasi tentang dunia (Friedman, 2010).
Dukungan informasi terjadi dan diberikan oleh keluarga dalam bentuk
nasehat, saran dan diskusi tentang bagaimana cara mengatasi atau
memecahkan masalah yang ada (Sarafino, 2011).
2.1.4.3 Dukungan instrumental, keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan
praktis dan konkrit (Friedman, 2010). Dukungan instrumental merupakan
dukungan yang diberikan oleh keluarga secara langsung yang meliputi
bantuan material seperti memberikan tempat tinggal, memimnjamkan atau
memberikan uang dan bantuan dalam mengerjakan tugas rumah sehari-
hari (Sarafino, 2011).
7

2.1.4.4 Dukungan penghargaan, keluarga bertindak (keluarga bertindak sebagai


sistem pembimbing umpan balik, membimbing dan memerantai
pemecahan masalah dan merupakan sumber validator identitas anggota
(Friedman, 2010). Dukungan penghargaan terjadi melalui ekspresi
penghargaan yang positif melibatkan pernyataan setuju dan panilaian
positif terhadap ide-ide, perasaan dan performa orang lain yang
berbanding positif antara individu dengan orang lain (Sarafino, 2011).
2.1.5 Manfaat Dukungan Keluarga
Dukungan sosial keluarga adalah sebuah proses yang terjadi sepanjang masa
kehidupan, sifat dan jenis dukungan sosial berbeda- beda dalam berbagai tahap-
tahap siklus kehidupan. Namun demikian, dalam semua tahap siklus kehidupan,
dukungan sosial keluarga membuat keluarga mampu berfungsi dengan berbagai
kepandaian dan akal. Sebagai akibatnya, hal ini meningkatkan kesehatan dan
adaptasi keluarga (Friedman, 2010). Wills (1985) dalam Friedman (2010)
menyimpulkan bahwa baik efek-efek penyangga (dukungan sosial menahan efek-
efek negatif dari stres terhadap kesehatan) dan efek-efek utama (dukungan sosial
secara langsung mempengaruhi akibat-akibat dari kesehatan) ditemukan.
Sesungguhnya efek-efek penyangga dan utama dari dukungan sosial terhadap
kesehatan dan kesejahteraan boleh jadi berfungsi bersamaan.
2.1.6 Penilaian Dalam Dukungan Keluarga
Untuk mengetahui besarnya dukungan keluarga, dapat diukur dengan
menggunakan kuisioner dukungan keluarga yang terdiri dari 12 pertanyaan yang
mencakup empat jenis dukungan keluarga yaitu dukungan informasional,
dukungan emosional, dukungan penilaian dan dukungan instrumental. Masing-
masing pertanyaan tersebut terdapat 5 alternatif jawaban yaitu, “selalu”, “sering”,
“kadang-kadang”, “jarang”, “tidak pernah”. Jika menjawab “selalu” akan
mendapat skor 4, menjawab “sering” mendapat skor 3, menjawab “kadang-
kadang” mendapat skor 2, menjawab “jarang” mendapat skor 1, dan menjawab
“tidak pernah” mendapat skor 0 (Ali, 2010).
Dengan kategori penilaian sebagai berikut:
Dukungan Kuat : 76-100%
Dukungan Sedang : 56-75%
8

Dukungan Lemah : ≤55%


2.1.7 Faktor Yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga
Menurut Friedman (2013) faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan
keluarga adalah:
2.1.6.1 Faktor internal
1) Tahap perkembangan
Artinya dukungan dapat ditentukan oleh faktor usia dalam hal ini adalah
pertumbuhan dan perkembangan, dengan demikian setiap rentang usia (bayi-
lansia) memiliki pemahaman dan respon terhadap perubahan kesehatan yang
berbeda-beda.
2) Pendidikan atau tingkat pengetahuan
Keyakinan seseorang terhadap adanya dukungan terbentuk oleh variabel
intelektual yang terdiri dari pengetahuan, latar belakang pendidikan dan
pengalaman masa lalu. Kemampuan kognitif akan membentuk cara berfikir
seseorang termasuk kemampuan untuk memahami faktor-faktor yang
berhubungan dengan penyakit dan menggunakan pengetahuan tentang
kesehatan untuk menjaga kesehatan dirinya.
3) Faktor emosi
Faktor emosional juga mempengaruhi keyakinan terhadap adanya
dukungan dan cara melakukannya. Seseorang yang mengalami respon stress
dalam setiap perubahan hidupnya cenderung berespon terhadap berbagai tanda
sakit, mungkin dilakukan dengan cara mengkhawatirkan bahwa penyakit
tersebut dapat mengancam kehidupannya. Seseorang yang secara umum
terlihat sangat tenang mungkin mempunyai respon emosional yang kecil
selama ia sakit. Seorang individu yang tidak mampu melakukan koping secara
emosional terhadap ancaman penyakit mungkin.
4) Spiritual
Aspek spiritual dapat terlihat dari bagaimana seseorang menjalani
kehidupannya, mencakup nilai dan keyakinan yang dilaksanakan, hubungan
dengan keluarga atau teman, dan kemampuan mencari harapan dan arti dalam
hidup.
9

2.1.6.2 Eksternal
1) Praktik di keluarga
Cara bagaimana keluarga memberikan dukungan biasanya
mempengaruhi penderita dalam melaksanakan kesehatannya. Misalnya, klien
juga kemungkinan besar akan melakukan tindakan pencegahan jika keluarga
melakukan hal yang sama.
2) Faktor sosio-ekonomi

Faktor sosial dan psikososial dapat meningkatkan resiko terjadinya


penyakit dan mempengaruhi cara seseorang mendefinisikan dan bereaksi
terhadap penyakitnya. Variabel psikososial mencakup: stabilitas perkawinan,
gaya hidup, dan lingkungan kerja.Seseorang biasanya akan mencari dukungan
dan persetujuan dari kelompok sosialnya, hal ini akan mempengaruhi
keyakinan kesehatan dan cara pelaksanaannya. Semakin tinggi tingkat ekonomi
seseorang biasanya ia akan lebih cepat tanggap terhadap gejala penyakit yang
dirasakan. Sehingga ia akan segera mencari pertolongan ketika merasa ada
gangguan pada kesehatannya.
3) Latar belakang budaya
Latar belakang budaya mempengaruhi keyakinan, nilai dan kebiasaan
individu, dalam memberikan dukungan termasuk cara pelaksanaan kesehatan
pribadi.

2.2 Konsep Kecemasan


2.2.1 Pengertian Kecemasan
Anxiety atau dalam bahasa Indonesia dapat diartikan dengan kecemasan,
merupakan salah satu faktor psikologis yang tidak dapat lepas dari kehidupan
manusia. Kata dasar anxiety dalam bahasa Indonesia Jerman adalah “angh” yang
dalam bahasa Latin berhubungan dengan kata “angustus, ango, angor, anxius,
anxietas, angina”. Nietzal berpendapat bahwa kecemasan berasal dari bahasa
Latin (anxius) dari bahasa Jerman (anst) yaitu suatu kata yang digunakan untuk
menggambarkan efek negatif dan rangsangan fisiologis (Gufron & Risnawati,
2010).
10

Menurut Herdman (2010) kecemasan adalah perasaan tidak nyaman atau


ketakutan yang tidak jelas dan gelisah disertai dengan respon otonom (sumber
terkadang tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu), perasaan yang was-
was untuk mengatasi bahaya. Ini merupakan sinyal peringatan akan adanya
bahaya dan memungkinkan individu untuk mengambil langkah dalam
menghadapinya.
2.2.2 Tingkat Kecemasan
Peplau (1963, dikutip dari Laraia & Stuart, 1998 dalam Marlindawani, dkk
2012) mengidentifikasi empat tingkat kecemasan dan menggambarkan efek pada
tiap individu sebagai berikut:
2.2.2.1 Tingkatan kecemasan ringan
Cemas yang normal yang menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari dan
menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya.
Cemas ini dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan
kreativitas.
2.2.2.2 Tingkat kecemasan sedang
Cemas yang memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang
penting dan mengesampingkan yang lain. Sehingga seseorang mengalami
perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah.
2.2.2.3 Tingkat kecemasan berat
Cemas ini sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Individu cendrung
untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak dapat berfikir
tentang hal yang lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan.
Individu ini memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu
area lain.
2.2.2.4 Tingkat panik.

Tingkat panik dari suatu cemas berhubungan dengan terperangah,


ketakutan, dan terror. Karena mengalami kehilangan kendali, orang yang
mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan.
Dengan panik, terjadi peningkatan aktivitas motorik, menurunya kemampuan
untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang, dan
kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat cemas ini tidak sejalan dengan
11

kehidupan, dan jika berlangsung terus menerus dalam waktu yang lama, dapat
terjadi kelelahan yang sangat bahkan kematian.
2.2.3 Rentang respon kecemasan
Respon cemas
Respon adaptif Respon maladaptif

Adaptasi ringan sedang berat panik


Untuk mengetahui tingkat kecemasan pada pasien apakah masuk kedalam
tingkat kecemasan ringan, sedang atau berat, menggunakan instrument ukur yaitu
Zung Self-Rating Anxiety Scale (SAS/SRAS). Skala ini dibuat oleh William
W.K.Zung, dikembangkan berdasarkan gejala kecemasan dalam diagnostic and
Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-II). Terdapat 20 pertanyaan,
dimana setiap pertanyaan dinilai 1-4 (1: tidak pernah, 2: kadang-kadang, 3:
sebagaian waktu, 4: hampir setiap waktu). Terdapat 15 pertanyaan ke arah
peningkatan kecemasan dan 5 pertanyaan ke arah penurunan kecemasan (Zung
Self-Rating Anxiety Scale dalam Ian mcdowell, 2006). Rentang penilaian 20-80,
dengan pengelompokan antara lain :
 Skor 20-40 → Normal/tidak cemas
 Skor 45-59 → Kecemasan ringan
 Skor 60-74 → Kecemasan sedang
 Skor 75-80 → Kecemasan berat
2.2.4 Faktor-faktor yang berhubungan dengan Tingkat Kecemasan Pasien
Pre Operasi
Adapun faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat kecemasan yang
akan menjalani tindakan medis atau perawatan menurut Sumijatun (2005) adalah
2.2.4.1 Usia
Semakin bertambah usia sesorang dan semakin matang dalam berfikir dan
bekerja. Dari segi kepercayaan pasien yang akan dioperasi, seseorang yang lebih
dewasa akan lebih percaya diri dari orang yang belum tinggi kedewasaannya.
Makin tua umur seseorang makin konsentrasi dalam menggunakan koping dalam
masalah yang dihadapi.
12

Kaplan & Sadock (2005) mengemukakan bahwa gangguan kecemasan


dapat terjadi pada semua usia, lebih sering pada usia dewasa dan lebih banyak
pada wanita. Sebagian besar kecemasan terjadi pada umur 21-45 tahun.
Adapun klasifikasi usia yakni usian dewasa muda berkisar antara 19 – 35
tahun, dewasa tua 35 – 55 tahun dan lansia 55 – 64 tahun.
2.2.4.2 Jenis Kelamin
Jenis kelamin adalah sifat jasmani atau rohani yang dapat membedakan dua
makhluk sebagai laki-laki atau perampuan.
Kaplan & Sadock (2005) mengemukakan bahwa cemas banyak didapat
dilingkungan hidup dengan ketegangan jiwa yang lebih banyak pada jenis kelamin
perempuan dari pada laki-laki. Hal ini disebabkan karena perempuan
dipresentasikan sebagai makhluk yang lemah lembut, keibuan dan emosional.
Berkaitan dengan kecemasan pada pria dan wanita, Nurjannah (2004)
mengemukakan bahwa perempuan lebih cemas akan ketidakmampuannya
dibanding dengan laki-laki, laki-laki lebih aktif, eksploratif, sedangkan
perempuan lebih sensitif. Penelitian lain menunjukkan bahwa laki-laki lebih rileks
dibanding perempuan.
Perempuan lebih mudah dipengaruhi oleh tekanan-tekanan lingkungan
daripada laki-laki. Perempuan juga lebih cemas, kurang sabar, dan mudah
mengeluarkan air mata. Lebih jauh lagi, dalam berbagai studi kecemasan secara
umum, menyatakan bahwa perempuan lebih cemas daripada laki-laki (Jeremia,
2005).
Perempuan memiliki skor yang lebih tinggi pada pengukuran ketakutan
dalam situasi sosial dibanding laki-laki (Journalis, 2007).
2.2.4.3 Tingkat Pendidikan
Pendidikan adalah pengalaman-pengalaman terprogram didalam bentuk
formal, non formal dan informal disekolah dan diluar sekolah yang berlangsung
seumur hidup yang bertujuan optimalisasi pertimbangan kemampuan-
kemampuan individu agar dikemudian hari dapat memainkan peranan hidup
secara tepat.
Notoatmodjo (2003) mengemukakan bahwa pendidikan dapat
mempengaruhi sesorang temasuk akan pola hidup terutama akan motivasi untuk
13

sikap berperan serta dalam membangun kesehatan. Makin tinggi pendidikan


seseorang, makin mudah menerima informasi sehingga makin banyak pula
pengetahuan yang dimiliki, sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat
sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang harus diperkenalkan (Nursalam, 2011).
Semakin tinggi pendidikan, semakin luas pengetahuan yang dimiliki dan
semakin baik tingkat pemahaman tentang suatu konsep disertai cara pemikiran
dan penganalisaan yang tajam dengan sendirinya memberikan persepsi yang baik
pula terhadap objek yang diamati.
Tingkat pendidikan yang cukup akan lebih mudah dalam mengidentifikasi
stresor dalam diri sendiri maupun dari luar dirinya. Tingkat pendidikan juga
mempengaruhi kesadaran dan pemahaman terhadap stimulus (Nurjannah, 2004).
2.2.4.4 Sosial Ekonomi
Status sosial ekonomi juga berkaitan dengan pola gangguan psikiatrik.
Berdasarkan hasil penelitian Durham diketahui bahwa masyarakat kelas sosial
ekonomi rendah prevalensi psikiatriknya lebih banyak. Jadi keadaan ekonomi
yang rendah atau tidak memadai dapat mempengaruhi peningkatan kecemasan
pada pasien yang akan menjalani operasi (Umi, 2008).
2.2.4.5 Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga juga berkaitan dengan tingkat kecemasan seseorang
dimana peran keluarga adalah sesuatu yang diharapkan secara normative dari
seseorang dalam situasi tertentu agar dapat memenuhi harapan – harapan.
Kecemasan dapat terjadi jika ada konflik dalam keluarga (Setiadi, 2008)
Menghadapi penderitaan fisik dan mental akibat penyakit yang parah
seperti kanker, umumnya pasien akan memiliki penerimaan diri yang rendah,
harga diri yang rendah, merasa putus asa, bosan, cemas, frustasi, tertekan, dan
takut kehilangan seseorang terutama keluarga (Dedi, 2011).
Efek dari dukungan keluarga terhadap kesehatan dan kesejahtraan
berfungsi bersamaan. Secara lebih spesifik, keberadaan dukungan keluarga yang
adekuat terbukti berhubungan dengan menurunya mortalitas, lebih mudah sembuh
dari sakit, fungsi kognitif, fisik, dan kesehatan emosi. Disamping itu, pengaruh
positif dari dukungan sosial keluarga adalah pada penyesuaian terhadap kejadian
dalam kehidupan yang penuh dengan stress (Setiadi, 2008).
14

2.5 Kerangka Konseptual


Kerangka konsep adalah formulasi atau simplikasi dari kerangka teori atau
teori-teori yang mendukung penelitian tersebut. Kerangka konsep terdiri dari
variabel-variabel serta hubungan variabel yang satu denan yang lain. Dengan
adanya kerangka konsep akan mengarahkan kita untuk menganalisis hasil
penelitian (Notoadmodjo, 2010).
15

Berdasarkan teori dari dua variabel yang akan diteliti, maka kerangka
konsep dari penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan 7. Faktor latar belakang budaya


keluarga dan tingkat kecemasan : 8. Usia
1. Tahap perkembangan 9. Jenis kelamin
2. Pendidikan dan Pengetahuan
10. Tingkat pendidikan
3. Faktor emosi
11. Sosial ekonomi
4. Faktor spiritual
12. Dukungan keluarga
5. Praktik dikeluarga
6. Faktor sosial ekonomi

Variabel Independen
Dukungan keluarga : Variabel Dependen
1. Dukungan Tingkat Kecemasan Pada Pasien Pre-
Emosional Operasi
2. Dukungan
Informasi
3. Dukungan
Penghargaan

Kategori Dukungan Keluarga: Kategori Tingkat Kecemasan :


Dukungan Kuat : 76-100%  Skor 20-40 → Normal/tidak cemas
Dukungan Sedang: 56-75%  Skor 45-59 → Kecemasan ringan
Dukungan Lemah: ≤55%  Skor 60-74 → Kecemasan sedang
 Skor 75-80 → Kecemasan berat

Keterangan :

Diukur Tidak diteliti

Berhubungan

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Hubungan Dukungan Keluarga dengan


Tingkat Kecemasan Pada Pasien Pre-Operasi di Ruang Dahlia dr.
Doris Sylvanus Palangka Raya.
16

2.6 Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau pernyataan
penelitian, yaitu di harapkan bisa menjawab suatu pertanyaan dalam penelitian
Nursalam (2013). Hipotesis dirumuskan berdasarkan teori, dugaan pengalaman
pribadi atau orang lain, kesan umum dan kesimpulan yang masih sangat
sederhana. Pertanyaan keadaan populasi yang akan diuji kebenarannya
menggunakan data atau informasi yang dikumpulkan melalui sampel.
Hipotesis dibagi dalam dua jenis yang masing-masing memiliki arti sebagai
berikut: Hipotesis nol (H0) adalah hipotesis yang digunakan untuk pengukuran
statistik dan interprestasi hasil statistik. Hipotesis nol (H0) dapat sederhana atau
kompleks dan bersifat sebab atau akibat. Misalnya pengaruh teori atau adaptasi
terhadap perbaikan kinerja perawat anak. Maka dalam H0: tidak adanya pengaruh
penerapan teori adaptasi terhadap perbaikan kinerja perawat anak.
1) Hipotesis alternatif (Ha/H1) adalah hipotesis penelitian. Hipotesis ini
menyatakan suatu hubungan, pengaruh dan perbedaan antara dua atau lebih
variabel. Hubungan, pengaruh dan perbedaan tersebut dapat sederhana atau
kompleks dan bersifat sebab akibat. Misalnya, ada pengaruh antara senam
nifas dan proses involusi dan iu pasca bersalinan. Ada perbedaan tingkat
kecemasan antara klien laki-laki dan perempuan pada infark mio akut
(Nursalam, 2013)
Hipotesis yang diajukan akan dilakukan perhitungan uji statistik untuk
memutuskan apakah hipotesis ditolak atau gagal ditolak. Ketentuan uji statistik
yang berlaku adalah sebagai berikut:
(1) Bila nilai P ≤0,05, maka keputusannya adalah Ha ditolak, H1 diterima artinya
ada pengaruh antara variabel independen dan dependen.
(2) Bila nilai P >0,05, maka keputusannya adalah H0 diterima, H1 ditolak artinya
tidak ada pengaruh variabel independen dan dependen.
Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah hipotesis alternatif yaitu :
Ha : Ada Hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan pada
pasien pre operasi di Ruang Dahlia RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.
5

2.6 Penelitian Terkait 1


2.6.1 Suci Apriani Nurul Haqiki (2013)
Judul : Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi Di Ruangan Bedah Baji Kamase 1 Dan 2 RSUD
Labuang Baji Makassar
Tabel : 2.1 Penelitian Terkait 1 Dengan Judul Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi Di Ruangan
Bedah Baji Kamase 1 Dan 2 RSUD Labuang Baji Makassar
Populasi Penelitian Tindakan Yang Diberikan Hasil Penelitian Uji Statistik Yang Digunakan
Semua pasien yang akan Penelitian ini dilakukan dengan Hasil penelitian diperoleh bahwa Penelitian cross sectional peneliti
melakukan tindakan menggunakan kuesioner. dukungan keluarga yang terbesar hanya melakukan observasi dan
pembedahan di rumah Pertanyaan-pertanyaan yang adalah kategori kurang 56,2% dan pengukuran terhadap variabel
sakit Labuang Baji diajukan dalam kuesioner mampu paling sedikit adalah kategori baik independen (dukungan keluarga)
Makassar menggali hal-hal yang bersifat 43,8%. Untuk tingkat kecemasan dan variabel dependen (tingkat
rahasia. Pembuatan kuesioner ini kategori tertinggi adalah sedang kecemasan) pada subjek penelitian
mengacu pada parameter yang 56,2% dan yang paling sedikit sebanyak satu kali pengukuran dan
telah dibuat oleh peneliti sesuai adalah kategori ringan 43,8%. waktu yang sama.
dengan penelitian yang telah Berdasarkan uji chi square di
dilakukan. dapat p-value = 0,000 lebih kecil
dari α = 0,05, sehingga Ho ditolak
dan Ha diterima berarti ada
hubungan antara dukungan
keluarga dengan tingkat
kecemasan pasien pre operasi di
ruang perawatan bedah Baji
Kamase 1 dan 2 RSUD Labuang
Baji Makassar.

17
6

2.7 Penelitian Terkait 2


2.7.1 Theresia Titin Marlina (2017)
Judul : Tingkat Kecemasan Pasien Sebelum/Pre-Operasi Dan Sesudah/Post-Operasi Di Rumah Sakit Swasta Yogyakarta 2017
Tabel : 2.2 Penelitian Terkait 2 Dengan Judul Tingkat Kecemasan Pasien Sebelum/Pre-Operasi Dan Sesudah/Post-Operasi Di Rumah Sakit
Swasta Yogyakarta 2017
Populasi Penelitian Tindakan Yang Diberikan Hasil Penelitian Uji Statistik Yang
Digunakan
Semua pasien sebelum Peneliti menjelaskan tujuan Hasil penelitian tentang hubungan tingkat Penelitian ini
dan sesudah pembedahan penelitian kepada responden bia kecemasan pasien pre operasi dan post merupakan penelitian
dirumah sakit swasta responden setuju untuk menjadi operasi dirumah sakit swasta Yogyakarta yang bersifat
Yogyakarta sampel penelitian, maka peneliti menyatakan bahwa sebagian besar kuantitatif dengan
mengajukan surat persetujuan responden lebih banyak perempuan desain deskriptif
responden untuk di tandatangani. dibanding laki-laki yaitu 56.25% kurang dari korelasi menggunakan
Setelah itu peneliti menjelaskan separuh (40%) berusia 21-30 tahun, respon pendekatan cross
cara pengisian kuesioner secara cemas seorang perempuan lebih tinggi sectional.
teliti dan hemat serta tidak ada hal- dibandingkan laki-laki. Hal ini disebabkan
hal yang terlewatkan. Peneliti juga perempuan lebih peka dan sangat
mengingatkan responden untuk menonjolkan perasaannya daripada
mengisi kuesioner sesuai dengan logikanya. Persentase cemas responden
apa yang dialami/dilakukan oleh sebelum pembedahan adalah 45% cemas
responden. Setelah diisi, kuesioner sedang, dan 42.5% cemas ringan, sedangkan
dikumpulkan dan diperiksa setelah pembedahan 61.25% tidak cemas
kelengkapannya. Apabila ada dan 25% cemas sedang. Hasil penelitian ini
kuesioner yang tidak lengkap, secara statistik terdapat perbedaan signifikan
maka dilengkapi saat itu juga. tingkat kecemasan sebelum dan sesudah
dilakukannya pembedahan.

18
7

Anda mungkin juga menyukai

  • Laporan Pendahuluan Pneumonia
    Laporan Pendahuluan Pneumonia
    Dokumen15 halaman
    Laporan Pendahuluan Pneumonia
    Priska Natalia Darman
    Belum ada peringkat
  • Bab 4
    Bab 4
    Dokumen6 halaman
    Bab 4
    Priska Natalia Darman
    Belum ada peringkat
  • Askep ANC Ku
    Askep ANC Ku
    Dokumen18 halaman
    Askep ANC Ku
    Priska Natalia Darman
    Belum ada peringkat
  • Woc Pnemumonia
    Woc Pnemumonia
    Dokumen2 halaman
    Woc Pnemumonia
    Priska Natalia Darman
    Belum ada peringkat
  • Bab 1 HD
    Bab 1 HD
    Dokumen38 halaman
    Bab 1 HD
    Priska Natalia Darman
    Belum ada peringkat
  • Yyyu
    Yyyu
    Dokumen18 halaman
    Yyyu
    Priska Natalia Darman
    Belum ada peringkat
  • COVER
    COVER
    Dokumen1 halaman
    COVER
    Priska Natalia Darman
    Belum ada peringkat
  • BAB 4 Dan 5
    BAB 4 Dan 5
    Dokumen7 halaman
    BAB 4 Dan 5
    Priska Natalia Darman
    Belum ada peringkat
  • Bab 1 Dan 2 Dan Sudah Diedit
    Bab 1 Dan 2 Dan Sudah Diedit
    Dokumen30 halaman
    Bab 1 Dan 2 Dan Sudah Diedit
    Priska Natalia Darman
    Belum ada peringkat
  • Laporan Pendahuluan CHF
    Laporan Pendahuluan CHF
    Dokumen20 halaman
    Laporan Pendahuluan CHF
    Gian Sean Benson
    100% (16)
  • Bab 1 Dan 2 Dan Sudah Diedit
    Bab 1 Dan 2 Dan Sudah Diedit
    Dokumen30 halaman
    Bab 1 Dan 2 Dan Sudah Diedit
    Priska Natalia Darman
    Belum ada peringkat
  • Laporan Pendahuluan CHF
    Laporan Pendahuluan CHF
    Dokumen20 halaman
    Laporan Pendahuluan CHF
    Gian Sean Benson
    100% (16)
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen1 halaman
    Kata Pengantar
    Priska Natalia Darman
    Belum ada peringkat
  • BAB 3 Priska
    BAB 3 Priska
    Dokumen10 halaman
    BAB 3 Priska
    Priska Natalia Darman
    Belum ada peringkat
  • Makalah Supervisi Manajemen Keperawatan
    Makalah Supervisi Manajemen Keperawatan
    Dokumen11 halaman
    Makalah Supervisi Manajemen Keperawatan
    Priska Natalia Darman
    Belum ada peringkat
  • Yyyu
    Yyyu
    Dokumen18 halaman
    Yyyu
    Priska Natalia Darman
    Belum ada peringkat
  • CV
    CV
    Dokumen16 halaman
    CV
    Priska Natalia Darman
    Belum ada peringkat
  • Makalah Supervisi Manajemen Keperawatan
    Makalah Supervisi Manajemen Keperawatan
    Dokumen11 halaman
    Makalah Supervisi Manajemen Keperawatan
    Priska Natalia Darman
    Belum ada peringkat
  • Bab 3 Norhikmah
    Bab 3 Norhikmah
    Dokumen20 halaman
    Bab 3 Norhikmah
    Priska Natalia Darman
    Belum ada peringkat
  • WOC
    WOC
    Dokumen1 halaman
    WOC
    Priska Natalia Darman
    Belum ada peringkat
  • Bab 3 Norhikmah
    Bab 3 Norhikmah
    Dokumen20 halaman
    Bab 3 Norhikmah
    Priska Natalia Darman
    Belum ada peringkat
  • Bab 3
    Bab 3
    Dokumen18 halaman
    Bab 3
    Priska Natalia Darman
    Belum ada peringkat
  • Bab 3
    Bab 3
    Dokumen18 halaman
    Bab 3
    Priska Natalia Darman
    Belum ada peringkat
  • 1.1 Konsep Dasar Keluarga 1.1.1 Pengertian
    1.1 Konsep Dasar Keluarga 1.1.1 Pengertian
    Dokumen37 halaman
    1.1 Konsep Dasar Keluarga 1.1.1 Pengertian
    Priska Natalia Darman
    Belum ada peringkat
  • Gangguan Pertukaran Gas Resiko Peningkatan Curah Jantung
    Gangguan Pertukaran Gas Resiko Peningkatan Curah Jantung
    Dokumen1 halaman
    Gangguan Pertukaran Gas Resiko Peningkatan Curah Jantung
    Priska Natalia Darman
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen43 halaman
    Bab I
    Priska Natalia Darman
    Belum ada peringkat
  • Bbyy
    Bbyy
    Dokumen4 halaman
    Bbyy
    Priska Natalia Darman
    Belum ada peringkat
  • LP Ispa
    LP Ispa
    Dokumen15 halaman
    LP Ispa
    Priska Natalia Darman
    Belum ada peringkat
  • ASKEPNYA Anaknya 2
    ASKEPNYA Anaknya 2
    Dokumen1 halaman
    ASKEPNYA Anaknya 2
    Priska Natalia Darman
    Belum ada peringkat