BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kecemasan adalah gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan
ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami
gangguan dalam menilai realitas, kepribadian masih tetap utuh, prilaku dapat
terganggu tetapi masih dalam batas-batas normal (Hawari, 2010). Kecemasan
banyak terjadi pada pasien yang akan menjalani operasi, karena pasien tidak tahu
konsekuensi operasi dan takut terhadap prosedur operasi itu sendiri (Muttaqin &
Kumala, 2009). Dukungan Keluarga merupakan salah satu bentuk support sistem
untuk mengurangi tingkat kecemasan pada beberapa orang khususnya pasien pre
operasi (Friedman, 2010). Tindakan pembedahan merupakan ancaman potensial
maupun aktual pada integritas yang dapat membangkitkan reaksi stress fisiologis
yang muncul akibat dari kecemasan sebelum operasi, dampak yang mungkin
muncul bila kecemasan pasien pre operasi tidak segera ditangani, yang pertama
pasien dengan tingkat kecemasan tinggi tidak akan mampu berkonsentrasi dan
memahami kejadian selama perawatan dan prosedur. Kedua, harapan pasien
terhadap hasil, pasien mungkin sudah memiliki gambaran tersendiri mengenai
pemulihan setelah dioperasi. Ketiga pasien akan merasa lebih nyaman dengan
pembedahan jika pasien mengetahui momen yang dihadapi pada saat hari
pembedahan tiba. Keempat, pasien mungkin memerlukan penjelasan mengenai
nyeri yang akan di rasakan setelah operasi (Hawari, 2004). Fenomena yang terjadi
pada pasien pre-operasi di Ruang Dahlia RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka
Raya, pasien mengungkapkan bahwa mengalami kegelisahan, cemas dan tidak
bisa tidur.
Berdasarkan data yang diperoleh dari World Health Organization (WHO)
jumlah pasien dengan tindakan operasi mencapai angka peningkatan yang sangat
signifikan dari tahun ke tahun. Tercatat tahun 2012 data mengalami peningkatan
sebesar 148 juta jiwa, sedangkan untuk Indonesia 2012 mencapai 1,2 juta jiwa
(Sartika, 2013). Selain masalah fisik diatas, pasien yang telah menjalani
pembedahan umumnya akan mengalami masalah psikologis yaitu kecemasan.
Menurut survey Depkes RI (2013), 15% penderita fraktur mengalami stres dalam
1
2