BAB 4
PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal dari proses keperawatan dengan mengumpulkan
data-data yang akurat dari klien sehingga akan diketahui berbagai permasalahan yang ada
(Hidayat, 2008).
Pada kasus Ny. S data yang ditemukan adalah Klien mengatakan sesak napas dan badan
terasa pegal-pegal. Hasil TTV RR 24 x/menit, suhu 37 °C N: 90 x/menit TD: 110/90 mmHg.
Pengkajian meliputi : Kepala : Tidak ada bekas luka atau benjolan dikulit kepala, bentuk
kepala normal wajah tidak tampak bengkak Mata: Pergerakan mata spontan, Sklera putih,
konjungtiva pucat/anemis, kornea bening. Hidung: tidak ada secret. Leher: Mobilitas leher
bebas, ada peningkatan vena jugularis. Dada: Dada seperti ditekan, pernapasan cuping
hidung, penggunaan otot bantu pernapasan, pernapasan diafragma dan perut meningkat dan
pasien sesak napas. Anus: tidak ada haemoroid. Ektremitas: Kemampuan bergerak baik,
ukuran otot simetris
Menurut teori yang muncul pada pengkajian yang sering di temukan pada klien dengan
gagal ginjal kronis adalah kelelahan ekstrem, kelemahan, malaise, nadi kuat, edema jaringan
umum dan pitting pada ekstermitas, Penurunan frekuensi urine nyeri panggul, sakit
kepala;kram otot/nyeri kaki dispnea, peningkatan frekuensi/kedalaman (Pernapasan
kusmaul), Edema paru. Berdasarkan data yang ditemukan pada Ny. S dalam pengkajian
setelah di analisis ditemukan beberapa gejala yang sama seperti di teori yaitu: sesak napas,
nyeri panggul dan pegal-pegal serta edema paru.
Faktor pendukung yang dirasakan penulis dalam hal pengkajian adalah adanya
kerjasama pasien dan keluarga dalam memberikan waktu. Faktor hambatan dalam penulisan
adalah keterbatasan waktu pada saat pengkajian.
4.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinis mengenai seseorang, keluarga, atau
masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual atau
potensial. Diagnosa keperawatan ini dapat memberikan dasar pemilihan intervensi untuk
menjadi tanggung gugat perawatan (Hidayat, 2008).
Berdasarkan teori, diagnosa yang muncul adalah :
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluaran urin, diet berlebih
dan retensi cairan serta natrium.
2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan edema paru
49
50
3. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual dan
muntah, pembatasan diet, dan perubahan membran mukosa mulut.
4. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan uremia.
5. Kurang pengetahuan tentang kondisi dan program penanganan.
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia, retensi produk sampah dan
prosedur dialisis.
7. Gangguan harga diri berhubungan dengan ketergantungan, perubahan peran, perubahan
pada citra diri dan disfungsi seksual.
8. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif, pemasangan jarum infus dan jarum
cimino/hemodialisa.
Sedangkan diagnosa keperawatan pada Tn. M ditemukan ada 3 (tiga) diagnosa keperawatan
yaitu :
1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan edema paru
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan
3. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluaran urin
Diagnosa pola napas tidak efektif ditemukan karena klien mengeluh sesak napas dan
adanya penumpukan cairan di paru. Sedangkan kelebihan volume cairan ditemukan karena
dari hasil balance cairan klien adalah 795 cc. Intoleransi aktivitas ditemukan karena klien
mengeluh pegal-pegal dan merasa lemah.
Faktor pendukung dalam menentukan diagnosa keperawatan adanya data yang didapat
dari pasien, keluarga pasien, keadaan pasien dan status pasien. Tidak ada faktor penghambat
dalam menentukan diagnosa keperawatan.
4.3 Perencanaan
Rencana keperawatan diartikan sebagai suatu kondisi dokumentasi tulisan tangan
dalam menyelesaikan masalah, tujuan, dan intervensi rencana keperawatan pada pasien.
Prioritas keperawatan pada gagal ginjal kronis adalah pola napas tidak efektif, kedua
kelebihan volume cairan dan ketiga intoleransi aktivitas.
Pada kasus yang menjadi prioritas utama adalah pola napas tidak efektifkarena klien
mengeluh sesak napas dan adanya penumpukan cairan di paru. Sehingga rencana
keperawatan yang akan dilakukan adalah atur posisi tempat tidur semi fowler, observasi TD
selama dan sesudah HD, anjurkan klien untuk membatasi aktivitas sesuai kebutuhan,
anjurkan klien untuk menjaga pola makan dan minum selama HD, informasikan pada klien
dan keluarga tentang teknik relaksasi untuk memperbaiki pola pernasapan dan Kolaborsi
51
dengan dokter dalam pemberian terapi obat dan oksgien serta Programkan HD sesuai
indikasi. Apa yang sudah direncanakan hampir sama dengan apa yang ada dalam teori.
Prioritas kedua adalah kelebihan volume cairan denganukur BB sebelum dan sesudah HD,
Kontrol Intake dan Output selama HD dan Kolaborsi dalam pemberian anti diuretik dan anti
hipetensi.dan yang ketiga Intoleransi aktivitas ditemukan karena klien mengeluh pegal-pegal
dan merasa lemahdengan rencana Kaji keluhan yang dirasakan klien, Ukur TD klien post
HD, Ukur skala aktivitas klien (1-5), Anjurkan klien untuk beristirahat ketika merasa lelah
beraktivitas dan Kolaborasi dalam pemberian eritropoietin.
Faktor penghambat dalam menentukan intervensi keperawatan adalah terbatasnya
pengetahuan perawat dalam merencanakan asuhan keperawatan. Faktor pendukung
perencanaan adalah kebijaksanaan ruangan yang memberikan keleluasaan pada penulis untuk
melakukan aktivitas perawtan pasien.
4.4 Pelaksanaan
Pada kasus Ny. S penatalaksanaan asuhan keperawatan dikelola sesuai rencana
keperawatan yang telah disusun, seperti berkolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian
oksigen nasal kanul 3 Lpm untuk mengurangi sesak napas, injeksi hemapo untuk mengatasi
kondisi anemia, dan memprogram HD sesuai indikasi.
Faktor pendukung dalam penatalaksanaan keperawatan adalah kerjasama pasien,
keluarga dan tim kesehatan lainnya.
4.5 Evaluasi
Menurut nursalam, Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan.
1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan edema paru dengan hasil klien merasa sesak
berkurang
2. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluaran urin, dengan hasil uf
Uf removed : 1.00
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, klien terlihat tenang dan ADL masih
dibantu total oleh keluarga.
Faktor pendukung dalam evaluasi keperawatan karena adanya kerja sama pasien, keluarga
dan tim kesehatan lainnya dalam melakukan tindakan.
52
BAB 5
PENUTUP
5.1 Simpulan
5.1.1 Pengkajian
Pada pengkajian, Berdasarkan data yang ditemukan pada Ny. S setelah di analisis
ditemukan beberapa gejala yang sama seperti di teori yaitu: sesak napas, nyeri panggul dan
pegal-pegal serta edema paru.
Faktor pendukung yang dirasakan penulis dalam hal pengkajian adalah adanya
kerjasama pasien dan keluarga dalam memberikan waktu. Faktor hambatan dalam penulisan
adalah keterbatasan waktu pada saat pengkajian.
5.1.2 Diagnosa Keperawatan
Dari 8 diagnosa menurut teori, hanya tiga diagnosa keperawatan yang sama dengan teori
yaitu, Diagnosa pola napas tidak efektif, kelebihan volume cairan dan Intoleransi aktivitas.
Faktor pendukung dalam menentukan diagnosa keperawatan adanya data yang didapat
dari pasien, keluarga pasien, keadaan pasien dan status pasien. Tidak ada faktor penghambat
dalam menentukan diagnosa keperawatan.
5.1.3 Perencanaan
Pada kasus yang menjadi prioritas utama adalah pola napas tidak efektif karena adanya
penumpukan cairan di paru.
Faktor penghambat dalam menentukan intervensi keperawatan adalah terbatasnya
pengetahuan perawat dalam merencanakan asuhan keperawatan.
Faktor pendukung perencanaan adalah kebijaksanaan ruangan yang memberikan
keleluasaan pada penulis untuk melakukan aktivitas perawtan pasien.
5.1.4 Penatalaksanaan
Pada kasus Ny. S penatalaksanaan asuhan keperawatan dikelola sesuai rencana
keperawatan yang telah disusun, seperti berkolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian
oksigen nasal kanul 3 Lpm untuk mengurangi sesak napas, injeksi hemapo untuk mengatasi
kondisi anemia, dan memprogram HD sesuai indikasi.
Faktor pendukung dalam penatalaksanaan keperawatan adalah kerjasama pasien,
keluarga dan tim kesehatan lainnya.
5.1.5 Evaluasi
Dari tiga masalah keperawatan yang diangkat dua diantaranya teratasi sebagian yaitu
Pola napas tidak efektif, Kelebihan volume cairan dan masalah yang belum teratasi adalah
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, karena masih dibantu total oleh keluarga.
52
53
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilynn E. 1999.Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan
Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta:EGC
Marry Baradero. 2008. Klien Gangguan Ginjal. Jakarta:EGC.
Muttaqin, Arif. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta:Salemba
Medika.
Nursalam. 2009. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Perkemihan.
Jakarta:Salemba Medika.
Sibuea, Herdin. 2009. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta:PT Rineka Cipta.
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth.
Jakarta:EGC.
Wahid Iqbal Mubarak. 2006. Ilmu Keperawatan Komunitas 2. Jakarta: Sagung Seto.