1. LATAR BELAKANG
1
……………………………………………… Keranagka acuan Kerja (KAK)
Sesuai peraturan perundang--‐undangan tersebut diatas, jelas mempertegas
bahwa peran Negara dibutuhkan dalam menjamin pemenuhan kebutuhan
perumahan bagi seluruh Rakyat Indonesia (Lisnawati 2015).
Dalam hal penyediaan rumah untuk MBR, telah diatur dalam Undang-Undang
No.1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, yaitu :
a. Pasal 1 angka 10 : Rumah Umum adalah rumah yang diselengarakan untuk
memenuhi kebutuhan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah.
b. Pasal 1 angka 24 : Masyarakat Berpenghasilan Rendah yang selanjutnya
disingkat MBR adalah masyarakat yang mempunyai keterbatasan daya beli
sehingga perlu mendapat dukungan pemerintah untuk memperoleh rumah.
c. Pasal 54 ayat (1) : Pemerintah wajib memenuhi kebutuhan rumah bagi MBR.
2
……………………………………………… Keranagka acuan Kerja (KAK)
d. Pasal 54 ayat (2) : Untuk memenuhi kebutuhan rumah bagi MBR
sebagaimana dimaksud ayat (1), Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah
wajib memberikan kemudahan pembangunan dan perolehan rumah melalui
program perencanaan pembangunan perumahan secara bertahap dan
berkelanjutan.
e. Pasal 54 ayat (3) : Kemudahan dan/atau bantuan pembangunan dan
perolehan rumah bagi MBR sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat
berupa :
- Subsidi perolehan rumah;
- Stimulan rumah swadaya;
- Insentif perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang--‐
undangan di bidang perpajakan;
- Perizinan;
- Asuransi dan penjaminan;
- Penyediaan tanah;
- Sertifikasi tanah; dan/atau
- Prasarana, sarana dan utilitas umum.
Kementerian PUPR dalam hal ini tentunya tidak dapat menyelesaikan masalah
backlog perumahan sendirian. Diperlukan peran aktif seluruh stakeholder di
bidang perumahan untuk menyelesaikan backlog tersebut, antara lain pemda
dalam hal perijinan dan penetapan tata ruang, pengembang untuk
meningkatkan pembangunan rumah dengan harga yang terjangkau serta
masyarakat itu sendiri untuk membangun rumah yang layak huni secara
swadaya. Kementerian PUPR juga diharapkan untuk terus mendorong
pengembang agar membangun rumah murah serta mentaati peraturan tentang
pola pembangunan hunian berimbang. Jangan sampai pengembang hanya
membangun rumah mewah saja, tapi mereka juga harus ikut memperhatikan
masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) dengan membangun rumah
sederhana.
3
……………………………………………… Keranagka acuan Kerja (KAK)
Terkait hunian berimbang telah diatur pada Peraturan Menteri Perumahan
Rakyat Nomor 10 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Perumahan dan
Kawasan Permukiman dengan Hunian Berimbang, yaitu :
- Pasal 1 angka 1 : Hunian Berimbang adalah Perumahan dan
kawasan permukiman yang dibangun secara berimbang dengan
komposisi tertentu dalam bentuk rumah tunggal dan rumah deret
antara rumah rumah sederhana, rumah menengah dan rumah
mewah, atau dalam bentuk rumah susun antara rumah susun umum
dan rumah susun komersial.
- Pasal 5 : Setiap orang yang membangun perumahan dan kawasan
permukiman wajib dengan hunian yang berimbang, kecuali
seluruhnya diperuntukan bagi rumah sederhana dan/atau rumah
susun umum.
- Pasal 9 ayat (2) : Perbandingan jumlah rumah sekurang--‐kurangnya
3:2:1 (tiga berbanding dua berbanding satu), yaitu 3 (tiga) atau lebih
rumah sederhana berbanding 2 (dua) rumah menengah berbanding
1 (satu) rumah mewah.
- Pasal 9 ayat (3) : Dalam hal tidak dapat dibangun rumah sederhana
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dalam bentuk rumah tunggal
atau rumah deret dapat dibangun dalam bentuk rumah susun.
Salah satu pokok permasalahan backlog adalah jumlah kebutuhan rumah yang
layak bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Jadi jika seluruh stakeholder
perumahan ikut membantu pemenuhan rumah yang layak huni bagi MBR
diharapkan masalah backlog tersebut dapat teratasi.
4
……………………………………………… Keranagka acuan Kerja (KAK)
2016 diharapkan dapat mengatasi backlog setidaknya secara bertahap (ibid).
DPR RI bersama Pemerintah perlu membahas lebih lanjut kebijakan--‐kebijakan
dalam mengatasi permasalahan backlog tersebut, khususnya dari aspek
pembiayaan (ibid). Beberapa alternatif solusi yang harus diperkuat adalah
skema KPR FLPP dan SSB. Skema tersebut harus mempermudah rakyat dalam
memperoleh hak memiliki hunian yang layak (ibid). Hal lain yang juga penting
dalam mengatasi backlog adalah DPR RI bersama pemerintah segera
mengesahkan RUU tentang Tabungan Perumahan Rakyat agar menjadi
payung hukum dalam mengatasi backlog perumahan terutama terkait anggaran
dan skema pembiayaan perumahan (ibid).
Kota Makassar memiliki Backlog pada tahun 2013 sebesar 79.429 unit rumah.
Kecamatan yang memiliki Backlog terbesar adalah Kecamatan Tamalate
sedangkan kecamatan yang memiliki jumlah rumah terbanyak adalah
Kecamatan Biringkanaya, dimana backlog rumah menunjukkan hasil negatif
yang menandakan pembangunan unit rumah telah melebihi jumlah rumah
tangga yang ada. Berikut data Backlog Rumah di Kota Makassar Tahun 2013:
a. Mariso 4.559 Backlog Rumah
b. Mamajang 4.798 Backlog Rumah
c. Tamalate 14.620 Backlog Rumah
d. Rappocini 6.693 Backlog Rumah
e. Makassar 6.930 Backlog Rumah
f. Ujung Pandang 1.220 Backlog Rumah
g. Wajo 704 Backlog Rumah
h. Bontoala 3.781 Backlog Rumah
i. Ujung Tanah 2.274 Backlog Rumah
j. Tallo
k. Panakukkang
l. Manggala
m. Biringkanaya
n. Tamalanrea
5
……………………………………………… Keranagka acuan Kerja (KAK)
Terhitung 5 Tahun semenjak terakhir kali Backlog Rumah di Kota Makassar
dilakukan pendataan, sehingga dirasa perlu untuk dilakukan pembaruan data/
updating data yang lebih mampu menggambarkan kondisi Eksisting Backlog
Rumah di Kota Makassar pada Tahun 2019 ini. Oleh karena itu kegiatan kali ini
diprogram khususkan untuk dilakukannya updating data Backlog Rumah di Kota
Makassar yang pernah dikerjakan pada Tahun 2013 lalu oleh Pemerintah Kota
Makassar. Pemerintah perlu kiranya mengupdate data Backlog Rumah agar
kemudian data tersebut lebih dapat memberikan gambaran umum terkait
kondisi eksisting Backlog Rumah di Kota Makassar pada Tahun 2019 ini.
3. LANDASAN HUKUM
Landasan hukum yang berkaitan dengan penyusunan Program
Pengembangan Perumahan, Kegiatan Updating Database Backlog Kota
Makassar Tahun 2019, yaitu:
a. Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 H ayat (1) yang menyatakan
bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat
6
……………………………………………… Keranagka acuan Kerja (KAK)
tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta
berhak memperoleh pelayanan kesehatan.
b. Undang-Undang No 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, pasal
40 yang menyatakan bahwa setiap orang berhak untuk bertempat tinggal
serta berkehidupan yang layak.
c. Undang-Undang No.1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman.
d. Peraturan Menteri Perumahan Rakyat Nomor 10 Tahun 2012 tentang
Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman dengan
Hunian Berimbang.
4. LOKASI KEGIATAN
Lokasi Kegiatan penyusunan Program Pengembangan Perumahan,
Kegiatan Updating Database Backlog Kota Makassar Tahun 2019 mencakup
keseluruhan wilayah Kota Makassar:
7
……………………………………………… Keranagka acuan Kerja (KAK)
Gambar 1.1 Peta Administrasi Kecamatan Kota Makassar
8
……………………………………………… Keranagka acuan Kerja (KAK)
5. SUMBER PENDANAAN
Biaya untuk penyusunan Program Pengembangan Perumahan, Kegiatan
Updating Database Backlog Kota Makassar Tahun 2019 adalah sebesar
Rp.100.000.000,00 (Seratus Juta Rupiah) yang bersumber dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Makassar Tahun 2019.
7. WAKTU PELAKSANAAN
Waktu pelaksanaan pekerjaan ini dilaksanakan dengan Jangka waktu
pelaksanaan pekerjaan ini diperkirakan dalam kurun waktu selama 3 (tiga)
bulan atau 90 (sembilan puluh) hari kalender.
9. METODOLOGI
10. PELAKSANAAN
a. Tahap Pelaksanaan Persiapan Pendataan.
10
……………………………………………… Keranagka acuan Kerja (KAK)
Pendataan Database dapat memberikan informasi secara tepat akan
data Rumah Backlog. Persiapan Pelaksanaan Pendataan Rumah
Backlog, dilaksanakan dengan beberapa kegiatan diantaranya
o Menyiapkan/ merekrut tenaga Pendata dan memberikan pelatihan.
o Melakukan Sosialisasi rencana kegiatan pendataan dengan pihak
Dinas, Kecamatan, kelurahan/desa yang diselenggarakan oleh pihak
Konsultan.
b. Tahap Pelaksanaan Persiapan Pendataan Lanjutan.
Tahapan kegiatan yang saling terkait telah dilakukan dalam pelaksanaan
pendataan Rumah Backlog antara lain :
o Pelaksanaan Pelatihan Tim Pendataan.
Team Leader koordinasi dengan Surveyor Pendataan. Pelatihan ini
bersifat informal yang dilaksanakan di salah satu tempat. Pelatihan
dilaksanakan secara interaktif, sehingga Petugas Pendataan memiliki
pemahaman yang lengkap tentang tugas-tugas yang harus
dilaksanakan.
o Perkenalan dan Pembentukan Tim Kecamatan.
Dalam tahap awal pelatihan, dilakukan pembagian anggota Tim
Pendataan Kecamatan untuk mempercepat pengumpulan data.
c. Tahap Pelaksanaan Pengambilan Data.
o Melakukan survey awal untuk mendapatkan data Jumlah Total Kartu
Keluarga (KK) perkecamatan dari 14 Kecamatan Kota Makassar.
o Setelah data data Jumlah Total Kartu Keluarga (KK) perkecamatan dari
14 Kecamatan Kota Makassar yang sudah diketahui selanjutnya akan
dilakukan survey lanjutan yakni; mendata Jumlah Total Rumah (Rumah
Milik dan Rumah Kontrak/Sewa) se-kecamatan Kota Makassar.
1) Team Leader
Jumlah : 1 (satu) orang
Keahlian : Memiliki SKA (Minimal Ahli Muda) Perencanaan
Wilayah dan Kota
Pedidikan : Minimal Sarjana/S1 Perencanaan Wilayah dan Kota
(Planologi).
Pengalaman : Minimal 5 (lima) tahun sesuai bidang keahlian
dilengkapi dengan referensi kerja.
Lingkup tugas Team Leader yaitu memimpin dan mengkoordinir seluruh
kegiatan anggota tim kerja dalam pelaksanaan pekerjaan sampai dengan
pekerjaan dinyatakan selesai.
3) Ahli Database
Jumlah : 1 (Satu) orang
Keahlian : Memiliki Keahlian di bidangnya
Pendidikan : Minimal Sarjana S1 Sistem Informasi.
Pengalaman : Minimal 2 (tiga) tahun sesuai bidang keahlian
dilengkapi dengan referensi kerja.
12
……………………………………………… Keranagka acuan Kerja (KAK)
Lingkup tugas tenaga ahli ini yaitu melakukan backup data hasil survey dan
membuat database kedalam format komputer.
Disamping kebutuhan tenaga ahli sebagaimana dimaksud di atas, maka
dalam pelaksanaan kegiatan ini juga diperlukan tenaga pendukung, yaitu :
1) Tenaga Administrasi :
- Jumlah : 1 (satu) orang
- Pendidikan : Minimal S1 Jurusan Ekonomi.
2) Tenaga Surveyor :
- Jumlah : 15 (lima belas) orang
- Pendidikan : Minimal SMA/SMK/D4/S1 semua jurusan.
13. PENUTUP
Kerangka Acuan Kerja ini masih bersifat umum, sehingga pihak Konsultan
diharapkan dapat mengembangkan secara inovatif dengan tetap
berkonsultasi dengan Tim Teknis dan Pemberi Tugas.
13
……………………………………………… Keranagka acuan Kerja (KAK)
Format laporan diupayakan mengikuti standar pelaporan yang representatif,
baik jenis kertas, tulisan, maupun sampul minimal mengikuti standar
pelaporan yang berlaku secara umum.
Makassar, .........2019
Pejabat Pembuat Komitmen
……………………
NIP…………………………
14
……………………………………………… Keranagka acuan Kerja (KAK)