REPUBLIK INDONESIA
MODUL 1
PEMBENTUKAN KELOMPOK KERJA
PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN
PROVINSI
DEKONSENTRASI LINGKUP KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT TAHUN 2011
JAKARTA 2011
KATA PENGANTAR
Modul 1 ini merupakan bagian pertama dari empat modul dalam rangkaian kegiatan
peningkatan kapasitas pemerintah daerah dalam hal penyiapan perencanaan pembangunan
perumahan dan kawasan permukiman yang dilaksanakan dalam rangka Dekonsentrasi
Lingkup Kemenpera Tahun 2011. Modul ini berisi panduan umum pembentukan Kelompok
Kerja Perumahan dan Kawasan Permukiman (Pokja PKP) Provinsi.
Modul ini digunakan sebagai panduan oleh SKPD Dekonsentrasi Lingkup Kemenpera Tahun
2011, Fasilitator Provinsi, dan stakeholder lain yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan
peningkatan kapasitas pemerintah daerah, khususnya dalam hal pembentukan Pokja PKP
Provinsi.
Modul ini terdiri dari dua bagian, yaitu: Bagian 1 Pendahuluan, merupakan bagian yang
menjelaskan latar belakang dan urgensi pembentukan Pokja PKP Provinsi dalam rangka
pembangunan perumahan dan kawasan permukiman, sedangkan Bagian 2 Panduan
Pelaksanaan Pembentukan Pokja PKP Provinsi yang terdiri dari rangkaian kegiatan dalam
rangka pembentukan Pokja PKP Provinsi. Modul ini juga dilengkapi dengan Lampiran berupa
Bahan Bacaan tentang Konsep dan Kelembagaan Pokja PKP Provinsi.
Tiada gading yang tak retak, begitulah pula dengan modul ini yang disusun dalam jangka
waktu relatif singkat sehingga membutuhkan saran dan kritik yang membangun untuk
penyempurnaannya. Akhir kata, kepada semua pihak yang telah terlibat dalam penyusunan
modul ini, kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.
Selamat membaca dan mempraktikkannya.
Modul 1 | hal i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................................................................... i
DAFTAR ISI....................................................................................................................................................ii
DAFTAR TABEL.......................................................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................................................... iii
DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN.................................................................................................... iii
BAGIAN 1: PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
A.
B.
C.
D.
Modul 1 | hal ii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Ruang Lingkup Modul Pembentukan Pokja PKP Provinsi .................................................4
Tabel 2. Agenda dan Alokasi Waktu Pelaksanaan Analisis Isu dan Permasalahan
PKP di Daerah ......................................................................................................................................9
Tabel 3. Agenda dan Alokasi Pelaksanaan Lokakarya Konsep Pokja PKP ................................. 15
Tabel 4. Agenda dan Alokasi Waktu Pelaksanaan Penyiapan Pembentukan Pokja PKP
Provinsi ...............................................................................................................................................20
Tabel 5. Agenda dan Alokasi Waktu Pelaksanaan Lokakarya Kelembagaan Pokja PKP
Provinsi ...............................................................................................................................................23
Tabel 6. Posisi Strategis Pokja PKP Provinsi pada Seluruh Elemen Pembangunan .............31
Tabel 7. Contoh Uraian Peran Gugus Tugas Pokja PKP ...................................................................... 34
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Alur Pelaksanaan Pembentukan Pokja PKP Provinsi
Dekonsentrasi Lingkup Kemenpera Tahun 2011...............................................................6
Gambar 2. Hubungan Sinergis antar Komponen Pokja PKP Provinsi ..........................................30
Gambar 3. Struktur Organisasi Pokja PKP Provinsi ............................................................................. 33
Gambar 4. Skema Koordinasi Pokja PKP Pusat dan Daerah ............................................................ 38
Gambar 5. Contoh Posisi Pokja PKP Terhadap Pemangku Kepentingan .................................... 38
BAGIAN 1:
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Maksud, Tujuan, Sasaran, dan Keluaran
Dasar Pembentukan Pokja PKP
Ruang Lingkup Modul
Modul 1 | hal 1
A.
Latar Belakang
Perumahan dan permukiman merupakan hak dasar bagi setiap Warga Negara Indonesia. Hal ini
sesuai dengan yang tertuang dalam UUD 1945 Pasal 28 H ayat 1, bahwa setiap orang berhak hidup
sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan yang baik dan sehat
serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Pemahaman ini juga sejalan dengan UndangUndang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia Pasal 40 yang menegaskan bahwa
setiap orang berhak untuk bertempat tinggal serta berkehidupan yang layak.
Kondisi perumahan dan permukiman yang layak, dapat diwujudkan dengan pelaksanaan
pembangunan perumahan dan kawasan permukiman (PKP) yang sinergis dan melingkupi
berbagai sektor (multi sektor) dimana hasilnya langsung menyentuh salah satu kebutuhan dasar
menyangkut taraf kesejahteraan hidup masyarakat. Hingga saat ini, hampir seluruh daerah di
Indonesia belum menempatkan pembangunan PKP sebagai prioritas pembangunan di daerah
masing-masing. Hal ini belum sejalan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2004,
tentang Pemerintah Daerah yang menegaskan bahwa urusan perumahan merupakan urusan
wajib pemerintah daerah.
Sejalan dengan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Tahun 2005-2025 untuk
memenuhi kebutuhan hunian bagi masyarakat dan mewujudkan kota tanpa permukiman kumuh,
maka Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2010-2014, menugaskan
Kemenpera untuk melaksanakan program dan kegiatan yang termasuk dalam prioritas Bidang
Sarana dan Prasarana, sub bidang Perumahan dan Permukiman. Untuk mewujudkan prioritas dan
sasaran bidang perumahan dan permukiman, maka arah kebijakan pembangunan perumahan
tahun 20102014 yang terkait dengan Kemenpera adalah meningkatkan aksesibilitas masyarakat
berpenghasilan rendah terhadap hunian yang layak dan terjangkau, dengan:
1.
2.
3.
4.
5.
Modul 1 | hal 2
6.
B.
Dalam konsteks Dekonsentrasi Lingkup Kemenpera Tahun 2011, maka maksud, tujuan,
sasaran dan keluaran kegiatan pembentukan Pokja PKP adalah sebagai berikut:
Maksud
Pembentukan Pokja PKP Provinsi sebagai wadah koordinasi para pemangku kepentingan
yang terkait dengan bidang PKP di provinsi.
Tujuan
Meningkatkan efektivitas dan efisiensi pembangunan di bidang PKP.
Sasaran
Terbentuknya wadah koordinasi dan komunikasi untuk membangun sinergi dan koordinasi
demi terwujudnya pengarusutamaan perumahan di provinsi.
Keluaran
Terselenggaranya rangkaian kegiatan pembentukan Pokja PKP Provinsi dan tersusunnya
rancangan dokumen kelembagaan Pokja PKP Provinsi.
Modul 1 | hal 3
C.
Pembentukan Pokja PKP Provinsi pada dasarnya telah sejalan dengan Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman yang mengamanatkan
pembentukan forum pengembangan PKP dengan melibatkan peran masyarakat meskipun
tidak diatur secara spesifik di dalamnya. Namun hal yang mendasari pusat mendorong
daerah untuk membentuk Pokja PKP Provinsi adalah melekat pada kewajiban Pemerintah
Daerah untuk memenuhi kebutuhan dasar. Dalam rangka memenuhi kebutuhan perumahan,
diperlukan komitmen yang tinggi dari pengambil kebijakan di daerah. Dan untuk
menjalankan komitmen tersebut, peran kelembagaan yang mengkoordinasikan
pembangunan PKP yang dilakukan oleh dinas-dinas terkait diperlukan agar pembangunan
PKP berada dalam arah yang tepat dalam rangka pemenuhan kebutuhan dasar yang
dimaksud.
Dengan demikian landasan utama pembentukan Pokja PKP Provinsi adalah komitmen
bersama untuk memenuhi kebutuhan akan perumahan sebagai bagian dari pemenuhan
kebutuhan dasar yang menjadi urusan wajib pemerintah daerah.
Terkait dengan keberadaan Pokja sejenis dan terkait bidang PKP yang sudah terbentuk di
daerah, maka pada periode atau tahun berikutnya dapat diarahkan dan dikonsolidasi ke
dalam Pokja PKP Provinsi dengan memperhatikan situasi dan peraturan perundangundangan yang berlaku di daerah.
D.
Modul ini berisi materi, konsep dan panduan tentang pembentukan Pokja PKP Provinsi yang
disusun dalam tiga bagian sebagaimana pada Tabel 1.
Tabel 1. Ruang Lingkup Modul Pembentukan Pokja PKP Provinsi
Bagian
Pendahuluan
Modul 1 | hal 4
Latar Belakang
Maksud, Tujuan, Keluaran dan Sasaran
Dasar Pembentukan
Ruang Lingkup Modul
Lokakarya Analisis Isu dan Permasalahan PKP
Lokakarya Konsep Pokja PKP
Penyiapan Pembentukan Pokja PKP Provinsi
Lokakarya Kelembagaan Pokja PKP Provinsi
Bahan Bacaan 1: Konsep Pokja PKP Provinsi
Bahan Bacaan 2: Kelembagaan Pokja PKP Provinsi
BAGIAN 2.
PANDUAN PELAKSANAAN
PEMBENTUKAN POKJA PKP PROVINSI
DEKONSENTRASI LINGKUP KEMENPERA
TAHUN 2011
Alur Pelaksanaan
Kegiatan 1: Lokakarya Analisis Isu dan Permasalahan
Provinsi
Kegiatan 4: Lokakarya Pembentukan Pokja PKP
Provinsi
Modul 1 | hal 5
Alur Pelaksanaan
Alur pelaksanaan kegiatan Pembentukan Pokja PKP Provinsi dalam Dekonsentrasi Lingkup
Kemenpera Tahun 2011 sebagaimana digambarkan pada Gambar 1. Melalui rangkaian
kegiatan ini diharapkan rancangan Pokja PKP Provinsi telah tersusun dalam jangka waktu 3
(tiga) bulan.
Modul 1 | hal 6
Modul 1 | hal 7
Modul 1 | hal 8
Modul 1 | hal 9
Durasi
Kegiatan
Sesi 1
30
menit
Pembukaan lokakarya
Output
Sesi 2
45
menit
Pengantar lokakarya
Sesi 3
60
menit
Pokok-pokok
kebijakan dan rencana
pembangunan PKP di
daerah
Sesi 4
90
menit
Diskusi identifikasi
pelaku pembangunan
PKP di daerah
Proses
1. Pengantar protokol.
2. Paparan sambutan oleh Kepala Daerah/Kepala Bappeda dilanjutkan pernyataan
pembukaan lokakarya.
3. Istirahat selama 15 menit.
1. Pengantar selamat datang oleh fasilitator dan penjelasan singkat tentang peran peserta
untuk memberikan sumbangan pemikiran mengenai pembangunan P
2. Kehadiran peserta selama satu setengah hari akan memberikan kontribusi yang sangat
penting dalam upaya efektivitas dan keberlanjutan pembangunan PKP.
3. Sebelum dimulai lokakarya, terlebih dahulu dilakukan perkenalan agar peserta dapat
saling kenal satu sama lain. Selain itu, peserta dapat saling mengetahui apa yang selama
ini dilakukan peserta lain dalam melaksanakan pembangunan PKP.
4. Paparan singkat agenda dan proses selama lokakarya dilanjutkan klarifikasi secukupnya
jika ada yang masih belum jelas.
1. Paparan oleh SKPD yang membidangi perumahan (waktu 30 menit) dengan pokok-pokok
materi penyampaian sebagai berikut:
a. Sasaran pembangunan daerah sebagaimana tercakup dalam RPJMD
b. Sasaran pembangunan bidang PKP daerah
c. Progres/status pembangunan PKP di daerah
d. Isu dan tantangan umum pembangunan PKP di daerah
e. Kebijakan daerah bidang PKP dalam RPJMD yang sedang berjalan
2. Diskusi/klarifikasi dan tanya jawab dilanjutkan penyampaian pointers paparan oleh
moderator (waktu 30 menit)
1. Pengantar fasilitator menjelaskan tujuan sesi dan output yang ingin dicapai.
2. Peserta dibagi menjadi 2 kelompok untuk mendiskusikan beberapa pertanyaan kunci.
a. Kelompok 1:
1) Siapa saja pelaku langsung pembangunan PKP di daerah pada saat ini.
2) Dimana saja lokasi pembangunan yang dilakukan
3) Berapa target unit yang akan dibangun
4) Berapa capaian target sampai saat ini.
Modul 1 | hal 9
Durasi
Kegiatan
Output
Proses
Modul 1 | hal 10
Sesi 5
60
menit
Pencapaian
b. Kelompok 2:
Tuliskan pihak-pihak mana saja yang berkepentingan dengan program pembangunan
PKP di daerah saat ini dan peran-peran mereka:
Peran
Nama
Tupoksi program
Upaya yang telah dilakukan
Kebijakan
Pembiayaan
Penyedia sarana
Penerima manfaat
Kelembagaan
Lainnya?
3. Setelah diskusi selesai, masing-masing kelompok mempresentasikan hasilnya, kelompok
lain memberikan komentar, masukan, pertanyaan dan klarifikasi.
4. Fasilitator menyampaikan pokok-pokok hasil diskusi dan komentar peserta.
1. Sesi ini merupakan kelanjutan diskusi sebelumnya mengenai pemetaan pelaku
pembangunan PKP. Peserta diminta untuk kembali ke kelompok masing-masing untuk
memetakan isu dan permasalahan berdasarkan diskusi sebelumnya.
2. Pertanyaan kunci untuk masing-masing kelompok adalah sebagai berikut:
a. Permasalahan apa saja yang sedang dan akan dihadapi oleh pelaku dan pemerintah
daerah dalam pembangunan PKP; dan
b. Faktor apa saja yang menjadi penyebab munculnya permasalahan tersebut.
Gambaran format hasil diskusi tersebut adalah sebagai berikut:
Level permasalahan
Masalah
Faktor penyebab
Pengambil kebijakan
SKPD/Dinas terkait
Pelaku/penyedia
Penerima manfaat
Modul 1 | hal 10
Target
Durasi
Kegiatan
Sesi 6
30
menit
Pointers/wrap up hasil
lokakarya hari
pertama
Sesi 7
90
menit
Diskusi analisis
prioritas
permasalahan yang
perlu ditangani dalam
pembangunan PKP di
daerah
Output
Kesepakatan prioritas
permasalahan yang perlu
ditangani dalam jangka
mendesak
Proses
3. Selesai diskusi kelompok, masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi, dan
kemudian anggota kelompok lain mengomentari.
Fasilitator menyampaikan catatan penting hasil lokakarya hari pertama mencakup:
1. Pokok-pokok kebijakan pembangunan PKP di daerah
2. Pokok-pokok capaian layanan PKP di daerah
3. Daftar pelaku pembangunan PKP dan ruang lingkup perannya.
4. Daftar permasalahan/tantangan yang dihadapi daerah dalam pembangunan PKP.
Kata kunci sesi ini penegasan bahwa pada pertemuan hari kedua akan difokuskan pada
penyepakatan isu strategis yang perlu direspon oleh daerah dalam pembangunan PKP.
Selain itu, akan dibahas pula mengenai rekomendasi apa saja yang perlu disampaikan
kepada pemerintah untuk ditindaklanjuti.
1. Pada awal sesi, fasilitator menjelaskan kembali secara garis besar hal-hal penting yang
telah dicapai pada hari pertama.
2. Melalui pleno, fasilitator menayangkan daftar isu dan permasalahan pembangunan PKP,
dan rangkuman hasil diskusi hari pertama. Berdasarkan daftar permasalahan tersebut,
fasilitator meminta kesepakatan dengan peserta, mengenai permasalahan mana saja yang
dinilai yang strategis (fasilitator mendorong bahwa persoalan koordinasi menjadi salah
satu permasalahan strategis)
Gambaran format hasil diskusi adalah sebagai berikut:
Daftar
Bobot
Respon Daerah terhadap
Skor
permasalahan yang
permasalahan
permasalahan
(Bobot x
dianggap prioritas
(total = 100%)
(rating 1-4)
rating)
Modul 1 | hal 11
dst
3. Berdasarkan analisis tersebut kita menetapkan prioritas permasalahan berdasarkan
urutan skor dari yang paling tinggi sampai nilai tertentu yang disepakati.
4. Akhir sesi ini ditegaskan bahwa permasalahan strategis sebagaimana yang disepakati
pendekatan koordinasi dan sinergi pembangunan merupakan langkah penting yang perlu
dilakukan daerah. Untuk itu suatu kelompok kerja (Pokja) yang bisa menampung aspirasi
semua pihak perlu dibentuk.
Modul 1 | hal 11
Modul 1 | hal 12
Durasi
Kegiatan
Sesi 8
45
menit
Menyepakati
rekomendasi
lokakarya
Sesi 9
30
menit
Wrap up dan
kesepakatan rencana
aksi dalam rangka
lokakarya lanjutan
Modul 1 | hal 12
Output
Berita acara hasil dan
rekomendasi lokakarya untuk
membentuk Pokja PKP
Proses
1. Sesi sebelumnya telah menghasilkan kesepakatan prioritas permasalahan yang perlu
ditangani oleh pemerintah provinsi. Selanjutnya, peserta dipandu fasilitator diminta untuk
menetapkan rekomendasi yang perlu dilakukan oleh propinsi. Penetapan rekomendasi ini
dilakukan melalui pleno.
2. Perlu dipastikan penyiapan Pokja PKP menjadi prioritas utama.
3. Catatan: rekomendasi disiapkan dalam bentuk berita acara hasil lokakarya, dan
ditandatangani bersama oleh peserta. Selanjutnya rekomendasi tersebut disampaikan
kepada Kepala Daerah melalui Bappeda.
1. Penegasan pokok-pokok rekomendasi lokakarya oleh fasilitator
2. Penegasan pentingnya penyiapan Pokja PKP
3. Fasilitator meminta langkah-langkah kegiatan yang akan dilakukan sampai dengan
terselenggaranya lokakarya lanjutan mengenai konsep Pokja
Modul 1 | hal 13
Peserta
Jumlah peserta kurang lebih 30 orang terdiri dari:
1. Unsur pimpinan/kepala pemerintahan di tingkat provinsi: Kepala Kanwil BPN, Kepala
BPS, Kepala Bappeda, Kepala Dinas yang membidangi PKP, dan Kepala Dinas/Lembaga
terkait PKP lainnya
2. Maksimal 3 (tiga) Kepala Bappeda Kabupaten/Kota terdekat, masing-masing 1 (satu)
orang
3. Unsur pimpinan/kepala dari pemangku kepentingan lainnya terkait PKP tingkat
provinsi: Perumnas, PLN, pihak Perbankan, LKNB, APERSI, REI, Akademisi, dll.
Narasumber
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah dan/atau pihak lainnya yang dianggap perlu. Peran
narasumber pada kegiatan ini antara lain:
1. Sebagai pihak yang mempunyai pengetahuan yang lebih di bidang PKP
2. Memfasilitasi kegiatan ini dengan didampingi oleh fasilitator provinsi
3. Memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan kegiatan ini di daerah
Modul 1 | hal 14
Kegiatan
Output
Proses
Sesi 1
30 menit
Pembukaan lokakarya
Sesi 2
45 menit
Pengantar lokakarya
Sesi 3
60 menit
1. Pengantar protokol
2. Paparan sambutan oleh kepala Bappeda dilanjutkan pernyataan
pembukaan lokakarya
3. Istirahat selama 15 menit
Pengantar selamat datang oleh fasilitator dan penjelasan singkat peserta
diundang dalam rangka peransertanya untuk memberikan sumbangan
pemikiran mengenai pembangunan PKP di wilayah.
Modul 1 | hal 15
Modul 1 | hal 15
Modul 1 | hal 16
Durasi
Kegiatan
Output
Proses
terlibat dalam perencanaan.
b. Dalam pelaksanaan; Pokja PKP menjadi mitra dalam pelaksanaan
sosialisasi kebijakan daerah untuk pembangunan PKP. Pokja PKP juga
melakukan upaya membangun sinergi dan koordinasi antar pelaku
pembangunan PKP, serta memberikan layanan konsultasi dalam
rangka membahas berbagai permasalahan dan solusi yang lebih baik.
c. Dalam monitoring dan evaluasi; Pokja PKP mengkoordinasikan
proses penyelenggaraan monitoring dan evaluasi pembangunan PKP
secara terpadu dari berbagai sumber pembiayaan/program. Selain
itu, Pokja PKP juga menyelenggarakan pertemuan periodik untuk
membahas progres pencapaian pembangunan dan memfasilitasi
pengembangan rencana aksi dalam menindaklanjuti hasil monitoring
dan evaluasi.
Setelah presentasi disampaikan, kemudian dilanjutkan dengan forum tanya
jawab dan klarifikasi.
60 menit
Sesi 4
90 menit
ISTIRAHAT
Diskusi pemetaan eksisting
kelembagaan
terkait
pembangunan
PKP
yang
telah/pernah dibentuk
1. Nama-nama
kelembagaan
terkait PKP yang telah dibentuk
2. Status fungsi dan peran
kelembagaan
yang
telah
dibentuk
3. Isu dan permasalahan yang
dihadapi oleh kelembagaan
yang telah dibentuk
Sesi ini diawali penggalian informasi secara umum melalui pleno dengan
pertanyaan kunci; selama 10 tahun terakhir kelembagaan apa sajakah yang
telah/pernah dibentuk untuk pelaksanaan program yang berkaitan dengan
pembangunan PKP. Hasil identifikasi disajikan dalam format sebagai berikut:
Nama Kelembagaan
Dibentuk Oleh
Modul 1 | hal 16
Tujuan
Status fungsi
saat ini
Permasalahan
yang dihadapi
Durasi
Sesi 5
90 menit
Kegiatan
Diskusi menggali masukan dan
kesepakatan awal mengenai
Pokja PKP yang lebih efektif.
Output
Nama yang disepakati untuk
bentuk kelembagaan Pokja PKP.
Modul 1 | hal 17
Sesi 6
90 menit
Kesepakatan struktur
kelembagaan Pokja PKP sesuai
dengan kebutuhan daerah
Sesi 7
45 menit
Proses
Selesai diskusi kelompok dipresentasikan kepada kelompok lain untuk
mendapatkan masukan dan tambahan informasi.
Dengan menggunakan hasil diskusi sebelumnya fasilitator memandu diskusi
dengan pertanyaan kunci:
1. Bagaimana caranya mempersatukan kelembagaan-kelembagaan yang
pernah dibentuk ke dalam wadah bersama yang lebih inklusif sebagai
Pokja PKP.
2. Apa nama yang tepat untuk Pokja tersebut (perlukah memberi nama
baru atau nama salah satu wadah yang telah ada dan masih berfungsi
efektif dengan esensi peran sebagai Pokja).
Peserta dibagi menjadi 2 (dua) kelompok dengan format baru (setengah dari
kelompok sebelumnya menjadi kelompok satu dan setengah yang lain
menjadi kelompok kedua).
Format hasil diskusi adalah sebagai berikut:
Langkah/cara mempersatukan
Nama kelembagaan yang
kelembagaan yang ada
disepakati
Modul 1 | hal 17
Modul 1 | hal 18
Durasi
Sesi 8
30 menit
Kegiatan
Modul 1 | hal 18
Output
Proses
1. Kelompok 1: Menguraikan ruang lingkup peran koordinasi dari
kelembagaan yang telah disepakati
2. Kelompok 2: Menguraikan ruang lingkup peran advokasi dari
kelembagaan yang telah disepakati
3. Kelompok 3: Menguraikan ruang lingkup peran monitoring dan evaluasi
kelembagaan yang telah disepakati.
Selesai diskusi selesai, masing-masing kelompok mempresentasikan kepada
kelompok lainnya.
1. Penyepakatan peserta yang akan mengikuti rangkaian pertemuan
penyiapan pembentukan Pokja PKP
2. Penegasan pokok-pokok hasil lokakarya oleh fasilitator
3. Pokok-pokok kesepakatan/hasil lokakarya ini akan dibawa ke lokakarya
selanjutnya dengan stakeholders yang lebih luas.
4. Lokakarya selanjutnya adalah lokakarya puncak untuk pembentukan
kelembagaan atau Pokja PKP, dengan nama sementara Pokja PKP atau
nama lain yang telah disepakati dalam lokakarya ini.
Keluaran
1.
Draf kelembagaan Pokja PKP serta bentuk legalitasnya yang akan diusulkan dan
dibawa pada forum lokakarya pemangku kepentingan.
2.
Draf rumusan uraian tugas masing-masing bidang dalam kepengurusan Pokja PKP.
3.
Draf usulan mekanisme kerja antara Pokja PKP Provinsi dengan Dinas/Lembaga yang
terkait bidang PKP.
Metodologi
Rapat kerja, koordinasi dan diskusi yang dilaksanakan oleh tim kecil yang telah disepakati
pada Lokakarya Konsep Pokja
Alat dan Bahan
Laporan hasil analisis alternatif kelembagaan, kertas flip chart, spidol, dan infokus.
Pelaksana
SKPD Provinsi Pelaksana Dekonsentrasi Lingkup Kemenpera Tahun 2011.
Peserta
merupakan tim kecil maksimum 25 orang yang terdiri dari unsur pemerintah tingkat
provinsi, antara lain: Kanwil BPN, BPS, Bappeda, Dinas/Lembaga yang membidangi PKP, dan
Dinas/Lembaga terkait PKP lainnya.
Modul 1 | hal 19
Output
Proses
1 hari
Kegiatan 1: Penyusunan
rancangan dan model
kelembagaan Pokja PKP
Kegiatan
Tersusunnya rancangan
dan model kelembagaan
Pokja PKP
1 hari
Kegiatan 2: Konsultasi
rancangan kelembagaan
dan legalitas Pokja PKP
Rancangan kelembagaan
Pokja PKP telah
terkonsultasikan
1 hari
Kegiatan 3: Pertemuan
penyiapan uraian tugas
Pokja PKP dan
rancangan mekanisme
koordinasi
Tersusunnya uraian
tugas dan rancangan
mekanisme koordinasi
Pokja PKP
Modul 1 | hal 20
Keluaran
1.
2.
3.
Metodologi
Presentasi, diskusi kelompok interaktif dan presentasi bergerak.
Alat dan Bahan
Bahan presentasi, rancangan kelembagaan pokja, flip chart, kertas metaplan, dan Sticky Cloth
Pelaksana
SKPD Provinsi Pelaksana Dekonsentrasi Lingkup Kemenpera Tahun 2011.
Peserta
Jumlah peserta kurang lebih 30 orang terdiri dari:
1. Unsur pimpinan/kepala pemerintahan di tingkat provinsi: Kepala Kanwil BPN, Kepala
BPS, Kepala Bappeda, Kepala Dinas yang membidangi PKP, dan Kepala Dinas/Lembaga
terkait PKP lainnya
2. Maksimal 3 (tiga) Kepala Bappeda Kabupaten/Kota terdekat, masing-masing 1 (satu)
orang
3. Unsur pimpinan/kepala dari pemangku kepentingan lainnya terkait PKP tingkat
provinsi: Perumnas, PLN, pihak Perbankan, LKNB, APERSI, REI, Akademisi, dll.
Narasumber
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah dan/atau pihak lainnya yang dianggap perlu. Peran
narasumber pada kegiatan ini antara lain:
1.
2.
3.
Output
Proses Fasilitasi
Sesi 1
45
menit
Pembukaan lokakarya
Kegiatan
Sesi 2
45
menit
Sesi 3
60
menit
1. Pengantar protokol
2. Paparan sambutan oleh kepala Bappeda dilanjutkan pernyataan
pembukaan lokakarya
3. Istirahat selama 15 menit
Paparan kebijakan dan sasaran pembangunan PKP disampaikan oleh
narasumber dari pusat dengan pokok-pokok materi sebagai berikut:
1. Latar belakang pentingnya Pokja PKP Provinsi
2. Sasaran pembangunan nasional bidang PKP
3. Kebijakan nasional dalam pencapaian sasaran pembangunan bidang PKP
4. Pesan-pesan pentingnya daerah untuk menempatkan sektor PKP menjadi
salah satu prioritas pembangunan daerah
1. Presentasi Bappeda/SKPD yang ditunjuk untuk menjelaskan status
progres pembangunan PKP (rencana vs realisasi), pokok-pokok
kebijakan daerah terkait pembangunan PKP, serta isu dan permasalahan
umum yang dihadapi daerah dalam pemenuhan layanan perumahan bagi
masyarakat.
2. Selesai paparan dilanjutkan tanya jawab dan klarifikasi secukupnya.
60
menit
Sesi 4
90
menit
ISTIRAHAT
Diskusi penajaman isu dan
permasalahan pembangunan
PKP di daerah
Modul 1 | hal 23
Modul 1 | hal 22
Uraian
isu
dan
permasalahan
pembangunan perumahan dan kawasan
permukiman yang berkaitan dengan
sebagai berikut:
1. Sosial/peran serta masyarakat
2. Kelembagaan
3. Pembiayaan /investasi
4. Kualitas sarana dan prasarana
5. Dampak lingkungan
1. Sesi ini merupakan sesi interaktif dan partisipatif untuk menggali dan
melengkapi daftar isu dan permasalahan pembangunan PKP yang telah
dihasilkan pada lokakarya pertama.
2. Peserta dibagi menjadi lima kelompok, masing-masing mendiskusikan isu
dan permasalahan pembangunan PKP berdasarkan aspek sosial/peran
serta masyarakat, kelembagaan, pembiayaan, kualitas sarana, dan
lingkungan.
a. Kelompok 1; menguraikan isu dan permasalahan pembangunan PKP
yang berkaitan dengan sosial/peran serta masyarakat.
b. Kelompok 2; menguraikan isu dan permasalahan pembangunan PKP
yang berkaitan dengan kelembagaan.
c. Kelompok 3; menguraikan isu dan permasalahan pembangunan PKP
Modul 1 | hal 24
Durasi
Kegiatan
Sesi 5
60
menit
Sesi 6
60
menit
Sesi 7
90
menit
Output
Proses Fasilitasi
yang berkaitan dengan pembiayaan/investasi.
d. Kelompok 4; menguraikan isu dan permasalahan pembangunan PKP
yang berkaitan dengan kualitas sarana dan prasarana.
e. Kelompok 5; menguraikan isu dan permasalahan pembangunan PKP
yang berkaitan dengan dampak lingkungan.
3. Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusinya, dan
melalui pleno, fasilitator menjelaskan pokok-pokok hasil diskusi serta
keterkaitan kelima aspek yang telah didiskusikan.
1. Inti paparan ini adalah menegaskan pentingnya Pokja PKP dan sinergi
dalam upaya mengatasi berbagai isu pembangunan PKP
2. Pokok-pokok paparan mencakup :
a. Rasional pentingnya kelembagaan Pokja PKP.
b. Nama generik Pokja PKP atau sebutan lainnya.
c. Ruang lingkup fungsi dan peran dalam pembangunan PKP
d. Rekomendasi struktur dan keanggotaan berdasarkan hasil
lokakarya sebelumnya.
3. Setelah paparan selesai, kemudian dilanjutkan dengan diskusi klarifikasi
dan masukan peserta tentang konsep Pokja PKP.
4. Melalui pleno, proses pembentukan kelembagaan dipimpin oleh
moderator.
5. Moderator menyampaikan pokok-pokok pikiran mengenai kelembagaan,
kemudian ditanggapi oleh peserta. Setelah tanggapan dianggap cukup,
kemudian dilakukan pernyataan kesepakatan. Format hasil diskusi ini
adalah sebagai berikut:
Pokok-pokok kesepakatan
1. Nama Pokja
2. Pengertian (definisi) kelembagaan yang kita
sepakati
3. Keanggotaan dan masa kepengurusan
4. Fungsi utama kelembagaan yang disepakati
5. Struktur kelembagaan yang disepakati
1. Setelah nama, struktur, dan peran utama Pokja disepakati, diskusi lebih
diarahkan untuk menyepakati visi dan misi melalui diskusi kelompok.
Peserta dibagi menjadi 3 kelompok.
Diskusi 1:
Modul 1 | hal 23
Durasi
Kegiatan
Output
3. Terumuskannya
kegiatan
penjabaran program
Proses Fasilitasi
hasil
Modul 1 | hal 25
Sesi 8
30
menit
Sesi 9
30
menit
Modul 1 | hal 24
Sesi ini merupakan sesi akhir sebelum penutupan dipimpin oleh Bappeda
untuk meminta masukan tentang dokumen kelembagaan Pokja yang akan
dikonsultasikan dan diproses oleh bagian hukum. Dokumen kelembagaan
ini telah dipersiapkan sebelum lokakarya berlangsung, didasarkan pada
hasil lokakarya sebelumnya.
Dipandu oleh fasilitator, disampaikan pokok-pokok hasil yang telah
disepakati selama lokakarya.
LAMPIRAN
Modul 1 | hal 25
BAHAN BACAAN 1:
KONSEP POKJA PKP PROVINSI
Modul 1 | hal 26
A.
Pokja merupakan tempat berkumpul para pemangku kepentingan untuk saling bekerjasama
dan berkoordinasi untuk mewujudkan rencana secara komprehensif. Dibentuknya Pokja
merupakan suatu inisiatif dalam upaya meningkatkan atau pencapaian kinerja terhadap sebuah
tujuan disebabkan tujuan tersebut tidak akan mampu diselesaikan oleh satu pihak saja.
Penyiapan Pokja merupakan satu konsekuensi untuk membangun sinergi dan koordinasi untuk
suatu pekerjaan yang melibatkan berbagai elemen/pihak.
Pokja PKP adalah wadah yang dibentuk atas dasar komitmen bersama para pemangku
kepentingan perumahan sebagai tempat untuk mensinergikan beberapa kegiatan, tukar pikiran,
dan partisipasi. Pokja PKP merupakan instrumen pembangunan PKP dalam mewujudkan dan
menjamin keseimbangan peran dan akses pemangku kepentingan dalam seluruh proses
pembangunan PKP. Wadah ini diharapkan dapat terbentuk secara formal sehingga dapat
dilembagakan melalui surat keputusan Kepala Daerah. Dalam menjalankan perannya, wadah ini
bekerja sesuai dengan tugas, fungsi dan tanggung jawab yang diembannya. Pokja PKP
merupakan istilah/nama generik yang digunakan dalam mendukung peningkatan koordinasi
pembangunan PKP.
Melalui Pokja PKP, dapat terwujud sinergisitas para pemangku kepentingan dalam
melaksanakan pembangunan perumahan secara sistematis yang berorientsi pada tujuan.
Masing-masing komponen diharapkan saling mengisi sesuai dengan tugas dan fungsinya. Hal ini
sangat efektif dalam mencapai tersedianya perumahan yang layak huni, termanfaatkan dan
terpelihara secara berkelanjutan. Pengertian ini mengandung makna bahwa:
Pokja PKP fokus pada bidang pembangunan PKP.
Pemangku kepentingan memiliki arah dan pandangan serta tujuan yang sama terhadap
efektivitas penyediaan perumahan.
Pemangku kepentingan memahami fungsi dan perannya dalam penyelenggaraan
pembangunan PKP di daerahnya.
Pokja PKP memiliki program dan rencana serta melaksanakannya untuk mewujudkan
fungsi dan perannya.
Pokja PKP bersifat legal dan memiliki dasar hukum serta menjadi bagian dalam konstelasi
pembangunan perumahan yang selanjutnya diatur dalam mekanisme kerja.
B.
Pokja PKP Provinsi dibentuk untuk menjawab isu penyediaan perumahan dan pengelolaan
kawasan permukiman di provinsi. Untuk mengatasi permasalahan dan kendala tersebut
diperlukan peran pemangku kepentingan secara inklusif melalui Pokja. Selain itu diperlukan
juga sinergi dan komunikasi yang mampu menjembatani antar regulator, penyedia jasa dan penerima
manfaat. Atas dasar pertimbangan tersebut urgensi pembentukan Pokja PKP Provinsi adalah:
Pentingnya upaya antisipatif untuk mengurangi potensi permasalahan yang ditimbulkan oleh
faktor yang berkaitan dengan koordinasi dan sinergi antar pihak dalam pelaksanaan program
dan pembangunan perumahan.
Diperlukannya upaya advokatif untuk pelaksanaan pembangunan PKP yang berkelanjutan dan
berkeadilan.
Modul 1 | hal 27
C.
Pokja PKP Provinsi bersifat inklusif, bukan pelaksana program/proyek dan bukan asosiasi
spesifik untuk kepentingan/bisnis tertentu. Oleh karena itu, kedudukan organisasi atau asosiasi
terkait merupakan bagian dari Pokja PKP Provinsi, baik sebagai pengurus maupun anggota.
Anggota Pokja PKP Provinsi mencakup unsur regulator, operator, dan penerima
manfaat/masyarakat luas.
Pokja PKP Provinsi memiliki karakteristik sebagai berikut:
Bersifat inklusif dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan yang peduli terhadap
bidang PKP.
Dibentuk dan dilaksanakan atas dasar komitmen bersama.
Kesetaraan peran antar pengurus dan anggota.
Menjadi wadah sinergi antar pelaku dan pemangku kepentingan program pembangunan PKP.
Keanggotaan bersifat terbuka, akan tetapi pengurus inti bersifat mengikat atas fungsi dan
peran yang telah ditetapkan dalam menjalankan tugas yang diemban. Oleh karena itu Pokja
PKP perlu didukung dengan adanya legalitas dari Kepala Daerah.
D.
Komponen Pokja PKP Provinsi terdiri dari regulator, operator, dan masyarakat.
1) Regulator
Regulator adalah pemerintah yang memiliki kewenangan dalam menetapkan kebijakan dan
arah pembangunan PKP yang terdiri dari unsur eksekutif (Kepala Daerah) dan legislatif.
Regulator dalam Pokja PKP Provinsi menjadi pengarah atas fungsi dan peran serta
dukungannya dalam penyelenggaraan pembangunan PKP. Pokja PKP Provinsi menjadi
bagian dari regulator yang berfungsi dalam penguatan kapasitas pelaksana pembangunan
PKP.
Modul 1 | hal 28
2) Operator
Operator adalah para pelaku pembangunan PKP secara langsung dari unsur mitra
pemerintah yang meliputi: kalangan pengembang (swasta atau developer/pengembang),
penyedia jasa (kontraktor) dan layanan keuangan dari pihak perbankan. Dalam konteks
program, operator juga termasuk dinas teknis yang melaksanakan program pembangunan
dengan mekanisme swakelola masyarakat.
Dalam keanggotaan Pokja PKP Provinsi, operator program dari SKPD yang membidangi
perumahan menjadi pengurus tim teknis. Pihak lain dari luar struktur pemerintah menjadi
anggota atau format lain disesuaikan dengan kebutuhan daerah.
3) Masyarakat
Masyarakat terdiri dari penerima manfaat dan kelompok peduli mencakup kalangan
pers/media, akademisi, dan kelompok penerima dampak akibat pembangunan PKP.
Masyarakat penerima manfaat dan penerima dampak merupakan sasaran yang akan
difasilitasi dan dimediasi oleh Pokja PKP Provinsi dalam penyaluran aspirasi dan
pemenuhan hak-hak serta kewajibannya.
Peran masyarakat dari kalangan akademisi, pers dan organisasi terkait lainnya menjadi
bagian dari keanggotaan Pokja PKP Provinsi atau format lain disesuaikan dengan
kebutuhan daerah.
Hubungan sinergis antar komponen dapat digambarkan sebagai berikut:
E.
Posisi strategis Pokja PKP Provinsi adalah kedudukan yang diharapkan dapat memberikan
dampak menyeluruh terhadap perbaikan kinerja pembangunan PKP di provinsi.
PKP dengan segala aspeknya perlu didukung peran pihak yang mampu menggerakkan fungsi
seluruh elemen pembangunan yang dibutuhkan. Elemen yang dimaksud antara lain
sebagaimana pada Tabel 6.
Modul 1 | hal 29
Tabel 6. Posisi Strategis Pokja PKP Provinsi pada Seluruh Elemen Pembangunan
Elemen
Kebijakan
Perencanaan
Pembiayaan
Kapasitas
Tata kelola
Fungsi Pokja
Fasilitasi dan advokasi
Fasilitasi dan advokasi
Fasilitasi dan
mediasi
Fasilitasi
Fasilitasi, komunikasi,
mediasi, dan resolusi
konflik
Dari uraian pada tabel 2 dapat disimpulkan bahwa Pokja PKP Provinsi memiliki posisi strategis
dalam upaya mewujudkan hasil PKP yang efektif melalui peran advokasi, fasilitasi, komunikasi,
mediasi dan apabila diperlukan dapat melakukan peran resolusi konflik.
F.
Pembentukan Pokja PKP Provinsi akan memberikan manfaat bagi daerah sebagai berikut:
Terlaksananya proses pembangunan PKP yang mampu mengakomodasi kepentingan
pemerintah sebagai regulator, pengembang sebagai penyedia, dan penerima manfaat sehingga
dapat mengurangi potensi konflik yang tidak diinginkan.
Pemerintah Pusat dan Daerah akan terbantu dalam proses sosialisasi mengenai kebijakankebijakan terkait pembangunan PKP.
Terbangunnya koordinasi yang lebih baik dalam mensinergikan arah pembangunan PKP
sesuai dengan tujuan pembangunan daerah.
Tersedianya jalur komunikasi dan artikulasi kepentingan seluruh pemangku kepentingan PKP
di daerah.
Modul 1 | hal 30
BAHAN BACAAN 2:
KELEMBAGAAN POKJA PKP PROVINSI
Modul 1 | hal 31
A.
Untuk personel yang duduk dalam struktur terdiri dari pemangku kepentingan yang secara
langsung menangani dan pihak lain termasuk tokoh masyarakat yang berkepentingan terhadap
pembangunan PKP. Struktur organisasi/susunan kepengurusan Pokja PKP Provinsi di daerah
mencakup posisi tim pengarah, tim pelaksana dan tim sekretariat sebagaimana Gambar 3.
setidak-tidaknya gugus tugas pokja mencakup gugus tugas koordinasi, gugus tugas advokasi
dan gugus tugas fasilitasi. Namun demikian tidak menutup kemungkinan apabila daerah
memandang perlu adanya gugus tugas lainnya seperti gugus tugas peran serta masyarakat,
gugus tugas kemitraan dan sebagainya. Contoh uraian peran gugus tugas Pokja PKP
sebagaimana pada Tabel 7.
Tabel 7. Contoh Uraian Peran Gugus Tugas Pokja PKP
Gugus Tugas
Advokasi dan
komunikasi
Koordinasi dan
Sinergi
Fasilitasi
Peran serta
masyarakat
Uraian
Mengkoordinasikan dan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan
advokasi, antara lain:
Mendorong pengambil kebijakan daerah (Kepala Daerah dan DPRD) untuk
menempatkan PKP sebagai program prioritas
Sosialisasi kebijakan dan rencana pembangunan PKP
Mengkoordinasikan dan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan
koordinasi dan sinergi antar pelaku pembangunan PKP, antara lain:
Pertemuan koordinasi perencanaan
Pertemuan koordinasi pendataan
Pertemuan koordinasi monitoring
Pertemuan berbagi pengalaman dan penyelesaian permasalahanpermasalahan teknis
Mengkoordinasikan dan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan
fasilitasi, antara lain:
Penyelenggaraan lokakarya/pelatihan bagi pelaku pembangunan PKP
Mediasi kerjasama antara pelaku pembangunan dengan lembaga keuangan
Penyediaan informasi dan konsultasi tentan proses perijinan
Mengkoordinasikan dan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan
peranserta masyarakat dalam pembangunan PKP, antara lain:
Pembentukan kelembagaan pengelolaan lingkungan PKP di tingkat
masyarakat
Melakukan promosi/kampanye kepedulian masyarakat untuk kebersihan
lingkungan PKP
Dst
Tim Sekretariat
Tim sekretariat bertugas untuk menjalankan aktivitas organisasi sehari-hari antara lain
pengaturan agenda, korespondensi, dan sebagai penyelenggara pertemuan-pertemuan.
Sekretariat terdiri dari pimpinan sekretariat dan tim operasional yang berasal dari unsur SKPD
atau direkrut secara khusus sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan daerah. Pimpinan
sekretariat adalah sekretaris Pokja PKP Provinsi yang akan melaporkan dan
mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan atau program yang telah disepakati oleh tim
pelaksana Pokja PKP Provinsi.
Modul 1 | hal 33
B.
Pokja PKP Provinsi merupakan instrumen dalam pelaksanaan program perumahan di tingkat
provinsi dan sebagai wadah publik dalam penyaluran aspirasi bidang PKP. Oleh karena itu,
keanggotaan Pokja PKP Provinsi bersifat multi pihak. Dalam menjalankan tugasnya, Pokja PKP
Provinsi memiliki fungsi dan peran sebagai berikut:
1) Mitra Pemerintah
Pokja PKP Provinsi memiliki fungsi sebagai mitra pemerintah dalam beberapa kegiatan
strategis antara lain:
2) Advokasi
Dalam fungsi advokasi, Pokja PKP Provinsi diharapkan dapat mendorong pelaksanaan
pembangunan PKP, serta menerapkan prinsip-prinsip good governance. Kondisi good
governance yang perlu diciptakan melalui fungsi ini antara lain:
Fungsi advokasi Pokja PKP Provinsi diharapkan mampu mendorong pemerintah untuk
menempatkan PKP sebagai program prioritas dalam pembangunan. Ruang lingkup
advokasi dalam konteks pembangunan PKP antara lain advokasi anggaran, advokasi
kebijakan penyelenggaraan dan advokasi kepedulian masyarakat.
a) Advokasi anggaran
Advokasi ini ditujukan untuk memastikan pemerintah terpanggil untuk
meningkatkan alokasi anggaran pemerintah yang memadai dalam mengatasi
permasalahan PKP, khususnya bagi kelompok masyarakat berpenghasilan rendah
(MBR) dalam mendapatkan akses perumahan layak huni. Advokasi anggaran
termasuk proses penetapan dan perencanaan anggaran serta pemanfaatannya agar
memenuhi kaidah akuntabilitas.
b) Advokasi kebijakan penyelenggaraan pembangunan PKP
Advokasi kebijakan bertujukan untuk mendorong adanya kebijakan daerah yang
dapat menjadi pedoman dalam penyelenggaraan pembangunan PKP yang efektif.
1) Jika daerah belum memiliki kebijakan, maka didorong untuk melahirkan
kebijakan bidang PKP
Modul 1 | hal 34
2) Jika kebijakan telah disiapkan akan tetapi tidak/kurang pro-publik maka Pokja
PKP Provinsi mendorong agar kebijakan tersebut diperbaiki
3) Jika kebijakan sudah baik akan tetapi belum efektif penerapannya maka Pokja
PKP Provinsi ikut berupaya melalui serangkaian upaya agar kebijakan tersebut
dapat terlaksana
4) Jika kebijakan yang ada bertentangan dengan kepentingan publik atau tidak
berpihak, dan akan manghasilkan kondisi kontra produktif, maka Pokja PKP
Provinsi mendorong agar kebijakan tersebut dicabut dan digantikan dengan
kebijakan baru yang lebih baik
c)
3) Intermediasi
Pembangunan PKP selalu dihadapkan pada potensi konflik kepentingan antara pemerintah,
penyedia dan calon penerima manfaat serta pihak-pihak yang menerima dampak akibat
pembangunan misalnya persoalan pembebasan lahan. Fungsi intermediasi dimaksudkan
sebagai upaya untuk membantu para pihak yang merasa terabaikan kepentingan dan
haknya melalui proses yang kondusif untuk menghasilkan keputusan yang berimbang.
Fungsi ini khususnya ditujukan dalam upaya mengatasi konflik antara pengembang dengan
penerima manfaat maupun dengan pemerintah.
4) Wadah Komunikasi dan Sinergi
Banyaknya pemangku kepentingan khususnya dari dinas/lembaga pemerintah yang
membidangi perumahan, akan berpotensi menimbulkan ego sektoral. Sebagai wadah
komunikasi, entitas Pokja PKP Provinsi akan menjadi tempat untuk mengkomunikasikan
rencana dan kegiatan antar pelaku. Selain itu Pokja PKP Provinsi juga sebagai forum untuk
mendapatkan rekomendasi dalam memastikan hasil pembangunan yang keberlanjutan dan
efektif menjawab kebutuhan.
Modul 1 | hal 35
C.
Fungsi dan peran Pokja PKP Provinsi dilaksanakan dalam seluruh tahapan atau proses
pembangunan sejak perencanaan sampai dengan paska pembangunan.
1) Dalam perencanaan pembangunan
D.
Modul 1 | hal 36
Pelaku (Contoh):
1. Bappenas
2. Kemenpera
3. KemenPU
4. Kemendagri, dll.
Pokja Pusat
Perumahan
Prog Nasional
PROVINSI/Gubernur
Sinergi
Pelaku (Contoh):
1. Bappeda
2. SKPD terkait
3. Swasta
Pokja PKP
Provinsi
Pelaksanaan
Prog Nas & Prov
Keterangan
Fasilitasi
KAB/KOTA
Bupati/Walikota
Informasi
Sinergi
Pelaku (Contoh):
1. Bappeda
2. SKPD terkait
3. Swasta
4. Masyarakat
Pokja PKP
Kab/Kota
Koordinasi
dan Sinergi
Pelaksanaan
Prog Nasional,
Prov., Kab/Kota
Tim Teknis
Program
Perumahan
Dinas
Kebersihan
Dinas PU
Cipta
Karya
Bappeda
PMD/
Bapermas
Pokja PKP
Provinsi
Dan LainLain
Asosiasi
REI
Dinas Tata
Ruang dan
Permukiman
Dinas
Lingkunga
n
Modul 1 | hal 37
E.
Fungsi dan peran Pokja PKP diimplementasikan melalui serangkaian program kerja.
Operasionalisasi program kerja tersebut dapat didanai oleh daerah melalui APBD. Program
kerja Pokja PKP Provinsi mencakup Program Internal Kelembagaan Pokja PKP Provinsi dan
Program Peningkatan Peran Pokja PKP Provinsi dalam pelaksanaan pembangunan.
1) Program Internal Kelembagaan Pokja
Program internal kelembagaan mencakup pengembangan kelembagaan, perencanaan
strategis Pokja PKP Provinsi, pengembangan dan penguatan SDM serta optimalisasi fungsi
dan peran.
a) Pengembangan Kelembagaan
Program pengembangan kelembagaan Pokja PKP Provinsi mencakup:
c)
Modul 1 | hal 38
Modul 1 | hal 39
F.
Modul 1 | hal 40