Anda di halaman 1dari 38

PANDUAN PELAYANAN

PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT


RUMAH SAKIT Dr. ISKAK TULUNGAGUNG

KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI


RSUD DR. ISKAK TULUNGAGUNG
2014

1
BAB I
DEFINISI

Rumah sakit merupakan penghasil limbah MEDIS terbesar.


Berbagai jenis limbah yang dihasilkan di RSUD dr. Iskak Tulungagung
berasal dari unit-unit pelayanan medis yang bisa membahayakan dan
menimbulkan gangguan kesehatan bagi pengunjung dan terutama
petugas yang menangani limbah tersebut. Dalam panduan ini yang
dimaksud :
1. Limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan
dari kegiatan rumah sakit dalam bentuk padat, cair, dan gas.
2. Limbah padat rumah sakit adalah semua limbah rumah
sakit yang berbentuk padat sebagai akibat kegiatan rumah sakit
yang terdiri dari limbah medis padat dan non-medis.
3. Limbah infeksius adalah limbah yang terkontaminasi
organisme patogen yang tidak secara rutin ada di lingkungan dan
organisme tersebut dalam jumlah dan virulensi yang cukup untuk
menularkan penyakit pada manusia rentan. Limbah infeksius bisa
didapat dari berbagai unit di rumah sakit, bersifat infeksius karena
terpapar cairan tubuh dan darah pasien yang mengandung
berbagai macam patogen kuman.
4. Limbah non infeksius adalah limbah yang dihasilkan dari
kegiatan di rumah sakit di luar medis yang berasal dari dapur,
perkantoran, taman, dan halaman yang dapat dimanfaatkan
kembali apabila ada teknologinya.
5. Limbah cair adalah semua air buangan termasuk tinja yang
berasal dari kegiatan rumah sakit yang kemungkinan mengandung
mikroorganisme, bahan kimia beracun, darah dan produk darah
dan radioaktif yang berbahaya bagi kesehatan.
6. Limbah gas adalah semua limbah yang berbentuk gas yang
berasal dari kegiatan pembakaran di rumah sakit seperti
incenerator, dapur, perlengkapan generator, anastesi, dan
pembuatan obat citotoksik.

2
7. Limbah sangat infeksius adalah limbah berasal dari
pembiakan dan stock bahan sangat infeksius, otopsi, organ
binatang percobaan dan bahan lain yang telah diinokulasi,
terinfeksi atau kontak dengan bahan yang sangat infeksius.
8. Limbah sitotoksis adalah limbah dari bahan yang
terkontaminasi dari persiapan dan pemberian obat sitotoksis untuk
kemoterapi kanker yang mempunyai kemampuan untuk membunuh
atau menghambat pertumbuhan sel hidup.

BAB II
RUANG LINGKUP

3
Panduan ini memberikan panduan bagi petugas kesehatan di
Rumah Sakit Dr. Iskak Tulungagung dalam melakukan manajemen
pengelolaan limbah rumah sakit. Limbah rumah sakit terdiri dari: limbah
medis dan non medis. Limbah medis terdiri dari: limbah cair, limbah padat,
sisa jaringan/organ tubuh pasien, limbah B3. Limbah non medis terdiri dari
; limbah cair, limbah padat. Limbah medis rumah sakit membutuhkan
manajeman pengelolaan yang berbeda jika dibandingkan dengan limbah
non medis, karena limbah medis mengandung unsur zat-zat yang
berbahaya bagi lingkungan, bisa berupa : virus, bakteri mikroorganisme
penyebab penyakit lain dan juga zat-zat berbahaya dan beracun jika
terpapar pada lingkungan dan orang sekitar rumah sakit.
Semua petugas yang bekerja di Rumah Sakit, termasuk tenaga
medis, non medis, bagian administrasi dan perkantoran, dan jajaran
manajemen bertanggung jawab untuk mematuhi kebijakan pengelolaan
limbah rumah sakit dan pedoman pengelolaan limbah rumah sakit.
Semua petugas bertanggung jawab melaporkan apabila ada pelanggaran
terhadap pedoman ini dan bertanggungjawab terhadap atasan langsung.

BAB III
TATALAKSANA

4
Berdasarkan bentuk fisiknya maka limbah rumah sakit dapat
dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu limbah padat, limbah cair dan limbah gas.
Untuk limbah padat, dibedakan menjadi limbah padat medis dan limbah
padat non medis

A. LIMBAH PADAT RUMAH SAKIT


A.1. Limbah padat non medis.
1. Pemilahan Limbah Padat non Medis
Dilakukan pemilahan limbah padat non medis antara limbah
basah (sampah organik) dan limbah kering (sampah Anorganik).
2. Tempat Pewadahan Limbah padat Non Medis
a. Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan
karat, kedap air dan mempunyai permukaan yang mudah
dibersihkan pada bagian dalamnya.
RS dr Iskak menggunakan bak sampah bahan plastik fiber
injakan kaki dengan dipasangi plastik warna hitam untuk
limbah padat non medis baik organik (limbah basah, misalnya
daun, sisa makanan dan lain-lain) dan bak sampah satunya
juga dipasangi plastik warna hitam untuk limbah anorganik
(limbah kering, misalnya plastik, kertas, botol dan lain-lain)
Dengan diberi label sampah kering dan sampah basah untuk
pembeda.
b. Mempunyai tutup yang mudah dibuka dan ditutup
tanpa mengotori tangan (dengan injakan kaki).
c. Limbah tidak boleh dibiarkan dalam wadahnya
melebihi 3 x 24 jam atau apabila 2/3 bagian kantong plastik
sudah terisi oleh limbah maka harus diangkut supaya tidak
menjadi perindukan vektor penyakit atau binatang
pengganggu.

3. Pengangkutan
Pengangkutan limbah padat non medis dari setiap ruangan dan seluruh
area rumahsakit ke tempat penampungan sementara menggunakan
bak sampah tertutup pada jam pagi 05.00-06.00 WIB oleh petugas
sanitasi. Petugas yang melakukan pengangkutan harus memakai APD
(alat pelindung diri):

5
 Helm
 Google/penutup mata
 Masker
 Apron panjang kedap air
 Sepatu boot
 Sarung tangan panjang
4. Tempat Penampungan Limbah Padat Non Medis Sementara
a. Tersedia tempat penampungan limbah padat non medis
sementara dipisahkan antara limbah organik dan limbah anorganik.
Tempat tersebut tidak merupakan sumber bau dan lalat lagi bagi
lingkungan sekitarnya dilengkapi saluran untuk cairan lindi.
b. Tempat penampungan sementara limbah padat harus kedap
air, bertutup dan selalu dalam keadaan tertutup bila sedang tidak diisi
serta mudah dibersihkan, RS dr Iskak Tulungagung menggunakan
container besar dari Dinas Kebersihan Pemda Tulungagung
sebanyak 2 buah untuk organik dan anorganik.
c. Terletak pada lokasi yang mudah dijangkau kendaraan
pengangkut limbah padat.
d. Dikosongkan dan dibersihkan sekurang-kurangnya 1 x 24
jam.
5. Lokasi Pembuangan Limbah Padat non medis akhir
Limbah padat non medis dibuang ke lokasi pembuangan akhir yang
dikelola oleh Pemda kabupaten Tulungagung

A.2. Limbah padat medis


1. Yang termasuk limbah medis padat rumah sakit :
Limbah padat yang terdiri dari limbah infeksius, limbah patologi, limbah
benda tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksik, limbah kimiawi, dan
limbah dengan kandungan logam berat yang tinggi.
a. Sampah benda tajam
Adalah obyek atau alat yang memiliki sudut tajam. Sisi, ujung atau
bagian yang menonjol yang dapat memotong atau menusuk kulit ,
seperti jarum, perlengkapan intravena, pipet pasteur, pecahan gelas,
pisau bedah, pecahan ampul obat.
b. Sampah infeksius
Adalah sampah yang berkaitan dengan pasien yang memerlukan
isolasi penyakit menular, sampah laboratorium yang berkaitan

6
dengan pemeriksaan mikrobiologis dan semua jenis sampah yang
terkontaminasi darah atau cairan tubuh pasien.
c. Sampah patologi/jaringan tubuh
Meliputi jaringan tubuh, organ, anggota abdan, placenta dan bagian
tubuh lain yang dibuang pada saat pembedahan atau autopsy
d. Sampah citotoksik
Adalah bahan yang terkontaminasi atau mungkin dengan obat
citotoksik selama peracikan, pengangkutan atau tindakan terapi
citotoksik
e. Sampah farmasi
Adalah sampah yang berasal dari obat – obatan yang kadaluwarsa,
obat – obatan yang terbuang karena batch yang tidak memenuhi
spesifikasi atau kemasan yang terkontaminasi, obat – obatan yang
dikembalikan pasien obat – obatan yang tidak diperlukan oleh
institusi bersangkutan

7
2. Persyaratan limbah medis padat :
a. Minimisasi limbah
Rumah sakit melakukan reduksi limbah dimulai dari sumber, harus
mengelola dan mengawasi penggunaan bahan kimia yang
berbahaya dan beracun serta harus melakukan pengelolaan stok
bahan kimia dan farmasi.
b. Pemilahan
1. Pemilahan limbah dilakukan mulai dari sumber yang
menghasilkan limbah
2. Limbah benda tajam dikumpulkan dalam safety box dari
bahan kardus tebal warna kuning yang tahan tusuk, tanpa
memperhatikan terkontaminasi atau tidaknya
3. Pewadahan limbah medis padat menggunakan bak sampah
dari bahan plastik fiber dengan dipasang plastik warna kuning
didalamnya
4. Limbah sitotoksik dikumpulkan dalam bak sampah yang
kuat anti bocor dengan platik didalamnya berwarna ungu, dan
diberi label bertuliskan “limbah sitotoksik”

Jenis wadah dan label limbah medis padat sesuai kategorinya

c. Pengumpulan, pengangkutan dan penyimpanan


limbah medis padat di lingkungan rumah sakit
1. Pengumpulan limbah medis dapat dari setiap ruangan
penghasil limbah menggunkan troll khusus yang tertutup

8
2. Penyimpanan limbah medis padat harus sesuai iklim
tropis yaitu pada musim hujan paling lama 48 jam dan
musim kemarau paling lama 24 jam

9
c. Tempat pewadahan limbah medis padat
a) Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat,
kedap air, dan mempunyai permukaan yang halus pada bagian
dalamnya, rumah sakit dr. Iskak menggunakan bak sampah dari
fiber dan plastik dengan injakan kaki dan dipasang plastik warna
kuning didalamnya dan untuk sitotoksik dipasang plastik warna
ungu.
b) Di setiap sumber penghasil limbah medis tersedia bak
sampah yang terpisah antara limbah padat non-infeksius dan
infeksius.
c) Didalam bak sampah terdapat kantong plastik warna kuning
dan ungu (sampah sitotoksik) diangkat setiap hari atau kurang
sehari apabila telah terisi 2/3 penuh limbah.
d) Untuk benda-benda tajam menggunakan tempat khusus
yaitu (safefy box) terbuat karton yang aman dan kuat dari
tertembus benda limbah tajam.
e) Tempat bak sampah limbah medis padat infeksius dan
sitotoksik yang tidak langsung kontak dengan limbah harus
segera dibersihkan dengan larutan disinfektan apabila akan
dipergunalan kembali, sedangkan untuk kantong plastik yang
telah dipakai dan kontak langsung dengan limbah tersebut tidak
boleh digunakan lagi dan langsung ikut dibuang ke instalasi
pengolahan limbah.

d. Pengumpulan, pengangkutan dan penyimpanan limbah medis padat


di lingkungan rumah sakit
1. Pengumpulan limbah medis dapat dari setiap ruangan
penghasil limbah menggunakan kreta khusus yang tertutup pada
jam pagi 05.00-06.00 WIB
2. Penyimpanan limbah medis padat paling lama 24 jam
3. Pengangkut limbah keluar rumahsakit harus dikemas
dengan tempat yang kuat dan menggunakan kendaraan khusus

10
4. Petugas yang melakukan pengangkutan harus memakai
APD (alat pelindung diri) :
 Helm
 Google/penutup mata
 Masker
 Apron panjang kedap air
 Sepatu boot
 Sarung tangan panjang
e.. Pengolahan dan pemusnahan
Limbah medis padat tidak diperbolehkan dibuang langsung ke
tempat pembuangan akhir limbah domestik sebelum aman bagi
kesehatan.
1. Limbah benda tajam
RSUD DR Iskak Tulungagung menggunakan kontainer safety
box bahan karton tebal tahan tusukan warna kuning diberin label
symbol biohazard. Safety box dan sampah medis padat lainnya
diolah di Instalasi Sanitasi dengan metode insinerasi
menggunakan mesin incenerator, residunya dibuang ke sanitary
landfill.
2. Limbah jaringan tubuh
Limbah jaringan tubuh meliputi jaringan tubuh, organ tubuh,
anggota badan, plasenta yang dibuang pada saat pembedahan
atau autopsi. Jaringan tubuh yang tampak nyata yang tidak
memerlukan pengesahan penguburan dibakar di incinerator
dibawah pengawasan petugas berwenang.
3. Limbah farmasi
Dalam jumlah kecil dilakukan proses incenerasi pada suhu diatas
1.000° C dan kalau dalam jumlah besar dikembalikan pada
distributor. Limbah farmasi berasal dari :
 Obat-obatan yang kedaluarsa
 Obat-obatan yang terbuang karena batch yang tidak
memenuhi spesifikasi atau kemasan terkontaminasi
 Obat-obatan yang dikembalikan oleh pasien
 Obat-obatan yang tidak lagi diperlukan oleh institusi
yang bersangkutan

11
 Limbah yang dihasilkan selama produksi obat-obatan
Metode pembuangan tergantung pada komposisi kimia
limbah. Dengan menggunakan prinsip-prinsip berikut:
 Limbah farmasi hendaknya dibakar di incinerator,
pada suhu diatas 1.000° C, jangan sampai dikirim ke
landfiil bersama-sama dengan sampah domestic, hal ini
dapat menimbulkan pencemaran air tanah
 Dalam jumlah besar hendaknya dikembalikan pada
distributor atau pabrik terkait.
4. Limbah sitotoksik
 Limbah sitotoksis sangat berbahaya dan tidak boleh
dibuang dengan penimbunan atau ke saluran limbah umum.
 Pembuangan dilakukan proses insinerasi pada suhu
tinggi, insinerasi suhu tinggi sekitar 1.200"c dibutuhkan untuk
menghancurkan semua bahan sitotoksik. Insinerasi pada
suhu rendah dapat menghasiikan uap sitotoksik yang
berbahaya ke udara.
5. Limbah Bahan farmasi
 Pembuangan Limbah Kimia Biasa
Limbah kimia biasa yang tidak bisa didaur ulang seperti gula,
asam amino, dan garam tertentu dapat dibuang ke saluran
IPAL rumahsakit.
 Pembuangan limbah kimia berbahaya dalam jumlah
kecil limbah bahan berbahaya dalam jumlah kecil seperti
residu yang terdapat dalam kemasan sebaiknya dibuang
dengan incenerasi, dalam jumlah besar limbah bahan kimia
lebih aman dikembalikan ke distributor atau pabriknya.

6. Limbah mengandung logam berat


 Limbah dengan kandungan mercuri atau kadmium
tidak boleh dibakar atau diinsinerasi karena berisiko
mencemari udara dengan uap beracun, RSUD dr Iskak
Tulungagung mempunyai tempat penampungan sementara
untuk limbah B3. Kemudian limbah tersebut akan dikirirn ke
wilayah yang mempunyai fasilitas pengolahan limbah

12
dengan kandungan logam berat tinggi. Bila tidak
memungkinkan, limbah dibuang ke tempat penyimpanan
yang aman (sesuai baku mutu limbah B2 dari KLH) sebagai
pembuangan akhir untuk limbah industri yang berbahaya.

13
B. LIMBAH CAIR RUMAH SAKIT
Limbah cair rumah sakit adalah semua air buangan termasuk tinja,
darah dan cairan tubuh yang berasal dari kegiatan rumah sakit, yang
kemungkinan mengandung mikro-organisme, bahan kimia beracun,
yang berbahaya bagi kesehatan, prinsip-prinsip pengolahan limbah
cair di RSUD dr Iskak Tulungagung adalah:
1. Saluran Pembuangan limbah menggunakan sistem saluran
tertutup kedap air dan limbah mengalir dengan lancar, serta
terpisah dengan saluran air hujan.
2. Rumah sakit Dr Iskak Tulungagung memiliki instalasi
pengolahan limbah cair sendiri yaitu IPAL (instalasi pengolahan air
limbah) dan dipasang data pengukur debit limbah cair untuk
mengetahui debit harian limbah yang dihasilkan.
3. Air limbah dari dapur dilengkapi penangkap lemak dan
saluran air limbah harus dilengkapi/ditutup dengan grill.
4. Air limbah yang berasal dari laboratorium diolah di Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL).
5. Frekuensi pemeriksaan kualitas limbah cair terolah (effiuent)
dilakukan setiap bulan sekali dan maksimal 3 bulan sekali sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
6. Kualitas limbah (efluent) rumah sakit yang akan dibuang ke
badan air atau lingkungan harus memenuhi persyaratan baku mutu
efluent sesuai Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor Kep-5
B/MENLH/12/I995. Dengan melalui instalasi IPAL.
7. Limbah darah dan produk darah semua dilakukan
pembakaran di incenerator.

TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH


1. TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH MEDIS PADAT

14
Limbah medis PADAT adalah limbah padat yang bersifat infeksius,
sangat infeksius atau sitotoksis. Limbah medis padat sebelum
ditempatkan dipenampungan sementara harus diolah di Instalasi
Pengolahan Limbah Padat (IPLP) selambat-lambatnya 24 jarn. Perlu
penanganan yang cepat agar sifat infeksius dari limbah tersebut tidak
menyebar ke lingkungan. Maka pemilihan teknologi IPLP dan kapasitas
pengolahannya, merupakan faktor yang sangat penting dalam
menentukan keberhasilan suatu rumah sakit mengelola limbahnya.
Pengolahan limbah medis padat pada prinsipnya ialah menghilangkan
sifat infeksius dan meminimisasinya. Agar proses pengolahan limbah
medis dapat cepat dan efisien maka limbah medis tersebut harus sudah
dipilah-pilah dari sumbemya dengan menggunakan warna kantong yang
berbeda dan disetiap kantong diberi peringatan dan lambangnya-
Diperlukan suatu disiplin tinggi dan kemauan yang sunguh-sunguh dari
seluruh karyawan rumah sakit untuk mewujudkan suatu rumah sakit yang
bersih& bebas dari tumpukan limbah medis maupun non medis. Limbah
padat medis dapat diolah dengan berbagai metode, di rumahsakit DR
Iskak Tulungagung menggunakan metode incenerasi.
A. Incenerasi (Pengabuan)
Insinerasi adalah suatu proses di mana limbah padat medis dibakar
dengan oksigen dari udara dan diubah menjadi gas hasil pembakaran
serta residu yang berupa abu. Gas hasil pembakaran dibuang langsung
ke udara diproses lebih dulu melalui suatu alat pengendalian polusi udara.
Residu (abu) yang tidak dapat dibakar selanjutnya dipindahkan dari
tempat pembakaran ke tempat pembuangan yang disebut landfill.
Insinerasi sangat mengurangi volume dan berat limbah medis padat yang
jumlahnya besar hingga tinggal kira-kira kurang dari 5% nya serta dapat
menghilangkan mikroba di dalam sisa limbah.
Banyak senyawa kimia sangat beracun terbentuk pada
prosesbpembakaran limbah medis yang tidak terkontrol, apalagi jika
limbah medis yang dibakar adalah limbah medis yang heterogen.
campuran material yang beragam menyebabkan adanya temperatur bakar

15
dan suhu penguapan yang berbeda untuk tiap material, sehingga hampir
tidak mungkin terjadi pembakaran sempurna untuk semua material limbah
medis. Pembakaran tidak sempurna inilah yang kemudian akan
menghasilkan emisi seperri carbonmonoksida dan yang paling berbahaya
ialah terbentuknya senyawa dioksin dan furan. Pengaruh racun dari dioxin
sangat mengerikan karena dapat menyebabkan kerusakan organ luas
seperti: gangguan fungsi hati, jantung, paru, ginjal serta gangguan fungsi
metabolisme dan menyebabkan penurunan sistem kekebalan tubuh.
Dioksin terbukti menunjukkan karsinogenik (penyebab kanker) teratogenik
(penyebab kelahiran cacat) dan mutagenik (penyebab kerusakan genetik).
Perlu dicermati bahwa persyaratan suhu pembakaranlimbah
medispada incenerator harus diatas 1.200"C, yang dimaksud oleh
persyaratan ini adalah suhu gas buang hasil pembakarannya dan bukan
suhu titik api pembakaran. Sering terjadi pada peralatan incenerator
ernyata termometer pengukur suhu ditempatkan sedemikian rupa
sehingga yang terukur adalah titik api pembakarnya dan bukan suhu gas
buang hasil pembakaran.
Tentunya ini sangat ironis, karena pembentukan dioxin ada didalam
gasbuang hasil pernbakaran terutarna di dalam abu terbang. Suhu tinggi
ini harus tetap dapat dipertahankan ketika material baru limbah medis
padat dimasukkan kedalam incenerator. Biasanya ketika diberikan input
baru limbah medis padat, maka suhu incenerator akan turun drastis, jika
terjadi fluktuasi suhu maka incenerator tersebut merupakan penghasil
dioksin.
Limbah yang semula begitu besar volumenya, setelah
mengalamiinsinerasi jumlahnya hanya tinggal seonggok abu. Bukan
berarti limbah tersebut musnah, yang terjadi sebenarnya pada proses
pembakaran adalah mengubah limbah menjadi gas hasil pembakaran dan
partikel partikel abu yang kemudian dipidahkan atau disebarkan ke udara.
Maka

16
pada incenerator mutlak diperlukan alat pemroses atau pengendali
pencemaran udara agar incenerator tidak disebut sebagai alat penyebar
racun ke udara.

1. Parameter Operasional
a. Parameter tempat pembakaran
Beberapa parameter mempengaruhi efisiensi pengabuan
limbahyang berupa bahan organik, mencakup temperarur, pengurangan
tekanan, kebutuhan oksigen, karakteristik limbah, kecepatanpembakaran
dan konsumsi bahan bakar atau energi yang diperlukan.
Pressured drop adalah selisih tekanan diluar dan didalam tungku
pembakaran, jika pressure drop tinggi berarti proses pembakaran
kekurangan oksigen, hal ini merupakan indikasi terjadinya proses
pembakaran tidak sempurnadimana pada proses ini banyak dihasilkan
gas karbon monoksida (co) dan dioxsin. Temperatur dan pressure drop
sebagai suatu indikator proses pembakaran secara rutin harus diawasi.
Selain hal tersebut paramererseperti karbon monoksida dan sifat
taktembus cahaya dari emisi udara(opasitas) harus diawasi untuk
informasi tambahan bagi operator dalam memelihara sisrem peralatan
incenerator.
Parameter untuk operasi alat pengendalian polusi udara juga harus
diawasi diantaranya ialah pressure drop, kecepatan aliran dan temperarur
cairan scrubbes, kebersihan filter dll. Scrubber adalah suatu alat pencuci
asap yang berbentuk tabung dan didalamnya terdapat alat penyemprot air.
Asap dari hasil pembakaraan dialirkan dari bawah ke dalam suatu
ruangan, dari bagian atas ruangan disemprotkan cairan yang bersifat
basa. Gas hasil pembakaran yang bersifat asam karena mengandung
HCl, SO, dan NO dinetralkan oleh larutan basa sehingga asap menjadi
bersih. Disamping gas hasil pembakaran scrubber juga dapat menangkap
partikulat-partikulat hasil pembakaran.

b. Karakreristik limbah

17
Sifat-sifat kimia dan fisika dari limbah medis sangat beragam.
Limbah medis yang dibuang oleh rumah sakit selalu berubah-ubah sifat
dan jumlahnya setiap saat, hal ini akan sangat menyulitkan ketika
dilakukan pengabuan. Jika kondisi limbahnya sangat basah banyak
mengandung air maka diperlukan bahan bakar yang jumlahnya sangat
besar hanya untuk menguapkan airnya dan ini merupakan pemborosan
biaya. sifat limbah yang sangat heterogen menyebabkan fluktuasi
temperatur yang sangat besar ketika dilakukan pembakaran hal ini
menyebabkan pecahnya batu tahanapi penyekat dinding ruang pembakar
sehingga alat incenerator juga cepat rusak.
Bahan yang bersifat radioaktif bagaimanapun juga sangat
beresikojika dilakukan pengabuan karena sifat radioaktifnya akan tetap
tidak berubah. Demikian juga jika yang diabukan bahan kimia yang sangat
beracun perlu dilakukan pemantauan terus menerus untuk mengamati
apakah sifat racun dari bahan tersebut dapat hilang ketika dilakukan
pengabuan, logam-logamberat sifat racunnya tidak berubah walaupun
telah berubah rnenjadi abu.

c. Abu sisa pembakaran


Pembakaran limbah pada incenerator selalu menghasilkan abu,
abuini secara berkala harus dibersihkan dari ruang pembakaran.
Untukmembersihkan abu dari dalam ruang pembakaran maka incenerator
harus dipadamkan dan didinginkan, proses ini memerlukan waktu sekitar
8 jam sebelum incenerator dapat dioperasikan lagi. Perlu dibuat suatu
jadwal yang ketat agar proses pembakaran limbah tidak terganggu,
kecuali jika inceneratornya bekerja secara otomatis penuh sehingga abu
sisa pembakaran dapat terbuang dengan sendirinya.

18
d. Jenis Incenerator
Ada beberapa jenis incenerator yang dapat digunakan untuk
mengolah limbah medis, dan yang dipakai di RSUD DR Iskak
Tulungagung adalah jenis Incenerator multi ruang (Multy chamber)
dengan udara yang dikendalikan. Incenerator multi ruang dengan udara
yang dikendalikan mempunyai dua tempat pembakaran yang terpisah.
Ruang pembakaran pertama (primary chamber) merupakan tempat
memasukkan limbah medisi, di ruangan inilah pembakaran dimulai.
Jumlah udara yang masuk dalam ruangan ini dikendalikan sehingga
jumlahnya kurang dari yang dibutuhkan secara stokiometris. Pembakaran
limbah di ruang pertama ini terjadi dalam tiga tahapan, pertama
penguapan cairan yang terdapat dalam limbah. Kedua, bahan-bahan yang
mudah menguap akan diuapkan dan dimasukkan ke ruang pembakaran
kedua (sekunder chamber). Tahap ketiga, karbon yang merupakan sisa
pembakaran limbah dalam ruang pembakaran pertama mulai dibakar.
Ruang pembakaran kedua menerima masukan semua gas
hasilpembakaran tak sempurna dari ruang pembakar pertama. Dalam
ruangpembakaran kedua semua gas yang dapat terbakar, dibakar dalam
temperaruryang tinggi dengan jumlah udara yang berlebihan, sehingga
diharapkan semua gas terbakar dengan sempurna. Incenerator multi
ruang sering dirancang dan digunakan secara khusus untuk membakar
limbah medis yang kadar cairannya tinggi atau sebagian besar limbah
berupa cairan. Lobang tempat memasukkan limbah yang akan dibakar
diletakkan lebih tinggi dari pada tempat pembakaran, hal ini dimaksudkan
untuk mencegah agar cairan yang dibakar tidak meleleh atau tumpah
keluar dari tempat pembakaran. Jika hanya digunakan satu buah alat
pembakar (burner) saja maka panas yang dihasilkan tidak cukup,
biasanya perlu ditambahkan pembakar tambahan untuk membantu
menguapkan cairan yang jumlahnya sangat besar tersebut.

19
Gambar incenerator multy chamber
e. Pemeliharaan Incenerator
Pemeliharaan pada incenerator terutama pada tempar pembakaran
dan alat pengendali polusi udara. Pemelihara yang baik akan
memperpanjang hidup komponen tempat pembakaran, mengurangi polusi
dan mengurangi biaya perbaikan sebab pekerjaan perbaikan mahal.
Ruang pembakaran selalu bekerja pada suhu ringgi maka komponen-
komponen yang terbuat dari logam akan cepat rusak atau karatan terkena
asap hasil pembakaran yang bersifat asam. Jika ruang pembakaran
dilapisi batu tahan api, maka fluktuasi suhu pembakaran dan pembakaran
limbah cair dimana ruang pembakaran masih bersuhu tinggi dapat
menyebabkan batu tahan api pecah.
Jika incenerator dilengkapi dengan scrabber maka pH cairan
scrubberharus selalu dikontrol jika pHnya rendah (asam) maka
komponen-komponen scrubber yang terbuat dari logam akan cepat rusak
terkena karat. Demikian juga filter debu yang terdapat dalam scrubber jika
filter jarang dibersihkan maka terjadi penyumbatan pada filter dan hasil
pembakaran terganggu dan proses pembakaran juga terhambat.

f. Keunggulan incenerator
Keunggulan digunakan insinerator sebagai pengolah limbah terutama
adalah susutnya volume limbah setelah dilakukan pembakaran dari

20
sejumlah besar. Volume limbah padat dapat menjadi abu yang jumlahnya
hanya sedikit sekali.

g. Kekurangan Insineraror
Kekurangan incenerator sebagai pengolah limbah :
1) Incenerator bekerja pada suhu tinggi maka peralatannya cepat
menjadi rusak karena karatan dan hal ini menyebabkan biaya
perawatan juga tinggi.
2) Gas-gas hasil pembakarannya dapat mencemari udara,
menggunakan incenerator sama saja dengan mengubah limbahpadat
menjadi gas dan menyebarkan kelingkungan jika mengandung unsur-
unsur yang berbahaya dan beracun maka asap dan abunya harus
selalu diawasi dan dikendalikan karena Bisa saja justru bahan-bahan
beracun tersebut disebarkan kemana-mana
3) Biaya operasionalnya besar terutama bahan bakar yang digunakan
unluk mencapai suhu tinggi, demikian juga biaya bahan-bahan kimia
yang digunakan untuk sistem pengendali pencemaran udaranya
(scrubber, absorber, filter dan lain-lainnya).
4) Harganya relatif mahal dibandingkan sistem pengolah limbah padat
yang lain, apalagi jika inceneratornya dilengkapi dengan sistem
pengendali pencemaran udara maka harganya mahal.

h. Monitoring dan evaluasi incenerator


Monitoring proses incenerasi di mesin incenerator meliputi uji
hasil abu incenerasi dilakukan 1 tahun sekali, uji emisi gas buang
incenerator dilakukan 6 bulan sekali, uji kelayakan kinerja mesin
dilakukan 2 tahun sekali, semua proses pengujian dilakukan oleh
pihak / instansi yang terakreditasi untuk melakukan pengujian.

2. TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH MEDIS/INFEKSIUS


CAIR

21
Tujuan utama pengolahan limbah cair adalah untuk mengurangi
BOD, COD, partikel terlarut, membunuh mikroorganisme patogen dan
menghilangkan nutrient (N) untuk jenis limbah tertentu (Biodigradable).
Untuk itu perlu dilakukan secara bertahap supaya zat-zat organik tersebut
tidak berdampak buruk terhadap lingkungan. Sedang limbah yang non
Biodigradable diolah dengan proses tersendiri.

A. METODE
Metode pengolahan limbah cair di Rumah Sakit Umum Daerah
Dr. Iskak Tulungagung menggunakan sistem Kombinasi An aerobic
Vegetatif yaitu gabungan bak Anaerob dan pemberian tanaman air
sebagai Vegetatif untuk mengabsorbsi unsur N, P.
Dalam proses ini diperlukan mikroba an aerob untuk proses
penguraian, mikroba An aerob tidak memerlukan oksigen dimana
dalam operasionalnya hanya diperlukan pompa air untuk
mengalirkan limbah dikarenakan terjadinya elevasi sehingga air
limbah tidak bisa mengalir secara gravitasi
Prinsip-prinsip pengolahan air limbah dengan metode An aerobic
Vegetatif adalah :
1. Filtrasi
2. Sedimentasi
3. Kontrol
4. Waktu tinggal limbah atau Hidraulic Retention Time
( Hrt )
5. Absorbsi unsur hara
Bagian-bagian tersebut merupakan satu kesatuan yang harus
dipenuhi untuk berhasilnya sebuah proses pengolahan limbah cair
sistem Kombinasi An aerobic Vegetatif.Sistem ini mengadopsi hasil
penelitian yang dilakukan oleh Pusteklim Yogyakarta dimana bak-bak
An aerob telah melalui proses uji coba tahap demi tahap di Rumah
Sakit Umum Daerah Tugurejo Semarang dengan hasil yang cukup
memuaskan.

22
B. PROSES PENGOLAHAN
Secara garis besar pengolahan limbah cair dibagi 3 (tiga)
bagian :
1. Pengolahan pendahuluan ( Pre Treatment )
2. Pengolahan An aerobic ( Primary Treatment )
3. Pengolahan lanjutan ( Secondary Treatment ) dengan
tanaman air penyerap unsur hara.
Pada proses pendahuluan lebih cenderung ke pengolahan fisik.
Utamanya pengendapan secara gravitasi, penyaringan benda-benda
mengapung, dan pencampuran. Diharapkan pada proses ini kondisi
limbah masuk ke proses An aerob benar-benar air limbah murni
sehingga beban bak An Aerob tidak terlalu berat.
Proses An aerobic ( Primary Treatment ) ini merupakan bagian
inti dimana terjadi proses penguraian ( dekomposisi ) oleh bakteri An
aerobic. Tahapan-tahapan proses tersebut terjadi di Bak
Sedimentasi, Baffle Reaktor, An aerobic filter dan Horizontal Sand
Filter.
Typikal mikroba An aerob dalam proses penguraian relatif
lambat di banding bakteri Aerob. Hal-hal yang perlu perhatian dalam
membuat bak An aerobic adalah Dimensi, Struktur, dan Volume.

1. PENGOLAHAN PRE TREATMENT


a) Screen / saringan
Screen dipasang pada proses pre treatment berfungsi
untuk menyaring benda mengapung dan sampah padat.
Benda–benda ini tidak boleh lolos karena akan mengganggu
proses pengolahan di bak Anaerob dan bisa merusak peralatan
mekanis. Saringan ini berbentuk paralon Ф 3” sebanyak 3
batang dilubangi kecil-kecil setinggi 1 m diletakkan pada bak
Grit Chamber.

b) Grit Chamber

23
Grit Chamber adalah bak berfungsi untuk memisahkan
padatan anorganik (non biodigradable) seperti pasir, kerikil,
logam, lumpur, dsb, supaya tidak membebani proses
selanjutnya dan tidak merusak peralatan mekanis.
Cara kerja bak ini dengan mengatur aliran kecepatan dan
Hrt. Karena benda-benda yang di pisahkan berat jenisnya lebih
besar dari pada berat jenis air, maka cepat mengendap secara
gravitasi oleh karenanya Hrt yang diperlukan relatif singkat 3 s/d
5 menit untuk menjaga efektivitas bak ini perlu dilakukan
pengurasan secara berkala untuk mengambil padatan yang
telah mengendap.
c) Bak Equalisasi
Bak Equalisasi merupakan proses pencampuran air limbah
agar menjadi homogen untuk selanjutnya masuk ke proses
pengolahan Anaerobic.
Di dalam proses pencampuran akan didapatkan kondisi air
limbah :
1) Beban organik yang tidak fluktuatif secara ekstrem.
2) Masukan (inffluent) yang stabil dan konstan sehingga
kerja pompa pengangkat juga stabil.
3) PH yang merata ( ss, koloid, dsb )
4) Kandungan padatan yang merata
5) Acidification yaitu suasana yang cenderung ke asam
sehingga dapat membantu memecah organic compound
dimana rantai carbon tinggi di ubah menjadi rantai carbon
pendek yang mudah diurai

d) Bak Slow Stream


Bak ini berfungsi memperlambat aliran dari Bak Equalisasi
ke Bak Sedimentasi. Karena Bak Equalisasi lebih rendah dari
Bak Sedimentasi maka air limbah tidak dapat mengalir secara

24
gravitasi maka perlu diangkat dengan pompa untuk
mengalirkannya.
Kapasitas pompa ini cukup besar sehingga aliran yang
ditimbulkan besar pula. Supaya tidak terjadi turbulensi aliran
yang dapat merusak endapan ( flok ) di Bak Sedimentasi, maka
perlu Bak Slow Stream untuk memperlambat kecepatan aliran.
alur proses pre treatmen

2. PROSES

PRIMARY TREATMENT ( An aerobic )


a) Bak Sedimentasi
Prinsip kerja Bak Sedimentasi ialah
mengendapkan padatan terlarut secara
gravitasi dilanjutkan dengan stabilisasi dari zat-zat yang
telah mengendap. Zat terlarut ini akan
membentuk flokulasi dan selanjutnya
terjadi proses dekomposisi dari bahan-bahan organik yang
terdapat pada air limbah.
Dalam proses dekomposisi ini timbul gas seperti Methan,
Carbon dioksida, Amoniak dsb, gas ini terperangkap dalam
partikel lumpur dimana saat gas naik partikel ikut naik

25
kemungkinan bisa terjadi ledakan, untuk menghindari ini
dibuatkan pipa ventilasi Ф 2” untuk jalan keluarnya gas.
Setelah proses dekomposisi dan pelepasan gas kondisi
lumpur relatif stabil dan mengendap secara permanen di zona
lumpur yang berdimensi 0,75 X 0,75 X 0,5 m. Pada proses
sedimentasi terjadi pengurangan BOD sekitar 15% - 40%
Bak Sedimentasi ada 2 chamber masing-masing dimensinya :
t = 2,45 m p = 2,25 m l = 4,5 m
total volumenya 59,73 m3zone = 0,75 X 0,75 X 0,5
secara empiris sebaiknya Hrt>3jam (Pusteklim Yogyakarta)
V = 59,73 m3 Q = 1,736 lt/dt
Hrt = V
Q
= 59,73 m3
1,736.10 -3 m3/dt
= 34.406,7 dt
= 9,5 jam

b) Baffle Reaktor
Baffle Reaktor prinsip kerjanya hampir sama dengan
sedimentasi yaitu pengendapan secara gravitasi dilanjutkan
dengan stabilisasi.
Yang membedakan dari Bak Sedimentasi adalah
kecepatan alirannya sangat lambat. Suasana tenang mutlak
diperlukan karena partikel terlarut (granule ) sudah lebih kecil.
Di Baffle Reaktor terdapat 2 chamber, chamber pertama
terjadi proses yang cenderung settling, chamber kedua terjadi
proses fluidized bed. Yaitu proses pengendapan lumpur hingga
terbentuk granule dimana granule tersebut syarat dengan
mikroorganisme yang menguraikan bahan-bahan organik.
Granule ini bisa bekerja aktif butuh dorongan ke atas, supaya
terjadi kontak antara mikroorganisme dengan air limbah untuk
terwujudnya proses penguraian. Dorongan ke atas ini tidak

26
boleh terlalu kuat karena akan menyebabkan granule ikut keluar
ke proses berikutnya.
Kecepatan aliran ke atas ini ( upstream ) maximal 2 m/jam.
Hrt minimal 8 jam ( Pusteklim Yogyakarta )
Secara empiris ( Pusteklim Yogyakarta) di Baffe Reaktor terjadi
penurunan ± 70 %
Dimensi Baffle Reaktor l = 4 m p = 4,5
t = 2,95 = 53,1
Dimensi zona lumpur 0,75 X 0,75 X 0,5 = 0, 001736
Hrt = 53,1 m3

1,736 .10 -3 m3/dt


= 30.587 dt
= 30.588
= 8,5 jam
Kecepatan aliran ups stream maximal 2 m/jam
V =Q
A
= 6,25 m3/jam
13 m2
= 0,48 m3/jam/m2

= 0,48 m/jam

c) An aerobic filter
Prinsip kerja dari An aerobic filter adalah proses
penyaringan zat padat terlarut (disolved organic ), bahan
organik terdispersi ( disperse organic ) dan proses penguraian,
struktrur bak An aerobic filter terdiri dari bangunan bak anaerob
di dalamnya terdapat filter (tumpukan batu vulkano) dan di
bagian bawah terdapat zona lumpur.
Filter berupa batu vulkano ini di samping berfungsi sebagai
saringan zat-zat padat terlarut dengan cara menempel di
rongga-rongga batu juga sebagai media berkembangnya

27
mikroba anaerob. Mikroba ini nantinya yang akan menguraikan
bahan-bahan organik yang masih tersisa dari proses
sebelumnya.
Mikroba anaerob bersifat pasif ( tidak agresif bergerak )
mencari makanan ( zat organik ) media batu ini tempat
menempel mikroba, air limbah yang mengalir di media batuan
ini yang dijadikan tempat makanan sekaligus di uraikan menjadi
bahan organik yang tidak berbahaya.
Bak An aerobic filter ini diletakkan setelah proses
sedimentasi dan Bafle Reaktor untuk menghindari penyumbatan
( clogging ) pada media batuan karena kalau sampai terjadi
clogging biaya perbaikan cukup besar. Jumlah seluruh Bak An
aerobic filter ada 14 buah, masing-masing bak volumenya 26,55
m3. Di dalam proses An aerobic filter bangunan selesai tidak
bisa diharapkan segera memperoleh hasil effluent maxsimal
karena menunggu ± 3 bulan berkembang biak mikroba pada
media sebagai pengurai pengalaman empiris proses An aerobic
filter berhasil menurunkan BOD ± 70 %.
Hrt pada proses Anaerobic filter minimal 24 jam
(PusteklimYogyakarta)
Kecepatan aliran maximal 2 m/jam.

Dimensi Bak An aerobic filter ini :


t = 1,90 + 1,05 = 2,95 batu t = 110
p = 4,5 l = 2 mp = 4,5
l =2 V
26,55 X 14 m3 371,7 m3
Hrt = =
Q
1,736 X 10 -3 3
m /dt 1,736 X 10 -3 m3/dt

= 59,4 jam
V = Q →6,25 m3/jam = 6,25 m3/jam = 0,05 m/jam
A 4,5 X 2 X 14 m2 126 m2

d) Horizontal Sand Filter

28
Prinsip kerja Horizontal Sand Filter adalah sebagai an
aerobic dan sebagian Anaerobic sekaligus purifikasi. Struktur
dari bak Horizontal Sand Filter berupa bak terbuka di dalam
terdapat batu vulkano dan di bagian atasnya ditumbuhi tanaman
air.
Proses Aerobic terjadi pada separo bagian atas gravel
proses anaerobic terjadi pada separo bagian bawah gravel.
Selain proses Aerobic –Anaerobic juga terjadi proses
penyaringan ( purifikasi ) oleh gravel terhadap partikel-partikel
terlarut yang tersuspensi dari proses sebelumnya.
Di dalam Horizontal Sand Filter ini merupakan rangkaian
proses terakhir dari post treatment sebelum dibuang sebagai
effluent. Air limbah sampai di Horizontal Sand Filter masih
mengandung nutrient (N,P) karena tidak terjadi proses
Denitrifikasi oleh bakteri Nitrobacter. Proses penghilangan
nutrient dilakukan oleh tanaman air dengan cara menyerap
unsur-unsur hara di dalamnya. Sebagai indikator kalau tanaman
tersebut tumbuh subur berarti kandungan nutriennya cukup
tinggi, sebagai solusinya perlu penambahan tanaman
Aliran limbah pada bak ini bersifat horizontal ( laminiar )
dengan tujuan sifat alirannya menyebar ke semua arah
sehingga fungsi bak bisa optimal.
Kemiringan penampung atau dasar bak sebesar 1% supaya
kecepatan aliran tidak terlalu cepat. Pengalaman empiris waktu
tinggal di bak ini sebaiknya 11,22 hari ( Pusteklim Yogyakarta )
Untuk Hrt di Horizontal Sand Filter Instalasi Pengolahan Air
Limbah milik RSUD Dr. Iskak Tulungagung ini kurang luas jika
dibandingkan dengan uji coba Pusteklim. Hal ini tidak terlalu
berpengaruh pada proses pengolahan limbah karena sebelum
masuk di Horizontal Sand Filter telah melalui beberapa proses
anaerobic sehingga sampai di Horizontal Sand Filter kandungan
BOD relatif rendah.

29
Dimensi bak Horizontal Sand Filter :
P = 21 ml = 9,5 m t = 0,75 m
Hrt = V
Q
= 149,6 m3
1.736.10-3 m3/dt
= 86.190
3600
= 24 jam

alur proses primary treatmen

3. PENGOLAHAN LANJUTAN ( SECONDARY TREATMENT )


Air limbah setelah melalui Horizontal Sand Filter masuk ke
pengolahan akhir sebelum dibuang ke Badan air. Air limbah yang
keluar sebagai effluent dimungkinkan masih mengandung bakteri
pactogen. Bakteri pactogen ini bisa membahayakan makhuk hidup
khususnya manusia bila tidak di lakukan desinfeksi
Bak Desinfeksi ini terletak di akhir proses pengolahan setelah
kolam ikan dan sebelum saluran effluent. Cara kerjanya bahan
Desinfeksi di aduk dengan air di bak Desinfeksi kemudian di teteskan
dengan dossing pump.Bahan Desinfeksinya berupa Calsium
Hypoclorite Powder 65% (kaporit).

Diagram proses pengolahan lanjutan

30
C. MONITORING DAN EVALUASI FUNGSI IPAL
Dalam proses pengolahan limbah cair supaya fungsi Instalasi
Pengolahan Air Limbah berjalan dengan benar dan optimal sehingga
effluent yang dibuang ke Badan air tetap terkontrol maka perlu dilakukan
monitoring dan evaluasi secara berkala, meliputi :
1. Parameter fisik :
 Bau
 Warna
 Suspended Solid
2. Parameter kimia
 PH
 BOD / COD
 DO
 Nutrient
 Suhu
 TSS
3. Parameter Biologi :
 Sisa clor
Pemantauan parameter-parameter tersebut sebagian dilaksanakan di
lapangan, dan sebagian dilaksanakan di Laboratorium.

31
Pengukuran Parameter baku mutu air limbah bisa dilakukan sendiri
oleh petugas lapangan namun hanya beberapa parameter yang bisa
dilakukan sendiri dan dilakukan tiap hari misal : suhu, bau, warna,
suspended solid dan indikator biologis. Parameter lain untuk uji laborat
dikirim ke instansi / lembaga terakreditasi rutin 1 bulan sekali.
Adapun parameter Kimia yang harus dipenuhi adalah sesuai dengan SK
Gubernur Nomor 61 Tahun 1999 dimana pemeriksaan laboratorium
dilakukan oleh lembaga yang sudah terakreditasi.Dan juga effluent air
limbah sesuai baku mutu limbah cair kegiatan rumah sakit yang
dikeluarkan oleh Menteri NegaraLingkungan Hidup (MenLH)Nomor: Kep-
058/MENLH/12/1995.

C. KESEHATAN DAN KESELAMATAN PETUGAS SANITASI


1. Prinsip - prinsip
Pengelolaan limbah rumah sakit harus menyertakan upaya
perlindungan dan pemantauan kesehatan dan keselamatan kerja bagi
petugas rumaHsakit, baik yang berhubungan langsung maupun tidak
langsung dengan limbah secara menyeluruh dan terus menerus.
Beberapa aspek yang perlu dicakup dalam upaya ini meliputi:
a) Pelatihan yang tepat untuk petugas (pelatihan K3 dan instrumentasi
penanganan limbah padat dan cair )
b) Penyediaan pakaian dan alat pelindung untuk perlindungan
petugas
c) Pembuatan program kesehatan
d) Dilakukan pemeriksaan kesehatan bagi petugas khusus minimal 1
tahun satu kali (medical Checb Up) yairu pemeriksaan darah lengkap,
HBsAg.
e) Pemberian imunisasi hepatitis bila diperlukan
Pelatihan bagi petugas sangat penting agar mereka mengetahui
dan memahami risiko potensi yang berasal dari limbah, sehingga Petugas
akan sangat mengerti perlunya peralatan dan pakaian pelindung.
Demikian pula dengan imunisasi yang tenilnya sangat bermanfaat bagi
pencegahan penularan penyakit, khususnya yang disebabkan oleh virus
hepatitis B. Petugas rumah sakit yang memiliki risiko dampak limbah

32
antara lain petugas keperawatan, kebersihan, laboratorium, operator dan
teknisi pemeliharaan pengolah limbah.

2. Perlindungan Petugas
Pemilahan, transportasi, penanganan dan pembuangan limbah
rumah sakit mencakup penanganan terhadap marcuri yang
membahayakan manusia. oleh sebab itu, perlindungan untuk mencegah
cedera sangat penting unruk semua perugas yang berisiko. Petugas yang
bertanggungjawab dalam pengelolaan limbah harus memastikan bahwa
semua risiko sudah teridentifikasi dan perlindungan yang cepat telah
tersedia.
AIat Pelindung diri :
Jenis alat pelindung yang dipakai sangat tergantung kepada besarnya
risiko yang berkaitan dengan limbah rumah sakit. Berikut ini perincian alat
pelindung yang perlu disediakan bagi perugas pengumpulan atau
penanganan limbah:
a. Helm, dengan atau tanpa penutup wajah, penggunaannya
tergantung pada jenis kegiatannya.
b. Masker wajah, yang diiengkapi dengan filter untuk mengabsorbsi
gas.
c. Pelindung mata (google), penggunaannya tergantung pada jenis
kegiatan (bila resiko terpercik cairan tubuh atau bahan terkontaminasi
cairan tubuh dan darah)
d. Coverall (coverall, seperti pakaian bengkel), wajib sesuai
perundangan.
e. Sarung tangan sekali pakai (bagi staf medis) atau sarung tangan
untuk tugas berat (bagi tenaga penanganan limbah), wajib sesuai
perundangan.
f. Celemek kedap air untuk rumah sakit, wajib sesuai perundangan.
g. Pelindung kaki dan atau sepatu boot untuk rumah sakit, wajib
sesuai perundangan.
Di bawah ini pakaian pelindung untuk ransportasi limbah rumah sakit yang
direkomendasikan :

33
34
3. Hygiene perorangan
Hygiene perorangan sangat penting untuk menurunkan resiko yang
muncul akibat penenganan limbah rumahsakit. Fasilitas cuci tangan yang
dilengkapi edengan sabun antiseptik disediakan bagi semua petugas yang
berhubungan langsung atau tidak langsung dengan limbah.

4. Tindakan khusus dalam kejadian tumpahan


zat berbahaya
Bila terjadi tumpahan cairan zat berbahaya, darah dan cairan tubuh
lain, petugas harus menggunakan spillkit untuk membersihkannya. isi
spillkit terdiri dari : sarung tangan, masker, sapu kecil dan skop, clorin
0,5%, celemek anti air, detergen, kresek sampah warna kuning,
google/kacamata, kain perca dan toples kecil. Prosedur menggunakan
spill kit untuk membersihkan tumpahan adalah :
1. Gunakan APD (alat pelindung diri)
2. Serap tumpahan dengan kain perca
3. Buang kain perca ke dalam kresek warna kuning
4. Disinfeksi dengan semprot / tuangkan clorin 0,5% ke area
tumpahan
5. Serap dengan kain perca dan buang di kresek warna kuning
6. Semprot/tuangkan detergen ke area tumpahan
7. Serap dengan kain perca dan buang di kresek warna kuning, ulangi
sampek bersih langkah 6, 7.
8. Buang sampah/limbah yang ada di kresek kuning
9. Jika terdapat tumpahan Tetesan merkuri metalik atau logam berat
lain yang tumpah harus segera dikumpulkan dan dimasukan di toples
kecil
10. Rapikan alat
Petugas yang mengalami cedera karena tertusuk benda tajam dan
pajanan zat yang berbahaya harus mengikuti panduan yang telah dibua
yaitu :
a. Melakukan tindakan P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan)
segera, seperti membersihkan luka dan kulit, membilas mata dengan
air bersih, dan sebagainya sesuai dengan prosedur operasional.
b. Petugas Segera melaporkan kejadian sesuai dengan alur
pelaporan pajanan.

35
c. Petugas mengikuti rekomendasi dari pihak terkait untuk melakukan
penanganan lebih lanjut.

BAB IV
DOKUMENTASI

36
1. Jadwal pembersihan incenerator
2. Jadwal pembersihan IPAL
3. Jadwal pembuangan sampah abu incenerator, sampah non medis
4. Jadwal pembersihan sarana penampungan limbah
5. Dokumen evaluasi dan uji kualitas effluen airlimbah yang sesuai

dengan baku mutu air limbah RS


6. Dokumen evaluasi dan uji gas buang incenerator
7. Dokumen evaluasi dan uji debu hasil pembakaran incenerator

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pengkajian dan Penerapan Dampak Lingkungan. 1999. pelayanan


Informasi ElektrOnik Untuk paket Teknologi pengolahan Air.
Direktorat Teknologi Lingkungan. BPPT Jakarta.

37
Depertemen Kesehaan 1999. Pedoman Sanitasi Rumah sakir Di
Indonesia.Ditjen PPM dan PL. Jakarta
Badan Pengkajian cian Penerapan Dampak Lingkungan. 1999.
PelayananInformasi Elektronik Untuk Paket Teknologi Pengolahan
Air. Direkrorat Teknologi Lingkungan. BPPT Jakarta.

38

Anda mungkin juga menyukai