Anda di halaman 1dari 5

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berdasarkan undang-undang Republik Indonesia tentang kesehatan jiwa, sehat jiwa

yang diselenggakan untuk mewujudkan jiwa yang sehat secara optimal baik intektual maupun

emosional, diantaranya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan jiwa, pencegahan dan

penanggulangan masalah psikososial dan gangguan jiwa, Penyembuhan dan Pemulihan

Penderita Gangguan Jiwa (nomor 23 pasal 23 tahun 1992). Seseorang yang sehat jiwa

tercermin dalam karaktenstik identitas diri yang positif, memiliki integritas dan mampu

beradaptasi dalam tuntutan atau perubahan hidup. Salah satu gangguan mental yang sering

muncul adalah kecemasan. Diperkirakan 20% dari populasi dunia menderita kecemasan

(Gail, 2002). Sedangkan hasil dan penelitian kecemasan pada remaja rnenunjukan bahwa di

DKI Jakarta 47,7% remaja sering merasa cemas (Haryadi, 2007).

Kecemasan adalah perasaan subjektif dari kegelisahan, ketidaknyamanan, ketakutan

atau kekhawatiran disertai dengan sejumlah manifestasi otonom dan somatik. Kecemasan

merupakan respon normal, emosional, wajar dan respon yang diharapkan jika terjadi potensi

bahaya. Namun, jika gejala kecemasan yang berkepanjangan, tidak rasional, tidak

proporsional dan berat; terjadi karena tidak adanya peristiwa stres atau rangsangan; dan

smpai mengganggu aktivitas sehari-hari, maka, ini disebut Anxiety Disorders (Shri, 2010).

Salah satu risiko terjadinya kecemasan yaitu pada mahasiswa keperawatan yang

sedang menghadapi ujian, baik ujian tulis maupun ujian praktik. Ujian praktik pada

mahasiswa keperawatan adalah OSCE (Objective Structured Clinical Examination) yang bisa

menjadi pemicu kecemasan. Selain stresor psikososial, beragamnya metode pembelajaran di


Program Studi Ilmu Keperawatan merupakan salah satu stsesor pencetus kecemasan. Seperti

yang dikatakan Cornell (2007), kecemasan akademik adalah hasil dari proses biokimia dalam

tubuh dan otak yang meningkatkan dan membutuhkan perhatian, perubahan terjadi dalam

respon terhadap situasi akademik, seperti menyelesaikan tugas-tugas di sekolah, diskusi di

kelas atau ketika ujian.

OSCE (Objective Structured Clinical Examination) diperkenalkan sebagai model

penilaian siswa di sekolah kedokteran pada tahun 1975, oleh Harden dan Gleeson, tujuan

pemeriksaan klinis terstruktur (OSCE) telah menjadi metode standar penilaian baik di jenjang

sarjana dan pascasarjana. Pada awalnya OSCE digambarkan sebagai ujian yang dibatasi oleh

jangka waktu yang telah ditentukan di mana mahasiswa kedokteran di simulasikan

berinteraksi dengan pasien di stasiun-stasiun yang telah disediakan yang mungkin melibatkan

anamnesis, pemeriksaan fisik, konseling atau manajemen pasien. Ruang lingkup pemeriksaan

OSCE telah diperluas dan telah mengalami banyak modifikasi agar sesuai dengan keadaan

tertentu (Harden RM dkk,1979).

OSCE pada sebagian mahasiswa sering dirasakan sebagai stresor yang dapat

menimbulkan kecemasan. Kecemasan yang timbul pada saat ujian keterampilan ujian

keperawatan diperkiakan dapat mengganggu konsentrasi dan kemampuan daya berpikir dan

bertidak saat ujian. Sehingga hal ini akan sangat berpengaruh terhadap hasil yang dicapai

pada ujian tersebut.

Berdasarkan pengalaman kelompok sebagai mahasiswa keperawatan serta wawancara

dengan para narasumber yang juga merupakan mahasiswa keperawatan Universitas

Padjadjaran dari semester 3 sampai dengan semester 7 yang berhasil kami wawancara

mengatakan mengalami peningkatan kecemasan dan ketakutan dalam menghadapi OSCE.

Tanda dan gejalanya seperti tremor saat melakukan OSCE, hilang konsentrasi, dan gugup.
Karena fenomena dan hasil wawancaran tersebut, maka kami tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul : “Gambaran Tingkat Kecemasan Mahasiswa Keperawatan

dalam menghadapi OSCE di Universitas Padjadjaran”.

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimana gambaran tingkat kecemasan pada mahasiswa keperawatan dalam

menghadapi ujian OSCE di Universitas Padjadjaran angkatan 2013-2015?

1.3. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui gambaran tingkat kecemasan pada mahasiswa keperawatan dalam

menghadapi ujian OSCE di Universitas Padjadjaran angkatan 2013-2015.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Pendidikan Keperawatan

Penelitian ini dapat menjadikan masukan bagi tenaga pengajar dan mahasiswa

tentang bagaimana gambaran tingkat kecemasan mahasiswa saat menghadapi OSCE

dan datadasar untuk pengembangan metode OSCE keperawatan.

2. Mahasiswa Keperawatan

Hasil penelitian ini sebagai gambaran tingkat kecemasan yang umumnya

muncul ketika menghadapi OSCE


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kuantitatif

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

3.2.1 Waktu Penelitian

Waktu pengambilan data dilakukan pada Bulan November pada minggu


ketiga tahun 2016.

3.2.2 Tempat Penelitian

Penelitian bertempat di Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi penelitian ini adalah mahasiswa keperawatan yang sudah


menjalani OSCE yaitu angkatan 2013-2015.

3.3.2 Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa keperawatan yang sudah


menjalani OSCE yaitu angkatan 2013-2015 di Universitas Padjadjaran

Sampel diambil secara random sampling. Menurut Margono (2004:126)


menyatakan bahwa simple random sampling adalah teknik untuk mendapatkan
sampel yang langsung dilakukan pada unit sampling. Cara demikian dilakukan bila
anggota populasi dianggap homogen. Teknik ini dapat dipergunakan bilamana
jumlah unit sampling di dalam suatu populasi tidak terlalu besar. Misal, populasi
terdiri dari 500 orang mahasiswa program S1 (unit sampling). Untuk memperoleh
sampel sebanyak 150 orang dari populasi tersebut, digunakan teknik ini, baik
dengan cara undian, ordinal, maupun tabel bilangan random.

Source: http://www.eurekapendidikan.com/2015/09/defenisi-sampling-dan-teknik-
sampling.html
Disalin dan Dipublikasikan melalui Eureka Pendidikan
Sampel akan di ambil selama periode waktu 5 hari, Senin sampai dengan
Jum’at pada minggu ketiga bulan November 2016

3.4 Teknik Pengambilan Data

Pengambilan data pada penelitian ini menggunakan kuesioner dengan jawaban


tertutup yang mencakup data demografi: Nama, NPM, Usia, Jenis Kelamin, dan
Angkatan. Serta untuk mengukur kecemasan, pengambilan data dilakukan dengan
menggunakan skala HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale). Skala HARS merupakan
pengukuran kecemasan yang didasarkan pada munculkan tanda dan gejala pada individu
yang mengalami kecemasan. Penilaian kecemasan menurut HARS terdapat 14 poin:

1. Perasaan Cemas firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, mudah tensinggung.
2. Ketegangan merasa tegang, gelisah, gemetar, mudah terganggu dan lesu.
3. Ketakutan : takut terhadap gelap, terhadap orang asing, bila tinggal sendiri dan takut
pada binatang besar.
4. Gangguan tidur sukar memulai tidur, terbangun pada malam hari, tidur tidak pulas
dan mimpi buruk.
5. Gangguan kecerdasan : penurunan daya ingat, mudah lupa dan sulit konsentrasi.
6. Perasaan depresi : hilangnya minat, berkurangnya kesenangan pada hoby, sedih,
perasaan tidak menyenangkan sepanjang hari.
7. Gejala somatik: nyeni path otot-otot dan kaku, gertakan gigi, suara tidak stabil dan
kedutan otot.
8. Gejala sensorik: perasaan ditusuk-tusuk, penglihatan kabur, muka merah dan pucat
serta merasa lemah.
9. Gejala kardiovaskuler : takikardi, nyeri di dada, denyut nadi mengeras dan detak
jantung hilang sekejap.
10. Gejala pemapasan : rasa tertekan di dada, perasaan tercekik, sering menarik napas
panjang dan merasa napas pendek.
11. Gejala gastrointestinal: sulit menelan, obstipasi, berat badan menurun, mual dan
muntah, nyeri lambung sebelum dan sesudah makan, perasaan panas di perut.
12. Gejala urogenital : sering keneing, tidak dapat menahan keneing, aminorea, ereksi
lemah atau impotensi.
13. Gejala vegetatif : mulut kering, mudah berkeringat, muka merah, bulu roma berdiri,
pusing atau sakit kepala.
14. Perilaku sewaktu wawancara : gelisah, jari-jari gemetar, mengkerutkan dahi atau
kening, muka tegang, tonus otot meningkat dan napas pendek dan cepat.

Data yang terkumpul dari kuesioner akan dianalisa secara deskriptif. Setiap item
yang diobservasi dari tiap poin skala HARS diberi 5 tingakatan skor (skala LIKERT)
antara 0 sampai dengan 4.

Anda mungkin juga menyukai