Disusun Oleh:
Mata kuliah Kimia Bahan Makanan memperkuat kompetensi mahasiswa dari sisi
pengetahuan dan keterampilan. Proses pencapaian kompetensi melalui pembelajaran
sejumlah materi ajar yang dirangkai sebagai suatu kesatuan yang saling mendukung
pencapaian kompetensi tersebut.
Buku ini bertujuan menjabarkan materi kuliah kimia bahan makanan yang perlu
dipahami mahasiswa untuk mencapai kompetensi yang diharapkan. Mahasiswa dapat
memperkaya pengetahuan mereka dengan kreasi dalam bentuk kegiatan-kegiatan lain
yang sesuai dan relevan yang bersumber dari lingkungan sosial dan alam.
Buku ini merupakan cetakan ketigaa sebagai penyempurnaan dari cetakan kedua tahun
2017. Buku ini sangat terbuka dan terus dilakukan perbaikan dan penyempurnaan
dimasa mendatang. Untuk itu, diundang para pembaca memberikan kritik, saran dan
masukan untuk perbaikan dan penyempurnaan pada edisi berikutnya.
Atas kontribusi tersebut, kami ucapkan terima kasih. Mudah-mudahan kita dapat
memberikan yang terbaik bagi kemajuan dunia pendidikan dalam rangka
mempersiapkan generasi seratus tahun Indonesia Merdeka (2045).
Penulis
ii
PENDAHULUAN
Uraian Singkat:
Mata kuliah bahan makanan mempelajari topik-topik tentang sekuensing genom
tanaman dalam rangka mengatasi masalah pangan masa depan, antibiotik, probiotik, dan
prebiotik, bahan kimia tambahan dalam makanan dan dampaknya bagi kesehatan, pola
makan hidup sehat, era baru kimia bahan makanan dan kesehatan, virus dalam bahan
makanan, pengolahan bahan makanan dan zat aditif, serta kimia bahan makanan dan
ilmu gizi.
Tujuan Pembelajaran:
1. Memahami lingkup dan tugas tugas dalam perkuliahan KBM.
2. Memahami konsep sekuensing genom tanaman untuk mengatasi masalah pangan
dunia.
3. Memahami konsep antibiotik, prebiotik dan antibiotik dan peranannya dalam bahan
makanan.
4. Memahami bahaya bahan kimia tambahan dalam makanan dan dampaknya terhadap
kesehatan
5. Memahami pola makan hidup sehat
6. Memahami era baru kimia bahan makanan dan kesehatan
7. Memahami bahaya virus dalam makanan
8. Memahami cara pengolahan makanan alami, cara-cara pengawetan bahan makanan
dan pengolahan bahan makanan dengan zat aditif
9. Menganalisis zat kimia dalam bahan makanan dan fungsi gizi bagi kesehatan.
iii
dan ahlak mulia serta memiliki motivasi untuk berbuat bagi kemaslahatan peserta
didik dan masyarakat pada umumnya.
Keterampilan Umum:
4. mampu menerapkan pemikiran logis, kritis, sistematis, dan inovatif dalam konteks
pengembangan atau implementasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang
memperhatikan dan menerapkan nilai humaniora yang sesuai dengan bidang
keahliannya,
5. mampu menunjukkan kinerja mandiri, bermutu, dan terukur.
Keterampilan Khusus:
6. mampu merencanakan, merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran
kimia di tingkat sekolah secara terbimbing sesuai dengan karakteristik bahan kajian
dan peserta didik melalui pendekatan saintifik dengan memanfaatkan berbagai
sumber belajar dan media pembelajaran berbasis IPTEKS, dan potensi lingkungan
setempat, sesuai standar isi, proses dan penilaian.
Pengetahuan:
7. Menguasai konsep teoretis tentang sains, struktur, dinamika, dan energi bahan
kimia, serta prinsip dasar pemisahan, analisis, sintesis dan karakterisasinya.
Petunjuk Belajar:
1. Bacalah setiap topik pada buku ini dan buatlah resume atau ringkasan materi.
2. Kerjakan setiap tugas yang diberikan pada akhir pembahasan setiap topik.
iv
DAFTAR ISI
v
1. Sekuensing Genom Tanaman Dalam Rangka Mengatasi Masalah Pangan
Masa Depan
Genomika atau ilmu genom berkembang pada dekade 1990-an. Kemajuan
terjadi setelah proyek genom manusia (Human Genome Project) diluncurkan dan
dilanjutkan dengan proyek genom pada tanaman dengan obyek tanaman sejenis rumput-
rumputan bernama Arabidopsis thaliana yang dimulai tahun 1996 dan Oryza sativa
(padi) tahun 1998, sejak itu istilah genom semakin populer di masyarakat dunia.
Bagaimana proyek genomik ini diawali, dan khususnya proyek genom pada tanaman
yang terdiri atas jutaan jenis (spesies) yang berbeda dilakukan oleh para ilmuwan
dengan tujuan akhir mereka dapat mencari solusi penanggulangan masalah pangan masa
depan?
Tanaman menyediakan bahan mentah untuk kebutuhan industri seperti minyak,
tekstil, bahan bakar, dan obat-obatan. Nenek moyang kita dahulu meningkatkan kualitas
tanaman dengan menyeleksi tanaman berdasarkan sifat dan karakter yang diinginkan
melalui proses persilangan yang panjang. Sifat unggul dari satu tanaman liar
digabungkan ke tanaman lainnya, sehingga terbentuk tanaman baru dengan beberapa
karakter yang lebih bagus. Proses panjang ini telah memungkinkan lahirnya revolusi
hijau di mana produk pertanian teroptimalkan sampai menyamai pertambahan jumlah
penduduk dunia. Meskipun demikian, ledakan penduduk dunia-terutama di negara-
negara berkembang-yang diikuti oleh berkurangnya lahan-lahan pertanian untuk
permukiman menyebabkan produksi pertanian tidak seimbang lagi. Dengan demikian,
usaha persilangan yang memakan waktu lama dengan sendirinya tidak akan mampu
meningkatkan hasil produksi untuk mencukupi kebutuhan pangan dunia masa
mendatang. Untuk itu diperlukan teknologi baru guna meningkatkan produksi bahan
makanan secara lebih cepat.
Dengan kemajuan ilmu genetika molekuler sejak tahun 1970-an hingga saat ini,
dimungkinkanlah usaha mencari gen yang diduga bertanggung jawab terhadap karakter
unggul tanaman. Saat ini secara umum ada dua cara untuk mencari gen tanaman, yaitu
isolasi gen dalam skala kecil dengan menargetkan satu gen saja (strategi ini disebut
map-based cloning) dan dalam skala besar dengan menggunakan proyek genom, yaitu
dengan membaca (dalam istilah khususnya, sekuensing) semua urutan DNA suatu
organisme untuk mendapatkan semua gen yang ada.
O O
C OH C ONa
O O O
CH3 CH2 C O Ca O C CH2 CH3 CH3 CH2 C O Na
H H O H H H H H O
HC C C OH HC C C C C C OH
H OH H
EDTA
Ethylenediaminetetraacetic Acid (EDTA)
Metoda Tradisional
Semua metoda tradisional tergantung pada meningkatnya konsentrasi padatan
terlarut dalam air yang terdapat pada makanan, yang dapat dilakukan dengan salah satu
dari cara-cara berikut:
1. Membubuhkan garam, gula, atau asam pada makanan.
Metoda Modern
Suhu Tinggi
Kebanyakan bakteri, ragi, dan jamur tumbuh optimal pada interval suhu 15 –
400C dan mati pada interval suhu 80 – 950C. Banyak spora bakteri yang tidak mati
meskipun berada dalam air mendidih selama 30 menit. Bagi organisme resistan
semacam itu diperlukan penguapan di bawah tekanan. Contoh penguapan panas untuk
mengawetkan makanan adalah pasteurisasi susu. Susu dipanaskan selama 30 menit pada
suhu 630C untuk membunuh sebagian besar (tetapi tidak semua) bakteri dan semua
organisme penyebab penyakit. Tidak perlu susu tersebut benar-benar bebas dari
organisme sama sekali, karena kemudian susu akan tetap didinginkan dan digunakan
hanya dalam beberapa hari.
Susu yang diuapkan, yang bertujuan untuk tetap dalam kaleng pada suhu ruang
selama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun, harus steril. Untuk itu, susu yang
diuapkan dibuat steril dengan pemanasan berlebih. Tipe pemanasan lainnya adalah
blanching (kelantang). Blanching umumnya diterapkan pada buah dan sayuran untuk
menginaktivasi enzim alami.
Suhu Rendah
Suhu rendah telah digunakan sejak zaman purbakala untuk mengawetkan
makanan, meskipun metoda pendinginan (refrigeration) modern baru ditemukan pada
abad ke-20.
Di zaman prasejarah, penduduk di daerah beriklim sejuk menggunakan es untuk
mengawetkan makanan. Di masa kini, hanya sedikit makanan yang dibekukan di luar
musim dingin dan diangkut ke tempat dekat dengan menggunakan kereta es.
Sistem pendingin komersial pertama ditemukan di tahun 1875, yang memakai
gas amonia. Freezer dan kulkas rumah tangga menjadi hal yang umum di tahun 1940-
an, dan kini orang akan berpikir bagaimana hidup tanpanya.
Salah satu ukuran perkembangan teknologi suatu masyarakat adalah luasnya
penggunaan sistem pendingin dan makanan beku. Dalam kulkas, makanan disimpan
pada suhu sedikit lebih tinggi daripada suhu beku (00C) atau dibekukan pada suhu
mendekati -200C atau di bawahnya. Tergantung jenis makanan, kulkas secara umum
mengawetkan makanan yang mudah rusak selama berhari-hari bahkan berminggu-
minggu. Mikroorganisme tidak bereproduksi dengan cepat dalam suhu rendah, sehingga
pembekuan dapat mengawetkan makanan selama bertahun-tahun.
Gagasan pengawetan sejumlah besar makanan dengan metoda pembekuan
dipercaya merupakan gagasan dari Clarence Birdseye. Pada tahun 1920, Birdseye
mengembangkan proses pembekuan cepat (quick-freezing process). Kini, semua jenis
sayur mayur, banyak daging-dagingan, beberapa jenis makanan panggang, serta bahkan
makanan lengkap dijual beku. Ketika suhu dijaga di bawah -100C, seluruh air dalam
sebagian besar makanan tetap beku, di mana dalam lingkungan ini sebagian mikroba
mati dan yang lain tidak dapat tumbuh. Namun, pada suhu rendah seperti ini enzim
dapat tetap aktif. Misalnya, bila sayur-sayuran dibekukan segar, sayur tersebut dapat
rusak oleh reaksi enzimatik meskipun disimpan pada suhu -100C. Oleh karena itu sayur
mayur dikelantang sebelum dibekukan. Proses pembekuan menjaga makanan tetap
Metoda Kombinasi
Meskipun dehidrasi udara dan pengasapan kemungkinan merupakan metoda
pengawetan tertua, namun metoda dehidrasi modern cukup kompleks. Kebanyakan
metoda ini muncul setelah tahun 1940. Seringkali pengolah makanan
mengkombinasikan metoda dehidrasi dengan metoda lain untuk mengolah makanan.
Kombinasi yang dilakukan antara lain pengeringan-vakum untuk buah dan kopi;
pengeringan-semprot untuk susu, telur, dan kopi; pengeringan-beku untuk daging, buah,
kopi, dan sayuran; serta pengeringan-drum untuk bubur kentang.
Hasil dari berbagai metoda tersebut yakni pada umumnya mikroba dan jamur
dicegah untuk tumbuh (meski tidak perlu dibunuh) dan enzim menjadi kurang aktif.
Namun, makanan yang mengandung lemak cenderung menjadi tengik bila
kelembabannya terlalu rendah. Karena itu, derajat pengeringan makanan tergantung
pada jenis makanan.
Sebagian makanan seperti sereal gandum, kacang-kacangan, dan biji-bijian
mengandung sangat sedikit air sehingga mereka tidak mudah diserang mikroorganisme
dan dapat disimpan bertahun-tahun tanpa mengalami kerusakan.
Aditif-Aditif Lainnya
Pemanis
Hampir semua orang menyukai makanan manis seperti es krim, selai, jeli, produk
roti, coklat, berbagai sereal, kopi, dan ratusan makanan lainnya. Bahan alami yang
disebut gula adalah karbohidrat sukrosa (C12H22O11), yang bisa diperoleh dari tebu dan
bit. Tanaman tebu telah ditanam di India dan Cina sejak lebih dari 3000 tahun yang lalu.
Kata ‘gula’ itu sendiri berasal dari bahasa Sanskerta carkara yang berarti ‘butiran
pasir’.
Dari India, tebu melakukan perjalanan ke barat, dan pada akhir abad ke-15 dibawa
ke Brazil dan Amerika Tengah. Gula mempunyai dua sifat fisik penting. Pertama, gula
sangat larut dalam air. Pada 00C, 179 gram sukrosa akan larut dalam 100 mL air, dan
pada 1000C, 487 gram akan terlarut. Tidak hanya sangat larut, tetapi gula juga
membentuk kristal, sehingga dapat mudah dituangkan dan ditambahkan pada produk
O
C
NH
SO2
Sakarin
Siklamat berkekuatan 30 kali lebih manis daripada gula, namun pada tahun 1969
diketahui bahwa injeksi dosis tinggi natrium dan kalsium siklamat pada tikus penyebab
kanker kandung kemih. Akibatnya, penggunaan siklamat dilarang, sehingga sakarin
menjadi pemanis non-nutritif yang utama.
Penelitian dengan menggunakan tikus menunjukkan bahwa sakarin dalam dosis
yang sangat besar juga menyebabkan kanker kandung kemih. Namun meskipun tidak
ada bukti bahwa sakarin berefek sebaliknya pada manusia, hingga kini zat tersebut terus
digunakan dalam minuman soda diet dan makanan diet. Ada suatu pengharapan bahwa
suatu protein dengan rasa manis dapat dibuat.
Di masa depan bisa saja kita memakan makanan atau minuman yang dimaniskan
oleh protein. Jika pemanisan makanan seperti ini menjadi kenyataan, kita akan
mendapatkan produk dengan rasa manis yang tidak hanya rendah kalori, tapi juga
bergizi tinggi.
Penambah Rasa
Golongan aditif makanan terbesar adalah penambah rasa. Sangatlah sulit bahkan
tidak mungkin untuk mendefinisikan rasa, namun terdapat lebih dari 1100 bahan yang
digunakan sebagai perasa.
Sebagian dari zat kimia perasa alami dapat disintesis dalam laboratorium dan dapat
berguna dalam menambahkan rasa bahkan pada makanan yang dimasak dengan tidak
baik. Zat perasa tambahan dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu alami dan sintetik.
Perasa Alami
Terdapat berbagai metode untuk mengekstrak rasa dari buah dan makanan lain.
Dua metoda yang paling banyak digunakan adalah destilasi vakum dan pembekuan.
Rasa buah-buahan dapat diperoleh dari jus buah yang dilakukan dengan destilasi
vakum. Pertama-tama buah dihancurkan untuk memeras keluar sarinya, kemudian sari
tersebut dipanaskan. Dalam proses destilasi vakum, kevakuman parsial diciptakan di
atas sari buah yang dipanaskan. Sebagian besar air diuapkan bersama senyawa-senyawa
berbau harum yang mudah menguap. Yang tertinggal adalah larutan sari buah
berkonsentrasi tinggi.
Sebagian besar hasil penguapan yang berupa senyawa-senyawa berbau harum
kemudian dikondensasikan kembali menjadi cair, sementara airnya dibuang bersama
bagian lain senyawa harum. Material hasil kondensasi ditambahkan kembali pada
larutan sari buah pekat, dan campuran ini kini dapat dibotolkan dan dijual sebagai zat
perasa.
Dalam memperoleh rasa buah, idenya adalah untuk memperoleh bau dan rasa
yang ‘alami’ seperti buah sungguhan, misalnya ceri, apel, anggur, dan buah lain.
Perasa Buatan
Dengan menggunakan metoda analisis yang paling modern, para ahli kimia telah
dapat menentukan banyak senyawa yang terdapat dalam perasa alami seperti mint,
brandy, kayu manis, vanila, dan persik. Selanjutnya, ahli kimia dapat mensintesis
sebagian dari bahan kimia tersebut, yang dapat dikategorikan berdasarkan tingkat
kenikmatan dari bau dan rasanya.
Dengan informasi tersebut, ahli kimia bahan perasa menyusun campuran
berbagai zat kimia dalam porsi yang sesuai untuk menghasilkan rasa yang diinginkan.
Ini adalah tugas ahli kimia bahan perasa untuk membuat suatu rasa yang hampir
menyamai aroma dan rasa dari bahan perasa alami. Perkembangan perasa buatan
tergantung pada ingatan seorang ahli bahan perasa, yang harus mengingat setiap aroma
dan rasa yang melewati hidung dan mulutnya.
Berdasarkan ingatan, mereka harus mengetahui bahan apa yang dipilih dan
bagaimana mencampur zat kimia tersebut menjadi rasa yang cocok yang menyamai rasa
alami yang diinginkan. Pembuatan rasa imitasi yang sukses lebih merupakan suatu seni
daripada proses saintifik. Seringkali suatu rasa imitasi tidak bisa dicampur dengan porsi
seimbang untuk menyamai rasa alami, sehingga penambahan 5% - 25% perasa alami
menambahkan ‘kealamian’ dari perasa buatan serta menguatkan aroma dan rasanya.
Tidak ada alasan ilmiah bagi jumlah relatif zat-zat kimia di atas, namun bila
dicampur dengan benar maka rasa buatan yang baik bisa diperoleh. Penggunaan zat
perasa dalam skala besar berkaitan dengan meningkatnya variasi makanan yang
tersedia, serta kebutuhan untuk mengembalikan rasa yang hilang sebagian selama
proses pemanasan, pengolahan, dan proses lainnya.
MSG dibuat dari berbagai sumber protein sayuran seperti kedelai, gandum, ragi,
atau jagung. Berlawanan dengan kepercayaan yang beredar, MSG bukanlah pengawet
ataupun pelembut. MSG hanyalah memberatkan dan mengintesifkan rasa alami dari
makanan, tapi tidak memiliki aroma sendiri dan tidak menambah rasa khusus. MSG
‘mengeluarkan’ rasa dari makanan.
Saat ini tidak ada penjelasan ilmiah bagaimana MSG bekerja, namun diketahui
bahwa MSG mempunyai kemampuan unik untuk meningkatkan salivasi. Semakin
banyak saliva terdapat dalam mulut, semakin besar kesempatan untuk merasakan zat-zat
kimia pemberi aroma pada saat makanan dimakan.
Bagi sebagian orang, MSG dapat menyebabkan sakit kepala, sakit bagian dada,
dan napas pendek. Penelitian yang dilakukan menunjukkan hasil bahwa tak ada bukti
adanya bahaya dalam pemakaian MSG dalam makanan bagi anak-anak dan dewasa
kecuali bagi mereka yang sensitif pada zat tersebut. Meski begitu, karena MSG tidak
memiliki nilai gizi, kemudian MSG dihilangkan dari makanan bayi. Bila monosodium
glutamat ditambahkan pada produk makanan, hal ini harus dicantumkan pada label
produk tersebut.
Pewarna Makanan
Kita biasa memperhatikan warna makanan yang akan kita maka, karena kita
tidak ingin ada warna lain dari makanan tersebut. Seringkali warna makanan alami tidak
menarik atau memang makanan tersebut tidak berwarna.
Dalam usaha membuat makanan lebih menarik untuk dijual pada konsumen,
para pembuatnya mungkin menambahkan pewarna makanan pada produknya. Warna
dari makanan bisa hadir secara alami atau ditambah pewarna buatan.
Terdapat banyak pigmen alami, misalnya klorofil yang memberikan warna hijau
pada selada dan kacang polong, karoten yang memberi warna jingga pada wortel dan
jagung, lycopene memberi warna merah pada tomat dan semangka, serta oksimioglobin
yang memberi warna merah pada daging. Semua pigmen alami ini dapat berubah karena
bereaksi dengan oksigen yang terjadi selama proses pematangan buah dan daging.
HO
O O NaO3S N N
NaO3S C C SO3Na
CC
N N
H H SO3Na
C2H5
N CH2 SO3Na
C
N+ CH2 SO3Na
C2H5
O
NaO3S N N C C C ONa CH3 CH3
HO C N
N
NN SO3Na
OCH3
SO3Na NaO3S
Antioksidan
Pada Lemak dan Minyak Alami
Jika molekul oksigen bereaksi dengan zat kimia tertentu dalam makanan,
makanan tersebut bisa mengalami perubahan warna, menjadi tengik, serta kehilangan
rasa. Keluarga besar zat kimia yang mudah diserang oksigen adalah lemak dan minyak.
Lemak dan minyak merupakan salah satu dari tiga kelompok utama material
makanan (yang lain adalah protein dan karbohidrat). Lemak dan minyak dapat diperoleh
dari sayuran, hewan, atau sumber laut. Contoh lemak dan minyak antara lain lemak
padat seperti mentega kokoa; minyak seperti jagung, kedelai, kacang tanah, dan minyak
zaitun; lemak babi, lemak sapi, dan lemak mentega dari susu; serta minyak ikan. Pada
saat jaringan lemak dari binatang dipanaskan, lemak dibebaskan.
Menekan atau memeras buah zaitun, biji wijen, dan jagung akan mengeluarkan
minyak. Lemak dan minyak yang bisa dimakan merupakan ester dari alkohol gliserin
dan berbagai asam berantai lurus panjang yang dikenal sebagai asam lemak. Bila ester
yang dapat dimakan tersebut berwujud padat pada suhu ruang maka disebut lemak,
sedangkan bila cair maka disebut minyak.
Asam lemak dari lemak dan minyak alami memiliki 4 sampai 24 atom karbon
dan jumlah atom karbon adalah genap dengan sedikit sekali kekecualian (sedikit yang
memiliki atom karbon berjumlah ganjil). Asam lemak rantai pendek merupakan lemak
yang lebih lembut dengan titik leleh lebih rendah daripada asam lemak rantai panjang.
Asam lemak dapat bersifat jenuh atau tak jenuh. Semakin besar derajat
ketidakjenuhan asam lemak, semakin lembut pula lemak tersebut dan semakin rendah
titik lelehnya. Jika ketidakjenuhannya sangat tinggi, senyawa tersebut akan berwujud
cair pada suhu ruang.
H H H
H C C C H
Glicerin : OHOHOH
(Glycerol)
O
HOC (CH2)16CH3
Stearic acid
O HH
HOC (CH2)7 C C (CH2)7CH3
Oleic acid
O H H H H
HOC (CH2)7 C C CH2 C C (CH2)4CH3
Linoleic acid
Gliserin memiliki tiga gugus OH yang dapat disubstitusi. Di alam, ketiga gugus
OH tersebut bisa digantikan oleh asam lemak yang sama, atau oleh dua atau tiga macam
asam lemak berbeda, sehingga menghasilkan bermacam-macam lemak dan minyak
yang memiliki kekerasan molekul bervariasi.
Seluruh zat pada berupa cairan (minyak), tapi sebenarnya bisa saja mengandung
sedikit molekul lemak pada tersuspensi. Dalam sebagian lemak alami, hanya satu atau
dua gugus OH yang bereaksi dengan asam lemak. Molekul dengan hanya satu gugus
OH yang bereaksi disebut monogliserida, dan bila dua gugus OH yang bereaksi maka
disebut digliserida, sedangkan trigliserida adalah bila ketiga gugus OH mengalami
reaksi. Contoh berikut adalah pembentukan lemak gliserol stearat:
H O
H C O H H O C (CH2)16CH3
+ O
H C O H HO C (CH2)7 CH CH (CH2)7CH3
H O H H H O HH
HCOC (CH2)7C C (CH2)7CH3 H C O C (CH2)7C C (CH2)7CH3
H C OH + O2 H C OH OO
H C OH H C OH
H H Hydroperoxide
Hidroperoksida yang terbentuk dalam lemak atau minyak tidak berbau dan tidak
berasa, namun begitu, hidroperoksida terurai dengan cepat dan membentuk aldehid yang
memiliki bau dan rasa yang kuat dan merangsang:
H H O O
breaks apart
R C C CH2CH3 R CH+H C CH2CH3
OO
odorous aldehydes
BHT BHA
BHT dan BHA digunakan dalam minyak goreng, keripik kentang, kacang asin,
margarin, dan sereal kemasan. Sama seperti antioksidan lain, kedua zat kimia ini
bereaksi cepat dengan oksigen sehingga mencegah molekul O2 bereaksi dengan
makanan.
Sejak tahun 1958, ilmuwan dari Food and Drug Administration terus-menerus
menguji BHT dan BHA untuk memastikan bahwa kedua zat kimia tersebut aman, dan
sampai saat ini uji toksikologi terhadap tikus belum menunjukkan adanya efek
berbahaya.
Etil alkohol memiliki titik didih rendah dan menguap selama proses
pembakaran. CO2 menyebabkan adonan mengembang atau naik. Karena permintaan roti
dan kue sangat tinggi, zat kimia pengembang telah menggantikan posisi ragi dalam
produk komersial. Zat kimia tersebut adalah soda kue (baking powder), yang biasanya
mengandung natrium bikarbonat atau soda kue (baking soda) NaHCO3, suatu ‘asam
kering’, dan kanji. Bisa saja hanya menggunakan natrium bikarbonat, tetapi adonan
akan memiliki bau dan rasa tak enak. Kanji menyerap sejumlah besar air dan membantu
menjaga zat kimia pengembang tetap kering. Tergantung pada asam kering yang
dipakai, terdapat baking powders yang bermacam-macam jenisnya.
Contoh asam kering yang digunakan adalah kalium hidrogen tartrat
(KHC4H4O6), yang biasa disebut ‘krim tartar’ (cream of tartar). Ketika air ditambahkan
pada baking powder yang mengandung krim tartar, terjadilah reaksi yang sangat cepat
dan melepaskan banyak CO2.
Pengemulsi
Dua macam zat cair yang dicampurkan dapat saling melarut dan membentuk
suatu larutan zat cair yang homogen; atau sebaliknya, yakni kedua zat cair yang
dicampurkan bisa tidak tercampur sama sekali (tidak saling larut). Makanan seringkali
mengandung dua macam zat cair atau lebih seperti air dan berbagai minyak, misalnya
margarin atau minyak kacang tanah dalam selai kacang.
Dalam berbagai produk makanan, minyak tidak saling larut dengan air sehingga
minyak terpisah dan membentuk lapisan dua macam zat cair (misalnya pada saus salad
komersial). Untuk mencegah terpisahnya minyak dan air menjadi dua lapisan, zat kimia
yang dikenal sebagai ‘pengemulsi’ ditambahkan pada makanan. Pengemulsi merupakan
suatu zat kimia yang dapat menyebabkan terjadinya suspensi satu zat cair di dalam zat
cair lain. Penambahan pengemulsi menyebabkan tetesan minyak dapat tersuspensi
dalam air sehingga minyak dan air tidak mudah terpisah. Akan tetapi bila produk
makanan dibiarkan begitu saja dalam waktu cukup lama, pada akhirnya minyak akan
terpisah dan membentuk lapisan.
Di alam, emulsi sangat penting dalam berbagai proses sel. Zat pengemulsi
pertama yang ditemukan merupakan ekstrak dari bahan makanan alami. Pengemulsi
CH2 O P O
OH
Fosfolipid
Secara struktural, lesitin sama seperti lemak, tetapi penting diperhatikan bahwa
molekul lesitin memiliki ujung polar maupun ujung non polar. Ketika ditempatkan
dalam lingkungan minyak air, ujung polar menempel pada kutub-kutub air sedangkan
ujung non polar menempel pada tetesan lemak atau minyak, sehingga hasilnya tetesan
minyak tidak dapat berkumpul membentuk lapisan (campuran terstabilitasi).
Sabun juga merupakan bahan zat pengemulsi. Dengan bekal pengalaman
bertahun-tahun membuat sabun, para pembuat sabun mencoba membuat zat kimia
pengemulsi yang dapat digunakan pada makanan, dan mereka berhasil.
Zat pengemulsi sintetik yang pertama dibuat adalah monogliserida yang dibuat
dari lemak alam jenuh dan gliserol (gliserin), baru kemudian dikembangkan digliserida
sebagai zat pengemulsi. Zat-zat kimia sintetik ini memberi sumbangan besar pada
mekanisasi industri roti dan kue, serta pada produksi roti dan kue besar-besaran.
Pengemulsi yang sering ditambahkan pada makanan yakni lesitin, monogliserida,
digliserida, serta polisorbat 60 atau 80.
Zat Anti-Gumpal
Zat kimia anti penggumpalan ditambahkan pada makanan sehingga makanan
dapat ditaburkan atau dituangkan dengan bebas. Seringkali bahan makanan sulit
dituangkan karena makanan tersebut menyerap kelembaban. Untuk mencegah masalah
ini, dapat ditambahkan zat kimia seperti tepung jagung ataupun kalsium fosfat
(Ca3[PO4]2) sehingga air lebih dahulu terserap oleh zat kimia tersebut dan tidak terserap
oleh makanan.
Beberapa garam meja telah ditambahkan zat anti-gumpal natrium siliko aluminat
ke dalamnya, yang membantu agar garam dapat ditaburkan dengan bebas. Garam meja
yang umum yaitu NaCl mengandung sedikit magnesium klorida (MgCl2) yang bersifat
higroskopik, yakni menyerap dan menyimpan kelembaban dari atmosfir. Pada hari yang
lembab, ketika MgCl2 menyerap titik-titik air, sebagian dari garam larut dalam air
tersebut, dan saat air menguap maka garam menggumpal dan sulit ditaburkan. Untuk
mengatasi penggumpalan garam tersebut, bisa dilakukan penghilangan MgCl2 dari
garam atau dengan ditambahkan zat anti-gumpal.
Accidulants
Accidulants adalah asam yang ditambahkan pada makanan untuk memberikan
sifat keasaman. Asam yang digunakan sebagai accidulants antara lain asam fosfat dalam
soda, asam asetat dalam beberapa keju oles, serta asam sitrat dalam banyak jenis
makanan.
Polihidroksil alkohol
Polihidroksil alkohol atau alkohol polihidrat adalah zat kimia organik yang
memiliki lebih dari satu gugus OH.
Polihidroksil alkohol ditambahkan pada makanan untuk beberapa alasan, di
antaranya:
1. menyimpan kelembaban dalam makanan
2. membantu zat kimia lain berfungsi sebagai antioksidan
3. mengendalikan tingkat rasa manis
4. membantu zat kimia lain tetap terlarut dalam air
5. menjaga konsentrasi makanan selama waktu tertentu
Protein Bertekstur
Teknik untuk mengolah berbagai protein terus dikembangkan, salah satunya
adalah produksi zat makanan yang dikenal sebagai ‘protein bertekstur’ (textured
protein) atau protein buatan, yang terutama menggunakan protein dari kedelai. Selama
pengolahan protein kedelai, protein dipisahkan dari zat gizi lainnya dan dilarutkan
dalam pelarut yang sesuai untuk mendapatkan larutan kental. Larutan kental ini
kemudian didorong melalui lubang-lubang kecil, sehingga protein berbentuk benang
elastis yang mirip dengan benang nilon. Benang-benang protein kemudian dipintal
menjadi bentuk yang diinginkan, lalu dicampur dengan zat gizi lain, pewarna makanan,
serta zat perasa. Selanjutnya, bahan tersebut dipotong menjadi panjang, kotak, atau
bentuk lain. Hasil akhir produk inilah yang disebut sebagai protein bertekstur atau
protein buatan.
Sebagian besar protein bertekstur dibuat dari serat kedelai, sementara sebagian
kecil lainnya dibuat dari serat kacang tanah dan biji kapas. Penggunaan serat protein
buatan ini bersamaan dengan zat perasa, pewarna, serta zat-zat kimia lain akan
menghasilkan suatu produk dengan rasa daging dan warna merah daging.
Bahan makanan ini dapat disatukan dengan hamburger untuk mendapatkan
hamburger yang ‘lebih berdaging’. Di masa depan kemungkinan akan lebih banyak lagi
produk makanan yang dibuat dari protein buatan.
Karbohidrat
Karbohidrat (gula) memasok sebagian besar komponen energi dalam tubuh
manusia sejak dahulu kala. Padi-padian yang mengandung tepung telah ditanam
setidaknya selama 10.000 tahun, dan penanaman buah serta peternakan lebah dimulai
setidaknya 4000 tahun yang lalu.
Selama abad ke-19 dan 20, tepung jagung telah melengkapi campuran glukosa-
fruktosa, sedangkan sukrosa (gula meja) telah dimurnikan dari tebu dan gula bit. Telah
diketahui bahwa karbohidrat memiliki unsur karbon, hidrogen, dan oksigen, serta juga
memiliki gugus C=O dan beberapa gugus C-OH. Karena gugus fungsi tersebut,
karbohidrat dikelompokkan sebagai polihidroksi aldehid atau keton dan turunannnya.
Ada berbagai karbohidrat, mulai dari gula sederhana dengan tiga atom karbon
sampai polimer kompleks seperti selulosa. Kelompok-kelompok karbohidrat antara lain
Glucose Fructose
6
CH2OH
C O
5 1 O
H H CH2OH H
H
C4 C1 2C C5
OH H H OH
OH O CH2OH
3 2 6
C C C C
3 4
H OH OH H
Sucrose
Karbohidrat memiliki proporsi materi organik lebih tinggi daripada zat lain,
terutama pada tepung dan selulosa. Tetapi dari semua gula itu hanya tiga yang penting
bagi keperluan nutrisi, yaitu yang paling penting adalah tepung, kemudian sukrosa, dan
terakhir adalah laktosa (gula susu).
Sukrosa dan laktosa merupakan disakarida, sedangkan tepung merupakan
polimer dari glukosa. Ketika ketiga karbohidrat ini dicerna dalam tubuh, enzim dalam
Contoh-contoh Monosakarida
H
H C O H C OH H C O
H C OH C O H C OH
HO C H HO C H HO C H
H C OH H C OH HO C H
H C OH H C OH H C OH
CH2OH CH2OH CH2OH
CH2OH CH2OH
O O
OH H H H OH
O
H OH H H OH H H
H OH H OH
Lactose
CH2OH CH2OH
O O
H H H H OH
H
OH OH H O OH H H
H OH H OH
Maltose
Disakarida tidaklah penting dalam metabolisme sel, dan hanya bisa berperan
dalam fungsi tubuh jika telah diubah menjadi monosakarida. Misalnya, sukrosa menjadi
penting saat diubah (dihidrolisis) dalam tubuh menjadi glukosa dan fruktosa.
Asam
C12H22O11 + H2O C6H16O6 + C6H12O6
atau enzim glukosa fruktosa
Laktosa terdiri atas gula sederhana dan galaktosa yang saling berikatan, yang
terdapat dalam susu mamalia. Laktosa juga merupakan satu-satunya gula yang
terkandung oleh susu. Sebagian orang memiliki penyakit turunan yang membuat mereka
tidak dapat mencerna laktosa. Pada salah satu tipe penyakit itu, enzim yang diperlukan
tidak tersedia sehingga orang yang mengkonsumsi laktosa tidak mampu memutuskan
ikatan yang mengikat kedua monosakarida.
Dalam penyakit turunan tipe lainnya, seseorang dapat mencerna laktosa yakni
memisahkannya menjadi gula sederhana, namun tidak dapat mempergunakan galaktosa.
Dengan derajat yang bervariasi, glukosa, fruktosa, sukrosa, laktosa, dan maltosa
memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Rasa manis dan larut dalam air.
Polisakarida
Polisakarida merupakan polimer kompleks yang terdiri atas monomer-monomer
monosakarida yang sama atau kombinasi monomer yang berbeda. Polisakarida paling
umum yang dapat dicerna hanya ditemukan dalam tanaman, yaitu tepung yang
merupakan polimer dari glukosa.
Dalam tanaman, tepung berfungsi sebagai penyimpan energi. Komposisi tepung
bervariasi tergantung pada tanaman, tetapi semuanya mengandung amilosa (polimer
glukosa linier) dan amilopektin (polimer rantai bercabang).
Selama proses pencernaan, tepung terpecah pertama-tama menjadi dekstrin,
yaitu molekul yang lebih kecil daripada tepung namun lebih besar daripada glukosa,
lalu dekstrin terdekomposisi menjadi maltosa dan glukosa.
pencernaan
tepung dekstrin maltosa + glukosa
Tepung larut dengan lambat dalam pencernaan sehingga keberadaannya dalam
jalur pencernaan lebih lama daripada gula yang mudah larut. Oleh karena itu tepung
menjadi zat gizi bagi mikroorganisme dalam usus, yaitu organisme menguntungkan
yang mensintesis beberapa vitamin.
Berbeda dengan monosakarida dan disakarida, tepung tidak memiliki rasa
manis. Selulosa bukanlah sumber energi bagi manusia karena enzim pencernaan tidak
dapat memutuskan ikatan yang mengikat unit monomer glukosa. Akan tetapi selulosa
menyediakan serat yang penting dalam menstimulasi kontraksi otot dalam dinding usus
dan membantu makanan bergerak sepanjang jalur pencernaan.
H O H O H O
H C O C R H C O C R H C O C R
O O
H C OH H C O C R(R') H C O C R(R')
O
H C OH H C OH H C O C R(R',R")
H H H
Hampir semua lemak mengandung asam lemak rantai linier. Kebanyakan asam
lemak ini memiliki atom karbon berjumlah genap, tetapi jenis ikan tertentu (misalnya
tuna) dan bakteri memiliki asam lemak dengan jumlah karbon ganjil yang lumayan
banyak.
Asam lemak yang ditemukan dalam produk hewan pada umumnya memiliki
atom karbon genap yakni 16 – 24 atom karbon. Asam lemak mengandung gugus polar –
COOH (karboksil) dan suatu rantai hidrokarbon nonpolar.
Kelarutan asam lemak (atau lemak) dalam air tergantung pada panjang rantai
hidrokarbon, yakni semakin panjang rantainya maka molekul akan semakin larut dalam
molekul organik nonpolar seperti benzena dan lebih tak larut dalam air maupun pelarut
polar lain.
Lemak yang mengandung asam palmitat, stearat, oleat, dan linoleat berjumlah
lebih dari 90% dari seluruh asam lemak dalam makanan. Asam linoleat terdapat hanya
dalam jumlah sangat kecil dalam lemak hewan, tetapi sangat banyak dalam minyak
O O
C O C C C C C C C O C C C C C C
O O
+ H2
C O C C C C C C C O C C C C C C
catalyst
O O
C O C CCCC C COC CCCC C
HHHH
liquid oil (many double bonds) solid fat (no double bonds)
[unsaturated] [saturated]
Dalam pembuatan margarin dari minyak jagung atau minyak tumbuhan lain,
hidrogen direaksikan dengan minyak tersebut. Sebagian ikatan rangkap diputuskan, dan
atom hidrogen menempel pada atom-atom karbon yang berdekatan sehingga
menghasilkan zat yang lebih padat. Tergantung pada berapa lama hidrogenisasi
dilakukan, sebagian ikatan rangkap dalam minyak dapat dijenuhkan dan menghasilkan
lemak semi padat, atau seluruh ikatan rangkap dijenuhkan sehingga diperoleh lemak
keras. Karena lemak mengandung sejumlah molekul yang berbeda-beda, bila
dipanaskan maka lemak akan melembut tetapi tidak meleleh. Bila terus dipanaskan,
lemak tersebut akan berasap dan kemudian terbakar.
Protein
Kata ‘protein’ diambil dari bahasa Yunani protos yang artinya ‘pertama’. Pada
abad ke-19, para peneliti menemukan bukti bahwa protein jauh lebih penting bagi
kehidupan daripada lemak dan karbohidrat. Di tahun 1900 belum ada ilmu pasti yang
menerangkan apa sebenarnya protein itu, meskipun 16 macam asam amino telah
berhasil diisolasi. Di awal abad ke-20 ditemukan bahwa makanan mengandung berbagai
protein, dan makanan ini membantu meningkatkan pertumbuhan dan mempertahankan
kehidupan.
Bertahun-tahun kemudian, pengetahuan akan struktur dan fungsi protein
semakin meningkat. Semua protein mengandung karbon, hidrogen, oksigen, dan
nitrogen, serta beberapa protein mengandung atom belerang dalam molekul polimernya.
Hampir setengah dari berat kering sel hewan adalah protein. Banyak hormon, antibodi,
enzim, dan bagian struktural dari sel merupakan protein. Variasi protein sangat luas,
tergantung pada variasi kombinasi asam amino dan perbedaan urutan asam amino dalam
polimer protein. Polimer protein juga mempunyai bentuk berbeda-beda, misalnya lurus,
lingkar, atau lipat. Semua variasi ini berarti juga terdapat perbedaan sifat, rasa,
dan tekstur protein makanan.
Tidak ada protein yang esensial dalam makanan manusia, tetapi beberapa asam
amino ada esensial, yaitu delapan asam amino esensial bagi orang dewasa dan sepuluh
bagi bayi.
HO CH3 H H O
CH2 C C OH C C C OH
H H O
C C C OH H H O
H NH2
N CH3 C C C OH
H OH NH2
Trytophan Threonine
N C H H O
C C C C C OH
N
H NH2
H
Histidine Methionine
HO
CH3 S CH2 CH2 C C OH
NH2
NHH H H H H O
C N C C C C C OH
NH2 H H H NH2
Arginine
Seseorang bisa saja memakan banyak makanan berprotein tinggi namun tidak
mengandung asam amino esensial. Tidak hanya kuantitas protein yang harus
diperhatikan, tetapi juga kualitasnya, dan kualitas ini tergantung pada asam amino
dalam molekul protein.
Banyak protein makanan yang kekurangan satu atau lebih asam amino esensial,
misalnya gelatin yang kekurangan tritofan, sehingga gelatin merupakan protein tak
lengkap.
Berbagai makanan mengandung asam amino esensial dalam persentase kecil,
misalnya jagung dan terigu yang kekurangan lisin.
Mineral
Berbeda dengan lemak, karbohidrat, protein, dan vitamin, suatu mineral
merupakan zat kimia anorganik. Mineral terdapat dalam tanah secara alami dan larut
dalam air. Tidak mungkin suatu organisme hidup mensintesis mineral, sehingga mineral
Kalsium
Sekitar 90% senyawa kalsium dalam tubuh manusia terkonsentrasi pada tulang
dan gigi. Selain itu, kalsium merupakan zat gizi esensial dalam cairan yang melingkupi
sel maupun dalam cairan di antara sel.
Dalam cairan tersebut kalsium terdapat sebagai ion Ca2+ atau terikat pada
protein dan berbagai bentuk molekul organik. Kalsium juga diyakini terlibat dalam
kontraksi otot, pembekuan darah, dan kerja beberapa enzim.
Yodium
Yodium terserap ke dalam tubuh sebagai ion iodide (I-). Dalam kelenjar tiroid, I-
cepat kehilangan satu elektron, bereaksi dengan berbagai molekul organik, dan berakhir
sebagai bagian dari tiroksin dan molekul-molekul lain.
Molekul Tiroksin
I I
H
H O O CH2 C COOH
NH2
I I
Natrium
Pepatah berbahasa Inggris ‘salt of the earth’ dan ‘he’s worth his salt’
membuktikan betapa berharganya natrium klorida. Ion natrium (Na+) merupakan kation
utama dalam cairan intraselular. Volume cairan tubuh sangat tergantung pada ion
natrium dan perbandingan natrium dan ion-ion lain. Ion natrium juga esensial dalam
Besi
Hanya sekitar sepuluh persen zat besi dalam makanan yang diserap melalui usus
halus, namun jumlah ini tak ternilai. Kebanyakan zat besi yang diserap berakhir sebagai
bagian dari molekul hemoglobin, yang berada dalam bentuk Fe2+.
2
H 3C CH CH2
N N
Fe
N N
O C 8 5
7 6
H
CH2 CH2
Banyak reaksi dalam tubuh yang tergantung pada perubahan muatan antara ion-
ion Fe2+ dan Fe3+. Sama seperti beberapa mineral lain, besi juga dibutuhkan untuk
fungsi beberapa enzim.
Unsur-unsur lain dalam makanan dapat dilihat dalam daftar berikut:
Vitamin
Selama beberapa abad telah diketahui bahwa makanan tertentu dapat mencegah
penyakit seperti sariawan, beriberi, dan rabun senja. Misalnya, bertahun-tahun yang lalu
diketahui bahwa hati dapat menyembuhkan rabun senja, sementara jus limau dapat
sariawan.
Di akhir abad ke-19 dan abad ke-20, para peneliti melihat bahwa hewan
memerlukan ‘faktor aksesori’ (accessory factors’) tertentu dapat berfungsi dengan baik.
Faktor-faktor ini dibutuhkan sebagai tambahan selain karbohidrat, lemak, protein, dan
mineral. Pada akhirnya faktor-faktor tersebut dinamai ‘vitamin’, yang di ambil dari
bahasa Latin vita (hidup) dan amine (zat kimia organik yang mengandung nitrogen);
pada saat itu dikira semua vitamin mengandung nitrogen.
Vitamin dapat didefinisikan sebagai zat-zat organik yang kimiawinya tak
berkaitan satu sama lain, namun dikelompokkan bersama karena hanya terdapat secara
alami dalam sistem hidup; esensial pada makanan dalam jumlah sangat sedikit; dan
diperlukan untuk reaksi kimia tertentu. Berbeda dengan zat gizi lainnya, vitamin tidak
berfungsi sebagai molekul awal yang dapat menghasilkan senyawa lain, juga tidak
berperan sebagai sumber energi.
Di tahun 1930 penemuan besar terjadi dalam kimia vitamin pada saat beberapa
vitamin diperoleh pertama kali dalam bentuk murni dan struktur molekul organiknya
Enzyme + Coenzyme
(inactive
active
Reactants Products
active enzyme catalyst
Perlu dicatat bahwa sejumlah kecil dari sebagian mineral juga berperan sebagai
koenzim bagi enzim-enzim tertentu, yaitu ion-ion logam Cu, Zn, Fe, Co, dan Mg. Ion-
ion tersebut diperlukan untuk menggabungkan ion negatif pada suatu enzim dengan
ion negatif suatu zat ionik.
Tanpa ion logam positif di atas, enzim tidak dapat mengkatalis reaksi-reaksi
tertentu. Agar lebih mudah, vitamin diklasifikasikan menurut kelarutannya dalam air,
lemak, atau pelarut lemak seperti eter atau kloroform. Kelarutan ini menentukan nasib
vitamin dalam tubuh.
Vitamin yang larut dalam air lebih mudah hilang daripada vitamin yang larut
dalam lemak.
CH3 CH3
CH3 CH3
C
H2C C CH CH C CH CH CH C CH CH2OH
H2C C
C CH3
H2
Vitamin A
HO H3C N
Vitamin D Vitamin B6
Vitamin E
O
CH3
CH3
CH2 CH C CH2(CH2 CH2 CH CH2)3H
O CH3
Vitamin K1
CH3
NH2
CH2 C C CH2 CH2OH
N COOH
N
C S
H3C N H
-
Cl N
COOH
CH2
N N
NH2 C C CH O CH2
N C C CH2 NH C NH CH COOH
C N
OH
Folic acid
H CH3 H H H O C S
N C C
Pantothenic acid H
H H H
Biotin
O OH OH OH OH
H2C C C C CH2OH
C C C C C CH2OH H H H
O OH OH H H CH3 N N
CO
Ribofalvin
CH2OH
O H
H H
H
O OH
N CH3
O
P N CH3
-
O O
CH3 CH CONH2
CH2 CH2
NH CH2 CH3
CO
CH2 CH3 H CH3
C
CH2 CONH2
N
H CH CH2
CH2
+ CH2
N Co N
H2C
H2NOC H H3 C H
N
CH3 C
H3 C CH3 CH2
CONH2
H2C H CH2 R
H2NOC
CH2CH2CONH2
Part of Vitamin B12
Meskipun hanya dalam jumlah kecil, vitamin sangat penting bagi sel hidup
untuk dapat berfungsi normal. Kemampuan vitamin untuk mencegah berbagai penyakit
serta pentingnya vitamin sebagai aktivator enzim tertentu menjadikan vitamin sebagai
salah satu kelompok zat gizi yang paling penting.
Air
Sekitar 60 – 65% dari tubuh manusia, menurut beratnya adalah air. Bila
seseorang kehilangan air, gejala dehidrasi biasanya dimulai saat kehilangan berat 5 –
10% dari berat normal. Pada tahap awal kehilangan air, seseorang mengalami kehausan,
deMan, John M. (1999). Prinsiples of food chemistry. (3rd ed.) A Chapman & Hall Food
Science Book. Aspen Publisher Inc.
Belitz, H.D., Grosch, W., Schieberle, P. (2009). Food Chemistry. (4th ed.) Springer.
Zanders, E.D. (2005). Chemichal Genomics: reviews and protocols. Humana Press.
Thomson Science. (1998). Dairy Chemistry and Biochemistry. Blackie Academic &
Professional.