Anda di halaman 1dari 7

Penentuan Keputusan dengan Berdasarkan Etika dan Filsafah Moral

NAAFILA MAGHFIROTIKA

102016133

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Terusan Arjuna No.6, Jakarta Barat 11510

Email : Naafila12@gmail.com

Abstrak
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Manusia adalah makhluk berakhlak. Sebagai manusia kita dapat berpikir agar
dapat mempertimbangkan, menguraikan, membandingkan suatu pengertian,
kondisi, serta kejadian yang satu dengan yang lainnya. Kebiasaan berpikir dalam
otak membuat otak semakin baik dan dapat menjadikan seseorang bisa berpikir
secara kritis. Tujuan berpikir kritis adalah untuk menyingkap kebenaran dengan
menyerang semua salah, agar kebenaran dapat terungkap. Kebeneran yang
terungkap haruslah tepat, dan memiliki keterbukaan terhadap pendekatan dan
pandangan yang berbeda dan menetapkan hal-hal yang di yakini oleh diri sendiri
berdasarkan fakta yang ada. Dalam melakukan berbagai aktivitas tentunya kita
harus berpkir terlebih dahulu sebelum melakukan apapun. Dengan memkirkan
dengan baik terlebih dahulu maka hasilnya pasti akan lebih baik. .

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN FILSAFAT MORAL

Filsafat Moral

Adalah kajian ilmu yang secara garis besar membahas tentang macam-macam teori etika.1 Di
dalam filsafat moral ada 2 bagian yaitu deontology dan teleology.

Deontology merupakan kewajiban yang menekankan manusia untuk bertindak secara baik.
Menurut teori ini, tindakan di katakakan baik bukan karena tindakan itu mendatangkan akibat
baik, melainkan berdasarkan tindakan sebagai baik pada dirinya sendiri. Sedangkan Teleology
bararti tujuan, sasaran, akibat dan hasil. Menurut teori ini, suatu tindakan di katakan baik jika
tujuannya baik dan membawa akibat yang baik dan berguna.2 Teleology memiliki dua cabang
yaitu etika situasi dan utilitariarisme.
a) Etika situasi
Adalah sebuah pendekatandan teori dalam etika yang di pengaruhi filsafat
eksistensialisme dan personalisme di mana keunikan dan tanggung jawab tiap
pribadi dan manusi sebagai person yang memiliki kebebasan menjadi tekanannya
dan juga sikap tak mau mengakui prinsip-prinsip karena semangat hukum.3
b) Utilitariarisme
Adalah faham atau aliran dalam filasafat moral yang menekankan prinsip manfaat
atau kegunaan ( the principle of utility ) sebagai prinsip moral yang paling
mendasar.4

2.2 KAJIAN EPISTEMOLOGY dan KAJIAN ETIS

Kajian epistemology

Kajian epistemology juga di sebut sebagai cabang filsafat yang relevansi dengan sifat dasar dan
ruang lingkup dan pengetahuan, praanggapan, dan dasar-dasarnya, serta rehabilitas umum dari
tuntutan akam pengetahuan. Epistemology secara sederhana dapat di definisikan sebagai cabang
filsafat yang mengkaji asal mula, struktur, metode, dan validity pengetahuan.5

Kajian epistemology di bagi atas dua yaitu :

Silogisme kategoris adalah cabang dari kajian epistemology, silogisme kategoris mengkaji
keseuaian dan ketidaksesuaian dan silogisme yang terdiri dari tiga proposisi (premis) kategoris.
Contoh silogisme kategoris:

Premis mayor : Semua manusia adalah makhluk berakal budi

Premis minor : Afdan adalah manusia

Kesimpulan : Jadi, Afdan adalah makhluk berakal budi

Silogisme hipotesis adalah silogisme yang pernyataannya hipotetis menerima atau menolak
pernyataan dan silogisme yang premis mayornya berupa keputusan hipotesis dan premis
minornya merupakan pernyataan kategoris.6
Contoh silogisme hipotesis:

Premis mayor : Jika hari ini tidak hujan, saya akan ke rumah paman

Premis minor : Hari ini tidak hujan


Maka, saya akan kerumah paman

Kajian Etis

Kajian etis merupakan penelaahan yang sesuai dengan asas perilaku masyarakat. Kajian etis
memiliki 3 cabang yaitu keputusan universal, keputusan partikular, dan dilema.7

a) Keputusan universal
Adalah keputusan yang bersifat umum, artinya dapat di terapkan di tempat
yang sangat luas dimana predikat menerangkan (mengakui atau membantah)
seluruh subjek. Contoh : Semua orang dapat mati.
b) Keputusan partikular
Adalah keputusan yang sifatnya tidak menyangkut semua orang melainkan
beberapa di antaranya saja di mana letak predikat menerangkan (mengakui
atau membantah) sebagian dari pernyataan subjek. Contoh : Beberapa
binatang dapat terbang.
c) Dilema
Adalah situasi yang di hadapi oleh seseorang di mana ia harus membuat
keputusan mengenai tindakan yang akan di ambil. Contoh : Orang tua bayi
Theresa mengambil keputusan untuk merelakan organ anaknya untuk
ditransplantasikan.

Hukum di Florida
Menurut pemerintah Florida ada beberapa ketentuan yang diatur dalam hukum untuk tindakan
transplantasi organ, yaitu :8
1. Penerima dapat menerima atau menolak hadiah anatomi. Hadiah digunakan untuk tujuan
penelitian atau pendidikan, penerima mengizinkan pembalseman dan penggunaan tubuh
dalam layanan pemakaman, tunduk pada persyaratan dari hadiah. Jika hadiah adalah bagian
dari tubuh, penerima harus menyebabkan bagian yang akan dihapus tanpa mutilasi yang tidak
perlu atas kematian donor dan sebelum atau setelah pembalseman. Setelah penghapusan
bagian tubuh, tahanan sisa rompi tubuh dalam pasangan hidup, keluarga terdekat, atau orang
lain di bawah kewajiban untuk membuang tubuh.
2. Waktu kematian harus ditentukan oleh dokter yang menghadiri donor pada saat kematian
donor atau, jika tidak ada dokter tersebut, dokter yang menyatakan kematian. Setelah
kematian, dokter perawatan primer donor dapat berpartisipasi tapi tidak menghalangi
prosedur untuk melestarikan organ donor atau jaringan dan mungkin tidak dibayar atau
diganti untuk partisipasi tersebut. Dokter ini mungkin tidak berpartisipasi dalam prosedur
untuk menghapus atau transplantasi bagian. Namun, dokter tetap dapat melayani dalam
kapasitas sukarela di dewan direksi dari organisasi pengadaan atau berpartisipasi pada setiap
papan, dewan, komisi, atau badan serupa yang terkait dengan sistem pengadaan organ dan
jaringan.
3. Organisasi pengadaan, atau profesional medis rumah sakit di bawah arahan dapat melakukan
setiap dan semua tes untuk mengevaluasi sebagai donor potensial dan prosedur invasif pada
tubuh pendonor dalam rangka melestarikan organ potensi donor. Prosedur ini tidak termasuk
operasi pengangkatan organ atau menembus setiap rongga tubuh.

Hukum WHO
Kematian menurut WHO merupakan hilangnya tanda kehidupan secara permanen yang
terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup. Hal tersebut sesuai dengan ilmu kedokteran
bahwa manusia memiliki dua dimensi yaitu sebagai individu dan sebagai kumpulan dari
berbagai macam sel. Oleh sebab itu kematian manusia juga dapat dilihat dari kedua
dimensi tadi, dengan catatan bahwa kematian sel (cellulare death) akibat ketidakadaan
oksigen baru akan terjadi setelah kematian manusia sebagai individu (somatic death).13
Kematian sel atau sering juga disebut kematian otak biasanya hanya bertahan selama kurang
dari 10 menit. Otak merupakan peka terhadap anoxia (kekurangan oksigen), sehingga jika
tidak mendapatkan suplai darah beroksigen dalam 5 menit sel-sel bagian luar otak akan mati
dan dalam waktu sepuluh menit seluruh bagian otak akan ikut mati. Walaupun oragan-organ
vital lainnya masih dapat berfungsi, seperti ginjal masih dapat beraktivitas dalam 1 jam
peradangan. Hal tersebut menjelaskan bahwa otak tidak dapat diganti karena otak hanya
berfungsi pada manusia yang masih hidup. Kondisi tersebut menjadi alasan ilmu kedokteran
berpandangan bahwa jika terjadi kematian otak akan menjadi penentu kematian seseorang
juga.
3.1 PEMBAHASAN SKENARIO

Theresa Ann Campo Perso, seorang anak penderita rumpang otak (annecephaly) yang di kenal
publik sebagaaki “bayi Theresa”. Rumpang otak merupakan cacat bawaan yang paling buruk.
Bayi penderita rumpang otak kadang di anggap sebagai “bayi tanpa otak”, dan hal ini memberi
gambaran yang kurang lebih benar, tetapi tidak tepat. Bagian-bagian penting dari otak-cerebrum
dan cerebellum-hilang, juga bagian atas dari tengkorak. Namun, batang otak tetap ada, dan
fungsi-fungsi otonomik seperti pernafasan dan detak jantung pun tetap berjalan. Di Amerika
Serikat, kebanyakan kasus rumpang otak bisa di ketahui sejak kandungan dan kemudia
digugurkan. Dari antara yang tidak di gugurkan, ada separo bisa lahir. Setiap tahun ada sekitar
300 anak yang isa di lahirkan, tetapi mereka biasanya meninggal dalam waktu beberapa hari.

Kisah mengenai bayi Theresa tidak akan dikenal kalau orang tuanya tidak mengajukan
permintaan yang tidak lazim. Ketika tahun bahwa anak mereka tidak dapat hidup lama dan
kalaupun dapat hidup, dia tidak akan mempunyai kesadaran, orang tua bayi Theresa kemudian
merelakan organ-organ anaknya untuk di transplantasi. Mereka berpikir, hati, ginjal, jantung,
paru-paru dan mata Theresa dapat disumbangkan untuk anak-anak lain, yang dapat
memanfaatkannya. Para dokter sepaham, hal ini sebagai sesuatu yang baik. Paling sedikit 2000
anak memerlukan transplantasi setiap tahunnya dan organ yang biasa digunakan tidak pernah
cukup. Meskipun demikian, organ-organ tidak juga di ambil karena hukum di Florida tidak
memperbolehkan pengambilan organ-organ kalau si pemberi belum meninggal. Ketika bayi
Theresa meninggal, sembilan hari kemudian, saat itu sudah terlambat bagi anak-anak lain.
Organ-organ itu tidak dapat ditransplantasikan karena sudah rusak. Kisah mengenai bayi Theresa
di surat kabar menimbulkan diskusi publik. Apakah bisa dibenarkan pengambilan organ-organ
seorang anak yang mengakibatkan kematiannya, demi menolong anak-anak lain ?

Dari skenario di atas, dari pandangan Dan dari skenario di atas yang menjadi
permasalahnya adalah orang tua bayi Theresa ingin merelakan organ anaknya (tidak dapat hidup
lama, dan kalaupun dapat hidup, tidak akan punya kesadaran), namun bertentangan dengan
hukum di Florida yang tidak memperbolehkan pemberian organ-organ apabila si pemberi belum
meninggal. Disini berbicara mengenai pengambilan keputusan yang dilakukan oleh
orangtua bayi Theresa, dimana dalam kasus ini orang tuanya menggunakan silogisme
kategoris dan hipotetis dalam pengambilan konklusi. Dapat dianalogikan kasus tersebut ke
dalam silogisme kategoris sebagai berikut. Premis mayornya adalah Semua bayi
anencephaly tidak dapat hidup lama dan kalaupun dapat hidup, dia tidak akan mempunyai
kesadaran. Dengan kata lain harapan hidupnya sangatlah kecil. Premis minornya adalah bayi
Theresa adalah pederita anencephaly. Hal ini lah yang menjadikan kedua orangtuanya
mengambil keputusan untuk merelakan organ-organ anaknya untuk transplantasi. Keputusan
kategoris yang dilakukan oleh orangtuanya juga merupakan keputusan universal dan Partikular
yang berdasarkan subyeknya, yaitu anak mereka sendiri.

Kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai